Upload
supriyono-lekprie
View
263
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
ADJI SATRIO UTOMO
I34060323
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
ADJI SATRIO UTOMO. Impact of Implementation Program Corporate Social
Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to Local Community
(Supervised by: RILUS A. KINSENG).
This research aims to investigate impacts of Corporate Social
Responsibility (CSR) programs of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to local
Community. This research was conducted in Nambo Village, Subdistrict of
Klapanunggal, Province of West Java. The subject of this research is the village
government, local community, and the corporate.
This study investigated kinds of CSR program, impacts of CSR progam,
and factors that influence impacts of CSR program of PT. Indocement. The
method of this research is using purposive sampling technique to decide the
sample. In this research, one key informant and twenty respondents were
interviewed.
The conclusion of this research are impacts of CSR programs of PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk influenced by internal factor (corporate
perception about CSR, corporate motivation about CSR, CSR implementation
strategy, and community development strategy) and external factor
(characteristic, requirements, and community perception).
Keywords : Impact, CSR, Local Community, PT. Indocement
RINGKASAN
ADJI SATRIO UTOMO. DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL. Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Dibawah bimbingan Rilus A. Kinseng).
Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini sedang menjadi
bahan pembicaraan yang cukup hangat oleh banyak pakar dan perusahaan yang
concern terhadap CSR, bahkan juga dari kalangan masyarakat sebagai salah satu
stakeholder dari perusahaan pelaku CSR. Banyak pakar CSR yang berpendapat
bahwa kegiatan CSR sudah tidak dapat lagi terpisahkan dari perusahaan-
perusahaan besar. Karena dengan melaksanakan CSR, perusahaan akan
mendapatkan kepercayaan penuh dari para stakeholders dan memperoleh
keuntungan.
PT. Indocement merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan
CSR. PT. Indocement dijadikan tempat penelitian karena prestasi yang telah
diperoleh terkait CSR yaitu CSR Award 2008 dan Peringkat Emas PROPER 2009.
Program CSR PT. Indocement dilaksanakan di dua belas desa binaan, salah
satunya adalah Desa Nambo. Desa Nambo dijadikan tempat penelitian karena
adanya pola kemitraan yang baik dengan PT. Indocement. Hal ini didasarkan atas
persepsi positif masyarakat terhadap program-program CSR PT. Indocement dan
tidak pernah terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat Nambo. Selain
itu, faktor jarak Desa Nambo yang berada pada ring dua (jarak menengah dari PT.
Indocement) memungkinkan adanya penilaian objektif terhadap program CSR PT.
Indocement, dibandingkan dengan desa dengan jarak yang terjauh dan yang
terdekat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami jenis program
CSR PT. Indocement, dampak program CSR PT. Indocement terhadap
masyarakat lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan
program CSR terhadap masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan
adalah purposive (menentukan secara sengaja) untuk menentukan informan dan
responden penelitian dengan kriteria yaitu orang yang mengikuti, melaksanakan
dan atau menerima program CSR PT. Indocement. Informan kunci dalam
penelitian ini yaitu CSR Department Head, sedangkan responden dalam penelitian
ini adalah CD Section Head, SDP Section Head, Kordinator CSR Desa Nambo,
Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas orang warga Desa Nambo sebagai
penerima program CSR PT. Indocement. Warga Desa Nambo yang menerima
program CSR PT. Indocement terdiri dari anggota kelompok peternak Hidayah
Alam yang berjumlah sebelas orang, pelaksana dan atau penerima manfaat
program CD lima aspek (empat orang), dan penerima program SDP (satu orang).
Jenis-jenis program CSR PT. Indocement yang selama ini dijalankan di
dua belas desa binaan mengacu pada kegiatan Community Development (CD) lima
aspek (pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan, sosial, budaya, dan agama)
dan Sustainable Development Project (SDP). Program yang dilaksanakan dalam
lima aspek ini seperti pembangunan infrastruktur, pemberian beasiswa, bantuan
sosial hari besar agama, dan pelatihan-pelatihan (pelatihan beternak ayam petelur,
pelatihan LINMAS, dan lain-lain). Kegiatan yang dilaksanakan dalam Sustainable
Development Project lebih memperhatikan keberlanjutan proyek, seperti biogas,
pengolahan sampah, bengkel terpadu, dan lain-lain.
Dampak dari program CSR PT. Indocement yang dirasakan oleh warga
Desa Nambo adalah perubahan tingkat pengetahuan, tingkat kesehatan, dan
berkurangnya jumlah pengangguran. Karena mereka (penerima program)
berpendapat bahwa program tersebut bermanfaat baik dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berusaha, serta meningkatkan
penghasilan. Namun, dampak yang dirasakan hanya sedikit dan lebih besar
kepada penerima program. Hal ini didasarkan oleh data jumlah pengangguran
yang berkurang dari program CSR (ayam petelur) hanya lima belas orang (terdiri
dari 11 peternak, 3 karyawan ternak, dan 1 distributor) dari 3657 orang
pengangguran di Desa Nambo.
Perubahan sosial yang terjadi akibat program CSR PT. Indocement secara
keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Hal ini dikarenakan program CSR yang
dilaksanakan belum berdampak besar bagi masyarakat Desa Nambo, seperti
jumlah pengangguran hanya berkurang lima belas orang dari program ternak
ayam petelur. Perubahan sosial yang terjadi karena sejak awal direncanakan,
seperti pelaksanaan social mapping yaitu dengan pemetaan dan survey langsung
kebutuhan masyarakat ke tempat pelaksanaan CSR.
Faktor internal PT. Indocement yang mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan CSR-nya adalah cara pandang perusahaan yang memandang CSR as
a commitment, visi dan misi CSR yang fokus pada keberlanjutan, perencanaan
dari manajemen yang baik (melakukan social mapping), divisi CSR yang
terkoordinasi dengan baik (divisi CD lima aspek dan divisi SDP), dan alokasi
dana CSR yang tersedia setiap tahunnya. Faktor eksternal (masyarakat) yang
mempengaruhi proses pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah karakteristik dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, persepsi warga dan sikap pemerintah terhadap
program juga akan mempengaruhi pelaksanaan program CSR PT. Indocement.
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Adji Satrio Utomo
I34060323
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Adji Satrio Utomo
NIM : I34060323
Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi : Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. Terhadap Masyarakat Lokal
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA
NIP. 19590506 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: __________________
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL BELUM
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG
PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 2 Februari 2010
Adji Satrio Utomo
I34060323
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Adji Satrio Utomo yang dilahirkan pada tanggal 23
September 1988 di Bekasi. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak H. Soebardono dan Ibu Hj. Yetti Rosmiati. Pendidikan yang
pertama kali ditempuh adalah Taman Kanak-kanak Jayasari Bekasi pada tahun
1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Panca Motor
1 Bekasi pada tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5
Bekasi pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bekasi
pada tahun 2003-2006.
Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis
selain kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, khususnya menjadi Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2009. Penulis juga
menjadi Asisten M.K. Dasar-Dasar Komunikasi selama dua semester, yaitu
semester enam dan semester tujuh. Selain itu, berkat ijin Allah SWT, penulis juga
dapat mengukir prestasi lainnya yaitu menjadi lulusan pertama (3.5 tahun) dari
program akselerasi KPM.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Dampak Pelaksanaan Program
Corporate Social Responsibility (CSR) oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk Terhadap Masyarakat Lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk [1] mengetahui jenis program CSR PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, [2] menganalisis dampak program CSR, dan
[3] menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program
CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi proses pembelajaran bagi peneliti dalam memahami fenomena sosial
yang terjadi di lapangan serta dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait
kegiatan CSR.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai tambahan
literatur tentang CSR. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam melaksanakan CSR.
