764

Steve Jobs

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Biography

Citation preview

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
STEVE JOBS
Cetakan Pertama, Oktober 2011
Cetakan Kedua, November 2011
Penyunting : Tim Bentang
Foto sampul depan oleh Albert Watson
Foto sampul belakang oleh Norman Seef
All rights reserved.
Hak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia ada pada Penerbit Bentang.
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang
Email: [email protected], http://www.mizan.com
Isaacson, Walter
Bentang-, penyunting,Tim Bentang.—Yogyakarta: Bentang, 2011. [cet2,2011]
xxii + 742 him; 23,5 cm
Judul asli: SteveJobs
II. Word++ Translation Service III. Tim Bentang 92 (Jobs)
Didistribusikan oleh:
Telp. (022) 7815500 - Faks. (022) 7802288, Email: [email protected]
Perwakilan: Jakarta: Jin.Jagakarsa No. 40 Jakarta Selatan,TeIp.: 021-7874455,021-78891213,
Faks.: 021-7864272 - Surabaya: Jin. Karah Agung 3-5 Surabaya 60231,Telp.: 031-8281857,
031-60050079, Faks.: 031-8289318 - Pekanbaru: Jin. Dahlia No. 49, Sukajadi, Pekanbaru,
Telp.: 0761-20716,0761-29811, Faks.: 0761-20716 - Medan: Jin. Amaliun No. 45, Medan,
Telp./Faks.: 061-7360841 -Makassar. Jin. Beruang No. 70 Makassar, TelpTFaks.: 0411-
873655 - Palembang: Jin. Musi 6 BlokT 70 A Komp. Wai Hitam, Demang Lebar Daun,
Palembang,Telp./Faks.: 0711- 413936 -Yogyakarta: Jb. Kaliurang Km. 6,3 No. 58 Yogyakarta,
Telp.: 0274-885485, Faks.: 0274-885527 - Bali: Jin. Gunung Rinjani No. 10 X, Monang
Maning Denpasar,Telp./Faks: 0361-482826 - Bogor Kompleks Ruko VIP Blok A-L No. 88
Jin. Bang Barung Raya, Bogor, Telp: 0251-8363017, Faks.: 0251-8363017 - Banjarmasin:
Jin. Gatot Subroto Jalur 11 RT 26 No. 48, Banjarmasin,Telp./Faks.: 0511-3252178 - Bekasi:
Jin. Ir. H. Juanda No. 137 BlokA No. 2, Bekasi,Telp: 021-8835975
Layanan SMS:Jakarta: 021-92016229 - Bandung: 08888280556/0852294132778 -Medan:
081396827878/085762767068 - Pekanbaru: 081275720820 -Bali: 08873414370 - Surabaya:
088803124884
untuk berpikir bahwa mereka bisa mengubah dunia,
berarti mereka adalah
—slogan produkAppleyang berjudul
"Think Different*,1997
#5 APPLE I
#6 APPLE II
#10 KELAHIRAN MACINTOSH
Sebuah Revolusi 139
#11 DISTORSIREALITAS LAPANGAN
#12 DESAIN
#16 GATES DAN JOBS
#17 ICARUS
#21 TOYSTORY
#22 DATANG LAGI
#23 RESTORASI
#24 THINKDIFFERENT
§26 iMAC
#29 POROS DIGITAL
#30 iTUNES STORE
#31 MANUSIAMUSIK
LaguHidupJobs 504
#32 PARASAHABATDIPIXAR
Menjadikan Apple Berbeda daripada yang Lain 540
#34 RONDEPERTAMA
#36 BAGIANKEDUA
#37 iPAD
#39 MENUJUPENCAPAIANTANPABATAS
Awan, Angkasa Luar, dan Semua yang Ada di Luar Batas 637
#40 PUTARAN KETIGA
CATATAN 691
NARASUMBER 715
DAFTARPUSTAKA 717
DAFTARISTILAH 719
hiran Suriah, merupakan ayah kandung Jobs dan Mona Simpson
yang kemudian menjadi manajer makanan dan minuman di kasino
Boomtown, di dekat Reno, Nevada.
Al Alcorn, kepala perekayasa perangkat lunak di Atari1 yang mendesain
Pong2 dan mempekerjakan Jobs.
Alvy Ray Smith, wakil pendiri Pixar yang berselisih dengan Jobs.
Andrea "Andy" Cunningham, wartawan di firma Regis McKenna yang
menangani Jobs pada tahun-tahun awal Macintosh.
AndyHertzfeld, perekayasa perangkat lunakyang suka melucu dan ramah,
serta sahabat Jobs di tim Macintosh awal.
Arthur Rock, investor legendaris di bidang teknologi, anggota direksi awal
Apple, sosok ayah bagi Jobs.
Avadis "Avie" Tevanian, bekerja dengan Jobs dan Rubinstein di NeXT,
menjadi kepala perekayasa perangkat lunak di Apple pada 1997.
BUI Atkinson, pegawai awal di Apple, perusahaan ternama di dunia yang
bergerak dalam bidang teknologi komputer, yang mengembangkan
grafis untuk Macintosh.
Perusahaan penghasil#«»«.—peny.
Bill Campbell, kepala pemasaran produk Apple selama penempatan per-
tamaJobs di perusahaan Apple; termasuk anggota direksi, serta orang
kepercayaan perusahaan setelah kembalinyaJobs pada 1997.
Bill Gates, ahli komputer muda lainnya yang lahir pada 1955.
BurrellSmith, ahli peinrograman yanglugu,brilian,dan bermasalah da-
lam tim Macintosh awal, dia menderita skizofrenia3 pada 1990-an.
Chrisann Brennan, kekasihJobs di Sekolah Menengah Homestead, seka-
ligus ibu dari putrinya yang bernama Lisa.
Clara Hagopian Jobs, putri pasangan imigran asal Armenia, menikahi
Paul Jobs pada 1946 dan kemudian mereka mengadopsi Steve Jobs
tak lama setelah anak itu lahir pada 1955.
Dan'l Lewin, eksekutifpemasaran bersama dengan Jobs di Apple dan ke
mudian di NeXT.
Daniel Kottke, sahabatJobs di Reed, teman perjalanan spiritualnya ke In
dia, dan pegawai awal Apple.
Deborah **Debiw Coleman, manajer penuh semangat yang berasal dari tim
awal pendiri Macintosh, yang mengambil alih produksi Apple.
Eddy Cue, kepala layanan internet di Apple, wakil Jobs ketika berurusan
dengan konten perusahaan.
Edwin Catmull, wakil pendiri Pixar dan kemudian menjadi anggota ek
sekutifDisney.
Elizabeth Holmes, kekasih Daniel Kottke di Reed dan pegawai awal
Apple.
ErinJobs, anak tengah Steve Jobs dan Laurene Powell yangpendiam dan
serius.
EveJobs, anak bungsu Steve Jobs dan Laurene Powell yang energik dan
ceria.
Gil Amelio, menjadi CEO Apple pada 1996, dan membeli NeXT4, ke
mudian membawa kembali Jobs.
3 PenyaJkit jiwa yang ditandai oleh ketidakacuhan, halusinasi, waham untuk menghnkum, dan mcrasa berkuasa, tetapi daya pikir tidak berkurang.—peny.
* Perusahaan pengembang dan penghasil serangkaian stasiun kerja komputeryang ditujukan bagi pasar bisnis.—peny.
JamesVincent, orang Inggris yang cinta musik, rekan yang lebih muda da-
ri Lee Clow dan Duncan Milner di kantor periklanan Apple.
Jean-Louis Gassee, manajer Apple di Prancis, dan dia mengambil alih di-
visi Macintosh ketika Jobs dikeluarkan pada 1985.
Jeffrey Katzenberg, pemimpin Studio Disney, yang berselisih dengan Eis
ner dan mengundurkan diri pada 1994 untuk membantu mendirikan
Dream Works SKG.
Jobs.
Joanne Schieble Jandali Simpson, ibu kandung Steve Jobs yang berasal
dari Wisconsin, dia memberikan SteveJobs untuk diadopsi dan hanya
Mona Simpson yang dibesarkannya sendiri.
John Lasseter, wakil pendiri dan pekerja kreatif di Pixar.
John Sculley, eksekutif minuman ringan Pepsi yang direkrut oleh Jobs
pada 1983 untuk menjadi CEO Apple, dia berselisih dengan Jobs dan
memecatnya pada 1985.
Jonathan "Ruby* Rubinstein, bekerja dengan Jobs di NeXT, menjadi ke-
pala perekayasa perangkat keras di Apple pada 1997.
Jonathan "Jony" Ive, kepala desainer di Apple, menjadi rekan dan orang
kepercayaan Jobs.
Kobun Chino, seorang guru Soto Zen di California yang menjadi guru
spiritual Jobs.
Laurene Powell, lulusan Universitas Pennsylvania yang cerdas dan senang
bergurau, bekerja di bank Goldman Sachs dan kemudian di Universi
tas Stanford, lalu menikahi Jobs pada 1991.
Lee Clow, ahli periklanan Puckish yang membuat iklan 1984 untuk Apple
dan bekerja dengan Jobs selama tiga dekade.
5 Perusahaan perangkat lunak yang memasarkan jenis basis data RDBMS {Relational Da tabase Management System—Sistem Manajemen Basisdata Relasional) untuk bermacam-
macam aplikasi, yang bisa berjalan pada banyak jenis dan merek perangkat keras komputer
{platform).—peny.
Lisa Brennan-Jobs, putri Jobs dan Chrisann Brennan, lahir pada 1978,
dan pada awalnya ditinggalkan oleh Jobs.
Michael Eisner, CEO Disney yang sangat ambisius, yang membuat bisnis
Pixar berselisih dengan Jobs.
Mike Markkula, investor besar dan direktur pertama Apple, yang merupa-
kan sosok ayah bagi Jobs.
Mike Murray, direktur pemasaran Macintosh awal.
Mike Scott, dibawa oleh Markkula untuk menjadi presiden direktur Apple
pada 1977 dan berusaha mengatur Jobs.
Mona Simpson, saudara perempuan kandung Jobs, keduanya mengetahui
ikatan hubungan keluarga mereka pada 1986 dan menjadi sangat de-
kat. Dia menulis novel yang secara bebas didasarkan pada kisah nyata
ibunya, Joanne (Jbeijudxil Anywhere But Here); Jobs dan putrinya yang
bernama Lisa (berjudul A Regular Guy); dan ayahnya, Abdulfattah
Jandali (berjudul The Lost Father).
Nolan Bushnell, pendiri Atari dan tokoh panutan di bidang bisnis bagi
Jobs.
PattyJobs, diadopsi oleh Paul dan Clara Jobs setelah dua tahun mereka
mengadopsi Steve.
cip Intel, tetapi tidak mendapatkan peluang bisnis iPhone.
Paul ReinholdJobs, kelasi6 penjaga pantai, kelahiran Wisconsin yang ber-
sama dengan istrinya, Clara, mengadopsi Steve pada 1955.
ReedJobs, anak tertua Steve Jobs dan Laurene Powell, yang mewarisi wa-
jah tampan ayahnya dan kebaikan ibunya.
Regis McKenna, ahli publisitas yang memandu Jobs sejak awal dan tetap
menjadi gurunya.
Robert Friedland, murid Reed, pemilik kebun apel bersama, dan penga-
gum aliran spiritual timur yang memengaruhi Jobs, kemudian menja-
lankan sebuah perusahaan pertambangan.
X1U
RodHolt,penganutpahamMarxisme danperokokberatyangdipekerjakan
oleh Jobs pada 1976 untuk menjadi insinyur elektro di Apple II.
RonJohnson, dipekerjakan oleh Jobs pada 2000 untuk mengembangkan
gudang Apple.
Ron Wayne, bertemu dengan Jobs di Atari, menjadi rekan pertama Jobs
dan Wozniak di Apple baru, tetapi secara tidakbijaksana memutuskan
untuk melepaskan saham bagiannya.
Scott Forstall, kepala bagian perangkat lunak peralatan seluler di Apple.
StephenWozniak, penggemar berat elektronik, sangat cerdas, berasal dari
Sekolah Menengah Homestead, dan papan sirkuit temuannya yang
luar biasa telah dikemas sekaligus dipasarkan oleh Jobs.
Tim Cook, manajer operasional yang pendiam dan tenang, dipekerjakan
oleh Jobs pada 1998.
2001 untuk mengembangkan iPod7.
Merck serangkaian peranti pemutar media digital yang dirancang dan dijual oleh pcr-
usahaan Apple.—peny.
