34
1 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLEKTIF MAHASISWA S1-PGSD PADA MATAKULIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Ingridwati Kurnia / Dosen PGSD Unika Atma Jaya Jakarta) ======================================================== A. PENDAHULUAN Dinamika kehidupan masyarakat di era globalisasi abad 21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional, serta memiliki kompetensi di pelbagai bidang kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Sisdiknas, 2003). Dengan demikian, pendidikan yang bermutu diharapkan dapat mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang dituntut masyarakat pada abad 21. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan SD yang sampai saat ini masih memprihatinkan; isu permasalahan mutu guru SD berkenaan dengan motivasi, kualifikasi pendidikan, dan kompetensi; mutu LPTK baik dari aspek masukan, proses maupun produk lulusannya. Peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 memsyaratkan kualifikasi akademis pendidikan guru SD minimum D-4 atau S-1, dan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Berdasarkan itu, maka program S1-PGSD sebagai LPTK yang berkewajiban mempersiapkan guru SD, perlu mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat membekali mahasiswanya dengan kemampuan-kemampuan agar dapat melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional di SD. Pengembangan model pembelajaran pada pendidikan guru didasari oleh kecenderungan penelitian pendidikan guru (Pintrich, P.R, 1990). yang berupaya mempertemukan model mengajar guru dengan model belajar siswa (social-cognitive perspectives), menekankan guru sebagai pelajar dan peneliti (teacher as learner and reseacher). Kemampuan reflektif diasumsikan dapat membekali mahasiswa program S1- PGSD dalam melaksanakan tugas mengajar di SD dengan segala tuntutan dan perubahannya. Asumsi ini didasarkan pada pandangan Ginsberg & Cliff dalam tulisannya di Handbook of Research on Teacher Education (1990:454-455), Dunkin, MJ

SKRIPSI UNNES 8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fgwgwrg

Citation preview

1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REFLEKTIF MAHASISWA S1-PGSD PADA MATAKULIAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(Ingridwati Kurnia / Dosen PGSD Unika Atma Jaya Jakarta)

========================================================

A. PENDAHULUAN

Dinamika kehidupan masyarakat di era globalisasi abad 21 menuntut sumber daya

manusia yang berkualitas dan profesional, serta memiliki kompetensi di pelbagai bidang

kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya (Sisdiknas, 2003). Dengan demikian, pendidikan yang bermutu diharapkan dapat

mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang dituntut masyarakat

pada abad 21.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, adanya tuntutan terhadap mutu

pendidikan SD yang sampai saat ini masih memprihatinkan; isu permasalahan mutu guru

SD berkenaan dengan motivasi, kualifikasi pendidikan, dan kompetensi; mutu LPTK baik

dari aspek masukan, proses maupun produk lulusannya. Peraturan pemerintah no.19

tahun 2005 memsyaratkan kualifikasi akademis pendidikan guru SD minimum D-4 atau

S-1, dan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

Berdasarkan itu, maka program S1-PGSD sebagai LPTK yang berkewajiban

mempersiapkan guru SD, perlu mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran yang

dapat membekali mahasiswanya dengan kemampuan-kemampuan agar dapat

melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional di SD.

Pengembangan model pembelajaran pada pendidikan guru didasari oleh

kecenderungan penelitian pendidikan guru (Pintrich, P.R, 1990). yang berupaya

mempertemukan model mengajar guru dengan model belajar siswa (social-cognitive

perspectives), menekankan guru sebagai pelajar dan peneliti (teacher as learner and

reseacher). Kemampuan reflektif diasumsikan dapat membekali mahasiswa program S1-

PGSD dalam melaksanakan tugas mengajar di SD dengan segala tuntutan dan

perubahannya. Asumsi ini didasarkan pada pandangan Ginsberg & Cliff dalam

tulisannya di Handbook of Research on Teacher Education (1990:454-455), Dunkin, MJ

& Biddle, B.J (1936) dan LaBoskey (1993) yang mengungkapkan bahwa mengajar

merupakan praktek reflektif, dan perlunya calon guru terlebih dulu belajar bagaimana

caranya belajar melalui pengalaman, dengan cara merenungkan dan merekonstruksikan

struktur kognisinya.

Pada standar kompetensi guru kelas (SKGK) SD/MI S1-PGSD, unsur reflektif

tersurat pada rumpun kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan tersirat pada

rumpun kompetensi sosial sebagai dampak pengiring pembelajaran. Kemampuan reflektif

memungkinkan mahasiswa sebagai guru SD merefleksikan pengalaman mengajarnya dan

mengambil hikmah, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan

mutu pembelajaran selanjutnya dan pendidikan SD.

Permasalahan

Sebelum merumuskan masalah penelitian, perlu diperhatikan fokus pengembangan

yaitu model pembelajaran. Pembelajaran terdiri dari komponen-komponen pembelajaran

sebagai suatu sistem yang terkait satu dengan lainnya. Komponen dalam pengembangan

model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD

disajikan dalam bagan sebagai berikut .

.

Komponen Pembelajaran sebagai Sistem

Instrumental Input - Kebijakan pend. Guru (SD) - Program dan kurikulum - Personil: kaprodi, dosen, TU

Raw Input Mahasiswa S1-PGSD

PROSES

PEMBELAJARAN

Output Kemp. reflektif mhs

meningkat

Enviromental Input Tuntutan masyarakat dan perkem-bangan Ipteks abad 21 terhadap guru SD

2

3

Proses pembelajaran mahasiswa program S1-PGSD (raw input) menjadi

mahasiswa yang sekaligus bekerja sebagai guru SD meningkat kemampuan reflektifnya

(output), dipengaruhi oleh masukan lingkungan (enviromental input) dan masukan

sarana/instrumental (instrumental input). Masukan lingkungan yang perlu

dipertimbangkan adalah tuntutan masyarakat dan perkembangan Ipteks abad 21 terhadap

guru SD. Masukan sarana/instrumental yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah

strategi kebijakan pendidikan guru, program dan kurikulum, personil (ketua program

studi, dosen, tata usaha), dan sarana prasarana yang menunjang.

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan pembelajaran sebagai suatu

sistem, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

seperti apa yang tepat untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-

PGSD. Secara spesifik difokuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi pembelajaran/perkuliahan, termasuk faktor pendukung dan

penghambat pembelajaran di program S1-PGSD (saat survei awal, September 2004)?

2. Bagaimana model desain pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

reflektif mahasiswa program S1-PGSD ?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran tersebut pada mata kuliah Penelitian

Tindakan Kelas di program S1-PGSD?

4. Bagaimana dampak penggunaan model pembelajaran tersebut terhadap kemampuan

reflektif mahasiswa program S1-PGSD?

5. Apa karakteristik, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran yang

dikembangkan?

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-

PGSD pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Secara khusus, bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasikan kondisi pembelajaran/perkuliahan program S1-PGSD pada saat

survei awal, September 2004.

2. Menemukan model desain pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

reflektif mahasiswa program S1-PGSD.

3. Mengetahui implementasi model pembelajaran tersebut pada mata kuliah Penelitian

Tindakan Kelas.

4

4. Mendapatkan data perbedaan kemampuan reflektif mahasiswa sebelum dan sesudah

menggunakan model pembelajaran

5. Mengidentifikasikan karakteristik, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran

yang dikembangkan.

Manfaat Penelitian

Dengan dihasilkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

reflektif mahasiswa program S1-PGSD, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat menghasilkan prinsip-

prinsip dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa

program S1-PGSD, sehingga dapat memperkaya teori mengenai model pembelajaran

yang telah ada. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai

masukan bagi:

1. Program studi S1-PGSD dalam menyelenggarakan pendidikan persiapan (pre-service)

yang mempersiapkan mahasiswanya lebih bermutu dan profesional dalam

menjalankan tugasnya sebagai guru SD.

2. Tenaga pengajar (dosen) program S1-PGSD khususnya yang mengampu mata kuliah

Penelitian Tindakan Kelas dalam mengembangkan dan mengimple-mentasikan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswanya.

3. Mahasiswa program S1-PGSD menjadi lebih dipersiapkan dengan kemampuan

reflektif dalam melaksanakan tugas secara profesional dan memiliki kompetensi

dalam menghadapi masalah dan meningkatkan mutu pembelajaran di SD.