Bogor, 2 Februari 2010
Adji Satrio Utomo
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya dan Insya Allah memuaskan. Selama penelitian dan penulisan skripsi
ini, penulis mendapatkan banyak dukungan moril maupun materiil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Fredian Tonny, MS sebagai dosen penguji utama.
3. Martua Sihaloho, SP, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen.
4. Ibu Via, Ibu Lia, Pak Toto, Pak Bambang, Pak Yadi, Pak Romy, dan
seluruh karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah
membantu peneliti dalam kelengkapan data.
5. Pak Nurohim dan seluruh warga Desa Nambo yang telah membantu
peneliti dalam kelengkapan data.
6. Papah, Mamah, Ka Didit, Ka Adi, Ka Uul, dan keponakanku tersayang
Algi yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan dukungannya.
Terima kasih atas doanya.
7. Annisa Rahmawati, yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, ide-
ide, dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.
8. Sahabatku Icha, Ega, Azis, Cecep, Hendra, Untung, Ogi, Kapten, Adha,
Bedhil, Arif, Bayu, Ipung, dan Andris.
9. Seluruh staf pengajar KPM yang telah memberikan ilmu dan berbagi
pengalaman.
10. KPMers, angkatan 43-45. Semoga semangat dan sukses selalu mengiringi
kita semua. Amin.
11. Rekan-rekan BEM FEMA Kabinet HEROIC, terima kasih atas
kerjasamanya.
Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.
xii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................. 3
BAB II PENDEKATAN TEORITIS .................................................. 4
2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................... 4 2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility ................... 4 2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR ....................... 5 2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR ........... 7 2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR .......................................... 8
2.1.5. Strategi Pengembangan Masyarakat ........................... 10 2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat .... 11 2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat ................................... 11 2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ......................... 13 2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan ............................. 14 2.1.10 Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal .. 16
2.2. Kerangka Pemikiran .............................................................. 18 2.3. Hipotesis Pengarah ............................................................... 19 2.4. Definisi Konseptual .............................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 22 3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................... 22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 22 3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................... 23 3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden ......................... 23 3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 23
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. INDOCEMENT DAN DESA NAMBO ....................................................................... 24
4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ................................. 24 4.1.1. Sejarah PT. Indocement dan Peristiwa Penting ........... 24 4.1.2. Visi, Misi, dan Motto PT. Indocement ........................ 28 4.1.3. CSR Department .......................................................... 28
4.2. Desa Binaan PT. Indocement ................................................ 31 4.3. Desa Nambo .......................................................................... 33
4.3.1. Kondisi Geografis ........................................................ 33 4.3.2. Kondisi Demografis ..................................................... 33
xiii
4.4. Ikhtisar .................................................................................. 34 BAB V JENIS PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT .................... 36
5.1. CD Program Lima Aspek ...................................................... 37 5.1.1. Pendidikan .................................................................... 37 5.1.2. Ekonomi ...................................................................... 37 5.1.3. Kesehatan .................................................................... 38 5.1.4. Sosial, Budaya, Agama................................................. 38 5.1.5. Keamanan ..................................................................... 39
5.2. Sustainable Development Project (SDP) .............................. 39 5.2.1. Proyek Tanaman Jarak Pagar ...................................... 39 5.2.2. Proyek Pengolahan Sampah ........................................ 40 5.2.3. Ulat Sutera ................................................................... 41 5.2.4. Biogas ........................................................................... 41 5.2.5. Bengkel Terpadu .......................................................... 42 5.2.6. Peternakan .................................................................... 42 5.2.7. Usaha Mikro ................................................................. 42
5.3. Ikhtisar ................................................................................... 43
BAB VI DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT TERHADAP MASYARAKAT
DESA NAMBO .................................................................... 44 6.1. Program Peternak Ayam Petelur dan Program UMKM ........ 44
6.1.1. Latar Belakang Program .............................................. 44 6.1.2. Pelaksanaan Program ................................................... 45 6.1.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 49
6.2. Program Pemberian Makanan Tambahan ............................. 53 6.2.1. Latar Belakang Program ............................................. 53
6.2.2. Pelaksanaan Program ................................................... 54 6.2.3. Dampak Pelaksanaan Program ................................... 55
6.3. Program Betonisasi Jalan Dusun II ........................................ 55 6.3.1. Latar Belakang Program .............................................. 55 6.3.2. Pelaksanaan Program ................................................... 57 6.3.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 58
6.4. Pelatihan LINMAS ............................................................... 59 6.4.1. Latar Belakang Program .............................................. 59 6.4.2. Pelaksanaan Program ................................................... 60 6.4.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 61
6.5. Program Biogas ..................................................................... 61 6.5.1. Latar Belakang Program .............................................. 61 6.5.2. Pelaksanaan Program ................................................... 62 6.5.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 64
6.6. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo ............. 64 6.7. CSR dan CD: Diskusi Teoritis ............................................... 69 6.8. Ikhtisar ................................................................................... 73
xiv
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PELAKSANAAN PROGRAM CSR
PT. INDOCEMENT ........................................................... 75 7.1. Faktor Internal (Perusahaan) .................................................. 75
7.1.1. Pandangan PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR . 75 7.1.2. Motivasi PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR .... 78 7.1.3. Strategi Pelaksanaan CSR PT. Indocement ................. 78 7.1.4. Strategi Pengembangan Masyarakat PT. Indocement .. 81 7.1.5. Keberlanjutan Proyek PT. Indocement......................... 82
7.2. Faktor Eksternal (Masyarakat) ............................................... 83 7.2.1. Karakteristik dan Kebutuhan Masyarakat .................... 83
7.2.2. Persepsi Masyarakat dan Pemerintah Desa Terhadap Program ....................................................... 83 7.3. Ikhtisar .......................................................................... 85
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 86
8.1. Kesimpulan ........................................................................... 86 8.2. Saran ...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 90 LAMPIRAN ........................................................................................... 92
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
Tabel 1. Metamorfosis CSR ................................................................ 5 Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ............................................. 12 Tabel 3. Luas Wilayah dan Populasi dua belas Desa Binaan PT Indocement Tahun 2009 ..................................... 32 Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Binaan PT. Indocement Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Orang Yang Bekerja Tahun 2009 .......................................................................... 32 Tabel 5. Jarak Kantor Desa Nambo ke Pusat Pemerintahan ............... 33 Tabel 6. Pemanfaatan Lahan di Desa Nambo Tahun 2009 ................ 33 Tabel 7. Jumlah Penduduk Usia Produktif, Orang Bekerja, dan Pengangguran di Desa Nambo Tahun 2009 ........................ 34 Tabel 8. Realisasi Program CSR PT. Indocement di Desa Nambo .... 57 Tabel 9. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo Tahun 2009 ................. 69
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman
Teks
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................ 19 Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen CSR PT. Indocement Tahun 2009 ....................................................................... 30 Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Milik Bapak Emad ....................... 47 Gambar 4. Instalasi Biogas Feses Sapi ................................................. 64 Gambar 5. Pandangan PT. Indocement tentang CSR .......................... 76 Gambar 6. Flow CSR Program PT. Indocement .................................. 79 Gambar 7. Peserta BILIKOM .............................................................. 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman
Teks
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Desa Nambo November Tahun 2009 . 93 Lampiran 2. Data Demografi Pendidikan Desa Nambo Tahun 2009 . 94 Lampiran 3. Demografi Ekonomi Desa Nambo Tahun 2009 .............. 94 Lampiran 4. Demografi Kesehatan Desa Nambo Tahun 2009 ............ 95 Lampiran 5. Demografi Sosial, Budaya, Agama Desa Nambo Tahun 2009 ...................................................................... 95 Lampiran 6. Profil Anggota Kelompok Peternak Hidayah Alam ........ 96 Lampiran 7. Matriks Alokasi Waktu Penelitian .................................... 98 Lampiran 8. Panduan Pertanyaan Kualitatif ......................................... 99 Lampiran 9. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ..... 102 Lampiran 10. Catatan Harian Penelitian ................................................. 105
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan (BUMN maupun swasta) memiliki peranan sosial yang sangat
penting dan strategis dalam memberikan kontribusi dan dorongan yang kuat bagi
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan
hidup dalam proses pembangunan sebuah negara. Perusahaan juga mempunyai
peran sosial terkait pemanfaatan sumber daya alam guna menghasilkan manfaat
bagi masyarakat, sehingga perusahaan wajib melakukan CSR. Pada dasarnya,
konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh John Elkington dalam
Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep 3P, yaitu keuntungan,
lingkungan, dan masyarakat (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan
yang berkelanjutan. Hopkins (2004)1 berpendapat bahwa CSR berhubungan
dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari perusahaan secara etis
atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab berarti memperlakukan
stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.
