8
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Secara mikro, pentingnya hortikultura bukan saja mampu meningkatkan pendapatan dan pendapatan daerah produsen hortikultura, tetapi agribisnis atau agroindustri hortikultura mampu menyerap tenaga kerja, memunculkan industri baru, sehingga hortikultura diyakini dan mampu dijadikan sumber pertumbuhan di sektor pertanian (Soekarwati 1994). Adapun salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Komoditas hortikultura menjadi komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat (Hanani et al. 2003). Salah satu bagian dari hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan saat ini adalah tanaman hias. Daerah tropis Indonesia dikenal memiliki keaenakragaman hayati dan kekayaan bumi Indonesia mencakup 27.500 jenis tanaman hias atau 10% dari seluruh jenis tanaman hias di dunia (Saparjadi 2004). Saat ini tanaman hias (florikultura) memperoleh posisi yang penting dan telah menjadi sektor ekonomi pada abad dua puluh ini. Peningkatan permintaan terhadap tanaman hias telah menjadi sektor yang mengarah kepada keuntungan dan hal ini akan terus berlanjut dalam pengembangan suatu negara (Celik dan Arisoy 2013). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, produksi tanaman pot dan lanskap pada tahun 2014 adalah sebesar 31.731.561 pohon dan diperkirakan akan meningkat menjadi 40.394.953 pohon atau tercapai 36,2% pada tahun 2019. Tercapainya produksi tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya penggunaan taman dan lansekap pada real estate, fasilitas umum, hotel, dan perkantoran yang mendorong permintaan dan investasi pelaku usaha produksi tanaman lansekap dan juga permintaan para penggemar tanaman hias pot hobbies (Dirjen Hortikultura 2015). Selain itu, permintaan tanaman hias pot juga berdampak dengan berkembangnya sistem RTH (ruang terbuka hijau) pada setiap perkantoran maupun perumahan yang memberikan peluang besar bagi seluruh perusahaan yang bergerak pada bidang usaha tanaman hias pot. Hal ini didukung oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, bahwa penyediaan RTH pada kasawan dengan tingkat KDB (Koefesien Dasar Bangunan) di atas 70% perlu menambahkan atau memiliki minimal 3 5 buah tanaman dalam pot sesuai dengan besar bangunan. Tanaman hias di Indonesia saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan berkembangnya daerah sentra, peningkatan jenis dan volume produksi, berkembangnya outlet dan pelaku usaha di daerah perkotaan, serta makin tumbuh dan berkembangnya unit usaha yang melibatkan baik petani maupun pengusaha. Pengembangan komoditas hortikultura khususnya florikultura mempunyai karakteristik tersendiri karena memiliki tujuan utama produksi adalah untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri. Oleh karena itu, pembangunan

Strategi pengembangan bisnis tanaman hias cv. green ...repository.sb.ipb.ac.id/3093/5/R54-05-Indra-Pendahuluan.pdf · meningkatnya penggunaan taman dan lansekap pada real estate,

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1 PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Secara mikro, pentingnya hortikultura bukan saja mampu meningkatkan pendapatan dan pendapatan daerah produsen hortikultura, tetapi agribisnis atau agroindustri hortikultura mampu menyerap tenaga kerja, memunculkan industri baru, sehingga hortikultura diyakini dan mampu dijadikan sumber pertumbuhan di sektor pertanian (Soekarwati 1994). Adapun salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Komoditas hortikultura menjadi komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat (Hanani et al. 2003).

