Upload
ledien
View
234
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI EVALUASI KEBUTUHAN AIR IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
SUMBER BENDO JERUK KABUPATEN PROBOLINGGO
Dian Ambarsari1, Rispiningtati2, Dian Chandrasasi2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
email : [email protected]
ABSTRAK
Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk mengairi areal irigasi seluas 1909 Ha.
Penggunaan air irigasi di Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk dirasa masih kurang efektif
dan kurang efisien, hal ini dapat dilihat ketika terjadi kekurangan air pada musim kemarau.
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kebutuhan air irigasi di Jaringan Irigasi
Sumber Bendo Jeruk, kemudian menghitung kembali kebutuhan air menggunakan dua
metode pemberian air yaitu SCL (Stagnant Constant Level), SRI (System of Rice
Intensification) dan menggunakan gabungan kedua metode tersebut, sehingga dapat
mengoptimalkan kebutuhan air irigasi.
Dari hasil evaluasi, didapatkan besarnya intensitas tanam padi pada Jaringan Irigasi
Sumber Bendo Jeruk adalah 117,63% melebihi intensitas rencana tanam padi yang
ditentukan yaitu sebesar 106,29%. Dengan menggunakan intensitas tananam yang sama
kebutuhan air dengan metode SRI dapat menghemat air hingga 90%. Dengan
menggabungkan antara kedua metode tersebut (SCL+SRI) pemberian air dapat menghemat
36%, dan dengan lebih ditingkatkan lagi intensitas tanam padi menggunakan metode SRI
(259,39% padi) penggunaan air masih bisa menghemat hingga 90% dari metode SCL.
Untuk meningkatkan hasil produksi padi dan penggunaan air secara efisien dan efektif
maka penanaman padi menggunakan metode SRI (Sytem of Rice Intensification)
merupakan solusi yang tepat untuk diterapkan para petani di daerah studi.
Kata Kunci: Kebutuhan air irigasi, SCL, SRI, Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk
ABSTRACT
Irrigation Network of Sumber Bendo Jeruk irrigates an irrigation area covering
1909 Ha. The use of irrigation water in the Irrigation Network of Sumber Bendo Jeruk is
considered less effective and less efficient seen from a water shortage occurred in the dry
season.
The purpose of this study for evaluated the need of irrigation water on Irrigation
Network of Sumber Bendo Jeruk, and recalculated the water needs using two methods of
irrigation, SCL (Stagnant Constant Level), SRI (System of Rice Intensification), and using
a combination of both methods, so that can to optimize the needs of irrigation water.
The results of the evaluation revealed that the intensity of rice plants in Irrigation
Network of Sumber Bendo Jeruk was 117.63% exceeding the planned intensity of rice
plants which was 106.29%. Using the intensity of similar plant, calculation of water needs
using the SRI method could save water up to 90%. By combining the two methods (SCL+
SRI), it could save 36% water supply, and the increased intensity of rice plants using the
SRI method (259.39% rice), water use could still save up to 90% of the SCL method. To
increase the yield of rice production and water use efficiently and effectively the rice
cultivation using the SRI (System of Rice Intensification) method is the right solution to be
applied to farmers in the study area.
Keywords: Irrigation water needs,SCL, SRI, Irrigation Network of Sumber Bendo Jeruk
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan di Indonesia
terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Usaha
peningkatan produksi pangan harus
didukung oleh pengelolaan sumber daya
air yang baik, yaitu dengan mengelola
tata air secara efektif dan efisien.
Air merupakan salah satu faktor
penentu dalam proses produksi pertanian.
Terganggunya salah satu aspek dalam
pemberian air di sawah akan
mempengaruhi kinerja sistem yang ada.
Selama ini pemberian air di sawah
kadang-kadang masih berlebihan karena
banyak petani yang kurang memahami
pentingnya ketepatan pemberian air. Hal
ini mengakibatkan penggunaan air yang
kurang efektif dan efisien.
Penggunaan air irigasi di
Kabupaten Probolinggo dirasa masih
kurang efektif dan efisien, hal ini dapat
dilihat ketika terjadi kekurangan air pada
musim kemarau.
Perencanaan jaringan irigasi
didasarkan atas rencana tata tanam.
Rencana tata tanam ini merupakan
perpaduan antara permintaan luas
tanaman dari petani dengan ketersediaan
air yang berkaitan dengan musim selama
setahun maka terbentuklah Rencana Tata
Tanam Global (RTTG). Faktor yang
menjadi acuan dalam penyusunan pola
tata tanam diantaranya adalah kebutuhan
air. Untuk itu perlu adanya evaluasi
kebutuhan air irigasi sebagai rencana
sistem pembagian air irigasi.
Sosialisasi kepada kelompok tani
pun perlu dilakukan. Agar
ketidaksesuaian dengan kondisi lapangan
bisa teratasi.