XIV
PENDAHULUAN
Pada awal musim panas 2004, saya mendapatkan telepon dari Steve Jobs.
Dia sangat ramah kepada saya selama beberapa tahun ini. Bahkan terka-
dang, terasa luar biasa ramah, khususnya ketika dia sedang meluncurkan
sebuah produk baru yang ingin ditampilkannya di sampul Time atau dita-
yangkan di CNN, dua kantor tempat saya bekerja. Akan tetapi, karena saya
tidak bekerja lagi di kedua kantor tersebut, saya tidak sering mendengar ka-
bar darinya lagi. Kami sedikit membicarakan Lembaga Aspen1, yakni tem
pat saya baru-baru ini bergabung. Saya mengundangnya untuk berbicara
di kampus musim panas kami di Colorado. Katanya, dia dengan senang
hati akan datang, tetapi dia tidak mau naik ke atas panggung. Alih-alih, dia
ingin jalan-jalan sehingga kami bisa berbincang-bincang.
Hal itu kedengarannya sedikit aneh. Saat itu, saya belum mengetahui
bahwajalan-jalan merupakan cara yang dia pilih untuk melakukan perbin-
cangan serius. Ternyata, dia meminta saya untuk menulis sebuah biografi
tentang dirinya. Baru-bani ini saya telah menerbitkan biografi Benjamin
Franklin dan sedang menulis sebuah biografi tentang Albert Einstein. Ma-
ka, reaksi awal saya adalah bertanya kepadanya dengan setengah bercanda,
apakah dia menganggap dirinya sebagai pengganti alamiah dari kedua
Organisasi nirlaba internasional yang didedikasikan sebagai lembaga riset untuk membina kepemimpinan, pengapresiasian ide, serta pembuka dialog mengenai isu-isu kontemporer melalui seminar reguler, program kebijakan, konferensi, dan pengembangan kepemimpin an.—peny.
orang tersebut. Oleh karena saya menganggap dia masih berada di tengah-
tengah karier yang sedang naik-turun, dengan banyak sekali suka dan duka,
saya keberatan. "Tidak sekarang. Mungldn satu atau dua dekade lagi, saat
kau pensiun," kata saya.
Saya telah mengenalnya sejak 1984. Ketika itujobs datang ke Gedung
Time-Life, tempat beberapa media massa (di bawah Perusahaan Time)
ternama berada, di Manhattan untuk makan siang dengan para penyun-
ting dan menggembar-gemborkan Macintosh banihya. Pada saat itu, dia
sangat marah dan menyerang seorang koresponden majalah Time kare
na menyinggung perasaannya atas sebuah kisah yang terlalu blakblakan.
Anehnya, setelah berbincang-bincang dengannya, saya justru mendapati
diri saya sangat terpikat oleh semangatnya yang sangat besar. Keterpikatan
yang saya rasakan sama seperti keterpikatan yang dialami sebagian besar
orang lainnya selama bertahun-tahun. Kami terus berhubungan, bahkan
setelah dia dikeluarkan dan Perusahaan Apple. Ketika dia memiliki sesuatu
untuk diluncurkan, seperti sebuah komputer NeXT atau film Pixar, peso-
nanya mendadak akan terpusat kembali pada diri saya. Dia akan meng-
ajak saya ke sebuah restoran sushi di Manhattan untuk mengatakan kepada
saya bahwa apa pun yang sedang dia gembar-gemborkan, itu merupakan
produk terbaik yang pernah diproduksinya. Saya menyukai Steve Jobs.
Ketika dia kembali memimpin Apple, kami menampilkan fotonya di
sampul majalah Time.Taklama kemudian, dia mulai menawarkan berbagai
ide untuk serial yang sedang kami kerjakan, yaitu tentang orang-orang pa
ling berpenganih pada abad ini. Dia telah meluncurkan kampanye iklannya
yang berjudul "Think different. Iklan itu menampilkan foto sebagian orang
yang sedang kami pertimbangkan, dan dia menganggap upaya untuk me-
nilai pengaruh sejarah merupakan hal yang menarik.
Setelah saya menolak sarannya agar saya menulis sebuah biografi
tentang dirinya, saya hanya sesekali mendengar kabar dirinya. Pada suatu
ketika, saya mengirimkan email kepadanya untuk menanyakan apakah
benar, seperti yang dikatakan oleh putri saya, bahwa logo Apple merupakan
penghormatan untuk Alan Turing.2 Dia menjawab bahwa seandainya saja
Penemu awal komputer asal Inggris, yang memecahkan kode pada zaman perang Jerman
dan kemudian bunuh diri dengan menggigit apel berlapis sianida.
XVI
dia memikirkan hal tersebut, tetapi dia tidak memikirkannya. Hal tersebut
mengawali sebuah perbincangan tentang sejarah awal Apple. Selanjutnya,
saya mendapati diri saya mengumpulkan berbagai informasi mengenai hal
tersebut, untuk berjaga-jaga seandainya saya benar-benar memutuskan un
tuk menulis buku biografi tersebut. Ketika biografi Einstein yang saya tulis
diterbitkan,Jobs datang ke sebuah pameran buku di Palo Alto dan menarik
saya untuk mengatakan sekali lagi, bahwa dirinya akan menjadi topik yang
menarik.
privasinya, dan saya tidak memiliki alasan untuk memercayai bahwa dia
pernah membaca salah satu buku saya. "Mungkin suatu hari nanti aku akan
menulis biografinya," kata saya. Akan tetapi, pada 2009, istrinya, Laurene
Powell, berkata dengan terus terang, "Jika kau akan menulis buku tentang
Steve, lebih baik kau menulisnya sekarang."Jobs baru saja mengambil cuti
sakit untuk kedua kalinya pada saat itu. Saya mengakui kepada istrinya
bahwa ketika Jobs kali pertama melontarkan ide tersebut, saya tidak tahu
bahwa Jobs sedang sakit. "Hampir tak ada orang yang tahu," kata istri
Jobs. Jobs menelepon saya tepat sebelum dia akan menjalani operasi untuk
mengangkat kankernya. Istrinya menjelaskan bahwa ketika Jobs menele
pon kala itu, dia masih merahasiakan penyaldtnya.
Kemudian saya memutuskan untuk menulis buku ini. Jobs menge-
jutkan saya dengan mengatakan bahwa dia lidak akan mengontrol buku
ini, atau bahkan tidak berhak membacanya lebih dahulu. "Ini bukumu,"
katanya. "Aku tidak akan membacanya." Tetapi, pada musim gugur beri-
kutnya, Jobs tampaknya memikirkan kembali tentang kerja sama tersebut.
Tanpa sepengetahuan saya, dia mengalami komplikasi lagi aldbat penyakit
kankernya. Dia berhenti membalas telepon saya, dan saya pun mengesam-
pingkan proyek tersebut untuk sementara waktu.
Lalu, tanpa diduga, dia menelepon saya pada suatu sore di malam Ta-
hun Baru 2009. Dia sedang berada di rumahnya di Palo Alto, dan hanya
bersama saudara perempuannya yangjuga seorang penulis bernama Mona
Simpson. Istri dan ketiga anaknya pergi untuk bermain ski, tetapi dia ti
dak cukup sehat untuk pergi bersama mereka. Jobs berkata bahwa dia se
dang ingin merenung, dan dia berbicara kepada saya lebih dari satu jam.
xvu
Dia memulai ceritanya dengan mengingat kembali bagaimana dia ingin
membuat alat pencari frekuensi ketika berusia dua belas tahun. Saat itu,
dia berhasil menemukan nama Bill Hewlett, pendiri HP, di buku telepon
dan segera menelepon pria tersebut untuk mendapatkan onderdilnya.Jobs
mengatakan bahwa dua belas tahun terakhir dari hidupnya saat ini,yaitu se-
jak dia kembali ke Apple, merupakan masa paling produktifbaginya dalam
menciptakan berbagai produk baru. Tetapi, dia mengatakan bahwa tujuan
paling penting adalah melakukan apa yang telah dilakukan oleh Hewlett
dan temannya, David Packard, yaitu mendirikan sebuah penisahaan yang
sangat diilhami oleh kreativitas inovatif sehingga akan bertahan lama.
"Aku selalu menganggap diriku sendiri sebagai orang yang berperi-
kemanusiaan ketika masih kecil, tetapi aku menyukai elektronika,"katanya.
"Lalu, aku pun membaca salah satu kisah pahlawanku, Edwin Land dari
Polaroid. la mengatakan tentang pentingnya orang-orang yang dapat ber
tahan di antara bidang kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Kemudian,
aku memutuskan itulah yang ingin kulakukan." Itulah yang dia katakan,
seolah-olah dia sedang menyarankan sendiri tema untuk biografi ini (dan
setidaknya dalam contoh ini, tema tersebut ternyata valid). Kreativitas yang
dapat muncul ketika kecintaan pada umat manusia dan ilmu pengetahuan
bergabung menjadi satu dalam satu kepribadian yang kuat, merupakan to-
pik yang paling menarik bagi saya dalam biografi tentang Franklin dan
Einstein yang saya tulis. Saya percaya bahwa topik tersebut akan menjadi
kunci untuk menciptakan perekonomian yang inovatifpada abad ke-21.
Saya bertanya kepada Jobs alasan dia meminta saya menulis biografi-
nya. "Menurutku, kau pintar sekali membuat orang bicara,"jawabnya. Itu
jawaban yang tak terduga. Saya tahu bahwa saya hams mewawancarai se-
jumlah orang yang pernah dia pecat, sakiti, tinggalkan, atau membuatnya
marah, dan saya takut dia tidak akan nyaman jika saya meminta mereka
berbicara. Benar saja, ternyata dia sangat gugup ketika mengetahui apa
yang dikatakan oleh orang-orang yang saya wawancarai. Tetapi, setelah
beberapa bulan, dia mulai menganjurkan orang-orang untuk berbicara ke
pada saya, bahkan musuh dan mantan kekasihnya. Diajuga tidak berusaha
membatasi apa pun. "Aku telah melakukan banyak sekali hal yang tidak
bisa kubanggakan, seperti membuat kekasihku hamil ketika aku berusia
xvui
23 tahun dan cara aku mengatasinya," katanya. "Tetapi, aku tidak memiliki
fakta memalukan yang harus disembunyikan,ntambahnya.
Pada akhirnya, saya mewawancarai Jobs sebanyak empat puluh kali
atau lebih. Sebagian merupakan wawancara resmi yang dilakukan di ruang
tamu rumahnya di Palo Alto, dan sebagian lagi dilakukan sambil jalan-ja-
lan, berkendara, atau melalui telepon. Ketika mengunjunginya selama dela-
pan belas bulan, dia menjadi semakin dekat dan terus terang kepada saya,
meskipun terkadang saya menyaksikan apa yang disebut oleh bekas rekan-
nya di Perusahaan Apple dengan distorsi realitas lapangan3. Terkadang,
dia tidak ingat apa-apa seperti yang terjadi kepada kita semua, tetapi di
lain waktu dia menceritakan kenyataan versinya sendiri kepada saya dan
dirinya. Untuk memeriksa dan meluruskan kisahnya, saya mewawancarai
lebih dari seratus teman, kerabat, pesaing, musuh, dan rekannya.
Istrinya, Laurene, yang membantu memudahkan proyek ini, tidak
meminta batasan atau kontrol. Dia juga tidak meminta untuk membaca
lebih dahulu apa yang akan saya terbitkan. Sebenarnya, dia sangat mendo-
rong saya untuk jujur dalam menuliskan kekurangan dan kelebihan Jobs.
Laurene adalah wanita paling cerdas dan paling sederhana yang pernah
saya kenal. "Ada bagian dari hidup dan kepribadiannya yang sangat be-
rantakan, dan itulah kenyataannya," kata wanita tersebut kepada saya sejak
awal. "Kau tidak perlu menutupi kesalahannya. Dia pintar sekali berbo-
hong, tetapi dia juga memiliki kisah yang luar biasa, dan aku ingin melihat
semuanya diceritakan dengan jujur," katanya.
Saya menyerahkan kepada pembaca untuk menilai sendiri, apakah
saya berhasil menjalankan misi ini atau tidak. Saya yakin bahwa ada bebe-
rapa pemain dalam drama ini yang akan mengingat sebagian kejadian de
ngan cara yang berbeda, atau berpikir bahwa terkadang saya terjebak da
lam distorsi lapangannya. Seperti yang terjadi ketika saya menulis buku
tentang Henry Kissinger, dalam beberapa hal yang menyangkut persiapan
penulisan biografi ini, saya telah menemukan bahwa orang-orang memiliki
pendapat yang sangat positif dan negatif terhadap Jobs. Akibatnya, efek
3 Pcmutarbalikan suatu fakta.—peny.
xix
Rashomon4 sering terlihat. Akan tetapi, saya telah berusaha sebaik mung-
kin untuk mencoba menyeimbangkan berbagai kisah yang saling berten-
tangan dengan adil dan transparan sesuai sumber yang saya gunakan.
