21
686 STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN REMBANG Oleh : Hari Susanto, Y. Warella, Susi Sulandari ABSTRACT Agricultural sector has a very strategic role in supporting national economic, and therefore should become the main priority. However, many government’s policies are not farmer interest based, causing this sector still faces many problems, both externally and internally, related to local autonomy era and globalization. There are many challenges in the future for the development of this sector to produce high competitive products and to provide positive contributions to the growth of local economics, while focusing on the society’s empowerment. It is necessary to increase various efforts in running any kinds of sources and potencies, By applying the principles of accurate strategic management in the forestry and plantation sectors in Rembang Regency, using SWOT analysis. There are eight alternatives recommended, covering: strategy for increasing production and productivity, the development of agro business area, creating high quality products, the development of appropriate technology, the development of cooperative pattern, the improvement of the role of PPL (field agricultural worker), the improvement of coordination, and fund efficiency. Keywords: Agriculture, forestry, plantation, strategic management. A. PENDAHULUAN Sejarah pembangunan Indo- nesia selama ini tidak terlepas dari kenyataan selalu melahirkan golongan yang terpinggirkan oleh proses pembangunan. Golongan ini adalah masyarakat yang tidak mampu mengakses sumber-sumber ekonomi. Mereka adalah urban yang biasanya hidup di daerah-daerah kumuh, orang yang menggantungkan dirinya pada sektor informal, pekerja rendahan pada pabrik, penduduk kota yang terdesak oleh para pendatang, petani, dan nelayan kecil. Pertanian yang menggantungkan pada alam, sementara kondisi harga yang tidak bersahabat pada mereka, juga merupakan tempat golongan terpinggirkan. Kebijakan mikro- makro yang tidak memihak sosial daerah serta berbagai tekanan pengaturan yang semakin ketat menyebabkan semakin terjepitnya kondisi golongan ini. Indonesia yang merupakan negara dengan basis perekonomian agraris, tidak mungkin melepaskan

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

686

STRATEGI PENGEMBANGANSEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

DI KABUPATEN REMBANG

Oleh : Hari Susanto, Y. Warella, Susi Sulandari

ABSTRACT

Agricultural sector has a very strategic role in supporting national economic,and therefore should become the main priority. However, many government’spolicies are not farmer interest based, causing this sector still faces manyproblems, both externally and internally, related to local autonomy era andglobalization. There are many challenges in the future for the development ofthis sector to produce high competitive products and to provide positivecontributions to the growth of local economics, while focusing on the society’sempowerment. It is necessary to increase various efforts in running any kinds ofsources and potencies,

By applying the principles of accurate strategic management in the forestryand plantation sectors in Rembang Regency, using SWOT analysis. There areeight alternatives recommended, covering: strategy for increasing productionand productivity, the development of agro business area, creating high qualityproducts, the development of appropriate technology, the development ofcooperative pattern, the improvement of the role of PPL (field agricultural worker),the improvement of coordination, and fund efficiency.

Keywords: Agriculture, forestry, plantation, strategic management.

A. PENDAHULUANSejarah pembangunan Indo-

nesia selama ini tidak terlepas darikenyataan selalu melahirkangolongan yang terpinggirkan olehproses pembangunan. Golongan iniadalah masyarakat yang tidakmampu mengakses sumber-sumberekonomi. Mereka adalah urban yangbiasanya hidup di daerah-daerahkumuh, orang yang menggantungkandirinya pada sektor informal, pekerjarendahan pada pabrik, pendudukkota yang terdesak oleh para

pendatang, petani, dan nelayan kecil.Pertanian yang menggantungkanpada alam, sementara kondisi hargayang tidak bersahabat pada mereka,juga merupakan tempat golonganterpinggirkan. Kebijakan mikro-makro yang tidak memihak sosialdaerah serta berbagai tekananpengaturan yang semakin ketatmenyebabkan semakin terjepitnyakondisi golongan ini.

Indonesia yang merupakannegara dengan basis perekonomianagraris, tidak mungkin melepaskan

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

687

pembangunan pertanian dalamseluruh kebijakan pembangunannasional. Bahkan merupakankeharusan menjadikan pem-bangunan pertanian sebagai prioritasutama dalam pembangunan. HananiAR et.al (2003 : 31) menyatakanbahwa pembangunan pertanian diIndonesia dianggap penting darikeseluruhan pembangunan nasionaldengan alasan sebagai berikut : 1)Potensi sumber dayanya yang besardan beragam; 2) Pangsa terhadappendapatan nasional cukup besar; 3)Besarnya pangsa terhadap eksportnasional; 4) Besarnya pendudukyang menggantungkan hidupnyapada sektor pertanian; 5) Perannyadalam menyediakan pangan masya-rakat; 6) Menjadi basis pertumbuhandi pedesaan.

Potensi sektor pertanian yangcukup besar, namun belum diikutidengan pengolahan yang optimal,sehingga pada kenyataannya sampaisaat ini sebagian besar petani masihtermasuk golongan orang miskin. Halini mengindikasikan bahwa peme-rintah pada masa lalu bukan sajakurang memberdayakan petani,tetapi sektor pertanian secarakeseluruhan.

Dalam sejarah perekonomianIndonesia sejak Pelita I hingga akhirpemerintahan Orde Baru (1999),pembangunan yang bertumpu padatrilogi pembangunan (pertumbuhan,pemerataan, dan stabilitas) denganprioritas pada sektor pertanian telahdituangkan dalam GBHN padasetiap Pelita. Namun dalam

kenyataannya pembangunan diIndonesia tidak memprioritaskanpada pemberdayaan petani, bahkansecara operasional pemerintahanOrde Baru menganut kebijakanindustrialisasi secara membabi buta.Ketidakberdayaan sektor pertanianbanyak disebabkan aspek strategimakro pemerintah yang dalamproses industrialisasi lebih ber-orientasi pada sektor industriberbasis padat modal yang kurangmengakar, sementara sektorpertanian hanya bertumpu padasektor beras. Limpahan tenaga kerjapertanian menjadi semakin banyaksementara kesempatan kerja dipedesaan semakin menurun, belumlagi daya dukung lahan yangsemakin kecil.

Kelemahan mendasar pem-bangunan sektor pertanian diIndonesia dapat dilihat dari ciripembangunan pertanian pada masalalu yang selalu menggunakanpendekatan sentralistik tanpamempertimbangkan kepentinganwilayah, ketidakjelasan kelompoksasaran kebijakan, bias pengem-bangan ke arah peningkatan produk-tivitas padi, pendekatan parsial yangbertumpu pada peningkatanproduktivitas usaha tani yang tidakterkait dengan agroindustri, biaspembangunan pertanian ke arahJawa, dan kurang memperhatikankonservasi sumber daya alam.