1.2 Identifikasi Masalah
Daerah Irigasi Sumber Bendo
Jeruk seluas 1909 Ha, merupakan Daerah
Irigasi yang terletak di Kabupaten
Probolinggo. Dam Sumber Bendo Jeruk
terletak di Kali Pandanlaras. Pengelolaan
wilayahnya dibawah pengawasan UPTD
Pengairan Wilayah Besuk.
Daerah Irigasi Sumber Bendo
Jeruk mencakup 22 Desa yang tersebar
pada 5 kecamatan. Permasalahan yang
ada di Jaringan Irigasi Sumber Bendo
Jeruk adalah sebagai berikut:
1. Pada bagian tengah (T As.1 Ki, T
As.2 Ki, T As.1 Ka) dan hilir (T Ks.2
Ki, T Ks.2 Tgh) Jaringan Irigasi
Sumber Bendo Jeruk mengalami
kekurangan air.
2. Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
dikeluarkan oleh Dinas Pengairan
tidak terlaksana dengan baik atau
tidak sesuai dengan kondisi yang
ada. Antara RTTG dan keadaan
irigasi bulanan banyak
ketidaksesuaian baik dalam waktu
pelaksanaan maupun luasan tanaman
yang telah direncanakan.
Dari permasalahan yang ada,
maka diperlukan evaluasi pola tanam
guna mencukupi kebutuhan air tanaman
dengan ketersediaan air yang ada.
1.3 Batasan Masalah
Dalam studi ini diambil batasan
masalah sebagai berikut:
1. Studi ini dikhususkan pada Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk yang
memiliki luas baku sawah 1909 Ha.
2. Mencari debit andalan dengan
metode modus dan median dengan
menggunakan data debit selama lima
tahun terakhir.
3. Kebutuhan air irigasi dihitung
dengan metode FPR dan LPR.
4. Membahas tentang rencana tata
tanam.
5. Membahas tentang sistem pembagian
dan pemberian air irigasi.
6. Tidak membahas penyebab
kehilangan di saluran.
7. Tidak membahas tentang hidrolika.
1.4 Rumusan Masalah
Dalam studi ini diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Berapakah nilai debit andalan yang
ada pada Dam Sumber Bendo Jeruk
dari Tahun 2010-2014?
2. Bagaimanakah hasil evaluasi
kebutuhan air irigasi kondisi
eksisting dan intensitas tanam di
Jaringan Irigasi Sumber Bendo
Jeruk?
3. Bagaimanakah rencana tata tanam
rencana untuk meningkatkan
intensitas tanam padi?
4. Bagaimanakah pemberian air irigasi
yang dibutuhkan untuk Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk
berdasarkan sistem pemberian air
irigasi genangan terus-menerus
(Stagnant Constant Level) dan irigasi
hemat air (System of Rice
Intensification)?
5. Bagaimanakah rencana sistem
pembagian air yang sesuai untuk
Jaringan Irigasi Sumber Bendo
Jeruk?
1.5 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui debit andalan
yang ada pada Dam Sumber Bendo
Jeruk dari Tahun 2010-2014.
2. Untuk mengetahui hasil evaluasi
kebutuhan air irigasi dan intensitas
tanam di Jaringan Irigasi Sumber
Bendo Jeruk
3. Untuk mengetahui tata tanam yang
sesuai pada Jaringan Irigasi Sumber
Bendo Jeruk.
4. Untuk mengetahui pemberian air
irigasi yang dibutuhkan untuk
Jaringan Irigasi Sumber Bendo
Jeruk.
5. Untuk mengetahui sistem pembagian
air yang tepat untuk Jaringan Irigasi
Sumber Bendo Jeruk.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan wawasan keilmuan
bagi para mahasiswa yang berminat
dalam bidang irigasi.
2. Dapat dijadikan sebagai informasi
usulan perbaikan rencana tata tanam
global pada Jaringan Irigasi Sumber
Bendo Jeruk untuk Dinas PU
Pengairan Kabupaten Probolinggo.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow)
adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah
ditentukan yang dapat dipakai untuk
irigasi. Kemungkinan terpenuhi
ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa
debit sungai lebih rendah dari debit
andalan adalah 20%) (Kriteria
Perencanaan Irigasi KP 01).
1(%)
n
mKeandalan (1)
dengan : m = nomor urut data
n = Jumlah data
1.1.1. Median
Median (median) adalah nilai
tengah dari suatu distribusi, atau
dikatakan variat yang membagi frekuensi
menjadi 2 (dua) bagian yang sama.
