Upload
leejulteuk
View
1.680
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK
BINTAN TAHUN 2011
Diajuakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Oleh
HULDY KOTO NIM : 080565201057
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNG PINANG
2012
ii
ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK
BINTAN TAHUN 2011
Tanggung Jawab Yuridis Material pada :
HULDY KOTO NIM. 080565201057
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua
KUSTIAWAN, M.P.S IMAM YUDHI, M.P.A NIP Y 7510700103 NIPY 7510700104
Disahkan oleh : DEKAN
Dr. RUMZI SAMIN NIP (Y) 751070014
iii
PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA BINTAN BUYU
KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2008-2011
HULDY KOTO NIM. 080565201057
Telah dipertahankan di Tanjungpinang didepan tim penguji
Pada tanggal ………………………
Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan
Susunan Tim Penguji
Kustiawan, M.P.S Ketua NIPY 7510700103
Imam Yudhi Prastya S.IP., MPA Sekretaris NIPY 7510700104
Afrizal, S. IP., M.Si Penguji Utama NIPY 7510700118
Yudhanto S. Adhiputra, S.IP., MA Penguji Kedua NIPY 7510700101
Bismar Arianto Penguji Prodi NIPY 7510700105
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama : HULDY KOTO 2. NIM : 080565201057 3. Program Studi : ILMU PEMERINTAHAN 4. Judul Skripsi : ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYA TAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Judul skripsi sebagaimana tersebut diatas bukan merupakan dan tidak menunj ukkan adanya indikasi persamaan judul dan lokasi/tempat penelitian terdahulu. 2. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan hasil karya ora ng lain (plagiat) 3. Bersedia dilakukan pembatalan hasil ujian dan dikenakan sanksi yang ditetapk an oleh pihak fakultas/universitas apabila ketentuan pada butir 1, 2 diatas tidak dapat dipenuhi. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Tanjungpinang, 27 Juli 2012 Yang Menyatakan
v
MOTTO
“Duduk bersama orang yang beragam adalah sebuah kemulian dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasehat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu”.(Hadits Iman Khazim a.s.)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ayahku (Alm) dan Ibuku yang selalu memberikan dorongan agar aku sabar, tabah dan terus berjuang tanpa putus asa, serta sahabat-sahabatku yang
selalu memberikan do’a serta semangat, terima kasih untuk semuanya semoga kita selalu dalam lindungan ALLAH SWT.
(HULDY KOTO)
vi
ABSTRAK
Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari Pemerintah sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tesebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagai bentuk penugasan pemerintah daerah agar dapat melaksanakan pemerintah di desa, desa diberi kesempatan tumbuh dan berkembang mengikuti arah kemajuan dan perkembangan desa itu sendiri dengan langkah yang tepat dan terarah dalam pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tentang Desa. Pada skripsi ini yang berjudul ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011. Penelitian ini mengarah pada pengawasan BPD, pengawasan peraturan desa, keputusan kepala desa dan APBDes. sebagai wujud demokrasi di desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa yang berfungsi sebagai badan legislatif. Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif dengan menggunakan model deskriptif yang menggambarkan fenomena dilapangan kemudian menganalisa fakta yang ada, data yang digunakan lebih dominan data skunder dilengkapi dengan hasil wawancara dan observasi penelitian ini dilaksanakan dikantor Kepala Desa dan Kantor BPD. Berdasarkan hasil analisa terhadap seluruh sumber dari informan yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan penelitian, pada pelaksanaan fungsi BPD dalam menjalankan tugasnya disini peneliti dapat menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa kurang optimal dan efektifnya pengawasan BPD Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan. Untuk mengatasi permasalahan dan faktor-faktor penghambat maka perlu dilakukan koordinasi dan meningkatkan bentuk pola kerja sama yang baik antar Pemerintahan Desa dan BPD, sehingga kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Kata kunci : Pengawasan
vii
ABSTRAK
Autonomy is the autonomy of the original village, round and whole and not a gift from the government instead, the government is obliged to respect the autonomy of the original which is owned by the village. Under law No. 32 of 2004 on local government as a form of assignment in order to implement the local government administration in the village, the village was given the opportunity to grow and evolve in the direction of progress and development of the village itself with the proper and effective measure in service, development and empowerment. Base on Government Regulation No. 72 of 2005 on the village, In the thesis, entitled ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN 2011. This study leads to BPD supervision, supervision of village regulation, village leads and APBDes decision. As form of democracy established BPD village that serve as the legislative. This study is a qualitative research using this descriptive method that is drawing the phenomenon of the field and then analyzing the facts, the data predominantly equiqped with a data skunder interviews and observations of this study conducted at the office of village chief and BPD. Base on the analysis of the entire source of the Informant who collected according to the needs of research, the implementation of BPD in the duty fuction here can be concluded from the result of the research studies that are less optimal and effective supervision of the village BPD Buyu Bintan regency Bintan. To overcome the problems and limiting factors, it is necessary to coordinate and improve the shape of the pattern of good coorperation between the government and the BPD village, so that the continuity of development social welfare the community can work out as expeted. Keyword : Controlling
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
karena atas limpahan rahmat, karunia dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FUNGSI BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU
KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Terselesainya skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Maswardi, M. Amin, M.Pd selaku Rektor Universitas
Raja Ali Haji (UMRAH)
2. Bapak Dr. Rumzi Samin,M.Si, selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (UMRAH).
3. Bapak Bismar, M.Si, selaku dosen ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
yang telah memberikan motivasi sejak awal perkuliahan hingga
terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Kustiawan, M.P.S selaku ketua pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
ix
5. Bapak Imam Yudi, M.P.A selaku wakil pembimbing dan juga yang senan
tiasa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Tak terlupa seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmi Politik
(UMRAH), terima kasih untuk ilmunya dan inpirasinya.
7. Untuk kedua Orang tuaku Ayah (Alm) dan ibu ku yang selalu sabar dalam
mendididk anak-anaknya serta tiada hentinya memberikan do’a, motivasi,
saran maupun nasihat kepada penulis, serta untuk saudara-saudaraku,
abang, kakak, adik dan keponakan ku yang selalu memberikan motivasi
dan kecerian dirumah.
8. Sahabat dan teman-teman baik ku : Zulkarnaen, terima kasih untuk semua
waktu dan nasihat-nasihatmu yang telah diberikan, pengalaman dan
kenangan yang kita lalui.
9. Teman-teman seperjuangan di FISIP UMRAH angkatan 2005 dan 2006
Zulkarnaen, Dwinoto, Puteri, Luxfhy, Prima, Jenius dan Imam yang selalu
saling melengkapi, memberikan pengalaman dan motivasi serta do’a
kepada penulis.
x
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
skripsi ini oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Tanjungpinang, 27 Juli 2012 Penulis
HULDY KOTO
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………...………….i LEMBARAN PERSETUJUAN ……………………………………..……………ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….………………..iii SURAT PERNYATAAN ………………………………………….…………….iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………..…………………v ABSTRAK …………………………………………………………….…………vi ABSTRAK ……………………………………………………………………….vii KATA PENGANTAR…………………………………………………………..viii DAFTAR ISI ……………………………………………………….…….……….x DAFTAR TABEL ………………………………………………….………..….xiii DAFTAR BAGAN……………………………………………………………...xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..………..1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………….9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………………………………….....9 D. Konsep Teori …………………………………………………...…..10 E. Konsep Operasional ………………………………………………...23 F. Metode Penelitian …………………………………………………..26
1. Jenis Penelitian ……………………………………………….....26 2. Lokasi Penelitian ………………………………………………...27 3. Informan ………………………………………………………....27 4. Sumber dan Jenis Data …………………………………………..28 5. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....29 6. Teknik Analisa Data ……………………………………………..31
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritis ………………………………………………….34
1. Pemerintahan Desa ……………………………………………....34 2. Badan Permusyawaratan Desa …………………………………..40 3. Pengawasan ……………………………………………………...45
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Peta Wilayah dan dan Luas Wilayah ……………………………...55 1. Kondisi Desa ……………………………………………….....55 2. Sejarah Desa Bintan Buyu ………………………………….....56 3. Visi dan Misi ……………………………………………….....56 4. Demografi ………………………………………………….....56
B. Kependudukan dan Mata Pencaharian …………………………....57
xii
C. Tingkat Pendidikan …………………………………………….....60 D. Sarana dan Prasaran Desa Bintan Buyu …………………………..62 E. Sistem Pemerintahan ……………………………………………..66
1. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja Pemerintahan Desa Bintan Buyu……………………………...69 2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Bintan Buyu …………………………………………….74
BAB IV ANALISA
A. Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan ..83
B. Faktor-faktor Penghambat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengawasan Kegiatan Pemerintahan Desa Bintan Buyu Keca matan Teluk Bintan ………...…………………………………….104
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………..106 B. Saran ………………………………………………………………108
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
TABEL 1. Informan ……………………………………………………………..29
TABEL 2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Per Rukun Warga/Rukun Tetangga di
Desa Bintan Buyu……………………………………………….……57
TABEL 3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Mata Pencaharian di Desa
Bintan Buyu …………………………………….................................60
TABEL 4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Tingkat Pendidikan di Desa
Bintan Buyu ……………….................................................................61
TABEL 5. Sarana Olah Raga di Desa Bintan Buyu ……………………………..66
TABEL 6. Anggota BPD Desa Bintan Buyu …………………………………....76
TABEL 7. Nama-nama Pengurus LPM Desa Bintan Buyu……………………...77
TABEL 8. Nama-nama Pengurus PKK Desa Bintan Buyu ………………….….79
TABEL 9. Nama-nama RW dan RT Desa Bintan Buyu ……………………..…81
xiv
DAFTAR BAGAN
halaman
BAGAN 1. Pengawasan …………………………………………………………45
BAGAN 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan ………………………………………………...…68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan
pemerintah dan antar pemerintahan desa, potensi dan keanekaragaman desa,
peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya kepada desa disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi desa dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan Negara Indonesia pada Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagai bentuk
penugasan pemerintahan daerah agar dapat melaksanakan Pemerintahan di Desa.
Desa diberikan kesempatan tumbuh dan berkembang mengikuti arah kemajuan
dan perkembangan desa itu sendiri dengan langkah yang tepat dan terarah dalam
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa,
disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian
dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah.1 Berbeda dengan Kelurahan, desa memiliki hak mengatur
wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat
dirubah statusnya menjadi kelurahan.
Agar semua ini dapat dicapai sesuai apa yang diharapkan maka pemerintah
melaksanakan sistem pemerintahan dalam bentuk desentralisasi, maksud tujuan
tidak lain dan tidak bukan adalah agar mempermudah pelaksanaan tujuan itu
sendiri. Maka dibentuklah delegasi mulai dari pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, kabupaten/kota, hingga sampai kepada level yang paling bawah yaitu
pemerintah desa. Pemerintah desa memiliki otonomi desa yang sah dan telah
diakui dalam pelaksanaan pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan di desa,
maka pemerintah desa juga memerlukan struktur pemerintahan dan struktur
lembaga Desa, agar dapat menjalankan sistem pemerintahan desa dengan baik.
Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa. Kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat dan kepala desa
yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh Bupati.
Sedangkan BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa bersangkutan. Di dalam
pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai
keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan suatu wujud
1 Widjaja, HAW, Otonomi Desa, 2003 hlm. 85
3
demokrasi yaitu suatu peran serta masyarakat di dalam sistem pemerintahan dan
pembangunan desa.2
Titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat pedesaan sebaiknya
berdasarkan kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang
ada, ini hendaknya digalang secara baik bersama-sama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) sehingga keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan
bersama. Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan ditingkat desa, maka
keberadaan BPD selaku legeslatif dalam pemerintahan didesa menyangkut
masalah perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dimana BPD merupakan
wadah menampung dan menelaah rencana dan kegiatan pelaksanaan secara fisik
maupun non fisik yang akan dilaksanakan didalam kelangsungan pemerintah desa
tersebut.
Dalam konteks dan segi keberhasilan pemerintah desa, maka partisipasi
masyarakat desa tersebut yang bersifat aktif sangat diperlukan, karena hal ini
merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan, tanpa
partisipasi masyarakat sulit kiranya kegiatan pembangunan dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
Dengan demikian, partisipasi masyarakat yang menentukan bagi
keberhasilan pembangunan khususnya ditingkat pedesaan dan maupun keberadaan
sejumlah lembaga yang ada di tingkat desa seperti : Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) yang merupakan partner Pemerintahan Desa yang berdasarkan kegotong-
royongan atas dasar demokrasi yang berdasarkan UUD 1945.
2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 202 Otonomi Desa
4
Kalau dilihat dari penjelasan diatas, maka jelas bahwa keberadaan BPD
sangat dibutuhkan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat demi kemajuan desa.
Demikian pula halnya dengan keberadaan BPD di Desa Bintan Buyu Kecamatan
Teluk Bintan, yaitu : Menyangkut tugas keberadaannya dalam hal menampung
aspirasi masyarakat Desa Bintan Buyu yang nantinya dapat dilaksanakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa untuk pembangunan desa. Ini merupakan
bentuk pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga nanti
dalam pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
masyarakat.
Sebagai legislatif didesa, fungsi BPD membuat peraturan desa (PERDES),
dimana BPD ikut serta merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang
dijadikan sebagai keputusan desa, yang dijalankan oleh pemerintah desa untuk
kepentingan masyarakat desa itu sendiri. Selain itu BPD juga melakukan
pengawasan, dimana BPD juga mengawasi jalannya pemerintahan desa. Dimana
BPD mengawasi peraturan desa yang dihasilkan dan mengawasi setiap keputusan
yang dijalankan oleh Kepala Desa serta mengawasi APBD.3
1. Melakukan Pengawasan Peraturan Desa
Sebagai legislatif didesa BPD bertugas membuat peraturan desa
(PERDES), dimana BPD ikut serta dalam merumuskan dan menetapkan peraturan
desa yang akan di tetapkan dan dijalakan oleh pemerintah desa. Selain itu BPD
juga harus melakukan sosialisasi terhadap peraturan desa yang dihasilkan kepada
masyarakat, agar mengetahui peraturan desa yang sudah ditetapkan dan dijalankan
3 Ibid, hlm 165
5
oleh pemerintah desa untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa
yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama
untuk kemajuan desa.
a. Adanya Perumusan Peraturan Desa
Adalah adanya peran BPD dalam melakukan perumusan peraturan desa
yang di ajukan oleh pemerintahan desa. Peraturan desa diperlukan sebagai
pengatur jalannya penyelenggaraan pemerintahan desa, biasanya menjalankan
bagaimana tata cara dalam mengatur pengadministrasian, pengelolaan sumber
daya alam (SDA), dan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam pembuatan
peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh pemerintah desa maupun BPD,
dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama, tokoh pemuda, RT dan RW.
b. Adanya Sosialisasi Peraturan Desa
Sosialisasi peraturan desa bertujuan untuk mempercepat otonominasi desa,
sosialisasi merupakan tidak lanjut dari rapat kerja nasional tentang pemerintahan
desa, Pelaksanaan sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan oleh aparatur
pemerintahan desa dan dapat meperdayakan masyarakat desa.
c. Adanya Penerapan Peraturan Desa
Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di
usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan
seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait.
6
2. Pengawasan Terhadap Keputusan Kepala Desa
Selain tugas dan fungsi BPD sebagai pengawasan peraturan desa, BPD juga
bertugas atau berfungsi dalam mengawasi keputusan kepala desa. Sebagai tugas
BPD dalam pengawasan pemerintahan desa. Yang mana dimaksud dengan
pengawasan terhadap keputusan kepala desa yakni BPD ikut serta dalam
mengawasi perumusan keputusan dan penerapan yang akan di ambil oleh kepala
desa, untuk kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.
a. Adanya Perumusan Keputusan Kepala Desa
BPD sebagai pembawa aspirasi masyarakat juga memiliki fungsi sebagai
pengawasan peraturan desa dan keputusan kepala desa. Sebagai mitra sekaligus
pengawas pemerintahan desa dalam melaksanakan peraturan desa maka
koordinasi yang baik antara BPD dengan pemerintah desa sangat diperlukan
dalam membangun dan kesejahteraan masyarakat.
b. Adanya Peran BPD Dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa.
Selain fungsi dan tugas BPD melakukan pengawasan terhadap perumusan
keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa, BPD memiliki fungsi dan
tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat
apakah dilaksanakan pemerintah dengan baik atau tidak. Oleh karena itu dalam
penerapannya BPD harus dapat optimal dan efektif dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa.
3. Pengawasan Terhadap Anggaran Pendapatan Desa (APBD)
BPD juga memiliki tugas atau fungsi dalam pengawasan terhadap
anggaran pendapatan desa (APBDes), yang dimaksud dengan pengawasan
7
APBDes yakni BPD bersama kepala desa menetapkan APBDes setiap tahun
dengan peraturan desa4, dari pengelolaan anggaran dan pendapatan belanja desa
meliputi anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran yang
dipertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD.
a. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusu
nan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan
Anggaran yang di Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa.
BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap
peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari
penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan yang di
pertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD.
Pemahaman anggota BPD dan fungsinya menekankan pada pengawasan
terhadap pengawasan pelaksanaan peraturan desa dan peraturan lainnya yang
tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Menurut Undang Undang
Nomor.32 Tahun 2004 pasal 209 BPD berfungsi menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa dan memberikan jalannya pemerintahan desa dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Desa Bintan Buyu sebagai salah satu desa yang terletak di Kabupaten
Bintan yang mana pembentukan BPD pada periode kedua telah terlaksana
semenjak tahun 2008, dimana peraturan desa baru satu yang baru dihasilkan
hingga sekarang. Adapun satu peraturan yang baru dihasikan tersebut adalah
4 Undang-Undang Otonomi Daerah 2004 pasal 212 Keuangan Desa
8
kuarangnya pengawasan dari unsur BPD yakni, kurangnya pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki oleh anggota BPD dalam melaksanakan tugas
menyusun peraturan desa, masyarakat tidak mengetahui apakah sudah ada
peraturan desa yang ditetapkan di Desa Bintan Buyu, dalam menyusunan APBDes
anggota BPD tidak terlibat langsung hanya Kepala Desa dan pengawai kantor
desa yang terlibat langsung dalam penyusunan APBDes. Sebagaimana dijelaskan
dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 35 (b) menyatakan bahwa5 : BPD mempunyai
wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa
yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan, dengan baru satu yang
dikeluarkannya peraturan desa tersebut, sedangkan tugas dan fungsi BPD yang
sudah ditetapkan baik dalam Undang-Undang belum dapat terlaksana dengan
baik, hal ini dapat dirasakan karena kurangnya pembinaan terhadap fungsi dan
tugas BPD tersebut dan masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi6.
1. Masih kurang pemahaman anggota BPD dalam menyusun peraturan
desa.
2. Masyarakat tidak mengetahui apakah sudah ada peraturan desa yang
ditetapkan di Desa Bintan Buyu.
5 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 35 (b) 6 Wawancara dengan Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) November 2011Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.
9
3. Dalam menyususun APBDes anggota BPD tidak terlibat langsung,
hanya Kepala Desa dan pegawai kantor desa yang terlibat langsung
dalam menyusun APBDes.
Berdasarkan permasalahan diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih
lanjut tentang ”Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa
Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD
dalam menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD
terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa Bintan Buyu, jadi berdasarkan
fakta-fakta tersebut maka dapat dibuat perumusan masalah penelitian adalah :
1. ”Bagaimana Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa
Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011”?