    Salah satu bagian dari hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan saat ini adalah tanaman hias. Daerah tropis Indonesia dikenal memiliki keaenakragaman hayati dan kekayaan bumi Indonesia mencakup 27.500 jenis tanaman hias atau 10% dari seluruh jenis tanaman hias di dunia (Saparjadi 2004). Saat ini tanaman hias (florikultura) memperoleh posisi yang penting dan telah menjadi sektor ekonomi pada abad dua puluh ini. Peningkatan permintaan terhadap tanaman hias telah menjadi sektor yang mengarah kepada keuntungan dan hal ini akan terus berlanjut dalam pengembangan suatu negara (Celik dan Arisoy 2013). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, produksi tanaman pot dan lanskap pada tahun 2014 adalah sebesar 31.731.561 pohon dan diperkirakan akan meningkat menjadi 40.394.953 pohon atau tercapai 36,2% pada tahun 2019. Tercapainya produksi tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya penggunaan taman dan lansekap pada real estate, fasilitas umum, hotel, dan perkantoran yang mendorong permintaan dan investasi pelaku usaha produksi tanaman lansekap dan juga permintaan para penggemar tanaman hias pot hobbies (Dirjen Hortikultura 2015). Selain itu, permintaan tanaman hias pot juga berdampak dengan berkembangnya sistem RTH (ruang terbuka hijau) pada setiap perkantoran maupun perumahan yang memberikan peluang besar bagi seluruh perusahaan yang bergerak pada bidang usaha tanaman hias pot. Hal ini didukung oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, bahwa penyediaan RTH pada kasawan dengan tingkat KDB (Koefesien Dasar Bangunan) di atas 70% perlu menambahkan atau memiliki minimal 3 − 5 buah tanaman dalam pot sesuai dengan besar bangunan.

    Tanaman hias di Indonesia saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan berkembangnya daerah sentra, peningkatan jenis dan volume produksi, berkembangnya outlet dan pelaku usaha di daerah perkotaan, serta makin tumbuh dan berkembangnya unit usaha yang melibatkan baik petani maupun pengusaha. Pengembangan komoditas hortikultura khususnya florikultura mempunyai karakteristik tersendiri karena memiliki tujuan utama produksi adalah untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri. Oleh karena itu, pembangunan

  • 2

    hortikultura harus dilaksanakan secara komersil, berorientasi pasar dan dikelola secara profesional, dengan skala ekonomi yang menguntungkan (Departemen Pertanian 2014).

    Tanaman hias sebagai komoditas ekspor beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Negara-negara yang berada di kawasan Asia yang menjadi pasar potensial tanaman hias di dunia di antaranya adalah Jepang, Korea, Taiwan, China, dan Singapura. Selain di kawasan Asia, negara-negara lain yang merupakan pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah Amerika Serikat dan Belanda (Pusdatin 2016). Perkembangan ekspor tanaman hias di Indonesia Tahun 2013-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Perkembangan ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2013 – 2014

    Tahun Ekspor Volume (Ton) Nilai (US$) 2013 4.101 16.304.091 2014 5.851 16.533.525

    Sumber: Pusdatin (2016) Tabel 1 menunjukkan bahwa volume dan nilai terhadap ekspor tanaman hias

    meningkat pada tahun 2013 hingga 2014. Perkembangan ekspor tanaman hias pada Tabel 1 merupakan nilai terhadap semua jenis tanaman hias yang meliputi tanaman hias potong, tanaman hias dalam pot, dan pohon. Volume ekspor komoditas tanaman hias pada thahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 5.851 ton dari tahun 2013 sebesar 4.101 ton. Peningkatan volume ekspor ini menyebabkan nilai ekspor juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 16.304.091 US$ menjadi 16.533.525 US$ pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekspor tanaman hias naik sebesar 25.96% (Pusdatin 2016).

    Tanaman hias merupakan tanaman yang memiliki karakteristik morfologi bernilai estetik dan eksotik. Tren selera pasar saat ini mulai mengalami perubahan pergeseran dari jenis tanaman hias subtropis bergeser menuju jenis tanaman hias tropis yang dianggap memiliki karakter eksotik diantaranya adalah tanaman hias berdaun indah (aglaonema, puring, pucu merah, sipruh) dan tanaman hias perdu dan pohon (bugenvil, palem, sikas, beringin). Selain itu masih banyak jenis tanaman hias tropis yang belum dimanfaatkan untuk budidaya komersil. Tanaman tersebut tumbuh di hutan belantara Indonesia yang perlu di eksplorasi pemanfaatannya melalui penangkaran dan pembudidayaan secara intensif (Ditjen Hortikultura 2016).

    Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2012), produksi tanaman hias dipengaruhi oleh luas panen tanaman hias. Total luas panen untuk beberapa jenis tanaman hias pada beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat, bahwa luas panen terluas adalah Bogor dengan luas 132.176 Ha, Depok dengan luas 118.650 Ha, dan Karawang dengan luas 84.693 Ha. Jenis tanaman hias menurut sentra tanaman hias yang berada dikawasan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 3

    Tabel 2 Jenis tanaman hias menurut sentra tanaman hias di Jawa Barat Kabupaten/Kota Jenis Tanaman Hias

    Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Helioconia, Garbera

    Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus

    Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Helioconia, Cicas, Pakis Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingeberase, Helioconia,

    Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia Karawang dan Kab. Bekasi

    Cemara, Palem, Melati, Zingeberase, Anggrek, Adenium, Aglaonema, Dracaena

    Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordiline

    Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium

    Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2014) Tabel 2 menjelaskan bahwa kota Depok merupakan salah satu daerah sentra

    tanaman hias di Jawa Barat yang memiliki jenis tanaman yang bervariasi. Hal tersebut didukung oleh keadaan geografis Kota Depok yang beriklim tropis, perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Temperatur udara mencapai 24,3°− 33° Celsius dengan kelembaban rata-rata sekitar 25%, kecepatan angin rata-rata sebesar 14,5 knot, penguapan rata-rata sebesar 3,9 mm/th, dan penyinaran matahari rata-rata sebesar 49,8%. Keadaan geografis tersebut menjadi pendukung dalam pengembangan berbagai jenis tanaman hias di Depok (Pemkot Depok 2016).

    CV. Green Saujana Nursery (CV. GSN) merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam jenis tanaman hias. Tidak hanya memproduksi tanaman hias hanya untuk dijual secara langsung, namun CV. GSN juga menjalankan bisnis pengadaan dan penyewaan tanaman hias, serta desain dan konstruksi taman yang dapat digunakan sebagai dekorasi ruangan, gedung perkantoran, rumah makan dan hotel-hotel. CV. GSN merupakan salah satu perusahaan yang baru berdiri (start-up) pada awal tahun 2016. Meskipun CV. GSN merupakan perusahaan baru, namun perusahaan ini telah memiliki pelanggan tetap dari bidang usaha masing-masing. Penjualan produk tanaman tersebar ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Malang, Solo, dan Batam. Namun, saat ini mayoritas penjualan dan penyewaan produk tanaman hias lebih terfokus ke daerah Jakarta dan sekitarnya.

    Sebagai sebuah perusahaan, CV. GSN juga menghadapi dinamika lingkungan usaha yang terus berubah yang dapat mempengaruhi model bisnis perusahaan, sehingga inovasi model bisnis sangat dibutuhkan oleh CV. GSN. Eppler et al. (2011), menjelaskan bahwa dunia persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus memiliki ide-ide baru dan inovasi agar dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Menurut Liem (2009), inovasi merupakan hal yang paling penting bagi suatu institusi untuk bisa bertahan secara berkelanjutan serta menguntungkan. Inovasi berupa penemuan baru secara sistematis yang berawal dari empati, kemampuan untuk melihat dunia melalui mata orang lain, dan pemanfaatan secara optimal kemajuan teknologi yang ada.

  • 4

    Amit dan Zott (2012) juga menjelaskan bahwa memiliki model bisnis yang inovatif dapat menciptakan pasar baru atau memungkinkan perusahaan menciptakan atau memanfaatkan peluang-peluang yang sudah ada.

