30
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal Secara Umum II.1.1 Pengertian Pasar Modal Darmadji dan Fakhruddin (2001) mendefinisikan, “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.” (h. 1). II.1.2 Instrumen Pasar Modal Darmadji dan Fakhruddin (2001) menyatakan “Pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam 4 bentuk, yaitu: 1. Equity Merupakan Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan yang menerbitkan Efek tersebut. Contoh: Saham. 2. Fixed Income Merupakan Efek dimana penerbitnya (issuer) mengeluarkan atau menjual surat utang, dengan kewajiban menebus kembali suatu masa nanti sesuai kesepakatan di antara para pihak. Contoh: Obligasi.

Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

  • Upload
    ngobao

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pasar Modal Secara Umum

II.1.1 Pengertian Pasar Modal

Darmadji dan Fakhruddin (2001) mendefinisikan, “Pasar modal

merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang

bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.” (h.

1).

II.1.2 Instrumen Pasar Modal

Darmadji dan Fakhruddin (2001) menyatakan “Pada dasarnya,

surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam 4 bentuk,

yaitu:

1. Equity

Merupakan Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk

menjadi pemegang saham perusahaan yang menerbitkan Efek tersebut.

Contoh: Saham.

2. Fixed Income

Merupakan Efek dimana penerbitnya (issuer) mengeluarkan atau

menjual surat utang, dengan kewajiban menebus kembali suatu masa

nanti sesuai kesepakatan di antara para pihak.

Contoh: Obligasi.

Page 2: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

8

3. Semi-Equity

Merupakan Efek utang yang dapat ditukarkan atau dikonversikan

sebagai Efek penyertaan pada saat yang telah ditentukan.

Contoh: Obligasi Konversi (Convertible Bond)

4. Derivative

Merupakan Efek turunan dari Efek utama baik yang bersifat penyertaan

maupun utang.

Contoh: right, waran, opsi, dan lain-lain.” (h. 3−5).

II.2 Saham

II.2.1 Pengertian Saham

Menurut Rahardjo (2006), “Saham adalah surat berharga yang

merupakan instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau

institusi dalam suatu perusahaan.” (h. 31).

II.2.2 Jenis-jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) “Ditinjau dari segi

kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

1. Saham Biasa (common stocks)

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior

terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

Page 3: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

9

2. Saham Preferen (preferred stocks)

Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara

obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap

(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil

seperti yang dikehendaki investor.” (h. 6).

Selanjutnya, Darmadji dan Fakhruddin (2001) mengemukakan,

“Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas:

1. Blue-Chip Stocks

Merupakan saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi

tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang

stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Income Stocks

Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan

pada tahun sebelumnya.

3. Growth Stocks

Merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang

mempunyai reputasi tinggi.

4. Speculative Stocks

Merupakan saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai

kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun

belum pasti.

Page 4: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

10

5. Counter Cyclical Stocks

Merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro

maupun situasi bisnis secara umum.” (h. 7).

Rahardjo (2006) menjelaskan, “Nilai kapitalisasi pasar suatu

saham terdiri atas beberapa kelompok, yaitu:

1. Kapitalisasi Besar (Big Capitalization)

Kelompok saham ini mempunyai nilai kapitalisasi pasar di atas Rp5

triliun. Jenis saham yang masuk dalam kelompok ini banyak diminati

oleh para fund manager dan investor institusional besar.

2. Kapitalisasi Menengah (Mid Capitalization)

Kelompok saham ini mempunyai nilai kapitalisasi pasar antara Rp1−5

triliun; disebut juga saham lapisan kedua atau second liner.

3. Kapitalisasi Kecil (Small Capitalization)

Kelompok saham ini mempunyai nilai kapitalisasi pasar di bawah Rp1

triliun. Kelompok saham ini disebut juga saham lapis ketiga; harga

sahamnya relatif murah.” (h. 41−42).

II.2.3 Karakteristik Saham Biasa

Rahardjo (2006) mengemukakan bahwa, “Setiap saham biasa

mempunyai sifat spesifik, yaitu:

1. Voting Rights

Setiap pemegang saham mempunyai hak mengeluarkan suara dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadi, dalam setiap proses

Page 5: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

11

keputusan pengambilan suara, satu pemegang saham mempunyai satu

hak suara saat melakukan voting.

2. Claims on Income

Pemegang saham berhak mendapatkan bagian keuntungan yang

dibagikan; biasanya dalam bentuk dividen tunai atau saham bonus.

3. Claims on Assets

Pemegang saham berhak mendapatkan aset perusahaan apabila

perusahaan dilikuidasi. Ini tentu dapat dilakukan setelah aset

perusahaan tersebut dikurangi dengan berbagai pembayaran kewajiban

perusahaan.