Ini adalah sebuah buku tentang kehidupan yang dipenuhi dengan
suka dan duka. Selain itu, buku ini juga membahas kepribadian yang sa-
ngat bersemangat dari seorang pengusaha kreatif, yang memiliki hasrat
terhadap kesempurnaan dan kegigihan. Kedua hasrat itulah yang mendo-
rong Jobs melahirkan enam industri revolusioner, yaitu komputer pribadi,
film animasi, musik, telepon, komputer tablet, dan penerbitan digital. Anda
mungkin bahkan dapat juga menambahkan industri yang ketujuh, yaitu
toko ritel yang tidak begitu dirombak, tetapi citranya telah berhasil di-
ubah oleh Jobs. Selain itu, diajuga membukajalan untuk sebuah pasar baru
konten digital yang berbasis aplikasi, bukan hanya situs web. Di sepanjang
kariernya, dia tidak hanya memproduksi berbagai produk yang mengubah
hidup, Dia juga mengupayakan tujuan kedua, yaitu memiliki sebuah per-
usahaan abadi yang diberkahi dengan DNA-nya, yang berisi para desainer
kreatif serta para insinyur pemberani yang dapat menjalankan visinya.
Saya berharap buku ini juga menceritakan tentang inovasi. Pada saat
Amerika Serikat sedang mencari cara untuk mempertahankan era inova-
tifhya, dan ketika masyarakat di seluruh dunia berusaha untuk membangun
perekonomian era-digital yang kreatif, Jobs muncul sebagai satu-satunya
ikon dari daya cipta, imajinasi, dan inovasi berkesinambungan. Dia menge-
tahui bahwa cara terbaik untuk menciptakan nilai pada abad ke-21 adalah
dengan menghubungkan kreativitas dan teknologi. Oleh karena itu, dia
mendirikan sebuah perusahaan yang menggabungkan imajinasi dengan
keahlian luar biasa di bidang teknik. Dia dan para rekannya di Apple mam-
pu berpikir secara berbeda. Mereka tidak hanya mengembangkan kecang-
gihan produk sederhana yang didasarkan pada kelompok tertentu, tetapi
juga mengembangkan peralatan dan layanan baru yang konsumen sendiri
belum mengetahui bahwa mereka membutuhkannya.
Rashomon adalah sebuah film (1950) yang menceritakan suacu pcristiwa mengenai tewas-
nya seorang samurai di tengah hutan belantara, ketika ada empat orang saksi yang memiliki
cerita berbeda-beda mengenai kematian samurai tcrscbut. Efek Rashomon di sini maksud-
nya ialah kecenderungan perbedaan sikap atau vcrsi ingatan pada orang yang dihadapkan
dengan suatu pcristiwa yang sama karena keterbatasan memori manusia.—peny.
XX
kan sebuah paket sempurna yang bisa disamai.Jika sedang bermasalah, dia
bisa membuat orang-orang di sekitarnya marah dan putus asa. Akan tetapi,
kepribadian, hasrat, dan produknya saling berhubungan. Hubungan terse-
but sama seperti tujuan dari perangkat keras dan perangkat lunak Apple,
yang seolah-olah merupakan bagian dari sebuah sistem terintegrasi. Maka,
kisahnya pun mengandung pesan dan peringatan yang dipenuhi dengan
pelajaran mengenai inovasi, tokoh, kepemimpinan, dan nilai-nilai.
Henry Vkaryz Shakespeare5 yang diawali dengan sebuah peringatan,
"Oh, Dewi Api akan naik menuju surga penemuan yang paling terang."
Pangeran Hal melakukan sebuah pencapaian yang tinggi dengan mudah,
karena dia hanya mengurusi warisan dari satu ayah. Bagi Steve Jobs, agar
mencapai surga penemuan yang paling terang diawali dengan sebuah kisah
tentang dua pasang orangtua, dan tumbuh besar di sebuah lembah yang
hanya belajar bagaimana mengubah silikon menjadi emas.
Kisah tentang Pangeran Hal yang keras kepala dan kekanak-kanakan. Dia menjadi se-
orang raja yang sangat bersemangat tetapi sensitif; tidak berperasaan tetapi sentimental;
dan dapat membangkitkan inspirasi tetapi memiliki kekurangan.
XXI
SATU
Ketika Paul Jobs keluar dari anggota pasukan Penjaga Pantai setelah
Perang Dunia II, dia bertamh dengan para rekannya. Mereka telah tiba
di San Francisco, tempat kapal mereka dinonaktifkan, dan Paul bertaruh
bahwa dia akan menemukan seorang istri dalam waktu dua minggu. Paul
adalah seorang montir bertato, tetapi penampilannya rapi. Tingginya seki-
tar 1,8 meter, dan sepintas mirip dengan James Dean1. Akan tetapi, bukan
faktor penampilan yang membuat dirinya dapat berkencan dengan Clara
Hagopian, yaitu seorang putri imigran asal Armenia yang suka sekali ber-
canda. Alasannya adalah karena dia dan temannya memiliki sebuah mobil,
tidak seperti sekelompok pria yang awalnya berencana akan pergi dengan
Clara malam itu. Sepuluh hari kemudian, pada Maret 1946, Paul bertu-
nangan dengan Clara dan menang dalam taruhan tersebut. Pertunangan
tersebut berlanjut menjadi sebuah pernikahan bahagia yang bertahan hing-
ga kematian memisahkan mereka, yakni lebih dari 40 tahun kemudian.
Paul Reinhold Jobs dibesarkan di sebuah peternakan di German-
town, Wisconsin. Meskipun ayahnya seorang pecandu alkohol dan terka-
1 Aktor film Amerika Serikat yang sangat terkenal pada 1950-an.—peny.
dang suka menyiksa, Paul memiliki watak yang lembut dan tenang di balik
penampilannya yang suka memakaijaket kulit. Setelah putus Sekolah Me-
nengah Atas, dia mengembara ke Midwest dengan bekerja sebagai mon-
tir. Hingga akhirnya, pada usia 19 tahun, dia bergabung dengan pasukan
Penjaga Pantai, meskipun dia tidak bisa berenang. Dia ditugaskan di ka-
pal USS Jenderal M. C. Meigs dan menghabiskan sebagian besar masa
perang dengan mengantarkan pasukan ke Italia untuk Jenderal Patton2.
Bakatnya sebagai seorang montir dan pemadam kebakaran membuatnya
mendapatkan penghargaan. Akan tetapi, dia terkadang mendapati dirinya
terlibat dalam masalah kecil dan pangkatnya tidak pemah melebihi pang-
kat Kelasi.
Clara lahir di New Jersey, tempat orangtuanya mendarat setelah me-
larikan diri dari tentara Turki di Armenia. Keluarga mereka pindah ke
Mission District di San Francisco ketika dia masih keciL Clara memilild
sebuah rahasia yang jarang sekali diceritakannya kepada siapa pun, yaitu
dia pemah menikah sebelumnya, tetapi suaminya tewas dalam perang.Jadi,
ketika dia bertemu dengan Paul Jobs pada kencan pertama, dia sudah siap
untuk memulai sebuah kehidupan baru.
Seperti kebanyakan orang yang hidup pada masa perang, Paul dan
Clara merasa sangat gembira ketika perang berakhir. Mereka hanya ingin
hidup tenang, membentuk sebuah keluarga, dan menjalani kehidupan yang
tidak banyak berisi kejadian penting. Mereka tidak memiliki banyak uang
sehingga mereka pindah ke Wisconsin dan tinggal bersama orangtua Paul
selama beberapa tahun. Kemudian, mereka pergi ke Indiana, tempat Paul
mendapatkan pekerjaan sebagai seorang montir di InternationalHarvester*.
Hasratnya adalah mengotak-atik mobil tua. Di waktu luangnya, Paul men-
cari uang dengan membeli, membetulkan, dan menjual mobil tua tersebut.
Akhirnya, Paul berhenti dari pekerjaan tetapnya untuk menjadi penjual
mobil bekas purnawaktu.
George Smith Patton Jr. adalah seorang jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Patton dikenal sebagai pejuang murni yang tak kenal ampun dan ga- nas. Sejarah mencatatnya sebagai pemimpin milker yang brilian, sering tidak patuh, dan kadang-kadang memiliki emosi yang tidak stabil.—peny.
Perusahaan Amerika Serikat yang bergerak di bidang mesin pertanian, pcralatan konstruk-
si, kendaraan, truk komcrsial, dan produk rumah tangga.—peny.
Tetapi, Clara mencintai San Francisco, dan pada 1952 dia meyakinkan
suaminya untuk pindah kembali ke kota tersebut. Mereka mendapatkan
sebuah apartemen di Sunset District yang menghadap Samudra Pasifik,
tepat di bagian selatan Golden Gate Park. Di sana Paul bekerja di sebuah
perusahaan keuangan sebagai "juru sita".Tugasnya adalah mengambil kun-
ci mobil para peminjam uang yang belum membayar pinjaman mereka dan
mengambil mobil milik peminjam tersebut. Dia juga membeli, memper-
baiki, dan menjual sebagian mobil sitaannya sehingga ia mendapatkan cu-
kup banyak uang dalam pekerjaan barunya.
Sayangnya, ada sesuatu yang terasa kurang dalam hidup mereka. Me
reka ingin memiliki anak. Akan tetapi, Clara mengalami kehamilan di luar
rahim, yaitu suatu kehamilan ketika sel telur yang dibuahi tertanam dalam
lubang Falopi, bukannya di rahim. Akibatnya, dia tidak dapat hamil. Pada
1955, setelah sembilan tahun menikah, mereka memiliki keinginan untuk
mengadopsi seorang anak.
Seperti halnya Paul Jobs, Joanne Schieble juga berasal dari keluarga
keturunanJerman di pedesaan Wisconsin. Ayahnya, Arthur Schieble, telah
berimigrasi ke daerah pinggiran Green Bay. Di sanalah Arthur dan istrinya
memiliki sebuah petemakan cerpelai dan mencoba berbagai macam bis
nis lain yang akhirnya sukses, mulai dari bisnis perumahan hingga meng-
ukir foto. Arthur pria yang sangat keras, khususnya jika berkaitan dengan
hubungan cinta putrinya. Dia sangat tidak menyetujui kekasih pertama
putrinya, yaitu seorang seniman yang tidak beragama Katolik. Sehingga, ti
dak mengejutkanjika dia mengancam tidak akan mengakuiJoanne sebagai
putrinya ketika sebagai mahasiswa pascasarjana di Universitas Wiscon
sin, Joanne jatuh cinta kepada Abdulfattah "John"Jandali, seorang asisten
pengajar Muslim dari Suriah.
Jandali adalah bungsu dari sembilan bersaudara yang berasal dari se
buah keluarga Suriah terkemuka. Ayahnya memiliki kilang minyak dan be-
berapa bisnis lainnya, dengan sebagian besar asetnya berada di Damaskus
dan Horns, yang pada suatu ketika sangat mengendalikan harga gandum
di wilayah tersebut. Seperti keluarga Schieble, keluarga Jandali sangat me-
mentingkan pendidikan. Oleh karena itu, seluruh generasi keluarga tersebut
pergi ke Istanbul atau Sorbonne untuk belajar. Abdulfattah Jandali dikirim
ke sebuah sekolah asrama Jesuit, meskipun dia Muslim. Dia mendapatkan
gelar S-l dari Universitas Amerika di Beirut, sebelum akhirnya datang ke
Universitas Wisconsin sebagai mahasiswa pascasarjana dan asisten peng-
ajar dalam bidang ilmu politik.
Pada musim panas 1954, Joanne pergi dengan Abdulfattah ke Suri
ah. Mereka menghabiskan waktu dua bulan di Horns, tempat Joanne bel-
ajar memasak makanan Suriah dari keluarga Abdulfattah. Ketika mereka
kembali ke Wisconsin, Joanne mendapati dirinya hamil. Mereka berdua
bam berusia 23 tahun, tetapi mereka memutuskan untuk tidak menikah.