Pelaksanaan setiap kegiatan perusahaan saat ini tidak lagi hanya
difokuskan pada keuntungan materi semata, namun juga telah meliputi aspek
keberlanjutan lingkungan hidup seperti dalam konsep triple bottom line (profit,
people, planet) yang merupakan kunci dari pelaksanaan konsep pembangunan
yang berkelanjutan berbasis pengembangan masyarakat yang pada akhirnya juga
akan berpengaruh pada image perusahaan di mata para stakeholders. Saat ini,
banyak perusahaan yang terus mencanangkan program CSR sebagai ujung tombak
perusahaan. Hal ini terbukti dari komitmen perusahaan untuk bergandengan
tangan dengan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari anggaran CSR yang
hanya Rp0.8 miliar di tahun 2002 menjadi Rp4.9 miliar di tahun 2006. Dalam
kurun waktu empat tahun, dari tahun 2002-2006 ada peningkatan komitmen
penganggaran sekitar 550 persen. Peningkatan anggaran CSR tersebut meningkat
tajam pada tahun 2005-2006. Anggaran sebesar Rp1.3 miliar di tahun 2005 telah
1 Disampaikan pada konferensi International Labour Office di Geneva, 2004 dalam
jurnal ilmiah Sutisning, Volume 1, Tahun 1, Mei 2007, hal. 21-28.
2
menjadi Rp4.9 miliar pada tahun 2006. Artinya dalam kurun waktu tersebut telah
terjadi peningkatan anggaran sebesar 360 persen2.
Menurut Wibisono (2007), implementasi program-program Corporate
Social Responsibility sangat bergantung pada cara setiap perusahaan memandang
makna atau motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Kenyataannya, terdapat perusahaan yang hanya melihat program-
program Corporate Social Responsibility dari perspektif ekonomi, sehingga
kegiatan tersebut dimaknai sebagai program-program yang hanya menghabiskan
dana perusahaan saja. Namun, ada juga perusahaan yang memandang program-
program Corporate Social Responsibility dengan perspektif goodwill yang
memaknai setiap kegiatan berorientasi masyarakat yang didanai perusahaan
sebagai program yang mampu menarik dan menumbuhkan simpati dari
shareholders, investor, masyarakat luas, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam
kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disebut PT.
Indocement) merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia, yang
jika didasarkan atas data prestasi yang telah diraih, maka dapat dikatakan telah
melaksanakan CSR dengan baik. Prestasi yang telah didapatkan oleh PT.
Indocement yaitu CSR Awards 2008 (Penghargaan Terbaik Satu untuk Kategori
Pimpinan Perusahaan (Bapak Kuky Permana) Tipe Perorangan, dan Penghargaan
Emas dan Penghargaan Terbaik Satu untuk Sektor Industri dan Manufaktur
Bidang Sosial dan Lingkungan). Prestasi terbaru yang diraih oleh PT. Indocement
pada bulan oktober 2009 adalah Peringkat Emas PROPER dari KLH yang dinilai
telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, dan telah
melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle, Recovery), menerapkan sistem pengelolaan
lingkungan yang berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna
bagi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang.
PT. Indocement melaksanakan program CSR di dua belas desa binaan,
salah satunya adalah Desa Nambo yang memiliki relasi dengan PT. Indocement
dalam kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan
infrastruktur dan memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo,
2 Bakdi Soemanto. 2007. Sustainable Corporation. Gresik: PT. Semen Gresik Tbk.
3
sehingga masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari
perusahaan (pemberdayaan masyarakat). Oleh karena itu, penulis merasa penting
untuk menganalisis dampak pelaksanaan program CSR PT. Indocement terhadap
masyarakat lokal (Desa Nambo).
1.2. Perumusan Masalah PT. Indocement termasuk perusahaan yang telah melaksanakan CSR
dengan baik jika didasarkan atas prestasi yang diraihnya. PT. Indocement
melaksanakan CSR di dua belas desa binaan. Pelaksanaan CSR PT. Indocement
tersebut memiliki dampak terhadap masyarakat lokal, seperti yang dirasakan
warga Desa Nambo. Proses pelaksanaan CSR PT. Indocement dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal yang berasal dari perusahaan,
dan faktor eksternal yang berasal dari masyarakat sebagai penerima program CSR.
Berdasarkan hal ini, penulis merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Apa saja jenis program CSR PT. Indocement?
2. Bagaimana dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat
lokal?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pelaksanaan program
CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami:
1. Jenis program CSR PT. Indocement;
2. Dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal; dan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR
terhadap masyarakat lokal.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya untuk kalangan akademisi yang terkait dengan CSR maupun untuk
menambah literatur khususnya tentang dampak program CSR. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait program CSR yang
sedang berjalan maupun yang sedang dalam perencanaan.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh
John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep
3P (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Kotler
& Lee (2005) dalam Mulyadi (2007) menyebutkan definisi CSR sebagai bentuk
tanggung jawab sosial dan komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penerapan praktek bisnis yang baik serta
melalui pemberian sumbangan sumberdaya yang dimiliki perusahaan.
Definisi mengenai konsep CSR ini juga dikemukakan dalam World
Business Council on Sustainable Development seperti dikutip oleh Pambudi
(2006) dalam Mulyadi (2007), yakni sebagai sebuah komitmen dari bisnis atau
perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Menurut Hopkins (2004)3,
CSR berhubungan dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari
perusahaan secara etis atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab
berarti memperlakukan stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.
