34
Hujjah Aswaja Senin, 11 Februari 2013 Dalil Membaca Surat Yasin Untuk Orang Mati Dalil Membaca Surat Yasin Untuk Orang MatiSurat Yasin merupakan surat yang ke 36 yang terdiri dari 83 ayat dalam al-Quran. Sebagaimana dalam surat lain yang memiliki keutamaan dalam sabda-sabda Rasulullah Saw, surat Yasin juga sering dianjurkan untuk dibaca oleh Rasulullah. Riwayat hadis tentang keutamaan membaca Yasin sebagiannya adalah sahih, ada pula yang hasan, dlaif dan maudlu' (palsu). Akan tetapi, karena Yasin adalah sebuah surat yang diamalkan oleh warga NU dalam setiap tahlil dan bahkan mereka hafal surat ini kendatipun mereka buta huruf Arab, maka hal ini memancing reaksi berlebihan dari kelompok yang sejak semula memang anti tahlil dengan mengungkap hadis-hadis palsu dan dlaif dari surat Yasin, padahal hakekatnya mereka juga tahu bahwa dalam fadilah Yasin juga banyak riwayat sahihnya. Diantaranya adalah sebagai berikut: ُ هَ لَ رِ فُ غِ له الِ هْ جَ وَ اءَ غِ تْ بِ اٍ هَ لْ يَ ل ىِ ف س يَ # اَ رَ قْ & نَ مَ مَ ّ لَ س وِ هْ ي لَ عُ له ى الَ ّ لَ صِ له الُ لْ وُ سَ رَ الَ قَ ةَ رْ يَ رُ ه يِ بَ اْ & نَ عرواة( م ق ر مان;pma& يE الإ ب عJ س ى ف ى هق ي لب ا2464 م ق وسط ر# ى الإ ف ي ب را لطب ا اً ض ي# ها رج خ# وا3509 م ق ىر م والدار3417 ى ف م ي ع ن و ب# وا ه ي حل ل ا2/159 ادي د غ ت ل ا ب ي ط خ ل وا10/257 م ق ىر ل ح ب ل ا دب ن ج& ن ع& ان ي ج& ن ب ها رج خ# وا2574 ( "Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 2464, al-Thabrani dalam al- Ausath No 3509, al-Darimi No 3417, Abu Nuaim dalam al-Hilyat II/159, Khatib al-Baghdadi X/257 dan Ibnu Hibban No 2574)Hadis ini diklaim oleh banyak pihak sebagai hadis palsu, khususnya dibesarkan-besarkan oleh kelompok yang anti tahlil karena hampir setiap acara tahlilan terlebih dahulu membaca Surat Yasin bersama atau dibaca saat berziarah. Untuk membantahnya kami paparkan ke hadapan mereka pendapat ulama dari kalangan mereka sendiri dan sekaligus dikagumi oleh mereka, yaitu Muhammad bin Ali al-Syaukani. Ia berkata: ُ اةَ وَ رُ هَ لَ رِ فُ غِ له الِ هْ جَ وَ اءَ غِ تْ بِ سا يَ # اَ رَ قْ & نَ مُ J ثْ يِ دَ حِ بُ يُ ك ىِ فِ ةِ رْ كِ دِ لَ هْ جَ وَ لإَ قُ بْ يِ طَ خْ ل اُ هَ جَ رْ خَ # اَ وٍ مْ يَ عُ نْ وُ بَ # اُ هَ جَ رْ خَ # اَ وِ حْ يِ حَ ّ ص ل اِ طْ رَ J ش ىَ لَ عُ ةُ ادَ يْ سِ E اَ اوً عْ وُ فْ رَ مَ ةَ رْ يَ رُ ه يِ بَ # اْ & نَ ع ىِ قَ هْ يَ بْ ل اِ ابَ عْ وُ ضْ وَ مْ ل ا ي ب وكاJ ش ل مد ا ح م& ن ب ى عل& ن ب مد ح م ل وعه ض و م ل اJ ث ي حاد# الإ ى ف وعه م ح م ل دا# وائ ف لا( 1 / 302 ( "Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni' diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu', sanadnya sesuai kriteria hadis sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Khatib (al-Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk mencantumkannya dalam kitab-kitab hadis palsu!" (al-Fawaid al- Majmu'ah I/302)Begitu pula ahli hadis al-Fatanni berkata: ٍ هَ لْ يَ ل ىِ ف س يَ # اَ رَ قْ & نَ مُ عَ ضَ ي اَ ّ ئِ رَ كَ رُ & نْ بُ دَ ّ مَ حُ مِ هْ يِ فُ هَ الً رْ وُ فْ غَ مَ حَ يْ صَ # اِ هَ عْ مُ حْ ل اَ هَ لْ يَ لَ & انَ حُ ّ الدَ # اَ رَ قْ & نَ مَ وُ هَ الً رْ وُ فْ غَ مَ حَ يْ صَ # اِ طْ رَ J ش ىَ لَ ع اَ هُ ضْ عَ نُ هْ يَ عٌ ةَ رْ بِ ثَ كٌ قُ رُ طُ هَ لُ ثْ لُ ق ىِ قَ هْ يَ بْ ل اَ و يِ دُ مْ رُ ّ لب اُ هَ جَ رْ خَ # اِ حْ يِ حَ ّ ص ل ا ى ن ت لف ل وعاب ض و م ل ا رة ك د ئ( 1 / 80 ( "Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia diampuni dan barangsiapa membaca Surat al-Dukhan di malam Jumat, maka