(Soewarno, 1995 Jilid 1:57).
a. Data yang belum dikelompokkan
1. Jumlah data ganjil
Untuk data yang jumlahnya ganjil,
median adalah data pada urutan ke (k1)
yang dapat dihitung dengan rumus:
k1 = (2)
Dimana:
k1= Letak median
n = Jumlah data
2. Jumlah data genap
Untuk data yang jumlahnya genap,
median adalah data pada titik tengah
urutan data ke (k1) yang dapat dihitung
dengan rumus:
k1 = (3)
k2 = (4)
Dimana:
k1, k2 = Letak median
n = Jumlah data
b. Data yang dikelompokkan
Median dari data yang telah
dikelompokkan menjadi suatu distribusi
frekuensi dapat dihitungan dengan rumus
sebagai berikut:
Md = b + i (5)
Dimana:
Md = Median
I = Interval kelas
k1 = Letak median
b = Tepi bawah
f = Frekuansi kelas median
F = Frekuensi kumulatif sebelum
kelas median
1.1.2. Modus
Modus adalah variat yang terjadi
pada frekuensi yang paling banyak.
Sebelum menghitung nilai modus,
terlebih dahulu data yang disusun dalam
suatu distribusi frekuensi interval kelas
lalu nilai modus dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Mo = B + i (6)
Dimana:
Mo = Modus
B = Batas bawah interval kelas
modus
i = Interval kelas
F = Frekuensi maksimum kelas
modus
f1 = Frekuensi sebelum kelas modus
f2 = Frekuensi setelah kelas
modus
2.2 Kebutuhan Air Irigasi Metode
FPR-LPR
Metode FPR Faktor Palawija Relatif merupakan
metode perhitungan kebutuhan air irigasi
yang berkembang di Jawa Timur. Dalam
situasi menipisnya sumber daya air di
Jawa Timur khususnya, perencanaan
kebutuhan air merupakan faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam pengelolan air yang tersedia.
LPR
QFPR
(7)
(2- 17)
dengan :
FPR = Faktor Palawija Relatif
(ltr/det/ha.pol)
Q = Debit yang mengalir di sungai
(ltr/det)
LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol)
Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Berat
Jenis Tanah
Metode Nilai LPR (Luas Palawija Relatif)
Pada dasarnya nilai LPR adalah
perbandingan kebutuhan air antara jenis
tanaman satu dengan jenis tanaman
lainnya. Tanaman pembanding yang
digunakan adalah palawija yang
mempunyai nilai 1 (satu). Semua
kebutuhan tanaman yang akan dicari
terlebih dahulu dikonversikan dengan
kebutuhan air palawija yang akhirnya
didapatkan satu angka sebagai faktor
konversi untuk setiap jenis tanaman
(Huda, 2012: 14).
2.3 Sistem Pemberian Air Irigasi
Mengingat pentingnya fungsi air
bagi penanaman padi di sawah, maka
pengaturan pemberian air perlu
disesuaikan dengan kebutuhannya. Air
yang masuk ke petakan sawah akan
merembes ke bawah (infiltrasi) dan
perembesan diteruskan ke lapisan tanah
yang lebih bawah yang disebut perkolasi.
Kebutuhan air di sawah dan debit yang
diperlukan pada pintu pengambilan
dihitung dengan menggunakan
Jenis Tanah
FPR (l/det) ha. palawija
Air kurang Air cukup Air memadai
Alluvial 0.18 0.18 - 0.36 0.36
Latosol 0.12 0.12 - 0.23 0.23
Grumosol 0.06 0.06 - 0.12 0.12
Giliran Perlu Mungkin Tidak
persamaan di bawah ini (Anonim,
1977:155):
000.101 xT
AxHQ
(8)
)1(
1
86400
12
Lx
(9)
dengan :
1Q = Kebutuhan harian air di
lapangan/petak sawah (m3/hr)
2Q = Kebutuhan harian air pada pintu
pemasukan (m3/det)
H = Tinggi genangan (m)
A = Luas area sawah (ha)
T = interval pemberian air (hari)
L = Kehilangan air di petak sawah
dan saluran
2.4 Pola Tanam
Pola tanam adalah pola mengenai
rencana tanam yang terdiri dari
pengaturan jenis tanaman, waktu
penanaman, tempat atau lokasi tanaman
dan luas areal tanaman yang memperoleh
hak atas air pada suatu daerah irigasi.
Penetapan pola tanam ini diperlukan agar
tanaman tidak kekurangan air dan agar
unsur hara didalam tanah yang diperlukan
oleh tanaman tidak habis. Selain itu
pengaturan pola tata tanam diperlukan
untuk memudahkan pengelolaan air
irigasi terutama pada musim kemarau,
dimana air irigasi yang tersedia sangat
sedikit sedangkan areal yang diairi
luasnya relatif sama dengan musim
penghujan (Kriteria Perencanaan Irigasi
KP 01).
2.5 Neraca Air
Untuk mengetahui kebutuhan air
irigasi untuk tanaman dan debit andalan
yang tersedia di intake maka dibuat
neraca air unutk satu daerah irigasi.
Sehingga kekurangan dan kelebihan air
dapat dipantau atau dievaluasi pada
perencanaan selanjutnya.