International Organization for Standardization (ISO) sebagai induk
organisasi standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan dan
standardisasi untuk tanggung jawab sosial pada bulan September tahun 2004,
yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. ISO
26000 menjadi standar pedoman untuk penerapan CSR. ISO 26000 mengartikan
CSR sebagai tanggung jawab suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan
dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang
transparan dan etis. Di dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu:
1. Pengembangan masyarakat;
2. Konsumen;
3. Praktek kegiatan institusi yang sehat;
3 Loc.cit.
5
4. Lingkungan;
5. Ketenagakerjaan;
6. Hak Asasi Manusia; dan
7. Organisasi Kepemerintahan4.
Good Corporate Citizenship dalam pelaksanaannya berfokus pada
kontribusi suatu perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih
menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program
pemberdayaan (Ambadar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut
diungkapkan oleh Zaim Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), yaitu dapat dilihat
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Metamorfosis CSR
Paradigma Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCC)
Motivasi Agama, tradisi, adaptasi
Norma, etika dan hukum universal
Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial
Misi Mengatasi masalah setempat
Mencari dan mengatasi akar masalah
Memberikan kontribusi terhadap masyarakat
Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat
Terencana, terorganisasi, dan terprogram
Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana pribadi/profesionalitas
Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain
Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial)
Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Sumber : Zaim Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)
2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR Wibisono (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga model cara pandang
perusahaan terhadap CSR, yaitu:
1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, yaitu pelaksanaan CSR karena faktor
eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena
4 Sumber: www.csrindonesia.net. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 12.05 WIB.
6
keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan. CSR
diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks public relation yang
diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif
dan untuk meningkatkan citra perusahaan yang didasarkan bukan atas
regulasi CSR dari pemerintah;
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), didasarkan atas
adanya regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Kewajiban
perusahaan melaksanakan CSR adalah karena adanya market driven
(dorongan pasar/masyarakat dan lingkungan setempat). Pandangan lain
yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah
adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap
institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global; dan
3. Beyond compliance atau compliance plus, yakni CSR diimplementasikan
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR oleh PT.
Telkom masih memandang CSR sekedar basa-basi, karena pelaksanaan CSR
mereka bertujuan untuk menunjang keberhasilan perusahaan, memperoleh citra
yang baik di mata masyarakat, serta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, terdapat juga kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai
program CSR PT. Telkom ini, yaitu mereka hanya bergerak pada lingkup
community service yang hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesaat dan
untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya
proses kemandirian dari masyarakat penerima program CSR PT. Telkom ini
akibat masyarakat tidak mempunyai akses yang lebih luas terhadap program CSR
PT. Telkom ini.
Penelitian Herlin (2008) mempunyai fakta yang berbeda. Menurut Herlin
(2008), PT. Antam Tbk memandang CSR yang dilaksanakannya sebagai upaya
untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini didasarkan atas penerapan CSR
7
yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk sesuai dengan ketentuan dari pemerintah
yaitu Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 berupa PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan). PT. Antam Tbk ini juga mempunyai komitmen
penuh untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk kegiatan CSR PT.
Antam Tbk ini selain program kemitraan adalah bantuan dana dalam
pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan
masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada
suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam. Berdasarkan kegiatan-
kegiatan tersebut diatas, CSR PT. Antam Tbk selain karena kewajiban/kebijakan
dari pemerintah dalam KEPMEN BUMN, juga merupakan dorongan tulus dari
dalam (internal driven) atau beyond compliance.
2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder untuk
keberlanjutan kegiatan perusahaan. Menurut Susanta (2007), ada beberapa
motivasi perusahaan terkait dengan pelaksanaan CSR, diantaranya sebagai
berikut:
1. Menciptakan brand image dan brand reputation. Image atau reputasi dari
sebuah merek, baik merek produk maupun perusahaan, menjadi semakin
relevan pada masa sekarang, dimana pembelian produk oleh konsumen
semakin dipengaruhi oleh reputasi merek produk maupun perusahaan
pembuat;
2. Mengatasi krisis manajemen. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat
dalam kegiatan CSR dapat menciptakan komunitas-komunitas yang bisa
membantu perusahaan mengatasi krisis;
3. Meningkatkan motivasi karyawan dan menarik karyawan berkualitas.
Kualitas perusahaan di bidang CSR dapat menimbulkan dampak positif
di dalam seperti meningkatkan kebanggaan karyawan. Melibatkan
karyawan dalam kegiatan CSR juga dapat meningkatkan kualitas moral
karyawan dan bahkan menarik karyawan berkualitas untuk masuk ke
dalam perusahaan; dan
8
4. Menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya
inovasi. Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang dibangun oleh
perusahaan dengan masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR.
Pemberdayaan masyarakat juga merupakan inovasi yang dapat diciptakan
untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan efisien.
Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa motivasi pelaksanaan
CSR PT. Antam Pongkor adalah menciptakan brand image dan brand reputation.
Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT. Antam
Pongkor dipandang oleh sebagian besar masyarakat semata-mata hanya memberi
bantuan karitatif, yaitu setelah bantuan dana disalurkan, hampir tidak ada bantuan
teknis dari PT. Antam ini. Pelaksanaan CSR PT. Antam Pongkor ini ternyata juga
tidak mempunyai staf tetap yang bertugas mendampingi masyarakat desa (sebagai
pelaksana pengembangan masyarakat profesional). Hal ini mengakibatkan
kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Antam tersebut
tidak banyak meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat hanya sebagai
penerima (recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu
maupun sebagai komunitas.
Penelitian Setianingrum (2007) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut
Setianingrum (2007), PT. ISM Bogasari Flour Mills dalam menerapkan CSR telah
menerapkan prinsip partisipasi dan berbasis pemberdayaan. Bahkan konsep CSR
tersebut telah melekat pada kebijakan perusahaan yang merupakan pedoman dari
setiap insan Bogasari dalam menjalankan misi guna meraih visi bersama,
sedangkan CD dianggap sebagai bagian dari aktivitas CSR Bogasari. Hal ini
menjadikan motivasi PT. ISM Bogasari dapat digolongkan dalam kegiatan
menciptakan inovasi.
2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi
pelaksanaan kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan
kepada masyarakat dan lingkungan, yaitu:
1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan
sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui
9
corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager
community development;
2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi
sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju;
3. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk
menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM,
universitas, dan media massa; dan
4. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium di mana
perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau
mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial
tertentu.
Penelitian Sihaloho (2007) menjelaskan bahwa strategi pelaksanaan CSR
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari adalah bermitra
dengan masyarakat. Namun, kemitraan yang terjalin hanya pada tataran semi-
productive, yang bersifat kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak
menimbulkan sense of belonging antara perusahaan dengan mitranya. Hal ini
terjadi karena masyarakat masih dianggap sebagai obyek program, sehingga
menimbulkan kurangnya kepercayaan dan ketidaktaatan mitra pada aturan yang
telah disepakati.
Penelitian Febriana (2008) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut
Febriana (2008), strategi pelaksanaan CSR yang diterapkan oleh PT. Indosat
adalah terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan CSR-nya.
Namun, strategi ini hanya sampai pada bentuk partisipasi konsultatif, yaitu
masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang permasalahan dan
kebutuhannya, sedangkan pihak perusahaan hanya mendengarkan, menganalisa
masalah, dan pemecahannya. Hal ini menyebabkan belum adanya peluang untuk
pembuatan keputusan bersama antara perusahaan dan masyarakat, serta
perusahaan pun tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan
masyarakat.
