49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tablet oral yang biasa diminum, ditujukan pada pelepasan obat di saluran cerna. Tablet oral biasa yang tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat dilambung. Tentunya tiap obat-obatan memiliki karakteristiknya sendiri, dimana, bagaimana, dan kapan obat tersebut diabsorpsi oleh tubuh. Rute oral merupakan rute pemberian obat yang paling diterima oleh konsumen. Beberapa bentuk sediaan konvensional dikembangkan untuk penghantaran obat yang periode waktunya diperpanjang dan untuk menghantarkan obatnya pada tempat targetnya secara khusus. Beberapa obat memiliki indeks absorpsi sempit dan obat yang transpornya dimediasi pembawa di daerah lambung dan bagian atas usus kecil memiliki bioavailabilitas rendah ketika diberikan dalam bentuk sediaan konvensional. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di lambung. Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di lambung disebut gastroretentive drug delivery system (GRDDS). GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang memiliki jendela terapetik sempit, dan absorbsinya baik di lambung. Hal-hal yang dapat meningkatkan waktu tinggal di lambung meliputi: sistem penghantaran bioadheseive yang melekat pada 1

Solid Isi Bener

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Solid Isi Bener

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Tablet oral yang biasa diminum, ditujukan pada pelepasan obat di saluran cerna.

Tablet oral biasa yang tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat dilambung. Tentunya

tiap obat-obatan memiliki karakteristiknya sendiri, dimana, bagaimana, dan kapan obat

tersebut diabsorpsi oleh tubuh. Rute oral merupakan rute pemberian obat yang paling

diterima oleh konsumen. Beberapa bentuk sediaan konvensional dikembangkan untuk

penghantaran obat yang periode waktunya diperpanjang dan untuk menghantarkan

obatnya pada tempat targetnya secara khusus. Beberapa obat memiliki indeks absorpsi

sempit dan obat yang transpornya dimediasi pembawa di daerah lambung dan bagian atas

usus kecil memiliki bioavailabilitas rendah ketika diberikan dalam bentuk sediaan

konvensional. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas

lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di lambung.

Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di lambung disebut gastroretentive drug

delivery system (GRDDS). GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat

yang memiliki jendela terapetik sempit, dan absorbsinya baik di lambung. Hal-hal yang

dapat meningkatkan waktu tinggal di lambung meliputi: sistem penghantaran

bioadheseive yang melekat pada permukaan mukosa, sistem penghantaran yang dapat

meningkatkan ukuran obat sehingga tertahan karena tidak dapat melewati pyrolus dan

sistem penghantaran dengan mengontrol densitas termasuk floating system dalam cairan

lambung.

Metoklopramid pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat dengan kadar

puncak plasma tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian dosis oral. Metoklopramid di

eliminasi dengan cepat dari tubuh, dengan waktu paruh eliminasi terminal 4-6 jam. Dosis

pemberian Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet, sehingga dirancancang pembentukan tab

dengan sistem gastroretentive guna menjaga bioavailibilitasnya di dalam tubuh, sehingga

tidak diperlukan penggunaan berulang, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat tersebut, akibat lupa minum obat. Selain itu juga metoklopramid

1

Page 2: Solid Isi Bener

digunakan dalam berbagai gangguan GI, tetapi pada dasarnya digunakan untuk

menangani gangguan motilitas GI, terutama gastric stasis, penanganan refluks

gastrophageal, mempercepat pengosongan lambung, dan untuk pencegahan mual dan

muntah pasca operasi. Metoklopramid bisa memberikan perbaikan simtom untuk

beberapa pasien gastroesophageal reflux disease GERD (Mc Evoy, 2008), sehingga

merupakan baik untuk di formulasikan sebagai gastroretentive, karena memiliki khasiat

lokal pada lambung dan saluran GI. Upaya untuk memperpanjang waktu tinggal tablet di

lambung dapat dicapai melalui beberapa cara seperti mukoadhesi, pengapungan,

pengendapan, pengembangan, atau modifikasi bentuk. Diantara pendekatan tersebut,

metode pengapungan dinilai sebagai metode yang paling efektif dan aplikatif dalam

mengatasi masalah bioavailabilitas. Sediaan mengapung dapat dicapai dengan cara

meringankan bobot jenis sediaan sehingga lebih kecil dari bobot jenis cairan lambung.

Pembawa yang dapat digunakan adalah polimer yang bersifat ringan yang juga dapat

mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan. Sebagai tambahan, hingga kini belum

terdapat sediaan lepas lambat metoklopramida di pasaran dan monografinya dalam

compendial resmi seperti United State Pharmacopoeia, British Pharmacopoeia.

B. Rumusan masalah.

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :

1. Karakteristik umum apa yang dimiliki Tablet Gastroretentive Dengan Sistem

Mengembang Dan Mengapung?

2. Komponen serta metode umum apa saja yang digunakan untuk membentuk Tablet

Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung ?

3. Karakteristik, komponen, dan metode yang digunakan untuk merancang Tablet

Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung pada Tablet

metoklopramida?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:

2

Page 3: Solid Isi Bener

1. Mengetahui karakteristik umum apa yang dimiliki Tablet Gastroretentive Dengan

Sistem Mengembang Dan Mengapung.

2. Mengetahui komponen serta metode yang digunakan untuk membuat Tablet

Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung.

3. Mengetahui karakteristik, kompionen, serta metode apa yang digunakan untuk

membuat Tablet Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung pada

Tablet Metoklopramida.

3

Page 4: Solid Isi Bener

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Gastrointestinal

Gambar 1. Anatomi lambung

Saluran GI pada dasarnya adalah sebuah tabung dengan panjang sekitar sembilan

meter yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut ke anus dan tenggorokan

termasuk (faring), kerongkongan, lambung, usus kecil (terdiri dari duodenum, jejunum

dan ileum) dan usus besar (terdiri dari sekum, usus buntu, usus besar dan rektum).

Saluran dinding GI memiliki struktur umum yang sama panjangnya dari esofagus ke

anus, dengan beberapa variasi lokal untuk masing-masing daerah. Perut merupakan organ

dengan kapasitas untuk penyimpanan dan pencampuran. Para daerah antrum bertanggung

jawab untuk pencampuran dan penggilingan isi lambung. Dalam kondisi puasa, perut

merupakan sebuah kantung dengan sisa volume sekitar 50ml dan berisi sejumlah kecil

cairan lambung (PH1-3) dan udara. Lendir menyebar dan menutupi permukaan mukosa

perut serta sisa dari saluran GI. Saluran GI berada dalam keadaan motilitas terus menerus

yang terdiri dari dua mode: pola motilitas interdigestive dan pola motilitas pencernaan.

Kondisi pada saat berpuasa memiliki fungsi utama untuk membersihkan isi sampai sisa

dari saluran pencernaan bagian atas.