4. Peneliti lain yang tertarik untuk menambah wawasan dan pengetahuannya dalam

mengembangkan model pembelajaran, khususnya model pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan reflektif pada pendidikan guru SD.

5

B. KAJIAN TEORI

Kajian teori yang mendasari dan relevan dengan penelitian ini mengenai

pengembangan model pembelajaran (konsep dasar pembelajaran, macam model

pembelajaran, pengembangan model pembelajaran), dan kemampuan reflektif (berfikir

dan sikap reflektif). Selain itu juga dikaji mengenai strategi kebijakan dan kompetensi

guru SD), dan konsep dasar PTK. Namun pada makalah ini, kajian teori ditekankan pada

pengembangan model pembelajaran dan kemampuan reflektif.

Pengembangan Model Pembelajaran

Menurut Oliva (1992:413), “models of teaching are strategies based on theories

(and often the research) of educators, psychologist, philosophers, and others who question

how individual learn”. Hal ini berarti setiap model mengajar atau pembelajaran harus

mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah strategi

yang dilakukan guru maupun siswa, didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas

pembelajaran, dan metode untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa.

Terdapat beberapa model mengajar/pembelajaran antara lain model pemrosesan

informasi, kelompok personal, kelompok sosial, dan kelompok perilaku (Joice & Weil,

1986); model pembelajaran kompetensi, pembelajaran kontekstual, pembelajaran mencari

dan bermakna, pembelajaran berbasis pengalaman, pembelajaran terpadu, dan

pembelajaran kooperatif. (Sukmadinata, 2004); model pendidikan guru berbasis akademik,

performansi, kompetensi, lapangan, pelatihan, pengajaran mikro, internship, jarak jauh, dll.

Sebelum membahas proses pengembangan suatu model pembelajaran, perlu

dibahas mengenai pengertian dan prinsip pembelajaran, konsep pembelajaran abad 21

yang didasarkan pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be,

dan learning to live together, belajar sepanjang hayat pada pelajar orang dewasa,

pembelajaran bagaimana caranya belajar (learning how to learn), dan pembelajaran

berfikir (teaching for thinking).

Proses sistematik dalam mengembangkan pembelajaran pada umumnya disajikan

dalam bentuk model pembelajaran. Dalam pengembangan model pembelajaran,

Sukmadinata (2004) mengemukakan mengenai dasar pemilihan pembelajaran (pendekatan,

model ataupun prosedur dan metode pembelajaran) yaitu: tujuan pembelajaran,

karakteristik mata pelajaran, kemampuan siswa dan guru.

6

Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif

mahasiswa S1-PGSD didasarkan pada pembelajaran sebagai sistem, yang

mempertimbangkan komponena raw input (mahasiswa S1- PGSD sebagai pelajar orang

dewasa dan guru SD yang memiliki pengalaman mengajar), enviiromental input (tuntutan

lingkungan masyarakat dan perkembangan ipteks terhadap guru dan mahasiswa S1-

PGSD), instrumental input (kebijakan pendidikan guru), kemudian merancang/desain dan

implementasi proses pembelajaran (process), sehingga dihasilakan lulusan yang memiliki

kemampuan reflektif (output).

Kemampuan Reflektif

Kemampuan reflektif sebagai hasil atau output dari pembelajaran yang

dikembangkan pada penelitian ini. didasarkan pada konsep reflektif dari John Dewey

berkenaan dengan kemampuan berfikir reflektif dan bersikap reflektif.

Kemampuan berfikir reflektif terdiri atas lima komponen yaitu: (1) recognize or

felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan masalah; (2) location and

definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah; (3) suggestion of posible

solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah; (4)

rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah dengan

cara mengumpulkan data yang dibutuhkan; (5) test and formation of conclusion,

melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai

bahan pertimbangan membuat kesimpulan.

Sikap reflektif yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan berfikir reflektif,

dikembangkan berdasarkan konsep awal dari Dewey yang telah diperluas dan

diaplikasikan oleh beberapa praktisi di bidang pendidikan guru. Dalam artikel jurnal

Teaching and Teacher Education (vol.12.no.1, Januari 1996), Helen L. Harrington cs

mengemukakan dan mengembangkan tiga komponen sikap reflektif yaitu: (1)

openmindedness atau keterbukaan, sebagai refleksi mengenai apa yang diketahui, dalam

pembelajaran ada tiga pola dasar yaitu pola berfokus pada guru, siswa, dan inklusif; (2)

responsibility atau tanggung jawab, sebagai sikap moral dan komitmen profesional

berkenaan dengan dampak pembelajaran pada siswa saja, siswa dan guru, serta siswa,

guru dan orang lainnya; (3) wholeheartedness atau kesungguhan dalam bertindak dan

melaksanakan tugas, dengan cara pembelajaran langsung guru, proses interaktif, dan

proses interaktif yang kompleks.

7

Model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif dikembangkan

berdasarkan pendekatan filosofis konstruktivisme dan psikologi kognitif. Konstruktivisme

dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran

yang didasarkan pada pengalaman (experience is the only basis for knowledge and

wisdom), yang kemudian direorganisasi dan direkonstruksikan. Materi pelajaran harus

memungkinkan siswa belajar bagaimana caranya belajar (learning how to learn) dalam

bentuk studi kasus atau masalah yang perlu dan bermanfaat untuk dicari jalan ke luarnya

(problem solving learning) melalui proses inkuiri diskoveri. Proses pembelajaran berpusat

pada siswa dan keaktifan siswa, guru berperan sebagai fasilitator/mediator dan motivator

yang menstimuli siswa untuk belajar sesuatu yang bermakna melalui pemahaman (insight).

Penilaian dilakukan selama dan akhir proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana

siswa. membangun suatu pengetahuan atau konsep.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran reflektif dikembangkan berdasarkan

konsep Zeichner dan Liston (1996) berkenaan dengan konsep “critical reflection” yang

terdiri dari tiga tahap/tingkat reflektif yaitu (1) technical level, refleksi dilakukan pada

efisiensi aplikasi pengetahuan dalam bentuk cara atau teknik dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan; (2) contextual level, refleksi dilakukan untuk

menemukan keterkaitan antara situasi problematik dengan tindakan yang dilakukan

melalui aplikasi teori sesuai dengan konteksnya; (3) critical level, refleksi dilakukan

berdasarkan pertimbangan kritis, dan nilai-nilai moral/etis.

Selain kedua kajian teori utamaa tersebut, disajikan pula secara singkat tentang

strategi kebijakan pendidikan guru SD didasarkan pada fakta bahwa kondisi objektif

jumlah dan sebaran guru SD di Indonesia sangat kompleks dengan latar belakang

pendidikan dan sosial budaya yang beragam. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, dan Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,

mensyaratkan kualifikasi pendidikan minimal guru SD ditetapkan sekurangnya sarjana

(S1) atau D4, dan telah mendapat sertifikat pendidik sebagai guru SD melalui pendidikan

profesi. Hal ini membawa implikasi besar dalam pengadaan guru SD. Ditjen Dikti

mengembangkan minimal dua jenis program S1-PGSD yaitu pendidikan pra-jabatan guru

terintegrasi, dan program sertifikasi bagi guru SD yang sudah berkualifikasi S1 agar dapat

menguasai kompetensi profesional guru kelas SD melalui uji kompetensi.

8

Kompetensi guru seperti yang dikemukan pada PP No.19 tahun 2005 meliputi

empat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial. Selanjutnya secara lebih spesifik, standar kompetensi

guru kelas (SKGK) SD/MI lulusan S1 PGSD ( 2006) terdiri atas empat rumpun

kompetensi yaitu:

1. Kemampuan memahami peserta didik secara mendalam

Meliputi pemahaman secara mendalam tentang karakteristik intelektual, sosial, emosional,

dan fisik, serta latar belakang peserta didik sebagai landasan bagi guru atau calon guru

agar mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

2. Kemampuan menguasai bidang studi

Meliputi penguasaan substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content

knowledge) yang bersangkutan, serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu

tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikulum dan kebutuhan pesera didi

(pedagogical content knowledge).

3. Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

Meliputi kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan

mengases (menilai) proses dan hasil pembelajaran, serta kemampuan menindaklanjuti

hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran secara berkelanjutan.

4. Mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan

Menekankan kemampuan guru dalam memanfaatkan setiap peluang untuk belajar

meningkatkan profesionalitas sehingga pembelajaran yang dikelolanya selalu

mengedepankan kemaslahatan peserta didik.

Standar kompetensi guru ini diperlukan sebagai landasan dan pedoman uji

kompetensi. Berkaitan dengan penelitian ini, maka kemampuan reflektif merupakan salah

satu bentuk kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru SD dalam menjalankan tugas

secara profesional menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang demikan

pesat di era globalisasi abad 21. Dalam Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI lulusan

S1-PGSD (Depdiknas, 2005), kemampuan reflektif termasuk dalam rumpun kompetensi

pedagogik (merancang, melaksanakan dan menilai proses dan hasil pembelajaran),

kompetensi kepribadian (mengkaji strategi berfikir reflektif dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi), kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki

pembel-ajaran melalui penelitian tindakan kelas). Juga secara implisit termasuk

9

kompetensi sosial sebagai dampak pengiring melakukan refleksi dengan bantuan teman

secara kolaboratif atas pembelajaran yang dilaksanakannya.

Dengan adanya unsur kemampuan reflektif pada keempat rumpun kompetensi

guru kelas SD/MI lulusan S1-PGSD, maka dapat disimpulkan kemampuan reflektif

merupakan salah satu kemampuan esensial dalam pembinaan kompetensi dan profesional

guru. Dengan meningkatnya kemampuan reflektif, mahasiswa S1 sebagai guru SD dapat

mengembangkan diri pribadi dan karir profesionalnya. Hal ini dikarenakan pada

hakekatnya mengajar merupakan praktek reflektif (Ginsburg and Clift, 1990:454-455)

ataupun refleksi belajar (Dunkin & Biddle, 1974: 21-24), dan perlunya calon guru

terlebih dulu belajar dari pengalaman. (LaBoskey,1993). Kemampuan reflektif

memungkinkan guru SD merefleksikan pengalaman mengajarnya dan mengambil hikmah

atau belajar dari pengalaman, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu dalam melaksanakan tugas sebagai guru secara profesional.

Demikian pula kajian teori berkenaan dengan matakuliah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) membahas mengenai konsep dasar PTK dan proposal PTK. Berdasarkan beberapa

definisi PTK (McNiff dalam Sukidin, 2002:14) dan Mills (2000:6) disimpulkan penelitian

tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk

memperbaiki atau meningkatkan kondisi praktek pembelajaran di kelasnya.

Adapun prinsip PTK antara lain: PTK tidak berdampak mengganggu komitmen guru

sebagai pengajar, pelaksanaan PTK tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru

sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran, metodologi yang digunakan harus cukup

reliabel sehingga dapat dipertanggungjawabkan, masalah PTK merupakan hal yang cukup

merisaukan guru untuk diatasi melalui tindakan perbaikan sebagai bentuk tanggung jawab

profesional, dan dalam pelaksanaan guru mengikuti prosedur etika penelitian.

Salah satu model PTK yang dikembangkan di Indonesia adalah modifikasi model

sistem spiral refleksi diri dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari:

1. Rencana (plan): analisis masalah dan strategi perencanaan

2. Kegiatan (action): implementasi strategi yang direncanakan

3. Pengamatan (observation): deskripsi kegiatan dengan menggunakan teknik tertentu

4. Refleksi (reflection): evaluasi proses dan hasil sebagai masukan bagi siklus selanjutnya.

10

Selanjutnya, proposal PTK sebagai usulan penelitian pada dasarnya memiliki unsur

atau komponen sebagai berikut: judul penelitian,ang ilmu, pendahuluan, perumusan masalah,

tinjauan pustaka, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, metode penelitian, jadwal

pelaksanaan, sertta lampiran yang diperlukan dan relevan.

Dengan deskripsi kajian teori ini, maka dapat disimpulkan bahwa kajian teori utama

mengenai pengembangan model pembelajaran dan kemampuan reflektif menjadi dasar dan

acuan dalam mengembangkan model pembelajaran dan mengembangkan instrumen

kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif). Selanjutnya kajian teori dan data

mengenai strategi kebijakan pendidikan guru (SD) dan penelitian tindakan kelas

melatarbelakangi secara kontekstual di mana model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan reflektif tersebut dikembangkan.

C. METODE PENELITIAN

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan

pengembangan (research and development), yang terdiri dari tiga langkah yaitu studi

pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, serta validasi model pembelajaran. Secara

visual dapat dilihat pada gambar berikut.

11

12

Pada pembahasan metode penelitian disajikan pula mengenai subjek dan lokasi

penelitian, serta pengembangan instrumen, teknik pengumpulan dan analisis data.

Tabel 1. Lokasi dan subjek penelitian:

No Program S1-PGSD Dsn Mhs.

tdft diolh

Kls

PTK

Ujicb

Trbts

Ujicb

Luas

UjiVld

eks-ktr

1. Kampus Cibiru 2 32 28 1 V

2. Kampus Purwakarta 2 60 46 2 V - V

3. Kampus Serang 2 61 49 2 V - V

4. Kampus Tasikmalaya 2 82 68 3 V V - V

5. Univ.Negeri Jakarta 2 43 26 2 V - V

6. Atma Jaya Jakarta 1 23 11 1 V

Jumlah 10 301 226 10 1 2 4 - 4

Pemilihan lokasi untuk ujicoba terbatas, ujicoba luas dan uji validasi didasarkan

pada data jumlah kelas rombongan belajar, serta kesiapan dosen yang menjadi mitra

kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan ini. S1-PGSD UPI kampus Sumedang

tidak digunakan karena berdasarkan hasil survei awal, S1-PGSD di sana bukan terutama

menyiapkan guru kelas SD tetapi guru olahraga SD,

Pengembangan instrumen kemampuan reflektif: diawali dengan penyusunan kisi-

kisi yang memperhatikan tujuan pembelajaran, indikator, kemudian mengembangkan soal

dan pernyataan. Setelah itu dilakukan ujicoba pertama, validasi ahli, dan ujicoba kedua,

akhirnya ditetapkan soal tes berpikir (5 soal), dan skala sikap reflektif (40 pernyataan)

yang valid dan reliabel.

Teknik dan alat pengumpulan data: penelusuran dokumen untuk mendapatkan

data akurat mengenai kondisi PGSD; wawancara dengan pimpinanatau ketua program

studi, kuesioner kepada dosen dan mahasiswa mengenai proses pembelajaran, observasi

pelaksanaan/implementasi pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran; tes

esei dan skala sikap untuk mengetahui kemampuan berfikir dan sikap reflektif

mahasiswa. .Analisis data dsesuaikan dengan data yang dikumpulkan, ada yang dianalisis

secara deskriptif kualitatif, dan ada juga yang dianalisis secara kuantitatif menggunakan

statistik non-parametrik (analisis Wilcoxon Signed ranks test dan Mann Whitney test)

13

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dikelompokan berdasarkan

tahapan dalam penelitian pengembangan yaitu: (1) hasil studi pendahuluan, (2)

perencana mempersiapkan format pan dan pengembangan model pembelajaran, serta (3)

validasi model pembelajaran. Diakhiri dengan rangkuman mengenai pengembangan

model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD

pada matakuliah PTK dalam bentuk bagan/gambar.

1. Studi Pendahuluan

Hasil studi pendahuluan terdiri dari dua bagian yaitu: (1) hasil survei awal

sebagai studi lapangan/empiris, dan (2) konsep awal desain model pembelajaran

sebagai hasil studi literatur yang dikaitkan dengan hasil survei awal.

a. Kondisi pembelajaran program S1-PGSD (saat survei awal)

Survei awal bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi pembelajaran termasuk

faktor pendukung dan penghambat di 8 program S1-PGSD yang menjadi lokasi dan

populasi dalam penelitian ini. Dilakukan secara efektif selama bulan September 2004,

dan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut.

- Data umum: deskripsi mengenai latar belakang, visi, misi dan tujuan S1-PGSD,

keadaan dosen dan mahasiswa, kurikulum dan pembelajaran, kendala dan upaya

meningkatkan mutu pembelajaran.

- Dosen cukup banyak jumlahnya, namun tidak semua dosen dapat bekerja secara penuh

karena mengajar di tempat lain atau studi lanjut. Dosen berpendapat, pembelajaran dan

kemampuan reflektif bermanfaat dan dibutuhkan oleh mahasiswa S1-PGSD.

