34
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2030 5.2.2. Rencana lansekap 1. Konsep dasar penataan lanskap Lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta merupakan bentukan-bentukan spasial cerminan gaya hidup masyarakat kota dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Lanskap adalah warisan yang harus dipertahankan, karena lanskap merupakan saksi atau bukti dari perubahan-perubahan yang muncul sepanjang waktu. Lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta terbentuk berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu alam, sejarah, budaya, kehidupan, dan kegiatan ekonomi, yang kestuannya merupakan sebuah sistem. Perlu adanya keseimbangan dari sistem agar lanskap kota berkembang ke arah yang lebih berkualitas, khususnya bagi masyarakat penghuninya dan bagi keberlanjutan kawasan budaya perkotaan Yogyakarta sebagai kota berbudaya. Arah penataan atau pengembangan lanskap kota pusaka Yogyakarta harus didasarkan pada 3 (tiga) konsep penataan, yaitu: a. Lanskap yang harmonis dengan alam Faktor alam tidak dapat dilepaskan dari perjalanan keberadaan Yogyakarta, karena sejak awal pembentukan kota, alam sangat berperan. Pengembangan dan pelestarian lanskap kota seharusnya didasarkan pada tujuan untuk mencapai keharmonisan dengan alam. b. Lanskap yang harmonis antara budaya tradisional dan budaya baru Lanskap kawasan-kawasan pusaka bersejarah perlu dilestarikan dan direvitalisasi, sejalan dengan penciptaan lanskap yang sesuai untuk masa datang, yaitu lanskap yang harmonis dengan lanskap tradisional. c. Lanskap yang menonjolkan keunikan karakter lokal Karakter lokal kota pusaka Yogyakarta adalah karakter tradisional yang berbeda dengan karakter kota- kota lain. Mempertahankan dan mengembangkan keunikan karakter tradisional lanskap kota perlu dilakukan dengan didasarkan pada sejarah, konsep-konsep pembentukan kota, budaya masyarakat, dan keunggulan kota pusaka Yogyakarta. Secara visual, lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta terbentuk dari 7 (tujuh) elemen lanskap yag saling mempengaruhi. Masing-masing memerlukan pengelolaan yang baik untuk meningkatkan kualitas lanskap. 1 Laporan Akhir VEGETASI KETINGGIAN BANGUNAN PENANDA/MEDIA LUAR RUANG

Strategi Rencana Program Lanskap

  • Upload
    ulin

  • View
    37

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

S

Citation preview

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2030

5.2.2. Rencana lansekap

1. Konsep dasar penataan lanskap

Lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta merupakan bentukan-bentukan spasial cerminan gaya hidup masyarakat kota dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Lanskap adalah warisan yang harus dipertahankan, karena lanskap merupakan saksi atau bukti dari perubahan-perubahan yang muncul sepanjang waktu.

Lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta terbentuk berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu alam, sejarah, budaya, kehidupan, dan kegiatan ekonomi, yang kestuannya merupakan sebuah sistem. Perlu adanya keseimbangan dari sistem agar lanskap kota berkembang ke arah yang lebih berkualitas, khususnya bagi masyarakat penghuninya dan bagi keberlanjutan kawasan budaya perkotaan Yogyakarta sebagai kota berbudaya. Arah penataan atau pengembangan lanskap kota pusaka Yogyakarta harus didasarkan pada 3 (tiga) konsep penataan, yaitu:a. Lanskap yang harmonis dengan alam

Faktor alam tidak dapat dilepaskan dari perjalanan keberadaan Yogyakarta, karena sejak awal pembentukan kota, alam sangat berperan. Pengembangan dan pelestarian lanskap kota seharusnya didasarkan pada tujuan untuk mencapai keharmonisan dengan alam.b. Lanskap yang harmonis antara budaya tradisional dan budaya baruLanskap kawasan-kawasan pusaka bersejarah perlu dilestarikan dan direvitalisasi, sejalan dengan penciptaan lanskap yang sesuai untuk masa datang, yaitu lanskap yang harmonis dengan lanskap tradisional. c. Lanskap yang menonjolkan keunikan karakter lokal Karakter lokal kota pusaka Yogyakarta adalah karakter tradisional yang berbeda dengan karakter kota-kota lain. Mempertahankan dan mengembangkan keunikan karakter tradisional lanskap kota perlu dilakukan dengan didasarkan pada sejarah, konsep-konsep pembentukan kota, budaya masyarakat, dan keunggulan kota pusaka Yogyakarta. Secara visual, lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta terbentuk dari 7 (tujuh) elemen lanskap yag saling mempengaruhi. Masing-masing memerlukan pengelolaan yang baik untuk meningkatkan kualitas lanskap.

2. Karakter lanskap pada kawasan-kawasan budaya Yogyakarta Perkotaan Yogyakarta memiliki beberapa karakter lanskap, sesuai dengan elemen-elemen visual dan kegiatan yang membentuknya. Secara garis besar, ke 21 kawasan budaya masing-masing memiliki karakter lanskap, seperti dijelaskan pada tabel berikut.. NoKawasanRencana Karakter lanskap

1Koridor Sumbu FilosofisKarakter filosofis

2Kawasan Pusaka KratonKarakter filosofis - kerajaan tradisional Jawa dengan pengaruh budaya lain (kolonial)

3Kawasan Pusaka PakualamanKarakter filosofis - kerajaan tradisional Jawa dengan pengaruh budaya lain (kolonial)

4Kawasan Pusaka KotagedeKarakter budaya permukiman tradisional

5Kawasan KotabaruKarakter ekologis (garden city) permukiman

6Kawasan Pusaka MalioboroKarakter filosofis - public space dominasi kegiatan budaya

7Kawasan Saujana Pusaka ImogiriKarakter ekologis perdesaan dengan keunggulan kerajinan tradisi

8Kawasan Pusaka Kampus UGMKarakter ekologis pendidikan

9Kawasan Pusaka Patok Negoro

(4 bh)Karakter filosofis kehidupan kampung dengan budaya keagamaan (Islam)

10Kawasan Pusaka JetisKarakter budaya permukiman dengan pengaruh budaya lain (kolonial)

11Kawasan Pusaka Sagan

12Kawasan Pusaka Baciro

13Kawasan Pusaka Pengok

14Kawasan Budaya NitiprayanKarakter ekologis seni-budaya desa-kota tradisional

15Koridor S. CodeKarakter ekologis sungai

16Koridor S. Winongo

17Koridor S. Gajah Wong

18Kaw Ekologis-Budaya Yogya UtaraKarakter ekologis perdesaan tradisional lereng Gunung Merapi

19Kaw Ekologis-Budaya Yogya SelatanKarakter ekologis - budaya tradisional desa-kota

20Kaw Pengembangan Budaya Yogya TimurKarakter ekologis kawasan berkembang

21Kaw Pengembangan Budaya Yogya BaratKarakter ekologis kawasan berkembang

Secara garis besar, karakter lanskap Yogyakarta terbagi menjadi 5, yaitu: karakter lanskap kawasan-kawasan pusaka di dalam kota; karakter lanskap kawasan ekologis-budaya Yogya Utara; karakter lanskap kawasan ekologis-budaya Yogya Selatan; karakter lanskap kawasan ekologis-budaya Yogya Barat; dan karakter lanskap kawasan ekologis-budaya Yogya Timur. Dengan beragamnya karakter lanskap yang dimiliki Yogyakarta, maka masing-masing kawasan memerlukan perencanaan lanskap sesuai dengan karakternya.