2.6 Sistem Golongan
Sistem golongan adalah memisah-
misahkan periode-periode pengolahan
(penggarapan) dengan maksud menekan
kebutuhan air maksimum. Pada saat-saat
dimana air tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman dengan pengaliran
menerus, maka pemberian air tanaman
dilakukan dalam sistem pemberian air
secara bergilir, dengan maksud
menggunakan air lebih efisien. Sawah
dibagi menjadi golongan-golongan saat
permulaan pekerjaan sawah bergiliran
menurut golongan masing-masing.
2.7 Sistem Giliran
Sistem Giliran adalah cara
pemberian air di saluran tersier atau
saluran utama dengan interval waktu
tertentu bila debit yang tersedia kurang
dari faktor K. Jika persediaan air cukup
maka faktor K = 1 sedangkan pada
persediaan air kurang maka faktor K<1.
Rumus untuk menghitung faktor K
(Kunaifi, A.A. 2010:15):
dibutuhkanyangDebit
tersediayangDebitK
(10)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Sttudi
Bangunan utama dari Jaringan
Irigasi ini adalah Dam Sumber Bendo
Jeruk. Luas layanan Dam Sumber Bendo
Jeruk 1909 Ha. Berada di Kabupaten
Probolinggo dengan posisi 1120 51’ –
1130 30’ Bujur Timur dan 70 40’ – 80 10’
Lintang Selatan. Secara administrasi
batas wilayahnya adalah :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur : Kabupaten
Situbondo dan Kabupaten Jember
Sedangkan di sebelah Utara
bagian tengah terdapat Daerah Otonom
yaitu Kota Probolinggo
3.2 Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Data Debit
Dalam proses analisa, data debit
yang dipakai adalah data debit intake di
Dam Sumber Bendo Jeruk, rerata 10
harian selama 5 tahun terakhir mulai
tahun 2010-2014. Data tersebut
digunakan untuk menghitung debit
andalan.
2. Data Irigasi
a. Skema jaringan irigasi untuk
mengetahui luas baku sawah
b. Data tanaman
c. Kebutuhan air irigasi kondisi
eksisting
d. Jadwal dan Pola tanam
e. Luas areal tanam
Semua keseluruhan data tersebut
didapatkan dari Dinas PU Pengairan
Kabupaten Probolinggo.
3.3 Langkah-Langkah Pengolahan
Data
Tahapan-tahapan dalam pengolahan
data tercantum pada Tabel 2:
Tabel 2. Pengolahan Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Debit Andalan
Debit minimum yang digunakan
dalam perhitungan ini debit yang diambil
dari debit minimum yang masuk ke
intake berdasarkan tingkat kebutuhan air
di petak sawah tiap periode. Berikut ini
adalah hasil perhitungan debit andalan
metode Modus dan Median.
Tabel 3. Perhitungan Debit Andalan
dalam liter/detik
4.2 Evaluasi Kondisi Eksisting
a. Pencapaian Rerata Intensitas Tanam
bila dibandingkan dengan RTTG
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Pencapaian Rerata Intensitas
Tanam dibandingkan dengan
RTTG
b. Nilai FPR Jaringan Irigasi Sumber
Bendo Jeruk selama 5 tahun (2010-
2014) ditunjukkan pada Tabel 5
Tabel 5. Nilai FPR Jaringan Irigasi
Sumber Bendo Jeruk dengan Jenis Tanah
Latosol
Sumber : Hasil Analisa
4.3 Pola Tanam Rencana
Memperhatikan evaluasi kondisi
pola tanam eksisting selama 5 (lima)
Jenis Tanaman
Pencapaian Luas Tanam (%) Jumlah (%)
MH MK I MK II
Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real
Padi 90.57 89.33 10.48 25.22 5.24 3.08 106.29 117.63
Palawija dll 0.00 12.93 54.43 9.481 61.76 9.23 116.19 31.64
Tembakau 0.00 0.00 16.24 38.77 23.57 71.73 39.81 110.51
Tebu 9.43 0.53 18.86 0.43 9.43 0.388 37.72 1.35
Intensit as Tanam 100.00 102.80 100.00 73.90 100.00 84.43 300.00 261.13
Intensitas Tanam 90.57 102.26 64.90 34.70 67.00 12.31 222.47 149.27
Padi dan Palawija
Pedoman FPR (l/det) ha. palawija
Air kurang Air cukup Air memadai
Pemberian Air <0.12 0.12 - 0.23 >0.23
Musim Hujan 0,22
Musim Kemarau I 0,30
Musim Kemarau II 0,43
Giliran Perlu Mungkin Tidak
No. Analisa dan
Perhitungan
Data yang
diperlukan
Metode yang
Digunakan Keluaran
1. Kondisi Eksisting
Jaringan Irigasi
Data luas baku sawah
Jaringan Irigasi
2. Perhitungan Debit
Andalan
Data debit intake
periode 10 harian
selama 5 tahun (20 10-
2014)
- Metode Modus
dan Median
Nilai debit andalan
(Q80) (liter/detik)
3. Evaluasi pola tanam,
pemberian air, dan
neraca air kondisi
eksisting
- Data Rencana Tata
Tanam Global
2010-2014
- Realisasi Tanam 10
harian selama 5
tahun (20 10-2014)
- Nilai debit andalan
(liter/detik)
- Pemberian air
eksisting
(liter/detik)
- Membandingkan
besarnya intensitas
tanam rencana
dengan realisasi
- FPR-LPR
- Faktor K dalam
Neraca air
eksisting
(membandingkan
antara Q yang
tersedia dengan
hasil perhitungan
pemberian air)
- Evaluasi sebagai
dasar penyusunan
RTTG dengan
meningkatkan
intensitas tanam
- Rerata pemberian air
eksisting (liter/detik)
- Penentuan sis tem
pembagian air
(rotasi atau terus -
menerus)
4.