- Mahasiswa berasal dari program D2-PGSD, sudah dewasa, guru SD, punya

pengalaman mengajar. Mahasiswa berpendapat, pembelajaran di S1-PGSD

bermanfaat, namun tidak semua dosen membahas hasil ujian atau tugas yang

diberikan. Maha-siswa belum terbiasa menilai kegiatan belajarnya sendiri.

- Berdasarkan kondisi pembelajaran, khususnya penelusuran dokumen mengenai

kurikulum, wawancara dengan ketua program, dosen, dan konsultasi dengan

pembimbing, maka dipilih mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), serta

ditetapkannya kelas ujicoba terbatas dan luas, maupun validasi dalam pengembangan

model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa.

b. Konsep awal model pembelajaran

Konsep awal model pembelajaran dikembangkan berdasarkan; (1) komponen

pembelajaran sebagai system, (2) kajian teori mengenai kemampuan berfikir dan sikap

reflektif, dan (3) kondisi pembelajaran hasil survei awal. Adapun konsep awal model

pembelajaran disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 2. Konsep Awal Model Pembelajaran

Konsep awal model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam konteks

pembelajaran yang nyata, apabila dijabarkan lebih lanjut melalui penyusunan desain

pembelajaran (SAP), yang terdiri dari tujuan, pokok materi, prosedur, sumber dan

media, serta evaluasi pembelajaran. Implementasi pembelajaran difokuskan pada tiga

tahap pembelajaran yakni: (1) tahap reflektif teknikal, menggunakan berbagai

teknik/metode untuk memahami materi yang dipelajari; (2) tahap reflektif kontekstual,

mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain atau pengalaman; (3) tahap

reflektif kritikal, menganalisis secara kritis materi/masalah yang didiskusikan. Evaluasi

proses pembelajaran dan hasil belajar kemampuan reflektif, serta tindak lanjut untuk

perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Instrumental Input - Strategi kebijakan pendidikan guru SD - Program dan kurikulum; sarana dan

fasilitas; penilaian pembelajaran. - Personil (kaprodi, dosen, tata usaha)

Output Kemampuan reflektif

mahasiswa meningkat

PROSES PEMBELAJARAN 1. Tahap Reflektiff Teknikal 2. Tahap Reflektif Kontekstual 3. Tahap Reflektif Kritikal

Raw Input Mahasiswa S1-PGSD -

Enviromental Input Tuntutan masy dan perkembangan Ipteks abac 21 -

14

15

2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran

Perencanaan dan pengembangan model pembelajaran melalui ujicoba

terbatas dilakukan di program S1-PGSD Cibiru. Setelah mendapat ijin, mempelajari

silabus dan sumber pustaka matakuliah PTK, mendiskusikan dengan dosen pengampu

matakuliah tersebut, menyusun jadwal dan rencana pembelajaran. Ujicoba terbatas

dilakukan melalui empat putaran pembelajaran. Hasilnya dirangkum sebagai berikut.

- Pentingnya menciptakan interaksi dan suasana kondusif dalam pembelajaran

- Prosedur pembelajaran: 3 jadi 5 tahap (ditambah tahap persiapan dan pemantapan)

- Metode: mahasiswa diberi kesempatan refleksi diri dan berbagi pengalaman

- Rata-rata hasil belajar tiap putaran tidak selalu meningkat, tapi gain cenderung

meningkat (8,04→7,50 →8,21→10,72)

- Peningkatan kemampuan berpikir reflektif (z=3.819>1.64 & 0.00<0.05), sikap

reflektif (z = 3.824>1.64 & 0.00<0.05)

- Revisi dan penyempurnaan instrumen kemampuan reflektif

- Model Hipotetik Pembelajaran (terlampir pada rangkuman model pembelajaran)

Perencanaan dan pengembangan model pembelajaran melalui ujicoba lebih luas

yang dilakukan di S1-PGSD Tasikmalaya dan S1-PGSD Atma Jaya Jakarta. Ujicoba

lebih luas bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang

dikembangkan apabila diimplementasikan di tempat lain dengan kondisi yang

berbeda, dan mendapat masukan untuk penyempuranaan model sehingga siap

divalidasi melalui eksperimentasi. Temuan hasil ujicoba lebih luas melalui 4 putaran

pembelajaran dirangkum sebagai berikut.

- Secara prinsip, desain model tidak mengalami perubahan.

- Lembar evaluasi desain (SAP) sudah tidak digunakan, lembar observasi sebagai

panduan mendeskripsikan implementasi.

- Penting menggali dan memanfaatkan pengalaman mahasiswa

- Pada kelas kecil (11-16 mhs) pembelajaran lebih efektif,

- Dapat diterapkan pada pembelajaran reguler ataupun paket

- Instrumen kemampuan berfikir dan sikap reflektif disempurnakan, dan pengukuran

hasil belajar dan kemampuan reflektif menunjukkan peningkatan yang berarti.

- Model pembelajaran siap validasi (terlampir pada rangkuman pengembangan

model pembelajaran_

16

3. Validasi Model Pembelajaran

Validasi model pembelajaran dilakukan melalui eksperimen di S1-PGSD UPI

kampus Purwakarta, Serang, Tasikmalaya, dan Universitas Negeri Jakarta. Pada

kelompok eksperimen, implementasi model pembelajaran siap validasi melalui tiga

putaran pembelajaran. Putaran 1 penekanan pada tahap reflektif teknikal; Putaran 2,

tahap reflektif kontekstual; Putaran 3 tahap reflektif kritikal. Hasil validasi

membuktikan ada peningkatan gain hasil belajar, dan perbedaan yang signifikan

(lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok control

(melaksanakan pembelajaran seperti biasa).

Nilai rata-rata hasil belajar dan pengukuran kemampuan reflektif mahasiswa

S1-PGSD kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada mata kuliah Penelitian

Tindakan Kelas, disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 2. Nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa S1-PGSD kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

Kel. Eksperimen Kel. Kontrol S1-PGSD

Ptr. Pre Pos Gain Pre Pos Gain

Purwakarta 1 2 3 Jml Rata2

65,48 61,67 52,14 179,29 59,76

69,76 68.10 68,10

205,96 68,65

4,28 6,43 15,96 26,67 8,89

62,80 55,80 58,40

170,00 59,00

60,60 60,60 62,40

183,60 61,20

-2,20 4,80 4,00 6,60 2,20

Serang 1 2 3 Jml. Rata2

64,81 59,44 52,22

176,47 58,82

70,93 68,33 69,63

208,89 69,63

6,12 8,89 17,41 32,42 10,81

67,27 62,05 58,64

187,96 62,65

70,45 67,05 62,50

200,00 66,67

3,18 5,00 3,86 12,04 4,02

Tasikmalaya 1 2 3 Jml. Rata2

71,67 63,33 60,83

195,83 65,28

75,00 70,05 71,83

216,88 72,29

3,33 6,72 11,00 21,00 7,02

65,77 60,38 56,35

182,50 60,83

69,81 62,69 62,12

194,62 64,87

4,04 2,31 5,77 12,12 4,04

U.N..Jakarta 1 2 3 Jml. Rata2

57,50 62,81 59,06

179,37 59,79

65,94 69,69 69,06

204,69 68,23

8,44 6,88 10,00 25,32 8,44

64,00 61,50 63,00 188,50 62,83

67,00 67,50 69,50

204,00 68,00

3,00 6,00 6,50 15,50 5,17

Jumlah seluruhnya Jumlah rata-rata Rata-rata

730,96 243,65 60,88

836,42 278,80 69,70

105,46 35,16 8,79

735,96 245,31 61,33

782,22 260,74 65,19

46,26 15,43 3,86

17

Tabel 3. Hasil pengukuran kemampuan reflektif (berpikir dan sikap reflektif) mahasiswa program S1-PGSD kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Kel, Eksperimen Kel. Kontrol S1-PGSD

Wilcoxon Signed Ranks Test Berpikir Sikap Berpikir Sikap Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total

0 18 3 21

3 15 3 21

6 12 7 25

14 10 1 25

Purwakarta

Z Asymp.Sig.