Dibuat gabungan karakter, menjadi hanya sedikit karakter Masing2 memiliki ciri 3. Strategi, rencana, dan program lansekap perkotaan YogyakartaStrategi, rencana, dan program lanskap disusun berdasarkan pada karakter lanskap tiap kawasan dan 5 (lima) elemen lanskap, yaitu panorama, arsitektur bangunan dan kawasan, vegetasi, ketinggian bangunan, dan penanda/media luar ruang. Sedangkan penerapannya dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan strategi, rencana, dan program untuk lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta secara keseluruhan. Bagian kedua merupakan strategi, rencana, dan program khusus untuk lanskap kawasan-kawasan budaya. a. Strategi penataan lanskap kawasan perkotaan Yogyakarta1) Strategi berdasarkan pada karakter lanskap kawasan perkotaan Yogyakarta Mempertahankan karakter lanskap kawasan-kawasan budaya di dalam kota (13 kawasan budaya dan 4 koridor budaya) sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Perkembangan pembangunan kawasan yang terjadi diarahkan untuk tidak merubah karakter. Mempertahankan karakter lanskap kawasan Yogyakarta Selatan (terutama kawasan di Kabupaten Bantul) sebagai kawasan ekologis - budaya tradisional desa-kota. Mempertahankan karakter lanskap dan mengkonservasi lanskap kawasan Yogyakarta Utara (kawasan lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman) sebagai kawasan ekologis perdesaan tradisional lereng Gunung Merapi.

Mengembangkan karakter lanskap kawasan Yogyakarta Barat dan Timur sesuai dengan karakter fungsi-fungsi baru secara ekologis.2) Strategi penataan lanskap berdasarkan pada elemen lanskap panorama Mempertahankan panorama Gunung Merapi di Utara kota; Pegunungan Seribu di bagian Selatan (wilayah Kabupaten Gunungkidul); Pegunungan Baturagung di bagian Timur (wilayah Kabupaten Gunungkidul), yang dapat diamati dari berbagai kawasan kota Menata dan mengkonservasi riverscape (lanskap kawasan sungai) dari Sungai Code, Winongo dan Gajahwong, yang memiliki estetika berkualitas tinggi dan secara visual dapat dinikmati. Mempertahankan lahan pertanian yang tersebar dari pinggiran kota ke arah kaki gunung dan pegunungan.

Meningkatkan kualitas visual kawasan-kawasan di dalam kota untuk menciptakan panorama kota yang berkualitas.3) Strategi penataan lanskap berdasarkan pada elemen lanskap arsitektur bangunan dan kawasan

Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan dan kawasan tradisional. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru dilakukan agar harmonis dengan karakter kawasan. Perabot jalan (street furniture) yang dapat mendukung terciptanya karakter lanskap kawasan pusaka kota.4) Strategi penataan lanskap berdasarkan pada elemen lanskap vegetasi

Vegetasi kota ditujukan untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kota dan mendukung identitas kota Yogyakarta sebagai kota ekologis dan budaya.

5) Strategi penataan lanskap berdasarkan pada elemen lanskap ketinggian bangunan

Pengaturan ketinggian bangunan sesuai dengan karakter lanskap dan kondisi fisik kawasan. Aturan awal ketinggian bangunan di kawasan budaya Kraton dipertahankan (ketinggian satu lantai bangunan) Ketinggian bangunan di kawasan selain kawasan budaya Kraton tidak boleh mengganggu karakter tradisional kawasan Kraton. Ketinggian bangunan di koridor sumbu filosofis dengan pertimbangan agar skala manusiawi dan kelapangan pandangan masih tercapai. Menghindari bentuk-bentuk bangunan yang besar dan tinggi di area-area permukiman (kampung), karena dapat mendominasi lingkungan kampung yang berskala kecil, dan mengganggu masuknya sinar matahari dan angin ke area di sekitarnya.6) Strategi penataan lanskap berdasarkan pada elemen lanskap

Penataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kota, dan menciptakan ruang kota yang informatif serta nyaman secara visual.b. Rencana dan program penataan lanskap perkotaan Yogyakarta

Berdasarkan pada strategi penataan lanskap, maka rencana dan program penataan lanskap perkotaan Yogyakarta tersusun pada tabel di bawah.

R e n c a n aP r o g r a m

1. Mempertahankan tata ruang kawasan-kawasan pusaka dan mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter tradisionalnya tetap ada.1. Menata ruang kawasan, khususnya tata ruang kawasan pusaka pusat kota, kawasan pusaka permukiman (kampung tradisional), dan kawasan-kawasan pusaka kota.2. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang konservasi arsitektur bangunan dan kawasan di semua kawasan pusaka3. Mempertahankan dan mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional, indish, dan Cina.

2. Mengatur bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan-bangunan baru di seluruh kawasan kota, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

3. Mengatur arsitektur bangunan di kawasan tepi sungai agar mendukung karakter lanskap kawasan.1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan kawasan di tepi sungai.

2. Menata ruang kawasan tepi sungai

4. Menata perabot jalan (street furniture), terutama di kawasan-kawasan pusaka.

1. Menyusun rencana detil penataan perabot jalan, khususnya di kawasan-kawasan pusaka.

2. Merancang detil perabot jalan yang sesuai dengan karakter kawasan

3. Pengadaan dan pemasangan perabot jalan.

5. Penataan vegetasi, khususnya kawasan-kawaan pusaka, terutama pada pemilihan jenis tanaman dan lokasi tanaman, yang didasarkan pada konsep tata hijau Kasultanan Yogyakarta yang sarat makna dan simbol.

