Jurusan Kimia Universitas Udayana Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya Karya Tulis yang berjudul Spektra Rotasi dan Vibrasi ini dapat terselesaikan. Karya Tulis ini merupakan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya di Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangannya, maka saran dan kritik membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat. Denpasar, 22 Desmber 2016 2.3 Lebar Garis ………………………………………………… 16 2.4 Spektra Rotasi ……………………………………………... 20 2.5 Spektrum Vibrasi ………………………………………….. 22 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 27 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 28 Spektrum serap rotasi-vibrasi terjadi di daerah infra merah. Spektrum ini dihasilkan oleh transisi vibrasi ke tingkat yang lebih tinggi disertai dengan transisi rotasi, bisa naik, bisa turun. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi yang turun, disebut "cabang P" dari spektrum. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi naik, disebut "cabang R" dari spektrum. Untuk kasus-kasus tertentu, akan muncul cabang Q dimana vibrasi naik tetapi tidak terjadi perubahan energi rotasi. Pada rotasi murni, dapat terjadi efek sentrifugal, dimana panjang ikatan bertambah saat energi rotasi meningkat, sehingga diperlukan suku tambahan pada suku rotasi atau energi rotasi untuk mengoreksi efek ini, Pada spectrum rotasi-vibrasi, dapat terjadi efek serupa, yang sehingga nilai B dapat berbeda pada tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi (Bv). Nilai B1 lebih kecil dari B0, dst. Asal-usul spektra dalam spektroskopi molekul adalah emisi atau absorpsi sebuah foton, ketika energi molekul berubah. Perbedaannya dengan spektroskopi atom adalah energi molekul dapat berubah tidak hanya sebagai hasil transisi elektronik, tetapi juga karena transisi antara keadaan vibrasi dan rotasinya. Karena itu, spektra molekul lebih rumit daripada spektra atom. Spektra molekul juga mengandung informasi yang berhubungan dengan banyak sifat. Analisisnya menghasilkan nilai tentang kekuatan, panjang, dan sudut ikatan. Spektra molekul juga menyediakan cara untuk mengukur berbagai sifat molekul khususnya momen dipole listrik. Spektra rotasi murni (spektra dengan hanya keadaan rotasi molekul yang berubah) dapat diamati, tetapi spektra vibrasi yang bersamaan. Demikian pula, spektra elektronik menunjukkan cirri-ciri yang timbul dari transisi vibrasi dan rotasi yang terjadi bersama. Cara termudah untuk menghadapi kerumitan ini adalah dengan membahas setiap jenis transisi secara bergantian, dan kemudian melihat bagaimana perubahan yang bersamaan itu mempengaruhi kemunculan spektrum itu. Oleh karena itu, makalah ini mengkaji tentang spektra rotasi dan vibrasi. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana teknik eksperimen dalam spektroskopi? 5 3) Bagaimana lebar garis? 4) Bagaimana spektra rotasi? 1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui spektra vibrasi dan rotasi dan bagaimana intensitas garis spektra serta vibrasi molekul poliatomik. 1.4 Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana perubahan yang bersamaan itu mempengaruhi kemunculan spektra vibrasi dan rotasi. 6 Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Asal-usul spektra dalam spektroskopi molekul adalah emisi atau absorbsi sebuah foton ketika energi molekulnya berubah. Perbedaan antara spektroskopi atom dengan spektroskopi molekul adalah energi molekul dapat berubah tidak hanya sebagai hasil transisi elektronik, tetapi juga karena transisi antara keadaan vibrasi dan rotasinya. Oleh karena itu, spektra molekul lebih rumit dibandingkan dengan spektra atom. Spektra molekul mengandung informasi yang berhubungan dengan banyak sifat dan analisisnya menghasilkan nilai tentang kekuatan, panjan serta sudut ikatan. Spektra molekul juga menyediakan cara untuk mengukur berbagai sifat molekul khususnya momen dipol listrik. Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Dalam spektroskopi emisi, molekul mengalami transisi dari keadaan energi tinggi (E1) ke keadaan yang energinya lebih rendah (E2) serta memancarkan kelebihan energinya sebagai foton. Dalam spektroskopi absorpsi, absorpsi neto dari sinar datang yang hampir monokromatis, dimonitor saat sinar tersebut dilewatkan pada suatu jarak frekuensi. Energi (hv) dari foton yang dipancarkan atau diabsorpsi dan karenanya frekuensi (v) dari radiasi yang dipancarkan, dinyatakan dengan kondisi frekuensi Bohr yang sama seperti yang dijumpai untuk atom, yaitu : Hv = E1 – E2 ....................................................................................... (1) Hubungan ini sering dinyatakan dalam panjang gelombang vakum (A) biasanya dalam nanometer, yaitu : λ = ............................................................................................. (2a) = ............................................................................................... (2b) optik dan ultraungu. Semua spektroskopi absorpsi terdiri dari sumber radiasi, sel 7 sampel, unsur pendispersi dan detektor. Sifat khas pada setiap komponen bergantung pada daerah spektrum elektromagnet. Kebanyakan spektrometer juga mempunyai monokromator. Sumber radiasi menghasilkan radiasi monokromatis-frekuensi tunggal. Salah satu sumber radiasi adalah kilstron, yaitu alat elektronik yang digunakan untuk menghasilkan gelombang mikro.Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik sampai suhu antara 1500 dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah Nernst Glower, Globar, dan kawat nikrom. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkom (Zr) dan Yitrium (Y) yaitu berupa senyawa ZrO2 dan Y2O3 atau campuran oksida thorium (Th) dan Cerium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum pada panjang gelombang 1,4 mm atau bilangan gelombang 7100 cm-1. Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) dengan ukuran diameter sekitar 5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang gelombang 1,8 – 2,0 mm atau pada bilangan gelombang 5500 – 5000 cm-1. Kawat Nikrom merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kaawat nikhrom berbentuk spiral dan mempunyai identitas radiasi yang lebih rendah dari Nernst Glower dan Globar tetapi mempunyai umur yang lebih panjang. 2.1.2 Unsur Pensupersi dan Spektroskopi Fourier Spektrometer mengandung komponen untuk memisahkan frekuensi radiasi, sehingga variasi absorpsi dengan frekuensi dapat dimonitor. Dalam spektrometer konvensial, komponennya merupakan unsur pendispersi yang memisahkan berbagai frekuensi kedalam arah yang berbeda-beda. Unsur pendispersi yang paling sederhana adalah prisma kaca atau kuarsa yang menggunakan variasi indeks refraksi dengan frekuensi sinar datang. Radiasi frekuensi tinggi biasanya menghasilkan indeks refraksi lebih tinggi daripada radiasi frekuensi rendah, jadi radiasi frekuensi tinggi mengalami pembelokan lebih besar ketika melewati prisma. Permasalahan pada absorpsi oleh prisma dapat dihindari dengan menggantikan prismanya menggunakan 8 kisi difraksi. Kisi difraksi terdiri atas lempengan kaca atau keramik yang dibuat beraturan dengan jarak 1000 nm (sebanding dengan panjang gelombang sinar tampak) dan dilapisi dengan aluminium. Kisi difraksi menyebabkan interferensi antara gelombang dipantulkan dari permukaannya. Interferensi konstruktif terjadi pada sudut tertentu, tergantung pada frekuensi radiasi yang digunakan. Dengan pengeratan (pembentukan alur sesuai dengan prosesnya), maka intensitas pola interferensi dapat diperkuat. 