Ayah Joanne sedang sekarat pada saat itu, dan dia telah mengancam tidak
mau mengakui Joanne sebagai putrinya jika Joanne menikahi Abdulfat
tah. Aborsijuga bukan suatu pilihan yang mudah dalam sebuah komunitas
Katolik kecil. Jadi pada awal 1955, Joanne pergi ke San Francisco, tempat
dia dirawat oleh seorang dokter baik hati yang menampung para ibu tidak
menikah, membantu kelahiran bayi mereka, dan secara diam-diam meng-
atur adopsi secara tertutup.
oleh lulusan perguruan tinggi. Jadi, dokter tersebut mengatur agar bayi
tersebut diadopsi oleh seorang pengacara dan istrinya. Tetapi, ketika anak
laki-laki itu lahir pada 24 Februari 1955, calon orangtua tersebut memu
tuskan bahwa mereka menginginkan seorang anak perempuan dan meng-
urungkan niatnya. Pada akhirnya, anak laki-laki tersebut tidak menjadi
putra seorang pengacara, melainkan putra seorang pria putus sekolah me-
nengah atas yang memiliki hasrat di bidang permesinan dan istri baik ha-
tinya yang bekerja sebagai tenaga pembukuan. Paul dan Clara memberi
nama bayi baru mereka dengan Steven PaulJobs.
Saat itu, masih ada masalah dengan persyaratan Joanne mengenai
status orangtua baru bagi bayinya yang harus seorang lulusan perguruan
tinggi. Ketika dia mengetahui bahwa bayinya diberikan kepada pasangan
suami-istri yang bahkan tidak lulus sekolah menengah atas, dia menolak
menandatangani dokumen adopsi. Kebuntuan tersebut berlangsung se-
lama berminggu-minggu, bahkan setelah bayi Steve tinggal di rumah pa
sangan Jobs. Akhirnya, Joanne mengalah dengan syarat pasangan tersebut
berjanji—dan menandatangani sebuah perjanjian—bahwa mereka akan
mengumpulkan dana dan menyekolahkan anak laki-laki tersebut ke pergu-
ruan tinggi.
cana menikahi Jandali tak lama setelah kematian ayahnya. Dia memiliki
harapan—dia menceritakannya kepada anggota keluarganya, terkadang
menangis ketika mengingatnya—bahwa setelah mereka menikah, dia bisa
mengambil kembali bayi mereka.
Seperti yang telah diprediksi, Arthur Schieble meninggal pada Agus-
tus 1955, beberapa minggu setelah proses adopsi selesai. Tepat setelah hari
Natal tahun itu, Joanne dan Abdulfattah Jandali menikah di Gereja Kato-
lik Rasul St. Phillip di Green Bay. Abdulfattah mendapatkan gelar Ph.D.
dalam bidang politik internasional pada tahun berikutnya. Kemudian, me
reka memiliki anak lagi, yaitu seorang gadis bernama Mona. Setelah dia
dan Jandali bercerai pada 1962, Joanne memulai sebuah kehidupan yang
berpindah-pindah. Kehidupannya seperti mimpi yang diceritakan oleh
putrinya—Mona Simpson yang tumbuh menjadi penulis hebat—dalam
novel kritisnya berjudul Anywhere But Here. Tetapi, karena proses adopsi
Steve dilakukan secara diam-diam dan tertutup, butuh dua puluh tahun
bagi mereka untuk saling bertemu.
Steve Jobs mengetahui sejak kecil bahwa dia diadopsi. "Orangtuaku
sangat terbuka mengenai masalah itu denganku," kenangnya. Dia ingat
sekali ketika dia sedang duduk di halaman rumahnya, saat berusia enam
atau tujuh tahun, dan menceritakannya kepada gadis yang tinggal di sebe-
rangjalan. "Jadi, itu berarti orangtua kandungmu tidak menginginkanmu?"
tanya gadis itu. "Ooooh! Petir rasanya menyambar kepalaku," kata Jobs.
"Aku ingat waktu itu aku berlari memasuki rumah, lalu menangis. Kemu
dian, orangtuaku berkata, 'Tidak, kau harus mengerti.' Mereka tampak
sangat serius dan memandang tepat di mataku. Mereka bilang, 'Kami se
cara khusus memilihmu.' Kedua orangtuaku bilang seperti itu dan meng-
ulanginya secara perlahan untukku. Mereka juga menekankan setiap kata
dalam kalimat itu."
Ditelantarkan.Terpilih. Istimewa. Konsep itu menjadi bagian dari si-
apa diri Jobs pada saat itu dan bagaimana dia memandang dirinya sendi-
n. Beberapa reman terdekatnya berpendapat bahwa mengetahui dirinya
diberikan kepada orang lain saat lahir, telah meninggalkan luka di hati
Jobs. "Menurutku, keinginannya untuk mengendalikan apa pun yang dia
ciptakan, berasal langsung dari kepribadiannya dan fakta bahwa dia telah
ditinggalkan ketika lahir," kata seorang rekan lama, Del Yocam. "Dia ingin
mengendalikan lingkungannya, dan dia memandang produk sebagai per-
panjangan dari dirinya." Greg Calhoun, yang menjadi dekat dengan Jobs
tepat setelah lulus perguruan tinggi, melihat efek lainnya. "Steve sering
sekali bercerita kepadaku tentang dirinya yang ditinggalkan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh peristiwa itu," kata pria tersebut. "Peristiwa tersebut
membuatnya mandiri. Jobs memiliki aturan sendiri, dan itu terjadi karena
dia berada di dunia yang berbeda dengan dunia saat dia dilahirkan."
Dalam kehidupan selanjutnya, ketika berusia sama dengan ayah kan-
dungnya saat meninggalkannya (23 tahun),Jobs menjadi seorang ayah dan
meninggalkan anaknya sendiri. (Pada akhirnya dia mau bertanggungjawab
atas putrinya tersebut). Chrisann Brennan, ibu dari anak tersebut, menga-
takan bahwa diberikan kepada orang lain untuk diadopsi telah membuat
Jobs "hancur berantakan",dan hal tersebut membantu menjelaskan sebagian
perilakuJobs. "Steve yang ditinggalkan oleh orangtuanya adalahjuga orang
yang telah meninggalkan anaknya," kata wanita tersebut. Andy Hertzfeld
yang bekerja sangat dekat denganJobs di Apple pada awal 1980-an, adalah
satu di antara sedildt orang yang tetap menjadi teman dekat Brennan dan
Jobs. "Pertanyaan penting mengenai Steve adalah mengapa terkadang dia
tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri saat bersikap sangat kejam dan
menyakiti orang lain," kata pria tersebut. "Hal tersebut berkaitan dengan
kisahnya yang ditinggalkan ketika lahir. Masalah mendasarnya adalah tema
'ditinggalkan' dalam hidup Steve."
takan bahwa karena aku ditinggalkan, aku bekerja sangat keras sehingga
aku bisa berhasil dan membuat orangtuaku berharap memilikiku kem-
bali, atau omong kosong lainnya, tetapi pendapat semacam itu mengge-
likan/'katanya bersikeras. "Mengetahui bahwa diriku diadopsi membuatku
merasa lebih mandiri, tetapi aku tidak pernah merasa ditinggalkan. Aku
selalu merasa istimewa. Orangtuaku membuatku merasa istimewa."Kemu-
dian, dia akan marah jika ada orang yang menyebut Paul dan Clara seba-
gai orangtua "adopsi"-nya, atau secara tidak langsung mengatakan bahwa
mereka bukan "orangtua kandung"-nya. "Mereka 1000% orangtuaku,"kata
Jobs. Sebaliknya, ketika membicarakan orangtua kandungnya, dia berkata
dengan kasar, "Mereka bank sperma dan telurku—itu tidak kasar, tetapi
kenyataan, bank sperma, tidak lebih."
Silicon Valley4
Masa kecil yang diciptakan oleh Paul dan ClaraJobs untuk putra baru
mereka, dalam banyak hal, merupakan stereotip dari akhir 1950-an. Ke
tika Jobs berusia dua tahun, mereka mengadopsi seorang putri bernama
Patty, dan tiga tahun kemudian mereka pindah ke sebuah rumah kecil di
pinggiran kota. CIT (Canberra Institute ofTechnology—Institut Teknologi
Canberra), perusahaan keuangan tempat Paul bekerja sebagai juru sita,
memindahkannya ke kantor Palo Alto, California. Akan tetapi, dia tidak
mampu tinggal di sana sehingga mereka pindah ke sebuah perumahan di
Mountain View, sebuah kota yang tidak begitu mahal di bagian selatan.
Di kota tersebut, Paul Jobs berusaha mewariskan kecintaannya dalam
bidang mesin dan mobil. "Steve, sekarang, ini kursi kerjamu," katanya ke
tika dia memberi tanda sebuah meja di garasi mereka. Jobs ingat ketika
dia sangat terkesan dengan keahlian ayahnya. "Menurutku, desain ayahku
sangatlah bagus," katanya, "karena dia tahu bagaimana membuat apa pun.
Jika kami membutuhkan lemari, dia akan membuatnya. Ketika dia mem
buat pagar rumah kami, dia memberiku sebuah palu sehingga aku bisa be
kerja bersamanya."
belakang dan samping rumah di Mountain View. Ketika Jobs menunjuk-
kannya kepada saya, dia mengelus palang pintunya dan teringat menge-
nai pelajaran yang sangat ditanamkan oleh ayahnya kepada dirinya. Kata
ayahnya, membuat bagian belakang lemari dan pagar dengan benar meru-
Julukan bagi daerah bagian selatan area Teluk San Francisco yang disebabkan oleh banyak-
nya keberadaan perusahaan yang bergerak dalam bidang komputcr dan semikonduktor di
daerah tersebut.—peny.
mengerjakan sesuatu dengan benar. Dia bahkan peduli dengan bagian yang
tidak dapat kau lihat."
juga menghiasi garasi dengan foto mobil favoritnya. Dia menceritakan de
ngan terperinci desain mobil tersebut kepada putranya, misalnya mengenai
garis-garisnya, lubang anginnya, kromiumnya, maupun potongan kursinya.
Setiap hari setelah bekerja, dia mengganti bajunya dengan baju montir dan
pergi ke garasi. Dia sering kali ke garasi dengan Steve yang membuntuti-
nya. "Kupikir aku bisa mengajarkan sedikit keahlian di bidang mesin kepa-
danya, tetapi dia sama sekali tidak mau membuat tangannya kotor,"kenang
Paul. "Dia sama sekali tidak peduli dengan masalah mesin."
Mengotak-atik mesin di bawah kap mobil tidak menarik bagi Jobs.
"Aku tidak suka memperbaiki mobil. Tetapi, aku senang sekali bersama
dengan ayahku." Bahkan, ketika dia semakin menyadari bahwa dia anak
adopsi, dia menjadi semakin dekat dengan ayahnya. Pada suatu hari ketika
dia berusia sekitar delapan tahun, Jobs menemukan sebuah foto ayahnya
saat dia masih menjadi pasukan Penjaga Pantai. "Foto itu menggambarkan
dia sedang berada di ruang mesin dan melepaskan kemejanya. Dia mi-
rip seperti James Dean. Itu adalah salah satu saat untuk mengucapkan Oh
Wow bagi seorang anak kecil. Wow, Ooob, orangtuaku dahulu pernah sangat
muda dan sangat tampan."
Melalui mobil, ayahnya memperkenalkan Jobs pada ilmu elektro un
tukkali pertama. "Dia tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
ilmu elektro, tetapi dia sering menggunakannya dalam bidang otomotifdan
berbagai benda lain yang diperbaikinya. Dia menunjukkan kepadaku dasar-
dasar ilmu elektro, dan aku sangat tertarik dengan semua itu." Pengalaman
yang jauh lebih menarik bagi Jobs adalah perjalanan untuk mencari kom-
ponen. "Setiap akhir pekan, ada perjalanan ke tempat barang rongsokan.
Kami mencari generator, karburator, dan berbagai macam komponen."Jobs
ingat ketika melihat ayahnya menawar di meja kasir. aDia pandai sekali
menawar, karena dia lebih tahu dibandingkan semua pria di belakang meja
kasir tentang berapa harga komponen itu seharusnya." Hal itu membantu
ayahnya memenuhi janji yang dibuat oleh orangtua kandungnya ketika
Jobs diadopsi. "Uang kuliahku berasal dari ayahku yang membeli sebuah
mobil jenis Ford Falcon seharga $50 atau mobil rusak bekas lainnya, yang
diperbaikinya selama beberapa minggu, lalu dijualnya seharga $250—dan
tidak melaporkannya ke IRS5."
