7

Click here to load reader

Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

  • Upload
    vucong

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis

Menggunakan Program Linier

Rizq Fajrianto¹, Widandi Soetopo², Lily Montarcih²

¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

²Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia

Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Daerah Irigasi Pakis merupakan daerah irigasi yang mengalami defisit air. Studi ini

membahas optimasi pemanfaatan air. Analisa optimasi menggunakan metode program linier

dengan bantuan program solver. Selain pola tata tanam eksisting, direncanakan empat

alternatif pola tata tanam baru. Neraca air digunakan untuk membandingkan kebutuhan air

irigasi setiap pola tata tanam dengan ketersediaan air yang ada. Dari analisa debit andalan,

dipilih debit andalan 51% karena debit andalan 51% mendekati/mewakili debit-debit yang

sudah ada di Daerah Irigasi Pakis selama 10 tahun terakhir (2006 s.d 2015). Dari hasil

optimasi dengan program solver, maka untuk kondisi debit andalan 51% (normal) dipilih

pola tata tanam eksisting dengan intensitas tanam selama satu tahun sebesar 252,756%

dengan keuntungan sebesar Rp. 45.734.799.598,-.

Kata kunci: Irigasi, Neraca air, Optimasi, Keuntungan hasil pertanian

ABSTRACT

Pakis’s Irrigated area is an irrigated area that run into deficit condition of water. This study

discusses about optimization of water utilization. Optimization analysis using Linear

Programming methods and solver program. In addition to the existing cropped layout,

planned four new alternative of cropped layout. The water balance is used to compare the

needed of irrigation water per cropped layout with the existing water supply. From

dependable discharge analysis, dependable discharge 51% is chosen because dependable

discharge 51% approached/represented existing of discharges in Pakis’s irrigated area for

last ten years (2006 until 2015). From the optimization with program solver, For dependable

discharge 51% (normal), the existing cropped layout was chosen with cropped intensity for

a year in amount 252,756% and profit in amount Rp. 45.734.799.598,-.

Keywords: Irrigation, Water balance, Optimization, Agriculture profit.

Page 2: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

1. PENDAHULUAN

Air merupakan kebutuhan pokok bagi

pertanian sehingga ketersediaan air untuk

pertanian harus selalu ada.

Ketersediaan air dapat mengalami

kondisi kelebihan (surplus) atau

kekurangan (defisit) akibat penentuan

pola tata tanam yang diterapkan maupun

ketersediaan lahan pertanian. Untuk

mengetahui ketersediaan air diperlukan

analisa neraca air.

Sisa ketersediaan air yang berlebih

dapat digunakan untuk memaksimalkan

produktivitas hasil pertanian sehingga

keuntungan juga menjadi maksimal. Hal ini

dapat analisa salah satunya menggunakan

teknik optimasi. Mengoptimumkan identik

dengan memaksimumkan sesuatu dengan

sumber daya yang terbatas. Optimasi dalam

pengelolaan sumber daya air dibedakan

dalam dua kategori yaitu sebelum bangunan

air jadi dan sesudah bangunan air itu jadi.

(Montarcih, 2010 : 15). Secara umum,

model optimasi adalah suatu proses

pemilihan alternatif yang terbaik diantara

sejumlah alternatif-alternatif solusi yang

tersedia (Soetopo, 2012 : 71). Optimasi

dalam hal ini yaitu mengoptimalkan

pemanfaatan ketersediaan air yang ada

untuk irigasi sehingga distribusi

pemanfaatan air lebih efektif dan efisien

serta dapat menghasilkan keuntungan hasil

produksi pertanian yang maksimal.

Daerah Irigasi Pakis memiliki luas baku

721 Ha dengan kebutuhan air irigasi yang

bervariatif.

Gambar 1. Neraca air kondisi eksisting di

Daerah Irigasi Pakis tahun

2014/2015

Dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa

pada tahun 2015 masih terdapat defisit

ketersediaan air terhadap kebutuhan air

irigasi pada bulan Juni periode II, Agustus

periode I, periode II, dan periode III,

September periode I, periode II, dan periode

III serta pada Oktober periode I dan periode

II.