Permasalahan yang masihdihadapi dalam pengembangansektor pertanian pada umumnyaterletak pada hal-hal sebagai berikut:

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

688

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

1) Skala usaha-usaha atau tingkatproduktivitas petani perorangan kecil.Data statistik pertanian departemenpertanian menyatakan bahwapenguasaan lahan petani diIndonesia rata-rata kurang dari 0,5Ha. Keadaan ini berkorelasi denganrelatif kecilnya skala usaha danproduktivitas usaha tani; 2) Produksi-nya tersebar di berbagai tempatsehingga menyulitkan prosesdistribusi dan pemasaran. Denganusaha tani yang kecil dan pengua-saan lahan yang sempit, makakegiatan usaha tani tersebar diberbagai wilayah yang berakibat pulapada tersebarnya produksi per-tanian; 3) Fluktuasi harga jual pro-duksi pertanian. Produksi pertanianumumnya bersifat musiman, yangsangat berpengaruh pada pena-waran produk pertanian di pasar.Sesuai hukum ekonomi, harga jualproduk pertanian menjadi berfluk-tuasi sesuai interaksi penawarandan permintaan. Pada saat panenraya harga pokok pertanian cende-rung jatuh pada kisaran 20-30 persendari keadaan normal, sebaliknyapada saat paceklik harga dapatmelambung hingga mencapai 40persen; 4) Kualitas produk pertaniantersebut bervariasi. Kualitas produksipertanian terkait erat dengan kualitasagroinput yang digunakan. Kondisipertanian di Indonesia sebagianbesar berciri usaha tani sub sistemdengan tingkat pengelolaan yangkurang intensif. Oleh karena itusangat wajar bila kualitas produksipertanian Indonesia sangat ber-

variasi mulai dari kualitas baik A(baik), B (sedang), dan C (rendah)yang menyulitkan harga jual; 5)Kualitas sumber daya manusia padasektor pertanian rendah. Faktorutama rendahnya sumber dayasektor pertanian adalah tingkatpendidikan dan ketrampilan tenagakerja pertanian tergolong rendah.Khusus tingkat pendidikan tenagakerja pertanian di Indonesiaberdasarkan data statistik padatahun 1999 menunjukkan bahwa43,70 persen tamat SD; 25,33persen tidak tamat SD; 13,43 persentidak pernah sekolah dan selebihnyatamat SLTP ke atas. Hal ini menye-babkan wawasan dan penguasaanteknologi yang dimiliki sebagianbesar tenaga kerja pertanian sangatterbatas; 6) Pangsa pasar produksipertanian yang relatif lemah. Kualitasproduksi pertanian yang rendah danbervariasi menyebabkan produkpertanian tidak mempunyai dayasaing yang tinggi untuk mengaksespasar yang lebih luas; dan 7) Belumterintegrasi secara optimal denganindustri pengolahan. Kegiatan dibidang usaha tani masih bersifatparsial, dimana belum terdapatketerkaitan antara sub sistem agri-bisnis mulai hulu sampai hilir. Hal inimengingat petani masih ber-orientasi pada usaha tani dibidangbudidaya tanaman saja (on-farm).

Pembangunan pertanian dimasa datang tidak hanya dihadap-kan pada upaya masalah-masalahyang ada, namun dihadapkan pulauntuk menghadapi perubahan

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

689

tatanan politik di Indonesia yangmengarah pada era demokratisasiyakni tuntutan otonomi daerah danpemberdayaan petani. Disamping itudihadapkan pula tantangan untukmengantisipasi perubahan tatanandunia yang mengarah pada eraglobalisasi dunia. Oleh karena itupembangunan pertanian tidak sajadituntut untuk menghasilkan produkyang berdaya saing tinggi, tapi jugadituntut mampu mengembangkanpertumbuhan daerah serta pember-dayaan masyarakat. Ketiga tanta-ngan tersebut harus dapat diupaya-kan secara sungguh-sungguh apabilamenginginkan sektor pertaniandapat menjadi pendorong pening-katan kesejahteraan masyarakatserta menjadi motor penggerakpembangunan nasional.

Secara umum sektor pertaniandalam kontribusinya terhadappendapatan kotor domestik (PDB =Produk Domestik Bruto) tidaklahsebesar dari sektor lain. Akan tetapimenilai sektor ini hanya sisi makrotersebut akan dapat menjerumuskankita secara umum. Hal ini mengingatbesarnya tenaga kerja yang ter-tampung dalam sektor ini, juga fungsistrategis sumber daya yang dapatdimanfaatkan untuk menyokongpembangunan nasional yangmungkin tidak dimiliki oleh negaralain. Keuntungan tersebut yang haruskita gali untuk meningkatkan peranserta pertanian pada pendapatannasional, namun di sisi lainkepentingan petani sebagaiprodusen yang diperhatikan.

Dengan berlakunya UU No. 22Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah, dan UU No. 25 Tahun 1999tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah, dimana konseputama dari kedua undang-undang iniadalah penerapan desentralisasi danpemberdayaan pemerintah daerahyang otonom, membawa konse-kuensi logis pada upaya perwujudankemandirian pemerintah daerahdalam mengatur rumah tangga dansumber daya lainnya yang digunakanbagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam Pasal 1 UU No. 22 Tahun1999, menyatakan bahwa otonomiberarti penyelenggaraan pemerintahsebagai suatu urusan rumah tanggayang otonom, dan yang meliputitahap perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi hasil pembangunan.Tujuan yang ingin dicapai dalamusaha sistematis dan terpadu dalammeningkatkan pelayanan kepadamasyarakat, pengembangan asasdemokratis, keadilan, pemerataan,dan menjaga keselarasan hubunganantara pemerintah pusat dan daerahdalam suatu wadah Negara Kesa-tuan Republik Indonesia (penjelasanPasal 1, huruf h UU No. 22 Tahun1999).

Tuntutan atas penerapanundang-undang tersebut adalahkesiapan dari pemerintah untukmengelola dan menata secara baiksemua perangkat organisasi danmanajemen yang dimiliki, dankemampuan untuk melakukanpenyesuaian terhadap perkem-

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

690

bangan dan perubahan lingkunganeksternal yang terjadi agar peme-rintah daerah mampu melaksanakanamanat yang dibebani padanya.Kemampuan penyesuaian diri amatdibutuhkan bagi suksesnya visi danmisi pemberdayaan masyarakatmelalui penerapan prinsip otonomi,yang implementasinya terletak padabagaimana strategi pemerintahdaerah dalam menyusun strategikebijakan untuk mengelola danmengkombinasikan berbagai sektorpembangunan yang mampu berdam-pak pada peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

Kabupaten Rembang mautidak mau harus bersiap diri dengansegala kemampuan yang ada, untukmenggerakkan semua sektorunggulan yang dimiliki dan denganstrategi khusus mengembangkannyabagi kesejahteraan rakyat yang adadi Kabupaten Rembang. Semuapotensi dan kendala harus diinven-tarisir dan diidentifikasi sehinggapenanganan dan penyelenggaraanpembangunan yang dilakukan dapatdilaksanakan secara menyeluruh danterpadu.