4

Page 5: Solid Isi Bener

Pola umumnya motilitas interdigestive disebut 'migration motor complex'

('MMC') dan diatur dalam siklus bergerak dan tidak bergerak (diam). Setiap siklus

berlangsung 90-120 menit dan terdiri dari empat fase. Konsentrasi hormon motilin dalam

darah mengontrol durasi dari fase-fase. Dalam fase interdigestive atau berpuasa,

gelombang MMC berpindah dari perut ke saluran pencernaan setiap 90-120 menit.

Sebuah siklus penuh terdiri dari empat fase, dimulai pada sfingter esofagus bagian bawah

/ gastric pacemaker, menyebar pada bagian atas seluruh lambung, duodenum dan

jejunum, dan fase terakhir di ileum. Fase III disebut fase pembersihan sebagai kontraksi

kuat, pada fase ini cenderung untuk mengosongkan isi perut dan dicerna. Pemberian dan

konsumsi makanan yang cepat mengganggu siklus MMC, dan fase pencernaan untuk

beristirahat. Awalnya makanan tertelan pada bagian atas perut, dikompresi secara

bertahap oleh kontraksi phasic.

Pencernaan atau keadaan makan ini menyerupai tahap II puasa dan tidak siklis,

tetapi terus menerus, asalkan makanan tetap di dalam perut. Partikel-partikel besar yang

disimpan oleh perut selama pola makan tetapi dapat untuk melewati Fase III MMC

interdigestive. hal ini menunjukan bahwa efisiensi penyaringan (yaitu kemampuan perut

untuk menggiling makanan menjadi ukuran lebih kecil) dari perut ditingkatkan dengan

pola makan dan / atau oleh keberadaan makanan. Pola pengosongan lambung untuk

padatan dicerna di perut. Pada pola kontraksi seperti yang terjadi diperut untuk makanan

padat berkurang untuk partikel dengan diameter kurang dari 1mm yang dikosongkan

melalui pilorus sebagai suspensi. Durasi kontraksi tergantung pada karakteristik fisika

kimia makanan yang ditelan. Umumnya, makan dari ~ 450kcal akan mengganggu

motilitas selama sekitar tiga sampai empat jam. Hal ini memperlihatkan bahwa kontraksi

antrum mengurangi ukuran partikel makanan untuk ≤ 1mm dan mendorong makanan

melalui pilorus. Namun, telah ditunjukkan bahwa pencernaan padatan ≤ 7mm dapat

mengosongkan perut manusia dari makanan.

2.2 Tablet gastroretentive

Salah satu sediaan dengan pelepasan obat yang dimodifikasi adalah sediaan

dengan pelepasan diperlambat. Merupakan sistem penghantaran obat yang memiliki

kemampuan menahan obat di dalam saluran pencernaan khususnya di lambung untuk

5

Page 6: Solid Isi Bener

memperpanjang periode waktu. Setelah obat lepas selama periode waktu yang

disyaratkan, bentuk sediaan harus terdegradasi tanpa menyebabkan gangguan

pencernaan.

Kebutuhan terhadap gastroretentive

Suatu sistem penghantaran obat terkontrol dengan perpanjangan waktu tinggal di

lambung memiliki keuntungan tertentu.

Sistem ini sangat membantu dalam terapi tukak peptik

Untuk obat-obat yang diabsorbsi pada bagian proksimal saluran pencernaan contoh:

Gabapentin Ciprofloxacin, dan lainnya.

Gastroretentive dilakukan untuk:

1. Obat-obatan yang diabsorbsi dari lambung (contoh: Levodopa, Furosemide).

2. Beraksi secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and Enzymes).

3. Terapi antibiotik.

4. Obat-obatan yang kelarutannya buruk pada pH basa (contoh: Diazepam, Salbutamol)

5. Obat-obatan yang terdegradasi di kolon (contoh: Captopril, Ranitidine,

Metronidazole)

6. Obat-obatan yang memiliki jendela absorpsi sempit

Melihat banyaknya manfaat dan untuk mengatasi beberapa masalah yang timbul pada

obat dengan memberiaan obat oral secara konvensional, maka dikembangkan sistem

penghantaran obat gastroretentif.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat,

salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di dalam lambung. Salah

satunya dibuat tablet Gastroretentive dapat dibuat Dengan Sistem Mengembang Dan

Mengapung.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan waktu

tinggal obat di dalam lambung/Gastrict Residence Time (GRT), Beberapa metode yang

termasuk ke dalam GRDDS adalah sebagai berikut :

1) Sistem Mengapung (Floating System)

6

Page 7: Solid Isi Bener

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968,

merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan

mengambang kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat dilepaskan

perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah

peningkatan GRT dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma .

Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari

sediaan yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS)

juga biasa disebut Hydrodinamically Balanced System (HBS). FDDS/ HBS memiliki

densitas bulk yang lebih rendah daripada cairan lambung. FDDS tetap mengapung di

dalam lambung tanpa mempengaruhi motilitas dan keadaan dari lambung. Sehingga

obat dapat dilepaskan pada kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem. Sistem

mengapung dapat dibagi menjadi 2 macam tergantung ada atau tidaknya bahan

pembentuk gas (gas forming) pada formulasi tersebut. Adapun 2 sistem tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Sistem Effervescent

Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan polimer

yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan senyawa effervescent

seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat. Sistem effervescent

ketika kontak dengan asam lambung maka akan membebaskan gas karbon

dioksida yang akan terperangkap di dalam senyawa hidrokoloid yang

mengembang. Sehingga menyebabkan sediaan akan mengambang

Wei et al dalam Mamoru Fukuda et al meneliti sifat tablet mengapung yang berisi

HPMC dan natrium bikarbonat. Gas karbon dioksida dilepaskan ketika tablet

yang berisi natrium bikarbonat dicelupkan ke dalam cairan lambung buatan

sehingga menyebabkan tablet mengambang.

b. Sistem Noneffervescent

Pada sistem noneffervescent menggunakan pembentuk gel atau senyawa

hidrokoloid yang mampu mengambang, polisakarida dan polimer-polimer

pembentuk matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan

polistirena. Metode formulasinya yaitu dengan mencampurkan obat dengan

7

Page 8: Solid Isi Bener

hidrokoloid pembentuk gel. Setelah pemberian maka sediaan ini akan

mengembang ketika kontak dengan cairan lambung, masih berbentuk utuh dengan

densitas bulk kurang dari satu. Udara yang terjerap di dalam matriks yang

mengembang mengakibatkan sediaan mampu mengambang, membentuk struktur

yang mirip gel. Kemudian struktur gel bertindak sebagai reservoir untuk obat

yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel.