Rumah Jobs di 286 Diablo, dan rumah lain di lingkungan mere-
ka, dibangun oleh pengembang perumahan Joseph Eichler. Perusahaan
Eichler telah membangun lebih dari 11.000 rumah di berbagai perumah
an California antara 1950 dan 1974. Terinspirasi oleh visi arsitek Frank
Lloyd Wright tentang rumah modern sederhana untuk "semua penduduk"
Amerika, Eichler membangun rumah murah yang menonjolkan dinding
kaca dari lantai ke langit-langit, ruang terbuka, bangunan yang terkena cu-
kup sinar matahari, lantai pelat beton, dan banyak sekali pintu kaca geser.
"Eichler melakukan hal yang luar biasa," kata Jobs dalam salah satu jalan-
jalan kami mengelilingi lingkungan rumahnya. "Rumahnya agak besar,
murah, dan bagus. Rumah itu memiliki desain yang bagus dan berselera
sederhana untuk orang-orang berpendapatan keciL Rumah itu juga me
miliki fitur kecil yang luar biasa, seperti alat pemanas di lantai. Tinggal
meletakkan karpet di atasnya dan kami pun memiliki lantai yang hangat
ketika kami masih kecil."
ya Eichler melahirkan hasrat untuk membuat produk yang didesain de-
ngan teliti untuk pasar yang luas. "Aku senang sekalijika benar-benar dapat
memberikan desain yang sangat bagus dan kapabilitas sederhana ke sebuah
produk yang memiliki harga murah," katanya ketika dia menjelaskan ten
tang keindahan rumah buatan Eichler. "Itulah visi awal dari Apple. Itulah
yang berusaha kami lakukan dengan Mac pertama. Itulah yang kami laku-
kan dengan iPod."
Di seberang jalan dari rumah keluarga Jobs, tinggallah seorang pria
yang sukses sebagai agen perumahan. "Dia tidak begitu pintar," kenang
Jobs, "tetapi pria itu kelihatannya sangat kaya. Jadi, ayahku berpikir, 'aku
InternalRevenue Service, merupakan agen layanan pendapatan pemerintah federal Amerika
Serikat. Para agen adalah biro dari Departemen Keuangan, dan berada di bawah arahan
Komisaris Internal Revenue. IRS bertanggung jawab untuk mengumpulkan pajak Internal
Revenue Code.—peny.
kursus kelas malam, lulus tes perizinan, dan memasuki bisnis perumahan.
Kemudian, pasar perumahan mendadak lesu." Akibatnya, keluarga Paul
mengalami masalah keuangan selama satu tahun atau lebih, ketika Jobs
masih duduk di bangku sekolah dasar. Ibunya bekerja sebagai tenaga pem-
bukuan di Varian Associates, yaitu sebuah perusahaan yang memproduksi
peralatan ilmiah. Pada suatu hari, guru kelas empatoya bertanya, "Apa yang
tidak kau mengerti tentang alam semesta?" Jobs menjawab, "Aku tidak
mengerti mengapa ayahku mendadak miskin." Meskipun demikian, dia
sangat bangga karena ayahnya tidak pernah bersikap merendahkan di-
ri atau berbuat curang yang mungkin bisa membuatnya menjadi tenaga
pemasaran yang lebih baik. "Jika menjadi tenaga pemasaran, kau hams
menjilat orang-orang agar kau dapat menjual rumah. Ayahku tidak pandai
melakukannya, dan itu bukan sifatnya. Aku mengaguminya karena hal itu,"
kata Jobs. Paul pun kembali menjadi seorang montir.
Ayah Jobs adalah pria yang tenang dan lembut, sifat yang kemudian
membuat putranya dipuji karena bisa menyamainya. Dia juga tegas.
"Di dekat rumah kami, tinggal seorang insinyur yang sedang menger-
jakan sel fotovoltaik di Westinghouse. Pria tersebut belum menikah, dan
bergaya hippie. Dia memiliki seorang kekasih. Kekasihnya itu terkadang
menjagaku. Kedua orangtuaku bekerja, jadi aku datang ke rumahnya se-
telah pulang sekolah selama beberapa jam. Pria itu sering mabuk dan
memukul kekasihnya beberapa kali. Pada suatu malam, kekasihnya itu
datang ke rumah kami dengan sangat ketakutan. Pria itu juga datang
sambil mabuk, dan ayahku menjatuhkannya sambil berkata bahwa gadis
itu ada di rumahku, tetapi dia tidak boleh masuk. Pria itu berdiri di sana.
Kami pikir situasi di daerahku damai pada 1950-an, tetapi pria ini adalah
salah satu insinyur yang memiliki hidup berantakan."
Faktor yang membuat lingkungan tersebut berbeda dengan ribuan
perumahan lain yang dikelilingi pepohonan di seluruh penjuru Amerika
adalah semua penduduknya, bahkan yang tidak pintar sekali pun, cende-
rung menjadi insinyur. "Saat kami pindah ke sini, ada kebun buah aprikot
dan plum di seluruh sudut tempat," kenang Jobs. "Akan tetapi, perumahan
ini berkembang karena investasi milker."Jobs mempelajari sejarah lembah
tersebut dan muncullah keinginan untuk memainkan perannya sendiri.
10
Jobs tentang bagaimana Eisenhower, presiden Amerika ke-34, memintanya
untuk membantu membuat kamera film pesawat pengintai Lockheed U-2
guna melihat senyata apa ancaman Soviet. Film tersebut dimasukkan ke
dalam kaleng bulat dan dikembalikan ke Pusat Penelitian NASA Ames di
kota Sunnyvale, tidak jauh dari tempat tinggal Jobs. "Terminal komputer
pertama yang pernah kulihat adalah ketika ayah mengajakku ke pusatAmes
di Iowa," kataJobs. wAku jatuh cinta dengan komputer itu."
Perusahaan kontraktor pertahanan bermunculan di dekat situ selama
1950-an. Divisi Pengendali Rudal dan Ruang didirikan pada 1956 tepat di
samping pusat NASA, pada saat Jobs pindah ke wilayah tersebut. Divisi
itu memproduksi peluru balistik yang ditembakkan dari kapal selam. Per
usahaan tersebut mempekerjakan 20.000 orang. Beberapa puluh meter dari
tempat itu,Westinghouse membangun pabrikyang memproduksi pipa dan
alat pengubah listrik untuk sistem peluru misil. "Kau memiliki semua per
usahaan militer yang sangat maju ini," kenangnya. "Perusahaan itu miste-
rius dan berteknologi tinggi sehingga membuat siapa sajayang tinggal di
sana merasa sangat menyenangkan."
melahirkan ledakan perekonomian yang berbasis teknologi. Sumbernya
berasal dari 1938, ketika Dave Packard dan istri barunya pindah ke sebuah
apartemen di Palo Alto. Merekalah yang memiliki sebuah gudang tem
pat temannya, Bill Hewlett, tak lama kemudian tinggal. Rumah tersebut
memiliki sebuah garasi berupa ruang tambahan yang terbukti berguna
dan bersejarah di lembah tersebut. Di garasi itulah mereka mengotak-atik
teknologi, sampai akhirnya mereka melahirkan produk pertama mereka,
yaitu sebuah alat penangkap gelombang suara. Pada 1950-an, Hewlett-
Packard merupakan perusahaan yang memproduksi peralatan teknik, yang
berkembang dengan cepat.
Untungnya, ada sebuah tempat di dekat situ yang dapat dimanfaat-
kan bagi para pengusaha yang memiliki usaha terlalu besar jika dilakukan
di garasi mereka. Dalam sebuah gerakan yang akan membantu mengubah
Penemu kamera Polaroid (kamera Iangsung jadi).—peny.
11
Universitas Stanford University, Frederick Terman, membangun kawasan
industri seluas 3.000 meter persegi di atas tanah universitas. Pembangunan
kawasan tersebut diperuntukkan bagi perusahaan swasta yang dapat men-
jual berbagai ide mahasiswanya. Penyewa pertamanya adalah Varian Asso
ciates, tempat Clara Jobs bekerja. "Terman muncul dengan ide hebat yang
lebih dari segalanya. Dia telah membuat industri teknologi berkembang
di daerah ini," kata Jobs. Pada saat Jobs berusia sepuluh tahun, perusahaan
Hewlett-Packard (HP) memiliki 9.000 pegawai dan merupakan perusahaan
berkualitas tinggi, tempat semua insinyur dari HP yang mencari stabilitas
keuangan, ingin bekerja.
sebut adalah semikonduktor.William Shockley,yang merupakan salah satu
penemu transistor di Bell Labs, New Jerseyrkeluar dari Mountain View.
Pada 1956, dia mendirikan sebuah perusahaan untuk memproduksi tran
sistor menggunakan silikon, bukannya germanium yang lebih mahal dan
lebih umum digunakan pada saat itu. Tetapi, Shocldey menjadi semakin
aneh dan meninggalkan proyek transistor silikonnya. Akibatnya, delapan
insinyurnya, terutama Robert Noyce dan Gordon Moore, keluar untuk
mendirikan Perusahaan Semikonduktor Fairchild. Perusahaan tersebut
menjadi besar dengan memiliki 12.000 pegawai. Akan tetapi, perusahaan
tersebut terpecah-pecah pada 1968, ketika Noyce kalah dalam perjuangan-
nya menjadi CEO. Dia mengajak Gordon Moore dan mendirikan sebuah
perusahaan yang terkenal dengan nama Integrated Electronics Corpora
tion, yang dengan cerdas mereka singkat menjadi Intel. Pegawai ketiga
mereka adalah Andrew Grove, yang mengembangkan perusahaan tersebut
pada 1980-an dengan mengubah fokus usaha dari memproduksi memori
cip ke mikroprosesor. Dalam waktu beberapa tahun, ada lebih dari lima
puluh perusahaan di wilayah tersebut yang memproduksi semikonduktor.
Pertumbuhan yang tinggi dari industri mi berkaitan dengan feno-
mena terkenal yang ditemukan oleh Moore. Pada 1965, Moore meng-
gambar sebuah grafik kecepatan sirkuit7 terintegrasi, berdasarkan jumlah
Rangkaian arus listrik.—peny.
transistor yang bisa dimasukkan ke dalam sebuah dp, dan menunjukkan
bahwa jumlahnya dua kali lebih banyak pada setiap dua tahun. Jumlah itu
merupakan sebuah kenaikan yang diharapkan akan terns berlanjut. Hal ini
ditegaskan lagi pada 1971, ketika Intel mampu menanam unit pusat pem-
rosesan yang lengkap ke dalam satu dp—Intel 4004—yang mereka sebut
"mikroprosesor". Hukum Moore8 pada umumnya masih berlaku hingga
hari ini. Proyeksinya yang dapat diandalkan untuk menangani masalah
kinerja hingga harga, membuat dua generasi pengusaha muda, termasuk
Steve Jobs dan Bill Gates, dapat menciptakan proyeksi biaya bagi produk
mereka ke depannya.
Industri dp memberi sebuah nama baru bagi wilayah itu ketika Don
Hoefler, seorang kolumnis surat kabar perdagangan mingguan Electronic
News, memulai sebuah serial pada Januari 1971 yang berjudul Silicon Valley
USA. Lembah Santa Clara yang memanjang sejauh 64 kilometer dari San
Frandsco Selatan melalui Palo Alto, hingga San Jose, memiliki El Camino
Real sebagai pendukung komersialnya. El Camino Real merupakan sebuah
jalan utama yang dahulu menghubungkan 21 Gereja Misi California dan
sekarang merupakan jalanan padat. Jalan itu juga menghubungkan kantor
perusahaan besar dan kedl yang menyumbang sepertiga investasi modal
usaha di Amerika Serikat setiap tahunnya. "Saat tumbuh besar, aku ter-
inspirasi oleh sejarah tempat itu," kata Jobs. "Hal itu membuatku ingin
menjadi bagian dari tempat tersebut."
Seperti kebanyakan anak kedl, Jobs terpengaruh oleh hasrat orang
dewasa di sekelilingnya. "Sebagian besar ayah di lingkungan ini membuat
bendayang sangat rapi, seperti fotovoltaik, baterai, dan radar," kenangJobs.
"Aku tumbuh besar dengan rasa kagum terhadap berbagai benda itu dan
bertanya kepada semua orang tentang benda itu." Tetangga yang paling
penting adalah Larry Lang, yang tempat tinggalnya berjarak tujuh rumah
dari rumah Jobs. "Dia adalah panutanku yang menginspirasi bagaimana
seharusnya menjadi insinyur HP. Tidak lain adalah dengan menjadi ope-
Hukum Moore adalah salah satu hukum yang terkenal dalam industri mikroprosesor yang
menjelaskan tingkat pertumbunan kecepatan mikroprosesor. Hukum ini diperkenalkan
oleh Gordon E. Moore, salah satu pendiri IntcL la mengatakan bahwa pertumbuhan kece
patan perhitungan mikroprosesor mcngikuti rumusan eksponensial.—peny.