Dalam upaya peningkatankinerja sektor pertanian yangdilandasi semangat pelaksanaanotonomi daerah, serta dalam rangkaimplementasi PP No. 8 Tahun 2003tentang Pedoman OrganisasiPerangkat Daerah, maka telahditerbitkan Peraturan Daerah No. 20Tahun 2003 tentang Organisasi danTata Kerja Perangkat DaerahKabupaten Rembang. Sebagai

pengganti Peraturan Daerah No. 7Tahun 2001 tentang Organisasi danTata Kerja Perangkat DaerahKabupaten Rembang. Dalam perdayang baru tersebut, Dinas Pertanianyang semula membidangi empat subsektor yaitu pertanian tanamanpangan dan hortikultura, perkebunan,peternakan, dan kehutanan, dipecahmenjadi dua yaitu : Dinas Pertaniandan Peternakan, dan DinasKehutanan dan Perkebunan.

Terbentuknya Dinas Kehutanandan Perkebunan memberikankewenangan yang lebih luas kepadapemerintah daerah untuk lebih fokusmenggarap sumber daya kehutanandan perkebunan serta melakukanberbagai upaya dalam mengatasikendala dan mengembangkansektor kehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang. Untuk itudiperlukan perumusan strategikebijakan pembangunan pertanianyang tepat di setiap lini sub sistemagribisnis yang mencakup pengem-bangan sub sistem agribisnis hulu(on farm) sampai hilir (off farm)melalui pengembangan komoditasunggulan, pemberdayaan kelem-bagaan tani serta pemasaran hasildengan model pendekatan kawasan.

Dengan areal hutan rakyatsekitar 5.832 Ha dan perkebunanrakyat 15.548 Ha, telah dikembang-kan berbagai komoditas kehutanandan perkebunan yang selama krisisekonomi terbukti mampu eksisdalam memberikan kontribusipendapatan kepada masyarakatpetani.

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

691

Sesuai dengan UU No. 22Tahun 1999, kebijakan otonomidaerah dilaksanakan denganmemberikan kewenangan yang luas,nyata, dan bertanggung jawabkepada daerah. Pelaksanaandaerah yang secara efektif mulaidiberlakukan sejak tanggal 1 Januari2001 telah memberikan sejumlahpeluang sekaligus tantangan bagidaerah dalam mengembangkanwilayahnya masing-masing.Dianggap sebagai peluang karenaotonomi daerah memberikanwewenang yang lebih besar kepadadaerah untuk mengurus danmengatur rumah tangganya sendirisesuai dengan potensi dankarakteristik daerah masing-masing.Namun hal ini sekaligus juga sebagaitantangan bagi daerah mengingattuntutan kemandirian yang tercermindalam otonomi daerah menuntutdaerah untuk lebih mampu menggalidan mengembangkan segenappotensi yang dimiliki secara optimaldengan strategi yang tepat untukpeningkatan kesejahteraan dankemakmuran masyarakat daerah-nya.

Sub sektor kehutanan danperkebunan sebagai salah satusektor unggulan diharapkan mampuberkontribusi positif terhadap prosespembangunan daerah sejalandengan implementasi otonomidaerah di Kabupaten Rembang;namun demikian masih banyaknyakendala yang dihadapi baik yangbersumber dari faktor-faktor internalmaupun faktor-faktor eksternal

sangat mempengaruhi terwujudnyaharapan tersebut. Untuk itudiperlukan pengelolaan yang tepatagar mampu memberikan keluaransecara optimal.

Bentuk implementasi pengelo-laan sumber daya yang optimal harusdilandasi oleh penerapan prinsip-prinsip manajemen strategik yangtepat. Dengan demikian sangatdiperlukan strategi yang matangdalam pengembangannya terkaitdengan pemanfaatan keseluruhansumber daya sub sektor kehutanandan perkebunan yang dapat mem-berikan dampak positif bagi masya-rakat melalui kegiatan pembangunandi Kabupaten Rembang.

Adapun tujuan yang ingindiperoleh dari hasil penelitian iniadalah : 1) Tujuan Umum, memper-oleh gambaran yang jelas mengenaipotensi, sumber daya yang ada,tantangan, kendala maupun peluangdalam pengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan Kabu-paten Rembang dalam rangkapelaksanaan otonomi daerah; 2)Tujuan Khusus, menemukan strategiyang tepat bagi pengembangan subsektor kehutanan dan perkebunansecara integral di KabupatenRembang.

Kegunaan penelitian ini darisegi ilmiah diharapkan dapatmenambah khasanah pengetahuandibidang pengembangan sektorpertanian, khususnya tentangperumusan strategi yang tepat dalammengembangkan sub sektor per-tanian, khususnya tentang peru-

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

692

musan strategi yang tepat dalammengembangkan sub sektor kehu-tanan dan perkebunan. Juga di-harapkan hasil penelitian ini dapatmenjadi bahan kajian bagi kegiatanpenelitian lanjutan dibidang perenca-naan pada sektor pertanian.

Dari segi praktis, keluaranpenelitian ini dapat menjadi masukanbagi instansi pemerintah ataulembaga yang lain terkait, terutamabagi perencanaan dalam menyusunrencana strategis pengembangansub sektor kehutanan dan perke-bunan.

Metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian iniadalah metode diskriptif kualitatifdengan menggunakan metodemanajemen strategik untukmengungkap isu-isu strategis secaraintensif, mendalam, dan kompre-hensif, untuk kemudian mencaristrategi yang tepat bagi pengem-bangan sub sektor kehutanan danperkebunan di Kabupaten Rembangdengan menggunakan teknik analisamatriks SWOT.

Yang menjadi fokus penelitianini adalah meliputi hal-hal berikut :1. Segenap potensi sumber daya

sub sektor kehutanan danperkebunan di KabupatenRembang;

2. Analisis faktor internal daneksternal dalam rangka identifi-kasi kekuatan, kelemahan,peluang, dan tantangan dalampengembangan sektor kehu-tanan dan perkebunan;

3. Pengembangan agribisnis sektorkehutanan dan perkebunan;

4. Mencari strategi yang tepatdalam pengembangan sektorkehutanan dan perkebunan.

Sedangkan batasan pengertiansub sektor kehutanan dan perke-bunan yang menjadi pokok bahasandalam penelitian ini adalah hutanrakyat dan perkebunan rakyat dalamlingkup kewenangan Dinas Kehu-tanan dan Perkebunan KabupatenRembang.

Penelitian ini direncanakandilaksanakan di Dinas Kehutanandan Perkebunan KabupatenRembang yang baru terbentukmelalui Perda Nomor 20 Tahun 2003tentang Organisasi dan Tata KerjaPerangkat Daerah KabupatenRembang.