2.1.3 Teknik Transformasi Fourier inframerah selalu menggunakan teknik transformasi Fourier tentang deteksi dan analisa spektra. Inti spektrometer transformasi Fourier adalah interferometer Michelson, yaitu alat untuk menganalisa adanya frekuensi dalam sinyal gabungan. Interferometer Michelson bekerja dengan memecahkan berkas dari sampel menjadi dua dan memasukkan selisih jalan (p) kedalam salah satu berkas. Jika kedua komponen digabungkan kembali, terdapat perbedaan atau destraktif yang tergantung pada selisih jalan tersebut. Sinyal yang terdeteksi akan berisolasi saat kedua komponen secara bergantian masuk dan keluar fase saat selisih jalan berubah, dan jika radiasi mempunyai bilangan gelombang (v), maka sinyal terdeteksi bervariasi terhadap selisih jalan (p), dengan persamaan: I(p) = I( ) cos 2 p Jadi, interferometer mengubah komponen tertentu dalam sinyal menjadi berbagai intensitas radiasi yang mencapai detektor. Sinyal yang sebenarnya, terdiri atas radiasi yang menjangkau sejumlah bilangan gelombang yang luas dan intensitas total pada detektor merupakan jumlah semua intensitas yang berisolasi, yaitu : 2.1.4 Detektor 9 merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energy foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah keecil sehingga dalam pengukurannya harus diperkuat.Detektor gelombang mikro merupakan dioda kristal yang terdiri dari ujung tungsten yang bersentuhan dengan semikonduktor seperti germanium, silikon dan galium arsenida.Syarat-syarat ideal sebuah detektor yaitu : Memilik kepekaan yang tinggi Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor yang paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah adalah thermocouple. Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai impedans tinggi.Detektor thermocouple terdiri dari dua kawat halus yang terbuat dari logam seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan bismuth (Bi). Energi radiasi infra merah akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik yang dihasilkan dari kedua kawat. Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari kawat platina atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang. Signal yang tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direkam. Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk gas digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel. Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm yang biasanya dibuat dari lapisan 10 tipis (film) diantara dua keping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra merah. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluoride (CaF2), dan kalsium iodide (CaI2). Dapat juga dibuat larutan yang kemudian dimasukkan ke dalam sel larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan. Sampel dilarutkan ke dalam pelarut organic dengan konsentrasi 1 – 5%. Pelarut organic yang biasa digunakanadalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide (CS2) dan kloroform (CHCl3). Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1 – 2,0 % berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan (sekitar 8 ton) sampai diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat dengan mencampur sampel dan setets bahan pasta sehingga merata kemudian dilapiskan antara dua keeping NaCl yang transparan terhadap radiasi infra merah. Bahan pasta yang biasa digunakan adalah paraffin cair. Lapis tipis dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai menguap. 2.1.6 Spektroskopi Raman adalah adanya interaksi antara cahaya dan materi. Kalau spektroskopi uv-vis menggunakan berkas cahaya ultraviolet dan cahaya tampak sebagai sumber energi untuk mengeksitasi atom/molekul, spektroskopi raman menggunakan berkas cahaya monokromatis berupa laser. Spektroskopi Raman didasarkan atas hamburan tak elastik dari laser yang melewati sampel. Hamburan tak elastik mengandung pengertian bahwa frekuensi laser akan bergeser setelah berinteraksi dengan sampel. Pergeseran itu bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari frekuensi awalnya. Pergeseran frekuensi ini menghasilkan informasi mengenai vibrasi, rotasi atau transisi frekuensi rendah lain di dalam molekul. Spektroskopi Raman ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap komponen dengan kadar yang sangat kecil. Di samping