10
2.1.5. Strategi Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat (PM) merupakan gerakan yang dirancang
untuk meningkatkan taraf hidup komunitas secara keseluruhan dengan partisipasi
aktif dan inisiatif dari komunitas (Brokensha dan Hodge, 1969 dalam Nasdian
2006). Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga
strategi pengembangan masyarakat bagi perubahan dan asumsi-asumsi yang
melandasinya. Pilihan strategi tersebut yaitu:
1. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas pandangan
yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa
manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga
mereka akan bertindak secara rasional;
2. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan
sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia,
sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan dibandingkan hasil
perubahan itu sendiri; dan
3. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan
kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan
serta situasi yang sebenarnya dimana program itu akan dilaksanakan,
sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama sekali tidak
dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.
Pelaksanaan CSR tidak terlepas dari konsep pengembangan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan dalam World Business Council on Sustainable
Development seperti dikutip oleh Mulyadi (2007), yakni CSR sebagai sebuah
komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa strategi pengembangan
masyarakat yang dilakukan PT. Telkom dalam pelaksanaan CSR adalah power-
coersive, karena masyarakat penerima bantuan program CSR melalui PKBL ini
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Proses-proses tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh
11
perusahaan dengan alasan semua proses tersebut telah tercantum dalam kebijakan
perusahaan, sehingga masyarakat tidak mempunyai akses untuk turut serta dalam
pengelolaan program.
2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Penerapan program CSR oleh perusahaan sering kali tidak menjadikan
masyarakat sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran
serta masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga
masyarakat tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya,
partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran kritis
(Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa
pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait
dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer
daya dari lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Pengertian ini melihat
keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan
keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam
Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan
partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya
(Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam
Nasdian (2006), yaitu empowerment is road to participation.
2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009) menjelaskan terdapat delapan
tangga partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein,
seperti terlihat dalam Tabel 2.
12
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat 8 Citizen control Degree of citizen power 7 Delegated power 6 Partnership 5 Placation Degree of tokenism
4 Consultation 3 Information 2 Therapy Non participation 1 Manipulation
Sumber: Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)
Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; therapy
berarti ada komunikasi namun masih bersifat terbatas, inisiatif dari pemerintah
dan hanya satu arah; information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak
terjadi tetapi masih bersifat satu arah; consultation bermakna bahwa komunikasi
telah berjalan dua arah; placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik
dan sudah ada negosiasi antara masyarakat danpemerintah, masyarakat dapat
memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan
(partisipasi semu); partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyarakat
merupakan mitra sejajar; delegated power berarti bahwa pemerintah memberikan
kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya;
dan citizen control berarti bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik mulai
dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.
Manipulation dan therapy dikategorikan sebagai non participation;
information, consultation, dan placation dikategorikan sebagai tingkat tokenism
(pertanda) yaitu tingkat peran serta di mana masyarakat di dengar dan
berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka akan
dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta pada tingkat ini memiliki
kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan dalam masyarakat;
partnership, delegated power, dan citizen control dikategorikan dalam tingkat
kekuasaan masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan
(Arnstein, 1969 dalam Wazdy, 2009).
13
2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) Menurut Jaya (2004)5, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan strategi pelaksanaannya, diantaranya ada empat hal yang
perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan
perspektif jangka panjang yang diikuti pendekatan secara ideal. Pembangunan
berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan yaitu keberlanjutan ekologis,
ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan. Sementara itu,
menurut Emil Salim (1990)6, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan
untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun
masa mendatang.
Sebagaimana hasil KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brasil,
pada tahun 1992, yang menegaskan mengenai konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainability development) sebagai suatu hal yang bukan hanya menjadi
kewajiban negara, namun juga harus diperhatikan oleh kalangan korporasi.
Konsep pembangunan berkelanjutan menuntut korporasi dalam menjalankan
usahanya untuk turut memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Ketersediaan dana;
2. Misi lingkungan;
3. Tanggung jawab sosial;
4. Terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah);
5. Mempunyai nilai keuntungan/manfaat)7.
Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR PT.
Antam Tbk belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal ini didasarkan atas
sasaran program CSR yaitu masyarakat, hanya dijadikan sebagai penerima
(recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu maupun
5 Askar Jaya 2004, Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf. Halaman 1. Diakses tanggal l8 Desember 2009 pukul 13.32 WIB.
6 Loc.cit. 7 Sumber: www.csrindonesia.net. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 12.05 WIB.
14
sebagai komunitas. Febriana (2008) dalam penelitiannya berpendapat bahwa
pelaksanaan CSR PT. Indosat belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal
ini didasarkan atas pelaksanaan CSR PT. Indosat hanya berbentuk partisipasi
konsultatif, yaitu masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang
permasalahan dan kebutuhannya, sedangkan perusahaan hanya mendengarkan,
menganalisa masalah, dan pemecahannya. Hal ini mengakibatkan belum adanya
peluang untuk pembuatan keputusan antara perusahaan dan masyarakat, serta
perusahaan tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan masyarakat.
2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan Soemardjan (1962) menyatakan bahwa konsep perubahan sosial mencakup
bermacam-macam perubahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola tingkah laku
antar kelompok di dalam masyarakat. Teori dan konsep perubahan sosial ini dapat
dibedakan dari perubahan kultural, seperti halnya konsep masyarakat bisa
dibedakan dengan kebudayaan. Perubahan kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
modal, hukum, adat, dan tiap kemauan serta kebiasaan lainnya, yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat, maka setiap perubahan pada salah satu
bagian dari keseluruhan kultural mempunyai satu segi persamaan, yaitu keduanya
menyangkut suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya (Soemardjan, 1962).
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa perubahan sosial dan kebudayaan
terkait dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Perubahan kebudayaan dalam
skala kecil seperti perubahan model pakaian, dapat terjadi tanpa mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan/sistem sosial. Sebaliknya sulit dibayangkan
terjadi perubahan sosial tanpa didahului suatu perubahan kebudayaan. Lembaga-
lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, atau negara, tidak akan
mengalami perubahan jika tidak didahului perubahan fundamental di dalam
kebudayaan.
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial terdiri atas faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.
15
Faktor-faktor internal yakni kondisi atau perkembangan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat yang bersangkutan yang mendorong perubahan sosial.
Faktor-faktor ini mencakup:
1. Faktor demografis (kependudukan), yaitu semua perkembangan yang
berkaitan dengan aspek demografis atau kependudukan, yang mencakup
jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk;
2. Faktor adanya penemuan-penemuan baru, yaitu adanya penemuan di
kalangan atau oleh warga masyarakat berkaitan dengan suatu alat atau cara
yang selanjutnya diterima penggunaannya secara luas oleh masyarakat,
dan karena itu mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial mereka;
dan
3. Konflik internal dalam masyarakat, yaitu pertentangan yang timbul di
kalangan warga atau kelompok-kelompok masyarakat sebagai akibat
adanya perbedaan kepentingan atau perbedaan persepsi yang
dipertahankan oleh masing-masing kelompok.