Berdasarkan kondisi eksisting tersebut,

maka perlu dilakukan penentuan pola tata

tanam yang lebih tepat agar pemanfaatan air

yang ada tidak melebihi ketersediaan air

yang ada dengan cara optimasi distribusi

pemanfaatan air menggunakan beberapa

opsi alternatif pola tata tanam.

Program linier digunakan untuk

menyelesaikan analisa studi dengan

bantuan program solver.

Tujuan dari studi ini adalah untuk

mengoptimalkan pemanfaatan air yang

berlebih pada Daerah Irigasi Pakis sehingga

terdapat keseimbangan pada neraca air

serta meningkatkan keuntungan hasil

produksi pertanian.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Daerah studi yang akan dikaji adalah

Daerah Irigasi Pakis yang terletak di

2 kecamatan, yaitu Kecamatan Pakis dan

Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang,

dengan luas baku sawah 721 Ha. Peta lokasi

sebagaimana pada Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Peta Lokasi Daerah Studi

Sumber : petatematikindo.files.wordpress.co

Gambar 2. Merupakan peta administratif

Kabupaten Malang. Lokasi studi berada

pada Kecamatan Pakis.

Page 3: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

Gambar 3. Skema Jaringan Daerah Irigasi

Pakis

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten

Malang

Untuk mencapai tujuan yang

diharapkan maka diperlukan suatu langkah

pengerjaan secara sistematis. Adapun

langkah-langkah pengerjaan studi sebagai

berikut :

1. Perhitungan debit andalan 97%

(kering), 80%, 75% (rendah), 51%

(normal), dan 26% (cukup).

2. Perhitungan nilai evapotranspirasi

potensial.

3. Perhitungan curah hujan daerah.

4. Uji konsistensi data curah hujan.

5. Perhitungan R80.

6. Perhitungan kebutuhan air irigasi

7. Perumusan model matematika.

8. Perhitungan neraca air.

9. Perhitungan optimasi menggunakan

program linier dengan bantuan program

komputer solver.

10. Rekapitulasi hasil luas lahan optimal

dan keuntungan hasil produksi

maksimal.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Debit Andalan Perhitungan debit andalan

menggunakan probabilitas 97% (kering),

80%, 75% (rendah), 51% (normal), dan

26% (cukup) (Sosrodarsono, 1987). Nilai

tertinggi debit andalan 97% diperoleh pada

bulan Januari yaitu sebesar 1,027 m3/dt dan

nilai terendah diperoleh pada bulan

Desember yaitu 0,096 m3/dt. Nilai tertinggi

debit andalan 80% diperoleh pada bulan

Januari yaitu sebesar 1,134 m3/dt dan nilai

terendah diperoleh pada bulan Agustus

yaitu 0,441 m3/dt. Nilai tertinggi debit

andalan 75% diperoleh pada bulan Januari

yaitu sebesar 1,139 m3/dt dan nilai terendah

diperoleh pada bulan Oktober yaitu 0,803

m3/dt. Nilai tertinggi debit andalan 51%

diperoleh pada bulan Januari yaitu sebesar

1,192 m3/dt dan nilai terendah diperoleh

pada bulan Agustus yaitu 0,935 m3/dt. Nilai

tertinggi debit andalan 26% diperoleh pada

bulan Januari yaitu sebesar 2,373 m3/dt dan

nilai terendah diperoleh pada bulan Oktober

dan November yaitu 1,091 m3/dt. Hasil

Perhitungan debit andalan menggunakan

probabilitas 97% (kering), 80%, 75%

(rendah), 51% (normal), dan 26% (cukup)

lalu dikonversi ke dalam satuan m3 untuk

digunakan dalam analisa neraca air.

Tabel 1. Volume Andalan 97%

Sumber : Perhitungan, 2016

Tabel 2. Volume Andalan 80%

Sumber : Perhitungan, 2016

Tabel 3. Volume Andalan 75%

Sumber : Perhitungan, 2016

Tabel 4. Volume Andalan 51%

Sumber : Perhitungan, 2016

Musim

MT I

MT II

MT III

Volume Andalan 97%

662342.400

445651.200

348624.000

Musim

MT I

MT II

MT III

Volume Andalan 80%

1050883.200

1053129.600

800841.600

Musim

MT I

MT II

MT III

Volume Andalan 75%

1093478.400

1086912.000

944352.000

Musim

MT I

MT II

MT III

Volume Andalan 51%

1155600.000

1133136.000

1058745.600

Page 4: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

Tabel 5. Volume Andalan 26%

Sumber : Perhitungan, 2016

Perhitungan Kebutuhan Air irigasi Perhitungan kebutuhan air irigasi

berdasarkan penentuan pola tata tanam yang

diterapkan. Rumus yang digunakan yaitu

metode Water Balance (KP-01, 1986).