4. Limited Liability

Pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas nilai saham yang

dipunyainya. Jadi, setiap pemegang saham tidak bertanggung jawab

atas risiko kerugian perusahaan secara pribadi, tetapi hanya berdasarkan

porsi kepemilikan saham yang dimilikinya.” (h. 33−34).

II.2.4 Keuntungan Membeli Saham

Berdasarkan pendapat Widoatmodjo (2006), “Keuntungan

membeli saham adalah:

1. Capital Gain, yaitu keuntungan dari hasil jual/beli saham, berupa

selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham;

2. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan

kepada pemegang saham;

Page 6: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

12

3. Saham juga dapat dijaminkan ke Bank sebagai agunan untuk

memperoleh kredit.” (h. 42).

II.2.5 Risiko Investasi Saham

Menurut Widoatmodjo (2006) menyatakan, “Risiko yang harus

dihadapi dalam investasi saham adalah:

1. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual/beli saham, berupa selisih

antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham;

2. Opportunity Loss, kerugian berupa selisih suku bunga deposito

dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi, seandainya terjadi

penurunan harga dan tidak dibaginya dividen;

3. Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasi yang

dibagikan lebih rendah dari harga beli saham.” (h. 42).

II.3 Indeks Harga Saham

II.3.1 Pengertian Indeks Harga Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “ Indeks harga saham

merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.

Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:

1. Sebagai indikator tren pasar;

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan;

3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portfolio;

4. Memfasilitasi pembentukan portfolio dengan strategi pasif;

5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.” (h. 95).

Page 7: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

13

II.3.2 Jenis-jenis Indeks

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Di Bursa Efek

Jakarta terdapat 5 (lima) jenis indeks, antara lain:

1. Indeks Individual

Merupakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga

dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama

dengan IHSG, yaitu: Harga Pasar/Harga Dasar x 100.

2. Indeks Harga Saham Sektoral

Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing

sektor. Di Bursa Efek Jakarta terbagi menjadi 9 sektor, yaitu:

a. Pertanian

b. Pertambangan

c. Industri Dasar dan Kimia

d. Aneka Industri

e. Industri Barang Konsumsi

f. Properti dan Real Estate

g. Transportasi dan Infrastruktur

h. Keuangan

i. Perdagangan, Jasa, dan Investasi

3. Indeks LQ 45

Menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuditas

perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal

bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat

dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Page 8: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

14

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen

penghitungan indeks. Rumus perhitungan:

IHSG = Perdana Harga Tercatat x SahamJumlah Dasar NilaiTerakhir Harga Tercatat x SahamJumlah Pasar Nilai

== x 100

5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama

dengan Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan

indeks yang mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau indeks

yang berdasarkan syariah Islam.” (h. 95−97).

II.4 Market Timing

II.4.1 Pengertian Market Timing

Menurut Manurung (2006), ”Market timing merupakan waktu

untuk membuat keputusan membeli atau menjual instrumen investasi

dengan menggunakan strategi perdagangan mekanis dimana keputusan

tersebut menggunakan satu atau dua indikator yang strategis atau tepat.” (h.

23).

II.4.2 Tujuan Market Timing

Menurut Manurung (2006), ”Market timing bertujuan untuk :

• Menjaga modal sehingga selalu medapatkan keuntungan ketika

bertransaksi (menjual dan membeli)

Page 9: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

15

• Membuat tingkat pengembailan investasi investor lebih tinggi dari

strategi buy and hold.” (h. 24).

II.5 Analisis Teknikal Secara Umum

II.5.1 Pengertian Analisis Teknikal

Rahardjo (2006) mendefinisikan, “Analisis teknikal adalah suatu

metodologi peramalan fluktuasi harga saham yang datanya diambil dari

data perdagangan saham yang terjadi di pasar saham (bursa efek). Jenis

data bisa berbentuk informasi harga saham, jumlah volume dan nilai

transaksi perdagangan, harga tertinggi dan terendah pada perdagangan

setiap hari, atau berbagai informasi lain yang terkait dengan transaksi

saham yang terwujud dalam bentuk tren harga saham; bisa dalam bentuk

grafik atau sejenisnya.” (h. 147).

II.5.2 Faktor-faktor Analisis Teknikal

Menurut Rahardjo (2006), ”Secara umum, analisis teknikal

meliputi faktor-faktor:

1. Sumber data analisis teknikal berasal dari data pasar dan fokus pada

faktor internal pergerakan harga saham atau di pasar saham itu sendiri.

Ini berbeda dengan analisis fundamental yang mengaitkan pada faktor

ekonomi dan politik yang merupakan variabel terpisah dari aktivitas

transaksi saham. Jadi, dapat dikatakan bahwa analisis teknikal langsung

berdasarkan pada tren aktivitas transaksi saham yang datanya

cenderung sangat mudah dipahami oleh setiap orang karena tidak

Page 10: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

16

serumit data atau informasi analisis fundamental, seperti pemahaman

tren ekonomi dan industri suatu bisnis.