Pemilihan informan dilakukansecara tidak acak (non random)dengan pertimbangan agar informanyang terpilih adalah orang-orangyang benar-benar mengetahui atauterlibat langsung dengan fokuspermasalahan yang diteliti. Adapuninforman penelitian direncanakanmeliputi : Aparat Dinas Kehutanandan Perkebunan KabupatenRembang, Anggota Komisi B DPRDKabupaten Rembang, para petanidan anggota koperasi, LSM,pengusaha kehutanan dan perke-bunan serta stakeholder sektorkehutanan dan perkebunan yang lain.

Penelitian ini menggunakaninstrumen penelitian sebagai berikut:

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

693

1. Peneliti sebagai instrumen utamadalam pengumpulan dana atauinformasi;

2. Pedoman wawancara (interviewguide) tidak terstruktur;

3. Alat bantu berupa fotografi,dokumen, tape recorder, danlembar catatan.

Teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut :1. Wawancara mendalam (Indepth

interview);Wawancara dilakukan kepadaaparat Dinas kehutanan danPerkebunan, anggota Komisi BDPRD, para petani dan anggotakoperasi, LSM, pengusaha, danstakeholder lainnya.

2. Dokumentasi;Mencari data berupa catatan dandokumen sebagai pelengkapdata primer yang berada di kantorBappeda, BPS, Dinas Kehutanandan Perkebunan, dan penjelasansumber kepustakaan.

3. Observasi;Pengamatan langsung ke obyekpenelitian untuk melihat danmengembandingkan fakta yangdiperoleh dari hasil wawancara.

4. Focus Group Discussion (FGD).Dalam memetakan isu atau

faktor strategis yang ada digunakanalat analisis SWOT (StrengthWeakness Oppurtunity ThreatAnalysis), sehingga dapat diketahuistruktur serta tingkat strategis darifaktor-faktor tersebut. Dengan matrikSWOT ini dapat diketahui isu ataufaktor-faktor strategis yang perlu

dikembangkan di masa yang akandatang dalam pengembangan sektorkehutanan dan perkebunan.

Teknis analisa matrik SWOTmerupakan tahap awal dalammenemukan isu strategis yangnantinya digunakan bagi penemuanstrategi pengembangan sektorkehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang.

Beberapa alternatif strategiyang dihasilkan dari Matrik SWOT iniadalah sebagai berikut :1. Strategi SO (Strength Opportunity

Strategy), yaitu yang digunakanuntuk mendapat keuntungan daripeluang yang ada di lingkunganeksternal;

2. Strategi WO (Weakness Oppor-tunity Strategy), yaitu strategiuntuk memperbaiki kelemahaninternal dengan memanfaatkanpeluang dari lingkungan luar;

3. Strategi ST (Strength ThreatStrategy), yaitu strategi yangmenggunakan kekuatan yangdimiliki untuk menghindariancaman yang datang darilingkungan luar;

4. Strategi WT (Weakness ThreatStrategy), yaitu strategi yangdigunakan dengan meminimal-kan kelemahan dan menghindariancaman.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Konsep Pengembangan Sub

Sektor Kehutanan dan Perke-bunan

Kehutanan dan perkebunanmerupakan dua sub sektor dari

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

694

sektor pertanian dalam arti luas yangmeliputi juga sub sektor lainnyaseperti tanaman pangan, hortikul-tura, peternakan, dan perikanan. Danberbicara mengenai konsep pe-ngembangan hutan dan perkebunan,maka tak lain adalah suatu usahasecara sistematis dan terencanauntuk meningkatkan nilai tambah(value added) dalam arti luas, baikdari segi produksi, pemasaran, danaktivitas penunjang lainnya.

Berangkat dari konsep dasarmengenai peningkatan nilai tambahini, maka usaha pengembangankehutanan dan perkebunan itu sendiridapat menggunakan konsep yangdikembangkan dalam dunia agri-bisnis yang pada dasarnya berang-kat dari perkembangan kondisipertanian tradisional ke suatu sistempertanian yang bersifat keuntunganpihak-pihak yang mengusahakannya,baik petani, para penyalur komoditi,bahan penunjang, sampai pada subsistem pengolahannya. Sehinggayang menjadi perhatian agribisnisadalah kegiatan yang berhubungandengan usaha yang bertujuan untukmemperoleh keuntungan padabidang pertanian atau bidang yangberkaitan dengan pertanian.

Arsyad et.al (Soekartawi, 2001:2) mendefinisikan agribisnis sebagaisuatu kesatuan kegiatan usaha yangmeliputi salah satu atau keseluruhandari mata rantai produksi, pengo-lahan hasil dan pemasaran yang adahubungannya dengan pertaniandalam arti luas, yang dimaksuddengan ada hubungannya dengan

pertanian dalam arti luas adalahkegiatan pertanian dan kegiatanusaha yang ditunjang oleh kegiatanpertanian.

Sedangkan menurut HananiAR. et.al (2003 : 37) pembangunansistem agribisnis merupakanpembangunan yang menginte-grasikan pembangunan pertaniandengan pembangunan industri danjasa terkait dalam suatu klusterindustri yang mencakup lima subsistem, yaitu : sub sistem agribisnishulu (input produksi), sub sistemusaha tani, sub sistem pengolahan,sub sistem pemasaran dan subsistem jasa. Input produksi terdiri daripupuk, teknologi, lahan, bibit, tenagakerja, dan kebutuhan lainnya. Usahatani merupakan kegiatan on farmyaitu kegiatan teknik penanamannyadi lahan hingga panen. Dari subsistem ini hasil produksi selanjutnyadilakukan pengolahan untuk dijadi-kan barang yang lebih mempunyaiharga tinggi. Pilihan terhadappengolahan tergantung permintaanpasar. Sub sistem pemasaran yakniproses distribusi barang hasilpertanian kepada konsumen baikindustri maupun perorangan. Jasa-jasa lain seperti permodalan danasuransi sangat penting dalampendekatan agribisnis.