2) Sistem Bio/Mucoadhesive

Sistem bio/mucoadhesive merupakan suatu sistem yang menyebabkan tablet dapat

terikat pada permukaan sel epitel lambung dan memperpanjang waktu tinggal di

dalam lambung dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan dan membran

biologis. Konsep dasarnya adalah  mekanisme perlindungan pada gastrointestinal.

Daya lekat epitel dari mucin diketahui dan telah digunakan dalam pengembangan

GRDDS melalui penggunaan polimer bio/mucoadhesive. Perlekatan sistem

penghantaran pada dinding lambung meningkatkan waktu tinggalnya terutama di

tempat aksi.

3) Sistem Mengembang/ Swelling System

Merupakan suatu sediaan yang apabila berkontak dengan asam lambung maka

sediaan akan segera mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan tetap

bisa bertahan di dalam lambung.

Secara umum GRDDS terdiri dari sistem mengembang ( swelling ), sistem

bioadhesive/mucoadhesive dan sistem mengapung (floating ).

2.3 Tablet Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang (swelling) Dan

Mengapung

1. Swelling

Swelling adalah suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air

yang menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi di dalam

polimer akan berdifusi keluar. Akibatnya, pelepasan obat bergantung pada dua proses

8

Page 9: Solid Isi Bener

kecepatan yang simultan yaitu antara proses berdifusinya air ke dalam polimer dan

peregangan rantai polimer, sehingga dapat bertahan didalam lambung dalam waktu yang

lebih lama. Seperti yang terlihat pada gambar

Keterangan : (a) – sediaan sebelum dan sesudah mengembang

(b) – proses mengembang sediaan dalam lambung

i. Sistem mengembang yang ditahan di dalam lambung

Biasanya dikenal dengan sweeling system atau expanding systems. Bentuk sediaan

ini menjadi lebih besar dari ukuran klep pilorik yang terbuka dan ditahan dilambung.

Sistem ini mirip penyumbatan yang dapat berupa polimer yang mengembang sangat

cepat dan atau suatu matriks yang mengembang menjadi lebih besar dari pilorus

dengan derajat yang lebih tinggi. Konfigurasi yang diperlukan untuk mengembang

suatu sistem mengembang agar dapat memperpanjang waktu tinggal dilambung

adalah :

Berukuran kecil sehingga dapat diberikan peroral

Suatu bentuk yang ditahan dilambung karena terjadi pembesaran ukuran

Suatu bentuk akhir yang kecil sehingga dapat dikeluarkan setelah terjadi

pelepasan obat

ii. Proses mengembang

Ada tiga elemen yang mengontrol proses mengembang dari suatu hidrogel , yaitu

kandungan ikatan silang ( Cross-link content ), kandungan ionik, dan kandungan

hidrofilik.

Kandungan ikatan silang :

9

Page 10: Solid Isi Bener

Secara termodinamika , bahan dapat dibedakan jika berada dalam kadar air untuk

menjadi hidrogel. Hidrogel ada ikatan silang ialah molekul hidrogel akan melarut

dalam air dan menempati seluruh volume yang diduduki air. Maka cara ini rantai

hidrogel ikatan silang memiliki sifat seperti molekul cair.

Kandungan ionik (Ionic content) :

Pada kandungan ini dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu ionik dan

nonionik. Pada pemberian gaya elastik, hidrogel ionik yang mengembang akan

mengalami suatu proses dengan entropi lebih banyak sebaliknya dengan hidrogel

nonionik yang tidak mengembang maka mengalami suatu proses dengan entropi

yang lebih sedikit. Sehingga dengan meningkatnya jumlah ion dalam hidrogel

strukturnya akan meningkat, dikit demi sedikit gaya osmotik dan elektrostatik

juga meningkat seiring dengan struktur hidrogel.

Hal ini mendororng hidrogel untuk secara termodinamika seperti cair yang

menduduki ruang sekililingnya. Penambahan ion pada lingkungan membatasi

kapasitas mengembang suatu hidrogel ion dan merubah tingkat bahan. Pada

perubahan lingkungan sekelilingnya dengan air dapat mengontrol pengendalian

entropi proses mengembang hidrogel ionik.

Kandungan hidrofilik (Hydrophilic content) :

Kandungan hidrofilik akan mempengaruhi gaya tarik-menarik intermokuler untuk

difusi dan mengembang. Jika hidrofilisitas hidrogel meningkat maka interaksi dan

hidrogel akan meningkat juga.

Tipe produk dari swelling yaitu seluruh produk yang pelepasannya diperpanjang

dianggap sama sebagai produk yang pelepasannya dikontrol tanpa dibedakan

ketelitian mekanisme pelepasannya. Sebagian besar preparasi pelepasan obat yang

dikontrol merupakan hasil kombinasi dari proses disolusi, permeasi, dan difusi.

Faktor yang terpenting adalah permeasi air, tanpa faktor tersebut mekanisme

pelepasan produk tidak akan dapat terlaksana. Pengontrolan kecepatan masuknya air

kedalam produk akan menentukan kecepatan keterlarutan obat. Ketika obat terlarut,

10

Page 11: Solid Isi Bener

maka kecepatan difusi obat lebih lanjut akan dikontrol menjadi kecepatan sesuai yang

dikehendaki.

 Beberapa bentuk sediaan padat swelling dirancang untuk melepaskan obatnya

secara pelahan-lahan, supaya pelepasanya lebih lama dan memperpanjang kerja obat.

Sediaan mengembang dapat dibuat dalam bentuk dikenal granul, tablet atau kapsul.

Semua cara pembuatan tablet dapat digunakan untuk membuat tablet

mengembang, seperti tablet matriks, tablet berlapis ganda (multiplayer), mini matriks

dalam tablet atau tablet salut. Sediaan mengembang sering digunakan yang kerjanya

Controlled release, delayed realease, sustained action, prolonged action, sustained

realesed, timed realase, slow release, extended action, atau extended release

berbentuk plat untuk pengobatan dilambung, usus, saluran GI, penghantaran obat

spesifik dikolon, sistem penghantaran langsung ke target dan sediaan targeted

gastroretentive.

iii. Mekanisme mengembang

Matriks hidrogel jika dimasukkan kedalam air, air akan diabsorpsi oleh hidrogel.

Pada setiap titik setelah dimasukkan kedalam air, umunya ada tiga daerah yang dapat

dibedakan matriks hidrogel . daerah pertama yang mengembang dengan kandungan

air tinggi, dan secara mekanik lemah lapisan hidrogel akan bereaksi sebagai suatu

lapisan barier untuk menarik air. Daerah kedua akan ditandai dengan pengembangan

yang moderat dan relatif kuat. Daerah ketiga terbasahi dengan air dan tingkat glassy

untuk periode waktu lama .

iv. Bahan yang mengembang dan penggunaannya dalam sistem penghantaran obat

oral.