Surat Yasin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

surat yasin

Citation preview

Hujjah Aswaja

Senin, 11 Februari 2013

Dalil Membaca Surat Yasin Untuk Orang Mati

Dalil Membaca Surat Yasin Untuk Orang MatiSurat Yasin merupakan surat yang ke 36 yang terdiri dari 83 ayat dalam al-Quran. Sebagaimana dalam surat lain yang memiliki keutamaan dalam sabda-sabda Rasulullah Saw, surat Yasin juga sering dianjurkan untuk dibaca oleh Rasulullah. Riwayat hadis tentang keutamaan membaca Yasin sebagiannya adalah sahih, ada pula yang hasan, dlaif dan maudlu' (palsu). Akan tetapi, karena Yasin adalah sebuah surat yang diamalkan oleh warga NU dalam setiap tahlil dan bahkan mereka hafal surat ini kendatipun mereka buta huruf Arab, maka hal ini memancing reaksi berlebihan dari kelompok yang sejak semula memang anti tahlil dengan mengungkap hadis-hadis palsu dan dlaif dari surat Yasin, padahal hakekatnya mereka juga tahu bahwa dalam fadilah Yasin juga banyak riwayat sahihnya.Diantaranya adalah sebagai berikut: ( 2464 3509 3417 2/159 10/257 2574)"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 2464, al-Thabrani dalam al-Ausath No 3509, al-Darimi No 3417, Abu Nuaim dalam al-Hilyat II/159, Khatib al-Baghdadi X/257 dan Ibnu Hibban No 2574)Hadis ini diklaim oleh banyak pihak sebagai hadis palsu, khususnya dibesarkan-besarkan oleh kelompok yang anti tahlil karena hampir setiap acara tahlilan terlebih dahulu membaca Surat Yasin bersama atau dibaca saat berziarah. Untuk membantahnya kami paparkan ke hadapan mereka pendapat ulama dari kalangan mereka sendiri dan sekaligus dikagumi oleh mereka, yaitu Muhammad bin Ali al-Syaukani. Ia berkata: ( 1 / 302)"Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni' diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu', sanadnya sesuai kriteria hadis sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Khatib (al-Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk mencantumkannya dalam kitab-kitab hadis palsu!" (al-Fawaid al-Majmu'ah I/302)Begitu pula ahli hadis al-Fatanni berkata: ( 1 / 80)"Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia diampuni dan barangsiapa membaca Surat al-Dukhan di malam Jumat, maka di pagi harinya ia diampuni' Di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Zakariya yang memalsukan hadis. Saya (al-Fatanni) berkata: Hadis ini memiliki banyak jalur riwayat, yang sebagiannya sesuai kriteria hadis sahih yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan al-Baihaqi" (Tadzkirat al-Maudlu'at I/80)[1]Bahkkan seorang ahli tafsir yang menjadi murid Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnu Katsir (yang tafsirnya paling sering dikaji oleh kelompok anti tahlil), mencantumkan banyak hadis tentang keutamaan (fadilah) Surat Yasin, diantaranya hadis riwayat al-Hafidz Abu Ya'la al-Mushili No 6224: "Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia diampuni dan barangsiapa membaca Surat al-Dukhan, maka di pagi harinya ia diampuni"Ibnu Katsir berkata: ( 6 / 561)"Ini adalah sanad yang bagus" (Tafsir Ibnu Katsir VI/561)Tidak banyak yang tahu mengenai hukum menuduh hadis palsu, padahal nyata sekali bahwa riwayat tersebut secara akumulasi adalah sahih. Maka disini Rasulullah Saw memberi kecaman bagi mereka yang melakukan hal itu: ( 7596 27/410 )"Barangsiapa yang sampai kepadanya sebuah hadis dari saya kemudian ia mendustakannya, maka ada tiga yang ia dustakan, yaitu Allah, Rasul-Nya dan perawi hadis tersebut"[2](HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath No 7596 dan Ibnu 'Asakir 27/410 dari Jabir)Kembali ke masalah membaca surat Yasin. Lebih dari itu, ternyata Ibnu Katsir sependapat dengan amaliyah Nahdliyin dalam membaca Surat Yasin di dekat orang yang akan meninggal.Berikut diantara uraiannya: - - " " . . . . - - ( 6 / 562)"Imam Ahmad berkata (dengan meriwayatkan sebuah) bahwa Rasulullah Saw bersabda: Bacalah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal (HR Abu Dawud dan al-Nasa'i dan Ibnu Majah). Oleh karenanya sebagian ulama berkata: diantara keistimewaan surat yasin jika dibacakan dalam hal-hal yang sulit maka Allah akan memudahkannya, dan pembacaan Yasin di dekat orang yang meninggal adalah agar turun