Rencana Pola Tanam Rencana Tata Tanam
Global 20 10-2014
Merencanakan Pola
Tanam berdasarkan
evaluasi RTTG
eksisting selama 5
tahun
Pola Tanam Rencana
5. Rencana pembagian
air dan analisa neraca
air rencana
- Nilai FPR hasil
evaluasi kondisi
eksisting
- Pemberian air
rencana dengan
metode SCL, SRI,
gabungan
SCL&SRI (lt/detik)
- Q tersedia
- Metode SCL
- Metode SRI
- Gabungan metode
SCL dan SRI
- Faktor K
Pemberian air rencana
(lt/detik) dan kriteria
pemberian air irigasi
8. Analisa jadwal
pemberian air irigasi
a. Hasil evaluasi
neraca air rencana
b. Pola tanam rencana
Jadwal pemberian air
irigasi
Q tersedia
9. Kesimpula n dan
saran
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
2010 1832 1208 2498 2063 2580 2897 3229 3471 3480 3535 3320 2950 2476 1763 1470 1569 1570 1903 1842 1607 1189 1097 1062 1023 1038 919 1092 923 1040 1099 1061 1020 1513 1310 2744 3295
2011 3432 3210 3128 3128 3364 3432 3608 3432 3019 3098 3098 3432 4019 4019 3689 3098 2876 2581 2708 2708 2254 1558 1421 1390 1421 1303 1088 1315 1295 1210 2585 2062 2257 2354 1868 2133
2012 2133 2876 3230 3098 2876 2354 2883 2615 2456 2667 2354 2558 3098 2354 1868 1868 2236 1868 1421 1285 1225 1201 1017 1017 1017 868 902 1272 1366 1219 1218 1476 1801 2361 2719 2638
2013 2368 1868 2133 1944 2236 3432 2354 1868 2354 2354 1648 2118 2445 2254 2354 2354 2354 2354 2354 2354 1421 1421 1336 1173 1173 941 834 795 856 896 829 1017 1421 1560 1868 1868
2014 2058 2354 2558 2876 3386 3432 3098 3341 2876 2876 2876 2876 2663 2354 2288 2354 2155 2155 2354 2058 1595 1229 1254 1027 1944 2236 891 873 837 847 713 691 797 1017 1094 1507
Jmlh Data 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Rata-rata 2365 2303 2709 2622 2888 3109 3034 2945 2837 2906 2659 2787 2940 2549 2334 2249 2238 2172 2136 2002 1537 1301 1218 1126 1319 1253 961 1036 1079 1054 1281 1253 1558 1720 2059 2288
Max 3432 3210 3230 3128 3386 3432 3608 3471 3480 3535 3320 3432 4019 4019 3689 3098 2876 2581 2708 2708 2254 1558 1421 1390 1944 2236 1092 1315 1366 1219 2585 2062 2257 2361 2744 3295
Min 1832 1208 2133 1944 2236 2354 2354 1868 2354 2354 1648 2118 2445 1763 1470 1569 1570 1868 1421 1285 1189 1097 1017 1017 1017 868 834 795 837 847 713 691 797 1017 1094 1507
Desember
Bulan
Juni Juli Agustus September Oktober NovemberMeiTahun Januari Februari Maret April
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II IIIJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
tahun periode tanam, maka pola tanam
yang direncanakan adalah meningkatkan
intensitas tanam padi rencana dengan
mempertimbangkan pola tanam yang
sesuai dengan kebiasaan petani setempat
yaitu Padi + Palawija + Tebu – Padi +
Palawija/Tembakau + Tebu – Padi +
Palawija/Tembakau + Tebu.
Tabel 6. Pola Tanam Rencana Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk
4.4 Rencana Pembagian Air
Pembagian golongan dalam setiap
sistem jaringan irigasi melalui bangunan
bendung direncanakan sesuai yang
tercantum dalam Tabel 7.