2. ”Faktor-faktor Penghambat Fungsi BPD Di Desa Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011”?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengawasan BPD dalam Pemerintahan Desa.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pengawasan
10
BPD dalam Pemerintahan desa.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi BPD dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan
legislatif desa dan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
sosial dan ilmu politik khususnya ilmu pemerintahan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan bagi BPD dalam melaksanakan tugasnya pada Pemerint
ahan desa.
D. Konsep Teori
Dalam suatu penelitian selalu terdapat kerangka teoritis yang menjadi
landasan atau pijakan yang mana akan menyebabkan penelitian ilmiah tersebut
dapat dijadikan sumber informasi yang penting, demi perkembangan ilmu
pengetahuan dimasa akan datang . Sesuai dengan judul dan permasalahan yang
telah dipaparkan, maka penelitian mencoba menggunakan konsep teori sebagai
berikut :
1. Pemerintahan Desa
Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, kepala
desa yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh
bupati, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan
11
menyampaikan laporan mengenai tugasnya kepada bupati melalui camat. Dimana
BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat serta
mengawasi pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan anggaran
pendapatan belanja desa (APBD).
Tugas atau fungsi pokok dari pemerintah khususnya pemerintah daerah
yaitu : melaksanakan tugas pelayanan masyarakat (Public Service Function),
melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan
masyarakat (Protective Function). Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid7 yang
menyatakan tugas pokok pemerintah di rinci menjadi 3 (tiga) fungsi yang hakiki,
yaitu pelayanan (service): pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
masyarakat, pembangunan (development): mendorong kemandirian dalam
masyarakat, pemberdayaan (empowering): menciptakan kemakmuran dalam
masyarakat.
Selanjutnya landasan pemikiran pengaturan mengenai pemerintahan desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, otonomi asli, dan
pemberdayaan masyarakat. Menurut Widjaja8 menyatakan bahwa dari substansi
ke lima landasan pemikiran peraturan mengenai desa tersebut yaitu :
1. Keanekaragaman memiliki makna bahwa istilah desa disesuaikan dengan asal usul kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga sangat di mungkinkan terjadi perubahan-perubahan nama desa dengan sebutan lain, seperti : negeri, kampung, hutan, dan sebagainya. Pola penyelenggaraan pemerintah desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat dengan
7 Rasyid Ryas, Memahami Ilmu Pemerintahan, 2006 hlm. 27 8 Ibid, hlm 36
12
tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Partisipasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahn desa harus mampu mengwujudkan peran serta masyarakat desa dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan desa, agar warga desa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Upaya mewujudkan peran aktif masyarakat dapat terwadahi melalui lembaga kemasyarakatan yang ada.
3. Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaran pemerintahan desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan atau lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.
4. Otonomi asli memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya didasarkan pada hak asal usul dan bukan merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintahan tingkat atasnya. Hakikat otonomi asli juga tercermin dari kemandirian pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa untuk mendukung efektivitas penyelenggaran pemerintah desa.
5. Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa penyelengaraan pemerintahan desa diabadikan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan program atau kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah serta prioritas kebutuhan masyarakat.
Desa adalah merupakan bagian terkecil dari sebuah kelompok masyarakat
yang ada dalam suatu wilayah negara yang secara langsung diberikan haknya
untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan hak otonomi desa.
Adanya hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, masyarakat di
tuntut untuk menggali segenap potensi dan memanfaatkan sumber-sumber potensi
tersebut secara nyata dan bertanggung jawab bagi kemajuan desa. Berdasarkan
sudut pandang terhadap kelangsungan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh
pemerintah menjadi sasaran utama bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal
ini mengingat dari pertumbuhan politik maupun ekonomi masyarakat, bahwa
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan atau bersifat nasional, sangat
13
ditentukan untuk keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan ditingkat
perdesaan, hal ini didasarkan pada faktor jumlah penduduk di perdesaan tergolong
relatif banyak. Widjaja9 menjelaskan bahwa :
”Desa merupakan masa transisi dan memberikan dasar menuju development community yaitu bahwa desa tidak lagi memerlukan level administrasi, tidak lagi menjadi kawasan, tetapi menjadi independent community sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri bukan dari atas kebawah seperti selama ini terjadi.”
Selanjutnya Desa menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun
2005 dapat diartikan sebagai berikut10 : ”Desa adalah suatu masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat yang diakui dan dihormati daalm sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.”
Sebagai desa atau perdesaan memiliki ciri-ciri, Menurut Saparin11 adalah
sebagai berikut :
1. Desa sebagai bagian dari suatu wilayah atau teritorial
2. Desa sebagai tempat atau ajang hidup suatu kelompok warga masyar-
akat yang mempunyai perasaan kesatuan disebabkan karena tinggal
dekat dan ada kalanya karena merasa adanya tinggal keturunan.
3. Sebagai badan pemerintahan lokal, sebagai otorita yang mewakili
pemerintah lokal
Selanjutnya menurut pendapat Winardi dalam Suhartono12 menyebutkan ciri-ciri
umum dari Desa ialah : 9 Ibid, hlm 166 10 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005 11Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, 1979 hlm, 187
14
1. Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan pusat wilayah
usaha tani (sudut pandang ekonomi).
2. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan.
3. Faktor penguasahaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakat.
4. Populasi penduduk desa lebih bersifat terganti dari dirinya sendiri.
5. Kontrol sosial lebih bersifat informal, dan interaksi antara warga desa
lebih bersifat personal dalam bentuk tata muka.
6. Mempunyai tingkat homogenitas yang kreati tinggi dan ikatan sosial
yang relatif lebih ketat dari pada kota.
Berdasarkan pendapat di atas yang dikatakan bahwa desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang telah diakui. Hal ini merupakan
titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat desa berdasarkan
kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada,
hendaknya mampu digalang secara baik bersama-sama BPD sehingga
keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama. BPD menurut
pendapat Widjaja13 bahwa :
”Badan Permusyawaratan Desa (BDP) adalah permusyawaratan yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa menampung aspirasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.”
12Suhartono, Politik Lokal Parlemen Desa,; Awal Kemerdekaan sampai Jaman Otonomi Daerah, 2000 hlm 15 13 Ibid, hlm.107
15
Selanjutnya menurut pendapat Widjaja14 sebagai perwujudan demokrasi
di desa :
“Dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sesuai dengan
budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai
lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa
(PERDES), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) dan keputusan
Kepala Desa.”
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) selaku legislatif dalam pemerintahan
desa dalam pasal 202 No.32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai keberadaan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan wujud demokrasi yaitu
suatu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan
desa.BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta
mengawasi pelaksanaan peraturan desa, keputusan kepala desa dan anggaran
pendapatan belanja desa (APBD).
Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah No.72 Tahun 2005 35 (b) menyatakan bahwa: Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan, peraturan kepala desa. Dari ketentuan ini tampak
jelas bahwa antara pemerintahan desa dan BPD merupakan lembaga terpisah yang
mempunyai tugas dan kewenangan sendiri.
14 Ibid, hlm 27
16
Mekanisme seperti ini dilakukan kepala desa kepada rakyat melalui BPD
dapat dilihat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat (demokrasi) dan
perwujudan ditingkat desa.
Selanjutnya BPD menurut PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatakan bahwa :
”Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya
disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaran pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan
desa.”
Kemudian didalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 juga
menjelaskan tentang wewenang BPD yaitu :
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa.
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.
d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan
aspirasi masyarakat, dan
f. Menyusun tata tertib BPD
Sebagaimana yang di maklumi bahwa peranan BPD tidak terlepas dari
aspek kepemimpinan, yaitu lebih ditujukan kepada kemampuan penguasaan
pengikut dan situasi, setiap pemimpin berusaha untuk memahami watak dan
kondisi pengikut serta situasi untuk selanjutnya membutuhkan metode dan tugas
17
yang tepat dan situasi untuk mengembangkannya. Tugas kepemimpinan menurut
Siagian15yaitu :
1. Pemimpin sebagai penentu arah 2. Pemimpin sebagai guru dan juru bicara 3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif 4. Pemimpin sebagai mediator 5. Pemimpin selaku integrator
Selanjutnya tugas kepemimpinan menurut Athoillah16 yaitu :
1. Capacity, meliputi : Kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan bicara, Keaslian dan kemampuan nilai. 2. Achiefment, meliputi : Gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasih Asilan dan olah raga. 3. Responbility, melipputi : Mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percay a diri, berkeinginan untuk maju. 4. Participation, meliputi : Aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mu dah menyesuaikan diri, humoris. 5. Status, meliputi : Kedudukan sosial ekonomi dan ketenaran. 6. Situation, meliputi: Mental yang baik, status yang baik, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, berorien
tasi kepada tujuan.
Jika seorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis maka dalam
organisasi yang dipimpinnya pun akan melempem. Umumnya hal ini juga
menentukan bagaimana organisasi yang dipimpinnya, kegiatan dan dinamika yang
terjadi didalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin
memimpin organisasi. Efektifitas para bawahan sebagian besar ditentukan oleh
efektifitas kepemimpinan seorang pemimpin.
Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila17 adalah :
15 P. Siagian Sondang, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 2003 hlm 48 16 Anthoillah Anton , Dasar-Dasar Manajemen, 2010 hlm 209
18
Ing ngarsa sung tuladha: seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
Ing madya mangun karsa: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
Tut wuri handayani: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang
yang diasuhnya berani berjalan didepan dan sanggup bertanggungjawab.
3. Pengawasan
Sebagai wujud demokrasi, didesa dibentuk Badan Permusyawratan Desa
yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap pelaksanaan
peraturan desa, keputusan kepala desa serta Anggaran Pendapatan Belanja Desa18.
Dalam penyelenggaraan pemerintah desa dan BPD dalam mengawasi
penyelenggaran pemerintah desa ialah sebagai pertanggungjawaban wadah dari
masyarakat, agar dapat mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) antara
Pemeritahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Dalam era menuju kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dan untuk terciptanya
keterpaduan dan kerjasama yang baik antara Kepala Desa dengan BPD, maka
sudah seharusnya inisiatif usaha hendaknya datang dan muncul terlebih dahulu
dari BPD dan dengan menjalankan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakannya.
.Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD dalam
17 Op.cit.,hlm 43 18 Ibid, hlm 165
19
menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD terhadap
penyelenggaraan pemerintah desa di berbagai daerah, ialah masalahnya
”Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam
Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan”
Erat kaitannya bahwa BPD merupakan yang mempunyai tanggung jawab
yang penting sebagai wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan
terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan
baik yang bersifat sosial, budaya, pemerintahan maupun sosial ekonomi
masyarakat.
Tugas pengawasan juga harus diperhatikan setelah Perdes dihasilkan,
supaya Perdes dapat berjalan dengan baik, pengawasan dari segi teknisnya sendiri
terdiri dari pengawasan secara langsung dan pengawasan secara tidak langsung.
Dalam pelaksanaan pengawasan secara langsung maupun secara tidak langsung
tersebut, dilakukan oleh BPD selaku Legislatif desa. Dari segi teknis pengawasan
tersebut, menurut Siagian19 pelaksanaan pengawasan dapat dikelompokan
menjadi dua (2) bentuk yaitu :
1. Pengawasan langsung, yakni pengawasan yang dilakukan secara langsung, seperti : inspeksi, observasi maupun melalui laporan langsung.
2. Pengawasan tak langsung, yakni pengawasan yang dilakukan dengan pemanfaatan sarana-sarana seperti laporan tertulis maupun secara lisan.
Selanjutnya Siagian20menjelaskan beberapa sifat pengawasan, yakni :
a. Pengawasan ekstern yaitu pengawasan yang dilakukan antara lintas sektoral atau pihak dari luar. b. Pengawasan intern yaitu pengawasan yang melekat pada seseorang atau pimpinan unit organisasi.
19 Siagian, Filsafat Administrasi 2006 hlm 115 20 Ibid, hlm 21
20
Dari kedua sifat pengawasan yang berasal dari luar maupun dalam,
kesemuanya itu didasarkan kepada strategi bagaimana suatu tujuan dapat sesuai
dan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan.
Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat
menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam hal ini juga dikatakan
Siagian21 bahwa: ”Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak
perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam
organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan
kemudian menghukumnya”.
tindakan pencegahan yang diperlukan meredam kemungkinan terjadinya
deviasi dapat diambil sedini mungkin selama kegiatan operasional berlangsung
apabila terus berlanjut dapat berarti tidak terlaksananya rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. 2.) Dengan kata lain, pengawasan yang efektif tidak
seharusnya diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang selah
melainkan mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab ketidak beresan
dalam operasionalisasi rencana.
Selanjutnya, agar pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki, maka dalam pelaksanaannya hendaknya mengikuti
tahap-tahap yang menjadi indikator pelaksanaan pengawasan, Tahap-tahap
tersebut
21 Op.cit., hlm 114
21
Tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh
secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Tugas (fungsi) pengawasan :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi
tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaanya
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan,
agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
Dalam melaksanakan kegiatan Pengawasan, seyogyanya Pelaksanaan
Pengawasan harus memahami dan menerapkan fungsi Pengawasan sebaik-
baiknya, sehingga tidak terlepas dari fungsi Pengawasan itu sendiri. Pengawasan
juga menjaga agar rencana yang ditetapkan dapat dicapai semua aspek yang ada
dalam perusahaan maupun yang diuar perusahaan tetap berjalan kearah untuk
mencapai tujuan organisasi.
Sebagaimana Sujamto22 menambahkan ”Pengawasan adalah segala usaha
atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang
pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”.
Berdasarkan beberapa konsep tentang pengawasan yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut diatas, menunjukkan pentingnya dilakukan pengawasan
terhadap segala aktifitas/kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Hal ini adalah
sebagaimana mestinya, ada banyak hal untuk menentukan penyebab kegagalan
22 Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, 1996 hlm 77
22
BPD atau keberhasilan BPD. Tetapi masalah yang selalu berulang didalam suatu
organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang
memadai.
Dipandang dari sudut tugas BPD, maka lembaga tersebut dituntut agar
lebih aktif dan dinamis dalam menjalankan serta menjalankan fungsinya. Dengan
kata lain BPD harus melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka
mencari dan menggali apa yang menjadi aspirasi masyarakat yang disalurkannya
agar aspirasi masyarakat tersebut dapat tersalurkan dengan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah upaya untuk mencari data
dan informasi yang berkenan dengan masalah-masalah yang menjadi bahasan
dalam proses pembuatan suatu peraturan desa yaitu adanya keterbukaan semua
pihak untuk memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan serta adanya kesesuaian antara
kebijaksanaan yang dihasilkan oleh BPD dengan keinginan masyarakat yang
diwakilinya.
BPD merupakan pemeran yang mempunyai lingkup tanggung jawab yang
penting bagi wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap
kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan baik yang
bersifat sosial budaya, pemerintahan dan sosial ekonomi masyarakat. Dari
beberapa hal tersebut, maka segi pelaksanaanya diperlukan terhadap suatu kondisi
bersifat potensial keterlibatan serta kerjasama diantara kelembagaan BPD dengan
pihak pemerintah desa baik bersifat tahapan awal seperti, perencanaan maupun
tahapan akhir menyangkut hasil rencana yang dilaksanakan tersebut dimasyarakat.
23
E. Konsep Operasional
Guna mempermudah analisa data serta menghindari salah penafsiran
tentang konsep yang digunakan, maka akan dioperasionalkan beberapa konsep
yang terkait dalam penelitian ini yaitu :
1. Melakukan Pengawasan Peraturan Desa
Sebagai legislatif didesa BPD bertugas membuat peraturan desa
(PERDES), dimana BPD ikut serta dalam merumuskan dan menetapkan peratuan
desa yang akan di tetapkan dan dijalakan oleh pemerintah desa. Selain itu BPD
juga harus melakukan sosialisasi terhadap peraturan desa yang dihasilkan kepada
masyarakat, agar mengetahui peraturan desa yang sudah ditetapkan dan dijalankan
oleh pemerintah desa untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa
yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama
untuk kemajuan desa.
a. Adanya Perumusan Peraturan Desa
Adalah adanya peran BPD dalam melakukan perumusan peraturan desa
yang di ajukan oleh pemerintahan desa. Peraturan desa diperlukan sebagai
pengatur jalannya penyelenggaraan pemerintahan desa, biasanya menjalakan
bagaimana tata cara dalam mengatur pengadministrasian, pengelolaan sumber
daya alam (SDA), dan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam pembuatan
peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh pemerintah desa maupun BPD,
24
dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama, tokoh pemuda, RT dan RW.
b. Adanya Sosialisasi Peraturan Desa
Sosialisasi peraturan desa bertujuan untuk mempercepat otonominasi desa,
sosialisasi merupakan tidak lanjut dari rapat kerja nasional tentang pemerintahan
desa, Pelaksanaan sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan oleh aparatur
pemerintahan desa dan dapat memperdayakan masyarakat desa.
c. Adanya Penerapan Peraturan Desa
Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di
usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan
seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait.
2. Pengawasan Terhadap Keputusan Kepala Desa
Selain tugas dan fungsi BPD sebagai pengawasan peraturan desa, BPD
juga bertugas atau berfungsi dalam mengawasi keputusan kepala desa. Sebagai
tugas BPD dalam pengawasan pemerintahan desa. Yang mana dimaksud dengan
pengawasan terhadap keputusan kepala desa yakni BPD ikut serta dalam
mengawasi perumusan keputusan dan penerapan yang akan di ambil oleh kepala
desa, untuk kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.
a. Adanya Perumusan Keputusan Kepala Desa
BPD sebagai pembawa aspirasi masyarakat juga memiliki fungsi sebagai
pengawasan peraturan desa dan keputusan kepala desa. Sebagai mitra sekaligus
pengawas pemerintahan desa dalam melaksanakan peraturan desa maka
25
koordinasi yang baik antara BPD dengan pemerintah desa sangat diperlukan
dalam membangun dan kesejahteraan masyarakat.
b. Adanya Peran BPD Dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa.
Selain fungsi dan tugas BPD melakukan pengawasan terhadap perumusun
keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa, BPD memiliki fungsi dan
tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat
apakah dilaksanakan pemerintah dengan baik atau tidak. Oleh karena itu dalam
penerapannya BPD harus dapat optimal dan efektif dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa.
3. Pengawasan Terhadap Anggaran Pendapatan Desa (APBD)
BPD juga memiliki tugas atau fungsi dalam pengawasan terhadap
anggaran pendapatan desa (APBD), yang dimaksud dengan pengawasan APBD
yakni BPD bersama kepala desa menetapkan APBD setiap tahun dengan
peraturan desa, dari pengelolaan anggaran dan pendapatan belanja desa meliputi
anggaran pelaksana tata usaha, keungan dan perhitungan anggaran yang
dipertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD.
a. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusu
nan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan
Anggaran yang di Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa.
BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap
peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari
26
penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keunagan dan perhitungan yang di
pertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Lapangan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan dan interaksi fenomena lingkungan suatu
unit sosial, lembaga, atau masyarakat. Penelitian yang menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dimana menurut Moleong23” data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci tentang apa yang diteliti”.
Sedangkan kualitatif menurut Denzi dan Lincoin dalam Moleong24 mengatakan
bahwa : ”Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada”.