    Inovasi model bisnis sangat penting bagi perusahan dalam mencapai kesuksesan saat ini dan masa depan dengan kondisi lingkungan yang cepat berubah dan sangat kompleks menuntut para pemimpin perusahaan untuk dapat dengan cepat memahami kapan model bisnis harus beradaptasi dan bagaimana melaksanakan perubahannya (Agostini 2014). Konsep model bisnis yang sangat banyak dibicarakan salah satunya adalah business model canvas (BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur ini berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana. BMC membuat suatu kerangka model bisnis yang terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan, yakni sasaran konsumen yang dituju, nilai yang diberikan, saluran yang digunakan, bagaimana menjalin hubungan dengan konsumen, aliran pendapatan yang diperoleh, potensi sumberdaya yang dimiliki, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, mitra yang dapat membantu, dan perkiraan biaya yang harus dikeluarkan. Penentuan komponen dalam model bisnis merupakan upaya strategis dalam menciptakan strategi yang tepat bagi perusahaan untuk dapat menghadapi tantangan di masa depan. BMC dalam penelitian ini dapat menjadi alat analisis untuk memberikan gambaran secara keseluruhan terhadap CV. GSN untuk menciptakan dan mendapatkan manfaat dari konsumen dan memanfaatkan peluang secara optimal dalam pengembangan usaha tanaman hias.

    Perumusan Masalah

    CV. Green Saujana Nursery (GSN) merupakan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan, pengadaan, penyewaan tanaman hias, desain dan konstruksi taman beragam tanaman hias. Beragam tanaman hias yang dihasilkan di perkebunan daerah Sawangan, Depok, mendapat perhatian dari beberapa konsumen. Sehingga, semakin banyaknya permintaan akan tanaman hias, maka Bapak Fauzi dan Bapak Bagus mendirikan sebuah badan usaha untuk meningkatkan pendapatan serta mendorong berkembangnya bisnis tanaman hias.

    Pihak manajemen CV. GSN menyadari untuk mendukung pertumbuhan usaha saat dibutuhkan langkah-langkah yang tepat agar mampu meningkatkan pendapatan secara baik untuk kelangsungan hidup perusahaan. Namun, perusahaan yang baru berdiri ini menghadapi permasalahan pada modal. Saat ini, CV. Green Saujana Nursery memiliki luas lahan perkebunan dengan total luas tanah sebesar 6 hektar yang meliputi daerah Sawangan (Depok), Pondok Cabe (Depok), dan Cigombong (Sukabumi). Namun, luas lahan yang digunakan untuk penanaman tanaman hias hanya seluas 4 hektar yang masing-masing memiliki luas lahan 2 hektar di daerah Sawangan, 2 hektar lahan di Pondok Cabe, dan 2 hektar lahan yang berada di daerah Cigombong. Lahan yang berada di kawasan Sawangan merupakan tempat penjualan tanaman hias dalam pot milik CV. GSN (workshop), sedangkan kawasan Pondok Cabe adalah sebagai tempat pembibitan (nursery) untuk dijual kembali maupun untuk disewa.

  • 5

    Permintaan terbesar konsumen CV. GSN terdapat pada penjualan tanaman hias, yaitu sebanyak kurang lebih 70% keuntungan usaha selama satu tahun ini berasal dari sistem penjualan tanaman hias. Saat ini, sistem penyewaan tanaman (rental) menjadi salah satu permintaan yang tinggi. Tren rental tanaman hias menjadi andalan karena konsumen tidak perlu bersusah payah untuk merawat tanaman tersebut agar tetap tumbuh dan cantik. Tren penyewaan tanaman hias (rental) ini digunakan sebagai pemanis ruangan gedung seperti hotel, kantor, rumah sakit, restoran, hingga pusat perbelanjaan, sehingga bisnis tanaman hias tidak hanya berpatok pada penjualan saja, tetapi juga diramaikan dengan usaha penyewaan tanaman hias (rental). Sistem penyewaan tanaman hias (rental) CV. GSN dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun sesuai kontrak dengan konsumen dan pergantian tanaman hias dilakukan selama 2 minggu sekali.