2. Pengembangan Kehutanandan Perkebunan dalamRangka Otonomi Daerah.

Ada empat kaitan pokok yangdapat disebutkan sebagai wacanaanalisa peningkatan sub sektor

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

695

kehutanan dan perkebunan dalamrangka otonomi daerah, yaitusebagai berikut :a. Otonomi daerah yang merupakan

implementasi dari konsepdesentralisasi kewenangan pusatke daerah, akan memberikandampak yang luas dari segiperekonomian daerah. Denganpelaksanaan otonomi daerahsecara luas maka diharapkanakan terjadi penyebaran kegiatanperekonomian yang lebih meratadiseluruh daerah dan tumbuhnyapotensi ekonomi baru di daerah.Berbagai peraturan perundangandan kebijakan operasional yangberkenan dengan otonomi daerahmerupakan upaya pemerintahpusat untuk mendistribusikansumber daya pembangunan dankewenangan pengelolaannya.Khusus untuk pengembangankehutanan dan perkebunan,maka dibutuhkan adanyadukungan peraturan perundanganyang mengatur kebijakanpengembangan kehutanan danperkebunan sehingga sub sektorini mampu menggerakkanperekonomian daerah secarapositif dan signifikan;

b. Disamping itu konsekuensipelaksanaan otonomi daerahadalah ikatan tanggung jawabkepada daerah secara lebihproporsional dalam meningkat-kan peran masyarakat untukbersama-sama mampu menggalisemua potensi sumber daya yangtersedia di daerahnya semaksi-

mal mungkin untuk mensejahtera-kan masyarakat. Dengan demi-kian pada akhirnya pemerintahdaerah bersama-sama denganmasyarakat akan lebih mampumembiayai jalannya roda peme-rintah daerah serta pembangunansarana dan prasarana publiksemaksimal mungkin di daerahyang bersangkutan. Konsekuensidari wacana ini adalah tanggungjawab semua pihak (stakeholder)yang ada di daerah untuk ber-sama-sama menggali potensikehutanan dan perkebunanmenjadi sub sektor yang mampumemberikan kontribusi yangbesar terhadap perekonomiandaerah, peningkatan pendapatanmasyarakat dan ketersediaanbahan pangan bagi wilayah lokaldan wilayah sekitarnya;

c. Dengan adanya otonomi daerahdalam arti luas, maka diharapkanpemerintah daerah menjadiregulator yang adil, fasilitator, danmotivator yang handal, sehinggatercipta energi yang lebih besarantara pemerintah daerah danmasyarakat, atau antara kom-ponen masyarakat untuk ber-fungsi sebagai agent of develop-ment yang tangguh bagi penye-lenggaraan pembangunan. Subsektor kehutanan dan perke-bunan akan berhasil dikeloladengan tepat jika terdapat sinergiyang kuat antara para pelaku(stakeholder) dengan menampil-kan keunggulan masing-masingdalam berkolaborasi mengem-

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

696

bangkan sektor kehutanan danperkebunan;

d. Melalui otonomi daerah diharap-kan secara nasional maupunregional, pemerintah danmasyarakat khususnya pihakswasta maupun mengoptimali-sasi seluruh potensi sumber dayayang ada menjadi suatu usahamandiri dan unggul, sehinggaakan mampu dan siap untukberkompetisi di era pasar bebasdan pada lingkungan globalisasi.Orientasi pasar global perludipikirkan melalui peningkatanproduk unggulan sektor kehuta-nan dan perkebunan agar mampubersaing dengan produk yangdatang dari luar, baik dari segikualias maupun kuantitas yangdiproduksi.

Sebagaimana yang telahdikemukakan pada bagian penger-tian dan konsep pengembangankehutanan dan perkebunan, bahwaada lima sub sistem yang salingterkait dan berhubungan satu samalain sebagai suatu sistem yaitu subsistem input produksi, sub sistemproduksi, sub sistem pengolahanhasil, sub sistem penunjang. Masing-masing sub sistem ini terdapat parapelaku (stakeholder) yang berdirisendiri maupun yang memilikikegiatan pada beberapa sub sistemyang ada.

Identifikasi para pelaku(stakeholder) pada kegiatanpengembangan kehutanan dan

perkebunan secara keseluruhanadalah sebagai berikut :a. Untuk sub sistem input produksi

meliputi pabrik dan penyalurpublik, pabrik dan penyalurpestisida, pembuat dan penyalurbibit, serta pabrik dan penyaluralat-alat dan mesin pertanian;

b. Untuk sub sistem produksimeliputi para petani ataupengusaha agribisnis skalabesar;

c. Untuk sub sistem pengolahanmeliputi para petani dan parapebisnis atau industriawan yangmengolah hasil kehutanan danperkebunan ini menjadi bahanmakan siap saji atau barang jadi;

d. Untuk sub sistem pemasaranmeliputi baik untuk sub sisteminput produksi yaitu toko(distributor) pupuk, pestisida danalat-alat (mesin) pertanian,maupun sub sistem produksiterhadap hasil-hasil kehutanandan perkebunan yang umumnyadilakukan oleh para petani,koperasi atau distributorpenampung hasil kehutanan danperkebunan;

e. Untuk sub sistem penunjang yangmeliputi para penyuluh dari DinasKehutanan dan Perkebunan,Bank Perkreditan Rakyat (BPR),dan Bank Rakyat Indonesia (BRI)yang menyalurkan kredit usahatani, para pemilik truk angkutanhasil pertanian, dan para perisetdari laboratorium atau badanriset pertanian dari Perguruantinggi.

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

697

Untuk menemukan strategiyang tepat dan handal maka akandilakukan analisa dengan meng-gunakan teknik manajemen strategikdengan mengelaborasi visi dan misiyang dimiliki Pemerintah DaerahKabupaten Rembang dalam upayapeningkatan sub sektor kehutanandan perkebunan. Dan juga menga-nalisis faktor-faktor yang relevansebagai faktor internal maupuneksternal dalam suatu sistemlingkungan yang saling mempe-ngaruhi terhadap kinerja pengem-bangan kehutanan dan perkebunandi Kabupaten Rembang, dantemuan-temuan yang akan diperolehdisusun dalam suatu kerangkaanalisa dengan menggunakanmetode manajemen strategikterutama teknik analisa matrik SWOT(Strength Weakness OpportunityThreat Matrix Analysis).

3. Pengertian dan PenerapanManajemen Strategik

Nawawi (2000 : 147-148)menginventarisir 4 (empat) definisidari manajemen strategik sebagaiberikut :a. Manajemen strategik adalah

proses atau rangkaian kegiatanpengambilan keputusan yangbersifat mendasar dan menye-luruh, disertai penetapan caramelaksanakannya, yang dibuatoleh manajemen puncak dandiimplementasikan oleh seluruhjajaran di dalam suatu organisasiuntuk mencapai tujuannya;

b. Manajemen strategik adalahusaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organi-sasi untuk mengeksploitasipeluang yang muncul gunamencapai tujuannya yang telahditetapkan sesuai dengan misiyang telah ditentukan;

c. Manajemen strategik adalahsuatu keputusan dan tindakanyang mengarah pada pengem-bangan suatu strategi ataustrategi-strategi yang efektifuntuk membantu mencapai tujuanorganisasi;

d. Manajemen strategik adalahperencanaan berskala besar(perencanaan strategik) yangberorientasi pada jangkauanmasa depan yang jauh (visi), danditetapkan sebagai keputusanmanajemen puncak (keputusanyang bersifat mendasar danprinsipil).

Jatmiko (2003 : 5) menyatakanbahwa manajemen strategik adalahsuatu proses dimana manajemenpuncak (top management) menentu-kan arah jangka panjang dan kinerjaatau prestasi organisasi melaluiformulasi yang cermat, implementasiyang terus-menerus atas strategiyang telah ditetapkan.