Dengan demikian penelitian ini menggambarkan serta melukiskan objek
penelitian ini menggambarkan serta melukiskan objek penelitian pada waktu
tertentu dengan menggunakan metode serta cara yang ilmiah pula, selanjutnya
mendapatkan suatu informasi yang dapat diterima oleh masyarakat dan informasi
23 Moleong. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif , 2007 hlm 11 24 Ibid., hlm 6
27
tersebut dihimpun seluas-luasnya tentang objek penelitian dan tidak menggunakan
hipotesa atau suatu praduga awal terhadap hasil penelitian.
Dari penjelasan diatas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara deskripsi dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini peneliti
mendiskrifitifkan atau menggambarkan sekaligus menganalisa tentang Bagaimana
Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa
Bintan Buyu Kabupaten Bintan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan,
pemilihan desa Bintan Buyu sebagai lokasi penelitian karena disebabkan penulis
yang melihat masih kurangnya proses pembangunan yang terjadi di desa tersebut,
masih kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan kegiatan ekonomi masyarakat,
padahal sudah lama menjadi sebuah desa. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat
permasalahan tersebut di sudut pandang pengawasan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.
3. Informan
Mengingat penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, maka
penelitian diarahkan melihat atau menganalisis objek dan informasi penelitian
yaitu tentang Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
Pemerintahan Desa untuk mendapatkan informasi yang objektif, maka informan
yang dipakai sebagai berikut: Pemerintahan desa dan Perangkat desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Tokoh masyarakat, dan Masyarakat.
28
a. Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa
(sekdes,bendaharawan desa,kepala seksi,dan kepala dusun).
b. Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas ketua dan wakil BPD serta
anggotanya.
c. Tokoh masyarakat yang di maksud ialah tokoh adat, tokoh agama,
tokoh wanita, tokoh pemuda, dan pemuka-pemuka masyarakat
lainnya.
d. Masyarakat yang dimaksud ialah masyarakat yang berkedudukan di
desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.
Tabel 1 Informan
No Informan Jumlah/Orang
1 Kepala Desa/Sekretaris Desa 2
2 BPD 5
3 Tokoh Masyarakat 5
4 Masyarakat 2 Jumlah 14
Sumber : Olahan Data Penelitian 2011
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari informan,
yang menjadi informan sebagai data untuk menganalisis penelitian .”Adalah data
yang dikumpulkan dan di olah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan
29
langsung dari objeknya” Arikunto25. Selanjutnya diperoleh melalui teknik
wawancara langsung dengan informan atau melakukan pengamatan terhadap
kehidupan masyarakat desa Bintan Buyu. Data primer ini juga disebut sebagai
data asli atau data yang baru.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa catatan dan laporan-laporan yang
di peroleh dari pihak ketiga. Diambil melalui keterangan atau informasi yang
diperlukan untuk lebih memperjelas masalah yang akan di teliti atau data sekunder
adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Dalam hal ini peneliti mengambil
data pada kantor Desa Bintan Buyu dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah dengan jalan
wawancara langsung yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada informan dengan tema yang sama dengan konsep teori yang telah di
uraikan sebelumnya. Menurut Singarimbun26 ”Wawancara yaitu mendapatkan
informasi dengan bicara langsung kepada informan”
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung
kepada Kepala Desa atau Sekretaris Desa, Ketua dan anggota BPD, Kepala Dusun
atau Tokoh Masyarakat, masyarakat pada sektor petani dan nelayan (informan)
25 Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 2006 hlm 145 26 Singarimbun. Masri, Metode Penelitian Survai, 1995 hlm 192
30
untuk mendapatkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
Purposive yaitu peneliti menentukan informan untuk tujuan tertentu saja, dimana
peneliti akan melakukan penelitian tentang fungsi dari Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Kemudian sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai
kebutuhan dengan berpedoman pada alat berupa pedoman wawancara yang telah
ada atau telah disusun sebelumnya oleh peneliti dengan indikator masalah tugas
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengawasan pemerintahan di Desa
Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.
2. Observasi
Observasi akan dilakukan berdasarkan pengamatan pada kejadian dan
kenyataan yang terjadi dilapangan tanpa ada rekayasa dan mengarahkan perhatian
pengamatannya pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan
informasi dan pandangan yang benar-benar berguna pada penelitian ini.
b. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan keterangan tugas BPD dalam pengawasan
Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu. Alat yang akan digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Wawancara yang dilakukan kepada ketua dan anggota BPD, adapun
alat yang digunakan dalam pengumpulan data teknik wawancara ada
lah berdasarkan pada pedoman wawancara, yang daftar pertanyaann
ya sesuai dengan permasalahan yang diangkat, kemudian dari hasil w
awancara yang dicatat dirangkum dan dianalisakan pada BAB IV dal
31
am penelitian ini.
2. Observasi ini merupakan Observasi Non Partisipatif, dimana peneliti
an melakukan pengamatan terhadap akatifitas yang dilakukan Kepala
Desa dan BPD Desa Bintan Buyu. Guna menyempurnakan pengamat
an terhadap fungsi BPD di Desa Bintan Buyu, maka peneliti memilih
cara, yaitu Ketua BPD Desa Bintan Buyu dijadikan sebagai Informan
Kunci (Key Informan). Dengan cara ini lebih memungkinkan bagi pe
liti terjadi interaksi sosial dan kultural secara tidak langsung antara pe
liti dan objek dan sekaligus mendekat kepada subjek yang diteliti, se
hingga subjek penelitian akan merasa simpati dan perhatian.
3. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dila
kukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari
dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumentasi dapat berup
a gambar atau foto dan pencatatan lain yang berhubungan dengan pen
elitian, dokumentasi meliputi, gambaran umum Desa Bintan Buyu, m
onografi Desa, surat izin penelitian dan foto-foto yang berkaitan deng
an penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Analisa diartikan ”penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan dan seterusnya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya”.
Dikemukakan dalam kamus Indonesia modern. Penyelidikan terhadap suatu
peristiwa di sini hanya sebatas untuk melihat sejauhmana pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu.
32
Setelah data terkumpul selanjutnya akan di rumuskan dengan
menggunakan analisa data deskriptif kualitatif, sehingga data yang sudah ada akan
di bandingkan dengan fenomena serta hasil wawancara dan observasi dengan
informan. Dan juga data di ambil dari pendapat masyarakat Desa Bintan Buyu
yang di peroleh dari hasil wawancara tersebut. Sehingga akan kelihatan
bagaimana tugas BPD dalam pengawasan Pemerintahan Desa Bintan Buyu.
Untuk lebih jelas lagi peneliti menggunakan teknik pemeriksaan data
triangulasi27 yaitu adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Penelitian melakukan triangulasi dengan
membandingkan dan untuk mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Pada metode triangulasi dapat di peroleh dengan berbagai cara.
Hal itu dapat dicapai dengan (1)membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
27 Bungin. Burhan, Penelitian Kualitatif, 2009 hlm 256
33
pemerintahan, dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan Moleong28.
28 Op.cit., hlm 324
34
34
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
Keadaan pemerintahan desa sekarang ini adalah sebagai masa transisi
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 hingga sekarang ini Undang-Undang No.32
Tahun 2004 untuk mengatur desa, peraturan perundang undangan tidak mengatur
pemerintah desa secara seragam dan kurang memberi dorongan kepada
masyarakatnya untuk tumbuh kearah kemajuan yang dinamis. Masa transisi
Undang-Undang lama tentang Otonomi Daerah yang sampai saat ini (Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 sekarang ini Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004), yang melahirkan banyak persoalan, penyelewengan keuangan alias korupsi
dan miskomunikasi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan juga antara
Pemerintah Daerah29.
1. Pemerintahan Desa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang desa adalah
suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemeritahan desa
memiliki otonomi desa yang sah dan telah diakui dalam pelaksanaan pelayanan,
29 Marbun. B.N, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, 2010 hlm 116
35
pemberdayaan dan pembangunan di desa, maka pemerintahan desa memerlukan
struktur pemerintahan dan struktur lembaga desa, agar mendapatkan sistem
pemerintahan desa dengan baik. Dalam penyelenggaraan pemerintah desa ada
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2008 tentang penyerahan urusan Kabupaten
kepada desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, kepala
desa yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh
bupati, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan
menyampaikan laporan mengenai tugasnya kepada bupati melalui camat. Dimana
BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat serta
mengawasi pelaksanaan Peraturan Desa, Keputusan Kepala Desa dan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (APBDes).
Tugas atau fungsi pokok dari pemerintah khususnya pemerintah daerah
yaitu : melaksanakan tugas pelayanan masyarakat (Public Service Function),
melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan
masyarakat (Protective Function). Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid30 yang
menyatakan tugas pokok pemerintah di rinci menjadi 3 (tiga) fungsi yang hakiki,
yaitu pelayanan (service): pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
30 Ibid, hlm 27
36
masyarakat, pembangunan (development): mendorong kemandirian dalam
masyarakat, pemberdayaan (empowering): menciptakan kemakmuran dalam
masyarakat.
Dari pendapat tokoh diatas 3 fungsi pemerintah dapat dijelaskan dimana
pemerintahan mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan
tututan tiap orang akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan
pemerintahan.
Selanjutnya landasan pemikiran pengaturan mengenai pemerintahan desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, otonomi asli, dan
pemberdayaan masyarakat. Menurut Widjaja31 menyatakan bahwa dari substansi
ke lima landasan pemikiran peraturan mengenai desa tersebut yaitu :
1 Keanekaragaman memiliki makna bahwa istilah desa disesuaikan dengan asal usul kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga sangat di mungkinkan terjadi perubahan-perubahan nama desa dengan sebutan lain, seperti : negeri, kampung, hutan, dan sebagainya. Pola penyelenggaraan pemerintah desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2 Partisipasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahn desa harus mampu mengwujudkan peran serta masyarakat desa dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan desa, agar warga desa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangankehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Upaya mewujudkan peran aktif masyarakat dapat terwadahi melalui lembaga kemasyarakatan yang ada.
3 Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaran pemerintahan desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan atau lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.
4 Otonomi asli memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya didasarkan
31 Ibid, hlm 36
37
pada hak asal usul dan bukan merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintahan tingkat atasnya.Hakikat otonomi asli juga tercermin dari kemandirian pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa untuk mendukung efektivitas penyelenggaran pemerintah desa.
5 Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa penyelengaraan pemerintahan desa diabadikan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan program atau kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah serta prioritas kebutuhan masyarakat.
Desa adalah merupakan bagian terkecil dari sebuah kelompok masyarakat
yang ada dalam suatu wilayah negara yang secara langsung diberikan haknya
untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan hak otonomi desa.
Adanya hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, masyarakat di tuntut untuk
menggali segenap potensi dan memanfaatkan sumber-sumber potensi tersebut
secara nyata dan bertanggung jawab bagi kemajuan desa. Berdasarkan sudut
pandang terhadap kelangsungan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh
pemerintah menjadi sasaran utama bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal
ini mengingat dari pertumbuhan politik maupun ekonomi masyarakat, bahwa
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan atau bersifat nasional, sangat
ditentukan untuk keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan ditingkat
perdesaan, hal ini didasarkan pada faktor jumlah penduduk di perdesaan tergolong
relatif banyak. Widjaja32 menjelaskan bahwa :
”Desa merupakan masa transisi dan memberikan dasar menuju development community yaitu bahwa desa tidak lagi memerlukan level administrasi, tidak lagi menjadi kawasan, tetapi menjadi independent community sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri bukan dari atas kebawah seperti selama ini terjadi.”
32 Ibid, hlm 166
38
Selanjutnya Desa menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun
2005 dapat diartikan sebagai berikut : ”Desa adalah suatu masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dan dihormati daalm sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.”
Sebagai desa atau perdesaan memiliki ciri-ciri, Menurut Saparin33 adalah
sebagai berikut :
1. Desa sebagai bagian dari suatu wilayah atau teritorial
2. Desa sebagai tempat atau ajang hidup suatu kelompok warga masyarak
at yang mempunyai perasaan kesatuan disebabkan karena tinggal dekat
dan ada kalanya karena merasa adanya tinggal keturunan.
3. Sebagai badan pemerintahan lokal, sebagai otorita yang mewakili peme
rintah lokal
Selanjutnya menurut pendapat Winardi dalam Suhartono34 menyebutkan ciri-ciri
umum dari Desa ialah :
1. Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan pusat wilayah
usaha tani (sudut pandang ekonomi).
2. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan.
3. Faktor penguasahaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakat.
4. Populasi penduduk desa lebih bersifat terganti dari dirinya sendiri.
5. Kontrol sosial lebih bersifat informal, dan interaksi antara warga desa
33 Ibid, hlm 187 34 Ibid, hlm 15
39
lebih bersifat personal dalam bentuk tata muka.
6. Mempunyai tingkat homogenitas yang kreatif tinggi dan ikatan sosial
Yang relatif lebih ketat dari pada kota.
Berdasarkan pendapat di atas yang dikatakan bahwa desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang telah diakui. Hal ini merupakan
titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat desa berdasarkan
kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada,
hendaknya mampu digalang secara baik bersama-sama BPD sehingga
keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama. BPD menurut
pendapat Widjaja35 bahwa :
”Badan Permusyawaratan Desa (BDP) adalah permusyawaratan yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa menampung aspirasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.” Selanjutnya menurut pendapat Widjaja36 sebagai perwujudan demokrasi
di desa :
“Dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sesuai dengan
budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai
lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa
(PERDES), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) dan keputusan
Kepala Desa.”
35 Ibid, hlm 107 36 Ibid, hlm 27
40
Kalau dilihat dari kenyataannya masih ada kekurangan ataupun kendala-
kendala yang seharusnya dilakukan oleh BPD dalam menjalankan tugasnya
namun belum bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya, seperti yang dapat dilihat
dari fenomena-fenomena dan hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh
Cahyono37dalam bukunya yang berjudul Konflik Elite Di Perdesaan, sebagai
berikut:
1. Tidak adanya pengawasan terhadap kebijakan yang dijalankan oleh Kep ala Desa dalam menjalankan suatu kebijakan baik itu pembangunan mau pun keputusan desa dan tidak adanya tanggapan serta pengawasan dari BPD tersebut. 2. Didalam menyampaikan aspirasi ternyata masyarakat hanya menyampai kan aspirasi kepada Kepala desanya langsung, tidak melalui BPD. 3. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa memperihatikan, banyak dian tara masyarakat hidup miskin namun tidak ada pihak lain yang memperh atikan, baik Pemerintahan Desa maupun BPD yang senantiasa mengklai m sebagai membawa aspirasi mayarakat. 4. BPD tidak lagi mencerminkan aspirasi masyarakat, justru hanya mengun tungkan kubu Kepala desa. Dampaknya dalam perjalanan tugas, BPD tid ak berhasil mengontrol Kepala Desa sebagai cara untuk mengawasi jalan nya pemerintahan, tetapi justru BPD cenderung melakukan kolusi/kolab orasi politik dengan Kepala desa. 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) selaku legislatif dalam pemerintahan
desa dalam pasal 202 No.32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai keberadaan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan wujud demokrasi yaitu
suatu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan
desa. BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta
37 Cahyono Heru, Konflik Elit Politik di Pedesaan, 2005 hlm 47
41
mengawasi pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan anggaran
pendapatan belanja desa (APBD).
Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dijelaskan dalam peraturan
pemerintah No.72 Tahun 2005 35 (b) menyatakan bahwa: Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan, peraturan kepala desa. Dari ketentuan ini tampak
jelas bahwa antara pemerintahan desa dan BPD merupakan lembaga terpisah yang
mempunyai tugas dan kewenangan sendiri.
Mekanisme seperti ini dilakukan kepala desa kepada rakyat melalui BPD
dapat dilihat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat (demokrasi) dan
perwujudan ditingkat desa.
Selanjutnya BPD menurut PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatakan bahwa :
”Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya
disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaran pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan
desa.”
Kemudian didalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 juga
menjelaskan tentang wewenang BPD yaitu :
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa.
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.
d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.
42
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dan
f. Menyusun tata tertib BPD
Sebagaimana yang di maklumi bahwa peranan BPD tidak terlepas dari aspek
kepemimpinan, yaitu lebih ditujukan kepada kemampuan penguasaan pengikut dan
situasi, setiap pemimpin berusaha untuk memahami watak dan kondisi pengikut serta
situasi untuk selanjutnya membutuhkan metode dan tugas yang tepat dan situasi untuk
mengembangkannya. Tugas kepemimpinan menurut Siagian38 yaitu :
1. Pemimpin sebagai penentu arah 2. Pemimpin sebagai guru dan juru bicara 3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif 4. Pemimpin sebagai mediator 5. Pemimpin selaku integrator
Pemimpin memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, baik
sebagai individu, dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam
kehidupan bernegara.Diantaranya tugas-tugas kepemimpinan menurut Athoillah39
yaitu :
1. Capacity, meliputi : Kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan bicara, keaslian dan kemampuan nilai. 2. Achiefment, meliputi : Gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasih asilan dan olah raga. 3. Responbility, melipputi : Mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percay a diri, berkeinginan untuk maju. 4. Participation, meliputi : Aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mu dah menyesuaikan diri, humoris. 5. Status, meliputi : Kedudukan sosial ekonomi dan ketenaran. 6. Situation, meliputi: Mental yang baik, status yang baik, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, berorien
tasi kepada tujuan.
38 Ibid, hlm 48 39 Ibid, hlm 209
43
Pemimpin itu tidak dilahir dengan sendirinya melainkan dia lahirnya dari
lingkungan, berbeda dengan G.R. Terry yang mengemukakan kepemimpinan itu
merupakan salah satu aspek atau segmen dari actuating atau pergerakan.
Kepemimpinan menurut G.R.Terry40 pemimpin itu harus memiliki syarat-syarat
seperti dibawah ini :
1. Energy 2. Knowledge of human relation 3. Personal drive 4. Communicative skill 5. Teaching ability 6. Social ability 7. Technical competence
Sehubungan dengan tugas kepemimpinan dilengkapi pemimpin dengan
pemahamam dari gaya kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para
pengikutnya. Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal
yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya,
yakni menurut Thoha41 : perilaku mengarah dan perilaku mendukung. Perilaku
mengarah dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan
diri dalam komunikasi satu arah, bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah
ini antara lain :
1. Menetapkan peranan yang harus dilakukan pengikut. 2. Memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, dimana melakukan hal tersebut. 3. Bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat terha dap apa yang dilakukan.
Perilaku mendukung ialah : Sejauh mana seorang pemimpin melibatkan
diri dalam komunikasi dua arah
40 Sukarna, Kepemimpinan dalam Adminitrasi Negara, 2006 hlm 60-61 41 Thoha Miftah, Kepemimpinan, 2010 hlm 64
44
Jika seorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis maka dalam
organisasi yang dipimpinnya pun akan melempem. Umumnya hal ini juga
menentukan bagaimana organisasi yang dipimpinnya, kegiatan dan dinamika yang
terjadi didalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin
memimpin organisasi. Efektifitas para bawahan sebagian besar ditentukan oleh
efektifitas kepemimpinan seorang pemimpin.
Selanjutnya menurut Hasibuan42 : ”Pemimpin adalah seorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan”.
Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila43adalah :
Ing ngarsa sung tuladha: seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
Ing madya mangun karsa: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
Tut wuri handayani: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang
yang diasuhnya berani berjalan didepan dan sanggup bertanggungjawab.