2. Dalam melakukan analisis teknikal, seorang analis teknikal yang

canggih akan selalu fokus pada faktor ”timing” karena pergerakan

harga saham pada dasarnya merupakan perubahan harga saham itu

sendiri, yang disebabkan oleh perbedaan jumlah permintaan dan

penawaran saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prediksi

harga saham cenderung bergerak pada ”tren” yang merupakan

pembentukan ekuilibrium atau keseimbangan harga yang baru. Analis

teknikal yang canggih mampu mengetahui kapan terjadinya perubahan

harga saham dan pada level berapa perubahan harga terbentuk.

3. Dalam melakukan analisis teknikal, yang diutamakan adalah analisis

jangka pendek, bukan jangka panjang. Dengan demikian, investor yang

memakai analisis teknikal cenderung memfokuskan strategi

perdagangan saham pada ”short run strategy”. Konsep ini sangat

berbeda dengan analisis fundamental yang mengutamakan pada strategi

investasi jangka menengah atau jangka panjang. Jadi, investor yang

hanya mempunyai taktik perdagangan harian atau mingguan sebaiknya

menggunakan informasi analsis teknikal sebagai prioritas utama karena

lebih praktis.” (h. 148−149).

II.5.3 Dasar Pemikiran Analisis Teknikal

Menurut Rahardjo (2006) , ”Salah satu dasar pemikiran analisis

teknikal di seluruh dunia adalah pola pemikiran Charles Hendry Dow, yang

Page 11: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

17

terkenal dengan konsep Dow Jones Industrial Average. Enam konsep dasar

Dow Theory:

1. Average Prices Discount Everything

Setiap harga penutupan saham merupakan dasar tren harga saham rata-

rata di masa mendatang.

2. The Market Moves In Trends

Pergerakan pasar ditentukan oleh indikasi kecenderungan pergerakan

harga saham. Tren harga saham dibagi menjadi Primary Trend,

Secondary Trend, dan Minor Trend.

3. Major Trend Have Three Phases

Setiap trend pasar yang utama selalu terdiri atas tiga fase, yaitu Fase 1

(Accumulation), Fase 2 (Up Trend), dan Fase 3 (Down Trend).

4. Average Must Confirm Each Other

Rata-rata pergerakan harga saham akan memberikan indikasi arah harga

saham secara pola tertentu; apakah akan naik atau turun.

5. Volume Must Confirm The Trend

Sinyal harga saham akan naik atau turun ditentukan oleh volume

perdagangan. Data ini akan menunjukkan kecenderungan harga saham

di masa mendatang (Price Trend).

6. A Trend is Assumes To Be In Effect Until It Gives Define Signal

Analisis tren ini mengatakan bahwa tren akan dianggap benar kalau

sudah ada sinyal yang terjadi. Beberapa alat analisis yang dipakai

adalah Support and Resistance Level, Trend Lines, serta Moving

Averages.” (h. 151−152).

Page 12: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

18

II.5.4 Istilah-istilah Teknikal

Rahardjo (2006) menyatakan, ”Untuk memahami analisis teknikal

secara mendalam, ada beberapa istilah teknikal yang bisa dijadikan dasar

untuk membuat keputusan investasi. Istilah tersebut:

1. Open

Adalah harga saat pembentukan harga saham pada awal perdagangan.

Jadi, setiap perdagangan saham dimulai, ada harga pembukaan yang

dijadikan patokan dasar kenaikan atau penurunan harga saham pada

periode tertentu. Istilah lainnya ”Opening Price”.

2. High

Adalah posisi harga tertinggi dalam suatu periode perdagangan saham.

Dalam posisi ini, ada kecenderungan banyak terjadi keinginan

pembelian daripada penjualan saham. Dengan demikian, tren harga

saham menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dan tinggi pada

waktu tertentu.

3. Low

Adalah posisi harga saham yang paling rendah pada periode tertentu.

Ini terjadi karena tren orang menjual saham lebih banyak daripada

minat belinya. Oleh karena itu, harga tertekan ke posisi bawah.

4. Close

Adalah harga terakhir/penutupan sebuah perdagangan saham pada

periode tertentu. Istilah Closing menjadi dasar berakhirnya transaksi

perdagangan pada periode (session) perdagangan tertentu. Istilah

Page 13: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

19

umumnya adalah ”Closing Price”, yang menjadi patokan untuk harga

pembukaan pada session perdagangan berikutnya.