rahmat dan berkah dari Allah serta memudahkan keluarnya ruh. Imam Ahmad berkata: Para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan (keluarnya ruh) dengan bacaan Yasin tersebut" (Ibnu Katsir VI/342)Berikut kutipan selengkapnya dari kitab Musnad Ahmad mengenai pembacaan Yasin di samping orang yang akan meninggal yang telah menjadi amaliyah ulama terdahulu dan terus diamalkan oleh warga NU: ( 17010)"Para guru bercerita bahwa mereka mendatangi Ghudlaif bin Hars al-Tsamali ketika penyakitnya sangat parah. Shafwan berkata: Adakah diantara anda sekalian yang mau membacakan Yasin? Shaleh bin Syuraih al-Sukuni yang membaca Yasin. Setelah ia membaca 40 dari Surat Yasin, Ghudlaif meninggal. Maka para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan (keluarnya ruh) dengan Surat Yasin tersebut. (Begitu pula) Isa bin Mu'tamir membacakan Yasin di dekat Ibnu Ma'bad" (Musnad Ahmad No 17010)Al-Hafidz Ibnu Hajar menilai atsar ini: ( 5 / 324)"Riwayat ini sanadnya adalah hasan" (al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat V/324)Ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilai riwayat amaliyah ulama salaf membaca Yasin saat Ghudlaif akan wafat sebagai dalil penguat (syahid) dari hadis riwayat Ma'qil bin Yasar yang artinya: Bacakanlah Surat Yasin di dekat orang yang meninggal. (Raudlah al-Muhadditsin X/266)Al-Hafidz Ibnu Hajar memastikan Ghudlaif ini adalah seorang sahabat: ( 10 / 266)"Riwayat sahabat ini sanadnya adalah hasan. Ghudlaif adalah seorang sahabat menurut mayoritas ulama. Sementara 'para guru' yang dikutip oleh Imam Ahmad tidak disebut namanya, namun mereka ini tidak lain antara sahabat dan tabi'in senior. Hal ini bukanlah pendapat perseorangan, tetapi berstatus sebagai hadis yang disandarkan pada Rasulullah (marfu')" (Raudlah al-Muhadditsin X/266)Terkait dengan tuduhan anti tahlil yang mengutip pernyataan beberapa ulama bahwa sanad hadis riwayat Ma'qil ini goncang, redaksi hadisnya (matan) tidak diketahui dan sebagainya, maka cukup dibantah dengan pendapat ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Bulugh al-Maram I/195: ( 20316 3121 1448 3002 510 2074 6392 931 10853 10913)"Dari Ma'qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda: 'Bacalah surat Yasin di dekat orang-orang yang meninggal.' Ibnu Hajar berkata: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa'i dan disahihkan oleh Ibnu Hibban"(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad No 20316, Abu Dawud No 3121, Ibnu Majah No 1448, al-Thabrani No 510, al-Hakim No 2074, al-Baihaqi No 6392, al-Thayalisi No 931, Ibnu Abi Syaibah No 10853 dan al-Nasa'i dalam al-Sunan al-Kubra No 10913)Dalam kitab tersebut al-Hafidz Ibnu Hajar tidak memberi komentar atas penilaian sahih dari Ibnu Hibban. Sementara dalam kitab beliau yang lain, Talkhis al-Habir II/244, kendatipun beliau mengutip penilaian dlaif dari Ibnu Qattan dan al-Daruquthni, di saat yang bersamaan beliau meriwayatkan atsar dari riwayat Imam Ahmad diatas.Jika telah didukung dalil-dalil hadis dan diamalkan oleh para ulama salaf, lalu bagaimana dengan amaliyah membaca Surat Yasin setelah orang tersebut meninggal atau bahkan dibaca di kuburannya?Berikut ini beberapa pandangan ulama terkait penafsiran hadis di atas.1.Ibnu Qayyim ( 1 / 11)"Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal sebagaimana sabda Nabi Saw: Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian dengan Lailahaillallah. Dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya. Pendapat pertamalah yang lebih kuat" (al-Ruh I/11)2.Ahli Tafsir al-Qurthubi ( 1 / 84)"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa ia memerintahkan agar dibacakan surat al-Baqarah di kuburannya. Diperbolehkannya membaca al-Quran di kuburan diriwayatkan dari 'Ala' bin Abdurrahman. Al-Nasai dan yang lain menyebutkan hadis dari Ma'qil bin Yasar al-Madani dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal. Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya" (Tadzkirat al-Qurthubi I/84)3.Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi ( 1 / 304)"al-Qurthubi berkata mengenai hadis: 'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal' bahwa Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya.Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdul Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya dan secara menyeluruh keduanya dikomentari oleh Muhib al-Thabari dari kalangan Syafiiyah. Disebutkan dalam kitab Ihya al-Ghazali, dalam al-Aqibah Abdulhaq, mengutip dari Ahmad bin Hanbal, beliau berkata: Jika kalian memasuki kuburan, maka bacalah al-Fatihah, al-Muawwidzatain, al-Ikhlas, dan jadikanlah (hadiahkanlah) untuk penghuni makam, maka akan sampai pada mereka" (Syarh al-Shudur I/304)4.Muhammad bin Ali al-Syaukani ( 4 / 52)"Lafadz dalam hadis tersebut secara jelas mengarah pada orang yang telah meninggal. Dan lafadz tersebut mencakup pada orang yang akan meninggal hanya secara majaz. Maka tidak bisa diarahkan pada orang yang akan meinggal kecuali bila ada tanda petunjuk" (Nail al-Authar IV/52)5.Mufti Universitas al-Azhar Kairo Mesir, 'Athiyah Shaqar ( 7 / 458)"Ulama yang menilai sahih hadis diatas mengarahkan pembacaan Yasin di dekat orang yang akan meninggal. Hal ini didasarkan pada hadis yang terdapat dalam musnad al-Firdaus (al-Dailami) yang berbunyi: 'Tidak ada seorang mayit yang dibacakan Yasin di dekatnya, kecuali Allah memberi kemudahan kepadanya.' Namun sebagian ulama mengatakan bahwa lafadz mayit bersifat umum yang tidak khusus bagi orang yang akan mati saja. Maka tidak ada halangan untuk menggunakannya bagi orang yang telah meninggal, baik sudah dimakamkan atau belum. Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang hasan (al-Sunan al-Kubra No 7319) bahwa Ibnu Umar menganjurkan membaca permulaan dan penutup surat al-Baqarah di kuburannya setelah dimakamkan. Pendapat Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya yang memberi catatan pada hadis diatas bahwa yang dimaksud adalah orang yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di hadapannya, telah dibantah oleh Muhib al-Thabari bahwa hal itu tidak dapat diterima, meskipun talqinkepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Fatawa al-Azhar VII/458)6.al-Hafidz Ibnu Hajar al-'Asqalani ( 2 / 245)"Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya memberi komentar pada hadis Ma'qil diatas bahwa yang dimaksud adalah orang yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di hadapannya. Begitu pula hadis: 'Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian dengan Lailahaillallah,' dan telah dibantah oleh Muhib al-Thabari dalam kitab al-Ahkam bahwa hal itu tidak dapat diterima dalam hal membaca Yasin, sementara talqin kepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Talkhis al-Habir II/245)7.Muhammad al-Shan'ani ( 2 / 119)"Hadis riwayat Abu Dawud dari Ma'qil'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal'ini, mencakup pada orang yang telah meninggal, bahkan hakikatnya adalah untuk orang yang meninggal" (Subul al-Salam Syarah Bulugh al-Maram II/119)Riwayat lain yang menguatkan adalah: ( 10953)"Diriwayatkan dari Sya'bi bahwa sahabat Anshor membaca surat al-Baqarah di dekat orang yang telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10963)Begitu pula atsar di bawah ini: ( 10957)"Diriwayatkan dari Jabir bin Zaid bahwa ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10967)Bahkan ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat riwayat tersebut: ( 10 / 266)"Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalur Jabir bin Zaid, ia termasuk Tabi'in yang terpercaya, bahwa ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah meninggal.Dan Sanadnya adalah sahih!" (Raudlat al-Muhadditsin X/226)[1]Dari uraian dua ulama ini dapat diketahui bahwa tuduhan hadis palsu dalam beberapa fadilah surat Yasin karena mereka hanya melihat dari satu jalur riwayat saja, sementara dalam hadis tersebut memiliki banyak jalur riwayat. Hal inilah yang sering menjadi kecerobohan dari Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya 'al-Maudluat' yang menuai kritik tajam dari ahli hadis lain, seperti Ibnu Hajar, al-Suyuthi dan lain-lain.[2]Al-Hafidz al-Haitsami berkata: "Dalam sanadnya ada perawi bernama Mahfudz bin Maisur, Ibnu Hatim tidak memberi penilaian sama sekali kepadanya" (Majma' al-ZawaidNo 660). Ini menunjukkan hadis tersebut tidak dlaif.Muhammad Makrufdi01.33Berbagi