1. Menyusun kebijakan dan rencana detil penataan vegetasi perkotaan Yogyakarta.

2. Pengadaan dan penanaman pohon di seluruh kawasan kota.

6. Mempertahankan dan mengkonservasi pohon-pohon yang sudah berusia tua, baik yang bersejarah maupun tidak.

1. Studi tentang kondisi pohon-pohon tua di seluruh Yogyakarta.

2. Tindakan konservasi pohon-pohon tua.

7. Mempertaankan dan mengkonservasi lahan-lahan pertanian.1. Menentukan arah perkembangan kota yang tidak banyak mengkonversi lahan pertanian (dalam RTRW)

2. Menyusun kebijakan, peraturan, dan rencana konservasi lahan-lahan pertanian di DIY.

8. Mengatur ketinggian bangunan di 21 kawasan budaya:

-13 kawasan budaya

-4 koridor budaya

- kawasan ekologis budaya Yogyakarta Utara, Selatan, Barat, Timur

1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di seluruh kawasan perkotaan Yogyakarta.

2. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan khusus di kawasan-kawasan pusaka (dalam RTBL).

1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan kota.

1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) di seluruh kawasan kota.

2. Menyusun pedoman olah desain penanda yang mendukung kualitas tinggi panorama kawasan.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan kota.

1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame (papan iklan, baliho, billboard, spanduk, dan sebagainya) di seluruh kawasan kota.2. Menyusun pedoman olah desain media luar ruang yang mendukung kualitas tinggi panorama kawasan.

c. Penjelasan lebih lanjut tentang detil rencana dan program penataan lanskapTiga elemen lanskap, yaitu penataan vegetasi, ketinggian bangunan, dan penanda/media luar ruang memerlukan penjelasan detil rencana dan programnya sebagai berikut.

1) Penataan vegetasi

Berdasarkan pada strategi penataan vegetasi kawasan kota, pemilihan pohon-pohon yang ditanam khususnya di tepi jalan yang dapat mendukung karakter lanskap adalah sebagai berikut.NoKawasanRencana pemilihan tanaman/pohon

1Koridor Sumbu FilosofisPohon asam Jawa (Tamarindus indica) dan pohon tanjung (Mimusops elengi)

2Kawasan Pusaka Kraton-Komplek Kraton: mempertahankan tata vegetasi yang sudah ada

-Area Jeron Beteng: pohon buah-buahan

-Area tepi jalan dan pojok-pojok beteng: pohon gayam (Inocarpus fagifer)

3Kawasan Pusaka Pakualaman-Komplek Kraton: mempertahankan tanaman yang sudah ada- Sepanjang luar tembok beteng (pembatas): pohon gayam (Inocarpus fagifer)- Sepanjang tepi jalan: pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon-pohon peneduh lokal lainnya- Permukiman (kampung-kampung): pohon buah-buahan

4Kawasan Pusaka Kotagede-Permukiman: pohon buah-buahan-Pasar: pohon waru (Disambiguasi)

5Kawasan Kotabaru-Sepanjang tepi jalan: pohon tanjung (Mimusops elengi)

6Kawasan Pusaka MalioboroSepanjang tepi Jalan Malioboro: pohon asam Jawa (Tamarindus indica)

7Kawasan Saujana Pusaka ImogiriBerbagai macam pohon peneduh dan buah-buahan (di permukiman)

8Kawasan Pusaka Kampus UGMBerbagai macam pohon peneduh, diutamakan pohon-pohon langka

9Kawasan Pusaka Patok Negoro

(4 bh)Berbagai macam pohon peneduh dan buah-buahan (di permukiman)

10Kawasan Pusaka Jetis-Area tepi jalan: pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon-pohon peneduh lokal lainnya-Permukiman: pohon buah-buahan

11Kawasan Pusaka Sagan-Area tepi jalan: pohon tanjung (Mimusops elengi), -Permukiman: pohon buah-buahan

12Kawasan Pusaka Baciro-Pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon-pohon peneduh lokal lainnya-Permukiman: pohon buah-buahan

13Kawasan Pusaka Pengok-Area tepi jalan: pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon kenari (Canarium sp), pohon-pohon peneduh lokal lainnya-Permukiman: pohon buah-buahan

14Kawasan Budaya NitiprayanBerbagai macam pohon peneduh dan buah-buahan (di permukiman), tanaman pertanian

15Koridor S. CodeBambu dan berbagai macam pohon lokal

16Koridor S. Winongo

17Koridor S. Gajah Wong

18Kaw Ekologis-Budaya Yogya Utara-Area tepi jalan: berbagai macam pohon peneduh-Permukiman: berbagai pohon buah-buahan

-Lahan pertanian: tanaman pertanian

19Kaw Ekologis-Budaya Yogya Selatan-Area tepi jalan: berbagai macam pohon peneduh

-Permukiman: berbagai pohon buah-buahan

-Lahan pertanian: tanaman pertanian

20Kaw Pengembangan Budaya Yogya Timur-Area tepi jalan: berbagai macam pohon peneduh

-Permukiman: berbagai pohon buah-buahan

-Lahan pertanian: tanaman pertanian

21Kaw Pengembangan Budaya Yogya Barat-Area tepi jalan: berbagai macam pohon peneduh

-Permukiman: berbagai pohon buah-buahan

-Lahan pertanian: tanaman pertanian

Catatan: Pohon-pohon peneduh lokal yang dapat ditanam, antara lain: pohon mahoni (Swietenia mahogani), pohon pulai (Alstonia scholaris), pohon kenari (Canarium sp), pohon bungur (lagerstroemia flos-reginae), dan pohon cempaka (Michelia champaca).

Jenis tanaman perdu atau semak yang sesuai untuk taman kota, antara lain: canna (Canna varigata), soka jepang (Ixora spp), puring (Codiaeum varigatum), pedang-pedangan (Sansiviera spp), lili pita (Ophiopogon jaburan), soka daun besar (Ixora javonica), bakung (Crinum asiaticum), puring (Codiaeum varigatum), kembang merak (Caesalphinia pulcherima), rumput gajah (Axonophus compressus).