5. Volume

Adalah jumlah total saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu

(biasanya kenaikan harga saham diiringi kenaikan volume

perdagangan). Satuan perdagangan bisa berbentuk lembar saham, lot,

atau block sale. Semakin sedikit volume transaksi saham, pasar saham

akan semakin sepi atau tidak ada insentif dengan minat beli atau jual

para investor.

6. Bid

Adalah harga penawaran beli saham; ada pembeli yang berminat pada

saham tertentu dengan harga yang disetujui untuk pembelian harga

saham tersebut. Semakin serius minat beli investor saham, semakin

mereka memberi order beli saham dengan harga yang cenderung tinggi

dan mendekati harga transaksi terakhir.

7. Offer

Adalah harga penawaran jual tertentu; ada pemilik saham yang

berminat menjual sahamnya pada harga jual yang disepakati. Semakin

ingin cepat dilakukan transaksi jual, semakin penjual saham tersebut

memberikan harga jual yang mendekati harga pasar saham yang telah

ditransaksikan sebelumnya.” (h. 154).

Page 14: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

20

II.6 Grafik dan Pola Dalam Analisis Teknikal

II.6.1 Model Grafik

Rahardjo (2006) menjelaskan, ”Salah satu bagian penting

mengenal analisis teknikal adalah mengerti secara akurat beberapa model

grafik atau tren pergerakan harga saham. Setiap jenis grafik mempunyai

keunggulan dan kelemahan. Ada lima model grafik, yaitu:

1. Lines Chart

Dari sekian jenis grafik yang ada di industri analisis teknikal, jenis ini

mempunyai bentuk yang sederhana. Data yang diolah didasarkan pada

harga penutupan saham dalam periode waktu (harian). Grafik ini ditarik

berdasarkan data pergerakan harga saham yang menyangkut skala titik

koordinat antara garis tegak (sumbu x) dan garis datar (sumbu y) yang

menjadi dasar pergerakan grafik tersebut. Grafik garis yang ada bisa

dibuat berdasarkan pendekatan Vertical Arithmetic Scale, Vertical

Logaritmic Scale, dan Time Scale.

2. Bar Chart

Model grafik ini menggambarkan indikasi pergerakan harga saham

yang menyangkut informasi harga saham tertinggi (high price), harga

saham terendah (low price), dan harga penutupan saham (closing price)

pada sekian periode waktu.

3. Candlestick

Model ini juga menggunakan variabel data, meliputi harga pembukaan

(open price), harga tertinggi (high price), harga terendah (low price),

dan harga penutupan (closing price). Grafik ini menggambarkan kaitan

Page 15: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

21

antara harga pembukaan dan harga penutupan saham. Apabila harga

saham ditutup lebih tinggi daripada harga pembukaan, biasanya

digambarkan dengan candlestick yang masih asli atau tidak berwarna.

Sebaliknya, jika harga penutupan lebih rendah daripada harga

pembukaan, digambarkan dengan candlestick warna hitam atau warna

lain, seperti merah.

4. Point and Figure

Jenis grafik ini menggunakan data berdasarkan perubahan harga saham.

Model ini sekarang sangat diminati karena adanya bantuan teknologi

komputer yang dengan mudah dapat menggambarkan perubahan harga

saham yang terjadi pada periode tertentu. Biasanya, setiap perubahan

harga saham yang naik digambarkan dengan simbol (x = perkalian),

sebaliknya jika harga saham menurun digunakan simbol (o). Jenis

grafik ini berguna untuk menggambarkan sinyal rekomendasi investor

untuk bersiap-siap membeli atau menjual saham. Selain itu, identifikasi

penting lainnya ialah dapat mengetahui perilaku pasar (investor),

seperti jumlah permintaan dan penawaran harga saham yang

berlebihan, karena kesuksesan investasi sangat bergantung pada

pemahaman perilaku pasar dan pengetahuan dalam memahami tren

pergerakan minat beli dan jual investor di masa mendatang.

5. Histogram Volume

Salah satu keunggulan grafik ini adalah menggambarkan konsep

pergerakan harga saham di masa mendatang berdasarkan volume

jumlah saham yang ditransaksikan pada periode tertentu. Semakin

Page 16: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

22

banyak jumlah volume saham yang diperdagangkan, semakin tinggi

minat beli investor atas instrumen tersebut, begitu juga sebaliknya.

Grafik volume dapat mengukur potensi beli dan jual saham pada

periode tertentu; hampir sama dengan yang dikatakan Dow Theory,

”Volume Must Confirm The Trend”. Jadi, jika volume perdagangan

saham lebih banyak dibandingkan dengan periode sebelumnya, berarti

ada informasi penting yang mempengaruhi alasan banyak investor

untuk membeli atau menjual saham.” (h. 155−160).