itu spektroskopi Raman juga ditujukan untuk elusidasi struktur yang jarang dipakai untuk analisis kuantitatif.Jangkauan sampel yang dapat dianalisis 11 Raman dibandingkan spektrofotometri IR adalah : Adanya pelarut air tidak akan mengganggu terhadap hamburan Raman Dapat dipakai aat-alat gelas dan leburan silika tanpa ada pengaruh pada spektrum Raman Dapat dipakai sumber radiasi laser yang jauh lebih baik dibanding sumber radiasi lainnya meneliti frekuensi yang ada dalam radiasi yang dihamburkan oleh molekul. Menurut temuan Raman tampak gejala pada molekul dengan struktur tertentu apabila dikenakan radiasi infra merah dekat atau radiasi sinar tampak, akan memberikan sebagian kecil hamburan yang tidak sama dengan radiasi semula. Hamburan yang berbeda dengan radiasi semula (sumber radiasi) tersebut berbeda dalam hal panjang gelombang, frekuensi serta intensitasnya dikenal sebagai hamburan Raman. Hamburan Raman tersebut memberikan garis Raman dengan intensitas tidak lebih dari 0,001% dari garis spektra sumber radiasinya. Adapun gambar dari alat spektroskopi Raman yaitu : Gambar 1. Alat Spektroskopi Raman Hamburan Raman didapat dengan jalan meradiasi sampel dengan radiasi sinar tampak yang monokromatis dan mempunyai intensitas yang kuat. Ada dua macam garis-garis hamburan Raman yang seolah-olah merupakan pergeseran terhadap posisi garis hamburan Rayleigh. Kedua garis hamburan Raman tersebut sangat berbeda intensitas, panjang gelombang dan frekuensinya.Kebanyakan sinar yang dihamburkan memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi awal laser. Hamburan ini dinamakan hamburan Rayleigh atau hamburan elastik karena frekuensinya tidak mengalami molekul.Pergeseran ini disebabkan adanya interaksi antara berkas sinar dengan tingkat energi vibrasi molekul (Gambar 2). Gambar 2. Interaksi laser dengan molekul sampel menghasilkan tiga tipe hamburan sinar tampak monokromatis terhadap CCl4 akan menghasilkan tiga macam hamburan dengan spektrum yang berbeda karena adanya perbedaan eksitasi. Sinyal hamburan Raman (Stokes dan anti-Stokes) itu sangat lemah dan susah dideteksi karena berhimpitan dengan hamburan Rayleigh yang dominan. Karena itu dibutuhkan teknik instrumentasi yang baik agar dapat mendeteksi hamburan Raman.Spektrometer Raman umumnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu sumber laser, sampel, pemilih panjang gelombang (filter) dan detektor. Cara membaca spektra Raman Tiap-tiap pita pada spektra Raman berhubungan dengan frekuensi vibrasi ikatan di dalam molekul. Kasus yang paling sederhana adalah berlian yang hanya tersusun atas ikatan C-C tetrahedral pada struktur kristalnya. Semua ikatan tertrahedralnya mempunyai kekuatan dan orientasi yang sama. Oleh karena itu spektra Raman berlian sangat sederhana, yaitu hanya berupa pita Gambar 4. Spektra Raman berlian, kristal silikon dan kristal germanium Kristal silikon dan kristal germanium juga menghasilkan pita tunggal karena keduanya juga mempunyai ikatan tetrahedral. Namun karena berat atom silikon dan germanium lebih besar daripada berlian, maka frekuensi vibrasinya lebih rendah. Karbon nanotube tersusun atas atom-atom karbon heksagonal yang menggulung membentuk tabung silinder dengan dinding tunggal ataupun ganda. Sifat dari nanotube karbon dapat bervariasi tergantung pada diameter dan kiralitasnya. Distribusi diameter, kiralitas dan kemurnian nanotube karbon dapat dengan mudah diidentifikasi dengan spektriskopi Raman. laser λexc = 633 nm Raman yang teramati pada spektra Raman adalah radial breathing mode (RBM), pita disorder (D), pita graphite (G) dan pita order kedua dari variasi pita-D.Adapunketerangandarimasing-masingpita : a. Pita G adalah modus geser tangensial atom karbon yang sesuai dengan modus peregangan pada bidang grafit. Dalam grafit sederhana, mode tunggal diamati pada 1580 cm -1 . Dalam CNT, mode ini berubah menjadi dua mode, yaitu G+ dan G-. Pita G+ yang mempunyai frekuensi lebih