Tabel 7. Pembagian Golongan Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk
4.4.1. Kebutuhan Air Irigasi dengan
Metode Terus-Menerus (Stagnant
Constant Level)
Kriteria nilai FPR dan LPR
sebagaimana penjelasan di BAB II
merupakan terapan yang digunakan untuk
daerah Provinsi Jawa Timur. Nilai FPR
dan LPR dalam perhitungan ini
berdasarkan hasil evaluasi kriteria FPR
dan LPR.
Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air
Metode SCL
4.4.2. Kebutuhan Air Irigasi dengan
Metode SRI (System of Rice
Intensification)
Untuk perhitungan kebutuhan air
metode SRI dapat dilihat pada Tabel 9.
Musim Jenis
Tanam Tanaman Ha (%) I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total
Luas Baku Sawah 1909 Ha
Padi 1800 94.29 PL PL PL
PL PL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 44 2.30
Tembakau - 0
Tebu 65 3.40
Padi 1622.7 85.00 PL PL PL
PL PL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 27.72 1.45
Tembakau 133.63 7.00
Tebu 125 6.55
Padi 763.6 40.00 PL PLPL
PLPL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 946.77 49.60
Tembakau 133.63 7.00
Tebu 65 3.40
Sumber : Dinas Pengairan Jember Total 219.29 300.00
Sep Intensitas Tanam (%)
MH
MK I
Jun Jul Agt
Palawija
Tembakau
Tebu
Palawija
Tebu
100.00
85.00 100.00
MK II
Rencana Mar Apr MeiOkt Nov Des Jan Feb
40.000 100.00
94.29
Palawija
Tembakau
Tebu
Gol. Nama Petak DesaLuas Baku Sawah
(Ha)
Karangren 44
Seboro 25
Karangren 48
Katimoho 50
Seboro 1
T. Sj. 2. Tengah Kedung Caluk 60
T. Sj. 2. Kanan Kedung Caluk 46
T. Sj. 3. Kiri Kedung Caluk 19
Kedung Caluk 13
Dawuhan 23
Soka’an 60
Dawuhan 44
Soka’an 132
Matekan 39
604
T. Sj. 7 Kiri Matekan 27
T. Sj. 8 Kiri 1 Matekan 39
Krampilan 125
Matekan 12
Krampilan 45
Alas Kulon 2
Krampilan 10
Alas Kulon 16
Besuk 7
Matekan 42
Soka’an 32
Gebangan 36
Matekan 16
Kandang Jati Wetan 18
Kandang Jati Kulon 10
Matekan 10
Krampilan 1
Kandang Jati Wetan 85
Alas Kulon 15
T. As. 2 Kiri Alas Kulon 13
Alas Kulon 59
Alas Kandang 1
621
Besuk Agung 3
Alas Kandang 60
Besuk Kidul 2
Besuk Agung 26
Alas Kandang 5
Randu Jalak 77
Sindet Lami 1
Alas Tengah 9
Sindet Lami 34
Randu Jalak 14
Alas Tengah 77
Glagah 90
Kandang Jati Wetan 54
T. Ks. 1 Kiri Alas Kandang 3
Alas Kandang 13
Alas Lor 75
Taman Sari 28
Sumber Lele 1
T. Ks. 2 Tengah Alas Kandang 40
Alas Kandang 15
Randu Jalak 17
Alas Tengah 40
684
1909
Hulu
T. Sj. 1. Kiri
T. Sj. 2. Kiri
T. Sj. 4. Kiri
T. Sj. 5. Kiri
T. Sj. 6. Kiri
Jumlah
Tengah
T. Sj. 8 Kiri 2
T. Sj. 9 Kiri 1
T. Sj. 9 Kiri 2
T. Mk. 1 Kiri
T. Mk. 1 Tengah
T. Mk. 1 Kanan
T. As. 1 Kiri
T. As. 2 Kanan
Jumlah
Hilir
T. Sj. 10 Kiri
T. Sj. 10 Kanan
T. Sj. 11 Kiri
T. Sj. 12 Kiri
T. Ks. 2 Kiri
T. Ks. 2 Kanan
Jumlah
Total Keseluruhan
Tabel 9. Perhitungan Kebutuhan Air
Metode SRI
Sebagai pembanding dalam
menggunakan metode SRI, maka dibuat
rencana pola tanam ulang dengan
meningkatkan lagi intensitas tanam padi
pada MK II. Rencana pola tanam yang ke
dua ini dapat dilihat pada Tabel 10 dan
perhitungan kebutuhan airnya pada Tabel
11.