Faktor-faktor eksternal yaitu kondisi atau perkembangan yang terjadi di
luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan, tetapi secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dalam faktor eksternal, yang terpenting diantaranya adalah
pengaruh lingkungan alam, pengaruh unsur kebudayaan maupun aktualisasi, dan
dapat berupa adanya peperangan yang mengakibatkan terjadinya penaklukan
suatu masyarakat atau bangsa oleh bangsa lain, yang selanjutnya memaksakan
terjadinya perubahan sosial terutama di kalangan bangsa yang kalah perang
(Soekanto, 1990).
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa menurut skala pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat, perubahan sosial memiliki dampak yang luas dan dalam
terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan ada pula perubahan sosial
yang berskala kecil dalam arti pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat secara
keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Menurut proses terjadinya, Soekanto (1990)
menjelaskan bahwa terdapat perubahan sosial yang memang dari semula
direncanakan dan dikehendaki (intended change), yaitu proses yang berupa
perintah dan larangan untuk menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu
16
akomodasi (khususnya arbitrasi) untuk melegalisasikan hilangnya keadaan yang
tidak dikehendaki, misalnya dalam bentuk program-program pembangunan sosial.
Namun ada pula yang tidak dikehendaki terjadinya atau tidak direncanakan
(unintended change). Soemardjan (1962) menjelaskan unintended change adalah
perubahan yang tidak disengaja, sehingga perubahan-perubahan itu juga tidak
dapat diduga lebih dahulu. Banyak perubahan sosial yang membingungkan
masyarakat, bahkan ditentang oleh banyak orang.
2.1.10. Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal8 Komitmen PT. Riaupulp dalam melaksanakan CSR telah dilakukan sejak
tahun 1999 sampai sekarang. Keberpihakan Riaupulp terhadap CSR mendapatkan
penghargaan dari Menko Kesra berupa Social Empowerment Award tahun 2007.
Komitmen Riaupulp untuk menciptakan masyarakat yang berdaya terlihat melalui
kegiatan-kegiatan CSR-nya. Kegiatan CSR Riaupulp meliputi Community
Empowerment, Care Services (Program Kesehatan Masyarakat dan Pendidikan),
Basic Social Walfare, dan Local Economics and Community Based Business
Development. Salah satu dari program Care Services adalah program pengurangan
angka kematian balita. Program ini merupakan program yang terintegrasi dalam
program kesehatan masyarakat, yang terdiri dari program preventif dan program
kuratif dan telah dijalankan di sekitar 200 desa sekitar daerah operasional
perusahaan yang masih belum terjangkau oleh pemerintah. mengenai usaha
Riaupulp dalam mengurangi angka kematian balita.
Program kuratif diterapkan setiap tahunnya dalam bentuk imunisasi
kepada balita dan anak serta medical check untuk kesehatan ibu hamil. Dengan
adanya program ini, masyarakat semakin mengerti langkah-langkah dan usaha
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sehat. Dalam Program preventifnya,
Riaupulp juga telah bekerjasama dengan UNICEF dalam usaha mencegah
terjadinya Flu Burung, yang telah diikuti oleh sekitar 60 orang dari 104 desa di
sekitar operasional.
Program CSR dalam bidang pendidikan juga dilaksanakan oleh Riaupulp,
seperti program taman bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas
8 Sumber: http://fotodeka.wordpress.com/2009/01/07. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 20.45 WIB.
17
anak-anak. Program taman bacaan ini telah dibangun 100 buah di seluruh Riau,
dengan tiap-tiap taman bacaan mempunyai 200 buah judul buku. Untuk
memaksimalkan pemberdayaan ini, Riaupulp juga merekrut guru/pendidik untuk
bekerja pada taman bacaan ini.
Program pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi juga
dilaksanakan oleh Riaupulp, seperti program pertanian terpadu yang telah
membinan 3.700 petani. Selain itu, Riaupulp juga melakukan kerja sama dengan
kalangan perbankan untuk pinjaman modal kepada mitra binanya. Menurut data
Riaupulp, kredit yang telah dikeluarkan untuk mitra bina adalah Rp1.1 miliar dan
dari program UMKM ini, telah menghasilkan 85 wirausahawan lokal yang
mempekerjakan 1.303 tenaga kerja.
Kaltim Prima Coal (KPC) juga merupakan salah satu perusahaan yang
berkomitmen dalam melaksanakan CSR. Hal ini ditunjukkan perusahaan dalam
mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagi aksi corporate social
responsibility (CSR). CSR KPC terdiri dari tujuh program untuk masyarakat
sekitar lokasi usahanya, yaitu pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi,
pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil
dan menengah (UKM), pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas
masyarat dan pemerintah. Program-program pemberdayaan masyarakat PT KPC
tersebut diarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang
terbarukan serta diselaraskan dengan program pemerintah Kabupaten Kutai
Timur.
Program agribisnis yang telah dilaksanakan KPC adalah membangun 300
hektar untuk penanaman kakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk
sampai kepada pelatihan mengenai penanaman itu. Selain itu, program agribisnis
ini juga membuat kolam udang untuk masyarakat di Desa Muara Bengalon dan
membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di Kampung Kabo. KPC
juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengan total
peminjam tak kurang dari 700 orang. Pembangunan infrastruktur yang telah
dilakukan adalah program irigasi, pembangunan jalan, dan lapangan sepakbola.
18
2.2. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh
John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep
3P (profit, planet, peolple) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini
terkait dengan jenis program CSR yang dilaksanakan, dampak dari pelaksanaan
program CSR tersebut terhadap masyarakat lokal, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut.
PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya dipengaruhi oleh adanya
anggaran khusus tiap tahun, socio demography mapping analize and review, dan
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut
PT. Indocement melaksanakan jenis program CSR seperti community development
(CD) lima aspek yang terdiri dari aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial,
budaya, agama, dan keamanan; dan sustainable development project (SDP) yang
akan berdampak terhadap masyarakat lokal. Dampak program CSR dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi
perusahaan melaksanakan CSR (menciptakan brand image, mengatasi krisis
manajemen, memotivasi karyawan, dan menciptakan inovasi), cara pandang
perusahaan tentang CSR (sekedar basa-basi, compliance, beyond compliance),
strategi pelaksanaan CSR (melaksanakan sendiri CSR-nya, bermira dengan pihak
berkompeten, bantuan yayasan, bergabung dalam konsorsium), dan strategi
pengembangan masyarakat (rational empirical, normative reeducaive, power
coercive). Strategi pengembangan masyarakat ini akan berdampak terhadap
masyarakat lokal, karena terkait prinsip pemberdayaan dan partisipasi. Selain itu,
dampak program CSR ini juga dipengaruhi oleh aspek keberlanjutan proyek dan
proses pelaksanaan CSR.
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR
diantaranya adalah persepsi masyarakat terhadap program dan perusahaan, serta
karakteristik dan kebutuhan masyarakat. Sikap warga dan pemerintah desa
terhadap program dan perusahaan juga mempengaruhi keberhasilan program CSR.
Gambaran alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan: Mempengaruhi
2.3. Hipotesis Pengarah 1. Program CSR yang dilaksankan oleh PT. Indocement diduga telah
berdampak besar terhadap masyarakat lokal;
2. Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement diduga telah
memberdayakan masyarakat.
3. Implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement
diduga dipengaruhi oleh faktor internal (berasal dari perusahaan, yaitu
motivasi CSR, cara pandang CSR, strategi pelaksanaan CSR, strategi
pengembangan masyarakat, dan keberlanjutan program) dan faktor
eksternal (berasal dari kondisi masyarakat, yaitu karakteristik, kebutuhan,
persepsi, dan sikap pemerintah desa terhadap program).
2.4. Definisi Konseptual 1. Cara pandang perusahaan tentang CSR adalah segala bentuk pemikiran
hasil informasi (baik dari dalam maupun dari luar perusahaan) yang
didapatkan oleh pihak-pihak yang terkait, yang akan mempengaruhi
keputusan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR atau tidak, yang
terdiri dari:
a. External driven adalah pandangan perusahaan mengenai CSR
dipraktekkan karena faktor eksternal;
b. Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai
Faktor Internal Motivasi perusahaan
tentang CSR Cara Pandang Perusahaan
tentang CSR Strategi Pelaksanaan CSR Strategi Pengembangan
Masyarakat Keberlanjutan Program
Jenis program CSR
PT. INDOCEMENT
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pelaksanaan program CSR
Dampak Program CSR terhadap masyarakat lokal Faktor Eksternal
Karakteristik dan kebutuhan masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap program
Sikap pemerintah desa terhadap program
20
upaya untuk memenuhi kewajiban berdasarkan regulasi maupun
hukum terkait;
c. Beyond Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR
yang diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari
dalam (internal driver).
2. Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder
demi keberlanjutan kegiatan perusahaan.
3. Pengembangan masyarakat (PM) adalah kegiatan yang dirancang dan
diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi
kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan sekaligus sebagai upaya
pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian
komunitas hingga pada generasi berikutnya.
4. Strategi pengembangan masyarakat adalah teknik atau tindakan pilihan
yang telah terprogram dalam rangka mengembangkan masyarakat, yang
terdiri dari:
a. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas
pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi
dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau
rasional;
b. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti
perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan manusia, sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan
dibandingkan hasil perubahan itu sendiri; dan
c. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan
kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana program itu akan
dilaksanakan, sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama
sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaannya.
21
5. Strategi pelaksanaan CSR adalah teknik atau tindakan pilihan yang telah
terprogram dalam rangka melaksanakan CSR, yang terdiri dari:
a. Keterlibatan adalah perusahaan terlibat langsung dan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara
atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate secretary, public
affair, hubungan masyarakat, atau manager community
development;
b. Melalui yayasan atau organisasi adalah perusahaan menyelenggarakan
bantuan melalui yayasan atau organisasi sosial yang umumnya sering
diterapkan di negara maju;
c. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk
menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM,
universitas, dan media massa; dan
d. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium,
dimana perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi
anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk
tujuan sosial tertentu.
6. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didukung oleh data
kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis dan memahami
dampak program CSR terhadap masyarakat lokal. Dampak yang dimaksud adalah
perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan CSR, sehingga perubahan-perubahan
yang tidak terkait dengan CSR tidak akan diteliti. Data kuantitatif digunakan
untuk melengkapi dan memperkuat informasi yang didapatkan dari informan dan
responden.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
menyoroti beberapa kasus dengan melakukan wawancara, observasi dan analisis
dokumen. Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat deskriptif. Artinya
penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan dampak program CSR PT. Indocement
yang dirasakan oleh masyarakat Desa Nambo dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut berdasarkan hasil
analisis peneliti di lapang dan catatan harian peneliti.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Indocement yang beralamat di Jalan Mayor
Oking Jayaatmaja, Citeureup, Bogor dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu desa binaan PT. Indocement.
Penelitian dilaksanakan tanggal 18 November hingga 24 Desember 2009.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT.
Indocement dipilih menjadi kasus penelitian karena meraih CSR Award 2008
kategori sosial-lingkungan dan Peringkat Emas PROPER 2009. Desa Nambo
dijadikan tempat penelitian karena memiliki relasi dengan perusahaan dalam
kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan infrastruktur dan
memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo, sehingga
masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari perusahaan
(pemberdayaan masyarakat).
23
3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Data
sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan
data-data jenis program CSR yang dilaksanakan PT. Indocement. Untuk
menghindari adanya distorsi pesan dan untuk melengkapi informasi, maka setiap
selesai melakukan wawancara mendalam dengan informan dan responden, peneliti
menuliskan kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian.
3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden Peneliti menggunakan teknik purposive (menentukan secara sengaja)
untuk menentukan informan dan responden penelitian dengan kriteria yaitu orang
yang mengikuti, melaksanakan, dan atau menerima program CSR PT.
Indocement. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu CSR Department Head,
sedangkan responden dalam penelitian ini adalah CD Section Head, SDP Section
Head, Koordinator CSR Desa Nambo, Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas
orang warga Desa Nambo sebagai penerima program CSR PT. Indocement.
Warga Desa Nambo yang menerima program CSR PT. Indocement terdiri dari
anggota kelompok peternak Hidayah Alam yang berjumlah sebelas orang,
pelaksana dan atau penerima manfaat program CD lima aspek (empat orang), dan
penerima program SDP (satu orang). Nama informan dan responden disamarkan
untuk menjaga kerahasiaan identitas.
3.5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga tahap
analisis data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Sugiyono (2008) mendefinisikan tahap-tahap analisis data sebagai
berikut:
1. Reduksi data: merangkum, memilih, memfokuskan pada hal-hal penting;
2. Penyajian data: menyajikan data dalam bentuk uraian singkat; dan
3. Penarikan kesimpulan yang menghasilkan temuan baru atas obyek
penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. INDOCEMENT DAN DESA NAMBO
4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Citeureup 4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Peristiwa Penting9
PT. Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia
yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen
khusus. PT. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara
terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17.1 juta ton semen per
tahun.
PT. Indocement saat ini mengoperasikan dua belas pabrik, sembilan di
antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005,
PT. Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen
Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). PT. Indocement juga
memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe
I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen
Putih. Sampai saat ini, PT. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen
Putih di Indonesia. Produk-produk PT. Indocement tersebut dipasarkan dengan
merek dagang Tiga Roda.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen
terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di lima puluh negara,
menjadi pemegang saham mayoritas PT. Indocement. Sejak itu, PT. Indocement
bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum
terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan
dukungan HeidelbergCement Group, PT. Indocement kembali memfokuskan
kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan
agregat. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, PT. Indocement telah berhasil mencapai
kondisi keuangan yang sehat.
Pada tahun 2007, PT. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi
Pabrik ke-8 di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi
terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan PT.
9 Sumber: CSR Department File, 2009, setelah ditulis kembali oleh peneliti.
25
Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk
memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian dari program
tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Indocement berhasil mengembangkan
lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha Curcas) pada lahan bekas
penambangan batu kapur. PT. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek
pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar
Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai
bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga
menghasilkan kompos.
Saham PT. Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai
kapitalisasi sebesar Rp16.934 miliar pada akhir tahun 2008. Per tanggal 31
Desember 2008, jumlah karyawan PT. Indocement adalah 6.179 orang. PT.
Indocement telah mengalami beberapa tahap perubahan dari tahun ke tahun.