13
rator radio amatir dan penggemar berat elektronik," kenang Jobs. "Dia
membawakan benda untuk kumainkan." Ketika kami berjalan ke rumah
tua Lang, Jobs menunjuk ke arah jalan masuknya mobil. "Dia rhengam-
bil mikrofon karbon, baterai, dan alat pengeras suara. Lalu, dia memasang
semua itu dijalan masuk mobil ini. Dia memintaku berbicara ke mikrofon
karbon dan suaranya diperkeras melalui alat pengeras suara." Jobs diajari
oleh ayahnya bahwa mikrofon selalu membutuhkan amplifier elektronik.
"Jadi, aku berlari ke rumah, dan aku bilang kepada ayah bahwa dia salah."
"Tidak, alat itu membutuhkan amplifier? kata ayahnya meyakinkan.
Ketika Jobs memprotes, ayahnya berkata bahwa dia gila. "Mikrofon tidak
bisa berfungsi tanpa amplifier. Ada caranya."
"Aku terus berkata 'tidak' kepada ayahku dengan mengatakan bahwa
dia harus melihatnya, dan akhirnya (Ha benar-benar berjalan denganku lalu
melihatnya. Dan dia berkata, Ta, lebih baik aku pergi dari sini.m
Jobs mengingat dengan jelas kejadian tersebut karena pada saat itulah
kali pertama dia menyadari bahwa ayahnya tidak mengetahui semuanya.
Kemudiari, sebuah penemuan yang lebih membingungkan mulai dia pa-
hami, bahwa dia lebih pintar daripada orangtuanya. Selama ini dia selalu
mengagumi kemampuan dan kecerdasan ayahnya. "Dia bukan pria berpen-
didikan, tetapi aku selalu menganggapnya sangat pintar. Dia tidak banyak
membaca, tetapi dia bisa melakukan banyak hal. Dia mengerjakan hampir
semua hal yang berbau mesin."Jobs mengatakan bahwa kejadian mikrofon
karbon itu memulai sebuah proses kesadaran mengejutkan bahwa sebenar-
nya dia lebih pintar dan cepat dibandingkan orangtuanya. "Ini adalah saat
paling penting yang sangat membekas dalam benakku. Saat aku menyadari
bahwa aku lebih pintar dibandingkan orangtuaku, aku merasa sangat malu
karena berpikir seperti itu. Aku tidak akan pernah melupakan saat itu." Ke-
mudian, dia mengatakan kepada teman-temannya bahwa penemuan terse
but dan fakta bahwa dia diadopsi, membuatnya merasa sedikitjauh—lepas
dan terpisah—dengan keluarga dan dunianya.
Kesadaran yang lain terjadi tak lama kemudian.Jobs tidak hanya rae-
nemukan bahwa dia lebih pintar dibandingkan orangtuanya, tetapi diajuga
menemukan bahwa orangtuanya mengetahui hal ini. Paul dan Clara adalah
orangtua yang penuh kasih. Mereka bersedia menyesuaikan hidupnya ter-
14
hadap situasi memiliki seorang putra yang lebih pintar dan gigih seperti
itu. Mereka akan melakukan apa pun untuk membantu dan memperlaku-
kannya dengan istimewa.Tak lama kemudian,Jobs menemukan fakta lain.
"Kedua orangtuaku memanjakanku. Mereka merasa sangat bertanggung
jawab begitu mengetahui aku istimewa. Mereka menemukan cara untuk
terus memberiku barang dan menyekolahkanku di sekolah yang baik. Me
reka bersedia mengalah demi kebutuhanku."
Jadi, Jobs tumbuh besar tidak hanya dengan perasaan pernah diting-
galkan, tetapi juga dengan perasaan bahwa dia istimewa. Dalam benaknya,
hal tersebut dipandang lebih penting dalam membentuk kepribadiannya.
Sekolab
nya membaca. Akan tetapi, hal ini memunculkan beberapa masalah. "Aku
merasa bosan selama beberapa tahun pertama, jadi aku menyibukkan diri
dengan membuat masalah." Tak lama kemudian, ada hal lain yang juga
menjadi jelas bagi mereka. Jika dilihat dari sikap dan pengasuhannya,
Jobs tidak suka dengan pihak berwenang. "Aku bertemu dengan berbagai
macam pihakberwenang yang belum pernah kutemui sebelumnya, dan aku
tidak menyukainya. Mereka benar-benar hampir menangkapku dan ham-
pir menghilangkan rasa penasaranku."
Sekolahnya, SD Monta Loma, merupakan serangkaian gedung 1950-
an beratap rendah yang berjarak empat blok dari rumahnya. Jobs meng
hilangkan kebosanannya dengan melakukan tipu muslihat. "Aku memiliki
seorang teman baikbernama Rick Ferrentino, dan kami mengalami berbagai
macam masalah," kenangnya. "Misalnya, kami membuat poster kedl yang
bertuliskan 'bawalah binatang peliharaanmu saat sekolah.' Keadaan pun
menjadi kacau dengan kedatangan kawanan anjingyang mengejar kawanan
kudng di seluruh penjuru tempat, dan para guru berlarian bersama mereka."
Di lain waktu, mereka meyakinkan anak-anak lain untuk memberitahukan
nomor kombinasi kund sepeda mereka. "Kemudian kami keluar dan meng-
ganti semua kunci sehingga tak seorang pun bisa mengambil sepeda mereka.
Mereka butuh waktu sampai tengah malam untuk membuka semua kunci."
KetikaJobs berada di kelas tiga, tipu muslihatnya menjadi sedikit lebih ber-
15
bahaya. "Pada suatu ketika, kami meledakkan sebuah bom di bawah kursi
guru kami, BuThurman. Kami membuatnya sangat gugup."
Tidak mengejutkan jika dia dikirim pulang dua atau tiga kali sebelum
dia lulus kelas tiga. Akan tetapi, ayahnya pada saat itu mulai memperlaku-
kannya sebagai anak yang istimewa. Dengan sikapnya yang tenang dan te-
gas, ayahnyajelas mengharap pihak sekolahjuga melakukan hal yang sama.
"Dengar, itu bukan kesalahannya,wkata PaulJobs kepada para guru, kenang
putranya. "Jika Anda tidak bisa membuatnya terus tertarik, itu salah Anda."
Seingat Jobs, orangtuanya tidak pernah menghukum dirinya karena me-
langgar peraturan di sekolah. "Kakekku adalah pecandu alkohol dan suka
memukul ayahku dengan sabuk, tetapi aku yakin aku tidak pernah dipukul
seperti itu."Dia menambahkan bahwa kedua orangtuanya tahu kalau seko
lah bersalah. Sekolah hanya berusaha menyuruhnya menghafalkan hal-hal
bodoh, bukan membuatnya merasa tertarik. Saat itulah Jobs mulai menun-
jukkan perpaduan antara peka dan tidak peka, pemarah dan penyendiri,
yang akan menandai sikapnya di sepanjang sisa hidupnya.
Ketika tiba saatnya naik ke kelas empat, sekolah memutuskan lebih
baik memisahkan Jobs dan Ferrentino di kelas yang berbeda. Guru di ke
las lanjutan itu adalah seorang wanita gigih bernama Imogene Hill, yang
dikenal dengan nama "Teddy". Jobs berkata bahwa wanita itu menjadi
"salah satu malaikat hidup"-nya. Setelah mengawasi Jobs selama bebera-
pa minggu, wanita itu mengetahui bahwa cara terbaik untuk menangani
Jobs adalah dengan menyuapnya. "Pada suatu hari setelah sekolah usai, dia
memberiku buku latihan berisi soal matematika di dalamnya. Dia berkata
bahwa dia ingin aku membawa buku itu pulang dan mengerjakannya. Aku
pikir bahwa dia sedikit gila. Kemudian, dia mengeluarkan salah satu per-
men lolipop raksasa, yang kelihatannya sebesar dunia. Dia berkata, kalau
aku selesai mengerjakannya dengan jawaban yang sebagian besar benar
maka dia akan memberiku permen itu dan uang sebesar lima dolar. Aku
pun menyerahkan kembali buku latihan itu dalam waktu dua hari." Setelah
beberapa bulan, Jobs tidak perlu disuap lagi. "Aku hanya ingin belajar dan
menyenangkan wanita itu."
membuat sesuatu, seperti menggerinda sebuah lensa dan membuat sebuah
16
kamera. "Aku lebih banyak belajar darinya dibandingkan guru lain, dan ka-
lau bukan karena dirinya, aku yakin aku pasti sudah masukpenjara."Hal ini
sekali lagi menegaskan bahwa Jobs istimewa. "Di kelasku, dia hanya peduli
denganku. Dia melihat sesuatu dalam diriku."
Wanita itu tidak hanya melihat kecerdasan dalam diri Jobs. Beberapa
tahun kemudian, wanita tersebut menunjukkan sebuah foto kelas angkatan
tahun itu pada Hari Libur Nasional Hawaii. Jobs datang tanpa mengena-
kan kemeja Hawaii seperti yang disarankan, tetapi dalam foto itu, dia ber-
ada di bagian depan tengah dengan mengenakan kemeja Hawaii. Sebenar-
nya, dia berhasil mengambil kemeja dari ransel anak lain.
Mendekati berakhirnya kelas empat, Bu Hill menguji Jobs. "Nilaiku
sama dengan anak kelas dua SMA,"kenangJobs. Sekarang sudah jelas, bu
kan hanya bagi dirinya sendiri dan orangtuanya, tetapi juga para gurunya,
bahwa dia memiliki kecerdasan yang istimewa. Maka, pihak sekolah meng-
ajukan usulan luar biasa dengan memperbolehkan dirinya melompati dua
kelas, yaitu dari kelas empat langsung masuk ke kelas tujuh. Itu merupakan
cara paling mudah agar dia merasa terus tertantang dan terdorong. Orang
tuanya memutuskan usulan pihak sekolah dengan keputusan yang lebih
masuk akaL Mereka hanya memperbolehkannya melompati satu kelas.
Perubahan tersebut sangat menyiksa. Dia menjadi seorang penyendiri
yang canggung ketika bersosialisasi dan mendapati dirinya berteman de
ngan anak-anak yang setahun lebih tua. Parahnya lagi, kelas enam berada
di sekolah yang berbeda, yaitu di Sekolah Menengah Crittenden. Sekolah
itu hanya berjarak delapan blok dari SD Monta Loma, tetapi sedikit ba
nyak berada di dunia yang berbeda. Lokasinya terletak di sebuah lingkung-
an yang penuh dengan geng etnis. "Perkelahian terjadi setiap hari, begitu
jugapemerasan di kamar mandi" tulis wartawan Si/icon Valley, Michael S.
Malone. "Pisau sering dibawa ke sekolah sebagai tanda kejantanan.nYa.da. saat
Jobs bersekolah di sana, sekelompok murid dipenjara karena pemerkosaan,
dan bus sekolah tetangga dihancurkan setelah timnya mengalahkan tim
Crittenden dalam pertandingan gulat.
Jobs sering diganggu, dan di pertengahan kelas tujuh, dia mengulti-
matum orangtuanya. "Aku mendesak mereka agar menyekolahkanku di se
kolah lain,"kenangnya. Dari segi keuangan, hal itu merupakan sebuah per-
17
mintaan yang sulit. Orangtuanya hampir tidak memiliki cukup uang untuk
hidup. Akan tetapi, pada saat itu, mesldpun ada sedikit keraguan, mereka
pada akhirnya menuruti kemauan Jobs. "Ketika mereka menolak, aku bi-
lang kepada mereka bahwa aku akan berhenti sekolahjika harus kembali ke
Crittenden.Jadi, mereka mencari sekolah mana yang terbaik dan mengum-
pulkan setiap lembar uang mereka untuk membeli sebuah rumah seharga
$21,000 di wilayah yang lebih baik."