Tabel 10. Rencana Pola Tanam ke-2
Tabel 11. Kebutuhan Air Irigasi untuk
Rencana Pola Tanam ke-2
Dari analisa perencanaan pola
tanam tanam, maka penulis mencoba
menggabungkan cara pemberian air
metode SCL dengan metode SRI dalam
satu pola tanam dengan memilih 36,51%
petak tersier dibagian hulu dan tengah
menggunakan metode SRI. Pola tanam
gabungan antara metode SCL dan SRI ini
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pola Tanam Gabungan antara
Metode SCL dan Metode SRI
Musim Jenis
Tanam Tanaman Ha (%) I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total
Luas Baku Sawah 1909 Ha
Padi 1734 90.83 PL PL
PL PL Padi
PL PL
Palawija dll - 0.00
Tembakau - 0.00
Tebu 175 9.17
Padi 1609 84.28 PL PL
PL PL Padi
PL PL
Palawija dll - 0.00
Tembakau 100 5.24
Tebu 200 10.48
Padi 1609 84.28 PL PL
PL PL Padi
PL PL
Palawija dll - 0.00
Tembakau 100 5.24
Tebu 200 10.48
Sumber : Dinas Pengairan Jember Total 259.40 300.00
Tebu
MK II 84.285 100.00
Tembakau
Tebu
MK I 84.28 100.00
90.83 100.00
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Intensitas Tanam (%)
MH
Tebu
Tembakau
Rencana Okt Nov
Musim Jenis
Tanam Tanaman Ha (%) Ha (%) Ha (%) I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total
Luas Baku Sawah 1909 Ha
Padi 1800 94.29 1103 57.78 697 36.51 PL PL PL
PL PL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 44 2.30
Tembakau - 0
Tebu 65 3.40
Padi 1623 85.00 926 48.49 697 36.51 PL PL PL
PL PL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 65.9 3.45
Tembakau 95.45 5.00
Tebu 125 6.55
Padi 763.6 40.00 67 3.49 697 36.51 PLPL PL
PL PL PL Padi
PL PL PL
Palawija dll 985 51.60
Tembakau 95.45 5.00
Tebu 65 3.40
Sumber : Dinas Pengairan Jember Total 219.29 300.00
Tebu
100.00
Metode SCL Metode SRI
Tebu
MK II 40.000
Des Jan Feb Mar Apr Mei
MK I Palawija
MHPalawija
Tembakau
Rencana Okt Nov
100.00Palawija
Tembakau
Tebu
Jun Jul Agt Sep Intensitas Tanam (%)
94.29 100.00
85.00
Perhitungan kebutuhan airnya dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kebutuhan Air dengan Metode
SCL dan SRI
4.5 Jadwal Rotasi pada Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk
Jadwal rotasi dibuat berdasarkan
hasil evaluasi neraca air dan pembagian
air, dan menurut hasil evaluasi
pembagian air, metode SCL lah yang
memerlukan jadwal rotasi golongan.
Tujuan jadwal rotasi ini adalah untuk
mengatur jatah waktu rotasi pada tiap
blok golongan yang sudah ditentukan.
Kemudian untuk jadwal
pemberian air perharinya dihitung 12 jam
dimulai dari jam 05.00 pagi dan
pembagian jamnya disesuaikan dengan
perhitungan lama gilir. Jadwal pemberian
air irigasi tiap musimnya dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Jadwal Pembagian Air Irigasi
Tabel 15. Rekapitulasi Tingkat Kejadian
Rotasi pada Jaringan Irigasi Sumber
Bendo Jeruk
Dari hasil rekapitulasi kejadian
rotasi dengan intensitas tanam yang sama
antara Metode SCL, SRI dan gabungan
antara metode SCL dan SRI dengan
evaluasi neraca air menggunakan debit
Modus, dapat diketahui bahwa dalam satu
tahun periode tanam, Metode SRI tidak
ada kejadian rotasi dibandingkan dengan
Metode SCL (32 kali) dan metode
gabungan (SCL&SRI) (13 kali).
Sedangkan evaluasi neraca air
menggunakan debit Minimum, Metode
SRI tidak ada kejadian rotasi kemudian
Metode SCL ada kejadian rotasi
sebanyak 32 kali dan metode gabungan
(SCL&SRI) 26 kali.
Keb.Air Total Keb. Q modus Kriteria
(lt/det) Air (lt/det) max (lt/det) Pemberian air Periode I Periode II Periode III Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
Gol
.1
1332
.05
39 40
Gol
.2
1369
.54
39 41
05.0
0
08.0
0
12.0
0
17.0
0
Gol
.3
1508
.48
40 41
Gol
.1
1955
.97
40 39
Gol
.2
2011
.03
41 39
05.0
0
09.0
0
14.0
0
17.0
0
Gol
.3
2215
.04
40 41
Gol
.1
1806
.94
38
Gol
.2
1857
.80
39
05.0
0
07.0
0
10.0
0
17.0
0
Gol
.3
2046
.27
43
Gol.2 Gol.3
Mus
im T
anam
III
5711
.00
2493
.50
Gil
iran
Sal
. Sek
unde
r
Gol.1
Lama Gilir (jam) Jadwal Pemberian Air
Mus
im T
anam
II
6182
.04
3216
.40
Gil
iran
Sal
. ter
sier
Mus
im T
anam
I
4210
.07
2376
.78
Gil
iran
Sal
. ter
sier
Gol.1 & Gol.3 Gol.2 & Gol.3
Gol.1 & Gol.2
Gol.1 & Gol.2
Gol.2 & Gol.3Gol. 1 & Gol. 3
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dari studi
ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, diantaranya adalah:
1. Besarnya debit andalan Dam Sumber
Bendo Jeruk menggunakan Q modus
yaitu:
a) MT I (minimum) :882 lt/dt
(maksimum) :2377 lt/dt
b) MT II (minimum) :2139 lt/dt
(maksimum) :3216 lt/dt
c) MT III (minimum) :877 lt/dt
(maksimum) :2494 lt/dt
2. Kebutuhan air eksisting untuk
pembibitan padi adalah 8,064
lt/dt/Ha, untuk garap tanahnya 2,125
lt/dt/Ha, untuk tanam padinya adalah
1,94 lt/dt/Ha untuk luasan
maksimum 1840 Ha dalam satu
tahun. Kemudian dari hasil evaluasi,
besarnya intensitas tanam padi pada
Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk
adalah 117,63% melebihi intensitas
rencana tanam padi yang ditentukan
sebesar 106,29 %.