2) Pengaturan ketinggian bangunanDengan pertimbangan karakter kawasan dan ekologi, ketinggian bangunan di seluruh kawasan budaya perkotaan Yogyakarta adalah sebagai berikut.NoKawasanRencana Ketinggian Bangunan

1Koridor Sumbu FilosofisMaksimum 18 meter (dari lantai dasar)

2Kawasan Pusaka KratonMaksimum 7 meter

3Kawasan Pusaka PakualamanMaksimum 18 meter

4Kawasan Pusaka KotagedeMaksimum 15 meter

5Kawasan KotabaruMaksimum 15 meter

6Kawasan Pusaka MalioboroMaksimum 18 meter (tepi jalan), dan maksimum 15 meter (dalam kampung)

7Kawasan Saujana Pusaka ImogiriMaksimum 12 meter

8Kawasan Pusaka Kampus UGMMaksimum 25 meter

9Kawasan Pusaka Patok Negoro

(4 bh)Maksimum 15 meter

10Kawasan Pusaka JetisMaksimum 15 meter

11Kawasan Pusaka SaganMaksimum 15 meter

12Kawasan Pusaka BaciroMaksimum 15 meter

13Kawasan Pusaka PengokMaksimum 15 meter

14Kawasan Budaya NitiprayanMaksimum 15 meter

15Koridor S. CodeMaksimum 7 meter

16Koridor S. WinongoMaksimum 7 meter

17Koridor S. Gajah WongMaksimum 7 meter

18Kaw Ekologis-Budaya Yogya UtaraMaksimum 15 meter

19Kaw Ekologis-Budaya Yogya SelatanMaksimum 15 meter

20Kaw Pengembangan Budaya Yogya TimurMaksimum 32 meter

21Kaw Pengembangan Budaya Yogya BaratMaksimum 32 meter

3) Pengaturan penanda dan media luar ruangPenanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) dan media luar ruang/reklame (papan iklan, baliho, billboard, spanduk, dan sebagainya) sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter lanskap perkotaan Yogyakarta. Elemen ini dapat memperkuat karakter lanskap yang diinginkan, atau justru merusak lanskap kota (cityscape) yang ada. Tujuan penataan penanda dan media luar ruang adalah menciptakan ruang kota yang informatif, indah, harmonis, dan nyaman secara visual. Penataan yang dibutuhkan meliputi penataan lokasi pemasangan, ukuran, bentuk, desain, dan bahan. Beberapa usulan kebijakan penataan antara lain:a. Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa)

Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan

Tidak diperbolehkan mengunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.

b. Media luar ruang/reklame (papan iklan, baliho, billboard, spanduk, dan sebagainya) Menyeleksi jenis/isi iklan, sehingga hanya iklan-iklan yang berkualitas yang dapat dipasang di kota pusaka Yogyakarta. Mengatur lokasi pemasangan, didasarkan pada karakter lanskap kawasan. Kawasan- pusaka pusat kota (Kraton dan Malioboro) seharusnya bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk. Pada kawasan pusat kota, iklan/reklame memakai media lain yang tidak mengganggu nilai tradisional kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan.

Pemasangan media iklan sangat dibatasi dalam hal jumlah, letak, ukuran dan bentuk pada kawasan pusaka permukiman tradisional dan kawasan-kawasan pusaka kota.

Pemasangan media iklan dibatasi dalam hal jumlah, letak, ukuran dan bentuk pada kawasan pinggiran perkotaan.

Pemasangan iklan di pos-pos polisi di tepi jalan sebaiknya dihindari, karena merusak kualitas visual kota dan merusak citra polisi.

Kawasan tepi sungai bebas dari media iklan. Mengatur pemasangan media iklan:

Lokasi, letak, dan ukuran media tidak mengganggu pandangan pemakai jalan, tidak menutup pohon, tidak menutup bangunan, tidak menutup panorama ke arah gunung/pegunungan.

Ditentukan zona-zona pemasangan, sehingga tidak seluruh kawasan didominasi iklan.

Tempat pemasangan diselaraskan dengan perabot jalan dan estetika lanskap kawasan.

Median jalan bebas dari media iklan.

Membatasi jumlah media untuk tiap zona pemasangan

Tidak diperbolehkan mengunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kota. Mengembangkan gagasan-gagasan beriklan dengan media lain, misalnya memanfaatkan bis kota, halte bis kota.b. Strategi, rencana, dan program lanskap untuk 8 (delapan) kawasan budaya 1) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan budaya Kraton

Lanskap kawasan budaya Kraton terbentuk dari karakter fisik area-area yang ada beserta kehidupan di dalamnya yang memiliki karakter tradisional. Secara fisik, elemen-elemen lanskap yang terdiri dari arsitektur bangunan dan kawasan, vegetasi, ketinggian bangunan, dan penanda/media luar ruang akan membentuk panorama atau pandangan visual kawasan. Untuk itu, peningkatkan kualitas panorama kawasan budaya Kraton untuk mendukung karakter kawasan sebagai kawasan tradisional pusat kota diperlukan, dengan jalan menata lanskap area-area yang memiliki nilai visual tinggi. Area-area tersebut adalah: komplek Kraton area beteng Kraton area Tamansari permukiman Jeron BetengArea-area di kawasan budaya Kraton yang memiliki potensi lanskap untuk ditata, meliputi: komplek Kraton, area beteng, Tamansari, permukiman Jeron Beteng.

Strategi, rencana dan program untuk elemen-elemen lanskap kawasan Kraton tersusun dalam tabel berikut, dengan penjelasan masing-masing elemen di bawahnya.Elemen LanskapStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan dan kawasan tradisional Kraton1. Mengatur arsitektur bangunan, khususnya bangunan yang berada di Jeron Beteng, agar mencerminkan dan mendukung karakter tradisional kawasan.1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan kawasan tradisional Jeron Beteng.

2. Mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa.

2. Mempertahankan tata ruang kawasan pusaka tradisionalMenata ruang kawasan, khususnya tata ruang komplek Kraton, dan tata ruang kawasan permukiman (kampung tradisional) Jeron Beteng.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter tradisionalnya tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan tradisional di kawasan budaya Kraton.

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap tradisional kawasan.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan baru di kawasan budaya Kraton, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiMempertahankan tata vegetasi dengan konsep tata vegetasi Kasultanan Yogyakarta yang sarat makna dan simbol untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan dan mendukung identitas kawasan Kraton sebagai pusat kota tradisional Yogyakarta.1. Penataan vegetasi di seluruh area di kawasan Kraton dengan konsep tata vegetasi Kasultanan Yogyakarta, meliputi:

a. Penataan vegetasi di komplek Kraton

c. Penataan vegetasi di area tepi beteng

b. Penataan vegetasi di area tepi jalan c. Penataan vegetasi di area permukiman Jeron Beteng1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang penataan vegetasi di seluruh kawasan budaya Kraton.