Penerapan manajemen strate-gik pada level organisasi mikro, padadasarnya dapat juga digunakan untukanalisa mencari strategi yang tepatdalam program pembangunan yangakan dilaksanakan. Teknik analisadalam manajemen strategik amat

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

698

relevan untuk dipakai menganalisisprospek dan performance pengem-bangan sektor kehutanan danperkebunan di Kabupaten Rembang.Melalui komponen analisa yangdimiliki oleh manejemen strategik,maka akan diperoleh visi dan misiyang tepat untuk KabupatenRembang dalam usaha mengem-bangkan sub sektor kehutanan danperkebunan di seluruh wilayahRembang yang berpotensi.

Strategi pengembangan inidiperoleh melalui analisa faktorlingkungan internal dan eksternaluntuk menemukan dan mengiden-fikasikan isu atau faktor strategisberbagai temuan yang dapat di-gunakan dalam menentukan masadepan pengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang.

Konsep atau kerangka berpikirmanajemen strategik berupayamencari jalan keluar bagi institusiuntuk beradaptasi kembali terhadapperubahan dan tantangan lingkunganmelalui pencarian isu atau faktorstrategis dengan menggunakanteknik-teknik manajemen, agarkemajuan dapat dipertahankandengan kinerja yang semakinoptimal.

Dari hasil wawancara denganpara informan dan hasil analisisterhadap faktor eksternal dan internal,maka dapat diidentifikasi peluang,ancaman, kekuatan, dan kelemahandalam pengembangan sub sektor

kehutanan dan perkebunan sebagaiberikut :

Faktor-faktor Strategi EksternalPeluang (opportunities)a. Pelaksanaan otonomi daerah

atas dasar UU No. 22 Tahun 1999memberikan peluang kepadaKabupaten Rembang dalammengembangkan sub sektorkehutanan dan perkebunansecara mandiri sesuai keinginankebutuhan dan harapan masya-rakat;

b. Keleluasaan dalam pelaksanaankegiatan pengembangan subsektor kehutanan dan pekebunanKabupaten Rembang;

c. Masih terbukanya peluang pasardari komoditas kehutanan danperkebunan baik tingkat lokal,regional, nasional maupuninternasional;

d. Adanya komoditas sub sektorkehutanan dan perkebunan yangberpeluang untuk dijadikansebagai komoditas unggulan diKabupaten Rembang.

Ancaman (Threarts)a. Dampak negatif dari kewe-

nangan yang lebih besar dariPemerintah Kabupaten sehinggadapat menimbulkan konflikkepentingan antara lembagalegislatif dan eksekutif;

b. Kompetisi pasar komoditas hasilproduksi kehutanan dan perke-bunan antara wilayah di sekitarKabupaten Rembang;

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

699

c. Sifat cepat puas yang dimilikimasyarakat petani sehinggadapat mengganggu programpengembangan berikutnya;

d. Kurangnya kesiapan para petaniterhadap pengembanganteknologi baru pada sub sektorperkebunan.

Faktor-faktor Strategi InternalKekuatan (Strengths)a. Tersedianya lahan yang cukup

luas dan sesuai untuk pengem-bangan sub sektor kehutanandan perkebunan di KabupatenRembang;

b. Pengembangan kawasan-kawasan sentra produksi ber-basis komoditas unggulan padawilayah potensial;

c. Masyarakat petani Rembangyang memiliki semangat kerjayang keras, ulet, dan tekun dalammelaksanakan kegiatan usahatani;

d. Tersedianya sarana dan pra-sarana yang menunjang bagipengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan;

e. Tersedianya tenaga kerja padaSub Sektor Kehutanan danPerkebunan yang cukup banyak;

f. Adanya potensi kontribusi SubSektor Kehutanan dan Perke-bunan pada PAD KabupatenRembang dari retribusiSKSKHH.

Kelemahan (Weaknesses)a. Terbatasnya dana yang dimiliki

pemerintah Kabupaten Rembang

bagi pengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan;

b. Kurangnya koordinasi antarinstansi dalam programpemberdayaan para petani;

c. Kurangnya interaksi paraPenyuluh Pertanian Lapangan(PPL) dengan para petani dalampengembangan komoditaskehutanan dan perkebunan;

d. Pelaksanaan kegiatan pemba-ngunan yang bersifat parsial.

Dari bagan matrik SWOTpengembangan sub sektor kehu-tanan dan perkebunan, setelahdiintegrasikan antara faktor eksternal(peluang dan ancaman) dan faktorinternal (kekuatan dan kelemahan),maka diperoleh delapan alternatifstrategi yaitu :

Strategi SO (Strengths-Opportunities)a. Meningkatkan produksi dan

produktivitas komoditas kehu-tanan dan perkebunan denganprioritas komoditas unggulanuntuk memenuhi kebutuhanpasar;

b. Pengembangan komoditaskehutanan dan perkebunanmelalui pendekatan pengem-bangan kawasan agribisnisdengan berbasis komoditasunggulan sesuai aspirasi,keinginan dan harapan parapetani dengan melibatkansebanyak mungkin stakeholderyang ada.

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

700

Strategi ST (Strengths-Threats)a. Meningkatkan kualitas tampilan

hasil produksi sub sektorkehutanan dan perkebunandalam rangka mengantisipasisituasi pasar yang makinkompetitif;

b. Mengembangkan teknologi tepatguna dalam upaya peningkatannilai tambah produksi sesuaipotensi, keinginan dan kebutuhanpetani.

Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)a. Mengembangkan manajemen

usaha tani sub sektor kehutanandan perkebunan melalui parakemitraan antara petani danpengusaha yang saling mengun-tungkan;

b. Meningkatkan peran dan fungsipenyuluh pertanian lapangan(PPL) dalam pengembanganteknologi tepat guna.

Strategi WT (Weaknesses-Threats)a. Meningkatkan koordinasi dari

berbagai instansi/lembaga terkaitdalam kegiatan pemberdayaanpetani;

b. Peningkatan efisiensi penggu-naan dana pembangunan agarlebih berdaya guna dan berhasilguna.

Tujuan akhir dari penerapanmanajemen strategik, baik padatataran mikro organisasi maupunpada tataran makro proses peru-

musan dan implementasi kebijakanpembangunan adalah dalam rangkamenemukan strategi yang tepat, jitu,dan handal untuk mengatasiperubahan lingkungan (Internalmaupun eksternal) yang cepat dandinamis. Setelah dilakukan analisaisu strategik melalui teknik analisamatrik SWOT, maka diperolehdelapan alternatif strategi pengem-bangan sub sektor kehutanan danperkebunan di Kabupaten Rembang.