tinggi tidak dipengaruhi oleh diameter nanotube. Sedangkan pita G- menjadi lebih lemah untuk diameter CNT yang lebih kecil. Walaupun pita G ini dapat digunakan untuk memprediksi diameter nanotube, namun kurang akurat dibandingkan dengan RBM. b. Pita D adalah fonon longitunal optical (LO) dan diketahui sebagai modus tak teratur atau modus cacat karena cacat diperlukan untuk menghamburkan secara elastis agar kekekalan momentum terpenuhi. Adanya puncak D yang dominan dibandingkan dengan puncak G biasanya mengindikasikan adanya karbon amorf di dalam sampel. c. Frekuensi pita G` berada di antara 2500 dan 2900 cm -1 . Ini merupakan proses order kedua dari fonon LO batas dua zona. Pita G` merupakan sifat intrinsik nanotube dan graft dan akan selalu ada bahkan pada nanotube bebas cacat dimana pita D sama sekali tidak teramati. d. Pita RBM merupakan konfirmasi adanya nanotube di dalam sampel karena pita ini tidak muncul pada grafit. Pita ini terletak pada 75 hingga 300 cm -1 tergantung pada diamater nanotube dan tidak dipengaruhi oleh kiralitasnya. Frekuensi RBM berbanding terbalik dengan diameter nanotube (d) dengan persamaan: e. ωRBM = A /d + B dimana A dan B adalah konstanta yang nilainya tergantung pada efek lingkungan seperti padakan nanotube berada dalam bentuk tunggal, terbungkus surfaktan, pada permukaan substat atau dalam bentuk bundel.Persamaan di atas biasanya valid hanya kalau diameter nanotube berkisar antara 1-2 nm. 2.2 Intensitas Garis Spektra Intensitas garis spektra bergantung pada jumlah molekul dalam berbagai keadaan dan kuatnya aksi antara transisi individual dengan medan elektromegnetik serta dihasilkan atau diabsorpsinya foton. 2.2.1 Peluang Transisi Einstein Einstein membahas tentang laju transisi antara dua tingkat dengan adanya medan elektromagnet dan menuliskan laju transisi (w) dari keadaan bawah ke atas , yaitu : w = Bp ........................................................................................ (3) B adalah koefisien absorpsi terstimulasi Einstein dan p adalah rapatan energi radiasi pada frekuensi transisi. Jika molekul dikenai radiasi benda hitam dari sumber dengan temperatur (T), maka pdinyatakan oleh distribusi Plank yang dinyatakan dalam frekuensi, yaitu : Koefisien B hanya bergantung pada fungsi gelombang dari keadaan yang berkaitan dengan transisi tersebut. B dianggap sebagai parameter empiris yang memberi ciri transisi tersebut. Laju absorpso total (w) yaitu jumlah molekul yang mengalami eksitasi, yaitu : W= Nw ................................................................................ (5) keadaan atas untuk bertransisi ke keadaan bawah dan karenanya menghasilkan foton dengan frekuensi (v). Jadi, Einstein menuliskan laju emisi terstimulasi, sebagai berikut : B’ adalah koefisien emisi terstimulasi Einstein. Walaupun demikian, Enstein menyadari bahwa hal ini bukan satu-satunya jalan dari keadaan tereksitasi untuk menghasilkan radiasi dan kembali ke keadaan bawah. jika ini jalan satu-satunya, maka laju kembali total adalah N’w’, dan pada keseimbangan termal, ketika laju absorps sama dengan laju emisi, maka dapat dituliskan sebagai berikut : NBp = N’B’p Yang tersusun ulang menjadi : ′ =
′ Dari dasar yang sangat umum, dapat diketahui bahwa populasi kedua kedaan tersebut dinyatakan oleh distribusi Boltzman, yaitu : ′ Jadi, perbandingan populasi bergantung pada temperatur, bukan pada perbandingan koefisien Einstein. Untuk mengatasi hal yang tidak konsisten ini, Einstein berpendapat bahwa keadaan atas dapat membuang energinya dengan emisi spontan pada laju yang tidaka bergantung pada intensitas radiasiyang sudah ada. Oleh karena itu, Einstein menuliskan laju transisi total ke keadaan bawah, yaitu : A merupakan koefisien emisi spontan Einstein. Laju keseluruhan emisi yaitu : NBp = N’(A+ B’p) ................................................................... (8) 17 NBp = N’(A+ B’p) Karena intensitas radiasi tidak lagi saling menghilangkan dan bergantung pada temperatur, maka perbandingan populasi menjadi konsisten dengan distribusi Boltzman, maka rumus terakhir menjadi : p = ′ −′′ = B’ = B ..................................................................................... (9a) 3 x B ........................................................................ (9b) Jadi, koefisien absorpsi dan emisi terstimulasi itu sama dan kepentingan relatif emisi spontan bertambah sebagai pangkat tiga dari frekuensi transisi. Pertambahnyang kuat dari kepentingan relatif emisi spontan dengan bertambahnya frekuensi merupakan kesimpulan yang sangat penting. Kesamaan B dan B’ menunjukkan bahwa jika dua keadaan mempunyai populasi yang sama, maka laju emisi terstimulasi tepat sama dengan laju absorpsi terstimulasi, sehingga dengan demikian tidak ada absorpsi neto. 2.2.2 Populasi Keadaan Pada frekuensi rendah, seperti frekuensi dalam transisi vibrasi dan rotasi, emiso spontan dapat diabaikan dan intensitas transisi dibahas berkenaan dengan koefisien emisi dan absorpsi terstimulasi. Laju absorpsi neto dinyatakan dengan : Yang sebanding dengan selisih populasi antar kedua keadaan transisi. Jika sampel berada dalam keseimbangan trmal, maka pada temperatur (T), dapat digunakan distribusi Boltzman untuk menuliskan selisih populasi sebagai : N – N’ = N (1 – ′ ) Oleh karena itu, intensitas absorpsi neto sebanding dengan populasi keadaan bawah N dan sebanding juga dengan selisih populasi antar keadaan atas dan bawah. Jai, dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa intensitas 18 relatif dua garis yang sesui dengan transisi yng berasal dari dua keadaan berbeda, sebagian harus dengan populasi relatif kedua keadaan awalnya. Karena keadaan tereksitasi elektronik molekul pertama biasanya dalam orde 10 4 cm populasinya dalam temperatur kamar. Energi dari keadaan tereksitasi dapat hilang dalam berbagai cara. Proses kehilangan relatif merupakan proses ketika molekul membuang energi eksitasinya sebagai foton. Ketentuan yang lebih umum adalah kehilangan bukan-relatif, saat kelebihan energi dipindahkan ke dalam vibrasi, rotasi dan translasi molekul disekitarnya. Degradasi termal ini mengubah energi eksitasi menjadi gerakan termal lingkungan (menjadi panas). Molekul yang tereksitasi juga dapat ikut serta dalam reaksi kimia. 2.2.3 Aturan Seleksi dan Momen Transisi Aturan seleksi juga berlaku pada spektra molekul dan bentuknya tergantung pada jenis transisinya. Gagasan Wasik yang terfikirkan adalah agar molekul dapat berinteraksi dengan medan elektromagnetik dan mengabsorpsi atau menghasilkan foton dengan frekuensi (v), maka molekul tersebut harus mempunyai sebuah dipol yang berosilasi pada frekuensi tersebut. Untuk spektra emmisi dan absorpsi, dipol sementara tersebut dinyatakan secara mekanika kuantum dalam momen dipol transisi. Untuk transisi keadaan dengan fungsi gelombang () dan () yang dinyatakan sebagai : = -e ∗ d ........................................................ (10a) Dengan r adalah lokasi elektron. Koefisien absorpsi dan emisi terstimulasi, maka intensitas transisinya sebandinga dengan kaudrat momen dipol transisi, analisanya menghasilkan : Jadi, jika momen transisi tersebut bukan nol, maka transisi tersebut berkontribusi pada spektrum. Untuk mengenali aturan seleksi, harus dicipakan kondisi dengan ≠ 0. Aturan seleksi kasar menetukan ciri umum yang harus dimiliki molekul jika molekul tersebut akan mempunyai spektrum tertentu. Untuk transisi rotasi, momen transisi adalah nol kecuali jika molekul tersebut mempunyai dipol listrik permanen, jadi molekul tersebut harus pilar. 19 Momen transisi adalah titik nol dalam transisi vibrasi, kecuali jika momen dipol listrik berubah selama vibrasi tersebut. Dasar Wasik pada aturan ini adalah molekul dapat menyebabkan medan elektromagnetik berosilasi, jika selam vibrasi dipolnya berubah. Beberapa vibrasi tidak mempengaruhi momen dipol molekul sehingga…