2. Menyusun rencana detil penataan vegetasi di kawasan budaya Kraton.

3. Pengadaan dan penanaman pohon di seluruh kawasan budaya Kraton.

2. Mempertahankan dan mengkonservasi pohon-pohon yang sudah berusia tua, baik yang bersejarah maupun tidak.

1. Melakukan inventarisasi dan dokumentasi pohon-pohon berusia tua di kawasan Kraton

2. Melakukan upaya konservasi pohon-pohon tua di kawasan Kraton.

Ketinggian bangunanKawasan budaya Kraton merupakan kawasan inti budaya Yogyakarta dengan karakter tradisional, sehingga ketinggian bangunan-bangunan tradisionalnya dipertahankan untuk menjaga kelestarian karakter kawasan.

Ketinggian bangunan di kawasan budaya Kraton menjadi acuan bagi ketinggian bangunan di kawasan-kawasan lain di perkotaan Yogyakarta.Mengatur ketinggian bangunan di kawasan budaya KratonMenyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan budaya Kraton.

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kawasan budaya Kraton, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual.1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan budaya KratonMenyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan budaya Kraton.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan budaya Kraton.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan budaya Kraton.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan budaya Kraton:Untuk memperkuat garis imajiner Kraton Tugu, secara visual arah pandangan dari Kraton ke arah Malioboro tidak tertutup oleh bangunan, papan iklan, atau pohon. Begitu juga sebaliknya.

a) Arsitektur bangunan dan kawasanMempertahankan dan mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional, termasuk juga:

mengatur faade bangunan-bangunan, khususnya bangunan yang berada di tepi jalan, agar mencerminkan dan mendukung karakter tradisional kawasan. melakukan olah desain bangunan-bangunan baru yang selaras dengan karakter tradisional kawasan. mengatur dan merancang perabot jalan (street furniture), antara lain lampu jalan, tempat duduk, tempat sampah, dan pot tanaman, serta karya-karya seni (patung dan instalasi seni), meliputi bentuk, ukuran, warna, dan bahan, yang tetap dapat mendukung terciptanya karakter lanskap tradisional kawasan pusat kota secara keseluruhan. b) VegetasiPenataan vegetasi yang dapat mendukung karakter lanskap kawasan budaya Kraton difokuskan pada beberapa area, yaitu: Penataan vegetasi di komplek Kraton:

mempertahankan tanaman yang sudah ada, yang ditanam berdasarkan pada konsep tata vegetasi Kasultanan Yogyakarta. mengkonservasi pohon-pohon beringin (Ficus benjamina)yang ada di alun-alun (mempertahankan yang ada dan menanam kembali yang sudah hilang) Penataan vegetasi di area sepanjang tepi beteng bagian luar: ditanami pohon gayam (Inocarpus fagifer) Penataan vegetasi di area sepanjang tepi jalan: ditanami pohon gayam (Inocarpus fagifer), pohon asam Jawa (Tamarindus indica), pohon tanjung (Mimusops elengi) Penataan vegetasi di area permukiman Jeron Beteng: ditanami pohon buah-buahan dan pohon-pohon peneduh selain pohon-pohon yang sudah ditanam di sepanjang tepi jalan.c) Ketinggian bangunan

Sebagai kawasan ini budaya Yogyakarta, ketinggian bangunan di kawasan budaya Kraton ditetapkan tidak lebih dari 7 (tujuh) meter, dengan pertimbangan: mempertahankan ketinggian bangunan tradisional Jawa yang sudah ada

tidak lebih tinggi daripada ketinggian bangunan-bangunan tradisional Jawa yang ada di dalam komplek Kraton

Pertimbangan tersebut bertujuan untuk tetap mempertahankan karakter lanskap kawasan sebagai kawasan tradisional pusat kota budaya Yogyakarta, yang menempatkan Kraton sebagai inti budaya.

d) Penanda dan media luar ruang

Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa dan informasi) Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan Desain disesuaikan dengan karakter tradisional kawasan Tidak diperbolehkan mengunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.Pengadaan penanda untuk informasi kawasan:- Berbagai informasi tentang kawasan (sejarah, peta, fasilitas wisata)

- Lokasi di pusat kawasan yang mudah dicapai - Papan nama lokasi yang didesain dengan cukup unik dan khas. - Papan sejarah dan peta kawasan untuk pengunjung. Media luar ruang/reklame/iklanKawasan Kraton sebagai kawasan inti budaya kota harus bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk yang dipasang di tepi jalan. Diperbolehkan memasang iklan/reklame dengan memakai media lain yang tidak mengganggu nilai tradisional kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan. Contoh media: memanfaatkan halte bus, kursi taman, atau tempat khusus untuk memasang iklan.

https://www.google.co.id/search?q=advertising+media+on+the+street&biw2) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan budaya MalioboroSelain kawasan budaya Kraton, kawasan budaya Malioboro merupakan jantung hati Yogyakarta, sehingga lanskap kawasan memerlukan satu penataan dan pengelolaan khusus. Lanskap kawasan Malioboro perlu ditingkatkan kualitasnya agar mendukung karakter filosofis - public space dengan kegiatan budaya dari kawasan. Untuk itu diperlukan rencana peningkatan kualitas visual dari area-area yang menjadi identitas kawasan Malioboro, yaitu: Area titik 0 kilometer Area sepanjang jalan Malioboro Kampung-kampung Pecinan Kampung-kampung tradisional Area Tugu

Strategi, rencana dan program untuk elemen-elemen lanskap kawasan Malioboro yang diterapkan pada ke 5 (lima) area tersusun dalam tabel berikut, dengan penjelasan di bawahnya.

ElemenStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan dan kawasan Malioboro1. Mengatur arsitektur bangunan, khususnya bangunan yang berada di area titik 0 kilometer, area sepanjang jalan Malioboro, area Pecinan, kampung-kampung, dan area Tugu, agar mencerminkan dan mendukung karakter kawasan.1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan kawasan Malioboro.

2. Mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, Cina, dan Indisch, khususnya faade bangunan.

2. Mempertahankan tata ruang kawasan budaya dan perdagangan Malioboro.Menata ruang kawasan, khususnya tata ruang titik 0 kilometer, sepanjang jalan Malioboro, area Pecinan, kampung-kampung, dan area Tugu.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter tradisionalnya tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan tradisional di kawasan budaya dan perdagangan Malioboro.

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan baru di kawasan budaya dan perdagangan Malioboro, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiMempertahankan tata vegetasi dengan konsep tata vegetasi Kasultanan Yogyakarta yang sarat makna dan simbol untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan dan mendukung identitas kawasan Malioboro sebagai kawasan budaya dan perdagangan Yogyakarta.Penataan vegetasi, khususnya di sepanjang Jalan Margo Mulyo-Malioboro-Margo Utomo.