Kami pindah hanya 4,8 kilometer ke arah selatan, tepatnya ke sebuah
bekas kebun buah aprikot di Los Altos Selatan, yang telah diubah menjadi
perumahan berisi rumah-rumah kedl dengan bentuk yang sama. Rumah
mereka di 2066 Crist Dr., merupakan rumah satu lantai dengan tiga kamar
tidur dan sebuah garasi yang menempel dengan pintu lipat menghadap ja-
lan. Di tempat itu, Paul Jobs dapat mengotak-atik mobilnya, dan putranya
dapat mengotak-atik barang elektroniknya. Faktor penting lainnya adalah
rumah tersebut berada dekat dengan wilayah yang dahulu merupakan
wilayah sekolah Cupertino-Sunnyvale,yaitu salah satu wilayah paling aman
dan terbaik. "Ketika aku pindah ke sini, setiap sudutnya masih dipenuhi de
ngan kebun," kata Jobs ketika kami berjalan di depan rumah lamanya. Tria
yang tinggal di sana mengajariku bagaimana menjadi tukang kebun organik
yang baik dan cara memupuk Dia menanam semuanya dengan sangat sem-
purna. Aku tidak pernah mendapati makanan seenak itu dalam hidupku.
Pada saat itulah aku mulai menghargai buah dan sayur organik."
Meskipun mereka tidak memiliki agama yang kuat, orangtua Jobs
menginginkan dirinya dibesarkan dalam lingkungan beragama.Jadi, mere
ka mengajaknya ke gereja Lutheran hampir setiap hari Minggu. Kebiasaan
itu berakhir ketika dia berusia tiga belas tahun. Keluarganya berlangganan
majalah hiburan Life, dan pada Juli 1968 majalah tersebut menerbitkan
sampul mengejutkan yang menunjukkan sepasang anak kelaparan di Bi-
afra, Nigeria.Jobs membawa majalah itu ke sekolah Minggu dan berbicara
kepada pastor gereja. "Kalau aku mengacungkan jari, apakah Tuhan tahu
jari mana yang akan aku acungkan, bahkan sebelum aku melakukannya?"
Sang pastor menjawab, "Ya, Tuhan tahu segalanya."
Kemudian Jobs mengeluarkan majalah Life dan bertanya, "Nan, apa
kah Tuhan tahu soal ini dan apa yang akan terjadi dengan anak-anak ini?"
18
"Steve, aku tahu kau tidak mengerti, tetapi, ya,Tuhan tahu soal itu."
Jobs lalu mengumumkan bahwa dia tidak mau lagi menyembah Tu-
han seperti itu, dan dia tidak pernah kembali lagi ke gereja. Tetapi, dia
menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari dan berusaha
mempraktikkan ajaran Zen Buddha. Beberapa tahun kemudian, ketika se-
dang memikirkan sisi spiritualnya, Jobs mengatakan bahwa dia mengang-
gap agama yang terbaik adalah agama yang menekankan pada pengalaman
spiritual, bukannya menerima dogma."Inti dari ajaran Kristen hilang ketika
agama tersebut terlalu didasarkan pada keyakinan, bukan pada cara hidup
seperti Yesus, atau memandang dunia seperti cara Yesus memandangnya,"
katanya kepada saya. "Menurutku, berbagai agama yang berbeda meru-
pakan pintu yang berbeda untuk menuju ke rumah yang sama.Terkadang,
menurutku rumah itu ada, dan terkadang rumah itu tidak ada. Itulah mis-
teri terbesarnya."
Pada saat itu, ayah Jobs bekerja di Spectra-Physics, yaitu sebuah per-
usahaan di dekat Santa Clara yang memproduksi laser untuk barang elek-
tronik dan kedokteran. Sebagai ahli mesin, dia membuat prototipe produk
yang diciptakan oleh para insinyur. Putranya kagum dengan pentingnya
kesempurnaan. "Laser membutuhkan kesejajaran yang tepat," kata Jobs.
"Laser yang sangat canggih, untuk aplikasi pesawat terbang atau kedok
teran, memiliki fitur yang sangat tepat. Mereka mengatakan kepada Ayah,
'ini yang kami inginkan, dan kami menginginkannya dari selembar lo-
gam sehingga koefisien pemuaiannya sama.' Dan, Ayah hams memikir
kan bagaimana melakukannya." Sebagian besar laser itu hams dibuat dari
awal, yang berarti bahwa Paul Jobs hams membuat alat atau cetakan sesuai
pesanan. Putranya memang sangat kagum, tetapiJobsjarang pergi ke beng-
kel kerja ayahnya. "Pasti akan menyenangkan jika Ayah mengajariku cara
menggunakan mesin giling dan mesin bubut. Tetapi, sayangnya aku tidak
pernah pergi ke sana, karena aku lebih tertarik dengan barang elektronik."
Pada suatu musim panas, Paul mengajak Jobs ke Wisconsin untuk
mengunjungi peternakan keluarga. Kehidupan pedesaan tidak menarik
minat Jobs, tetapi sebuah kejadian terns membekas dalam ingatannya. Dia
melihat seekor anak sapi lahif. Dia sangat kagum ketika binatang kecil
itu berjuang untuk berdiri hanya dalam waktu beberapa menit dan mulai
19
berjalan. "Anak sapi itu belum pernah belajar berjalan, tetapi kemampuan
itu ada dalam dirinya," kenang Jobs. "Bayi manusia tidak bisa melakukan
hal itu. Aku menganggapnya sangat luar biasa, meskipun tak seorang pun
menganggapnya demikian." Dia menjelaskannya menggunakan istilah pe-
rangkat keras-lunak. "Seolah-olah tubuh dan otak binatang itu diciptakan
untuk bekerja bersama saat itu juga, bukannya dengan cara belajar."
Di kelas sembilan, Jobs masuk ke SMA Homestead, yang memiliki
kampus luas dengan gedung dua lantai berbentuk blok batu bata. Saat itu
gedung dicat warna merah muda dan dapat menampung hingga 2.000 mu-
rid. "Gedung itu didesain oleh seorang arsitek penjara terkenal," kenang
Jobs. "Mereka ingin membuatnya tidak bisa dihancurkan."Jobs suka sekali
berjalan kaki, dan dia berjalan kaki sejauh lima belas blok ke sekolah sen-
dirian setiap hari.
Di sana,Jobs memiliki beberapa teman seusianya, tetapi dia juga me-
ngenalbeberapa murid senior yang tenggelam dalam budaya memberontak
pada akhir 1960-an. Pada saat itulah dunia kutu buku dan hippie mulai
menunjukkan diri kepadanya. "Teman-temanku adalah anak-anak yang
sangat cerdas," kata Jobs. "Aku tertarik dengan matematika, ilmu pengeta-
huan, dan elektronik. Merekajuga menyukainya. Selain itu, mereka tertarik
dengan LSD9 dan semua budaya memberontak."
Pada saat itu, tipu muslihat Jobs mulai terbiasa menggunakan elek
tronik. Pada suatu ketika, dia menghubungkan rumahnya dengan alat pe-
ngeras suara. Tetapi, karena alat pengeras suarajuga bisa digunakan sebagai
mikrofon, dia membangun ruang kendali di dalam lemarinya. Lemari itu
lah tempat dia bisa mendengarkan apa yang sedang terjadi di kamar lain.
Pada suatu malam, ketika dia memakai headphone dan mendengarkan apa
yang terjadi di kamar tidur orangtuanya, ayahnya memergoki perbuatan-
nya dan dengan marah memintanya untuk membongkar sistem tersebut.
Dia menghabiskan banyak sekali malam untuk mengunjungi garasi Larry
Lang, insinyur yang tinggal di ujung jalan rumah tuanya. Pada akhirnya,
Lang memberi Jobs mikrofon karbon yang telah membuatnya kagum. Pria
itu juga memberi Jobs peralatan Heath, yaitu peralatan yang bisa dipasang
9 LSD atau Lysergic Acyd termasuk narkotika golongan halusinogen (menimbulkan halusi-
nasi).—peny.
sendiri untuk membuat radio amatir, dan peralatan elektxonik lainnya yang
disatukan dengan alat patri pada saat itu. "Peralatan Heath berisi banyak
sekali papan dan bagian dengan kode warna-warni, tetapi buku manual-
nya juga menjelaskan teori cara mengoperasikannya," kenang Jobs. "Alat
itu dapat membuatmu sadar bahwa kau bisa membuat dan memahami se-
gala sesuatu. Setelah membuat beberapa radio, kau akan melihat sebuah
TV dalam katalog dan berkata bahwa kau juga bisa membuat barang itu,
bahkan jika kau sendiri tidak membuatnya. Aku sangat beruntung karena
ketika aku masih kecil, ayahku dan peralatan Heath telah membuatku per-
caya bahwa aku bisa membuat apa pun."
Langjuga mengajaknya ke Hewlett-Packard Explorer's Club, sebuah
pertemuan mingguan yang berisi 15 murid atau lebih, di kafetaria perusa-
haan tersebut setiap Selasa malam. "Mereka meminta seorang insinyur dari
salah satu laboratorium untuk datang dan menceritakan apa yang sedang
dia kerjakan," kenang Jobs. "Ayah mengantarku ke sana, dan aku merasa
seperti berada di surga. HP adalah pelopor lampu yang memancarkan di
ode. Jadi, kami membicarakan apa yang hams dilakukan dengan lampu
itu." Karena sekarang ayahnya bekerja untuk perusahaan laser, topik itu
menjadi sangat menarik baginya. Pada suatu malam, dia mengadang salah
satu insinyur laser HP setelah sebuah diskusi dan dia mendapatkan tur ke
laboratorium holografis. Tetapi, kesan yang paling bertahan lama di benak
Jobs terjadi ketika dia melihat komputer kecil yang sedang dikembangkan
oleh perusahaan tersebut. "Aku melihat komputer meja pertamaku di sana.
Komputer itu bernama 9100A, dan benda itu berupa sebuah kalkulator
yang dipuja-puja, tetapi juga benar-benar merupakan komputer meja per-
tama. Komputer itu sangat besar, mungkin beratnya sekitar 18 kilogram.
Tetapi, menurutku itu adalah benda yang sangat indah. Aku jatuh cinta
kepada benda itu."
gai proyek. Jobs memutuskan untuk membuat alat pencari frekuensi, yang
mengukur jumlah denyut per detik dalam sebuah sinyal elektronik. Dia
membutuhkan beberapa komponen yang diproduksi oleh HP, jadi dia
mengangkat telepon dan menelepon CEO HP. "Pada saat itu, orang-orang
tidak memiliki nomor yang tidak terdaftar. Jadi, aku mencari nama Bill
21
Hewlett di Palo Alto dan menelepon ke rumahnya. Pria itu menjawab lalu
mengobrol denganku selama 20 menit. Dia tidak hanya memberiku be-
berapa komponen, tetapi dia juga memberiku pekerjaan di pabrik tempat
mereka memproduksi alat pencari frekuensi." Jobs kemudian bekerja di
sana pada musim panas, setelah tahun pertamanya di SMA Homestead.
"Ayah mengantarkanku di pagi hari dan menjemputku pada malam hari."
Sebagian besar pekerjaan Jobs "hanya memasang mur dan baut ke
dalam produk? pada proses perakitan. Ada sedikit kemarahan di kalangan
rekan sesama pekerja pabrik terhadap anak ambisius yang berani menele
pon sang CEO. aAku ingat pernah mengatakan kepada salah satu penyelia,
'aku mendntai benda ini, aku mencintai benda itu,'dan kemudian aku ber-
tanya kepada pria itu apa yang sangat ingin dia lakukan. Pria itu pun ber-
kata/bercinta,berdnta.wJobs dengan mudah mengambil hati para insinyur
yang bekerja satu lantai di atasnya. "Mereka menyajikan donat dan kopi
setiap pukul 10 pagi. Jadi, aku naik ke atas dan bergaul dengan mereka."
Jobs senang bekerja. Dia juga memiliki rute harian, saat ayahnya
akan mengantarkan dirinya jika hari sedang hujan. Selama tahun kedua di
SMA, dia menghabiskan akhir pekan dan musim panasnya sebagai pega-
wai bagian persediaan barang di toko elektronik besar, Haltek. Toko itu
sama seperti tempat barang rongsokan ayahnya yang berisi suku cadang
mobil. Tempat itu merupakan sebuah surga barang rongsokan yang terse-
bar di seluruh penjuru kota, yang penuh dengan komponen baru maupun
bekas yang diselamatkan—lebih tepatnya dijejalkan—ke dalam ratusan
rak, dibuang ke dalam tempat sampah tanpa dipilah lagi, atau ditumpuk
di halaman luar. "Di halaman belakang, di dekat teluk, mereka memagari
bagian yang berisi benda-benda seperti hiasan bagian dalam kapal selam
Polaris yang telah dilepas, dan dijual untuk diselamatkan/' kenangnya. "Se-
mua alat kendali dan tombolnya ada di sana. Warnanya hijau dan abu-abu
tentara, tetapi sakelar dan bola lampunya diberi wama kuning serta merah.