Tahun-tahun penting perubahan PT. Indocement adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1985, PT. Indocement didirikan melalui penggabungan usaha enam
perusahaan yang terdiri dari delapan pabrik semen;
2. Tahun 1989, PT. Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia;
3. Tahun 1991, PT. Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan,
Cirebon, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton
semen per tahun; penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya;
dan memulai usaha Beton Siap-Pakai;
4. Tahun 1996, Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai
dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton semen per
tahun;
5. Tahun 1999, Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai
dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta ton semen per
tahun;
6. Tahun 2000, pengambilalihan PT. Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12)
melalui penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta
ton semen per tahun;
26
7. Tahun 2001, HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham
mayoritas melalui anak perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd;
8. Tahun 2003, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan
sahamnya di PT. Indocement kepada HC PT. Indocement GmbH;
9. Tahun 2005, meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia; penggabungan
usaha antara HC PT. Indocement GmbH dengan HeidelbergCement
South-East Asia GmbH, di mana yang disebutkan terakhir menjadi
pemegang saham langsung PT. Indocement;
10. Tahun 2006, melakukan pembiayaan kembali untuk menggantikan Master
Facilities Agreement yang berlaku efektif sejak Desember 2000;
HeidelbergCement South-East Asia GmbH melakukan penggabungan
usaha dengan HeidelbergCement AG, yang menguasai 65.14 persen
kepemilikan saham di PT. Indocement;
11. Tahun 2007, modifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup yang menambah
kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun;
membeli 51 persen saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah perusahaan
tambang agregat yang terletak di Rumpin, Jawa Barat;
12. Tanggal 4 Maret 2008, PT. Indocement menerima penghargaan dari
Forum Wartawan Harian Bogor;
13. Tanggal 16 Maret 2008, PT. Indocement menerima Emisi Reduksi yang
Disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya
dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek
penggunaan bahan bakar alternatif;
14. Bulan Juni 2008, PT. Indocement menerima pembayaran pertama atas
penjualan CER ke Prototype Carbon Fund-Perusahaan Afiliasi dari World
Bank;
15. Tanggal 12 Juni 2008, PT. Indocement menerima IMAC Award
(Indonesias Most Admired Companies) Award untuk ketiga kalinya,
sebagai The Best Performance Company Image untuk kategori industri
semen di Indonesia dari Frontier Consulting Group dan majalah Business
Week;
27
16. Tanggal 31 Juli 2008, PT. Indocement menerima Penghargaan Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2006-
2007, dengan meraih peringkat Hijau untuk Pabrik Citeureup dan Biru
untuk Pabrik Cirebon;
17. Tanggal 4 Agustus 2008, PT. Indocement menerima penghargaan sebagai
Seven Best Managed Companies in Indonesia 2008, dari majalah
Finance Asia, Hongkong;
18. Tanggal 6 Agustus 2008, Semen Tiga Roda meraih Top Brand Award
2008 dari Frontier Consulting Group dan majalah Marketing;
19. Tanggal 11 September 2008, PT. Indocement menerima The Value of
Creator Award untuk kedua kalinya, dari majalah SWA dan Stern
Steward & Co. Management Consultant;
20. Tanggal 5 November 2008, PT. Indocement menerima penghargaan
sebagai 5 Terbaik dalam Pelaporan Keuangan Indonesia 2008 untuk
kategori industri manufaktur, yang diberikan oleh Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia bekerjasama dengan Bapepam-LK dan lembaga
lainnya;
21. Tanggal 11-13 November 2008, Dua Gugus Kendali Mutu (GKM) PT.
Indocement berhasil meraih medali emas (dengan nilai tertinggi) dan
medali Prime Gold (medali peringkat tertinggi yang baru pertama kali
diberikan kepada GKM di Indonesia) dalam Konvensi Mutu Indonesia
2008;
22. Tanggal 19 November 2008, PT. Indocement untuk pertama kalinya
menyelenggarakan PT. Indocement Awards, suatu kompetisi
penganugerahan berskala nasional;
23. Tanggal 26 November 2008, PT. Indocement menerima Anugerah
Business Review dari majalah Business Review;
24. Tanggal 28 November 2008, Dalam rangka restrukturisasi internal,
HeidelbergCement AG (Jerman)-pemegang saham utama PT. Indocement
- mengalihkan seluruh sahamnya di PT. Indocement kepada Birchwood
Omnia Limited (Inggris), yang dimiliki 100 persen oleh
HeidelbergCement Group;
28
25. Tanggal 23 Februari 2009, PT. Indocement berhasil meraih tiga
penghargaan pada Indonesia CSR Awards 2008 yaitu: Penghargaan
Emas dan Penghargaan Terbaik Pertama untuk sektor industri dan
manufaktur dalam kategori bidang sosial dan lingkungan; dan
26. Tanggal 15 Oktober 2009, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meraih
peringkat Emas dari hasil penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) kurun waktu 2008-2009 yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). PT. Indocement
dengan pabrik yang berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat menjadi
satu-satunya yang berperingkat Emas dari 627 perusahaan yang dinilai
PROPER oleh KLH.
4.1.2. Visi, Misi, dan Moto PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk10 Aktivitas PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selalu dilakukan dengan
landasan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Visi PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk adalah menjadikan perusahaan sebagai pemimpin pasar
semen dalam negeri yang berkualitas. Sementara itu, misinya adalah kami
berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait
yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan
berkelanjutan.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memiliki motto perusahaan
yang dapat dilihat selalu tertera di setiap sudut lokasi perusahaan. Moto PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut adalah turut membangun kehidupan
bermutu (better shelter for a better life).
Visi, misi, dan moto perusahaan tersebut selalu dijadikan pijakan bagi
setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan dalam menjalankan aktivitas
perusahaan ini.
4.1.3. Corporate Social Responsibility Department (CSR Department) Peraturan pemerintah mengenai Undang-Undang PT. Indocement Terbatas
(UU PT) Pasal 74 ayat 1 Tahun 2007 yang merupakan perubahan atas UU tentang
10 Loc.cit.
29
PT. Indocement Terbatas No.1 Tahun 1995 menyebutkan bahwa setiap PT.
Indocement yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dengan aturan yang disebutkan dalam ayat-ayat berikutnya.
Berdasarkan peraturan tersebut, maka kewajiban PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia juga wajib
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki suatu bagian dari organisasi
perusahaan yang dikhususkan untuk menangani segala kegiatan yang terkait
dengan kewajibannya sebagai perusahaan ekstraktif tersebut. Bagian yang khusus
menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Corporate Social
Responsibility Department (CSR Department). CSR Department berada di bawah
divisi Corporate Human Resources Development yang merupakan bagian dari
perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan
hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada di
lingkungan sekitar perusahaan.
Misi CSR PT. Indocement adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha
dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community)
dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan
tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable
development). Visi CSR PT. Indocement adalah membangun kepentingan
perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya
komunitas lokal di mana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang
harmonis.
Ranah kerja CSR Department berdasarkan visi dan misi tersebut adalah
sebagai departemen yang menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat
dilandasi dengan dasar pengembangan masyarakat dengan salah satu kewajiban
yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada warga masyarakat
sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
Selain itu, CSR Department memiliki tugas utama yakni menjalankan proyek
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. CSR Department selalu
melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep triple bottom line,
30
yakni konsep yang menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus
bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Pelaksanaan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan oleh
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bertujuan untuk memberikan mata