1. Menyusun rencana detil penataan vegetasi di kawasan budaya Malioboro.2. Pengadaan dan penanaman pohon di seluruh kawasan budaya Malioboro.

Ketinggian bangunanKetinggian bangunan di kawasan Malioboro harus mendukung karakter filosofis dan budaya dari kawasan.Mengatur ketinggian bangunan di kawasan budaya MalioboroMenyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan budaya Malioboro.

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kawasan budaya Malioboro, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual.1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan budaya Malioboro.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan budaya Malioboro.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan budaya Malioboro.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan budaya Malioboro.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan budaya Malioboro:

a) Area titik 0 kilometer- mengkonservasi bangunan-bangunan pusaka berarsitektur indisch- penanaman pohon asam Jawa (Tamarindus indica) di sepanjang tepi Jalan P. Senopati- pengadaan penanda dan media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, seni instalasi/schlupture, kursi duduk, tempat sampah, hydrant)- redesain jalan di area titik 0 kilometer, khususnya material jalan dan trotoar.b) Area sepanjang jalan Margo Mulyo Malioboro Margo Utomo - mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, Cina, dan Indisch, khususnya faade (wajah) bangunan. - mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.- mengatur ketinggian bangunan agar tidak merusak skala ruang yang manusiawi dan tidak mengganggu eksistensi sumbu filosofis. Ketinggian bangunan di tepi jalan maksimum 18 meter, sedangkan ketinggian bangunan-bangunan di belakangnya yang berada di dalam kampung maksimum 15 meter.

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton). - menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, seni instalasi/schlupture, kursi duduk, tempat sampah, hydrant) - redesain jalan, khususnya material jalan dan trotoar (pedestrian) - mengatur kegiatan perdagangan, lalu-lintas, dan rekreasi

c) Kampung Pecinan (Ketandan dan Pajeksan) - mempertahankan dan mengkonservasi tata ruang kampung

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, Cina, dan Indisch- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.- ketinggian bangunan maksimum 15 meter dari lantai dasar.

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, tempat sampah, hydrant)- redesain jalan, khususnya material jalan dan trotoar (pedestrian)

- mengatur kegiatan perdagangan dan lalu-lintas.d) Kampung-kampung tradisional (antara lain Dagen, Sosrowijayan, dsb)- mempertahankan dan mengkonservasi tata ruang kampung

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indisch- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, tempat sampah, hydrant)- redesain jalan, khususnya material jalan dan trotoar (pedestrian)

e) Area Tugu

- mempertahankan dan mengkonservasi tata ruang di area Tugu sebagai open space berkarakter filosofis-budaya

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, Cina, dan Indisch- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.

- ketinggian bangunan di tepi jalan maksimum 18 meter dari lantai dasar.

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, tempat sampah, hydrant)- redesain jalan, khususnya material jalan dan trotoar (pedestrian)

- mengatur kegiatan perdagangan dan lalu-lintas.

3) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan budaya Pakualaman

ElemenStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan tradisional dan Indisch, serta pola ruang kawasan Pakualaman.1. Mempertahankan arsitektur bangunan, khususnya bangunan yang berada di area-area yang memiliki karakter lanskap budaya. 1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan tata ruang kawasan Pakualaman.

2. Mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indisch.

2. Mempertahankan tata ruang kawasan budaya Pakualaman3. Mengkonservasi komplek Puro Pakualaman, termasuk alun-alun yang berada di depan Puro.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter tradisionalnya (Jawa dan Indisch) tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan tradisional di kawasan budaya Pakualaman

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan baru di kawasan budaya Pakualaman, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiTata vegetasi untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan dan mendukung identitas kawasan Pakualaman sebagai kawasan budaya Yogyakarta.Penataan vegetasi, khususnya di sepanjang Jalan Sultan Agung, jalan-jalan lingkungan, komplek Puro, sepanjang luar beteng Puro, dan di kampung-kampung.1. Menyusun rencana detil penataan vegetasi di kawasan budaya Pakualaman.2. Pengadaan dan penanaman pohon di seluruh kawasan budaya Pakualaman.

Ketinggian bangunanKetinggian bangunan di kawasan Pakualaman harus mendukung karakter filosofis - kerajaan tradisional Jawa dengan pengaruh budaya lain (kolonial) dari kawasan.Mengatur ketinggian bangunan di kawasan budaya PakualamanMenyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan budaya Pakualaman.

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kawasan budaya Pakualaman, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual.1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan budaya Pakualaman.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan budaya Pakualaman.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan budaya Pakualaman.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan budaya Pakualaman.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan budaya Pakualaman:

a) Arsitektur bangunan dan kawasan- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indisch

- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, seni instalasi/schlupture, kursi duduk, tempat sampah, hydrant)

b) Penataan vegetasi- Komplek Puro Pakualaman: mempertahankan tanaman yang sudah ada- Sepanjang luar tembok beteng (pembatas): pohon gayam (Inocarpus fagifer)- Sepanjang tepi Jalan Sultan Agung: pohon tanjung (Mimusops elengi), - Sepanjang tepi jalan-jalan lingkungan: pohon-pohon peneduh lokal, antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogani), pohon pulai (Alstonia scholaris), pohon kenari (Canarium sp), pohon bungur (Lagerstroemia flos-reginae), dan pohon cempaka (Michelia champaca). - Permukiman (kampung-kampung): pohon buah-buahan dan peneduh.

c) Ketinggian bangunan - mengatur ketinggian bangunan agar tidak merusak skala ruang yang manusiawi dan tidak mengganggu eksistensi Puro Pakualaman. Ketinggian bangunan di tepi jalan maksimum 18 meter, sedangkan ketinggian bangunan-bangunan di belakangnya yang berada di dalam kampung maksimum 15 meter.

d) Penanda dan media luar ruang

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton). Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa dan informasi) Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan Desain disesuaikan dengan karakter tradisional kawasan Tidak diperbolehkan menggunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.Pengadaan penanda untuk informasi kawasan:

- Berbagai informasi tentang kawasan (sejarah, peta, fasilitas wisata)

- Lokasi di pusat kawasan yang mudah dicapai

- Papan nama lokasi yang didesain dengan cukup unik dan khas. - Papan sejarah dan peta kawasan untuk pengunjung. Media luar ruang/reklame/iklan

Kawasan Pakualaman sebagai kawasan budaya harus bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk yang dipasang di tepi jalan. Diperbolehkan memasang iklan/reklame dengan memakai media lain yang tidak mengganggu nilai tradisional kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan. Contoh media: memanfaatkan halte bus, kursi taman, atau tempat khusus untuk memasang iklan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

4) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan budaya Kotagede

ElemenStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan tradisional Jawa dan Indisch (rumah Kalang), serta pola ruang kawasan Kotagede.1. Mempertahankan arsitektur tradisional Jawa dan Indisch bangunan rumah tinggal. 1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan tata ruang kawasan Pakualaman.