    Saat ini perusahaan mengakui bahwa selama beberapa bulan belakangan pihak internal perusahaan tidak dapat menuruti permintaan konsumen pada bidang penyewaan tanaman hias. Hal ini diakui mereka bahwa terdapat keterbatasan tenaga kerja dan minimnya transportasi angkut barang. Diketahui bahwa saat ini CV. GSN hanya memiliki 6 karyawan lapangan dan 1 mobil pick up untuk pendistribusian produk sistem penyewaan tanaman hias, sedangkan jumlah pelanggan di bidang sewa tanaman hias saat ini adalah sebanyak 11 perusahaan. Karyawan setiap harinya rutin melakukan perbanyakan tanaman hias, disamping itu karyawan melakukan pergantian tanaman ke beberapa perusahaan yang sudah terjadwal, namun karena kendaraan transportasi yang dimiliki minim, maka pihak internal kesulitan untuk membagi waktu antara distribusi sistem sewa tanaman dengan permintaan penjualan tanaman hias. Selain itu, dikarenakan kendaraan yang terbatas pula, CV. GSN tidak dapat menambah pelanggan di bidang sewa tanaman. Saat ini pendapatan yang diperoleh CV. GSN tidak berputar dikarenakan sistem pembayaran yang dilakukan oleh konsumen tanaman sewa terhambat. CV. GSN menyatakan bahwa konsumen sewa tanaman memiliki kebiasaan buruk menunda pembayaran hingga 3 bulan (telat membayar), sehingga pemasukan hanya berasal dari penjualan tanaman hias. Seperti yang diketahui bahwa sistem sewa tanaman hias memerlukan biaya perawatan tanaman hias, apabila pemasukan terhambat maka akan menghentikan beberapa proses produksi seperti perbanyakan tanaman hias. Selain itu, perusahaan mengharapkan sistem dibidang kontsruksi pembuatan taman dapat mereka laksanakan, tetapi bidang tersebut membutuhkan dana yang cukup besar dan tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga dalam hal ini perusahaan membutuhkan investor. Pihak internal perusahaan mengakui bahwa pinjaman modal ke Bank merupakan langkah yang tepat, namun perusahaan mengaku bahwa mereka memiliki ketakutan dalam peminjaman. Saat ini pendapatan yang diperoleh CV. GSN dari penyewaan dan penjualan tanaman hias tidak berputar, sehingga dibutuhkan sebuah strategi baru untuk mendukung usaha tanaman hias yang mereka jalani saat ini.

    Sampai saat ini bisnis CV. GSN belum berkembang dengan baik dan masih membutuhkan dan memerlukan strategi bisnis yang tepat dengan membuat model bisnis yang lebih baik dari para pesaing dan hingga dapat diterapkan oleh CV. GSN. Salah satu metode untuk memperbaiki model bisnis CV. GSN adalah dengan menggunakan Business Model Canvas yang dapat menjadi pendekatan yang mudah diimplementasikan oleh organisasi bisnis dalam upaya melakukan evaluasi dan perubahan terhadap model bisnis perusahaan sehingga tercipta model

  • 6

    bisnis baru yang lebih tepat dan sesuai untuk diaplikasikan oleh perusahaan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Metode BMC digunakan untuk melihat gambaran perusahaan saat ini dengan melihat 9 elemen model bisnis dan membuat model bisnis yang sesuai untuk CV. GSN di masa depan dengan mengevaluasi business model canvas CV. GSN dan memberikan alternatif strategi yang sesuai.

    Dari penjelaskan yang telah dipaparkan diatas, perusahaan dapat melakukan penerapan model bisnis baru dalam pengembangan usahanya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana model bisnis CV. GSN yang ada saat ini? 2. Apakah hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

    untuk berkelanjutan di CV. GSN pada industri tanaman hias? 3. Bagaimana model bisnis kanvas perbaikan sebagai upaya pengembangan

    bisnis CV. GSN? 4. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan bisnis di CV. GSN?