II.6.2 Analisis Teknikal Klasik

Rahardjo (2006) menyatakan, ”Untuk mengetahui pergerakan

harga saham, ada beberapa metode analisis teknikal yang didasarkan pada

metode klasik yaitu grafik klasik. Ada beberapa jenis arah trend yang dapat

menggambarkan pergerakan harga saham, yaitu:

1. Up Trend

Pola grafik ini menggambarkan harga saham yang sedang naik. Pada

posisi up trend, investor sebaiknya membeli saham karena harganya

cenderung meningkat. Apabila up trend terjadi berulang-ulang secara

terus-menerus, dapat dikatakan bahwa pasar berada dalam kondisi

”market bullish”. Pada saat seperti ini, investor sebaiknya membeli

untuk mendapatkan keuntungan yang cukup signifikan. Setiap investor

biasanya ingin mengetahui sinyal up trend sebagai momentum yang

tepat untuk melakukan investasi saham.

Page 17: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

23

2. Down Trend

Pola down trend bertolak belakang dengan model up trend. Pada pasar

down trend, harga saham cenderung menurun sehingga investor

sebaiknya tidak membeli saham atau menjualnya apabila dianggap

sudah mendapatkan keuntungan. Situasi down trend sangat

dikhawatirkan banyak investor karena kalau tidak waspada, portfolio

harga sahamnya bisa rontok dan akibatnya tentu akan rugi. Situasi

down trend yang terjadi secara terus-menerus dikatakan juga ”market

bearish”; dan harus diwaspadai oleh para investor.

3. Sideways Market Trend

Pola ini menggambarkan situasi pergerakan harga saham yang

mempunyai pola naik dan turun dalam kisaran harga tertentu. Dengan

demikian, tren harga saham kadang naik, kadang pula turun dalam

jangka waktu tertentu, sehingga membentuk pola sideways trend.

Apabila ingin tetap bertransaksi, investor sebaiknya mencermati range

antara harga kenaikan paling tinggi untuk posisi jual dan harga

kenaikan paling rendah untuk posisi beli. Pola pergerakan harga saham

ini berbentuk zig-zag dalam kisaran harga yang terbentuk sebelumnya.

Apabila trend harga melewati batas maksimum atau minimum pola

tersebut, analisis teknikal kadang memberikan rekomendasi saatnya

untuk buy atau sell dalam jumlah volume saham yang signifikan.” (h.

160-163).

Page 18: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

24

II.6.3 Garis Support & Resistance

Menurut Rahardjo (2006), ”Kedua istilah ini cukup dikenal di

kalangan investor pemula karena menjelaskan kisaran garis batas bawah

dan kisaran garis batas atas untuk pergerakan harga saham.

1. Support Level

Adalah kisaran harga yang menunjukkan kecilnya peluang harga saham

untuk turun. Peluang tren harga saham untuk tetap stabil atau naik ke

posisi harga justru lebih kuat karena posisi demand atas saham pada

kisaran harga tersebut lebih besar daripada supply. Pada posisi support

ini, investor cenderung membeli saham untuk mendapatkan peluang

gain atas saham tersebut.

2. Resistance Level

Adalah kisaran harga yang menunjukkan kecilnya peluang harga saham

untuk naik lebih tinggi. Ini terjadi karena supply saham pada kisaran

harga tersebut cenderung lebih banyak daripada demand-nya. Pada

kisaran resistance ini, investor cenderung menjual saham.” (h.

165−166).

II.6.4 Pola Reversal

Rahardjo (2006) menjelaskan, ”Dalam pola grafik teknikal ini

terbentuk suatu model garis tren grafik yang akhirnya melewati batas pola

sebelumnya hingga terbentuk suatu model tren grafik lainnya.

Page 19: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

25

1. Head & Shoulder

Pola ini menunjukkan kenaikan dan penurunan saham dalam satu kali

siklus sesuai dengan istilahnya. Jadi, pergerakan grafik harga saham

yang naik (left shoulder) berbentuk tren ke arah posisi atas (head) atau

kepala seseorang. Setelah mengalami kenaikan, harga saham cenderung

bereaksi untuk koreksi menurun menuju posisi harga yang lebih murah

(right shoulder).

2. Double Tops/Bottoms

Pola tren ini mudah dikenali dan berbentuk seperti huruf ”M” untuk

double tops dan huruf ”W” untuk double bottoms. Pola grafik tren

pergerakan di antara keduanya sangat bertolak belakang. Misalnya, tren

grafik cenderung menurun atau meningkat dua kali lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya (kurang lebih di atas 3%

dari perbedaan pola grafik sebelumnya). Kisaran level grafik tersebut

dikenal dengan istilah tingkat support atau resistance. Pola ini

merupakan fundamen pergerakan saham yang cukup fluktuatif.

Sebaiknya lebih dulu mengenali pola ini daripada pergerakan pola tren

grafik lainnya.” (h. 166−169).