2. Menyusun arahan konservasi bangunan-bangunan tradisional.

2. Mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indisch.

2. Mempertahankan tata ruang tradisional kawasan budaya Kotagede3. Mengkonservasi tata ruang tradisional Kotagede, termasuk mempertahankan peninggalan-peninggalan masa lampau.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter tradisionalnya (Jawa dan Indisch) tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan tradisional di kawasan budaya Kotagede

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan baru di kawasan budaya Kotagede, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiTata vegetasi untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan dan mendukung identitas kawasan Kotagede sebagai kawasan budaya Yogyakarta.Penataan vegetasi, khususnya di area pasar dan permukiman 1. Menyusun rencana detil penataan vegetasi di kawasan budaya Kotagede.2. Pengadaan dan penanaman pohon di seluruh kawasan budaya Kotagede.

Ketinggian bangunanKetinggian bangunan di kawasan Kotagede harus mendukung karakter permukiman tradisional dari kawasan.Mengatur ketinggian bangunan di kawasan budaya KotagedeMenyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan budaya Kotagede.

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kawasan budaya Kotagede, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual.1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan budaya Kotagede.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan permukiman tradisional Kotagede.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan budaya Kotagede.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan permukiman tradisional Kotagede.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan pusaka Kotagede:

a) Arsitektur bangunan dan kawasan

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indisch. Faade tradisional bangunan-bangunan di tepi jalan dipertahankan.- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap. - menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, seni instalasi/schlupture, kursi duduk, tempat sampah, hydrant)b) Penataan vegetasi- Area pasar: pohon waru (Disambiguasi)-Permukiman: pohon buah-buahan dan peneduhc) Ketinggian bangunan

- mengatur ketinggian bangunan agar tidak merusak skala ruang yang manusiawi dan tidak merusak karakter permukiman tradisional Kotagede. Ketinggian bangunan di seluruh kawasan pusaka Kotagede maksimum 15 meter dari muka lantai dasar.d) Penanda dan media luar ruang

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa dan informasi) Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan

Desain disesuaikan dengan karakter tradisional kawasan Tidak diperbolehkan menggunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.

Pengadaan penanda untuk informasi kawasan:

- Berbagai informasi tentang kawasan (sejarah, peta, fasilitas wisata)

- Lokasi di pusat kawasan yang mudah dicapai

- Papan nama lokasi yang didesain dengan cukup unik dan khas. - Papan sejarah dan peta kawasan untuk pengunjung. Media luar ruang/reklame/iklan

Kawasan Kotagede sebagai kawasan budaya harus bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk yang dipasang di tepi jalan. Diperbolehkan memasang iklan/reklame dengan memakai media lain yang tidak mengganggu nilai tradisional kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan. Contoh media: memanfaatkan halte bus, kursi taman, atau tempat khusus untuk memasang iklan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).5) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro

ElemenStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur bangunan Indisch, serta pola ruang kawasan pusaka.Mempertahankan arsitektur bangunan Indish dan tata ruang kawasan. 1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan tata ruang kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro

2. Menyusun arahan desain arsitektur bangunan dan kawasan perdesaan Imogiri.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter perdesaan tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan tradisional perdesaan di kawasan pusaka Imogiri.

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan baru di kawasan pusaka Imogiri, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiTata vegetasi untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan, mendukung karakter kawasan pusaka, dan mengkonservasi lingkungan.1. Menata vegetasi di seluruh kawasan pusaka perdesaan Imogiri.2. Mempertahankan ruang-ruang hijau di dalam permukiman.

3. Mempertahankan keberadaan lahan pertanian.1. Menyusun kebijakan dan arahan penataan vegetasi di area permukiman.2. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang konservasi lahan pertanian.

Ketinggian bangunanKetinggian bangunan di kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro harus mendukung karakter budaya permukiman dengan pengaruh budaya lain (kolonial).Mengatur ketinggian bangunan di kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, BaciroMenyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual. 1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro:

a) Arsitektur bangunan dan kawasan

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur Indisch. - mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.

- menata perabot jalan (street furniture) yang mendukung lanskap (lampu, seni instalasi/schlupture, kursi duduk, tempat sampah, hydrant)

b) Penataan vegetasi- Kotabaru, Sagan, Jetis: terutama pohon tanjung (Mimusops elengi) di sepanjang tepi jalan dan median jalan- Pengok, Baciro: terutama pohon tanjung (Mimusops elengi), pohon kenari (Canarium sp), pohon mahoni (Swietenia mahogani), dan pohon bungur (Lagerstroemia flos-reginae) di sepanjang tepi jalan.- Permukiman (kampung-kampung): pohon buah-buahan dan peneduh.

c) Ketinggian bangunan - mengatur ketinggian bangunan agar tidak merusak skala ruang yang manusiawi dan tidak merusak karakter kawasan sebagai kawasan budaya permukiman dengan pengaruh budaya lain (kolonial). Ketinggian bangunan di seluruh kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro maksimum 15 meter dari muka lantai dasar.d) Penanda dan media luar ruang

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan dan lingkungan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton). Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa dan informasi) Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan Desain disesuaikan dengan karakter tradisional kawasan Tidak diperbolehkan menggunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.Pengadaan penanda untuk informasi kawasan:

- Berbagai informasi tentang kawasan (sejarah, peta, fasilitas wisata)

- Lokasi di pusat kawasan yang mudah dicapai

- Papan nama lokasi yang didesain dengan cukup unik dan khas. - Papan sejarah dan peta kawasan untuk pengunjung. Media luar ruang/reklame/iklan

Kawasan pusaka Kotabaru, Sagan, Jetis, Pengok, Baciro sebagai kawasan budaya harus bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk yang dipasang di tepi jalan. Diperbolehkan memasang iklan/reklame dengan memakai media lain yang tidak mengganggu nilai budaya kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan. Contoh media: memanfaatkan halte bus, kursi taman, atau tempat khusus untuk memasang iklan (lihat contoh media pada rencana dan program lanskap kawasan Kraton).

6) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan pusaka Imogiri.ElemenStrategi

RencanaProgram

Arsitektur bangunan dan kawasan1. Mempertahankan keberadaan dan mengkonservasi arsitektur perdesaan (bangunan dan tata ruang) yang ekologis.Mempertahankan arsitektur tradisional bangunan-bangunan dan tata ruang tradisional perdesaan di Imogiri.1. Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan dan tata ruang kawasan pusaka Imogiri.