Ada tuas sakelar tua besar yang jika kau memutarnya maka akan terlihat
luar biasa, rasanya seperti meledakkan Chicago."
Di meja kayu bagian depan yang dipenuhi dengan katalog tebal dalam
map sobek, orang-orang menawar harga sakelar, resistor, kapasitor, dan ter-
kadang dp memori terbaru. Ayahnya dahulu melakukan hal yang sama saat
22
membeli onderdil mobil. Dia berhasil karena dia tahu harga setiap onderdil
dengan lebih baik dibandingkan penjualnya. Jobs mengikuti cara ayahnya
itu. Kemampuan Jobs dalam mengetahui berbagai komponen elektronik
semakin terasah berkat kecintaannya dalam menawar dan mendapatkan
laba. Dia pergi ke pasar loak elektronik, seperti pasar barter San Jose. Dia
melakukan penawaran atas sebuah papan sirkuit bekas yang berisi beberapa
dp dan komponen berharga, kemudian menjual semua benda itu ke mana-
jernya di Haltek.
dengan bantuan ayahnya. Mobil itu adalah mobil jenis Nash Metropolitan
dua warna yang oleh ayahnya dipasangi dengan mesin MG.Jobs tidak be-
gitu menyukai mobil itu, tetapi dia tidak mau mengatakan hal itu kepada
ayahnya. Dia juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memiliki mo
bil sendiri. "Kalau dipikir-pikir, Nash Metropolitan mungkin kelihatannya
seperti mobil paling keren," katanya kemudian. "Tetapi pada saat itu, mobil
itu adalah mobil paling tidak keren sedunia. Bagaimanapun juga, benda
itu tetaplah sebuah mobil. Jadi, memilikinya merupakan sesuatu yang lu-
ar biasa." Dalam waktu satu tahun, Jobs telah menabung cukup banyak
uang dari berbagai macam pekerjaan sehingga dia bisa menukar mobil itu
dengan mobil Fiat 850 merah berpintu dua dengan mesin Abarth. "Ayah
membantuku membeli dan memeriksanya. Kepuasan mendapatkan gaji
dan menabung untuk membeli sesuatu itu sangat menyenangkan."
Pada musim panas yang sama, di antara tahun kedua dan pertamanya
di SMA Homestead,Jobs mulai mengisap mariyuana. "Aku mabuk untuk
kali pertama pada musim panas itu. Usiaku 15 tahun saat itu, dan kemu
dian aku mulai rutin menggunakan mariyuana." Pada suatu ketika, ayahnya
menemukan beberapa narkoba dalam mobil Fiat putranya. "Apa ini?" tanya
ayahnya. Jobs dengan tenang menjawab, "Itu mariyuana." Untuk kali per
tama dari sebagian kecil dalam hidupnya, Jobs menghadapi kemarahan
ayahnya. "Itu satu-satunya pertengkaran yang pernah terjadi dengan ayah-
ku," katanya. Tetapi, ayahnya kembali menuruti kemauannya. aAyah me-
mintaku untuk berjanji tidak akan pernah menggunakan mariyuana lagi,
tetapi aku tidak mau berjanji." Sebenarnya, di tahun terakhir sekolahnya,
Jobsjuga mencoba LSD dan ganja, serta merasakan efek kurang tidur yang
23
dapat mengubah pildrannya. wAku mulai lebih sering mabuk. Sesekali, ka-
mi juga menjatuhkan LSD, biasanya di lapangan atau di dalam mobil."
KecerdasanJobsjuga berkembang pesat selama dua tahun terakhirnya
di sekolah menengah atas. Dia mendapati dirinya berada di persimpangan.
Ketika mulai menyadari keadaannya itu, dia merasa memiliki kepribadian
antara orang yang sangat menyukai elektronik dan orang yang sangat me-
nyukai literatur serta kerja kreatif. aAku mulai banyak sekali mendengarkan
musik. Aku juga mulai banyak membaca buku di luar buku ilmu pengeta-
huan dan teknologi, misalnya saja karya Shakespeare maupun Plato. Aku
sangat menyukai King Lear10." Bvika fovoritJobs yang lainnya adalah Moby
Dick11 dan puisi karya Dylan Thomas. Saya bertanya kepadaJobs mengapa
dia mengaitkan Raja Lear dan Kapten Ahab, dua tokoh paling gigih dan
energik dalam karya sastra, tetapi dia tidak menanggapi hubungan yang
sedang saya buat. Jadi, saya menghentikan ceritanya. "Waktu aku di kelas
senior, aku memiliki kelas bahasa Inggris yang fenomenal. Gurunya adalah
seorang pria yang mirip dengan Ernest Hemingway. Dia mengajak kami
semua bermain sepatu salju di taman nasional Yosemite."
Salah satu kursus yang diambil Jobs akan menjadi bagian dari seja-
rah Silicon Valley, yaitu kelas elektronik yang diajar oleh John McCollum.
McCollum adalah bekas pilot angkatan laut yang memiliki bakat sebagai
seorang pemain pertunjukan. Dia membangkitkan semangat muridnya de
ngan beberapa trik, seperti membakar gulungan kabel yang bertegangan
tinggi. Ruang penyimpanan kedl milik pria itu, yang kuncinya dia pinjam-
kan kepada murid kesayangannya, dipenuhi dengan transistor dan kompo-
nen lain yang telah dia beli. Pria ini memiliki kemampuan seperti Mr.
Chips12 dalam menjelaskan teori elektro, yang dikaitkan dengan aplikasi
praktis. Misalnya, teori mengenai bagaimana menghubungkan resistor dan
kapasitor dalam rangkaian seri dan paralel, kemudian menggunakan pe-
ngetahuan tersebut untuk membuat amplifier dan radio.
Sandiwara tragedi terbaik karyaWilliam Shakespeare yang menccritakan keadaan suatu kc- luarga yang mengenaskan dan luka cerdalam yang dialami keluarga tersebut karena orang-
orangyangdisayangi.—peny.
Novel klasik dunia yang raenceritakan mengenai petualangan pemburu paus karya Her
man Melville.—peny. Tokoh bcrnama Mr. Chipping dalam novel Good Bye Mr. Chip karya James HUton yang
kemudian difilmkan beberapa kali dengan judul Goodbye, Mr. Chip.—peny.
24
Kelas McCollum berada di dalam sebuah gedung yang mirip lum-
bung di pinggiran kampus, tepatnya berada di samping lapangan parkir.
"Di sinilah tempatnya dahulu," kata Jobs saat dia mengintip dari jendela,
"dan, dahulu di samping pintu ini merupakan lokasi kelas bengkel mobil."
Tempat yang berdampingan tersebut menyoroti perpindahan dari minat
generasi ayahnya. "Pak McCollum menganggap kelas elektronik adalah
bengkel mobil baru."
McCollum percaya dengan disiplin militer dan menghormati pi-
hak berwenang. Jobs tidak seperti itu. Rasa tidak suka Jobs terhadap pi-
hak berwenang merupakan sesuatu yang tidak lagi disembunyikannya.
Dia menunjukkan sikap perpaduan antara semangat yang besar dan aneh,
dengan sikap pemberontakyang tinggi. "Dia biasanya menyendiri di pojok,
melakukan sesuatu sendirian, dan benar-benar tidak mau peduli dengan-
ku ataupun penghuni kelas lainnya," kata McCollum kemudian. Dia ti
dak pernah memercayakan kunci ruang penyimpanan barang kepada Jobs.
Pada suatu hariJobs membutuhkan sebuah komponen yang tidak tersedia
di toko. Oleh karena itu, dengan biaya yang ditanggung penerima, dia me-
nelepon ke pabrik komponen tersebut, Burroughs di Detroit.Jobs menga-
takan bahwa dia sedang merancang sebuah produk baru dan ingin menguji
komponen tersebut. Komponen tersebut datang melalui pengiriman udara
beberapa hari kemudian. Saat McCollum bertanya bagaimana cara dia
mendapatkan komponen tersebut, Jobs menjelaskan—dengan penuh rasa
bangga—mengenai telepon yang dibayar oleh penerima dan kisah yang dia
ceritakan. "Aku sangat marah," kata McCollum. "Aku tidak ingin muridku
bersikap seperti itu."Tanggapan Jobs adalah, "Aku tidak punya uang untuk
menelepon. Mereka, orang yang kutelepon, punya banyak uang."
Jobs mengikuti kursus McCollum hanya selama satu tahun, bukannya
tiga tahun seperti yang ditawarkan. Untuk salah satu proyeknya,Jobs mem-
buat sebuah peralatan mengunakan fotosel yang akan menyalakan sebuah
sirkuit, jika terkena cahaya. Itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan oleh
murid sekolah menengah atas di mana pun. Diajauh lebih tertarikbermain
dengan laser, sesuatu yang dipelajari dari ayahnya. Dengan beberapa teman,
dia menciptakan pertunjukan lampu musik untuk pesta-pesta dengan me-
mantulkan laser ke cermin di atas alat pengeras suara dari soundsystem.'
25
DUA
Ketika menjadi murid di kelas McCollum, Jobs kebetulan berte-
man dengan seorang lulusan sekolah itu. Temannya merupakan murid
kesayangan sepanjang zaman dari gurunya tersebut, sekaligus seorang le-
genda sekolah karena kepandaiannya dalam kelas. Stephen Wozniak, yang
adik laki-lakinya berada dalam satu tim renang dengan Jobs, hampir lima
tahun lebih tua dan jauh lebih berpengalaman di bidang elektronik Akan
tetapi, dari sisi emosional dan cara bersosialisasi, pria tersebut masih seperti
kutu buku sekolah menengah atas.
lean sifat yang sangat tidak menyukai ambisi besar kepada anaknya. Itulah
hal yang membedakan Woz dengan Jobs. Empat puluh tahun kemudian,
setelah mereka bertemu, Woz sedang menghadiri acara peluncuran produk
Apple pada 2010, dan dia merenungkan perbedaan mereka. MAyah bilang
kepadaku, kau selalu ingin berada di tengah," kata Woz. "Aku tidak mau
berada di atas dengan orang-orang kelas atas seperti Steve. Ayahku seorang
insinyur, dan aku juga ingin menjadi seperti dia. Aku terlalu pemalu untuk
menjadi seorang pemimpin bisnis seperti Steve."
Seperti yang dikatakannya, saat kelas empat, Wozniak menjadi salah
satu "jago elektronik". Dia jauh lebih mudah berhubungan dengan transis
tor dibandingkan dengan seorang gadis. Dia menjadi seorang pria bertubuh
pendek, gempal, dan bungkuk yang menghabiskan sebagian besar waktunya
dengan duduk membungkuk di atas papan sirkuit. Pada usia yang sama, ke-
tikaJobs bingung dengan masalah mikrofon karbon yang tidak bisa dijelas-
kan oleh ayahnya, Wozniak telah menggunakan transistor untuk membuat
sistem interkom yang memanfaatkan amplifier, alat penerima sinyal, lampu,
dan bel listrik yang menghubungkan kamar tidur anak di enam rumah di
lingkungan tersebut. Pada usia ketika Jobs sedang merakit peralatan Heath,
Wozniak sudah bisa merakit alat transmiter dan penerima dari Hallicraft-
ers1 sekaligus mendapatkan izin radio amatir bersama ayahnya.
Woz menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk mem-
bacajurnal elektronik milik ayahnya. Dia dibuat kagum oleh berbagai kisah
tentang komputer baru, seperti ENIAC2 yang luar biasa. Oleh karena ilmu
aljabar Boolean sangat mudah baginya, dia sangat kagum ketika melihat
betapa sederhananya—bukannya rumit—komputer tersebut. Saat ke
las delapan, dia membuat sebuah kalkulator dengan menggunakan teori
bilangan biner dengan seratus transistor, dua ratus diode, dan dua ratus
resistor di atas sepuluh papan sirkuit. Kalkulator tersebut menjadi juara
pertama dalam lomba tingkat lokal yang diadakan oleh Angkatan Udara
Amerika Serikat, padahal para pesaingnya termasuk para murid kelas 12.
Radio paling canggih yang pcrnah ada.
ENIAC atau Electronic IntegratorAnd Computer, merupakan komputer elektronik pertama
yang didesain dengan dua puluh slot akumulator, yang mampu diprogram ulang dengan
cara mengatur ulang kabelnya agar dapat menyelesaikan segala jenis perhitungan.—peny.
28
Seperti Jobs, Wozniak banyak belajar dari ayahnya sejak kedl. Teta-
pi, pelajaran mereka berbeda. Pau