42 Op.cit, hlm 61 43 Ibid, hlm 43
45
3. Pengawasan
Sebagai legislatif desa, fungsi BPD membuat peraturan desa (PERDES),
BPD ikut serta merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang dijadikan
keputusan desa,yang dijalankan oleh pemerintahan desa untuk kepentingan
masyarakat itu sendiri. Didalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 (b)
menyatakan bahwa: BPD mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa.
Bagan I
Pengawasan
Sumber : Olahan Data Penelitian Tahun 2011
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pemerintahan desa
mengusulkan rancangan peraturan desa kepada BPD untuk mendapatkan
persetujuan dari BPD, setelah mendapatkan persetujuan dari BPD ditetapkan oleh
PEMERINTAHAN DESA
PENGAWASAN BPD
Masyarakat yang Adil dan Makmur
Makmur
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Pasal 15
1. Peraturan Desa 2. Keputusan kepala desa 3. APBDes
46
kepala desa dan dijadikan sebagai keputusan kepala desa. Sebagai wujud
demokrasi didesa yang berfungsi sebagai legislatif didesa dan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan desa, keputusan kepala desa serta APBDes
Melalui Peraturan Pemeritah No.72 Tahun 2005 penyelenggaraan
pemerintah desa dan BPD dalam mengawasi penyelenggaran pemerintah desa
ialah sebagai pertanggungjawaban wadah dari masyarakat, agar dapat
mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) antara Pemeritah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa.
Dalam era menuju kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dan untuk terciptanya
keterpaduan dan kerjasama yang baik antara Kepala Desa dengan BPD, maka
sudah seharusnya inisiatif usaha hendaknya datang dan muncul terlebih dahulu
dari BPD dan dengan menjalankan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakannya
.Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD dalam
menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD terhadap
penyelenggaraan pemerintah desa di berbagai daerah, ialah masalahnya
”Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam
Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan”
Erat kaitannya bahwa BPD merupakan yang mempunyai tanggung jawab
yang penting sebagai wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan
terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan
47
baik yang bersifat sosial, budaya, pemerintahan maupun sosial ekonomi
masyarakat.
Tugas pengawasan juga harus diperhatikan setelah Perdes dihasilkan,
supaya Perdes dapat berjalan dengan baik, antara lain tugas pengawasan Badan
Permusyawaratan Desa.
Dari segi teknis pengawasan tersebut, menurut Siagian44 pelaksanaan
pengawasan dapat dikelompokan menjadi dua (2) bentuk yaitu :
1. Pengawasan langsung, yakni pengawasan yang dilakukan secara langsu ng, seperti : Inspeksi, observasi maupun melalui laporan langsung. 2. Pengawasan tak langsung, yakni pengawasan yang dilakukan dengan pemanfaatan sarana-sarana seperti laporan tertulis maupun secara lisan.
Selanjutnya Siagian45 menjelaskan beberapa sifat pengawasan, yakni :
a. Pengawasan ekstern yaitu pengawasan yang dilakukan antara lintas sektoral atau pihak dari luar. b. Pengawasan intern yaitu pengawasan yang melekat pada seseorang atau pimpinan unit organisasi.
Dalam hal ini juga dikatakan Siagian46 bahwa : “pengawasan merupakan
suatu proses pengamatan untuk menjamin agar pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan”.
Dari kedua sifat pengawasan yang berasal dari luar maupun dalam,
kesemuanya itu didasarkan kepada strategi bagaimana suatu tujuan dapat sesuai
dan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Manullang47, mengatakan bahwa yang menjadi dasar utama
perlunya diadakan pengawasan dikarenakan adanya :
“(1) kesalahan manusia; (2) Hasil yang tidak diharapkan; (3) Ketidak tentu 44 Ibid, hlm 115 45 Ibid, hlm 21 46 Loc.cit, hlm 107 47 Manullang. M, Pengembangan Pegawai 1991 hlm 137
48
an; (4) Kegagalan.
Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat
menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam hal ini juga dikatakan
Siagian48bahwa: ”Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak
perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam
organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan
kemudian menghukumnya”.
Definisi Pengawasan menurut Siagian49 mengatakan bahwa :
“pengawasan dari seluruh organisasi bertujuan untuk menjamin semua
pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.”
Bertitik tolak dari pandangan tentang pengawasan seperti yang telah
dikemukakan, kiranya penting untuk menekankan bahwa pengawasan harus
terselengggara dengan efektif menurut Siagian50yang dimaksud dengan
pengawasan efektif adalah: 1.) Pengawasan yang menjamin bahwa tindakan-
tindakan pencegahan yang diperlukan meredam kemungkinan terjadinya deviasi
dapat diambil sedini mungkin selama kegiatan operasional berlangsung apabila
terus berlanjut dapat berarti tidak terlaksananya rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. 2.) Dengan kata lain, pengawasan yang efektif tidak seharusnya
diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang selah melainkan mencari
48 Op.cit., hlm 114 49 Loc.cit., hlm 107 50 Siagian P. Sondang, Manajemen Stratejik Tahun 2011 hlm 261
49
dan menemukan faktor-faktor penyebab ketidak beresan dalam operasionalisasi
rencana.
Sehubungan dengan pengawasan Siagian51 mengutip pendapat Harold
Kontz dan Cyrill O’Donnel :
”Planning and Controlling are the two sides of the same coin, artinya bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan kedua belah mata uang yang sama. Jelas bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melaksanakan pengawasan itu,sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti kemungkinan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan/atau penyelewengan-penyelewengan yang serius tanpa ada alat untuk mencegahnya”.
Selanjutnya, agar pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki, maka dalam pelaksanaannya hendaknya mengikuti
tahap-tahap yang menjadi indikator pelaksanaan pengawasan, Tahap-tahap
tersebut
Menurut Manullang52 adalah : “Menentukan standar (alat ukur),
mengadakan penilaian (evaluate) dan mengadakan tindakan perbaikan (corrective
action).
Selanjutnya senada pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki, maka didalam pelaksanaannya memerlukan suatu
proses biasanya terdiri paling sedikit lima tahap (langkah). Menurut
Handoko53proses pengawasan adalah:
“Serangkai kegiatan didalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah tertentu yang bersifat fundamental. Proses pengawasan tersebut adalah:
51 Ibid, hlm 112 52 Op.cit., hlm 173 53 Handoko. T. Hani, Manajemen, 2003, hlm 363
50
1. Penentuan standar pelaksanaan atau perencanaan. 2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. 3. Perbandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan. 4. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.”
Kemudian menurut Handayaningrat54 pengawasan adalah :
“Suatu proses dimana pemimpin ingin mengetahui dan memilliki kenyataan yang sebenarnya mengenai sebenarnya pelaksanaan tugas atau kegiatan sesuai dengan sebagaimana mestinya atau tidak”.
Selanjutnya menurut Yuniarsih dan Suwanto55 Proses pengawasan yang
efektif diawali oleh perencanaan yang matang, diikuti oleh pemantauan atas
implementasi, dan pembinaan secara berkesinambungan. Dengan demikian
peluang-peluang untuk terjadinya penyimpangan, sejak awal sudah dipagari oleh
tindakan-tindakan preventif dan sollusi yang relevan.
Dalam proses pengawasan disertai prinsip pengawasan agar pelaksanaan
penngawasan dapat berjalan dengan efektif, menurut pendapat Winardi56 yang
dikutip dari George R.Terry ialah : Pengawasan efektif membantu usaha-usaha
kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana.
Kemudian menurut Ukas57 memberikan pendapat yang senada tentang
bentuk pengawasan sebagai berikut: “Suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk
memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan kerja
sehingga apa yang telah yang direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan”.
54 Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, 1996 hlm 143 55 Yuniarsi dan Suwanto, Manajemen, 2009 hlm 111-112 56 Op.cit, hlm 396 57 Ukas Maman. Manajemen, 1999 hlm 329
51
Maksud pengawasan adalah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai
dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud pengawasan
bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap
hasil pelaksanaan pekerjaanya.
Tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh
secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Tugas (fungsi) pengawasan :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi
tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaanya sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan,
agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan - pemborosan.
Selanjutnya hakekat pengawasan menurut Salamoen Soeharyo dan Nasri
Effendi58 adalah: ”Untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan,
pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi”.
58 Salamoen Soeharyo dan Nasri Effendi, Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 2009 hlm 75
52
Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria
tertentu. Kriteria-kriteria utama menurut Handoko59 adalah: 1) mengawasi
kegiatan-kegiatan yang benar, 2) Tepat waktu, 3) Dengan biaya yang efektif, 4)
Tepat-akurat, dan 5) Dapat diterima oleh yang bersangkutan. Semakin
dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem pengawasan.
Mekanisme pengawasan menurut Sujamto60 : ”Pada garis besarnya prinsip-prinsip dan mekanisme proses pengawasan untuk semua bidang adalah sama bahwa semua bidang dan semua kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah (kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin) perlu diawasi untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna yang setinggi-tingginya serta untuk menghindari kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan.”
Dalam melaksanakan kegiatan Pengawasan, seyogyanya Pelaksanaan
Pengawasan harus memahami dan menerapkan fungsi Pengawasan sebaik-
baiknya, sehingga tidak terlepas dari fungsi Pengawasan itu sendiri. Pengawasan
juga menjaga agar rencana yang ditetapkan dapat dicapai semua aspek yang ada
dalam perusahaan maupun yang diuar perusahaan tetap berjalan kearah untuk
mencapai tujuan organisasi.
Sebagaimana Sujamto61 menambahkan ”Pengawasan adalah segala usaha
atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang
pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”.
Berdasarkan beberapa konsep tentang pengawasan yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut diatas, menunjukkan pentingnya dilakukan pengawasan
terhadap segala aktifitas/kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Hal ini adalah
59 Op.cit, hlm 373 60 Op.cit, hlm 77 61 Ibid, hlm 63
53
sebagaimana mestinya, ada banyak hal untuk menentukan penyebab kegagalan
BPD atau keberhasilan BPD. Tetapi masalah yang selalu berulang didalam suatu
organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang
memadai.
Dipandang dari sudut tugas BPD, maka lembaga tersebut dituntut agar
lebih aktif dan dinamis dalam menjalankan serta menjalankan fungsinya. Dengan
kata lain BPD harus melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka
mencari dan menggali apa yang menjadi aspirasi masyarakat yang disalurkannya
agar aspirasi masyarakat tersebut dapat tersalurkan dengan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah upaya untuk mencari data
dan informasi yang berkenan dengan masalah-masalah yang menjadi bahasan
dalam proses pembuatan suatu peraturan desa yaitu adanya keterbukaan semua
pihak untuk memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan serta adanya kesesuaian antara
kebijaksanaan yang dihasilkan oleh BPD dengan keinginan masyarakat yang
diwakilinya.
BPD merupakan pemeran yang mempunyai lingkup tanggung jawab yang
penting bagi wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap
kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan baik yang
bersifat sosial budaya, pemerintahan dan sosial ekonomi masyarakat. Dari
beberapa hal tersebut, maka segi pelaksanaanya diperlukan terhadap suatu kondisi
bersifat potensial keterlibatan serta kerjasama diantara kelembagaan BPD dengan
54
pihak pemerintah desa baik bersifat tahapan awal seperti, perencanaan maupun
tahapan akhir menyangkut hasil rencana yang dilaksanakan tersebut dimasyarakat.
55
55
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK
BINTAN
A. Peta Wilayah Desa Bintan Buyu dan Luas Wilayah : 49,2 KM2
Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
1. Kondisi Desa
Desa Bintan Buyu dengan luas 49,2 Km2, memiliki kondisi desa yang
sangat strategi dari perbukitan dan rawa-rawa, dan memiliki sebuah gunung yang
56
dinamakan Gunung Bintan. Didesa tetapkan telah ditetapkan menjadi ibu kota
Kabupaten Bintan yang diberinama “BANDAR SRI BENTAN”.
2. Sejarah Desa Bintan Buyu
Pada dahulu kala ada sebuah kampung yang bernama Bentan Telani yang
berkedudukan di Bukit Batu (Tebing Tinggi) dan dikampung tersebut terdapat
makam-makam bekas peninggalan kerajaan Bentan, disamping itu diseputaran
kampung Bentan Telani terdapat sebuah gunung yang diberi nama Gunung
Bintan, gunung tersebut terletak dikampung Bentan, berkenaan dengan adanya
Gunung Bintan tersebut maka jadilah sebuah desa yang dulunya disebut
kepenghuluan bentan. Selanjutnya dengan adanya penetapan oleh Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Riau maka kampung bentan tersebut diganti dengan nama
Desa Bintan Buyu. Kampung bintan telani tersebut sekarang diberi nama
kampung Bintan Bukit Batu sebagai pusat Ibukota Pemerintah Desa Bintan Buyu
dan Desa Bintan Buyu tersebut juga telah ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten
Bintan yang berkedudukan di Bandar Sri Bentan Bintan Bukit Batu.
3. Visi dan Misi
a. Visi : Bintan Buyu Bisa Menuju 2015 Bersih, Indah, Sehat dan
Aman
b. Misi : Mewujudkan Kesadaran dan Perilaku Hidup Sehat
4. Demografi
Jarak Desa Bintan Buyu, 27 Km ke Kecamatan Teluk Bintan, sekitar 44
Kilo Meter ke Kabupaten Bintan, dan luas wilayah 49,2 Km2 Memiliki 13 RT
dan 6 RW dengan berbatasan dengan:
57
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sri Bintan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tembeling
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Penaga
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Toapaya Utara
B. Kependudukan dan Mata Pencarian
Menurut data dari kantor Desa Bintan Buyu November 2011, penduduk
Desa Bintan Buyu berjumlah 2.283 jiwa atau 543 Kepala Keluarga (KK), yang
terdiri atas laki-laki yang berjumlah 1140 jiwa dan perempuan yang berjumlah
1313 jiwa. Sebagian besar dari jumlah penduduk tersebut adalah suku melayu
yang merupakan penduduk asli Desa Bintan Buyu, dan ada juga suku-suku
pendatang seperti : Jawa dan Padang. Untuk lebih jelasnya berikut adalah
klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan per Rukun Tetangga/Rukun Warga
yang disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Klasifikasi Jumlah Penduduk Per Rukun Tetangga/Rukun Warga di Desa Bintan Buyu
NO
RT/RW JIWA JUMLA
H KK KETERANGAN LAKI-
LAKI WANIT
A 1 RT.01/RW.I 70 69 139 31 2 RT.02/RW.I 50 61 111 35 3 RT.03/RW.II 70 75 155 35 4 RT.04/RW.II 74 84 158 36 5 RT.5/RW.III 99 86 185 43 6 RT.6/RW.III 41 65 106 33 7 RT.07/RW.IV 158 201 359 78
58
8 RT.08/RW.IV 183 182 265 65 9 RT.09/RW.V 135 200 235 42 10 RT.10/RW.V 52 61 113 30 11 RT.11/RW.VI 52 65 137 40 12 RT.12/RW.VI 77 84 161 32 13 RT.13/RW.VI 79 80 159 43
JUMLAH 1140 1313 2283 543 Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari cenderung
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa Bintan Buyu tersebut,
biasanya mereka memanfaatkan lahan disekitar rumah untuk bercocok tanam.
Masyrakat di Desa Bintan Buyu kebanyakan berkerja sebagai petani, nelayan dan
sebagainya. Sebagai nelayan tangkapan yang didapat adalah ikan, udang, ketam
dan lainnya dengan menggunakan sampan dan perahu motor yang biasa disebut
pompong sebagai alat transportasi untuk melaut.
Para nelayan biasa memakai jaring, karamba, jala, dan pancing. Sebagai
wirausaha mereka biasanya ada yang berkerja di daerah kabupaten sebagai
pembantu rumah tangga, ada juga yang berjualan membuka warung dan serta
kebanyakan dari mereka banyak yang mengolah hasil kebun dan pertanian seperti
: Jagung, cempedak, durian dan lainnya di wilayah Desa Bintan Buyu.
Potensi alam yang dimiliki Desa Bintan Buyu yang manajuga menjadi
Objek Wisata air terjun gunung bintan yang terletak dibintan berkapur, Objek
Wisata ini pun menjadi potensi Desa dari hasil restibusi tersebut di jadikan PADes
Bintan Buyu. Selain objek Wisata yang dimiliki Desa Bintan Buyu adanya
peninggalan sejarah kuno kerajaan melayu yang tertua di pulau Bintan, berada di
Lanjutan Tabel 2
59
Desa Bintan Buyu dibuktinya dengan adanya makam-makam tua, tempat
peninggalan sejarah tersebut sekarang sedang direnovasi dan dan nantinya juga
akan dibuat Peraturan Desa (Perdes), yang menetapkan pungutan untuk
pengunjung yang berkunjung ketempat bersejarah tersebut dan juga nantinya
menjadi PADes.
Meskipun mata pencarian penduduk Desa yang bervariasi, namun pola
adaptasi masyarakat Desa Bintan Buyu terhadap kehidupan laut dan hutan sedikit
menurun di bandingkan 5 tahun belakangan. Hal ini dampak dari pemekaran
daerah Kabupaten Bintan. Akibat pemekaran daerah tersebut hampir sebagian
besar penduduk di daerah Kabupaten Bintan termasuk juga penduduk di Desa
Bintan Buyu yang dulu berkerja sebagai nelayan dan petani, sekarang mereka
menjadi wiraswata atau buruh bangunan.
Penghasilan musiman yang biasanya dinantikan oleh masyarakat desa yang
memiliki kebun buah–bauahan yaitu pada musim buah durian dan lainnya, saat
musim buah–buahan tiba maka mereka sibuk untuk mengurus kebun. Seperti pada
musim durian tiba mereka mulai menjaga pohon–pohon durian mereka dari mulai
awal berbuah hingga sampai habis buahnya. Dari hasil kebun yang meraka
peroleh digunakan sebagai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari
dan juga digunakan untuk tabungan sekolah anak mereka. Untuk lebih jelasnya
lagi komposisi jumlah penduduk menurut usaha/mata pencaharian dapat dilihat
seperti yang ditampilkan pada tabel
60
Tabel 3
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Mata Pencaharian di Desa Bintan Buyu
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH (ORANG) 1 Pertanian 321 Orang 2 Peternakan 25 Orang 3 Pedagang 16 Orang 4 Buruh Bangunan/ Buruh Tani 349 Orang 5 Nelayan 18 Orang 6 Pegawai Negeri Sipil 9 Orang 7 ABRI 1 Orang 8 Pensiunan (Peg.Negeri / ABRI) Tidak Ada 9 Lain-lain / Karyawan Swasta 325 Orang
Sumber: Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
C. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Bintan Buyu relatif masih sangat
rendah hal ini terkait dengan status ekonomi masyrakat di Desa Bintan Buyu yang
berkisar pada tarap ekonomi kurang mampu dan mereka kebanyakan berasal dari
kelompok ekonomi menengah kebawah. Status sosial dan ekonomi masyarakat
yang rendah tersebut maka berdampak pada rendahnya sumber daya manusia di
Desa Bintan Buyu, maka hal ini menjadi bahan pertimbangan yang berarti,
dimana kalau dilihat dari permasalahan tersebut maka perlunya peranan dari BPD
dan pemerintah Desa untuk memajukan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat, hal tersebut tidak terlepas tugas BPD di Desa Bintan Buyu Kabupaten
Bintan.