-3.751 0.000

-3.378 0.001

-0.995 0.320

-0.286 0.775

Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total

0 25 2 27

3 23 1 27

5 12 5 22

10 10 2 22

Serang

Z Asymp.Sig.

-4.387 0.000

-3.969 0.000

-2.416 0.016

-0.168 0.866

Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total

0 26 4 30

6 20 4 30

0 23 3 26

8 17 1 26

Tasikmalaya

Z Asymp.Sig.

-4.502 0.000

-3.653 0.000

-4.285 0.000

-2.440 0.015

Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total

0 16 0 16

3 10 3 16

0 9 1 10

2 7 1 10

Unv.Neg.Jakarta

Z Asymp.Sig.

-3.551 0.000

-1.262 0.207

-2.724 0.006

-1.602 0.109

Ranks: Negative Ranks Positive Ranks Ties Total

0 85 9 94

15 68 11 94

11 56 16 83

34 44 5 83

Keseluruhan

Z Asymp.Sig.

-8.053 0.000

-6.437 0.000

-5.029 0.000

-2.109 0.035

18

19

MATERI - Konsep dasar & penyu sunan proposal PTK - Pengalaman mgj mhs

EVALUASI - Proses pembelajaran - Hasil belajar &kemam

puan reflektif

PROSEDUR

1. Tahap Persiapan - Menciptakan hubungan baik agar mahasiswa berani dan mau meng ungkap-

kan pendapat dan pengalaman mengajar di SD - Menjelaskan tujuan, materi, kegiatan, appesepsi, bahas tugas sebelumnya.

TUJUAN Meningkatkan kemampuan

reflektif nahasiswa

2. Tahap Reflektif Teknikal - Menggunakan berbagai teknik (metode/media/contoh) agar mahasiswa

memahami konsep dasar PTK dan penyusunan proposal PTK.

3. Tahap Reflektif Kontekstual - Mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman mhs - Sharing dan diskusi pengalaman/permasalahan mengajar di SD - Refleksi diri dan mengemukakan masalah yang akan diteliti

4. Tahap Reflektif Kritikal - Diskusi pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi - Menganalisis kelaikan tindakan, menetapkan kriteria dan indikator

5. Tahap Pemantapan - Merangkum materi yang dipelajari, refleksi diri mengambil manfaat/hikmah - Mengerjakan tugas/soal evaluasi dengan tanggung jawab dan kesungguhan - Motivasi melakukan refleksi pembelajaran (reflective in/on/for teaching)

Gambar 3. Desain Akhir Model Pembelajaran

20

MODEL AKHIR PEMBELAJARAN

Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Desain Pembelajaran 1. Tujuan: meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa S1-PGSD 2. Materi: sesuai dengan pokok-pokok materi pada silabus (konsep

dasar/teori PTK dan penyusunan proposal PTK), pengalaman mahasiswa mengajar di SD. Sumber: buku PTK, pedoman proposal PTK/skripsi, pustaka relevan dengan masalah, dan pengalaman mahasiswa mengajar di SD.

3. Prosedur pembelajaran: tahap persiapan, reflektif teknikal, reflek-tif kontekstual, reflektif kritikal, dan pemantapan.

4. Evaluasi: evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, serta pengukuran kemampuan berpikir dan sikap reflektif.

Implementasi Pembelajaran 1. Tahap persiapan: menciptakan hubungan baik agar mahasiswa berani

mengemukakan pendapat/pengalaman, menjelaskan tujuan dan pokok materi, apersepsi, berkaitan dengan pengalamanan mahasiswa, bahas tugas sebelumnya.

2. Tahap reflektif teknikal: menggunakan bebagai teknik (metode/media/contoh) agar mahasiswa memahami konsep materi yang dipelajari.

3. Tahap reflektif kontekstual: mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman mahasiswa, sharing dan diskusi pengalaman/ permasalahan mengajar di SD, dan melalui refleksi diri setiap ma-hasiswa mengemukakan masalah yang akan diteliti dengan PTK

4. Tahap reflektif kritikal: mendiskusikan pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi, serta menganalisis kelaikan tindakan, dan menetapkan kriteria dan indikator.

5. Tahap pemantapan: merangkum materi yang dipelajari, melakukan refleksi diri mengambil manfaat/hikmah, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas atau pertanyaan/soal evaluasi, termotivasi untuk senantiasa belajar dan melakukan refleksi mengajar di SD (refletive in/on/for teaching).

Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran 1. Evaluasi: proses pembelajaran dan hasil belajar, serta pengukuran

kemampuan berpikir dan sikap reflektif. 2. Tindak lanjut pembelajaran: untuk perbaikan pembelajaran

selanjutnya..

Gambar 4. Model Akhir Pembelajaran

21

22

Pembahasan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD pada mata kuliah Penelitian

Tindakan Kelas merupakan pembahasan hasil temuan penelitian dibandingkan dengan

kajian teori yang relevan. Pembahasan berkenaan dengan: (1) hakekat model

pembelajaran; (2) model pembelajaran (desain-implementasi-evaluasi); serta (3)

faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran.

1. Hakekat Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dikembangkan merupakan suatu strategi atau desain

yang didasarkan pada teori dan penelitian, terdiri dari beberapa komponen yang

berinterfungsi sehingga dapat digunakan sebagai pedoman berkenaan dengan proses

kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kemampuan

reflektif mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Oliva (1992:413), Reigelluth

(1983:20), dan Sukmadinata (2004:243). Model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan reflektif, dilandasi filosofis konstruktivisme dan psikologi kognitif.

Termasuk kelompok model pemrosesan informasi (Joyce & Weil, 1986); pendekatan

kompetensi, kontekstual dan berbasis pengalaman, mencari dan bermakna

(Sukmadinata, 2004); model pendidikan guru berbasis pengalaman/lapangan

(Hamalik, 2002).

Meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa yang menjadi tujuan

pengembangan model ini, berdasarkan SKGK SD/MI lulusan S1-PGSD (Depdik-nas,

2005) termasuk kompetensi pedagogik (kemampuan menilai proses dan hasil

pembelajaran), kompetensi kepribadian (kemampuan menilai kenerja sendiri dengan

mengkaji strategi berfikir reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi), dan

kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas).

Pengembangan model pembelajaran dilakukan melalui tahap studi

pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, serta validasi model pembelajaran

didasarkan pada pembelajaran sebagai sistem yang terdiri dari input-proses-output,

berkenaan dengan desain, implementasi dan evaluasi serta tindak lanjut pembelajaran.

Desain terdiri atas: tujuan, materi atau pokok bahasan serta sumber belajar, prosedur

pembelajaran (tahap persiapan, tahap reflektif teknikal-kontekstual-kritikal, dan tahap

pemantapan), dan evaluasi pembelajaran serta tindak lanjutnya.

23

2. Model Pembelajaran

a. Desain Pembelajaran

Konsep pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

reflektif ini didasarkan pada konsep teoretis mengenai komponen pendidikan sebagai

sistem (input–proses–output) yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2003:9); sistem

pembelajaran (Abdulhak, 2000:23), dan variabel pengajaran di kelas (Dunklin &

Biddle,1974:38). Dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada, yaitu dengan

memperhatikan karakteristik mahasiswa (lulusan D-2, dewasa, guru SD, punya

pengalaman mengajar), tuntutan masyarakat dan perkembangan ipteks abad 21 (guru

harus profesional dan kompeten), serta masukan instrumental (strategi kebijakan

pendidikan guru SD dan pembelajaran, program dan kurikulum pendidikan guru,

sarana dan fasilitas pembelajaran, penilaian pembelajaran, serta personil khususnya

kemampuan dosen).

Peningkatan kemampuan reflektif mahasiswa yang menjadi tujuan

pengembangan model ini sesuai dengan SKGK SD/MI lulusan S1-PGSD (Depdiknas,

2005) termasuk kompetensi pedagogik (kemampuan menilai proses dan hasil

pembelajaran), kompetensi kepribadian (kemampuan menilai kenerja sendiri dengan

mengkaji strategi berpikir reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi), dan

kompetensi profesional (mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas). Instrumen pengukuran kemampuan berpikir dan sikap

reflektif dikembangkan dari konsep reflective thinking (Dewey, 1993). Prosedur

pembelajaran dikembangkan berdasar-kan tiga tingkat reflektif dalam critical

reflection (Zeichner dan Liston, 1996).