2 komentar:

harkor rakor20 Februari 2013 02.29yang anda bela harus nya ISLAM bukan NU...cukup..tulisan ini sudah menghentikan segala bantahan anda..BalasDann Kusuma1 Juli 2013 00.00untuk saudara harkor rakor@ : NU membantah karena saudara2 kami seperti anda menyertamertakan bid'ah dan sesat kpd kami yang mengamalkan Tahlilan,Maulid,dll,, Sampai kapan sesama muslim menghina satu sama lain??!! Yang kami lakukan bukan membuat2 syariat baru, tapi melestarikan ajaran dari Walisongo yg merupakan pemasukan unsur Islami kdlm tradisi masyarakat Nusantara.BalasBerandaLihat versi web

Mengenai Saya

Muhammad MakrufLihat profil lengkapkuDiberdayakan olehBloggerView Full VersionHome|IslamiaKamis, 12 Apr 2012

Malam Jum'at Disunnahkan Baca Surat Al-Kahfi, Bukan Surat Yasin

Oleh: Badrul TamamAl-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.Membaca surat Yasin pada malam Jum'at menjadi tradisi yang melekat pada masyarakat Melayu, seperti Indonesia dan Malaysia. Selepas Maghrib, rumah-rumah, masjid, dan mushalla ramai dengan lantunan surat Yasin baik dengan sendiri-sendiri maupun berjamaah. Terekam dalam benak, bahwa ini adalah amal yang benar-benar disyariatkan dan memiliki pahala besar. Bagaimana sebenarnya hukumtakhsismalam Jum'at dengan membaca surat Yasin?Pertama, membaca Al-Qur'an dianjurkan kepada kaum muslimin, bahkan termasuk amal utama. Pahalanya sangat besar di sisi AllahSubhanahu wa Ta'ala.Kedekatan seseorang dengan Rabb-nya bisa dilihat seberapa ia dekat dengan Al-Qur'an, karena ia adalah Kalamullah. Maka jika seseorang memperbanyak membaca Al-Qur'an maka itu baik untuknya, termasuk membaca surat Yasin, baik di malam Jum'at atau malam-malam lainnya.Kedua, Membaca Al-Qur'an termasuk amal ibadah mutlak, tidak terikat kapan dan dimana harus dibaca. Sementara menghususkannya dengan waktu dan tempat tertentu itu membutuhkan dalil. Dan tidak ditemukan dalil shahih tentang anjuran dan fadhilah membaca surat Yasin pada malam dan hari Jum'at. Para ulama ahli hadits menghukumi keutamaan surat Yasin antara dhaif atau maudhu'. Sehingga seseorang tidak boleh menghususkannya pada malam Jum'at dengan meyakini itu termasuk amal khusus yang disyariatkan padanya dan memiliki keutamaan tertentu.Syaikh Abdurrahman al-Sahim dalam forumSyabkah Misykah Al-Islamiyyahmenjawab pertanyaan seputar ini, "Shahihkah Hadits yang Menyebutkan Tentang Membaca Surat Yasin dan al-Shaffat pada Malam Jum'at?",.Jawaban beliau, "Ini tidak shahih. Dan disebutkan riwayat: "Siapa yang membaca surat (Yasin) pada malam Jum'at diampuni dosanya."Syaikh Al-Albani berkata: "Dhaif Jiddan (sangat lemah,-ter)" (Lihat: Dhaif al-Targhib wa al-Tarhib: no. 450). Dan tidak terdapat satu haditspun yang shahih tentang keutamaan surat Yasin." Wallahu Ta'ala A'lam.Apa yang Disyariatkan Dibaca Pada Malam dan Hari Jum'atSalah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jumat adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.1.Dari Abu Sa'id al-Khudriradliyallahu 'anhu, dari Nabishallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jumat, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)2.Dalam riwayat lain masih dari Abu Said al-Khudriradhiyallahu 'anhu, "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalamTakhrij al-Adzkar, Hadits hasan. Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami, no. 6470)3.Dari Ibnu Umarradhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallambersabda, Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)Kapan Membacanya?Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat atau pada hari Jumatnya. Dan malam Jumat diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jumatnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jumat.Imam Al-Syafi'irahimahullahdalamAl-Ummmenyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajarrahimahullaahmengungkapkan dalamAmali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata hari atau malam Jumat. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hari temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, malam adalah malam jumat dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).DR Muhammad Bakar Ismail dalamAl-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnahmenyebutkan bahwadi antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jumat adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).. . . Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jumat. . .Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari JumatDari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Taala: Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (QS. Al-Hadid: 12)Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat berupa ampunan dosa antara dua Jumat. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jumat. Karenanurr(cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Taala: Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (QS. Huud: 114)PenutupHari Jum'at merupakan hari yang mulia, hendaknya setiap muslim memuliakannya dengan amal-amal ketaatan. Namun menetapkan amal-amal tersebut tidak boleh hanya dengan anggapan semata, tapi harus didasarkan kepada tuntutan NabiShallallahu 'Alaihi Wasallamyang kita ketahui melalui sunnahnya. Karena dengan ittiba' kepada sunnah beliauShallallahu 'Alaihi Wasallamtersebut, -sesudah ikhlash- seseorang akan diterima amal ibadahnya dan dicintai oleh Rabb-nya. Dan tidak didapatkan sunnah shahihah dari NabiShallallahu 'Alaihi Wasallamyang menghususkan malam Jum'at ataupun siang harinya dengan membaca surat Yasin. Bersamaan itu, terdapat amal yang dianjurkan oleh beliauShallallahu 'Alaihi Wasallam, yaitu membaca surat Al-Kahfi, dan inilah yang dianjurkan oleh Imam al-Syafi'irahimahullah. Wallahu Taaa alam.[PurWD/voa-islam.com]Tulisan Terkait:1.Membaca Surat Al-Kahfi di Malam Jum'at Menurut Kiai NU2.Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at3.Hukum dan Amalan Khusus di Hari Jum'atShare this post..