Strategi yang tepat dan handaluntuk mengembangkan kehutanandan perkebunan di KabupatenRembang adalah sebagai berikut :a. Strategi peningkatan produksi

dan produktivitas;Potensi lahan untuk pengem-bangan komoditas kehutanandan perkebunan di KabupatenRembang cukup besar. Disam-ping tersedia cukup luas, kondisitanahnya relatif subur. Karak-teristik tanah berupa tanah sawahtadah hujan dan lahan tegalan/pekarangan yang air pengairan-nya sebagian besar mengandal-kan supply dari embung-embungkecil yang tersebar di arealpersawahan dan dari air hujan.Kondisi lahan yang demikiansangat cocok untuk pengem-bangan komoditas kehutanandan perkebunan, mengingatkomoditas tersebut relatif tidakmemerlukan air pengairan dalamjumlah banyak.Dengan adanya sentra-sentraproduksi yang telah ada yaitusentra produksi siwalan, wijen,

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

701

kelapa, tebu, hutan rakyat, makadengan didukung potensi lahanyang ada sangat mendukungstrategi peningkatan produksidan produktivitas terutama bagikomoditas yang berpeluangsebagai komoditas unggulan.Dengan adanya peningkatanproduksi dan produktivitas makapeluang pasar yang masihterbuka akan dapat dimanfaat-kan.

b. Strategi pengembangan kawa-san agribisnis;Seiring dengan semangatpelaksanaan otonomi daerah,maka semakin terbuka peluangbagi cerah bagi daerah untuklebih mengintensifkan pengelo-laan segala potensi yang adasesuai kemampuan dan aspirasimasyarakat.Adanya kawasan-kawasansentra produksi di KabupatenRembang. Dapat dijadikansebagai embrio bagi pengem-bangan sub sektor kehutanandan perkebunan melaluipendekatan yang lebih kompre-hensif yaitu dengan membangunkawasan-kawasan agribisnisdengan berbasis komoditasunggulan yang telah ada.Pendekatan tersebut sudahbarang tentu memerlukan adanyaketerlibatan dari para stake-holder yang ada mulai dari huluhingga hilir, disamping tetapmemperhatikan aspirasi dankeinginan para petani.

Kawasan agribisnis yangpotensial untuk dikembangkan diKabupaten Rembang adalah :kawasan agribisnis komoditassiwalan, tebu, wijen, hutan rakyat,dan mete.

c. Strategi peningkatan kualitastampilan hasil produksi;Kondisi pasar komoditaskehutanan dan perkebunan yangsemakin komprehensif memer-lukan sikap yang antipasif denganmeningkatkan kualitas tampilanhasil produksi yang lebihberorientasi kebutuhan pasar.Dengan kualitas dan tampilanhasil produksi yang lebih baiksesuai selera pasar akan dapatmemacu peningkatan produksidan produktivitas pada kawasan-kawasan sentra produksi yangtelah ada. Strategi ini didukungadanya kawasan-kawasansentra produksi yang sudah ada,tersedianya sarana dan prasa-rana serta tersedianya tenagakerja yang cukup memadai.Komoditas yang potensial untukditingkatkan kualitas dantampilan produksinya adalahkomoditas gula tumbu, gulasiwalan, biji wijen, dan kacangmete.

d. Strategi pengembangan tekno-logi tepat guna;Dalam upaya meningkatkan nilaitambah dari hasil produksikehutanan dan perkebunansehingga dapat pula meningkat-kan pendapatan petani produsen,maka penerapan teknologi tepat

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

702

guna merupakan suatu keha-rusan. Teknologi tepat guna, baikyang menyangkut pada kegiatanbudidaya (on farm) maupunkegiatan pengolahan hasil (offfarm) harus dirancang sedemi-kian rupa sehingga sesuaidengan keinginan dan kebutuhanpetani. Teknologi tepat gunapengolahan hasil produksi yangpotensial untuk dikembangkanadalah pengolahan minyak wijen,pengolahan gula semut, kema-san legen segar, industri kayu.

e. Strategi pengembangan polakemitraan;Salah satu kendala dalampengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang adalahterbatasnya dana yang tersediadari APBD Kabupaten dan APBDPropinsi. Sehingga seringkalidalam pelaksanaan kegiatan,keberhasilannya tidak bisaoptimal karena hanya berskalaterbatas. Untuk itu perlu adanyastrategi pendekatan baru denganlebih banyak menjalin kerja samadengan pengusaha melalui polakemitraan yang saling mengun-tungkan. Pola kemitraan tersebutpenekanannya adalah padabidang permodalan dan pema-saran hasil produksi. Gunamenunjang strategi tersebut,maka perlu dikembangkan sikapwellcome kepada para pengu-saha investor luar daerah,disamping harus lebih seringmenjual potensi daerah dibidang

kehutanan dan perkebunan diberbagai event promosi. Padaera pelaksanaan otonomi daerahini upaya-upaya tersebut mutlakharus dilaksanakan, sebagaikonsekuensi logis dari pelim-pahan kewenangan yang cukupbesar pada daerah kabupaten.

f. Strategi peningkatan peran danfungsi PPL;Peran dan fungsi dari PenyuluhPertanian (PPL) cukup strategisdalam pengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan.Mengingat keberadaan para PPLyang selalu dekat dengan parapetani dan kelompok tani dipedesaan. Dengan keberadaanpra PPL yang berjumlah 41orang, yang tersebar di wilayahbinaan se Kabupaten Rembang,jelas merupakan potensi yangtidak bisa diabaikan. Hanya sajaperan PPL hingga saat ini dinilaimasih belum optimal dalammenunjang pengembangan subsektor kehutanan dan perke-bunan. Untuk itu perlu adanyastrategi yang tepat dalam upayamengoptimalkan peran danfungsi PPL, khususnya dalamupaya pengembangan teknologitepat guna ditingkat petani/kelompok tani.

g. Strategi peningkatan koordinasiinstansi terkait;Pada era yang makin mengglobalini, maka dalam kegiatanpembangunan telah terjadiperubahan pendekatan, yaituyang semula pendekatan

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

703

sektoral telah berubah padapendekatan kewilayahan ataukawasan. Pola pendekatankewilayahan ini menuntutpeningkatan koordinasi yangbaik antar instansi/unit kerja yangterkait. Demikian pula programpemberdayaan petani pada subsektor kehutanan dan perke-bunan, perlu pula ditunjangadanya koordinasi yang intensifantar instansi terkait, yaitu DinasPemberdayaan Masyarakat,Dinas Pertanian dan Peternakan,Bagian Perekonomian, Bappe-da, LSM, swasta, Kades, danStakeholder yang lain.

h. Strategi peningkatan efisiensipenggunaan dana pemba-ngunan.Pelaksanaan kegiatan pengem-bangan kehutanan dan perke-bunan yang selama ini didukungdengan dana yang relatif kecil,sering kali terkesan bersifatparsial dan tidak ada kelanjutan-nya, sehingga hasilnya kurangoptimal. Untuk mengatasi kondisiyang demikian perlu adanyasuatu strategi dalam upayapemanfaatan dana pemba-ngunan yang relatif kecil tapidapat menjangkau kegiatan yanglebih berskala besar jangkawaktu yang lebih lama. Strategitersebut adalah pola danabergulir, artinya dana yangdigulirkan kepada kelompok tanidigunakan untuk kegiatan yanglebih produktif dengan kewajibanpengembalian terkumpul, maka

dana tersebut dapat digulirkankembali pada kelompok yanglain pada kegiatan yang samaatau berlainan. Demikianseterusnya sehingga danatersebut tidak habis di jalan, tetapiterus berkembang untuk cakupankegiatan yang lebih luas dandalam jangka waktu yang relatiflebih lama.