NFRpadi = Cu + Pd + NR + P - Reff

NFRpalawija = Cu + P - Reff

dimana :

NFR = Kebutuhan air bersih di sawah

(mm/hari)

Cu = Kebutuhan air untuk tanaman

(mm/hari)

Pd = Kebutuhan air untuk pengolahan

tanah (mm/hari)

P = Perkolasi (mm/hari)

Reff = Curah hujan efektif (mm/hari)

Berikut merupakan pola tata yang

dianalisa pada studi ini.

PTT Eksisting = Padi, Jagung, Tebu –

Padi, Jagung, Tebu –

Padi, Jagung, Tebu (Awal

tanam Desember periode

II)

PTT Alt 1 = Padi, Tebu –

Padi, Tebu –

Padi,Jagung,Tebu (Awal

tanam Desember periode

II)

PTT Alt 2 = Padi, Jagung, Tebu –

Padi, Jagung, Tebu –

Jagung, Tebu (Awal

tanam Oktober periode

II)

PTT Alt 3 = Padi, Jagung, Tebu –

Padi, Jagung, Tebu –

Padi, Jagung, Tebu (Awal

tanam Oktober periode

II)

PTT Alt 4 = Padi, Kedelai, Tebu –

Padi, Kedelai, Tebu –

Padi, Kedelai, Tebu (Awal

tanam Desember periode

II)

Tabel 7. Kebutuhan Air Irigasi

Sumber : Perhitungan, 2016

Model Matematika Optimasi Perumusan masalah dalam optimasi

dengan Program Linier memiliki tiga

macam variabel, yaitu :

Variabel Keputusan

Dalam studi ini variabel putusan yang

diambil adalah pola penentuan luas lahan

tiap jenis tanaman dalam satu daerah irigasi.

Variabel Tujuan

Dalam studi ini variabel tujuan yang ingin

dicapai yaitu memaksimalkan nilai

keuntungan serta mengatasi neraca air

irigasi yang tidak seimbang.

Variabel kendala

Bentuk fungsi kendala ini adalah luas lahan

yang bisa ditanami oleh tanaman untuk

setiap pola tata tanam di Daerah Irigasi

Pakis. Selain itu juga keterbatasan potensi

air yang ada di daerah irigasi juga

merupakan variabel kendala yang menjadi

pembatas.

Fungsi Tujuan (Maksimalisasi)

Z = A.X1a + B.X1b + C.X1c + A.X2a + B.X2b

+ C.X2c + A.X3a + B.X3b + C.X3c

Keterangan :

Z = Nilai tujuan berupa

Musim

MT I

MT II

MT III

Volume Andalan 26%

1371427.200

1454889.600

1214179.200

Pola Tanam

DI Pakis Padi Jagung Kedelai Tebu

MT I 0.000 619.395 0.000

MT II 1031.605 837.776 869.721

MT III 1490.567 1105.133 1119.745

MT I 0.000 0.000 0.000

MT II 1031.605 0.000 869.721

MT III 1490.567 1105.133 1119.745

MT I 374.438 732.095 148.554

MT II 20.576 663.632 167.538

MT III 0.000 1056.581 796.048

MT I 374.438 732.095 148.554

MT II 252.603 663.632 167.538

MT III 1895.005 1056.581 1426.979

MT I 0.000 543.339 0.000

MT II 1031.605 762.056 869.721

MT III 1490.567 1003.204 1119.745

Alternatif 4

Alternatif 3

Musim Volume Kebutuhan Air Irigasi (m

3/Ha)

Eksisting

Alternatif 1

Alternatif 2

Page 5: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

keuntungan maksimum

(Rp)

A, B, C = Pendapatan produksi padi

(A), jagung (B), dan tebu

(C) (Rp/Ha)