Desain model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif, terdiri

dari: tujuan, materi dan sumber, prosedur, dan evaluasi pembelajaran (Tyler, 1949).

Apabila dibandingkan dengan model pembelajaran reflektif (Poblete, 1999), maka

model pembelajaran yang dikembangkan merupakan proses inkuiri dalam mengatasi

masalah pembel-ajaran mahasiswa sebagai guru SD; tidak hanya mengembangkan

kemampuan berpikir reflektif, tetapi juga mengembangkan sikap reflektif mahasiswa

(openmindedness, responsibility, wholeheartedness); prosedur pembelajaran terdiri

dari tahap persiapan, reflektif teknikal, reflektif kontekstual, reflektif kritikal, dan

pemantapan.

24

b. Implementasi Pembelajaran

Implementasi pembelajaran merupakan penerapan desain dalam pelaksanaan

proses pembelajaran, difokuskan pada prosedur pembelajaran yang terdiri dari tahap

reflektif teknikal, kontekstual, dan kritikal sesuai dengan tingkatan reflektif yang

dikemukakan Zeichner dan Liston (1996). Pada tahap reflektif teknikal, refleksi

dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik/cara agar mahasiswa memahami

materi yang dipelajari. Pada tahap reflektif kontekstual, refleksi dilakukan dengan

menemukan keterkaitan antara situasi problematik dengan tindakan yang dilakukan.

Pada tahap relfektif kritikal, refleksi dilakukan berdasarkan pertimbangan kritis dan

etis berkenaan dengan materi/permasalahan yang dipelajari..

Ketika diimplementasikan, ditemukan beberapa hal yang mengakibatkan

desain pembelajaran yang telah direncanakan semula mengalami revisi dan

penyempurnaan, diantaranya:

- Pentingnya menciptakan interaksi personal yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

Raths (1986) mengenai pembelajaran berpikir (teaching for thinking) bahwa salah

satu tugas guru adalah menciptakan iklim kondusif untuk berpikir, sehingga

mahasiswa menjadi aktif dan berani bertanya/berdiskusi berkenaan dengan materi

yang dipelajarinya.

- Pentingnya upaya menggali dan memanfaatkan pengalaman mengajar mahasiswa

karena membuat pembelajaran menjadi relevan dan bermakna sehingga dapat

mengajar lebih baik/bermutu. Pengalaman sebagai dasar pembelajaran hanya

bermakna kalau dilakukan refleksi sehingga orang dapat belajar dari pengalamannya

(Stones, 1994); belajar melalui pengalaman banyak terjadi dalam pembelajaran orang

dewasa (Kolb, 1984); sesuai dengan pendekatan model pembelajaran yang banyak

digunakan yaitu discovery and meaningful learning, contextual teaching and

learning), experiential learning (Sukmadinata, 2004).

- Kemampuan reflektif tidak hanya dapat dikembangkan pada ketiga tahap reflektif

saja, tetapi juga pada tahap persiapan (interaksi kondusif, apersepsi) dan tahap

pemantapan (refleksi diri, motivasi untuk mengerjakan tugas/soal evaluasi). Hal ini

dikarenakan pada hakekatnya belajar merupakan refleksi pengalaman yang

berkembang lebih baik (Dewey, 1933); dan semua kegiatan mengajar/pembelajaran

adalah praktek reflektif (Ginsburg & Cliff, 1990).

25

- Materi pembelajaran selain berpedoman pada silabus mata kuliah Penelitian Tindakan

Kelas, juga digali dari pengalaman mahasiswa mengajar di SD.

- Metode pembelajaran, tidak harus bentuk atau metode pembel-ajaran reflektif (Hall,

1996), tetapi metode mengajar biasa dapat digunakan asal mahasiswa diberi

kesempatan untuk melakukan self and shared analysis/ reflection

- Pembelajaran lebih efektif pada kelas yang jumlah mahasiswanya sedikit (<20 orang)

daripada kelas besar, karena setiap mahasiswa mempunyai kesempatan lebih banyak

dalam berpartisipasi aktif dalam belajar. Hal ini sesuai dengan prinsip individualitas

dan aktivitas serta Student Centered Learning di PT (Depdiknas, Dirjen Dikti, 2005).

c. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui observasi, kemudian

didiskusikan secara kolaboratif, hasilnya dideskripsi-kan secara kualitatif dan

digunakan sebagai masukan dan tindak lanjut bagi pembelajaran berikutnya. Hal ini

sesuai dengan langkah ke 4-7 penelitian pengembangan (Borg and Gall, 1993) yaitu

preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan operational

product revision yang bertujuan mengoptimalkan model pembelajaran yang

dikembangkan.

Evaluasi hasil belajar berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang

ditetapkan pada setiap putaran pembel-ajaran, diberikan dalam bentuk menjawab

pertanyaan atau tugas yang relevan. Hasilnya ternyata nilai rata-rata ujicoba (putaran

1-4 dan 5-8), maupun validasi (putaran 1-3) berfluktuasi, karena tingkat kesukaran

materi setiap pokok bahasan yang dipelajari tidak sama, namun bila dicermati

ternyata gain antara pre dan pos tes tiap putaran cenderung meningkat, berarti

pembelajaran yang dikembangkan cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

Pengukuran kemampuan berpikir maupun sikap reflektif menggunakan tes esei

dan skala sikap reflektif dari konsep reflective thinking (Dewey, 1933),

dikembangkan melalui uji coba instrumen (dua kali), dan diantaranya dilakukan

validasi ahli untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen. Kegiatan ini

sesuai dengan prosedur penyusunan instrumen penelitian (Arikunto,1993). Kemudian

dianalisis dengan statistik non-parametrik (Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-

Whitney Test), hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hal ini

26

berarti terdapat perbedaan yang bermakna setelah menggunakan model

pembelajaran..

3. Faktor Pendukung – Penghambat

a. Karakteristik mata kuliah PTK (Depdikbud, 1996) yang tujuan dan materinya

sejalan dengan kemampuan reflektif yang akan ditingkatkan melalui pengembangan

model pembelajaran, tetapi menjadi faktor penghambat kalau tidak cermat karena

ada unsur penelitian (materi mata kuliah PTK) di dalam penelitian. (penelitian dan

pengembangan).

b. Lokasi dan subjek penelitian yang tersebar di beberapa tempat/kota. Walaupun

peneliti mendapatkan wawasan yang lebih luas, tetapi cukup merepotkan dan

melelahkan karena tidak dapat melakukan observasi pembelajaran secara optimal.

c. Dosen pengampu mata kuliah PTK hampir semuanya ketua program S1-PGSD,

sehingga perubahan perencanaan dan implementasi model pembelajaran dapat lebih

mudah, tetapi menjadi faktor penghambat karena tidak mempunyai cukup wakt

membuat desain (SAP) secara rinci dan tertulis, memberi-kan laporan observasi

implementasi pembelajaran, dan melakukan koreksi hasil belajar dan tes esei

berpikir reflektif.

Dosen telah berpengalaman melakukan dan membimbing mahasiswa menyusun

skripsi dengan PTK. Hal ini sangat membantu peneliti maupun mahasiswa dalam

mengimplemen-tasikan model pembelajaran yang dilakukan secara siklikal dan

kolaboratif, akan tetapi ada beberapa dosen yang memiliki persepsi dan cara serta

gaya mengajar yang kadang agak sedikit sulit menerapkan secara konsisten tahapan

model pembelajaran yang direncanakan.

Dosen mata kuliah PTK mengajar dalam bentuk team teaching, sehingga proses

diskusi secara kolaborasi mendapat lebih banyak masukkan dan pandangan, tetapi

tim dosen kadang sulit untuk bertemu/berdiskusi secara lengkap, sehingga masukkan

dilakukan secara individual kemudian dirangkum oleh peneliti dalam penyusunan

desain/SAP putaran selanjut-nya, dan didiskusikan secara singkat sebelum

implementasi putaran pembelajaran selanjutnya.

d. Mahasiswa program S1-PGSD berasal dari lulusan program D2-PGSD, bekerja

sebagai guru SD, dan sebagian sudah berkeluarga. Kondisi mahasiswa ini dapat

menjadi faktor pendukung karena mahasiswa memiliki pengalaman mengajar

27

sebagai guru SD sehingga dalam implementasi pembelajaran mahasiswa lebih aktif

terlibat, didasarkan kontekstual peng-alaman mengajar yang nyata, dan mendapat

manfaat mempelajari PTK, tetapi menjadi penghambat karena keku-rangan waktu

untuk belajar dan mengerjakan tugas.