C. PENUTUP1. Simpulan

Dalam upaya membangun subsektor kehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang, seiringdengan pelaksanaan otonomi daerahyang dititik beratkan pada kabu-paten/kota, cukup memberi peluangkepada daerah untuk lebih kreatif daninovatif dalam menggali danmenggarap potensi yang ada demikesejahteraan masyarakat.

Peluang tersebut semakinterbuka adanya faktor penunjangberupa peluang dan kegiatandisamping yang berasal dari faktoreksternal dan internal. Namundemikian, juga harus diperhatikanpula faktor-faktor yang dapat menjadikendala, berupa kelemahan danancaman dari faktor internal daneksternal yang ada.

Dari hasil penelitian yang telahdiuraikan didepan, maka dapatdisimpulkan sebagai berikut :a. Pengembangan sub sektor

kehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang, cukupberpeluang untuk terus ditingkat-kan mengingat didukung dengan

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

704

potensi lahan yang cukup luas,tersedianya tenaga kerja, adanyasentra-sentra produksi komo-ditas unggulan. Namun demikian,disamping adanya peluang dankekuatan, pengembanan subsektor kehutanan dan perke-bunan masih menghadapipermasalahan dan kendala yangcukup besar pula;

b. Dari analisis matrik SWOT,diperoleh 8 (delapan) strategipengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan, yaitu:1) Strategi peningkatan produksi

dan produktivitas,2) Strategi pengembangan

kawasan agribisnis,3) Strategi peningkatan kualitas

tampilan hasil produksi,4) Strategi peningkatan tekno-

logi tepat guna,5) Strategi pengembangan pola

kemitraan,6) Strategi peningkatan peran

dan fungsi PPL,7) Strategi peningkatan koordi-

nasi instansi terkait,8) Strategi peningkatan efisiensi

penggunaan dana pemba-ngunan.

2. SaranSaran yang dapat disampaikan

dari hasil analisis dan temuan padapenelitian ini adalah sebagai berikut:a. Pengembangan sub sektor

kehutanan dan perkebunan diKabupaten Rembang sudahsaatnya diarahkan padapembangunan sistem agribisnis

yang mengintegrasikan pemba-ngunan pertanian denganpembangunan industri dan jasaterkait lainnya dalam suatu klusterindustri yang mencakup lima subsistem yaitu sub sistem inputproduksi, usaha tani, pengelolaanhasil, pemasaran dan sub sistemjasa. Guna menunjang konseptersebut di atas, perlu kiranyadilakukan kegiatan perencanaan,kajian dan identifikasi yangmendalam berkaitan denganpotensi, aspirasi serta dukungandana dan kelembagaan yangada;

b. Mengingat saat ini kegiatanpembangunan lebih cocokmelalui pendekatan kawasan/kewilayahan, maka dalamimplementasi strategi pengem-bangan kegiatan sub sektorkehutanan dan perkebunan harusdapat melibatkan seluruhstakeholder yang ada sesuaidengan peran masing-masing;

c. Dalam pelaksanaan kegiatanpengembangan sub sektorkehutanan dan perkebunan, agarlebih berhasil dan berdaya gunasesuai aspirasi dan keinginanpetani, maka perlu adanyamelibatkan petani mulai peren-canaan hingga evaluasi yangsekaligus merupakan upayapemberdayaan petani.

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

705

DAFTAR PUSTAKA

Bryson, M. John. 1995. StrategicPlanning For Public & Non ProfitOrganization. USA : Jossey Bas Inc.

Gumbira, Sa’id E. dkk. 2001.Manajemen Teknologi Agribisnis.Ghalia Indonesia.

Hanani AR. dkk. 2003. StrategiPembangunan Pertanian (SebuahPemikiran Baru). Yogyakarta :Pustaka Jogja Mandiri.

Jatmiko, RD. 2003. ManajemenStratejik. Malang : UMM.

Jurnal Agro Ekonomi. 1994. Vol. 4,No. 1. Yogyakarta : FakultasPertanian UGM.

Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia.2000. Vol. 15, No. 2. Yogyakarta :Fakultas Ekonomi UGM.

Jurnal Ekonomi Pembangunan.1999. Vol. 4, No. 2. Yogyakarta :Fakultas Ekonomi UUU

Jurnal Emperika. 1994. Nomor 2.Yogyakarta : Fakultas PertanianUGM

Jurnal Kebijakan & AdministrasiPublik. 1999. Vol. 3, No. 2.Yogyakarta : MAP UGM.

Mubyarto. 1987. Pengantar Eko-nomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Mulyadi, Johny Setyawan. 1999.Sistem Perencanaan dan Pengen-dalian Manajemen. Yogyakarta :Aditya Media.

Nawawi, H. Hadari. 2000.Manajemen Strategik : OrganisasiNon Profit Bidang Pemerintahan;Dengan Aplikasi di BidangPendidikan. Yogyakarta : GadjahMada University Press.

Pearce, JA. & Robinson Jr. 1996.Strategic Management : Formu-lation, Implementation, and Control.New York : Richard D. Irwin, Inc.

Purnomo, Setiawan Hari. &Zulkieflimansyah. 1999. ManajemenStrategi : Sebuah KonsepPengantar. Jakarta : LP-FEUI.

Rangkuti, Freddy. 1997. AnalisisSWOT Teknik Kasus Bisnis :Reorientasi Konsep PerencanaanStrategis Untuk Menghadapi Abad21. Jakarta : Gramedia.

Salusu. 1998. PengambilanKeputusan Strategik : Untuk Organi-sasi Publik dan Organisasi NonProfit. Jakarta : Grasindo.

Sarundajang. 1999. Arus BalikKekuasaan Pusat ke Daerah.Jakarta : Sinar Harapan Press.

Soekartawi. 2001. Agribisnis : Teori& Aplikasinya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 1, Januari 2005 : 686-706

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR KEHUTANAN DAN …

706

Tunggal, Amin Widjaja. 2004.Manajemen Strategik (SuatuPengantar). Jakarta : Harvarindo.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Wahyudi, Agustinus. 1996. Manaje-men Strategis : Pengantar ProsesBerpikir Strategik. Jakarta : BinarupaAksara.

Strategi Pengembangan Sektor Kehutanan dan Perkebunan (Hari S., Y. Warella, Susi S)