II.6.5 Pola Continuation/Consolidation

Menurut Rahardjo (2006), ”Pola pergerakan harga saham ini

didasarkan pada konsep konsolidasi pembentukan target harga saham baru.

Dengan konsep ini, investor dapat dengan mudah menentukan dasar

Page 20: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

26

keputusan membeli atau menjual saham. Pembentukan harga saham baru

didasarkan pada besaran supply dan demand serta konsolidasi harga saham.

1. Triangles

Pola ini menerangkan bahwa pembentukan harga saham baru

didasarkan pada persepsi investor pembeli atau penjual saham atas

value saham itu sendiri. Pada pola triangle, penjual saham mempunyai

persepsi harga saham yang terlalu tinggi sehingga sudah saatnya untuk

dijual terus-menerus. Sementara itu, ada investor beli yang mempunyai

persepsi berbeda dan tetap membeli saham yang masih dianggap

undervalued. Oleh karena demand atas saham tersebut lebih besar

daripada supply-nya, atau sebaliknya, pola zig-zag harga saham akan

menyempit membentuk pola tiga sudut (triangle). Sudut paling kanan

adalah batasan akan terbentuknya harga saham baru sebagai indikasi

pola kisaran fluktuasi harga saham yang lebih besar.

2. Rectangles

Pola grafik ini menggambarkan fluktuasi harga saham yang sebelumnya

mempunyai pola sideway trend. Akan tetapi, karena tekanan jual atau

beli cukup besar, pergerakan harga saham tersebut melewati ambang

batas tertentu. Jika pergerakan tersebut cenderung mengikuti tren ke

atas, harga saham akan meningkat cukup signifikan di atas rata-rata

pergerakan harga saham sebelumnya.” (h. 169-172).

Page 21: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

27

II.7 Grafik Candlestick

II.7.1 Bentuk Candlestick

Menurut Rahardjo (2006), “Bentuk Candlestick secara umum ada

2 yaitu warna hitam dan warna putih. Dapat disajikan dengan gambar:

Gambar 2.1

Bentuk Umum Candlestick

Untuk candle berwarna putih menunjukkan harga pembukaan <

harga penutupan, sedangkan untuk candle berwarna hitam menunjukkan

harga pembukaan > harga penutupan.” (h. 156).

II.7.2 Pola Umum Candlestick

Rahardjo (2006) menjelaskan, “Candlestick memiliki beberapa

pola umum sebagai berikut:

1. Marubozu

Adalah bar yang tidak mempunyai tangan baik ke atas maupun ke

bawah, biasanya pola ini menunjukkan akan adanya trend yang

berlanjut dari trend yang sedang dialami saat ini.

Page 22: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

28

Gambar 2.2

Pola Marubozu

2. Spinning Tops

Adalah bentuk dimana bar lebih pendek daripada tangan dan berada di

tengah-tengah. Pola ini menunjukkan bahwa tingkat fluktuasi harga

sangat tinggi selama transaksi berlangsung, namun selisih harga

pembukkan dan penutupan tidak terlalu besar

Gambar 2.3

Pola Spinning Tops

3. Doji

Terbagi menjadi 4 jenis:

a. Long-Legged Doji

Pola ini menunjukkan transaksi yang terjadi sangat kuat baik dalam

hal membeli maupun melepas saham, namun harga penutupan sama

dengan harga pembukaan.

b. Dragonfly Doji

Pola ini menunjukkan bahwa adanya indikasi para pelaku pasar

ingin melepas saham tersebut sehingga harga saham jatuh selama

Page 23: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

29

perdagangan, namun keinginan untuk mempertahankan harga

saham tersebut masih cukup kuat. Akibatnya harga saham tidak

berubah pada saat penutupan.

c. Gravestone Doji

Pola ini menunjukkan bahwa adanya indikasi para pelaku pasar

ingin meningkatkan harga saham dengan membeli saham sehingga

harga saham meningkat selama perdagangan berlangsung, namun

jumlah saham yang dilepas masih cukup kuat sehingga harga saham

tidak berubah pada saat penutupan.

d. Four Price Doji

Pola ini menunjukkan bahwa tidak terjadi transaksi pada saham

tersebut.” (h. 157-159).

Gambar 2.4

Pola Doji

II.8 Fibonacci

II.8.1 Latar Belakang Fibonacci

Kurniawan (2007) mejelaskan, “Fibonacci adalah seorang

matematikawan terkenal dari Italia, orang yang pintar dan telah

menemukan bilangan-bilangan sederhana yang kemudian menciptakan

barisan bilangan untuk menggambarkan proporsi alami dari setiap benda di

Page 24: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

30

alam semesta. Dalam kejeniusannya dia menemukan sebuah deret

sederhana dalam memetakan perilaku alam semesta.