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga dalam
menyekolahkan anaknya, banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan
61
sekolah. Disamping karena rendahnya minat sang anak untuk melanjutkan sekolah
juga disebabkan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan tersebut.
Harapan atas kesadaran setiap orang tua untuk memikirkan pendidikan anaknya
sudah semakin besar, yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan kearah yang lebih baik.
Dari data yang diperoleh dari kantor Desa Bintan Bintan Buyu, sebagian
besar tingkat pendidikan di Desa Bintan Buyu hanya tamatan SD (Sekolah Dasar)
dan masih ada sebagian penduduk yang belum sama sekali mengecap pendidikan,
dan ada sebagian laginya yang berpendidikan SMP, dan Akademi, masih ada juga
yang sebagian orang yang masih buta huruf ( buta aksara ) yang perlu menjadi
pusat perhatian pemerintah desa maupun pemerintah daerah. Untuk lebih jelas
tetang pendidikan di desa Bintan Buyu, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Tingkat Pendidikan di Desa Bintan Buyu
Sumber : Kantor Desa Bintan
Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
NO
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH (ORANG)
1 Tidak tamat SD 621 2 SD / MI 703 3 SLTP / Mts 343 4 SLTA / MA /SMK 567 5 Diploma 42 6 Sarjana 7
62
D. Sarana dan Prasarana Desa Bintan Buyu
1. Sarana dan Perasarana Pendidikan
a. Tujuan :
Meningkatkan Produktifitas Belajar
b. Sasaran :
Sasaran dari kegiatan ini adalah Pemantapan Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
c. Output :
Keluaran dari kegiatan ini adalah adanya sarana dan prasarana
Pendidikan bias terfasilitasi
d. Manfaat
1. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana Pendidikan
2. Meningkatnya penunjang kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
di SD dan SLTP.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan (Ambulance Desa)
a. Tujuan
Mempermudah Pelayanan Kesehatan
b. Sasaran
Seluruh warga masyarakat
c. Output
adanya ambulance desa yang dapat melayani kebutuhan warga dengan
cepat.
63
3. Program Sarana dan Prasarana Pembangunan Balai Desa Bintan Buyu
a. Tujuan
Membuat Pembangunan Fisik Balai Desa
b. Sasaran
Balai Desa
c. Output
Tersedianya tempat pertemuan warga masyarakat
d. Manfaat
Menampung peserta rapat / pertemuan di Desa Bintan Buyu
4. Program Sarana dan Prasarana Pemberdayaan Lingkungan Hidup
(Penghijauan)
a. Tujuan
Penataan ruas jalan yang ada di Desa Bintan Buyu
b. Sasaran
Beberapa kampung yang ada di Desa
c. Output
Terciptanya suasana kenyamanan di lingkungan
d. Manfaat
Keindahan dan kelestarian di linkungan perkampungan
5. Pengadaan Sarana dan Prasarana alat musik tradisional dan Non
Tradisional dan Tata rias
a. Tujuan
64
Mengembangkan bakat generasi muda di bidang seni rupa dan
mempermudah warga dalam acara pesta perkawinan dan lain -lain
b. Sasaran
Sanggar tari dan Pemuda Desa Bintan Buyu
c. Output
Pelestarian budaya melayu dan Peningkatan Mutu Pemuda di bidang kese
nian
d. Manfaat
Mengurangi beban warga
6. Usaha Ekonomi Desa (UED-SP, SPKP)
a. Tujuan
Membantu masyarakat dalam pengembangan usaha
b. Sasaran
Masyarakat Desa Bintan Buyu
c. Output
Memudahkannya masyarakat dalam hal peminjaman modal usaha
d. Manfaat
Bisa meluaskan usaha kecil menengah
7. Pengadaaan Bibit Getah Unggul dan Bibit (Sapi, kambing)
a. Tujuan
Meningkatkan mutu dan kualitas
b. Sasaran
Kelompok Usaha Bersama dan Petani yang ada di Desa Bintan Buyu
65
c. Output
Terdapatnya kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat
d. Manfaat
Menambah penghasilan warga
Meningkatkan taraf hidup
8. Pembangunan Sarana dan Prasarana Objek Wisata
a. Tujuan
Menumbuh kembangkan adat budaya yang sudah mati
b. Sasaran
Pemantapan sarana dan prasarana Objek Wisata yang sudah ada
c. Output
Pembangunan dan penambahan Sarana Pariwisata
d. Manfaat
Menambah akses pelayanan kepada pengunjung Objek Wisata
9. Peningkatan Budi daya ikan air tawar/laut
a. Tujuan
Mengembangkan produksi ikan air tawar/laut
b. Sasaran
Kelompok Usaha Bersama
c. Output
Terdapatnya kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat
d. Manfaat
. Menambah penghasilan warga
66
. Meningkatkan taraf hidup
. Meningkatkan perekonomian masyarakat yang akan berdampak pada
Peningkatan taraf hidup dan sejahtera
Tabel 5
Sarana Olah Raga di Desa Bintan Buyu
No Jenis Sarana Jumlah
1 Lapangan Sepak Bola 6 buah
2 Lapangan Bola Volly 8 buah
3 Lapangan Bulu Tangkis - buah
4 Lapangan Takraw 3 buah
Jumlah 17 buah Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
Dari Tabel di atas dapat dilihat jumlah sarana olahraga yang ada di Desa
Bintan Buyu, yang terdiri dari lapangan sepak bola, lapangan bola volly, lapangan
bulu tangkis, dan lapangan takraw. Tujuan penyediaan sarana (fasilitas) ini adalah
dalam rangka memberdayakan masyarakat agar dapat hidup sehat dan sejahtera.
E. Sistem Pemerintahan
Pemerintah Desa Bintan Buyu dipimpin oleh seorang kepala desa yang
dipilih melalui proses pemilihan kepala desa yang kemudian disahkan oleh camat
atas bupati. Hal paling penting bagi masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa
adalah pilihan calon yang memiliki kriteria yang mempunyai kemampuan untuk
67
menjadi pemimpin dan dapat membawa masyarakat kearah perubahan yang lebih
baik serta mempunyai tujuan untuk melaksanakan pembangunan desa bersama
BPD.
Agar dapat berjalannya pemerintahan desa yang stabil dan demokrtis
sesuai dengan amanah UUD 1945, maka di desa juga terdapat organisasi-
organisasi kemasyarakatan dalam rangka mencerdaskan masyarakat selain
langkah pendidikan oleh pemerintah. Untuk lebih jelasnya tentang sistem
pemerintahan di desa Bintan Buyu di jelaskan pada bagan Struktur Organisasi
Pemerintahan Desa Bintan Buyu.
68
Bagan 2
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
SEKRETARIS DESA ABDULLAH
KEPALA DUSUN II ABDUL ZAMAN
KEPALA DUSUN III ATAN MUSTAPA
KAUR PEMERINTAH
KAUR PEMB HADI
KAUR TRANTIB HENDRA
KAUR KESRA KAUR ADM DAN KEUA
NGAN
SITA
KEPALA DUSUN I BAWADI
KEPALA DESA KAHARUDDIN
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
SEKRETARIS DESA ABDULLAH
KEPALA DUSUN II ABDUL ZAMAN
KEPALA DUSUN III ATAN MUSTAPA
KAUR PEM ENDANG
KAUR PEMB HADI
KAUR TRANTIB HENDRA
KAUR KESRA NURAINI
KAUR ADM DAN KEUA
NGAN
SITA
KEPALA DUSUN I BAWADI
KEPALA DESA KAHARUDDIN
69
1. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja
a. Kepala Desa
1. Kedudukan : Sebagai Pemimpin Penyelenggara Pemerintahan Desa
2. Tugas :
a. Memimpin penyelenggara Pemerintahan Desa
b. Pembinaan kehidupan masyarakat desa
c. Membina perekonomian masyarakat desa
d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa
e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa
f. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan menunjukan
kuasa hukumnya
g. Mengajukan rancangan peraturan desa (Perdes) bersama BPD
h. Menjaga kelestarian adat istiadat agar hidup dan berkembang di
Desa yang bersangkutan
3. Fungsi :
a. Penyelenggaraan pemerintahan desa
b. Pembinaan kehidupan masyarakat desa
c. Membina perekonomian masyarakat desa
d. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa
e. Penyelesihan perselisihan masyarakat desa
f. Perwakilan desanya didalam dan diluar pengadilan dan menunjukan
kuasa hukumnya.
70
g. Penyusunan dan pengajuan rancangan Peraturan Desa bersama BPD
dan menetapkannya sebagai PERDES
h. Pelestarian adat istiadat yang hhidup dan berkembang di desa
b. Sekretaris Desa
1. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa
2. Memimpin, menkoordinasi dan mengendalikan serta mengawasi
semua unsur / kegitan Sekretaris Desa
3. Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretaris Desa dan
keadaan umum desa
4. Merumuskan program kegitan Kepala Desa
5. Melaksanakan urusan surat menyurat kearsipan dan laporan
6. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil-
hasil rapat
7. Menyusun Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa
8. Mengadakan kegitan iventarisasi (mencatat, mengawasi, memelihara)
kekayaan desa
9. Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah pencatatan
administrasi pertanahan
10. Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan,
administrasi kemsyarakatan
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa
71
c. Kaur Pemerintahan dalam membantu Sekretaris Desa
1. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk desa
2. Melaksanakan dan memeberikan pelayanan terhadap masyarakat dala
m pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
3. Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan
4. Melaksanakan pencatatan kegiatan administrasi pertanahan
5. Melaksnakan kegiatan kemasyarakatan antara RW, RT, dan Ketentram
an dan Ketertibannya serta Pertahanan Sipil (HANSIP)
6. Melaksanakan Penyelenggaraan Buku Administrasi Peraturan Desa dan
Keputusan Desa
7. Melasanakan Kegitan Administrasi Pemilu berdasarkan ketentuan yang
berlaku
8. Melaksanakan, mengawasi serta membina ex tahanan politik c (G. 30 S
/ PKI ) dan kegitan sosial politik lainnya
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa
d. Kaur Keuangan dalam membantu Sekretaris Desa
1. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan Kepala Desa
dan Perangkat Desa sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang
berlaku
2. Mengumpulkan dan menganalisa data sumber penghasilan desa baru
untuk dikembangkan
3. Melakukan kegiatan administrasi pajak yang dikelola oleh desa
72
4. Merencanakan penyusunan Anggaran Belanja Desa untu dikonsutasikan
dengan BPD
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa
e. Kaur Ketentraman dan Ketertiban dalam membantu Sekretaris Desa
1. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan
kebijaksanaan ketentraman dan ketertiban ditetapkan oleh Pemerintah
2. Melakukan dan melaksanakan administrasi ketertiban dan ketentraman
3. Menyususun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket
desa
4. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di lingkungan desa
5. Melapporkan apabila terjadi tindak kriminal baik kepada desa maupun
kepada yang berwajib
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa
f. Kaur Perekonomian dan Pembangunan dalam membantu Sekretaris
Desa
1. Melaksanakan kegitan administarsi pembangunan di Desa
2. Melaksanakan pencatatat hasil swadaya masyarakat dalam
Pembangunan Desa
3. Menghimpun dana potensi desa serta menganalisa dan memeliharanya
untuk dikembangkan
4. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan
Daftar Usulan Rencana Proyek / Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat
Daftar Isian Proyek / Daftar Isian Kegitan
73
5. Mengikuti dan melapporkan perkembangan keadaan dan kegiatan dibid
ang pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya
6. Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan perekonomian (Kop
erasi Unit Desa, Perkoperasian, Perkreditan, dan Lembaga Perekonomia
nnya)
7. Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayan
an terhadap masyarakat dalam hal memohon pembuatan izin usaha, izin
bangunan dan lain-lain
8. Melaksanakan tugas lainyang diberikan oleh Seskretaris Desa
g. Kaur Kesejahteraan Rakyat dalam membantu Sekretaris Desa
1. Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat /
masyarakat termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan dan
kebudayaan, kesenian, olah raga, pemuda, pramuka, dan PMI di Desa
2. Menyelenggarakan iventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma,
Tuna susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim
piatu, jompo, panti asuhan dan pencatatan dalam rangka
memasyarakatkan kembali bekas narapidana
3. Mengikuti perkembannngan serta melaporkan tentang keadaan kesehata
n masyarakat dan kegitan lainnya di Desa
4. Mengikuti permbangan serta mencatat kegiatan program kependudukan
( Keluarga Berencana, Ketenagakerjaan, Transmigrasi dan lingkungan
Hidup )
5. Melakukan kegiatan pencatatan bagi para peserta jamaah haji di Desa
74
6. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan,
kegiatan Badan Amil Zakat (BAZ) dan melaksanakan pengurusan
kematian
7. Melaksanakan kegiatan DKM, Lumbung Bahagia/beras perelek
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa
2. Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa
Bintan Buyu.
Desa Bintan Buyu memiliki Badan Permusyawaran Desa (BPD) yang
terbentuk pada tahun 2003 yang berada di Kabupaten Bintan, BPD terdiri dari
lima orang yang merupakan wakil masyarakat, karena yang menjadi BPD adalah
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, yang dipilih dengan
jalan musyawarah dan mufakat, tata cara pemilihannya diatur oleh Peraturan
Bupati (Perbup).
Mengenai tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Undang – Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan di
sebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 72 Tahun 2005 tentang Desa,
dimana peraturan tersebut menjelaskan tugas dan fungsi BPD dalam
pelaksanaannya di dalam masyarakat, aspirasi dan keluhan masyarakat merupakan
tolak ukur bagi BPD dalam bertindak, kemajuan masyarakat merupakan
tujuannya, hal tersebut dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Mengenai kedudukan tugas dan fungsi BPD secara jelas di muatkan dalam
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 07 tahun 2007 tentang pembentukan BPD, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
75
a. Bagian Kesatu Kedudukan dan Fungsi
Pasal 2
a. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa
b. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalur aspirasi masyarakat.
b. Bagian Kedua Wewenang
Pasal 3
a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
1. Desa dan Perturan Kepala Desa
2. Mengusulkan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa dan
atau Pejabat
3. Membentuk Panitia Kepala Desa
4. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
5. Menyusun Tata Tertib BPD
Pelaksanaan tugas dan fungsi BPD dapat dikatakan sebagai suatu wadah
yang berbeda dimasyarakat yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab
terhadap upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat desa maupun
menyangkut akan peningkatan ketahanan segala aspek kehidupan yang ada.
76
Tabel 6
Data dan Anggota BPD Desa Bintan Buyu
Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011
Berdasarkan pada tabel ini menyajikan keanggotaan BPD Desa Bintan Buyu
yang berjumlah lima orang yang di pilih oleh masyarakat. BPD menjalankan tugas
dan fungsinya harus sejalan dengan visi dan misi yang telah di buat dan harus
dapat melaksanakan tujuan yang ingin di capai pada PP 72 tahun 2005, yang telah
memberikan otomatis kepada desa untuk menjadi lebih maju melalui usaha dan
swadaya dari masyarakat sendiri untuk kesejahteraan masyarakat.
h. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
1. LPM mempunyai Tugas :
a. Menyususun rencana pembangunan yang partisipatif
b. Menggerakkan swadaya Gotong royong masyarakat
c. Melaksanakan dan menggalikan pembangunan
2. LPM mempunyai fungsi :
a. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
NO NAMA JABATAN KETERANGAN
1 SAID MUHAMMAD NOR ADNAN Ketua
2 RIDWANSYAH Sekretaris
3 SUPANDI Anggota
4 SUWUN WALUYO Anggota
5 BASAP Angota
77
b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
dalam kerangka memeperkokoh NKRI
c. Penyusunan Rencana, pelaksana dan pengelola pembanguna serta
manfaat pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan
secara partisi patif
d. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi serta
swadaya Gotong royong masyarakat
e. Penngali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya
serta kelestarian lingkungan hidup
f. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat
Tabel 7
Data Nama-nama Pengurus LPM Desa Bintan Buyu
No Nama Jabatan Keterangan
1 RISNANDAR Ketua
2 IRMANSYAH Wakil Ketua
3 JUAT SAFARIZAL Bendahara
4 AMHAR Sekretaris
5 MISMAN Seksi Keagamaan
6 SUPARMAN Seksi Pembangunan
7 SISWIDIYANTO Seksi Olahraga
8 NORIMAH Seksi Pemberdayaan Perempuan
9 NURJONI Seksi Pertahanan Pangan, KB dan Sosial
78
10 M.RIZAL Seksi Gerakan Ekonomi 11 ADURA Seksi HUMAS
Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
i. PKK
1. PKK Mempunyai Tugas :
a. Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Menyalurkan kreatifitas kesehatan melalui penyuluhan dan pendidi
kan kepada masyarakat
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kaum perempuan
2. PKK Mempunyai fungsi :
a. Penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat dalam rangka mening
atkan kesejahteraan masyarakat
b. Fasilitator kesehatan Ibu dan anak melalui posyandu
Tabel 8 Data Nama-nama Pengurus PKK Desa Bintan Buyu
No Nama Jabatan Keterangan
1 SUHANA Ketua 2 ASPAGIAH Wakil Ketua I 3 ANISAH Wakil Ketua II
4 NOVIA SUSANTI Wakil Ketua III
5 SUPRIATI Bendahara 6 SUPRIATUN Sekretaris
7 NURAINI Wakil Sekretaris
8 KADISAH Anggota Pokja I
9 KHALIPAH Anggota Pokja I
10 JANARIAH Anggota Pokja I
Lanjutan Tabel 7
79
11 RAYA Anggota Pokja I
12 SA ODAH Anggota Pokja II
13 RAPIDAH Anggota Pokja II
14 PARTINI Anggota Pokja II
15 LATA Anggota Pokja II
16 SALIYAH Anggota Pokja III
17 NINGSI Anggota Pokja III
18 ASNAH Anggota Pokja III
19 PATIMAH Anggota Pokja III
20 SURYA Anggota Pokja IV
21 SITI HASANAH
Anggota Pokja IV
22 SITI RUBIAH Anggota Pokja IV
23 ELIYANTI Anggota Pokja IV
Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan 2011
j. Rukun Warga/RW
1. Rukun Warga Mempunyai Tugas :
a. Mengerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakatnya
di wilayahnya
b. Membantu tugas pokok LPM atau sebutan lain dalam bidang pemban
gunan di desa
2. Rukun Warga Mempunyai fungsi :
a. Pengkoordinasian tugas RT di wilayahnya
Lanjutan Tabel 8
80
b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antara RT dan antar masy
arakatnya dengan pemerintah
c. Media komunikasi, informasi, sosialisasi, anntara pemerintahan desa
dan masyarakat
k. Rukun Tetangga/RT
1. Rukun Tetangga Mempunyai tugas :
a. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang
menjadi tugas Pemerintah
b. Memelihara kerukunan hhidup warga
c. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan menge
mbembangkan aspirasi swadaya murni masyarakat
2. Rukun Tetangga Mempunyai fungsi :
a. Pengkoordinasi antar warga
b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antara sesama anggota
masyarakat dengan pemerintah
c. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga.