Pengembangan dan durasi mengembang dipertahankan oleh derajat ikatan silang

(cross = lingking) antara rantai polimer. Sistem yang memiliki derajat ikatan silang

tinggi menahan kemampuan mengembang untuk mempertahankan dilambung dalam

11

Page 12: Solid Isi Bener

periode waktu lama. Sistem dengan derajat ikatan silang rendah menghasilkan

pengembangan yang besar, didorong oleh kecepatan disolusi polimer.

Proses mengembang merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya ikatan

sambung silang dari rantai polimer hidrofilik jika dilihat tiga dimensi secara kimia

fisika. Tergantung pada strukturnya, zat yang mengembang dapat mengabsorpsi

larutan air atau larutan organik. Jika zat mengembang dengan mengabsorpsi air maka

dikenal dengan hidrogel. Jika semua zat alam yang mengembang hidrofilik, zat

tersebut dapat mengabsorpsi sejumlah air cair / kelembapan.

Gaya yang mengarah untuk absorpsi atau proses mengembang umumnya suatu

keseimbangan 3 gaya osmotik, elektrostatik, dan entropi penguapan disolusi polimer

dalam air ( entropy-favored dissolution of polymer in water). Gaya elastik ditutup

kedalam struktur hidrogel untuk mengontrol entropi proses disolusi.

Densitas sambung silang dalam struktur hidrogel akan mencegah hidrogel dari

disolusi awal dalam air.

Zat yang mengembang dapat dilihat dari sudut hidrogel kimia dan fisika. Pada

hidrogel kimia semua rantai polimer berikatan silang satu sama lain dengan ikatan

kovalen, hidrogel ini merupakan molekul yang menjaga ukurannya. Pada sintesis

hidrogel kimia, suatu ikatan silang multi fungsi digunakan untuk mengikat rantai

hidrogel. Pada polimer tambahan, ikatan silang multi fungsi mengandung lebih dari

satu ikatan rangkap dua. Pada polimer kondensasi, ikatan silang multi fungsi secara

normal memiliki gugus fungsi. Pada hidrogel fisik, prekursor polimer hidrofilik akan

diperlakukan secara fisik dengan bahan aktif. Polimer mengandung gugus fungsi

dapat bereaksi dengan ion-ion atau gugus fungsi seperti aldehid.

2. Sistem Mengapung (Floating System )

Sistem mengapung pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968.  Floating

system merupakan sistem dengan densitas kecil, yang memiliki kemampuan

mengambang kemudian mengapung serta tinggal di lambung untuk beberapa waktu. Pada

saat sediaan mengapung di lambung, obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat

ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan  gastric residence time  dan

pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma (Chawla et al ., 2003).

12

Page 13: Solid Isi Bener

Sistem mengapung pada lambung berisi bahan aktif yang dilepaskan perlahan-lahan

dari sediaan yang memiliki densitas kecil, disebut floating drug delivery system(FDDS).

FDDS memiliki bulk density yang lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap

mengapung dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan

perlahan dari sediaan pada kecepatan yang diinginkan (Anonim, 2003).

Bentuk sediaan sistem mengapung banyak diformulasi dengan menggunakan matriks-

matriks hidrofilik dan dikenal dengan istilah hydrodynamically balanced  system (HBS).

Hal tersebut dikarenakan pada saat polimer terhidrasi, terjadi  penurunan intensitas akibat

matriks yang mengembang, sehingga menjadi gel  penghalang di permukaan bagian luar.

Bentuk sediaan ini diharapkan tetap mengapung selama 3-4 jam dalam lambung tanpa

dipengaruhi oleh kecepatan  pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari

medium dalam lambung. Polimer yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk

floating  adalah turunan selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa (HPMC)

(Moes, 2003)

Keuntungan dan kerugiaan sistem mengembang dan mengapung

Adapun beberapa keuntungan yang menarik dengan sistem penghantaran obat

mengembang dan mengapung yang ditahan dilambung, yaitu :

Dapat digunakan untuk memperbaiki waktu penahanan lambung seperti waktu

pengosongan lambung.

Dapat menurunkan fluktuasi konsentrasi obat membuatnya mungkin untuk

meningkatkan selektifitas pada aktivitas reseptor.

Sistem penghantaran obat yang ditahan dilambung dapat memperbaiki efisiensi obat.

Model pelepasan obat yang ditahan ( sustained release) dari bentuk sediaan yang

ditahan dilambung mampu mempertahankan keberadaannya dalam waktu yang lama

sehingga meningkatkan efek farmakologi dan bahan yang dikeluarkan.

Dapat menghasilkan pelepasan obat yang ditahan dalam waktu lama dalam sediaan

untuk terapi lokal dilambung dan usus kecil. Sangat berguna untuk pengobatan

gangguan lambung dan usus.

Meningkatkan bioavaibilitas dan efikasi terapeutik obat dan memungkinkan dapat

menurunkan dosis, seperti furosamid dan riboflavin.

13

Page 14: Solid Isi Bener

Mempertahankan level terapeutik yang konstan dalam periode waktu yang lebih lama

sehingga menurunkan resiko resistensi karena fluktuasi level terapi yang minimal

pada kasus antibiotik seperti antibiotik b-laktam antibiotik (penisilin dan

cephalosporin).

Pengontrolan, penghantaran yang perlahan dari bentuk sediaan yang ditahan

dilambung memberikan aksi lokal yang sesuai ditempat yang sakit, sehingga

mengurangi eliminasi obat. Sistem penghantaran obat di lokasi spesifik menurunkan

efek samping yang tidak diinginkan

Selain, keuntungan sistem penghantaran obat mengembang dan mengapung yang ditahan

dilambung juga memiliki keterbatasan, seperti ;

Zat aktif dengan waktu paruh yang pendek antara 2-8 jam memungkinkan untuk

dibuat sediaan lepas lambat, sedangkan untuk yang waktu paruhnya panjang sangat

memungkinkan untuk terjadinya akumulasi.

Tidak cocok untuk obat-obatan yang memiliki masalah seperti kelarutan di cairan

lambung (fenitoin), iritasi (NSADIDS), tidak stabil dalam lingkungan asam.

Obat-obat yang pelepasan selektif dikolon seperti asam amino salisilat dan

kortokosteroid, dll.

Zat aktif yang diabsorbsi dengan lambat atau berubah-ubah, tidak sesuai untuk

diformulasikan menjadi sediaan lepas kontrol dan lepas lambat.

Zat aktif yang untuk waktu paruhnya panjang sangat memungkinkan untuk terjadinya

akumulasi.

2.3.Formula umum

Komponen

1. Zat Aktif

farmakologis pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga

dikenal sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API).