Jumlah mahasiswa yang melanjutkan dari program D2 ke S1-PGSD tidak terlalu

banyak dan tidak mendapat bantuan biaya studi, sehingga raw material mahasiswa

S1-PGSD lebih mampu secara akademis dan termotivasi untuk meningkatkan

dirinya. Namun menjadi penghambat karena mereka lebih dibekali dengan

keterampilan praktis mengajar bukan pada pembekalan konsep teori seperti

mahasiswa jalur akademik S1 sehingga mengalami keterbatasan ketika melakukan

kajian teoretis atas masalah yang diteliti.

e. Sarana prasarana, walaupun di beberapa program S1-PGSD sudah memiliki

perpustakaan, laboratorium MIPA, komputer namun dalam kenyataannya koleksi

buku perpustakaan sudah banyak yang kadulawarsa dan tidak mencukupi, mahasiswa

juhs kekurangan waktu dan biaya memanfaatkan fasilitas belajar tersebut.

f. Evaluasi pembelajaran meliputi evaluasi proses pembelajaran, hasil belajar, dan

pengukuran kemampuan reflektif.

Evaluasi proses pembelajaran tidak dapat dilakukan peneliti secara optimal karena

lokasi penelitian yang cukup berjauhan dan waktu pelaksanaannya pun hampir

bersamaan. Namun dengan bantuan dan kerjasama dari ketua program studi maupun

tim dosen PTK, observasi proses pembelajaran dapat terlaksana dan dijadikan

masukan pembelajaran selanjutnya.

Evaluasi hasil belajar dalam bentuk pertanyaan ataupun tugas yang relevan dengan

tujuan dan pokok bahasan setiap putaran disusun oleh bersama, hasilnya dijadikan

masukkan bagi perbaikan putaran pembelajaran selanjutnya.

Pengukuran kemampuan reflektif mengalami hambatan saat menjawab dan

mengumpulkan hasil tes esei berpikir reflektif (tidak semua mahasiswa mengerjakan

tugas dan mengumpul-kan tepat waktu). Demikian juga ketika koreksi, walau sudah

ada kriteria, tapi dosen mata kuliah sebagai korektor kedua kadang mempunyai

persepsi berbeda, dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan inter-rater reliability.

Pengumpulan dan analisis data hasil skala sikap reflektif tidak terlalu banyak kendala

karena dikerjakan di kelas dan langsung dikumpulkan, kemudian diolah/dianalisis

dengan bantuan program SPSS.

28

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

a.Rangkuman temuan hasil penelitian, berkenaan dengan permasalahan dan

pertanyaan penelitian yaitu mengenai kondisi pembelajaran program S1-PGSD,

model desain pembelajaran, implementasi model pembelajaran pada mata kuliah PTK,

dan dampak model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan

reflektif mahasiswa. (Catatan: telah disajikan pada bagian D. Hasil Penelitian).

b.Karakteristik, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran

Karakteristik model pembelajaran:

- Model pembelajaran dikembangkan melalui tiga langkah penelitian dan

pengembangan (studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan, validasi) pada

matakuliah Penelitian Tindakan Kelas; didasarkan pada pendekatan pembelajaran

sebagai sistem (input–proses-output) yang terdiri dari beberpa komponen yang

berinterfungsi untuk mencapai tujuan; berkenaan dengan desain–implementasi-

evaluasi dan tindak lanjut secara siklikal melalui 3-4 putaran pembelajaran.

- Model desain pembelajaran terdiri dari: tujuan pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan reflektif mahasiswa yaitu mampu memahami konsep materi (reflektif

teknikal), mengaitkannya dalam konteks pengalaman mengajar mahasiswa (reflektif

kontekstual), dan menganalisis secara kritis materi dan permasalahan yang dipelajari

pada pokok bahasan PTK (reflektif kritikal); materi sesuai dengan pokok materi pada

silabus dan pengalaman mengajar mahasiswa di SD; prosedur pembelajaran terdiri

dari tahap persiapan, reflektif teknikal, reflektif kontekstual, reflektif kritikal, dan

pemantapan; serta evaluasi. proses pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif

dengan mitra peneliti, hasil belajar mahasiswa menguasai materi yang dipelajari setiap

pertemuan, serta pengukuran kemampuan reflektif melalui tes kemampuan berfikir

reflektif dan skala sikap reflektif yang diberikan pada awal dan akhir (pre dan test).

- Implementasi model pembelajaran dilakukan secara siklikal melalui beberapa

putaran pembelajaran, difokuskan pada prosedur pembelajaran yang terdiri dari: (1)

tahap pesiapan: menciptakan hubungan yang baik sehingga mahasiswa berani

mengemukakan pengalaman dan pendapatnya;(2) tahap reflektif teknikal:

menggunakan berbagai teknik/metode untuk mema-hami materi yang dipelajari; (3)

29

tahap reflektif kontekstual: mengaitkan materi dengan pengalaman mengajar

mahasiswa, sharing, diskusi, refleksi diri; (4) tahap reflektif kritikal: mendiskusikan

pertanyaan/permasalahan, alternatif penyebab dan solusi, serta menganalisis

kelaikan tindakan, dan menetap-kan kriteria/indikator; (5) tahap pemantapan:

merangkum materi, melakukan refleksi diri mengambil manfaat/hikmah,

mengerjakan tugas dan evaluasi hasil belajar, motivasi untuk melakukan refleksi

pembelajarannya (reflection in/on/for teaching).

- Evaluasi: evaluasi proses pembelajaran, hasil belajar, dan kemampuan reflektif.

Evaluasi proses pembelajaran dideskripsikan berdasarkan hasil observasi, dan

diskusikan secara kolaboratif antara peneliti dengan dosen bersangkutan, hasilnya

sebagai masukan bagi perbaikan pembelajaran selanjutnya. Evaluasi hasil belajar

dilakukan pada setiap putaran pembelajaran untuk mengetahui pencapaian tujuan

pembelajaran setiap pokok bahasan. Pengukuran kemampuan reflektif dilakukan

dengan mengerjakan tes esei berpikir reflektif, dan skala sikap reflektif. Tindak

lanjut pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil evaluasi proses pembelajaran dan

evaluasi hasil belajar untuk perbaikan selanjutnya.

Keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran:

- Mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan reflektif mahasiswa (terbukti dari

hasil pengukuran kemampuan reflektif pada tahap ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas

maupun validasi melalui eksperimen), walaupun peningkatan sikap reflektif tidak

terlalu besar dan masih memerlukan waktu agak lama.

- Materi didasarkan pada pokok bahasan silabus PTK dan dikaitkan dengan pengalaman

mahasiswa mengajar di SD, sehingga lebih bermakna/bermanfaat membantu

mahasiswa mengatasi dan meningkatkan mutu pembelajaran di SD. Keterbatasannya

tidak semua mahasiswa terbiasa merefleksikan pengalamannya agar dapat mengajar

atau mengelola pembelajaran selanjutnya dengan lebih baik.

- Prosedur pembelajaran melalui lima tahap pembelajaran) tidak sulit

diimplementasikan oleh dosen maupun mahasiswa. Berbagai metode mengajar dapat

digunan hanya perlu lebih disadari dan ditekankan pada upaya mempersiapkan

mahasiswa supaya terlibat aktif melalui sharing pengalaman/ permasalahan, menggali

pengalaman mahasiswa, kesempatan untuk melakukan refleksi diri dan dengan teman.

30

- Dapat diterapkan pada pembelajaran regular (perkuliahan tatap muka secara rutin dan

teratur) maupun paket (perkuliahan tatap muka dipadatkan), dan lebih efektif bila

dilaksanakan pada kelas yang jumlah mahasiswanya tidak terlalu banyak. Kalau kelas

dengan jumlah mahasiswa cukup banyak, dapat dibentuk menjadi beberapa kelompok.

Implikasi teori:

- Interaksi personal yang kondusif dapat mengaktifkan dan melancarkan proses

pembelajaran sehingga penting menciptakan hubungan baik dan menggali pengalaman

mahasiswa mengajar di SD, baik di luar maupun di dalam kelas selama proses

pembelajaran berlangsung.