Tabel 9
Data Nama-nama RW dan RT Desa Bintan Buyu No Nama Jabatan Keterangan
1 AMRAN Ketua RW I 2 PAJRI Ketua RT 1
3 M. SYAFARUDDIN Ketua RT 2
4 SUMARJI Ketua RW II
81
5 NURIANTO Ketua RT 3 6 SUKAMTO Ketua RT 4
7 ABDUL KUMAR Ketua RW III
8 ALIM Ketua RT 5 9 ALUWI Ketua RT 6
10 MISNGADI Ketua RW IV 11 PUJI SELAMAT Ketua RT 7 12 ABDUL PATAH Ketua RT 8 13 M.GAFAR Ketua RW V 14 AWANG ZEIN Ketua RT 9
15 SAMSUDIN LUBIS Ketua RT 10
16 KAMARUDDIN Ketua RW VI 17 MUSLIM Ketua RT 11
18 AWANG BAHARUN Ketua RT 12
19 SAIDINA UMAR Ketua RT13
Sumber: Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011
l. Karang Taruna
1. Karang Taruna Mempunyai Tugas :
a. Mengembangkan kreatifitas remaja dan pemuda putus sekolah di bi
dang olah raga dan keterampilan teknis.
b. Fasilitator kegiatan kepemudaan
2. Karang Taruna Mempunyai fungsi :
a. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi remaja dan
pemuda putus sekolah
Lanjutan Tabel 9
82
b. Penumbuhkembangan dan pengerak kreatifitas remaja dan pemuda
putus sekolah.
83
BAB IV
ANALISA DATA
A. Bagaimana Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Bintan
Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011?
Penilaian terhadap keberhasilan BPD melakukan tugasnya dalam
pengawasan pemerintahan desa merupakan faktor penting untuk pembanguan
desa dan keberhasilannya dalam pengawasan pemerintahan desa. Penilaian
terhadap keberhasilan pengawasan pemerintahan desa yang dilakukan oleh
anggota BPD menitik beratkan pada bagian-bagian yang menunjukan kemampuan
anggota BPD yang kurang dapat diidentifikasi dan diketahui, sehingga dapat pula
menentukan strategi meningkatkan tugas pengawasan pemerintahan. Untuk
meningkatkan tugas pengawasan pemerintahan desa yang dilakukan anggota
BPD, harus meningkatkan pengawasan yang dilakukan anggota BPD terhadap
pemerintahan desa.
BPD setidaknya memiliki program kerja buat melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan desa agar semuanya dapat berjalan sesuai yang diharapkan
oleh masyarakat buat kemjuan pembangunan desa dan kesejahteraan masyrakat,
seperti : perubahan ekonomi, dalam persaingan dalam berusaha memperoleh
penghasilan yang lebih baik dan lain sebagainya.
Karenanya dinilai sangat penting sekali peran BPD agar mampu
menjalankan tugasnya dengan baik demi masyarakat Desa Bintan Buyu dalam
pengawasan pemerintahan yang dapat dinilai dan dilihat dari berbagai sudut
84
pandang, yakni : dalam melaksanakan pengawasan peraturan desa,
pengawasan terhadap keputusan kepala desa dan pengawasan terhadap anggaran
pendapatan dan belanja desa (APBDes).
Dalam pembuatan peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh
pemerintah desa maupun BPD, dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, RT dan RW. Peran serta
Kepala Desa / Sekretaris Desa dalam proses pembuatan peraturan / perumusan
peraturan desa.
”Sebelum perumusan peraturan desa, kepala desa mengusulkan rancangan peraturan bersama BPD untuk membahas dan disetujui dalam musyawarah peraturan desa yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat yang terkait, selanjutnya dalam proses pembuatan peraturan desa atau perumusan peraturan desa mengacu pada RPJMDesa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) atau RKPDesa (Rencana Kerja Pembangunan Desa) Bersama pada Kepala Desa dan BPD setelah membahas dan menyetujui perumusan peraturan desa tentang RPJMDesa kemudian menjadi masukan dalam penyusunan APBDes, ini merupakan hasil penggagasan RT 1-RT 13 di desa ini, RKPDesa ialah salah satu bentuk kegiatan fisik.” (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012)
Dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Abdullah Sekretaris Desa
dapat di simpulkan bahwa BPD telah merumuskan peraturan desa berdasarkan
aspirasi masyarakat yang disampaikan oleh tokoh-tokoh masyrakat sebagai wakil
dari masyarakat desa. Hal ini diperjelas kembali oleh Bapak Nor Adnan Ketua
BPD Desa Bintan Buyu sebagai berikut :
”Kepala desa mengusulkan rancangan bersama BPD setelah mendapat persetujuan dan dimusyawarahkan untuk pemufakatan bersama-sama pada musyawarah yang hadir seperti tokoh-tokoh masyarakat. Saat ini sudah terlaksana perumusan yang kita buat dalam bentuk peraturan desa yang telah saya setujui atas pembahasan dari musyawarah, sebagaimana saya selaku ketua BPD di desa ini mungkin dalam waktu dekat ini akan ada musyawarah desa yang membahas tentang peraturan desa lainnya.”(Bapak
85
Noor Adnan Ketua BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012)
Selanjutnya hal serupa juga disampaikan dan dijelaskan oleh anggota BPD
Bapak Supandi sebagai berikut:
”Pengusulan rancangan peraturan desa bersama BPD telah disetujui dalam musyawarah dan pemufakat, dalam hal ini memang sudah tugas kami BPD dan anggotanya pada perumusan peraturan desa yang akan menjadi peraturan desa bersama Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan, Jadi sudah ada peraturan desa yang kami rumuskan, untuk kedepannya insyaallah kami akan melakukan musyawarah untuk membuat peraturan desa lain sesuai dengan keadaan”. (Bapak Supadji anggota BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancar a tanggal 22 Mei 2012)
Dari hasil pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Abdullah, Bapak Noor
Adnan dan Bapak Supandi diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa dan BPD
telah merumuskan peraturan desa yang sudah dibuat dalam bentuk peraturan desa
dan dalam waktu dekat akan diadakan musyawarah untuk merumuskan peraturan
desa lainnya yang sesuai dengan keadaan desa.
Pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa dan BPD telah
merumuskan satu peraturan desa. Selanjutnya mengenai hal disampaikan oleh
salah satu Sekretaris BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut:
”Itu sudah kami lalui dalam musyawarah, sejauh ini Kepala Desa dan BPD
beserta anggotanya sudah merumuskan peraturan desa yang mengatur
tentang APBDesa.” (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah melakukan
perumusan peraturan desa yang mengatur tetang APBDes.
Berdasarkan wawancara terhadap Informan Kepala Desa Bapak Abdullah,
Ketua BPD Bapak Noor Adnan, anggota BPD Bapak Supandi dan Suwun Waluyo
86
tentang BPD melakukan perumusan peraturan desa yang hasilnya cukup baik,
dan dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini BPD telah merumuskan satu
peraturan desa yang mengatur tentang APBDes dengan melakukan musyawarah
bersama tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari masyarakat desa Bintan Buyu
dan sebagai penyampai aspirasi masyarakat dalam musyawarah perumusan
peraturan desa. Dan dalam waktu dekat ini BPD akan melakukan musyawarah
tentang perumusan peraturan desa lainnya yang akan disesuaikan dengan keadaan
desa Bintan Buyu .
Selanjutnya penulis melakukan croscheck kepada mantan ketua BPD Bapak
Yakup yang memberikan tanggapan sebagai berikut :
“Pengusulan rancangan peraturan desa itu memang ada diserta hasil musyawarah yang mufakat, tapi dalam musyawarah hanya tokoh-tokoh masyarakat desa yang tekait sedangkan masyarakt desa tidak hadir dalam musyawarah itu, sampai saat ini baru satu peraturan desa yang dirumuskan oleh BPD, seharusnya BPD dapat membuat peraturan desa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan keadaan”. (Bapak Yakup, hasil wawancara tanggal 23 Mei 2012).
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa baru satu peraturan
desa yang di rumuskan BPD, mantan ketua BPD menginginkan agar BPD
sekarang mampu merumuskan peraturan yang lain yang sesuai dengan keadaan.
Selajutnya disampaikan oleh Tokoh Adat Bapak Bawadi mengenai hal ini sebagai
berikut:
”Benar, sebelum perumusan peraturan desa dibuat. Kepala Desa mengusulkan rancangan peraturan desa bersama BPD. Sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa dan kami sebagai tokoh masyarakat diundang untuk ikut dalam musyawarah yang berkenaan dengan perumusan peraturan desa.” (Bapak Bawadi, hasil wawancara pada tanggal 24 Mei 2012)
87
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD dalam
merumuskan peraturan desa, mengikut sertakan tokoh-tokoh masyarakat desa.
Selanjutnya pemaparan yang disampaikan oleh Tokoh Pemuda yaitu Fery sebagai
berikut :
”Kepala Desa memang harus mengusulkan rancangan peraturan desa barsama BPD untuk disetujui. Yang saya tahu BPD baru merumuskan satu peraturan desa yaitu tentang anggaran pendapatan belanja desa, namun dalam ini yang hadir pada musyawarah tokoh-tokoh masyarakat desa saja masyarakat desa tidak ada dalam perancangan perumusan peratuaran desa”. (Tokoh Pemuda yaitu Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012).
Kemudian pemaparan yang disampaikan oleh Masyarakat Desa Bapak
Yusup (Sektor Nelayan) sebagai berikut :
”Demi terselenggaranya dan segi keberhasilan pemerintah desa, maka partisipasi masyarakat desa tersebut yang bersifat aktif sangat diperlukan ini merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yanng dilaksanakan dan juga dalam rancangan peraturan desa jelas kirannya masyarakat ikut dalam memberikan masukan secara lisan, namun pada kenyataannya masyarakat kurang tahu tentang rancangan peraturan desa bahkan tidak mengetahui dengan peraturan desa”. (Bapak Yusup, hasil wawancara tanggal 25 Mei 2012) Hal yang senada yang disampaikan oleh Masyarakat Desa Bapak Ali
(Sektor Petani) sebagai berikut :
”Maka partisipasi masyarakat desa tersebut sabgat diperlukan ini merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan. Dan jyga dalam rancangan peratturan desa masyarakat berhak atas suaranya ikut dalam memberikan masukan secara lisan namun pada kenyataannya masyarakat tidak mengetahui tentang rancangan peraturan desa bahkan tidak mengetahui dengan adanya peraturan desa”. (Bapak Ali, hasil wawancara tanggal 25 Mei 2012)
Dari hasil crosscheck diatas dapat di simpulkan bahwa Kepala Desa
mengusulkan Rancangan Peraturan Desa Bersama BPD dan juga telah
merumuskan masalah peraturan desa yang mengatur tentang APBDes bersama
88
dengan tokoh-tokoh masyarakat Desa Bintan Buyu, tapi masyarakat desa tidak
ikut melainkan hanya tokoh-tokoh masyarakat desa. Masyarakat berhak
memberikan masukan secara lisan maupun tulisan dalam rangka penyiapan atau
pembahasan Rancangan Peraturan Desa62
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Informan dan observasi,
berkenaan tentang perumusan peraturan desa kurang optimalnya pengawasan
yang dilaksanakan BPD sebagaimana pengawasan itu ialah segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan nilai kenyataan yang sebenarnya tentang
pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak63.
Hal ini dapat diketahui bahwa BPD Desa Bintan Buyu hanya dalam rancangan
dan perumusan yang hadir dalam musyawarah tokoh-tokoh masyarakat yang
terkait saja tidak ada masyarakat desa yang hadir dalam rancangan dan perumusan
peraturan desa. Walau sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa yang
mengatur tentang anggaran pendapatan belanja desa yang hasilnya sudah cukup
baik.
Pengesahan dan sosialisasi peraturan desa seperti yang di ungkapkan oleh
Ketua BPD Bapak Nor Adnan. Berikut pendapat dari Ketua BPD sebagai berikut :
”Setelah hasil rapat dan musyawarah atas perumusan peraturan desa, selanjutnya pelaksanaan sosialisasi ini dapat memeberikan pemahaman dan pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan aparatur pemerintahan desa dan dapat memperdayakan masyarakat desa, maka kami selaku ketua BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa tentang peraturan desa”. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012)
62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Peraturan Desa pasal 57 63 Ibid, hlm 63
89
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah
melakukan sosialisasi setelah menyusun dan menerapkan peraturan desa.
Selanjutnya ditambahkan juga Sekretaris BPD Bapak Ridwansyah, mengatakan
:
”Karena kami sudah merumuskan peraturan desa, maka kami sudah
melakukan sosialisasi kepada masyarakat meskipun tidak secara langsung
kami laksanakan melainkan bersama tokoh-tokoh yang hadir dalam
musyawarah.” (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei 2012)
Selanjutnya hal serupa yang disampaikan oleh anggota BPD Bapak Suwun
Waluyo sebagai berikut :
”Telah kami lakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh
masyarakat yang hadir pada musyawarah peraturan desa.”(Bapak Suwun
Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Hal serupa juga disampaikan oleh anggota BPD Bapak Supandi sebagai
berikut :
”Kami pasti melakukan sosialisasi tentang peraturan desa yang telah di
tetapkan melaului tokoh-tokoh masyarakat sebagai perwakilan dari
masyarakat.”(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Selanjutnya hal ini juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Basap sebagai
berikut :
”Sosialisasi yang kami lakukan cukup dengan tokoh-tokoh masyarakat yang
hadir pada musyawarah peraturan desa untuk disampaikan pada
masyarakat.”( Bapak Basap, hasil wawancara 22 Mei 2012).
90
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah
melakukan sosialisasi tentang peraturan desa kepada masyarakat melalui tokoh-
tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan indikator adanya sosialisasi yang
dilakukan BPD, maka dapat di katakan bahwa BPD sudah melakukan sosialisasi
tentang peraturan desa kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk disampaikan kepada
masyarakat.
Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh pemuda yaitu
Fery sebagai berikut :
“BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh
masyarakat yang hadir dalam musyawarah tentang peraturan desa untuk
disampaikan kepada masyarakat.” (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancar
a tanggal 24 Mei 2012)
Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh tokoh adat Bapak Bawadi
sebagai berikut :
“BPD sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat pada
musyawarah untuk disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua
masyarakat desa yang mengetahui sosialisasi ini.” (Bapak Bawadi, hasil
wawancara 24 Mei 2012).
Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa BPD melakukan
sosialisasi melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah untuk
disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua masyarakat desa yang
91
mengetahui sosialisasi peraturan desa. Selanjutnya hal senada juga dilontarkan
oleh mantan ketua BPD Bapak Yakup sebagai berikut :
“Sudah dilakukan sosialisasi oleh BPD melalui tokoh-tokoh masyarakat
yang hadir pada musyawarah tersebut, meskipun tidak semua masyarakat
yang tahu adanya sosialisasi peraturan desa di desa ini.”( Bapak Yakup,
hasil wawancara 23 Mei 2012).
Kemudian hal yang serupa juga yang dilontarkan oleh masyarakat desa
bintan buyu Bapak Yusuf ( Sektor nelayan ) sebagai berikut :
“BPD merupakan suatu wujud demokrasi yaitu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa, juga merupakan wadah dari menampung , menggali dan inspirasi masyarakat. Sebagai perwujudan demokrasi layaknya BPD melaksanakan fungsinya dalam mensosialisasikan peraturan desa kepada masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa masyarakat sibuk dengan kesehariannya/pekerjaannya dan ini dapat dirasakan kurangnya pemberdayaan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana masyarakat harus bekerja seharian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anaknya”. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012)
Selanjutnya hal senada yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan buyu
Bapak Ali (Sektor Petani) sebagai berikut :
“Klo mengenai pemerintah desa saya kurang tahu dek, begini lah kondisi saya hidup harus menjemur padi apabila sudah waktunya panen, adek bisa lihat sendiri kesibukan bapak menjaga padi-padi ini klo sudah dijemur apabila cuaca nya panas baik kali buat dijemur, tapi klo sudah hujan bapak harus angkat padi-padi ini agar tidak basah. Bapak tidak tahu sosialisasi peraturan desa itu apa.” (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD sudah
cukup baik dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat walaupun belum
secara langsung yaitu dengan melalui tokoh-tokoh masyarakat.
92
Berdasarkan hasil wawancara, crosscheck dan observasi diatas dapat
disimpulkan bahwa BPD kurang optimal karena dalam melakukan sosialisasi
karena BPD hanya menyampaikan tentang penerapan peraturan desa kepada
tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah tidak langsung
menyampaikan kepada masyarakat desa. BPD sudah mampu untuk menyusun dan
membuat peraturan desa. Dalam pembuatan peraturan desa, adapun tahap-tahap
yang dilakukan antara lain adalah dengan usulun yang dibuat oleh BPD atau
pemerintah desa berdasarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, sosio-
politis yaitu rancangan yang di buat akan dibahas dalam rapat gabungan, diterima
atau di tolak, yuridis, setelah diterima menjadi sebuah peraturan maka akan
ditetapkan oleh BPD dan kepala desa. Peraturan yang di tetapkan harus berfungsi
memberikan perlindungan dalam rangka penciptaan ketenteraman masyarakat,
untuk pembangunan desa dan perlindungan kepada hak-hak masyarakat, sekaligus
memberikan kontribusi yang baik demi kemajuan desa.
Hasil wawancara dengan Informan maka dapat disimpulkan bahwa BPD di
DesaBintan Bintan pada periode ini sudah cukup baik dalam melakukan
perumusan dan penerapan, namun pada sosialisasinya masih kurang karena BPD
hanya menyampaikan kepada tokoh-tokoh masyarakat Desa Bintan Buyu.
Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di
usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan
seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait, pengesahan dan
penerapan peraturan desa.
93
”Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, peraturan yang sudah
diterapkan dan disahkan yaitu tentang Anggaran pendapatan belanja desa
dan kerja baik antar kedua lembaga.” (Bapak Noor Adnan Ketua BPD,
wawancara 23 Mei 2012).
Selanjutnya hal serupa juga di lontarkan oleh anggota BPD Desa Bintan
Buyu Bapak Suwun Mulyo lainnya sebagai berikut:
”Peraturan yang sudah dapat kami sahkan dan diterapkan baru satu untuk
saat ini yaitu tentang anggaran pendapatan desa.” (Bapak Suwun Waluyo
anggota BPD, wawancara tanggal 23 Mei 2012).
Dari hasil pemaparan Ketua dan anggota BPD diatas dapat disimpulkan
bahwa sudah di terapkan dan disahkannya peraturan desa yang mengatur tentang
Anggaran Pendapatan Belanja Desa. Selanjutnya di lontarkan oleh Bapak Supandi
anggota BPD Desa Bintan Buyu lainnya sebagai berikut :
”Karena kami baru satu merumuskan peraturan desa maka baru satu juga
peraturan desa yang kami terapkan”. (Bapak Supandi anggota BPD, hasil
wawancara 23 Mei 2012).
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah ada penerapan
peraturan desa oleh BPD. Sekretaris BPD Bapak Ridwansyah juga menambahkan
sebagai berikut :
”Kami sudah menerapkan perdes yang sudah dirumuskan bersama kepala
desa dan tokoh-tokoh masyarakat desa tentang Anggaran Pendapatan
Belanja Desa APBDes”. (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei
2012).
94
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah
menerapkan peraturan desa sesuai dengan yang sudah dirumuskan dalam
musyawarah desa bersama kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan
selanjutkan juga dipaparkan oleh anggota BPD lainnya sebagai berikut :
”Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, yaitu tentang pengaturan
anggaran pendapatan belanja desa.” (Bapak Basap, hasil wawancara 23
Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dengan indikator BPD adanya penerapan
peraturan desa, yang hasilnya sudah ada dan cukup baik. Bahwa sudah adanya
penerapan peraturan desa yang mengatur tentang anggaran pendapatan dan
belanja desa yang sudah di musyawarahkan bersama pemerintah desa dan tokoh-
tokoh masyarakat, BPD sudah dapat menjalankan tugasnya dalam pengawasan
penerapan peraturan desa yang cukup baik.