X1a, X2a, X3a = Luasan tanaman padi pada

tiap musim (Ha)

X1b, X2b, X3b = Luasan tanaman palawija

pada tiap musim (Ha)

X1c, X2c, X3c = Luasan tanaman tebu pada

tiap musim (Ha)

Fungsi Kendala (constraint)

- Luas Tanam Total :

X1a + X1b + X1c ≤ Xt1

X2a + X2b + X2c ≤ Xt2

X3a + X3b + X3c ≤ Xt3

Keterangan :

Xtn = luas total baku sawah Daerah Irigasi

Pakis untuk setiap musim tanam ke-

n

- Volume Andalan Ketersediaan Air :

Vp1.X1a + Vj1.X1b + Vt1.X1c ≤ Vs1

Vp2.X2a + Vj2.X2b + Vt2.X2c ≤ Vs2

Vp3.X3a + Vj3.X3b + Vt3.X3c ≤ Vs3

Keterangan :

Vp1,2,3 = Kebutuhan air padi tiap musim

(m3/Ha)

Vj1,2,3 = Kebutuhan air palawija tiap

musim (m3/Ha)

Vt1,2,3 = Kebutuhan air tebu tiap musim

(m3/Ha)

Vs1,2,3 = Volume andalan ketersediaan air

pada musim tanam I, II, dan III

(m3)

- Luas lahan Tebu :

X1c ≤ Xte1

X2c ≤ Xte2

X3c ≤ Xte3

Dengan ketentuan nilai X1c = X2c = X3c

Keterangan :

Xten = Luas maksimum tanaman tebu

untuk setiap musim tanam 15 Ha

Rekapitulasi Nilai Optimum Neraca air

Hasil neraca air diperoleh dari

membandingkan debit andalan dengan

kebutuhan air irigasi. Debit andalan 97%

(kering), 80%, 75% (rendah), 51%

(normal), dan 26% (cukup) dibandingkan

dengan kebutuhan air irigasi PTT

Eksisting, PTT Alternatif 1, PTT

Alternatif 2, PTT Alternatif 3, dan PTT

Alternatif 4. Setelah dilakukan optimasi,

sudah tidak ada kondisi defisit air.

Intensitas Tanam Nilai intensitas tanaman dinyatakan

dalam prosentase untuk setiap musim

tanam selama satu tahun.

Nilai intensitas tanam optimum dengan

ketersediaan air debit andalan 97% yaitu

sebesar 153,082% untuk pola tata tanam

alternatif 2, 128,079% untuk pola tata

tanam eksisting, alternatif 1 dan alternatif

4, serta 92,059% untuk pola tata tanam

alternatif 3.

Nilai intensitas tanam optimum dengan

ketersediaan air debit andalan 80% yaitu

sebesar 246,171% untuk pola tata tanam

eksisting, 241,989% untuk pola tata

tanam alternatif 2, 234,150% untuk pola

tata tanam alternatif 3, 226,900% untuk

pola tata tanam alternatif 4, dan

206,073% untuk pola tata tanam alternatif

1.

Nilai intensitas tanam optimum dengan

ketersediaan air debit andalan 75% yaitu

sebesar 281,148% untuk pola tata tanam

alternatif 2, 277,796% untuk pola tata

tanam alternatif 3, 246,423% untuk pola

tata tanam alternatif 4, 246,316% untuk

pola tata tanam eksisting ,dan 206,089%

untuk pola tata tanam alternatif 1.

Nilai intensitas tanam optimum dengan

ketersediaan air debit andalan 51% yaitu

sebesar 284,831% untuk pola tata tanam

alternatif 2, 281,481% untuk pola tata

tanam alternatif 3, 253,465% untuk pola

tata tanam alternatif 4, 252,756% untuk

pola tata tanam eksisting ,dan 217,851%

untuk pola tata tanam alternatif 1.

Nilai intensitas tanam optimum dengan

ketersediaan air debit andalan 26% yaitu

sebesar 296,761% untuk pola tata tanam

alternatif 2, 284,733% untuk pola tata

tanam alternatif 3, 263,106% untuk pola

tata tanam alternatif 4, 263,069% untuk

Page 6: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

pola tata tanam eksisting ,dan 230,290%

untuk pola tata tanam alternatif 1.