Suatu proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat

14

Page 15: Solid Isi Bener

aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal

utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan. Perlu dipertimbangkan benefit to

risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.suatu senyawa aktif farmakologis

tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya Zat aktif merupakan zat yang

memang terbukti memberikan efek

2. Zat Pengisi

Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi untuk

penyesuian bobot dan ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif

kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang

inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia

dan biofarmasi dari sedian tablet.Contoh : laktosa, avicel, kalsium sulfat anhidrat,

kalsium fosfat dibasic, dextrose, sukrosa interaksi basa atau garam – garam amin

dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat

sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide.

Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diinginkan.

Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried

lactose. Amylum : maydis, oryzae, meranthae, solani, manitol, sukrosa dan lain- lain.

3. Zat Pengikat

Bahan pengikat (Binder) adalah bahan yang mempunyai sifat adesif yang digunakan

untuk mengikat serbuk-serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan

menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk larutan

(Anonim, 1995). Bahan pengikat sebaiknya digunakan sedikit mungkin karena

apabila terlalu berlebihan menjadi penabletan yang keras sehingga tidak mudah

15

Page 16: Solid Isi Bener

hancur dan waktu pengempakannya membutuhkan tenaga yang lebih. zat inert secara

farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi untuk meningkatkan kohesifitas

antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk

pembentukan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan

padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua : Pengikat kering (binder),

pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang

sering digunakan:Mucilage amilly 10%, Acasia 2 – 5 %, Derivat selulosa 1 – 5 % ,

Sukrosa 2 – 25 %. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan

atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan : Derivat selulosa 1 – 5

%, Gelatin 1 – 5 %, Pasta amylum 1 – 5 %,Natrium Alginat 2 – 5 %.

4. Zat pelicin

Bahan pelicin (lubricant) berfungsi memudahkan mendorong tablet ke atas keluar

cetakan melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak

dengan permukaan sisi tablet. Bahan pemisah bentuk (anti adherent) berfungsi

mengurangi lekatnya massa tablet pada dinding ruang cetak dan permukaan punch

serta menghasilkan kilap pencetakan pada tablet (Voigt, 1984). Bahan pengatur aliran

(glidant) berfungsi memperbaiki sifat alir massa atau granul yang akan di tablet dan

mengurangi penyimpangan massa sehingga meningkatkan ketepatan dosis dari tablet.

Untuk Talcum, Magnesii stearas, Acidum stearicum

5. Zat penghancur

Bahan penghancur (Desintegrant) dimaksudkan untuk menarik air masuk dalam tablet

sehingga memudahkan hancurnya tablet dalam medium cair sehingga dapat pecah

menjadi granul atau partikel penyusunnya (Banker dan Anderson, 1986). Kerja bahan

16

Page 17: Solid Isi Bener

penghancur adalah melawan kerja bahan pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai

akibat tekanan mekanik pada proses pengempaan. Makin kuat kerja bahan pengikat

maka diperlukan bahan penghancur yang lebih efektif. Bahan penghancurnya yang

umum digunakan adalah amilum, alginat dan selulosa(Voigt, 1984).

6. Zat pembawa

Komponen yang terpenting dalam sediaan mengembang selain zat aktif adalah

komponen atau bahan yang memiliki sifat adhesif. Bahan bioadhesif dapat berupa

bahan alam atau sintesis. Polimer bioadhesif dalam bentuk sediaan sistem pelepasan

yang ditahan dilambung dapat juga berguna sebagai control kecepatan dan jumlah

pelepasan obat.

Polimer ideal untuk system penghantaran obat mengembang dan mengapung adalah

polimer yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Polimer dan hasil uraianannya tidak toksik, tidak mengiritasi membran mukosa

dan tidak diabsorpsi disaluran cerna.

2. Lebih baik ikatan yang kuat nonkovalen dengan permukaan epitel musin.

3. Sebaiknya menempel pada jaringan lembab dengan cepat dan mempunyai tempat

spesifik.

4. Harus mudah bergabung dengan obat dan memberikan halangan / rintangan pada

pelepasannya.

5. Harganya relative murah.

Dan Polimer yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk  floating (mengapung)  adalah

turunan selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa (HPMC)

17

Page 18: Solid Isi Bener

2.4.Metode pembuatan tablet

a. Granulasi basah

Pada granulasi basah bahan dilembabkan dengan larutan pengikat yang cocok,

sehingga serbuk terikat bersama dan terbentuk massa yang lembab. Pelarut yang

digunakan umumnya bersifat volatil sehingga mudah dihilangkan pada saat

dikeringkan. Massa lembab kemudian dibagi-bagi sehingga terbentuk butiran granul.

b. Granulasi kering

Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula dicetak menjadi tablet

yang cukup besar, yang massanya tidak tentu. Selanjutnya tablet yang terbentuk

dihancurkan dengan mesin penggranul kering gesekan atau dengan cara sederhana

menggunakan alu diatas sebuah ayakan sehingga terbentuk butiran granul.

Prinsip dari metoda ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan

pengikat dan pelarut. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Kandungan zat aktif dalam tablet yang tinggi

2. Zat aktif memiliki aliran yang buruk

3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.

c. Metode Kempa Langsung

Kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat

aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini

merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun

hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif

tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal

18

Page 19: Solid Isi Bener

seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar

zat aktif tidak mudah untuk langsung di kempa.

2.5. Evaluasi tablet gastroretentive sistem mengembang dan mengapung

meliputi :

Keseragaman Bobot 

Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata  rata tiap tablet. Jika ditimbang satu  persatu,

tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata  rata lebih besar dari

harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata  rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat

digunakan 10 tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot

rata  rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.

Bobot rata  rataPenyimpangan Bobot rata  rata (%)

A B

< 25mg-150mg

151 mg-300 mg

Lebih dari 300 mg

15-10

7,5

5

30-20

15

10

Kekerasan 

Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata  rata

dan SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal

10kg/cm2.

Keseragaman Ukuran 

Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong.

Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak

19

Page 20: Solid Isi Bener

lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada

umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.

Evaluasi swelling :

Derajat pengembangan. Superporos hidrogel 100 mg direndam dalam medium

pengembangan 20 ml pada 37°C. Pada beberapa interval waktu hidrogel dikeluarkan

dari larutan dan ditimbang setelah kelebihan larutan dipermukaan dihilangkan. Rasio

pengembangan dapat dihitung dengan persamaan I : Q = (Ms-Md) / Md. Dimana Ms

dan Md adalah bobot hidrogel mengembang dan kering. Larutan NaCl sebanyak 5

macam (pH 1,2) dengan kekuatan ion yang berbeda (0,0001M-1M) digunakan untuk

mengevaluasi efek garam terhadap sifat mengembang hidrogel.