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi gambaran model bisnis yang selama ini dilakukan oleh

    CV. GSN. dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC). 2. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di

    CV. GSN. 3. Merumuskan model bisnis kanvas perbaikan untuk mendukung

    pengembangan bisnis di CV. GSN. 4. Merumuskan strategi pengembangan bisnis CV. GSN.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pihak yang memerlukan, yaitu: 1. Bagi CV. GSN, penelitian ini dapat membantu memberikan masukan dalam

    mengembangkan model bisnis yang harus dilakukan untuk pengembangan usaha kepada pihak manajemen perusahaan demi memenuhi permintaan pasar kedepannya.

    2. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan atau referensi pada penelitian selanjutnya.

    3. Bagi pelaku industri tanaman hias, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam mengembangkan usaha tanaman hias di Indonesia.

    4. Bagi penulis, penelitian ini adalah suatu cara untuk mengembangkan ilmu pertanian dengan mengembangkan model bisnis bidang tanaman hias dan menjadi pengalaman dalam upaya mempraktekkan terori yang diperoleh dan mengimplementasikannya dengan fakta yang ada di lapangan.

  • 7

    Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dibatasi pada perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian yaitu CV. Green Saujana Nursery. Fokus penelitian adalah strategi pengembangan model usaha tanaman hias di perusahaan CV. GSN dengan meggunakan Business Model Canvas. Ruang lingkup penelitian mencakup identifikasi gambaran model bisnis saat ini, analisis lingkungan model bisnis, persepsi pelanggan, analisis SWOT yang mencakup perumusan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang, perbaikan model bisnis kanvas dan menyusun program-program strategi bisnis bagi CV. GSN.

    2 TINJAUAN PUSTAKA

    Model Bisnis

    Model bisnis merupakan sebuah model yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai (Osterwalder dan Pigneur 2012). Model bisnis dapat dipilah menjadi tiga kelompok yaitu model bisnis sebagai metode, model bisnis dilihat dari komponen-komponen (elemen), dan model bisnis sebagai strategi bisnis. Pengertian model bisnis sebagai metode adalah suatu metode untuk menciptakan nilai, sedangkan pengertian model bisnis dilihat dari komponen-komponennya, misalnya adalah model bisnis yang terdiri dari komponen produk, manfaat dan pendapatan, pelanggan, asset, dan pengetahuan. Pengertian model bisnis sebagai strategi bisnis adalah model bisnis yang digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba (PPM Managemen 2012).

    Model bisnis menurut Mansfield dan Fourie (2003) adalah salah satu acuan yang digunakan untuk memaksimalkan proses penciptaan nilai dalam suatu perusahaan. Pengembangan suatu model bisnis menjadi lebih sempurna serta bagaimana pengimplementasiannya membutuhkan kehati-hatian serta harus mempertimbangkan pengaruh dari internal maupun eksternal perusahaan. Menurut Magretta (2002), model bisnis diciptakan untuk memudahkan para pemilik perusahaan atau organisasi serta profesionalnya dalam merancang dan menggagas bisnis secara abstrak kemudian dapat mengimplementasikannya secara nyata. Giesen (2010) menambahkan bahwa model bisnis harus mampu memperlihatkan peluang yang signifikan, baik disaat pertumbuhan ekonomi yang pesat, maupun saat terjadi penurunan kondisi perekonomian.

    Semua penelitian mengusulkan definisi yang berbeda untuk konsep model bisnis, namun defines-definisi tersebut diidentifikasi dan memiliki kesamaan tertentu. Pertama, mayoritas definisi model bisnis memasukkan penciptaan nilai pelanggan sebagai salah satu elemen inti. Model bisnis harus menjelaskan bagaimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggannya. Kedua, logika pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan juga disebutkan dalam definisi

  • Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB