9
STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) Disusun Oleh : FATHOR ROSIADI NIM. 0710643017 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014

Studi Optimasi Pola Tata Tanam Untuk Memaksimalkan Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Di Daerah Irigasi Parsanga Kabupaten Sumenep Fathor Rosiadi 0710643017

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi-Optimasi-Pola-Tata-Tanam-Untuk-Memaksimalkan-Keuntungan-Hasil-Produksi-Pertanian-

Citation preview

  • STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM

    UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL

    PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA

    KABUPATEN SUMENEP

    JURNAL ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan

    Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

    Disusun Oleh :

    FATHOR ROSIADI

    NIM. 0710643017

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS TEKNIK

    MALANG

    2014

  • STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM

    UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL

    PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA

    KABUPATEN SUMENEP

    Fathor Rosiadi

    Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Dalam Jaringan Irigasi Parsanga terjadi kekurangan debit pada penerapan pola tanam

    eksisting. Oleh karena itu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan

    melakukan optimasi dengan kendala debit atau volume dan luas lahan. Hasil akhir yang ingin

    diperoleh dari studi ini adalah berapa besar keuntungan maksimum yang dapat diperoleh

    berdasarkan pada luas lahan yang ditanami dengan memanfaatkan ketersediaan air irigasi

    yang ada.

    Luas lahan yang ada pada Daerah Irigasi Parsanga adalah sebesar 500 Ha. Pada analisa

    studi ini ketersediaan air irigasi dilakukan dengan satu kondisi debit yaitu debit andalan ( Q

    andalan 80% ).

    Hasil optimasi dapat diketahui keuntungan maksimum untuk Daerah Irigasi Parsanga

    pada pola tata tanam eksisting Dengan penerapan program linier dengan fasilitas solver,

    keuntungan per tahun sebesar Rp. 14.413.067.000,00, pada pola tata tanam alternatif I dengan

    keuntungan per tahun sebesar Rp. 17.536.463964,00, pada pola tata tanam alternatif II dengan

    keuntungan per tahun sebesar Rp. 19.543.827.644,00, pada pola tata tanam alternatif III

    dengan keuntungan per tahun sebesar Rp. 18.193.958.700,00.

    Optimasi air irigasi untuk Daerah Irigasi Parsanga dengan Program Linier mampu

    memberikan hasil yang optimal, dan hasil optimasi ini dapat digunakan untuk menentukan

    langkah-langkah operasional sistem pembagian air irigasi.

    Kata Kunci : DI Parsanga, Irigasi, Pola Tata Tanam, Optimasi, Hasil Produksi

    ABSTRAK

    In Irrigation Parsanga has occurred of water capacities shortage on the application of

    the existing cropping pattern. Therefore, it can be done to resolves this problem is to perform

    optimization with constraints capacities or volume and land area. The final results to be

    obtained from this study is how much the maximum profit that can be obtained based on the

    land area planted to take advantage of the availability of water irrigation available.

    Land area of the irrigation is 500 Ha. In the analysis of this study, the availability of

    water made a conditions are the mainstay discharge (Q mainstay of 80%).

    The optimization results of Parsanga Irrigation Area can be seen for the maximum

    benefit in the existing cropping pattern. The application of the linear program with solver

    facilities, profit per year of Rp. 14.413.067.000,00, on the pattern of the first alternate

    cropping get profit per year of Rp. 17.536.463964,00, the cropping pattern of alternative II

    get profit of Rp. 19.543.827.644,00, on alternate cropping pattern of the third with a gain per

    year is Rp. 18.193.958.700,00.

    Optimization of irrigation water for the irrigation area Parsanga with Linear Program

    is able to provide optimal results, and the results of this optimization can be used to

    determine the operational steps of irrigation water distribution systems.

    Key Words : Irrigation Area, Irrigation, Cropping Pattern System, Optimization, Production

  • 1. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Dengan adanya keadaan yang

    berdasar ketidaksesuaian dan

    penyimpangan tersebut perlu ditentukan

    pola tata tanam yang ideal, dimana

    kebutuhan air tanaman diperhitungkan

    dengan ketersediaan debit yang ada. Salah

    satu upaya yang dilakukan adalah dengan

    optimasi pola tata tanam sehingga hasil

    dari produksi pertanian dapat

    dimaksimalkan.

    Identifikasi Masalah

    Air yang tersedia dalam memenuhi

    kebutuhan air irigasi mengalami

    pengurangan pada musim kemarau.

    Rumusan Masalah

    1. Berapa debit andalan yang ada pada Daerah Irigasi Parsanga?

    2. Berapa kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi Parsanga yang diperlukan untuk

    masing-masing jenis tanaman yang

    dibudidayakan berdasar pola tata

    tanam?

    3. Berapa luas tanaman maksimum yang didapat dari hasil optimasi?

    4. Berapa keuntungan maksimum yang didapat dari hasil optimasi?

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    Kebutuhan Air Irigasi

    Sejumlah air yang dibutuhkan untuk

    tanaman pada kondisi pertumbuhan yang

    optimal tanpa kekurangan air yang

    dinyatakan dengan netto kebutuhan air di

    sawah (Netto from Requirement, NFR).

    Metode Keseimbangan Air (Water

    Balance)

    Kebutuhan air irigasi di sawah :

    a. Untuk tanaman padi : NFR = Cu + Pd + NR + P - Reff (2-26)

    b. Untuk tanaman palawija : NFR = Cu + P - Reff (2-27)

    dimana :

    NFR= Kebutuhan air di sawah (1 mm/hari

    x 10.000/24x60x60 = 1) (lt/dt/ha)

    Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)

    Pd =Kebutuhan air untuk pengolahan

    tanah (mm/hari)

    NR =Kebutuhan air untuk pembibitan

    (mm/hari)

    P =Perkolasi (mm/hari)

    Reff =Curah hujan efektif (mm/hari)

    Pola Tata Tanam

    Mengatur waktu, tempat, jenis dan

    luas tanaman pada daerah irigasi, tujuan

    tata tanam adalah untuk memanfaatkan

    persediaan air irigasi seefisien mungkin,

    sehingga tanaman dapat tumbuh baik.

    Neraca Air

    Kebutuhan air irigasi untuk tanaman

    dan debit andalan yang tersedia di intake

    maka dibuat neraca air untuk satu daerah

    irigasi. Sehingga kekurangan dan

    kelebihan air dapat dipantau atau

    dievaluasi pada perencanaan selanjutnya.

    Debit Andalan

    Kemungkinan terpenuhi ditetapkan

    80% (kemungkinan bahwa debit sungai

    lebih rendah daripada debit andalan adalah

    20%) debit andalan ditentukan untuk

    periode tengah bulanan. Debit minimum

    sungai dianalisis atas dasar data debit data

    harian sungai (Anonymous/KP-01, 1986).

    Prosedur perhitungan debit andalan

    adalah sebagai berikut :

    1. Menghitung total debit andalan dalam satu tahun untuk tiap tahun data yang

    diketahui.

    2. Merangking data mulai dari yang besar hingga kecil

    3. Menghitung probabilitas untuk masing masing data dengan menggunakan persamaan weilbull. (Subarkah, 1980 :

    111)

    P = 1001

    xn

    m

    % (2-28)

    dimana : P = Probabilitas (%)

    m = nomor urut data debit

    n = Jumlah data debit

  • Optimasi

    Dalam studi ini jenis model yang

    digunakan adalah program linier. Hal ini

    didasarkan pada pertimbangan bahwa

    program linier cukup sederhana baik dari

    segi formulasinya maupun tahap

    penyelesaian yang dilakukan, sehingga

    tidak membutuhkan tingkat pemecahan

    yang terlalu rumit. Pemilihan ini

    didasarkan karena penggunaan program

    linier memiliki keuntungan sebagai

    berikut:

    1. Metode ini dapat dipakai untuk menyelesaikan sistem dengan perubah

    dan kendala yang cukup banyak.

    2. Penggunaan metode ini mudah, selain itu ditunjang oleh banyak paket

    program yang sudah beredar.

    3. Fungsi matematikanya sederhana. 4. Hasilnya cukup baik. Dalam penggunaan program linier tersebut

    memiliki kelebihan dan keterbatasan.

    Kelebihan dari program linier yaitu :

    1. Memiliki fungsi matematika yang sederhana

    2. Hasilnya cukup akurat 3. Modul dari metode ini mudah didapat Keterbatasan dari program linier yaitu :

    1. Tidak dapat menganalisa sistem daerah irigasi yang komplek

    2. Memiliki kesulitan terhadap aspek stokastik, waktu, dan fungsi tak linier.

    A. Model Program Linier

    1. Variabel Putusan Adalah variabel yang akan dicari dan

    memberi nilai yang paling baik bagi tujuan

    yang hendak dicapai.

    2. Fungsi Tujuan Adalah fungsi matematika yang

    harus dimaksimumkan atau

    diminimumkan, dan mencerminkan tujuan

    yang hendak dicapai.

    Maks Z =

    n

    n

    nnxc1

    Dengan:

    Z =fungsi tujuan (keuntungan maksimum

    hasil pertanian) (Rp)

    cn = keuntungan / manfaat bersih irigasi

    sawah (Rp/Ha)

    xn = luas areal irigasi (Ha)

    3. Fungsi Kendala Adalah fungsi matematika yang

    menjadi kendala bagi usaha untuk

    memaksimumkan atau meminimumkan

    fungsi tujuan, mewakili kendala yang

    harus dicapai.

    Kendala Volume Debit:

    n

    n

    nmn xa1

    bm

    Dan xn 0 untuk m = 1 ,2, 3,,m untuk n = 1, 2, 3,,n dimana:

    Z =fungsi tujuan (keuntungan maksimum

    hasil pertanian) (Rp)

    xn =variabel sasaran irigasi (luas areal

    irigasi) (Ha)

    amn = konstanta (volume kebutuhan air

    irigasi) (m3/Ha)

    bm = volume ketersediaan air (m3)

    cn = keuntungan / manfaat bersih irigasi

    sawah (Rp/Ha)

    m = jumlah kendala

    n = jumlah variabel keputusan

    Kendala Luas Lahan:

    K = X1 + X2 + X3 Xm Dengan :

    K = fungsi kendala

    X1 = luas padi

    X2 = luas palawija

    X3 = luas tebu

    Xm = Luas lahan

    Penyelesaian program linier yang

    memiliki jumlah variabel keputusan

    kurang dari samadengan dua (n 2) maka dapat dipakai secara grafis. Sedangkan

    untuk persamaan yang memiliki jumlah

    variabel keputusan lebih dari samadengan

    dua (n 2), maka penyelesaiannya harus menggunakan cara matematis/analitis.

    B. Fasilitas Solver Pada Microsoft Excel

    Solver adalah fasilitas didalam

    program Microsoft Excel pada Windows.

    Digunakan untuk menyelesaikan masalah

    optimasi. Solver digunakan untuk mencari

    solusi maksimum maupun minimum suatu

    permasalahan yang kita hadapi.

  • Gambar 1. Fasilitas solver Microsoft Excel

    Sumber : Program Linier

    3. METODOLOGI PENELITIAN

    Jaringan irigasi Parsanga terletak

    dalam wilayah sungai anjuk secara

    administratif masuk dalam 3 wilayah

    kecamatan, yang terdiri dari 8 desa.

    Gambar 2. Lokasi Studi

    Sumber : Dinas PU

    Untuk memperlancar langkah langkah perhitungan dalam studi ini, maka

    diperlukan tahapan tahapan sebagai berikut :

    1. Pengolahan Data Curah Hujan. 2. Pengolahan Data Debit Intake. 3. Pengolahan Data Klimatologi. 4. Perhitungan kebutuhan air tanaman. 5. Perhitungan kebutuhan air sawah. 6. Perhitungan kebutuhan air di intake. 7. Perhitungan neraca air untuk

    menentukan apakah debit yang tersedia

    dapat mencukupi debit yang

    dibutuhkan.

    8. Optimasi pola tata tanam Optimasi alokasi air pada petak

    tersier dilakukan dengan

    menggunakan program linear

    dengan fungsi tujuan

    memaksimalkan hasil produksi

    dengan kendala debit air yang

    tersedia dan kebutuhan air irigasi.

    Analisa optimasi yang dilakukan dalam studi ini adalah

    menggunakan debit andalan 80%

    yang merupakan fungsi kendala.

    Dengan debit tersebut dilakukan

    analisa optimasi dengan 4 pola tata

    tanam untuk mendapatkan sasaran

    atau keuntungan maksimum.

    Untuk kondisi debit tersebut

    dilakukan analisa optimasi dengan 4 pola

    tanam antara lain:

    1. Pola tanam eksisting 2. Pola tanam alternatif I 3. Pola tanam alternatif II 4. Pola tanam alternatif III Optimasi yang dilakukan dengan kondisi

    debit dan 4 pola tanam didapatkan hasil

    yaitu luas lahan optimum yang dapat

    ditanami dan keuntungan maksimum.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 1. Pengujian Konsistensi Data Hujan

    2004-2013

    Sumber : Hasil Perhitunan

    Hasil pengujian konsistensi data

    curah hujan, pada tabel 4 menunjukkan

    bahwa koefisien determinasi untuk setiap

    stasiun mendekati nilai 100 %. Tabel 2. Curah hujan Andalan

    Sumber : Hasil Perhitungan

  • Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

    1 Temperatur (t)0C 27.300 27.200 27.900 28.400 27.900 28.120 27.500 27.600 28.600 29.300 29.200 28.400

    2 Kecepatan Angin (u) m/dt 3.600 3.600 1.540 2.060 2.060 3.000 4.120 4.120 3.600 3.700 2.930 1.700

    3 Kelembaban Relatif (Rh) % 88.000 87.000 87.000 86.000 87.000 83.270 79.000 79.000 78.000 79.000 81.000 85.000

    4 Kecerahan matahri (n/N) % 65.000 56.000 77.000 79.000 76.000 80.910 89.000 100.000 100.000 99.000 88.000 61.000

    Perhitungan

    5 Nilai Angot (Ra) mm/hari 15.950 16.050 15.550 14.550 13.250 12.600 12.900 13.850 14.950 15.750 15.875 15.900

    6 Tekanan Uap Jenuh (ea) mbar 33.443 32.208 34.228 35.892 35.828 34.024 32.902 32.015 36.042 36.472 35.828 34.696

    7 Tekanan Uap Nyata (ed=ea*Rh) 29.430 28.021 29.778 30.867 31.170 28.332 25.993 25.292 28.113 28.813 28.511 29.492

    8 w 0.754 0.748 0.758 0.766 0.766 0.757 0.751 0.747 0.767 0.769 0.766 0.760

    9 1-w 1 0.246 0.252 0.242 0.234 0.234 0.243 0.249 0.253 0.233 0.231 0.234 0.240

    10 f(t) 15.833 15.688 15.921 16.104 16.097 15.898 15.770 15.666 16.120 16.165 16.097 15.973

    11 Radiasi Gelombang Pendek (Rs) mm/hari 9.586 8.866 10.353 9.845 8.750 8.655 9.425 10.942 11.811 12.357 11.513 9.212

    12

    mbar 4.013 4.187 4.450 5.025 4.658 5.692 6.909 6.723 7.929 7.659 7.317 5.204

    13 f(ed) mbar 0.101 0.107 0.100 0.096 0.094 0.106 0.116 0.119 0.107 0.104 0.105 0.101

    14 f(n/N) 0.685 0.604 0.793 0.811 0.784 0.828 0.901 1.000 1.000 0.991 0.892 0.649

    15 f(u) m/dt 1.110 1.110 0.629 0.751 0.751 0.970 1.231 1.231 1.110 1.133 0.954 0.667

    16 Radiasi bersih Gelombang Panjang

    ( Rn 1=f(t)*f(ed)*f(n/N)) mm/hari 1.099 1.015 1.261 1.248 1.191 1.393 1.644 1.860 1.720 1.663 1.508 1.048

    17 Eto*=w*(0.75Ra-Rn 1)+(1-w)*f(u)*(ea-ed) mm/hari 5.688 5.386 5.607 5.583 4.933 5.201 6.191 6.835 7.525 7.853 7.091 5.288

    18 Angka Koreksi ( c ) 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1

    19 Eto=Eto* x c mm/hari 6.257 5.924 5.607 5.024 4.439 4.681 5.572 6.835 8.278 8.639 7.800 5.817

    Sumber : Perhitungan

    Keterangan :

    1 Diketahui dari data Klimatologi 6. Diketahui dari Tabel lampiran 1.2 11. (0.25+(0.54*n/N (%))*Ra 16. f(t)*F(ed)*f(n/N)

    2 Diketahui dari data Klimatologi 7. ea*Rh 12. ea-ed 17. w*((0.75*Rs-Rn 1)+ (1-w))*f(u)*(ea-ed)

    3 Diketahui dari data Klimatologi 8. Diketahui Dari Tabel lampiran 1.2 13. 0.34 - (0.044*((ed)^0.5)) 18. Diketahui dari Tabel lampiran 1.6

    4 Diketahui dari data Klimatologi 9. Diketahui Dari Tabel lampiran 1.2 14. 0.1 + (0.9*n/N (%)) 19. Eto* x c

    5 Diketahui dari Tabel Lampiran 1.1 10.Diketahui Dari Tabel lampiran1.2 15. 0.27*(1+ 0.864*u)

    Uraian SatuanBulan

    No

    Perbedaan Tekanan Uap Jenuh dengan Tekanan

    Uap (ea-ed)

    Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

    1 Eto mm/hari 6.257 5.924 5.607 5.024 4.439 4.681 5.572 6.835 8.278 8.639 7.800 5.817

    2 Eo = Eto x 1,10 mm/hari 6.883 6.516 6.168 5.527 4.883 5.149 6.129 7.519 9.106 9.502 8.580 6.399

    3 P mm/hari 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

    4 M = Eo + P mm/hari 8.883 8.516 8.168 7.527 6.883 7.149 8.129 9.519 11.106 11.502 10.580 8.399

    5 T hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31

    6 S mm 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0

    7 k = (M x T) / S - 0.918 0.823 0.844 0.753 0.711 0.715 0.840 0.984 1.111 1.189 1.058 0.868

    8 LP = Mek

    / (ek - 1) mm/hari 14.789 15.181 14.329 14.231 13.524 13.997 14.305 15.205 16.560 16.542 16.206 14.477

    lt/dt/ha 1.712 1.757 1.658 1.647 1.565 1.620 1.656 1.760 1.917 1.915 1.876 1.676

    Sumber : Perhitungan

    Keterangan :

    ETo = evapotranspirasi potensial

    Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan

    P = perkolasi

    M = kebutuhan air untuk penggantian kehilangan air akibat evapotranspirasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan

    T = jangka waktu penyiapan lahan

    S = kebutuhan untuk penjenuhan lapisan atas

    e = bilangan eksponensial (2,71828)

    LP = kebutuhan air untuk pengolahan tanah

    No. Parameter SatuanBulan

    Tabel 3. Perhitungan Curah Hujan Andalan

    Dan Crurah Hujan Efektif. R 80

    mm mm mm/hr mm mm/hr

    1 138.00 96.60 9.66 39.23 3.92

    2 62.00 43.40 4.34 466.61 46.66

    3 51.00 35.70 3.57 730.64 73.06

    1 74.00 51.80 5.18 245.14 24.51

    2 49.00 34.30 3.43 491.54 49.15

    3 32.00 22.40 2.24 757.27 75.73

    1 112.00 78.40 7.84 259.90 25.99

    2 10.00 7.00 0.70 499.19 49.92

    3 30.00 21.00 2.10 758.27 75.83

    1 14.00 9.80 0.98 272.66 27.27

    2 123.00 86.10 8.61 602.07 60.21

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    3 25.00 17.50 1.75 23.60 2.36

    1 66.00 46.20 4.62 19.73 1.97

    2 103.00 72.10 7.21 60.01 6.00

    3 130.00 91.00 9.10 111.37 11.14

    1019.00 713.30 71.33 5337.23 533.72

    Sumber : Perhitungan

    Dec

    Bulan PeriodeRe Padi Re polowijo

    JUMLAH

    Jan

    Feb

    Mar

    Apr

    May

    Jun

    Jul

    Aug

    Sep

    Oct

    Nov

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Setelah mendapatkan Curah Hujan

    Andalan Dan Curah Hujan Efektif

    kemudian mencari hasil Evapotranspirasi

    Potensial. Data klimatologi selama 10

    tahun 2004-2013.

    Tabel 4. Perhitungan Evapotranspirasi

    Potensial

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Mencari Debit Andalan di Intake

    Bendung dengan rumus Weibull 2004-

    2013.

    Tabel 5. Perhitungan Probalitas Debit

    Andalan dengan Rumus Weibull.

    Tahun Q (m3/dt) Tahun Q (m

    3/dt)

    1 2004 0.188 2004 0.188 9.09

    2 2005 0.329 2005 0.329 18.18

    3 2006 0.506 2009 0.438 27.27

    4 2007 0.468 2007 0.468 36.36

    5 2008 0.473 2008 0.473 45.45

    6 2009 0.438 2006 0.506 54.55

    7 2010 0.572 2012 0.523 63.64

    8 2011 0.547 2011 0.547 72.73

    9 2012 0.523 2010 0.572 81.82 Q80

    10 2013 1.424 2013 1.424 90.91

    Sumber : Perhitungan

    NoData Debit Rangking Data

    WeibullP (%)

    Sumber :Hasil Perhitungan

    Tabel 6. Debit Andalan Q 2010 Q Andalan

    (m3/dt) (m

    3/dt)

    1 0.10 0.100

    2 0.94 0.940

    3 1.34 1.340

    1 0.94 0.940

    2 1.28 1.280

    3 1.44 1.440

    1 1.28 1.280

    2 1.28 1.280

    3 1.28 1.280

    1 1.28 1.280

    2 1.30 1.300

    3 1.30 1.300

    1 1.28 1.280

    2 0.71 0.710

    3 0.37 0.370

    1 0.17 0.170

    2 0.10 0.100

    3 0.27 0.270

    1 0.31 0.310

    2 0.37 0.370

    3 0.37 0.370

    1 0.37 0.370

    2 0.37 0.370

    3 0.37 0.370

    1 0.27 0.270

    2 0.27 0.270

    3 0.14 0.140

    1 0.12 0.120

    2 0.12 0.120

    3 0.12 0.120

    1 0.12 0.120

    2 0.12 0.120

    3 0.12 0.120

    1 0.12 0.120

    2 0.12 0.120

    3 0.12 0.120

    Sumber : Hasil Perhitungan 1.440

    Aug

    Oct

    Nov

    Sep

    Mar

    Apr

    May

    Jun

    Jul

    Bulan Periode

    Des

    Jan

    Feb

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Tabel 7. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk

    Penyiapan Lahan( metode Van De Gor dan

    Zijlstra) 2004-2013

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Tinggi genangan yang diperlukan

    dalam studi ini sebesar 50 mm selama 1

    bulan (30 hari), dan diberikan saat 1 bulan

    setelah masa transplantasi.

  • WLR = 30

    50mm = 1,667 mm/hari

    Hasil dari PTT eksisting didapat

    Hasil dari Kebutuhan Air Tanaman, sawah,

    dan Intake.