Dalam barisan bilangan ini, setiap bilangan setelah angka 1 adalah

hasil penjumlahan dua bilangan sebelumnya, yaitu: 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21,

34, 55, 89, 144 dan seterusnya. Pada barisan bilangan tersebut, kalau saling

dijumlahkan seperti 1 tambah 1 akan menghasilkan angka berikutnya yaitu

2, kemudian 1 tambah 2 akan menghasilkan angka berikutnya yaitu 3,

kemudian 2 ditambah angka berikutnya 3 akan menghasilkan 5 dan

seterusnya, bilangan-bilangan ini disebut bilangan Fibonacci.

Bilangan Fibonacci memiliki keunikan bila bilangan-bilangan

tersebut dibagi dengan bilangan lainnya. Dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2.1

Hasil Pembagian Bilangan Fibonacci

F1 F2 F2/F1 F1/F2- 1 - -

1 1 1.0000 1.0000 1 2 2.0000 0.5000 2 3 1.5000 0.6667 3 5 1.6667 0.6000 5 8 1.6000 0.6250 8 13 1.6250 0.6154

13 21 1.6154 0.6190 21 34 1.6190 0.6176 34 55 1.6176 0.6182 55 89 1.6182 0.6180

Perhatikan bahwa perbandingannya selalu pada kisaran 1,62 dan

0,618. Bilangan-bilangan hasil pembagian ini adalah “bilangan emas”.” (h.

5-6).

Page 25: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

31

II.8.2 Fibonacci Retracement

Menurut Kurniawan (2007), “Penggunaan Fibonacci Retracement

sebenarnya sangatlah sederhana. Pada sebuah Up Trend, cara

penggunaannya adalah untuk melakukan pemasangan posisi buy dengan

sebuah retracement di tingkat-tingkat Fibonacci. Demikian sebaliknya

pada saat Down Trend, cara penggunaannya adalah untuk menentukan

posisi sell dengan sebuah retracement di tingkat-tingkat Fibonacci.

Tingkatan Fibonacci Retracement, adalah: 0,236; 0,382; 0,500; 0,618.” (h.

10-11).

II.9 Elliott Wave

II.9.1 Dasar Elliott Wave Analysis

Kotick (2005) menjelaskan, “Elliott’s main advocacy was that

crowd behavior trends and reverses in consistent and recognisable

patterns. Elliott named and illustrated patterns or “waves” that recur in

markets and are repetitive in form but not necessarily in time or amplitude.

He further described how these structures link together to form larger

versions of the same patterns and how those in turn become the building

blocks for patterns of the next larger size etc. Regardless of the size, the

form remains constant.” (p. 12).

(Pembelaan utama Elliott bahwa tren dan titik balik dari perilaku orang

banyak dalam konsisten dan polanya dapat dikenali. Elliott menyebut dan

mengilustrasikan pola atau “waves” yang berulang dalam pasar dan bentuk,

namun tidak perlu tepat waktu atau lebar. Lebih jauh, dia menggambarkan

Page 26: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

32

bagaimana struktur-struktur ini berhubungan satu sama lain membentuk

versi yang lebih besar dari pola yang sama dan bagaimana struktur itu

berbalik menjadi dinding yang merintangi pola dari ukuran berikutnya

yang lebih besar dan lain-lain. Tanpa menghiraukan ukuran, bentuknya

tetap konstan).

Menurut Kotick (2005), “This discovery was well ahead of its

time. In fact, over the last decade or two, many prominent academics have

embraced Elliott’s idea and have been aggressively advocating the

existence of financial market fractals. However, it is important to

understand the type of fractal pattern that Elliott Wave represents. The

traditional line of thought has been that fractals are either self-identical

(each component of the pattern is exactly the same as the whole) or

indefinite (self-similar to the extent that it is similarly irregular at all

levels). Elliott discovered a third type of selfsimilar fractal that Prechter in

his later works coined a “robust fractal”. This pattern has highly variable

components that fall within a certain defined structure.” (p. 13).

(Penemuan ini merupakan yang terbaik di masanya. Kenyataannya, lebih

dari dua atau dekade terakhir, banyak akademis terkemuka menganut ide

Elliott dan telah menjadi agresif menganjurkan keberadaan pasar keuangan.

Akan tetapi, hal ini penting untuk memahami jenis pola yang digambarkan

Elliot Wave. Garis pemikiran tradisional telah menjadi fraktal yang juga

“self-identical” (setiap komponen dari pola sebenarnya sama secara

keseluruhan) atau “indefinite” (menyerupai luas sama halnya dengan

ketidakteraturan pada semua tingkatan). Elliott menemukan jenis ketiga

Page 27: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

33

dari fraktal penyerupaan diri bahwa Prechter pada pekerjaan terakhirnya

membuat “fraktal yang kuat”. Pola ini mempunyai komponen variabel yang

sangat tinggi dimana turunnya pada struktur tertentu ditetapkan).