3. Rencana tata tanam di Jaringan
Irigasi Sumber Bendo Jeruk adalah
meningkatkan intensitan tanam padi
dengan mempertimbangkan pola
tanam yang sesuai dengan kebiasaan
petani. Dari hasil pembahasan
besarnya intensitas tanam padi bisa
mencapai 215%.
4. Dengan menggunakan intensitas
tananam yang sama pekebutuhan air
dengan metode SRI dapat
menghemat air hingga 90% dari
metode SCL dan dengan
menggabungkan antara kedua
metode tersebut (SCL + SRI)
pemberian air dapat menghemat
36%, dan dengan lebih ditingkatkan
lagi intensitas tanam padi
mengunakan metode SRI (259,39%
padi) penggunaan air masih bisa
menghemat hingga 90% dari metode
SCL.
5. Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk
apabila menggunakan metode SCL
pada MT I dan MT II pemberian air
dilakukan rotasi gilir tingkat tersier.
Jadwal pembagian air tersebut setiap
periodenya menjatah air pada dua
blok golongan secara bergiliran.
Sedangkan pada MT III pemberian
air dilakukan rotasi gilir tingkat
sekunder. Jadwal pembagian air
tersebut setiap periodenya menjatah
air pada satu blok golongan secara
bergiliran.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan hasil
produksi padi dan penggunaan air secara
efisien dan efektif maka penanaman padi
menggunakan metode SRI (Sytem of Rice
Intensification) merupakan solusi yang
tepat yang dapat diterapkan oleh para
petani. Selain memerlukan tenaga petani
yang trampil, perlu adanya perhatian
khusus dari pemerintah setempat seperti
pengenalan penanaman padi metode SRI
dan apabila menggunakan metode SCL
petani perlu diberi pengertian tentang
sistem rotasi secara gilir golongan agar
tidak terjadi perselisihan antar petani
setempat.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Amrina, B. G. 2013. Evaluasi Kebutuhan
Air Irigasi Sebagai Rencana
Sistem Pembagian Air Irigasi
Pada Jaringan Irigasi Jenggawah
Kabupaten Jember. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
Standar Perencanaan Irigasi,
Kriteria Perencanaan Bagian
Perencanaan Jaringan Irigasi
KP-01. Bandung : Galang Persada
Huda, M. N. 2012. Kajian Sistem
Pemberian Air Irigasi sebagai
Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi
pada Daerah Irigasi Tumpang
Kabupaten Malang. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan
Air DI. Tibunangka dengan
Sumur Renteng pada Sistem
Suplesi Renggung. Tesis tidak
dipubikasikan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Mawardi, H. 2007. Desain Hidraulik
Bangunan Irigasi. Bandung :
Alfabeta.
Prawito. 2010.
http://adiprawito.dosen.narotama.
ac.id/files/2011/07/kebutuhan-air-
irigasi.ppt. (diakses pada 15
September 2015)
Purba, J. H. 2011. Kebutuhan dan Cara
Pemberian Air Irigasi untuk
Tanamanpadi Sawah (Oryza
sativa L.). WIDYATECH Jurnal
Sains dan Teknologi Vol.10 No.3.
http://jurnalwidyatech.files.wordp
ress.com/2012/02/jhon-hardy-
purba.pdf. (diakses pada 6
Desember 2013).
Soewarno. 1995. Hidrologi (Aplikasi
Metode Statistik untuk Analisa
Data jilid I).Bandung : Nova.
Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air
Tanaman. Malang : Institut
Teknologi Nasional Malang Press.
Sosrodarsono, S., Takeda, K. 2003.
Hidrologi untuk Pengairan.
Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.
Wawan. 2010. Bab II Teori dasar
Kebutuhan Air Irigasi.
http://thepowerofhalal.blogspot.co
m/2010/10/bab-ii-teori-dasar-
kebutuhan-air.html (diakses pada
20 September 2015)