    Gambar 3. Neraca Air

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan Total

    Air Irigasi

    No Musim Kebutuhan

    Tanam Padi Palawija Total

    I 7.216 0.000 7.216

    II 9.184 5.522 14.707

    III 0.000 8.513 8.513

    I 5.030 2.397 7.427

    II 0.000 5.522 5.522

    III 14.044 8.513 22.557

    I 7.216 3.835 11.051

    II 9.184 5.522 14.707

    III 0.000 8.513 8.513

    I 7.216 0.000 7.216

    II 11.055 0.000 11.055

    III 16.007 8.513 24.520

    Sumber : Hasil Perhitungan

    1

    2

    3

    4

    PTT Eksisting

    PTT Alternatif I

    PTT Alternatif I

    PTT Alternatif I

    Pola Tanam

    D.I. Parsanga

    Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt/ha)

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Tabel 9. Manfaat Bersih Irigasi Sawah Per

    Ha

    No Jenis Tanaman Harga Jual Total Manfaat

    (Rp/ton) (Rp/ha) (Rp/ha)

    1 Padi 4,000,000 20,000,000 16,349,000

    2 Palawija (Jagung) 4,000,000 12,000,000 9,064,000

    Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep, 2013

    3.00 2,936,000

    Hasil Prod Biaya Prod

    (ton/ha) (Rp/ha)

    5.00 3,651,000

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Proses analisa optimasi dalam studi

    ini menggunakan program linier dengan

    bantuan fasilitas solver dalam Microsoft

    Exel. Dengan memasukkan nilai nilai parameter fungsi sasaran dan fungsi

    kendala akan diperoleh hasil atau keluaran

    dari komponen komponen variabel serta harga dari fungsi sasaran. Dari hasil

    optimasi yang dilakukan dengan kondisi

    debit dan masing masing empat pola tata tanam didapatkan hasil yaitu keuntungan

    maksimum.

    Tabel 10. Keuntungan Hasil Produksi (

    Optimasi Program Linier) Musim

    Tanam PTT Eksisting PTT Alternatif I PTT Alternatif II PTT Alternatif III PTT Terpilih

    (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

    1. Debit Andalan (80%) I 8,174,500,000 9,999,999,993 9,999,999,993 10,000,000,000

    II 5,078,375,000 6,000,000,000 8,007,363,680 6,657,494,378

    III 1,160,192,000 1,536,463,971 1,536,463,971 1,536,463,971

    14,413,067,000.00 17,536,463,964.07 19,543,827,644.45 18,193,958,349.70

    PTT Alternatif II

    Keuntungan per Tahun

    No. Debit Andalan

    Keuntungan / Manfaat Irigasi

    Sumber : Hasil Perhitungan

    5. KESIMPULAN

    1. Berdasarkan hasil analisa data dengan metode Weibull diperoleh debit andalan

    Daerah Irigasi Parsanga dengan nilai

    Qandalan 80% terbesar sebesar 1,424

    m3/dt dan nilai Qandalan 80% terkecil

    sebesar 0,188 m3/dt yang ditunjukkan

    pada tabel 4.11.

    2. Besar kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis

    tanaman yang dibudidayakan di Daerah

    Irigasi Parsanga sebagai berikut :

    a. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam eksisting

    Musim tanam I adalah padi sebesar 500 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 0 m3/Ha.

    Musim tanam II adalah padi sebesar 75 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 425 m3/Ha.

    Musim tanam III adalah padi sebesar 0 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 125 m3/Ha.

    b. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam alternatif I

    Musim tanam I adalah padi sebesar 400 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 100 m3/Ha.

    Musim tanam II adalah padi sebesar 0 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 500 m3/Ha.

    Musim tanam III adalah padi sebesar 200 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 300 m3/Ha.

    c. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam alternatif II

    Musim tanam I adalah padi sebesar 350 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 150 m3/Ha.

    Musim tanam II adalah padi sebesar 235 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 265 m3/Ha.