Sensitifitas hidrogel terhadap pH. Sensifitas hydrogen terhadap pH dilakukan larutan

HCl atau NaOH dengan 1,0 , 2,0 , 3,0 , 6,2 dan 7,4. Pengembangann superporos

dievaluasi setiap 30 menit dengan cara mengukur bobotnya.

Penentuan densitas Hidrogel. Densitas hidrogel kering dihitung dengan persamaan

2 : d=Wd / Vd. Dimana Wd bobot hidrogel kering dan Vd adalah volume. Volume

hidrogel ditentukan dengan metode penggantian pelarut menggunakan pelarut heksan

sebagai cairan pengganti. Digunakan heksan karena sangat hidrofop dan tidak

diabsorpsi

Penentuan kinetika gelation. Hasil gelation atau reaksi polimerisasi, viskositas

campuran yang secara kontinu meningkat sampai struktur penuh (gel) terbentuk.

Waktu gelation ditentukan sebagai durasi pembentukan gel dan diukur dengan

metode kemiringan sederhana setelah pH diatur sampai 5 dengan asam asetat.

Parameter ditentukan sampai campuran reaktan tidak jenuh menurun pada posisi tube.

20

Page 21: Solid Isi Bener

Fourier transform infrared spectroscopy. Spektrum FTIR hidrogel diukur pada range

400-4000 cm⁻ˡ menggunakan pellet KBr dengan spektrofotometer FTIR.

Evaluasi kinetika degradasi. Kinetik degradasi hidrogel ditentukan dengan mengukur

rasio pengembangan sebagai fungsi penahanan air. Hidrogel ditempatkan pada

medium pH 1,2 (HCl 0,1 pada 37°C selama 12 jam, dan sampel secara periodik setiap

interval 6 jam ditimbang. Kapasitas retensi air (WRt) sebagai fungsi waktu ditentukan

menggunakan persamaan 3 : WRt = (Wp-Wd) / (Ws-Wd). Dimana Wd bobot

hidrogel kering, Ws bobot hidrogel yang mengembang penuh, dan Wp bobot

hidrogel pada berbagai waktu yang ditentukan.

Studi pelepasan in vitro. Studi pelepasan obat in vitro dilakukan dengan

menggunakan alat disolusi USP pada 37°C dengan rpm 50 dalam 900 ml HCl 0,1 M

selama 6 jam. Setiap inteval waktu tertentu diambil 10 ml larutan medium kemudian

diganti dengan medium baru dengan jumlah yang sama. Kadar obat ditentukan

menggunakan alat yang sesuai.

Evaluasi mengapung :

Waktu awal mengapung dan durasi mengapung:

waktu awal mengapung dan durasi mengapung dilakukan dalam alat disolusi USP II

dalam cairan lambung simulasi (SGF) dan 0.1N HCl dijaga pada lingkungan 37o C.

Interval waktu antara permulaan tablet masuk ke medium disolusi hingga tablet

mencapai permukaan disebut waktu awal mengapun (buoyancy lag time) dan durasi

mengapung diamati secara visual.

21

Page 22: Solid Isi Bener

BAB III

METODOLOGI FORMULASI

3.1. Prinsip

Pembuatan tablet gastroretentive mengembang dan mengapung dengan

metode granulasi basah.

3.2 Formulasi

Bahan – Bahan

Formula Karakteristik Bahan

Formula1

Formula2

Formula3

Formula4

Metoclopramide hydrochloride

20 20 Merupakan serbuk putih, larut dalm air dan alcohol.

Ranitidin HCL (mg)

120 Zat aktif yang diindikasikan untuk tukak lambung

Dipiridamol (mg)

50 Zat aktif diindikasikan untuk pencegahan komplikasi tromboembolik, angina pektoris, dan mengurangi risiko stroke

Hidroksiprofil metilselulosa

(HPMC)

43,17 30 60 40 Larut dalam air dingin. Bahan matriks sustained release dan bahan penyalut tablet. Viskositas tinggi.

Carboxymethyl cellulose

sodium

8,88 8 Merupakan sebagai zat pengikat tablet

Carbopol 6,35 6 Mengembang dalam air dan gliserin dan etanol, namun tidak

terlarut

Avicel - 37 merupakan pengisi pengikat yang baik untuk cetak langsung dan

granulasi kering .

22

Page 23: Solid Isi Bener

Ethyl cellulose

20 20 Bahan penyalut tablet

Stearic acid 25 25 lubrikan / zat pelicin, praktis tidak larut dalam air

mannitol 14

Mg stearat 0,5 %

15 1` 5 5 Tidak larut dalam air. Lubrikan / zat pelicin.

Laktosa80 80 Kelarutan larut dalam 6 bagian air,

larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol(95%)P

Talk (Talcum)2 1 Kelarutan tidak larut dalam hampir

semua pelarut.

2.1.2 Data praformulasi bahan.

1. Bahan Aktif

Nama Zat aktif : Metoclopramide hidroklorida

Rumus Molekul : C14H22CIN3O2.HCl

Berat Molekul : 354,3

Pemerian : Serbuk putih

Kelarutan : larut dalam air danalkohol, sedikit larut dalam kloroform dan praktis tidak

larut dalam eter.

Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi terus menerus

selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa perubahan konsentrasi yang signifikan

dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi cahaya,stabil di udara.

23

Page 24: Solid Isi Bener

Khasiat : digunakan dalam berbagai gangguan GI, terutama gastric stasis,

penangananrefluks gastrophageal, untuk pencegaan mual dan muntah pasca operasi.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Dosis : Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet (1 tablet = 10 mg) ,

Anak-anak usia 5-14 tahun : sehari 3 kali ¼ – ½ tablet (1 tablet = 10 mg) , Diberikan 30

menit sebelum makan dan waktu mau tidur. Atau menurut petunjuk dokter.

2. Bahan Tambahan

1. Etilselulosa (EC)

Nama lain        : aquacoat ECD, aqualon, E462, Ethocel, Surelease.

Rumus kimia    : C12H23O6(C12H22O5)nC12H23O5

Pemerian           :  serbuk berwarna putih, tidak berasa.

Inkompatibilitas  : dengan lilin parafin dan mikrokristalin.

Kegunaan    : coating agent, tablet binder, tablet filer, peningkat viskositas.  (American

Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical Society of Great Britian,. 1986)

2. Hidroksiprofil metilselulose (HPMC)

Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2

Berat Molekul : 10000 - 1500000

Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan

eter; namun larut dalam campuran etanol dan klorometana, campuran metanol dan

diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer,

campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut organik lain.