2. Mengkonservasi bangunan-bangunan lama yang memiliki gaya arsitektur tradisional perdesaan.

2. Olah desain bangunan-bangunan lama dan baru yang harmonis dengan karakter kawasan.1. Mengatur olah desain bangunan-bangunan lama agar karakter perdesaan tetap ada.Menyusun arahan olah desain bangunan-bangunan di kawasan pusaka Imogiri.

2. Mengatur olah desain bangunan-bangunan baru dengan arsitektur modern agar harmonis dengan lingkungan sekitarnya, atau agar tidak merusak karakter lanskap kawasan.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang arsitektur bangunan-bangunan baru di kawasan pusaka Imogiri, termasuk mengatur fungsi dan lokasi bangunan.

VegetasiTata vegetasi untuk meningkatkan kualitas estetika lanskap kawasan, mendukung karakter kawasan pusaka, dan mengkonservasi lingkungan.1. Penataan vegetasi di seluruh kawasan perdesaan Imogiri. 2. Mempertahankan ruang-ruang hijau di area-area permukiman.

3. Mempertahankan keberadaan lahan-lahan pertanian.1. Menyusun kebijakan dan arahan penataan vegetasi dan area hijau di kawasan permukiman.2. Menyusun kebijakan tentang konservasi lahan-lahan pertanian.

Ketinggian bangunanMempertahankan ketinggian bangunan yang mendukung karakter ekologis permukiman perdesaanMengatur ketinggian bangunan di kawasan pusaka Imogiri.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang ketinggian bangunan di kawasan pusaka Imogiri.

Penanda/media luar ruangPenataan dan pengaturan penanda dan media luar ruang yang memperkuat karakter lanskap perdesaan kawasan pusaka Imogiri, dan menciptakan ruang kawasan yang informatif serta nyaman secara visual. 1. Penataan dan pengaturan penanda di seluruh kawasan pusaka Imogiri.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) khusus untuk kawasan pusaka Imogiri.

2. Penataan dan pengaturan media luar ruang/reklame di seluruh kawasan pusaka Imogiri.Menyusun kebijakan dan peraturan tentang pemasangan media luar ruang/reklame untuk kawasan pusaka Imogiri.

Penjelasan rencana dan program penataan lanskap kawasan pusaka Imogiri:

a) Arsitektur bangunan dan kawasan

- mengkonservasi bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur tradisional perdesaan.

- mengatur arsitektur bangunan (olah desain): mempertahankan bentuk segi empat dari bangunan yang sudah ada; dimensi bangunan yang besar akan merusak karakter lanskap, warna yang mencolok atau kontras juga merusak karakter lanskap.-arsitektur bangunan-bangunan baru hendaknya selaras dengan arsitektur tradisional yang ada, sehingga keberadaannya tidak mendominasi linkungan.b) Penataan vegetasi- berbagai jenis pohon yang bermanfaat, termasuk pohon peneduh ditanam di seluruh kawasan pusaka Imogiri- berbagai jenis tanaman perdu ditanam di kebun atau pekarangan rumah, dalam bentuk tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, dan tanaman hias.

c) Ketinggian bangunan - mengatur ketinggian bangunan agar tidak merusak skala ruang yang manusiawi dan tidak merusak karakter kawasan sebagai kawasan ekologis permukiman perdesaan. Ketinggian bangunan di seluruh kawasan pusaka Imogiri maksimum 12 meter dari muka lantai dasar.

d) Penanda dan media luar ruang

- mengatur penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa) agar selaras dan tidak merusak karakter bangunan dan lingkungan. Media luar ruang sangat dibatasi jumlahnya dan memakai media-media tertentu yang tidak mengganggu lanskap kawasan.

Penanda (papan-papan nama toko/perusahaan/jasa dan informasi) Mengatur letak, desain tulisan, warna, ukuran dan bentuk papan penanda.

Memasang penanda tidak menutupi bangunan

Memasang penanda tidak lebih tinggi dari atap bangunan Desain disesuaikan dengan karakter tradisional kawasan Tidak diperbolehkan menggunakan warna yang mencolok dan lampu hias yang menyilaukan, kerlap-kerlip yang mengganggu pandangan dan estetika lanskap kawasan.Pengadaan penanda untuk informasi kawasan:

- Berbagai informasi tentang kawasan (sejarah, peta, fasilitas wisata)

- Lokasi di pusat kawasan yang mudah dicapai

- Papan nama lokasi yang didesain dengan cukup unik dan khas. - Papan sejarah dan peta kawasan untuk pengunjung. Media luar ruang/reklame/iklan

Kawasan pusaka Imogiri sebagai kawasan budaya harus bersih dari media iklan dalam bentuk papan iklan, baliho, billboard, dan spanduk yang dipasang di tepi jalan. Diperbolehkan memasang iklan/reklame dengan memakai media lain yang tidak mengganggu nilai budaya kawasan dan tidak merusak lanskap kawasan. Contoh media: memanfaatkan halte bus, kursi taman, atau tempat khusus untuk memasang iklan..

7) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan pusaka Koridor Filosofis

8) Strategi, rencana, dan program lanskap kawasan pusaka Koridor Sungai Code, Sungai Gajahwong, Sungai Winongo KETINGGIAN BANGUNAN

PENANDA/MEDIA LUAR RUANG

VEGETASI

LANSKAP KOTA PUSAKA YOGYAKARTA

JALAN

AKTIVITAS

ARSITEKTUR BANGUNAN DAN KAWASAN

PANORAMA

Gambar . Elemen visual lanskap kawasan budaya perkotaan Yogyakarta

Gambar Masih Salah

Gambar .. Rencana ketinggian bangunan di perkotaan Yogyakarta

Tunjukkan area-area yang potensial lanskap, foto2

Gambar potongan dengan joglo sbg pembanding

INCLUDEPICTURE "https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRuenAQtZ8u9Grqw9IaZQ_Co76XgLCmTJ-4Ppq1sn5Bjnc-WacF" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "http://www.brooklynpaper.com/assets/photos/31/38/31_38_garbagecanads_z.jpg" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "http://arrestedmotion.com/wp-content/uploads/2011/08/TrustoCorp-LA-AM-08.jpg" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "https://c1.staticflickr.com/3/2616/4041428127_83356b1707.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar .. Contoh pemasangan iklan dengan berbagai media

Peta area

P e t a

P e t a

P e t a

- 4 -Laporan Akhir