  • Musim tanam III adalah padi sebesar 0 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 500 m3/Ha.

    d. Berdasarkan pola tata tanam alternatif III

    Musim tanam I adalah padi sebesar 500 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 0 m3/Ha.

    Musim tanam II adalah padi sebesar 500 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 0 m3/Ha.

    Musim tanam III adalah padi sebesar 250 m

    3/Ha, palawija

    sebesar 250 m3/Ha.

    3. Berdasarkan hasil optimasi program linier dengan menggunakan fasilitas

    solver didapat luas tanam optimum

    sebagai berikut :

    a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting luas tanam optimum untuk musim

    tanam I seluas 500 Ha ditanami

    padi sebesar 500 Ha, palawija

    sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 75 Ha, palawija sebesar

    425 Ha. Pada musim tanam III

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 0 Ha, palawija sebesar 125

    Ha.

    b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 luas tanam optimum untuk musim

    tanam I seluas 500 Ha ditanami

    padi sebesar 500 Ha, palawija

    sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0

    Ha. Pada musim tanam III seluas

    500 Ha ditanami padi sebesar 0 Ha,

    palawija sebesar 128 Ha.

    c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 luas tanam optimum untuk musim

    tanam I seluas 500 Ha ditanami

    padi sebesar 500 Ha, palawija

    sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 251 Ha, palawija sebesar

    249 Ha. Pada musim tanam III

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 0 Ha, palawija sebesar 128

    Ha.

    d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 luas tanam optimum untuk musim

    tanam I seluas 500 Ha ditanami

    padi sebesar 500 Ha, palawija

    sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II

    seluas 500 Ha ditanami padi

    sebesar 333 Ha, palawija sebesar 0

    Ha. Pada musim tanam III seluas

    500 Ha ditanami padi sebesar 0 Ha,

    palawija sebesar 128 Ha.

    4. Besar keuntungan maksimum yang didapat dari hasil optimasi program

    linier pada masing-masing jenis pola

    tata tanam di Daerah Irigasi Parsanga

    sebagai berikut :

    a. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Eksisting ini adalah

    sebesar

    Rp. 14.413.067.000,00

    b. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 1 yang telah

    dioptimasi ini adalah sebesar Rp.

    17.536.463.964,07

    c. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 2 yang telah

    dioptimasi ini adalah sebesar Rp.

    19.543.827.644,45

    d. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 3 yang telah

    dioptimasi ini adalah sebesar Rp.

    18.193.958.349,70

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 1986. Standar Perencanaan

    Irigasi (Kriteria Perencanaan 01-

    07). Bandung: CV. Galang Persada.

    Anonim. 1986. Standar Perencanaan

    Irigasi (Bagian Penunjang,

    KP 01 07). Direktorat Jenderal Pengairan: Departemen

    Pekerjaan Umum.

    Montarcih, L. & Soetopo, W. 2009.

    Manajemen Air Lanjut. Malang:

    CV. Citra Malang.

    Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1976.

    Hidrologi untuk Pengairan.

    Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

    Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk

    Perencanaan Bangunan Air.

    Bandung: Idea Dharma.

    Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik

    Edisi 1. Surabaya: Usaha Nasional

    Montarcih, L. 2010. Hidrologi Praktis.

    Bandung : Lubuk Agung

    Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air

    Tanaman. Malang: Institut

    Teknologi Nasional.

    Wirosoedarmo, Ruslan. 1985. Dasar-

    dasar Irigasi Pertanian.

    Malang: Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya.

    Montarcih, L. 2010. Optimazation of

    Water Needs At Kepanjen Dam and

    Sengguruh Dam, East Java,

    Indonesia. Malang : Internasional

    Journal of Academy Research Vol.

    2. Hal : 216

    Montarcih, L. 2008. Pengaruh Perubahan

    Cuaca terhadap Optimasi Irigasi

    dengan Program linier. Malang :

    Citra Malang

    Linsley, Ray K., 1989, Teknik Sumber

    Daya Air Jilid II, Erlangga, Jakarta.

    http://www.solver.com/pricemenu.htm