Kegunaan : HPMC secara luas digunakan dalam formulasi farmasetik sediaan oral dan

topikal. Dalam sediaan oral, HPMC terutama digunakan sebagai bahan matriks sustained

release. Tingkat viskositas yang tinggi dapat digunakan untuk memperlambat pelepasan

obat yang mudah larut air dari matriks. Serta dapat juga digunakan sebagai pengikat baik

secara granulasi basah maupun kering dan sebagai penyalut.

24

Page 25: Solid Isi Bener

3. Avicel PH 102

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : serbuk putih, tidak berbau

Bobot Molekul : > 3100

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larutan asam, pelarut organik dan NaOH 5%

Kegunaan : pengisi dan pengikat ( Filler – Binder)

Konsentrasi : 20-90%

Stabilitas : higroskopik

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.

Avicel merupakan pengisi yang baik untuk cetak langsung dan granulasi kering. Avicel

dapat menyerap udara sehingga kelembapannya tinggi. Kemampuan mengikat (holding

capacity ) 50%. Zat aktif 100 mg, maka minimal avicel yang dibutuhkan 50% = 100/ 50 x

100 mg = 200 mg

4. PVP

Nama dagang : Kollidon atau Plasdon

Kelarutan : Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit

higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah)

Konsentrasi : 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk Natrium

bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.

PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida, Mg(OH)2

5. Mg stearat 0,5%

Rumus Molekul : C16H70MgO4

Pemerian : serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit , mempunyai bau dan rasa khas

lemah

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air

25

Page 26: Solid Isi Bener

Stabilitas : stabil dan simpan di tempat kering

OTT : dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari pencampuran dengan oksidator

kuat

Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %

Kegunaan : lubrikan / zat pelicin

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk

6. Laktosa

Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk yang

lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau;

rasa agak manis. Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih,

sukar larut dalam etanol(95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

7. Amprotab (amylum pro tablet)

Amprotab adalah nama dagang dari amylum manihot yaitu pati yang diperoleh dari umbi

akar Manihot uttilisima Pohl(Famili Euphorbiaceae). Amprotab adalah namilum protablet

yaitu amilum yang dikhususkan untuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet. Amprotab

sebagai bahan penghancur yang mampu meningkatkan kapilaritas, mengarbsorbsi

kelembapan, mengembang dan meninggikan daya pembasahan tablet atau bersifat

hidrofilisasi. Pemerian serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidadk

berbau, tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol

(95%)P. Khasiat dan penggunaan zat tambahan (Anonim, 1979).

8. Talk

Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium

silikat. Pemeria serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas butiran,

warna putih atau putih kelabu. Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat

dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979)

26

Page 27: Solid Isi Bener

9. Mucilago amyli

Mucilago amili merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang

terdisintegrasi cepat dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan pati sebagai

pengikat internal dan digranulasi dengan air (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Walaupun pati memiliki kekuatan adhesive yang terkecil dalam urutan, pada umumnya

pati juga memiliki pengaruh merusak paling kecil pada kecepatan disintegrasi tablet

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

3.3 Metode pembuatan

Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah. Metil selulosa, carbopol, etil

selulosa dan HPMC serta metoclopramid dicampur menggunakan pencampur turbula

selama 15 menit kemudian digranulasi menggunakan lart. carboximetilselulosa hingga

terbentuk masa granul yang baik. Masa lembab diayak menggunakan ayakan 12 mesh,

lalu dikeringkan dalam oven 60 oC. Granul yang telah kering dilewatkan melalui ayakan

14 mesh kemudian kedalamnya ditambahkan talk dan dicampur dalam pencampur turbula

selama 5 menit. Magnesium stearat ditambahkan terakhir dan dicampur selama 2 menit.

Massa cetak yang diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet.

3.4 Evaluasi tablet

Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, friabilitas,

friksibilitas, kadar zat aktif, keseragaman kandungan, dan uji pelepasan metoclopramid

secara in vitro. Uji pelepasan dilakukan menggunakan alat tipe 2 (dayung) pada

kecepatan pengadukan 50 rpm dalam media HCl 0,1 N sebanyak 900 mL pada suhu

37±0,5 oC selama 8 jam. Alikuot diambil sebanyak 10 mL pada menit ke-30, jam ke-1, 2,

3, 4, 6, dan 8. Jumlah metoklopramide yang terdisolusi ditetapkan dengan cara mengukur

metoklopramide yang terlarut menggunakan spektrofotometri UV pada panjang

gelombang 282 nm.

27

Page 28: Solid Isi Bener

BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan

Formula I

Tablet dibuat secara kempa langsung. Metil selulosa, carbopol, etil selulosa dan HPMC

serta metoclopramid dicampur menggunakan pencampur turbula selama 15 menit

kemudian digranulasi menggunakan lart. carboximetilselulosa hingga terbentuk masa

granul yang baik. Masa diayak menggunakan ayakan 12 mesh, lalu dikeringkan dalam

oven 60 oC. Granul yang telah kering dilewatkan melalui ayakan 14 mesh kemudian

kedalamnya ditambahkan talk dan dicampur dalam pencampur turbula selama 5 menit.

Magnesium stearat ditambahkan terakhir dan dicampur selama 2 menit. Massa cetak yang

diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet.

Tablet yang memiliki sifat keterapungan yang baik adalah dengan Floating lag time 13

detik dan mengapung selama 20 jam. memenuhi syarat uji keseragaman bobot, ukuran,

uji kekerasan tetapi memiliki fisik tablet yang kurang stabil.

Formula II

Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dengan menggunakan aquades sebagai

cairan pengikat menggunakan

hidroksipropil metil selulosa (HPMC) K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk dan Mg

stearat.

Formula 6 adalah formula yang

mengandung HPMC 30%, Avicel PH 102 37% dan Acdi-

sol 20% dan memberikan lag time yang cepat dan

mengembang selama uji pelepasan. Formula ini dapat

melepaskan zat aktif sesuai dengan persyaratan

pelepasan yang ditetapkan

28

Page 29: Solid Isi Bener

formula III

Pembuatan Tablet Floating Ranitidin HCL dengan Metode Granulasi Basah

Ditimbang ranitidin HCL, HPMCK100M dan Manitol (F1) atau PEG1500(F2) dalam

jumlah yang sesuai dengan formula. Ditimbang Natrium Bikaronat, Mg Stearat, Laktosa

dan PVPK30 . Ranitidin, HPMC , Manitol dan laktosa dicampur dalam tumbling mixer

secara geometric dilution. Campuran serbuk digranulasi dengan larutan pengikat PVP K-