- Pembelajaran berdasarkan pengalaman membuat pembelajaran menjadi lebih

bermakna, sehingga penting menggali pengalaman mahasiswa dalam merancang dan

mengimplementasikan pembelajaran.

- Kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif) dapat dilakukan selama proses

pembelajaran bukan hanya pada tahap reflektif teknikal-kontekstual-kritikal, tetapi

juga pada tahap persiapan dan pemantapan, bahkan pada konsultasi dan sharing

pengalaman di luar perkuliahan tatap muka di kelas.

- Relfeksi pembelajaran dilakukan pada saat terjadi pembelajaran (reflective in

teaching), sesudah pembelajaran (reflective on teaching), dan untuk mengajar

berikutnya (reflection for teaching), melalui self and shared analysis.

- Berpikir reflektif lebih cepat dilihat hasilnya/peningkatannya daripada sikap reflektif

sehingga perlu waktu lebih lama dalam mengembangkan sikap reflektif mahasiswa

melalui tugas-tugas yang diberikan sehingga membuka wawasan mahasiswa,

menumbuhkan tanggung jawab, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas sebagai

guru kelas di SD.

- Interaksi personal, motivasi, pemantapan dapat meningkatkan kemampuan reflektif

karena mengkondisikan seseorang berfikir dan bersikap reflektif.

- Kemampuan reflektif bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran di SD, karena mahasiswa merefleksikan pengalamannya

dan mengambil hikmah dari pengalaman mengajar untuk dapat mengajar lebih baik.

- Tumbuh sikap reflektif yang memotivasi mahasiswa untuk selalu belajar dan

mengembangkan diri semakin profesional. Sebagai guru kelas SD abad 21 dituntut

senantiasa belajar dari buku maupun pengalamannya sehingga dapat mengajar lebih

31

profesional dan kompeten serta dapat memperbaiki atau meningkatkan mutu

pembelajaran menjadi lebih baik.

Dengan demikian pembelajaran melalui prosedur tahap persiapan, reflektif

teknikal – kontekstual – kritikal, dan pemantapan dapat meningkatkan hasil belajar

dan kemampuan reflektif mahasiswa. Kemampuan berfikir dan sikap reflektif ini

menjadi kemampuan yang wajib dimiliki oleh guru SD sebagai agen pembelajaran

yang profesional dan kompeten dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif,

menyenangkan dan bermutu. Pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi mulai

pada skala kelas, sekolah, daeraj, bahkan nasional dalam memperbaiki dan

meningkatkan mutu pendidikan SD.

2. Rekomendasi

a. Program S1-PGSD agar berupaya meningkatkan kemampuan reflektif melalui

penerapan model pembelajaran dengan lima tahapan pada mata kuliah PTK, dan

memodifikasi untuk mata kuliah lainnya, sehingga dapat lebih mempersiapkan

mahasiswa menjadi guru SD yang bermutu.

b. Dosen PTK agar dapat mengimplementasikan kelima tahap model pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan reflektif serta memotivasi diri maupun mahasiswa

untuk melakukan refleksi diri dan pembelajaran (reflection in/on/for teaching).

c. Mahasiswa S1-PGSD agar dapat memanfaatkan kemampuan reflektif untuk menulis

skripsi, dan termotivasi melakukan refleksi secara terus menerus dalam

pengembangan karir sebagai guru profesional dan dapat meningkatkan mutu SD.

d. Peneliti lain yang tertarik, agar mau melakukan penelitian pada mata kuliah yang

sama di lokasi dan subjek berbeda, pada mata kuliah lain di lokasi dan subjek yang

sama atau berbeda, atau pada jenjang pendidikan berbeda.

Sebagai akhir dari penulisan makalah ini, maka ditegaskan kembali bahwa

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif diperlukan dan perlu

dikembangkan oleh program studi S1-PGSD dalam mempersiapkan guru SD yang

kompeten dan professional, khususnya dalam upaya merealisasikan pencapaian

kemampuan atau kompetensi sesuai SKGK-SD/MI. Unsur reflektif terdapat di keempat

rumpun kompetensi, secara eksplisit pada rumupun kompetensi pedagogik, kepribadian,

32

profesional, dan secara implisist sebagai dampak pengiring pada rumpun kompetensi

sosial.

Kemampuan reflektif dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai guru SD dalam

mengatasi masalah pembelajaran di kelasnya, atau melakukan perbaikan dan peningkatan

mutu pembelajaran di kelas SD. Tumbuhnya sikap reflektif yang ditunjang dengan

kemampuan berpikir reflektif, memotivasi mahasiswa sebagai guru SD untuk selalu belajar

dan memperbaiki dan meningkatkan diri yang diperlukan bagi pengembangan profesional

guru. Kemampuan berpikir dan sikap reflektif dinyatakan dengan selalu berupaya

mengembangkan diri dan meningkatkan pembelajaran yang dilakukannya (reflection in /

on / for teaching), melalui belajar sepanjang hayat, belajar mengambil hikmah dari

pengalaman melalui self and shared analysis/reflection, dll. Dengan adanya model

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif mahasiswa program S1-PGSD,

khususnya pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas, diharapkan mampu membekali

mahasiswa S1-PGSD sebagai guru SD dalam mengantisipasi dan mengatasi permasalahan

pembelajaran di kelas akibat perkembangan yang pesat, sehingga dapat menjadi guru

profesional dan kompeten sesuai dengan tuntutan profil guru abad 21.

REFLECTIVE IN / ON / FOR TEACHING IS NEEDED IN TEACHER PROFESSIONAL DEVELOPMENT

33

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Education Research : An Introduction. New York &

London: Longman. Calderhead, J. & Gater, P. (1995). Conceptualizing Reflection in Teacher Development. The

Palmer Press. Depdikbud. (1996/1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen

Dikti BP3GSD. Depdiknas. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21

(SPTK-21). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI

No.20. Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika Depdiknas. (2005). Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI, Lulusan S1 PGSD Jakarta:

Dirjen Dikti DP2TK. Dewey, J. (1933). How We Think, A Restatement of the Relation of Reflective Thinking to the

Education Process. Chicago: Henry Regne. Dunkin, M.J. & Biddle, B.J. (1936), The Study of Teaching, New York & Sydney: Holet,

Rinehart and Winston, Inc. Ginsburg, M.B. & Clift. (1990). The Hidden Curriculum of Preservice Teacher Education.

Hand book of Research on Teacher Education. London: Collier Macmillan Pub. Harrington, H.L. et.al. (1996). Written Case Analyes and Critical Reflection. Teaching and

Teacher Education: An International Journal of Research and Studies. Vol.12 no.1. January, 1996.

Joice, B. & Weil, M. (1986). Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood

Cliffs. LaBoskey, V.K. Why Reflection in Teacher Education?. Teaching and Teacher Education:An

International Journal of Research & Studies.Vol.12 no.1. 1996. Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

34

Pintrich, P.R. (1990). Implications of Psychological Research on Student Learning and College Teaching for Teacher Education. Handbook of Research on Teacher Education. London: Collier Macmillan Pub.

Poblete, D.P. (1999). A Reflective Teaching Model: An Adventist Assesment, Michigan:

Andrews University. Tersedia: http://www.aiias.edu/ict/ vol24/ 24cc_ 257-276.htm [02/06/04].

Pollard, A. & Tann, S. (1987). Reflective Teaching in the Primary School: A Handbook for

the Classroom, London: Cassell Education Ltd. Reilgelluth, C.M. (1983), Instructional Design Theoris and Models. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates. Smith, R.M. (1982). Learning How to Learn: Applied Theory for Adults. Chicago: Follett

Pub.Co. Sugiyono,.(2003). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma

Karya. Suparno,P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University

of Chicago Press. Undang-undang RI No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Unesco. (1996). Learning: The Treaure Within. Paris: Unesco. Valli & Linda. (1994). Reflective Teacher Education: Cases and Critiques. Bulletin Reflective

Practice in Social Studies, No.88. Zeichner, K. & Liston, .P. (1995). A Handbook for Reflective Teaching: Designed for the

New and Student Teacher. Tersedia: http://www.iloveteaching.com/ mentor/html. [30-07-2003].

Zeichner, K. & Liston, P. (1996), Reflective Teaching: An Intro-duction. New Jersey:

Lawrence Erlbaum