Keuntungan Hasil Pertanian

Nilai keuntungan hasil pertanian

dinyatakan dalam rupiah selama satu

tahun.

Nilai keuntungan hasil pertanian dengan

ketersediaan air debit andalan 97% yaitu

sebesar Rp. 25.931.711.739,- untuk pola

tata tanam alternatif 2, Rp.

25.535.757.079,- untuk pola tata tanam

eksisting, alternatif 1 dan alternatif 4,

serta Rp. 11.775.137.354,- untuk pola tata

tanam alternatif 3.

Nilai keuntungan hasil pertanian dengan

ketersediaan air debit andalan 80% yaitu

sebesar Rp. 40.881.650.129,- untuk pola

tata tanam eksisting, Rp. 37.963.309.448,-

untuk pola tata tanam alternatif 1, Rp.

37.778.738.330,- untuk pola tata tanam

alternatif 4, Rp. 36.487.699.294,- untuk

pola tata tanam alternatif 3, dan Rp.

36.043.105.278,- untuk pola tata tanam

alternatif 2.

Nilai keuntungan hasil pertanian dengan

ketersediaan air debit andalan 75% yaitu

sebesar Rp. 43.808.432.474,- untuk pola

tata tanam eksisting, Rp. 41.826.875.335,-

untuk pola tata tanam alternatif 3, Rp.

41.720.967.975,- untuk pola tata tanam

alternatif 4, Rp. 40.880.735.011,- untuk

pola tata tanam alternatif 1, dan Rp.

39.814.423.828,- untuk pola tata tanam

alternatif 2.

Nilai keuntungan hasil pertanian dengan

ketersediaan air debit andalan 51% yaitu

sebesar Rp. 45.734.799.598,- untuk pola

tata tanam eksisting, Rp. 43.936.348.857,-

untuk pola tata tanam alternatif 4, Rp.

43.800.215.552,- untuk pola tata tanam

alternatif 3, Rp. 43.194.431.323,- untuk

pola tata tanam alternatif 1, dan Rp.

40.909.808.215,- untuk pola tata tanam

alternatif 2.

Nilai keuntungan hasil pertanian dengan

ketersediaan air debit andalan 26% yaitu

sebesar Rp. 47.937.450.353,- untuk pola

tata tanam eksisting, Rp. 46.883.191.978,-

untuk pola tata tanam alternatif 3, Rp.

46.191.692.423,- untuk pola tata tanam

alternatif 4, Rp. 45.551.840.356,- untuk

pola tata tanam alternatif 1, dan Rp.

42.849.298.862,- untuk pola tata tanam

alternatif 2.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari

perhitungan dan analisa dari bab

sebelumnya adalah sebagai berikut :

1.Neraca air kondisi eksisting (masa tanam

2014/2015) yang ada di Daerah Irigasi

Pakis menunjukkan bahwa masih terjadi

kekurangan air terhadap kebutuhan air

irigasi di Daerah Irigasi Pakis. Dianalisa

pula neraca air dengan berbagai macam

kondisi ketersediaan, yaitu dengan debit

andalan 97% (kering), 80%, 75%

(rendah), 51% (normal), dan 26% (cukup)

yang dibandingkan dengan kebutuhan air

irigasi setiap pola tata tanam eksisting,

alternatif 1, alternatif 2, dan alternatif 3.

Hasil dari neraca air tersebut tetap

menunjukkan bahwa ketersediaan yang

ada masih belum mampu mencukupi

kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata

tanam eksisting maupun berdasarkan pola

tanam alternatif 1, alternatif 2, dan

alternatif 3.

2.Dari hasil perhitungan pola tata tanam

yang sudah dilakukan, kebutuhan air

irigasi berdasarkan pola tata tanam

eksisting memiliki kisaran nilai antara

0,000 m3/dt sampai dengan 1,641 m3/dt.

Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola

tata tanam alternatif 1 memiliki kisaran

nilai antara 0,000 m3/dt sampai dengan

1,641 m3/dt. Kebutuhan air irigasi

berdasarkan pola tata tanam alternatif 2

memiliki kisaran nilai antara 0,000 m3/dt

sampai dengan 1,782 m3/dt. Kebutuhan

air irigasi berdasarkan pola tata tanam

alternatif 3 memiliki kisaran nilai antara

0,000 m3/dt sampai dengan 1,782 m3/dt.