30 dalam aquadest 4% dari berat total serbuk sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa

granul. Massa granul kemudian diayak dengan pengayak ukuran mesh 12, kemudian

dikeringkan pada suhu kamar 250C selama 30 menit. Granul kering selanjutnya diayak

dengan ayakan ukuran mesh 18, lalu ditambah dengan natrium bikarbonat ditumbling

selama 5 menit dan dilakukan uji kandungan lengas, kecepatan alir, sudut diam dan

jumlah fines. Selanjutnya ditambahkan magnesium stearat dan ditumbling selama 5 menit

kemudian dilakukan uji kualitas granul yang meliputi: kecepatan alir dan sudut istirahat

serta dilakukan pula penetapan kadar ranitidin dalam granul. Granul ditambah Natrium

Bikarbonat, kemudian dicetak menjadi tablet matrik. Tablet yang telah dicetak dilakukan

uji kualitas tablet yang meliputi penetapan kadar ranitidin dalam tablet, uji kerapuhan, uji

kekerasan, uji floating lag time dan total waktu floating serta uji disolusi tablet

Pemeriksaan mutu fisik meliputi pemeriksaan kekerasan dan kerapuhan tablet Dari

penelitian pengaruh tipe HPMC terhadap mutu fisik dan pelepasan tablet floating

ranitidin HCL dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain penambahan Manitol terhadap

matriks HPMCK100M menghasilkan tablet ranitidin HCL dengan mutu fisik tablet yang

memenuhi persyaratan. Penambahan Manitol terhadap matriks HPMCK100M

menghasilkan tablet ranitidin HCL dengan floating characteristic yang memenuhi

persyaratan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan perlu disarankan dilakukan

optimasi terhadap tablet floating ranitidin yang telah memenuhi persyaratan Welling.

Formula IV

Dari kajian-kajian kompatibilitas, menyimpulkan bahwa HPMC E15LV, HPMC

K4M,

29

Page 30: Solid Isi Bener

Carbopol 940 yang kompatibel dengan obat metoklopramid HCL dan sehingga cocok

untuk Perumusan tablet metoklopramid HCL mengambang.

Metoklopramid HCL tablet dibuat dengan metode granulasi basah.

Formulasi ini menunjukkan baik apungdengan waktu lag sangat pendek dan panjang

waktu lebih dari 12 jam di 0.1 N HCL.

Fertilisasi in-Vitro rilis studi dilakukan untuk 12 jam. Dioptimalkan formula yang

mengandung HPMCE15LV (F4) menunjukkan rilis lebih baik dibandingkan dengan

formulasi lain dan itu diikuti nolkinetika orde. Difusi bebas-Fickian dikukuhkan sebagai

rilis obatmekanisme dari formulasi ini.Dari studi ini, disimpulkan bahwa HPMC E15LV

dapat digunakan dalamformulasi metoklopramid HCL berkelanjutan rilis gastro dpt

menyimpan mengambang obat sistem pengiriman. Secara keseluruhan, studi ini

menyimpulkan bahwa viskositas polimer adalah besar

faktor mempengaruhi pelepasan obat dan mengambang sifat FDD.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan mengambang tablet

metoklopramid HCl,

dengan berbeda polimer yang melepaskan sejumlah terapi metoklopramid HCL

ke situs yang tepat dalam tubuh dan juga untuk mencapai dan mempertahankan yang

diinginkan

Metoklopramid HCL konsentrasi.

Metode langsung kompresi digunakan untuk perumusan mengambang tablet, juga

berbagai jenis polimer seperti HPMC (HPMC K4M, HPMC E15LV), Carbopol 940

dipelajari. Polimer ini adalah polimer membentuk gel digunakan secara luas. Rilis

tingkat secara efektif dapat diubah dengan memvariasikan konsentrasi "polimer". Dengan

menggunakan HPMC E15LV mereka memberi FLT optimal serta lama bertindak efek.

Ditemukan bahwa tablet formulasi terbelakang rilis obat untuk 12h yang diinginkan.

30

Page 31: Solid Isi Bener

Hasil kompatibilitas obat-excipients oleh FTIR studi mengungkapkan bahwa ada tidak

ada interaksi kimia antara obat murni dan excipients. The Parameter precompression

seperti kepadatan massal, mengetuk kepadatan, Carr indeks dan sudut istirahat bertekad.

Formulasi akhir menunjukkan sifat aliran dapat diterima. Parameter kompresi posting

seperti thickness, hardness, friability, berat badan variasi, konten keseragaman, FLT dan

TFT dan In vitro rilis, dilakukan dan nilai-nilai yang ditemukan dalam batas-batas IP.

Dengan demikian hal ini diringkas dan menyimpulkan bahwa HPMC E15 LV dapat

berhasil digunakan dalam formulasi metoklopramid HCL berkelanjutan rilis

gastroretentive mengambang tablet.

31

Page 32: Solid Isi Bener

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tablet gastroretentive mengembang dan mengapung, merupakan sediaan yang

memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung serta tinggal di

lambung untuk beberapa waktu.

2. Komponen sistem penghantaran mengembang dan mengapung yang ditahan

dilambung terdiri dari zat aktif, polimer dan pembawa yang memiliki sifat

mengembang dan mengapung di lambung. Suatu sediaan mengembang

merupakan suatu material yang dapat mengembang dengan sendirinya atau

sediaan tersebut mengandung bahan yang mengembang .

Metode formulasi tablet gastroretentive dibuat dengan matriks yang dibuat

mengembang menjadi bentuk gel sehingga obat terlebih dahulu akan  larut

pada matriks kemudian keluar melalui lapisan matriks terluar. Untuk

mencapai fungsi pelepasan obat lepas lambat.

3. Metoklopramid pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat dengan

kadar puncak plasma tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian dosis oral.

Metoklopramid di eliminasi dengan cepat dari tubuh, dengan waktu paruh

eliminasi terminal 4-6 jam. Dosis pemberian Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1

tablet, sehingga dirancancang pembentukan tab dengan sistem gastroretentive

guna menjaga bioavailibilitasnya di dalam tubuh, sehingga tidak diperlukan

penggunaan berulang, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat tersebut, akibat lupa minum obat. Selain itu juga

metoklopramid digunakan dalam berbagai gangguan GI, penanganan refluks

gastrophageal, dan untuk pencegahan mual dan muntah pasca operasi,

32

Page 33: Solid Isi Bener

sehingga merupakan baik untuk di formulasikan sebagai gastroretentive,

karena memiliki khasiat lokal pada lambung dan saluran GI. seperti muntah di

kembangkan sebagai tablet gastroretentive mengembang dan mengapung

dengan menggunakan polimer yang melepaskan sejumlah terapi

metoklopramid HCL ke situs yang tepat dalam tubuh dan juga untuk mencapai

dan mempertahankan yang diinginkan Metoklopramid HCL konsentrasi.

HPMC, Carbopol dipelajari. Polimer ini adalah polimer membentuk gel

digunakan secara luas, dengan metode granulasi basah guna memperbaiki

bentuk stabilitas fisik tablet.

33