II.9.2 Karakteristik Grafik Elliott Wave

Poser (2003) menjelaskan, “Elliott Wave analysts (or

"Elliotticians") hold that it is not necessary to look at a price chart to judge

where a market is in its wave pattern. Each wave has its own "signature"

which often reflects the psychology of the moment. Understanding how and

why the waves develop is key to the application of the Wave Principle; that

understanding includes recognizing the characteristics described below.”

(p. 8).

Poser (2003) menjabarkan, “Five wave pattern (dominant trend):

1. Wave 1: Wave one is rarely obvious at its inception. When the first

wave of a new bull market begins, the fundamental news is almost

universally negative. The previous trend is considered still strongly in

force. Fundamental analysts continue to revise their earnings estimates

lower; the economy probably does not look strong. Sentiment surveys

are decidedly bearish, put options are in vogue, and implied volatility

in the options market is high. Volume might increase a bit as prices

rise, but not by enough to alert many technical analysts.

2. Wave 2: Wave two corrects wave one, but can never extend beyond the

starting point of wave one. Typically, the news is still bad. As prices

retest the prior low, bearish sentiment quickly builds, and "the crowd"

Page 28: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

34

haughtily reminds all that the bear market is still deeply ensconced.

Still, some positive signs appear for those who are looking: volume

should be lower during wave two than during wave one, prices usually

do not retrace more than 61.8% of the wave one gains, and prices

should fall in a three wave pattern.

3. Wave 3: Wave three is usually the largest and most powerful wave in a

trend. The news is now positive and fundamental analysts start to raise

earnings estimates. Prices rise quickly, corrections are short-lived and

shallow. Anyone looking to "get in on a pullback" will likely miss the

boat. As wave three starts, the news is probably still bearish, and most

market players remain negative; but by wave three's midpoint, "the

crowd" will often join the new bullish trend. Wave three often extends

wave one by a ratio of 1.618:1.

4. Wave 4: Wave four is typically clearly corrective. Prices may meander

sideways for an extended period, and wave four typically retraces less

than 38.2% of wave three. Volume is well below than that of wave

three. This is a good place to buy a pull back if you understand the

potential ahead for wave 5. Still, the most distinguishing feature of

fourth waves is that they often prove very difficult to count.

5. Wave 5: Wave five is the final leg in the direction of the dominant

trend. The news is almost universally positive and everyone is bullish.

Unfortunately, this is when many average investors finally buy in, right

before the top. Volume is lower in wave five than in wave three, and

many momentum indicators start to show divergences (prices reach a

Page 29: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

35

new high, the indicator does not reach a new peak). At the end of a

major bull market, bears may very well be ridiculed.

Three wave pattern (corrective trend):

1. Wave A: Corrections are typically harder to identify than impulse

moves. In wave A of a bear market, the fundamental news is usually

still positive. Most analysts see the drop as a correction in a still-active

bull market. Some technical indicators that accompany wave A include

increased volume, rising implied volatility in the options markets and

possibly a turn higher in open interest in related futures markets.

2. Wave B: Prices reverse higher, which many see as a resumption of the

now long-gone bull market. Those familiar with classical technical

analysis may see the peak as the right shoulder of a head and shoulders

reversal pattern. The volume during wave B should be lower than in

wave A. By this point, fundamentals are probably no longer improving,

but they most likely have not yet turned negative.

3. Wave C: Prices move impulsively lower in five waves. Volume picks up,

and by the third leg of wave C, almost everyone realizes that a bear

market is firmly entrenched. Wave C is typically at least as large as

wave A and often extends to 1.618 times wave A or beyond.” (p.

10−12).

Mengacu pada pendapat Poser (2003) pola Elliott Wave memiliki

5 wave pertama yang merupakan dominant trend atau up trend. Di

dalamnya ada wave 1, 3, dan 5 yang merupakan wave up trend dengan

wave 2 sebagai koreksi wave 1 dan wave 4 sebagai koreksi wave 3. Lalu 3

Page 30: Skripsi Bab II - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00019-AK Bab 2.pdf9 2. Saham Preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

36

wave berikutnya merupkan corrective trend atau down trend. Di dalamnya

terdapat wave A dan C sebagai wave down trend dengan wave B sebagai

koreksi wave A. Pola umum dari Elliott Wave dapat ditunjukkan pada

gambar:

Gambar 2.5

Pola Umum Elliott Wave

Melalui gambar dapat terlihat bahwa pola Elliott Wave dimulai

pada wave 1 dan berakhir pada wave C dengan titik tertinggi berada pada

wave 5.