Selanjutnya melakukan crosscheck kepada tokoh adat Bapak Bawadi desa
Bintan Buyu yang memperoleh tanggapan sebagai berikut :
“Menurut saya BPD melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa, meskipun tidak semua peraturan yang diterapkan dan kebetulan saat BPD bersama Pemerintah Desa bermusyawarah dalam penetapan peraturan desa saya berada disana dan menyaksikan secara langsung.” (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa BPD telah
menetapkan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa dan
menerapkan peraturan desa. Selanjutnya sebagai crosscheck terakhir dalam
indikator penerapan peraturan desa yang dilakukan kepada mantan ketua BPD
Bapak Yakup sebagai berikut :
95
“Pada musyawarah tentang penerapan peraturan desa saya menghadiri secara langsung, musyawarah tersebut yang dilakukan di balai desa bersama anggota BPD pemerintah desa dan tokoh-tokoh masyarakat, tapi dalam musyawarah ini tidak semua peraturan yang diterapkan saya juga tidak tahu kenapa”. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
Kemudian hal yang serupa juga yang dilontarkan oleh masyarakat desa
bintan buyu Bapak Yusuf (Sektor Nelayan) sebagai berikut :
“Tidak tahu adanya penerapan peraturan desa, sampai saat ini pun saya
tidak tahu peraturan desa apa saja, karena tidak pernah mendapatkan
informasi”. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 24 Mei 2012)
Selanjutnya hal yang senada yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan
buyu Bapak Ali (Sektor Petani) sebagai berikut :
“Penerapan peraturan desa…?
Saya tidak tahu, gimana ya saya sibuk dengan pekerjaan saya, kalau
untuk pemerintahan desa saya tidak tahu penerapan peraturan desa”.
(Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012)
Dari hasil wawancara yang dilakukan diatas kepada Informan, tokoh-tokoh
masyarakat dan masyarakat sebagai croscheck dan observasi dengan adanya
penerapan peraturan desa dapat disimpulkan kurang optimal, karena ini dapat
dilihat tidak semua peraturan yang diterapkan oleh BPD, pemerintah desa beserta
tokoh-tokoh masyarakat sudah melakukan musyawarah tentang peraturan desa,
menerapkan peraturan desa yang mengatur tentang anggaran pendapatan belanja
desa.
Tanggapan dari Sekretaris Desa Bapak Abdullah dalam perumusan
keputusan kepala desa yang akan di ambil adalah sebagai berikut :
96
”Sebelum kepala desa mengesahkan suatu keputusan, pasti terlebih dahulu
kepala desa melakukan perumusan keputusan yang akan di terapkan oleh
kepala desa dengan melakukan koordinasi bersama BPD.” (Bapak
Abdullah, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012).
Selanjutnya disampaikan oleh Ketua BPD Bapak Nor Adnan sebagai
berikut:
” Tidak adanya koordinasi antar Pemerintah Desa dan BPD. Alasannya, saya tidak 100% menyalahkan pemerintah desa, tetapi karena adanya kesilapan di pemerintahan yang lebih tinggi, kuatnya kolaborasi pemdes dengan pemerintah di atas nya, saya ni bagaikan harimau ompong yang tidak memiliki taring.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Selanjutnya hal hampir serupa disampaikan oleh anggota BPD Bapak
Supandi sebagai berikut :
”Sebenarnya jarang sekali pemerintah desa dan BPD melakukan
koordinasi mengenai keputusan kepala desa, jadi sangat jelas pengawasan
BPD kurang efektif dalam menjalankan fungsinya.” ( Bapak Supandi, hasil
wawancara 22 Mei 2012).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pengawasan BPD dalam pengawasan terhadap perumusan keputusan kepala desa
dengan BPD melakukan kordinasi bersama kepala desa. Selanjutnya hal serupa
juga disampaikan oleh dari anggota BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut :
”Setiap keputusan yang dirumuskan oleh kepala desa terlebih dahulu
kepala desa pasti akan melakukan koordinasi kepada kami selaku pihak
BPD, tapi itu jarang sekali dikoordinasikan bersama kami.” (Bapak Suwun
Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012).
97
Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan indikator ”adanya perumusan
keputusan yang akan diambil oleh kepala desa” yang hasilnya kurangnya efektif.
Maka dapat disimpulkan bahwa BPD desa Bintan Buyu kurang efektif dalam
mengawasi perumusan masalah keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa
dengan berkordinasi kurang baik yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Selanjutnya melakukan crosscheck kepada tokoh adapt Bapak Bawadi
sebagai berikut :
“Memang ada keputusan kepala desa, tapi saya kurang mengetahui apakah kepala desa melakukan kordinasi dengan BPD atau tidak. Karena dalam hal ini tidak dialkukan musyawarah bersama kami”(Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012).
Selanjutnya croscheck dilakukan kepada tokoh pemuda Fery berpendapat
sebagai berikut :
“Saya tidak mengetahui apakah kepala desa dalam merumuskan keputusan,
kepala desa melakukan koordinasi bersama BPD terlebih dahulu.” (Tokoh
Pemuda, hasil wawancara 24 Mei 2012).
Selanjutnya mantan ketua BPD Bapak Yakup berpendapat :
“Waktu saya menjabat jadi ketua BPD kepala desa sebelum mengeluarkan atau menetapkan keputusan kepala desa pasti dia berkoordinasi bersama BPD, tapi pada periode ini saya tidak tahu karena saya tidak mempunyai hak untuk turut campur dalam hal tersebut.” (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Dari hasil wawancara diatas, dapat penulis simpulkan bahwa tokoh-tokoh
masyarakat dan mantan ketua BPD tidak mengetahui hal tersebut karena tidak
dilakukan musywarah dan mereka tidak mempunyai hak untuk ikut campur dalam
hal tersebut, sehingga masyarakat tidak tahu apa hasil keputusan yang telah
diambil.
98
Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi kepada Informan,
anggota BPD, tokoh adat, pemuda dan mantan ketua BPD diatas dengan indikator
adanya perumusan keputusan kepala desa yang kurang baik. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kepala desa kurangnya koordinasi bersama dengan BPD
dalam perumusan keputusan kepala desa. Tetapi BPD dan Kepala Desa tidak
melakukan musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat dalam melakukan
perumusan keputusan yang akan diambil.
Berikut tanggapan dari Ketua BPD Bapak Nor Adnan tentang pengawasan
keputusan kepala desa.
”Kalau untuk dilihat dari fungsi pengawasannya belum dapat berjalan
dengan baik”. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara 22 Mei
2012)
Kemudian pemaparan oleh ketua BPD Bapak Nor Adnan sebagai berikut :
” Selama ini tidak ada peran BPD dalam pengawasan keputusan kepala desa. Alasannya, karena ada kecurigaan dari pihak BPD pada pemerintah desa.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012)
Selanjutnya disampaikan juga oleh anggota BPD Bapak Supandi yang
berpendapat sebagai berikut:
” Bagaimana ya dek, kami mau mengawasi keputusan kepala desa kami selaku BPD nasib kami saja kurang diperhatikan oleh pemerintah desa, setidaknya kami ini sebagai penjelmaan dari masyarakat desa ini diperhatikan. Dalam menjalankan tugas kami ini tidak sukai sama pemerintah desa dan ada juga yang mengatakan BPD ini harus diajak jalan-jalan, cobalah adek pikir apa maksudnya dari perkataan itu.”(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD kurang efektif
dalam melakukan pengawasan setiap keputusan yang diambil dengan kepala desa,
99
karena pada kenyataannya BPD menaruh kecurigaan pada pemerintah desa dan
juga kurang diperhatikan lembaga penjelmaan dari masyarakat. Selanjutnya
dilontarkan juga oleh anggota BPD lainnya Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut
:
”Selaku legislatif desa kami seharusnya mengawasi setiap keputusan yang
dikeluarkan oleh kepala desa, tapi fungsi yang menjadi tugas kami ini
kurang barjalan dengan baik.” (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22
Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya pengawasan
terhadap keputusan kepala desa yang dilakukan kurang baik, karena BPD adanya
kecurigaan pada pemerintah desa dan kuatnya hubungan pemerintah desa dengan
pemerintah yang lebih tinggi ssehingga BPD lupa akan akan wewenang dan
amanah dari undang-undang.
Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh adat Bapak
Bawadi sebagai berikut :
“Seperti yang saya katakan tadi saya kurang mengetahui apakah BPD
melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa .”(Bapak Bawadi,
hasil wawancara 24 Mei 2012).
Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh adat bapak
Awang sebagai berikut :
“Seperti yang saya sampaikan bahwa saya kurang mengetahui apakah BPD
melakukan pengawasan terhadap keputusan yang dikeluarkan kepala desa,
tapi sampai saat ini belum ada masalah yang timbul terhadap keputusan
100
yang dikeluarkan oleh kepala desa.” (Bapak Awang, hasil wawancara 24
Mei 2012).
Selanjutnya mantan ketua BPD Bapak Yakup berpendapat sebagai berikut :
“Sewaktu saya masih menjabat, saya selalu melakukan pengawasan
terhadap keputusan kepala desa apakah dapat berjalan secara efektif dan
optimal seperti yang diharapkan. Saya rasa hal serupa juga pasti dilakukan
oleh BPD saat ini.” (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan BPD
terhadap keputusan kepala desa kurang baik dan tidak efektif pengawasan BPD,
namun tokoh-tokoh masyarakat kurang mengetahui apakah BPD melakukan
pengawasan tetapi menurut mantan ketua BPD sebelumnya pada saat dia masih
menjabat sudah dilakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa keluarkan.
Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi diatas dengan
indikator ”melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa” yang
menyebutkan adanya pengawasan terhadap keputusan kepala desa yang dilakukan
kurang baik, kurangnya pengawasan pada keputusan kepala desa BPD mengawasi
dengan melakukan pengamatan terhadap keputusan kepala desa apakah dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan, agar pengawasan yang dilakukan oleh
BPD dapat berjalan secara efektif dan optimal. Dalam hal ini tokoh masyarakat
kurang mengetahui apakah BPD telah melakukan pengawasan terhadap keputusan
kepala desa yang telah ditetapkan.
101
Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusunan
Aggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitung Anggaran yang di
Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa
BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap
peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari
penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan yang di
pertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD.
”Masalah pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa memang ada laporan yang di berikan oleh kepala desa kepada kami sesuai yang sudah diatur dalam peraturan desa, yang dananya disusun dan dikelola untuk biaya oprasional kantor desa, pembangunan desa dan untuk pemberdayaan masyarakat.” (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012).
Selanjutnya juga disampaikan Ketua BPD Bapak Nor Adnan yang
berpendapat sebagai berikut :
”Untuk pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa kami pasti melakukan bersama dengan pemerinthan desa sesuai dengan yang di tetapkan dalam peraturan desa yang sudah di putuskan.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Selanjutnya juga hal serupa disampaikan oleh anggota BPD Bapak Supandi
sebagai berikut :
”Kami selalu ikut serta dalam pengelolaan dan penyusunan anggaran
pendapatan belanja desa sebagai wujud pengawasan yang kami lakukan.”
(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan
pengawasan anggaran pendapatan belanja desa BPD selalu ikut serta dalam
102
pengelolaan dan penyusunan. BPD juga memeriksa laporan yang diberikan kepala
desa kepada BPD sesuai dengan yang telah di tetapkan dalam peraturan desa.
Selanjutnya hal serupa juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Suwun Waluyo
sebagai berikut :
”Semua terlibat dalam penyusunan anggaran belanja desa, pengawasan
dalam pengelolahan anggarannya memang harus berjalan dengan selalu
diawasi oleh BPD sesuai dengan fungsinya”. (Bapak Suwun Waluyo, hasil
wawancara 22 Mei 2012).
Selanjutnya hal serupa juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Basap
sebagai berikut :
”Menurut saya semuanya berjalan sesuai dengan segala ketentuannya, segala hal yang berhubungan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa selalu diawasi oleh BPD. Saya melihat tidak ada ketimpangan dalam mengawasi kegiatan-kegiatan tersebut”. (Bapak Basap, hasil wawancara 22 Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan adanya pengawasan
yang dilakukan dengan cukup baik, karena semua anggota BPD telah mengawasi
dan mengetahui tentang pengelolaan dan penyusunan anggaran pendapatan desa.
Selanjutnya untuk lebih jelasnya dilakukan croscheck kepada tokoh adat
Bapak Bawadi sebagai berikut :
”Kalau masalah APBDes, biasanya pemerintah desa yang melakukan penyusunan dan pengelolalan APBDes, dan diajukan kepada BPD untuk disahkan, jadi kalau dibilang BPD bergerak dalam menyusun dan mengelola APBDes itu salah, BPD hanya selalu iya-iya saja, apapun yang dibuat oleh pemerintah desa, BPD hanya tanda tangan dan cap saja.” (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012).
Selanjutnya ditambahkan oleh tokoh pemuda Fery sebagai berikut:
103
”Kalau saya lihat BPD kurang berfungsi, masalah pengawasan APBDes kurang baik, karena BPD merasa selama ini pembangunan dan pengelolaan APBDes baik-baik saja, kalau pun ada masalah dapat di atasi sama pemerintah desa. Pengawasan ada jika masalah uang, seperti bantuan desa, proyek pembangunan desa, mereka cepat mengawasinya.” (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012)
Dan selanjutnya hal tersebut disampaikan oleh mantan ketua BPD Bapak
Yakup berpendapat sebagai berikut :
”Sejauh ini yang saya ketahui BPD selalu mengawasi dan ikut serta dalam
pengelolaan data dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa.”
(Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa BPD sudah
melalukan tugas dan fungsinya namun kurang baik, karena BPD hanya
mengesahkan namun tidak ikut dalam menuyusun dan mengelola APBD, BPD
juga hanya mengawasi jika ada masalah keuangan seperti bantuan untuk desa,
proyek pembangunan desa menurut yang disampaikan oleh tokoh masyarakat,
tetapi menurut mantan ketua BPD kalau BPD selalu mengawasi APBDes baik
dalam mengelola dan menyusun anggaran desa.
Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi di atas dengan
indikator melakukan pengawasn terhadap pengelolaan pendapatan belanja desa
meliputi penyusunan anggaran tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran
yang di pertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD” yang menyebutkan
adanya pengawasan yang dilakukan, namun kurang baik, hal ini dapat
disimpulkan dari pendapat tokoh-tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa BPD
hanya menandatangan dan mengecap, BPD hanya melakukan pengawasan
104
terhadap keuangan dan peroyek desa namun tidak ikut dalam pengelolaan dan
penyusunan APBD.
Seharusnya peran BPD dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai
pengawasan terhadap pengelolaan dan penyusunan APBDes, dimana tugas dan
fungsi ini dijalankan untuk mengontrol setiap proses yang dijalankan oleh
pemerintah desa, dalam penggunaan APBDes yang dikelola untuk pembangunan,
sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan yang diharapkan :
1. Bagaimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangu
nan desa.
2. Apakah APBDes yang digunakan sudah pada penggunaanya untuk kepenti
ngan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa.
B. Faktor-Faktor Penghambat Fungsi BPD Di Desa Bintan Buyu Kecamatan
Teluk Bintan Tahun 2011?
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan key informan
yaitu ketua BPD Bapak Nor Adanan desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan,
berkenaan dengan faktor-faktor penghambat terhadap pelaksanaan pengawasan
pemerintahan dalam pengawasan peraturan desa, keputusan kepala desa dan
anggaran pendapatan belanja desa, maka memperoleh tanggapan sebagai berikut :
”Faktor yang menjadi penghambatnya menurut saya ada pada sumber daya manusianya. Karena masih kurang mengerti dalam bagaimana melakukan pengawasan terhadap pemerintahan desa. Kami tidak pernah melakukan pelatihan oleh pemerintah daerah, bagaimana untuk melakukan pengawasan yang baik terhadap pemerintahan desa, baik itu dalam perumusan peraturan desa, penerapannya. Oleh karena itu kami hanya
105
mampu membuat satu perdes yaitu tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012) Dari hasil penelitian, dapat peneliti simpulkan dan peneliti akan berusaha
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penghambat pengawasan pemerintahan
desa yang dilakukan oleh BPD. Faktor-faktor yang menjadi penghambat antara
lain adalah:
1. Kurangnya pengetahuan anggota BPD dalam melakukan pengawasan,
sehingga mempengaruhi hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPD.
2. Karena belum adanya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada anggota BPD dalam melakukan pengawasan pemerintahan desa.
3. BPD kurang paham dalam menyusun dan menerapkan peraturan desa
selain tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).
84
106
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian yang dilakukan dengan permasalahan Analisis Fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan
Tahun 2011.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan
pengawasan peraturan desa, berdasarkan tanggapan informasi dan
observasi serta analisa kurangnya optimal dalam perumusan peraturan
desa serta pengawasan, hal ini dapat dilihat dari BPD telah melakukan
musyawarah untuk perumusan, sosialisasi dan penerapan peraturan desa
yang dilakukan bersama tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari
masyarakat dan pemerintah desa dalam hal tersebut. BPD juga
menampung aspirasi dari tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari
suara masyarakat desa untuk disampaikan dalam musyawarah. Setelah
perumusan tersebut sudah disepakati bersama dalam musyawarah baru
BPD dapat mengesahkan dan menerapkan peraturan desa, kemudian
BPD dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat, namun dalam hal
107
2. ini masih kurang baik, karena BPD hanya melakukan pada tokoh-tokoh
masyarakat seharusnya BPD juga melakukan secara langsung kepada
masyarakat desa.
3. BPD kurang optimal dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan
kepala desa. Dalam hal ini sebelum kepala desa mengeluarkan peraturan
desa terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan BPD tentang
perumusan keputusan kepala desa, namun pada kenyataannya tidak ada
koordinasi antara kepala desa dan BPD pada perumusan kepala desa.
Adanya peranan BPD dalam pengawasan keputusan kepala desa yakni
BPD melakukan pemantauan terhadap keputusan yang dikeluarkan
kepala desa apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan bersama,
apabila ada penyimpangan yang dilakukan kepala desa terhadap
keputusan kepala desa yang dikeluarkan maka BPD langsung
menanyakan kepada kepala desa. Namun dalam hal ini BPD dan kepala
desa tidak adanya koordinasi dalam melakukan perumusan keputusan
yang akan di ambil, tidak melakukan musyawarah bersama masyarakat
dan tokoh-tokoh masyarakat desa.
4. Pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) meliputi
penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perhitungan
anggaran yang dipertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD
sebagai wujud pengawasan yang dilakukan BPD terhadap APBDes,
menurut pendapat BPD sudah cukup baik, yakni adanya pemeriksaan
laporan tentang APBD dari kepala desa kepada BPD. BPD juga ikut serta
108
langsung dalam penyusunan dan pengelolaan APBD, tetapi menurut
pendapat tokoh masyarakat masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari
tanggapan tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa BPD masih kurang
berperan dalam mengawasi APBDes karena masyarakat beranggapan
bahwa BPD hanya tandatangan dan cap dalam laporan pengelolaan dan
penyusunan APBDes. BPD hanya mengawasi bila ada peroyek
pembangunan desa.
5. Hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi BPD dalam mengawasi
peraturan desa, karena BPD kurang paham dalam menyusun dan
membuat peraturan desa, selama ini tidak ada pelatihan atau seminar
dalam pembuatan peraturan desa oleh pemerintah daerah. Ini dapat
dilihat BPD hanya mampu menerapkan satu peraturan desa hingga saat
ini.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai masukan
khususnya bagi BPD Desa Bintan Buyu dalam menjalankan tugasnya sebagai
pengawas pemerintahan desa adalah sebagai berikut :
1. BPD dapat menampung dan menggali aspirasi dan opini masyarakat
yang dapat menjadikan ide atau gagasan dalam pembuatan peraturan
desa dan keputusan kepala desa. BPD juga dapat belajar bagaimana
caranya untuk merancang dan merumuskan peraturan desa seperti
desa-desa tetangga yang sudah memiliki peraturan desa.
109
2. Perlunya peningkatan pengetahuan dan pembinaan bagi anggota BPD
dalam melihat potensi yang ada di desa Bintan Buyu guna menambah
aset dan keuangan bagi desa.
3. Adanya kesadaran dari BPD bahwa mereka adalah sekaligus pengawas
bagi pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahan di desa, bukan
sebagai bawahan kepala desa. Dan perlunya studi banding dan
musyawarah oleh BPD kepada pihak luar desa dalam rangka
penambahan pengetahuan dan kemapuan untuk malaksanakan tugas
dan fungsinya.
4. BPD agar dapat melakukan tugas dan fungsinya sebagaimana yang
diharapkan seperti melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala
desa, supaya dapat berjalan dengan yang direncanakan.
5. BPD diharapkan dapat ikut serta dalam melakukan penyusunan dan
pengelolaan APBD, jangan hanya mengesahkan dan mengawasi
bagian bantuan untuk pembangunan desa saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anthoillah, Anton. 2010.Dasar-Dasar Manajemen, CV. Pustaka Setia, Bandung
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta : Jakarta
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitataif, Prada Media Group : Jakarta
Cahyono, Heru. 2005. konflik Elite Politik Di Pedesaan, Pustaka pelajar : Yogyakarta
Hadayaningrat, 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
Gunung Agung Hasibuan, Malayu S.P, 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT
Bumi Aksara : Jakarta Manulang, M. 1991. Pengembangan Pegawai, PT.Ghelia Indonesia : Jakarta
Marbun, B.N. 2010. Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Thoha, Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja rosdakaya:
Bandung Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi konteporer, PT. Grafindo Persada.
Gramedia :Jakarta Rasyid, Ryas. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan, PT.Grafindo Persada ,
Jakarta Saparin, Sumber. 1979. Tata pemerintahan dan administrasi Pemerintahan Desa,
Ghalia Indonesia : Jakarta Siagian, Sondang P. 1989.Filsafat Administrasi, PT. Toko Gunung Agung :
Jakarta _______________ 1989. Filsafat Administrasi, PT. Bumi Aksara : Jakarta
_______________ 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT. Rineka Cipta :
Jakarta 2011. Manajemen Stratejik, PT. Bumi Aksara : Jakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1984. Metode Penelitian Survey, LP3ES : Jakarta Suhartono, 2000, Politik Lokal Parlemen Desa: Awal Kemerdekaan Sampai
Jaman Otonomi Daerah, Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama Sujamto, 1996, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, Sinar Grafika : Jakarta Terry R.George dan Alih Bahasa Winardi, 1986. Asas-Asas Manajemen,
ALUMNI / 1986 / BANDUNG Yuniarsih, Tjutju dan Suwanto. 2009. Manajemen, CV. Alfabeta : Jakarta
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh. PT. Raja Grafindo : Jakarta
Tim Fisip Umrah, 2010, Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Mahasisiwa FISIP, Tanjungpinang
ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYWARATAN DESA (BPD) DI
DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN
TAHUN 2011
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana peran serta Kepala Desa/Pemerintahan Desa Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan dalam mengusulkan Rancangan Peraturan Desa
dan proses Perumusan Peraturan Desa antara Kepala Desa bersama BPD ?
Jelaskan
2. Apakah Bapak selaku ketua BPD setelah Rancangan dan Perumusan
Peraturan Desa sudah melakukan sosialisasi Peraturan Desa kepada
masyarakat ?
3. Apakah sudah ada Penerapan Peraturan Desa ? setelah mengsosialisasikan
Peraturaturan Desa yang diusulkan Kepala Desa bersama BPD ?
4. Menurut Bapak, selaku Kepala Desa/Sekretaris Desa bagaimana peran
BPD dan juga peran Pemerintahan Desa Bintan Buyu dalam pelaksanaan
Perumusan Kepala Desa ?
5. Bagaimana peran BPD dalam pengawasan Keputusan Kepala Desa ?
6. Menurut Bapak, selaku Kepala Desa/Sekretaris Desa Bintan Buyu
bagaimana peran BPD dalam pengawasan Keputusan Kepala Desa ?
7. Menurut Bapak, selaku masyarakat Desa Bintan Buyu apakah BPD sudah
melakukan sosialisasi Peraturan Desa kepada masyarakat ?
8. Menurut Bapak, selaku masyarakat Desa Bintan Buyu apakah sudah ada
Penerapan Peraturan Desa ?
9. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat BPD dalam kegiatan
Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan ? Jelaskan
10. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes)
yang meliputi Penyusunan Anggaran Pelaksana Tata Usaha Keuangan dan
Perhitungan Anggaran adanya pengawasan dan pelaporan Pertanggung
jawaban Kepala Desa kepada BPD ?
REKAPITULASI WAWANCARA
1. Pertanyaan yang di ajukan kepada Sekretaris Desa Bintan Buyu
a. Bagaimana peran serta Pemerintahan Desa Bintan Buyu
Kabupaten Bintan dalam proses pembuatan / perumusan
peratuaran desa ?
”Sebelum perumusan peraturan kepala desa mengusulkan rancangan peraturan bersama BPD uuntuk membahas dan disetujui dalam musyrawarah peraturan desa yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat yang terkait, selanjutnya dalam proses pembuatan peraturan desa mengacu pada RPJMDesa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) bersama pada Kepala Desa dan BPD setelah membahas dan menyetujui perumusan peraturan desa tentang RPJMDes, kemudian menjadi masukan dalam penyususnan APBDes. Ini merupakan hasil penggagasan RT 1-RT 13 di desa ini setelah itu di laksanakan pada RKPDes yang merupakan salah satu bentuk kegaiatan fisik.” (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012)
b. Bagaimana peran Pemerintah Desa dan juga BPD Desa Bintan
Buyu dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa ?
”Sebelum kepala desa mengesahkan suatu keputusan, pasti terlebih
dahulu kepala desa melakukan perumusan keputusan yang akan di
terapkan oleh kepala desa dengan melakukan koordinasi bersama BPD.”
(Bapak Abdullah, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012).
c. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan
dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Masalah pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa memang ada laporan yang di berikan oleh kepala desa kepada BPD sesuai yang sudah diatur dalam peraturan desa, yang dananya disusun dan dikelola untuk biaya oprasional kantor desa, pembangunan desa dan untuk pemberdayaan masyarakat.” (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012).
2. Pertanyaan yang diajukan kepada Ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)
a. Bagaimana peran serta BPD dalam proses pembuatan peraturan
desa / perumusan peraturan desa ?
”Saat ini sudah terlaksana perumusan yang kita buat dalam bentuk peraturan desa yang telah saya setujui atas pembahasan dari musyawarah, sebagaimana saya selaku ketua BPD di desa ini mungkin dalam waktu dekat ini akan ada musyawarah desa yang membahas tentang peraturan desa lainnya.”(Bapak Noor Adnan Ketua BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012)
b. Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah
melakukan sosialisasi peraturan desa ?
” Karena kami sudah menyusun dan menerapkan peraturan desa, maka kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa tentang perturan desa.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012)
c. Apakah sudah menerapkan peraturan desa yang telah di usulkan
oleh pemerintah desa maupun BPD ?
”Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, peraturan yang sudah diterapkan dan disahkan yaitu tentang Anggaran pendapatan belanja desa dan kerja baik antar kedua lembaga.” (Bapak Noor Adnan Ketua BPD, wawancara 22 Mei 2012).
d. Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan
Kepala Desa adanya koordinasi kepada Kepala Desa dan BPD ?
” Tidak adanya koordinasi antar Pemerintah desa dan BPD. Alasannya, saya tidak 100% menyalahkan pemerintah desa, tetapi karena adanya kesilapan di pemeintahan yang lebih tinggi kuat nya kolaborasi pemdes
dengan pemerintah di atas nya, saya ni bagaikan harimau ompong yang tidak memiliki taring.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012).
e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala
Desa ?
” Selama ini tidak ada peran BPD dalam pengawasan keputusan kepala
desa. Alasannya, karena ada kecurigaan dari pihak BPD pada pemerintah
desa.” (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012)
f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan
dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Untuk pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa kami pasti
melakukan bersama dengan pemerinthan desa sesuai dengan yang di
tetapkan dalam peraturan desa yang sudah di putuskan.” (Bapak Nor
Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012).
3. Pertanyaan yang diajukan kepada anggota Badan Permusyawaratan
(BPD)
a. Bagaimana peran serta BPD dalam proses pembuatan peraturan
desa / perumusan peraturan desa
”Dalam hal ini memang sudah tugas kami BPD dan anggotanya pada perumusan peraturan desa yang akan menjadi peraturan desa bersama Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan, Jadi sudah ada peraturan desa yang kami rumuskan, untuk kedepannya insyaallah kami akan melakukan musyawarah untuk membuat peraturan desa lain sesuai dengan keadaan”. (Bapak Supadji anggota BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012)
b. Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah
melakukan sosialisasi peraturan desa ?
”Karena kami sudah menyusun dan menerapakan peraturan desa, maka
kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat meskipun tidak
secara langsung kami laksanakan melainkan bersama tokoh-tokoh yang
hadir dalam musyawarah.” (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei
2012)
c. Apakah sudah menerapan peraturan desa yang telah diusulkan
oleh pemerintah desa ?
”Peraturan yang sudah dapat kami sahkan dan diterapkan baru satu
untuk saat ini yaitu tentang anggaran pendapatan desa.” (Bapak Suwun
Waluyo anggota BPD, wawancara tanggal 22 Mei 2012).
d. Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan
Kepala Desa adanya koordinasi Kepala Desa dan BPD ?
” Sebenarnya jarang sekali pemerintah desa dan BPD melakukan
koordinasi mengenai keputusan kepala desa, jadi sangat jelas
pengawasan BPD kurang efektif dalam menjalankan fungsinya.” ( Bapak
Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012).
e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala
Desa ?
” Bagaimana ya dek, kami mau mengawasi keputusan kepala desa kami selaku BPD nasib kami saja kurang diperhatikan oleh pemerintah desa, setidaknya kami ini sebagai penjelmaan dari masyarakat desa ini diperhatikan. Dalam menjalankan tugas kami ini tidak sukai sama pemerintah desa dan ada juga yang mengatakan BPD ini harus diajak
jalan-jalan, cobalah adek pikir apa maksudnya dari perkataan itu.”(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012)
f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan
dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Kami selalu ikut serta dalam pengelolaan dan penyusunan anggaran
pendapatan belanja desa sebagai wujud pengawasan yang kami lakukan.”
(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012).
4. Pertanyaan yang diajukan kepada mantan ketua Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)
a. Menurut Bapak, bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD dalam
pem buatan peraturan desa / perumusan peraturan desa ?
“Jujur ya dek, sampai saat ini baru satu peraturan desa yang dirumuskan
oleh BPD, seharusnya BPD dapat membuat peraturan desa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan keadaan”. (Bapak Yakup,
hasil wawancara tanggal 23 Mei 2012).
b. Menurut Bapak, Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan
sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat desa ?
“Sudah dilakukan sosialisasi oleh BPD melalui tokoh-tokoh masyarakat
yang hadir pada musyawarah tersebut, meskipun tidak semua masyarakat
yang tahu adanya sosialisasi peraturan desa di desa ini.”( Bapak Yakup,
hasil wawancara 23 Mei 2012).
c. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan perturan desa ? setelah
mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh pemerintah
desa maupun BPD
“Pada musyawarah tentang penerapan peraturan desa saya menghadiri
secara langsung, musyawarah tersebut yang dilakukan di balai desa
bersama anggota BPD pemerintah desa dan tokoh-tokoh masyarakat, tapi
dalam musyawarah ini tidak semua peraturan yang diterapkan saya juga
tidak tahu kenapa”. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
d. Bagaimana peran BPD dalam pelaksanaan Perumusan Keputusan
Kepala Desa adanya koordinasi Kepela Desa dan BPD ?
“Waktu saya menjabat jadi ketua BPD kepala desa sebelum mengeluarkan
atau menetapkan keputusan kepala desa pasti dia berkoordinasi bersama
BPD, tapi pada periode ini saya tidak tahu karena saya tidak mempunyai
hak untuk turut campur dalam hal tersebut.” (Bapak Yakup, hasil
wawancara 23 Mei 2012).
e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa ?
“Sewaktu saya masih menjabat, saya selalu melakukan pengawasan
terhadap keputusan kepala desa apakah dapat berjalan secara efektif dan
optimal seperti yang diharapkan. Saya rasa hal serupa juga pasti dilakukan
oleh BPD saat ini.” (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan
Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Sejauh ini yang saya ketahui BPD selalu mengawasi dan ikut serta dalam
pengelolaan data dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa.”
(Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).
5. Pertanyaan yang diajukan kepada tokoh adat
a. Menurut Bapak, bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD
dalam pembuatan peraturan desa / perumusan peraturan desa ?
”BPD sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa dan kami
sebagai tokoh masyarakat diundang untuk ikut dalam musyawarah yang
berkenaan dengan perumusan peraturan desa.” (Bapak Bawadi, hasil
wawancara pada tanggal 24 Mei 2012)
b. Menurut Bapak, apakah BPD setelah rancangan dan perumusan
peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada
masyarakat ?
“BPD sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat pada
musyawarah untuk disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua
masyarakat desa yang mengetahui sosialisasi ini.” (Bapak Bawadi, hasil
wawancara 24 Mei 2012).
c. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ?
setelah mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh
Pemerintah Desa maupun BPD ?
“Menurut saya BPD melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa, meskipun
tidak semua peraturan yang diterapkan dan kebetulan saat BPD bersama Pemerintah Desa bermusyawarah dalam penetapan peraturan desa saya berada disana dan menyaksikan secara langsung.” (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012) d. Menurut Bapak, Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan
Perumusan Keputusan Kepala Desa ?
“Memang ada keputusan kepala desa, tapi saya kurang mengetahui
apakah kepala desa melakukan kordinasi dengan BPD atau tidak. Karena
dalam hal ini tidak dialkukan musyawarah bersama kami”(Bapak Bawadi,
hasil wawancara 24 Mei 2012).
e. Menurut Bapak, Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan
Keputusan Kepala Desa ?
“Seperti yang saya sampaikan bahwa saya kurang mengetahui apakah
BPD melakukan pengawasan terhadap keputusan yang dikeluarkan
kepala desa, tapi sampai saat ini belum ada masalah yang timbul
terhadapap keputusan yang dikeluarkan oleh kepala desa.” (Bapak
Awang, hasil wawancara 24 Mei 2012).
f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan
Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Kalau masalah APBDes, biasanya pemerintah desa yang melakukan penyusunan dan pengelolalan APBDes, dan diajukan kepada BPD untuk disahkan, jadi kalau dibilang BPD bergerak dalam menyusun dan mengelola APBDes itu salah, BPD hanya selalu iya-iya saja, apapun yang dibuat oleh pemerintah desa, BPD hanya tanda tangan dan cap saja.” (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012).
6. Pertanyaan yang diajukan kepada tokoh pemuda
a. Bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD dalam pembuatan
peraturan / perumusan peraturan desa ?
”Yang saya tahu BPD baru merumuskan satu peraturan desa yaitu
tentang anggaran pendapatan belanja desa”. (Tokoh Pemuda Fery, hasil
wawancara tanggal 24 Mei 2012).
b. Menurut Anda, apakah BPD setelah rancangan dan perumusan
peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada
masyarakat ?
“BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh-
tokoh masyarakat yang hadir dalam musyawarah tentang peraturan desa
untuk disampaikan kepada masyarakat.” (Tokoh Pemuda Fery, hasil
wawancara 24 Mei 2012).
c. Menurut Anda, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ?
setelah mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh
pemerintah desa maupun BPD
“Saya menghadiri langsung pada musyawarah yang dilakukan BPD
bersama pemerintah desa dan tokoh–tokoh masyarakat dalam menetapkan
dan menerapkan anggaran pendapatan belanja desa.” (Tokoh Pemuda,
hasil wawancara 24 Mei 2012).
d. Menurut Anda, Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan
Perumusan Keputusan Kepala Desa adanya Koordinasi Kepala
Desa dan BPD ?
“Saya tidak mengetahui apakah kepala desa dalam merumuskan
keputusan, kepala desa melakukan koordinasi bersama BPD terlebih
dahulu.” (Tokoh Pemuda, hasil wawancara 24 Mei 2012).
e. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan
dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?
”Kalau saya lihat BPD kurang berfungsi, masalah pengawasan APBDes kurang baik, karena BPD merasa selama ini pembangunan dan pengelolaan APBDes baik-baik saja, kalau pun ada masalah dapat di atasi sama pemerintah desa. Pengawasan ada jika masalah uang, seperti bantuan desa, proyek pembangunan desa, mereka cepat mengawasinya.” (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012)
7. Pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat
( SEKTOR NELAYAN )
a. Menurut Bapak, apakah BPD sudah melakukan sosialisasi
peraturan desa kepada masyarakat ?
“ BPD merupakan suatu wujud demokrasi yaitu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa, juga merupakan wadah menampung, menggali dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Sebagai perwujudan demokrasi layaknya BPD melaksanakan fungsinya dalam mensosialisasikan peraturan desa kepada masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa masyarakat sibuk dengan kesehariannya/pekerjaannya dan ini dapat dirasakan kurangnya pemberdayaan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana masyarakat harus bekerja seharian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anaknya. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012)
b. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ?
setelah mengsosialisasikan peraturan desa kepada masyarakat
“Tidak tahu adanya penerapan peraturan desa, sampai saat ini pun saya
tidak tahu peraturan desa apa saja, karena tidak pernah mendapatkan
informasi”. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012)
( SEKTOR PETANI ) a. Menurut Bapak, apakah BPD sudah melakukan sosialisasi
peraturan desa kepada masyarakat ?
“Kalau mengenai pemerintah desa saya kurang tahu dek, begini lah kondisi saya hidup harus menjemur padi apabila sudah waktunya panen, adek bisa lihat sendiri kesibukan bapak menjaga padi-padi ini klo sudah dijemur apabila cuaca nya panas baik kali buat dijemur, tapi klo sudah hujan bapak harus angkat padi-padi ini agar tidak basah. Bapak tidak tahu sosialisasi peraturan desa itu apa.” (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012) b. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ?
setelah mengsosialisasikan peraturan desa kepada masyarakat
“Penerapan peraturan desa…?
Saya tidak tahu, gimana ya saya sibuk dengan pekerjaan saya, kalau
untuk pemerintahan desa saya tidak tahu penerapan peraturan desa”.
(Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012)