Dan untuk kebutuhan air irigasi

berdasarkan pola tata tanam alternatif 4

memiliki kisaran nilai antara 0,000 m3/dt

sampai dengan 1,628 m3/dt.

Page 7: Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Studi... · 2018-11-19 · Neraca air digunakan untuk membandingkan

3.Setelah dilakukan analisa debit andalan,

debit andalan 51% merupakan debit

andalan yang mendekati/mewakili debit-

debit yang sudah ada selama 10 tahun

terakhir (tahun 2006 s.d 2015). Maka

dipilihlah keuntungan hasil produksi

maksimal yang sesuai dengan kondisi di

lapangan dengan kondisi ketersediaan air

menggunakan debit andalan 51%. Dari

hasil optimasi dengan bantuan solver,

Untuk kondisi debit andalan 51%

(normal) pola tata tanam yang terpilih

yaitu pola tata tanam eksisting (padi,

jagung, tebu - padi, jagung, tebu - padi,

jagung, tebu) dengan intensitas tanam

pola tanam eksisting selama satu tahun

sebesar 252,756% dan menghasilkan

keuntungan Rp. 45.734.799.598,-.

Dianalisa pula dengan ketersediaan debit

andalan 97% (kering), 80%, 75%

(rendah), dan 26% (cukup). Dari hasil

optimasi dengan bantuan solver, maka

untuk kondisi debit andalan 97% (kering)

pola tata tanam yang terpilih yaitu pola

tata tanam alternatif 2 (padi, jagung, tebu

- padi, jagung, tebu - jagung, tebu)

dengan intensitas tanam pola tanam

alternatif 2 selama satu tahun sebesar

153,082% dan menghasilkan keuntungan

Rp. 25.931.771.739,-. Untuk kondisi debit

andalan 80% pola tata tanam yang terpilih

yaitu pola tata tanam eksisting (padi,

jagung, tebu - padi, jagung, tebu - padi,

jagung, tebu) dengan intensitas tanam

pola tanam eksisting selama satu tahun

sebesar 246,171% dan menghasilkan

keuntungan Rp. 40.881.650.129,-. Untuk

kondisi debit andalan 75% (rendah) pola

tata tanam yang terpilih yaitu pola tata

tanam eksisting (padi, jagung, tebu - padi,

jagung, tebu - padi, jagung, tebu) dengan

intensitas tanam pola tanam eksisting

selama satu tahun sebesar 246,316% dan

menghasilkan keuntungan Rp.

43.808.432.474,-. Dan untuk kondisi

debit andalan 26% (cukup) pola tata

tanam yang terpilih yaitu pola tata tanam

eksisting (padi, jagung, tebu - padi,

jagung, tebu - padi, jagung, tebu) dengan

intensitas tanam pola tanam eksisting

selama satu tahun sebesar 263,069% dan

menghasilkan keuntungan Rp.

47.937.450.353,-.

Saran

1.Untuk mengatasi kelebihan air maka perlu

dilakukan variasi kombinasi pola tanam

sehingga nantinya bisa menghasilkan

keuntungan produksi yang lebih

maksimal.

2.Perlu dilakukan survei lebih lanjut dan

menyeluruh apabila ada potensi perluasan

lahan sawah sehingga kelebihan air dapat

dimanfaatkan lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Sumber Daya Air. 1986. Kriteria

Perencanaan Irigasi 01. Jakarta :

Ditjen sumber Daya Air

Limantara, LM dan Soetopo, W. 2010.

Manajemen Sumber Daya Air.

Bandung : Lubuk Agung

Patirajawane, F. 2016. Studi Optimasi

Distribusi Pemanfaatan Air di

Daerah irigasi Melik, Kabupaten

Jombang dengan Menggunakan

Program Linear. Skripsi tidak

dipublikasikan. Malang :

Universitas Brawijaya

Soetopo, W. 2012. Model-Model Simulasi

Stokastik untuk Sistem Sumber

Daya Air. Malang : Citra Malang

Sosrodarsono, S dan Takeda, K.

1987. Hidrologi untuk

pengairan. Jakarta : PT. Paradyna

Paramita.