latestnews

Taubat Meninggalkan Shalat, Apa Harus Mengadha' Semua Shalat Tersebut?Sabtu - Senin: Puasa Ayyamul Bidh Bulan Sya'ban 1434 HPetunjuk Menghidupkan Bulan Sya'banAdakah Keutamaan Khusus Umrah di Bulan Rajab?Tidak Ada Puasa Khusus di Bulan RajabJum'at Pagi Ada Gerhana Matahari, Mari Laksanakan Shalat Kusuf!Menghususkan Ziarah Kubur Pada Hari Jum'atAncaman Sengaja Meninggalkan Shalat Jum'atNews Index home|South East Asia|Islam of The World|Islamia|Muslimah|Teenage|Interview & Profile|Lintas Berita IslamView Full VersionBerandaKirim PertanyaanMuamalahEkonomi IslamHadistPuasaShalatUmumDaftar IsiDaftar Kajian

Membaca Yasin untuk Orang Yang Sakaratul Maut dan Mayit

MukadimahDi antara kebiasaan sebagian kaum muslimin di dunia Islam, mereka membaca surat Yasin untuk meringankan proses naza (sakaratul maut). Sebagian menolak ini dan menganggapnya sebagai amalan bidah dhalalah. Sebagian lain membolehkannya, bahkan menganjurkannya. Sama dengan hal ini, yakni membacanya ketika sudah wafat baik dengan tujuan meringankannya atau mengirim pahala bacaannya, baik di baca di sisi mayit atau di kubur.Sebenarnya, bagaimanakan masalah ini?I. Membaca Yasin atau Surat lainnya Untuk Orang Sakaratul MautDari Maqil bin Yasar Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacalah surat Yasin kepada orang yang menjelang wafat di antara kalian.Takhrij Hadits :Hadits ini dikeluarkan oleh:- Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al Janaiz Bab Qiraah Indal Mayyit, No. 3121- Imam Ahmad dalam Musnadnya, Jilid. 5, No. 19416- Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Kitab Al Janaiz wa Maa Yataalaqu biha Muqaddiman wa Muakhiran Fashl fi Al Muhtadhar, No. 3002.- Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunannya, Kitab Al Janaiz Bab Maa Jaa fimaa Yuqalu Indal Maridh Idza Hadhara, No. 1448- Imam Ath Thabarani dalam Al Mujam Al Kabir, No. 16904- Imam Al Baihaqi dalam Syuabul Iman, No. 2356Kedudukan Hadits:Dengan dimasukannya hadits ini dalam kitab Shahih-nya Imam Ibnu Hibban, maka menurutnya hadits ini adalah shahih. Hal ini juga ditegaskan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani.(Bulughul Maram, Kitabul Janaiz, no. 437. Cet.1, Darul Kutub Al Islamiyah)Sementara, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani mendhaifkan hadits ini.(lihat Irwaul Ghalil No. 688, Misykat Al Mashabih No. 1622, Dhaif Al Jamiush Shaghir No. 1072, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 3121, dan Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 1448)Imam Ash Shanani menjelaskan, bahwa Imam Ibnul Al Qaththan menyatakan adanya cacat pada hadits ini yakni idhthirab (goncang), dan mauquf (hanya sampai sahabat nabi), dan terdapat rawi (periwayat) yang majhul (tidak dikenal) yakni Abu Utsman dan ayahnya. Sementara, Imam Ibnul Arabi mengutip dari Imam Ad Daruquthni, yang mengatakan bahwa hadits ini sanadnya mudhtharib (goncang), majhulul matni (redaksinya tidak dikenal), dan tidak shahih satu pun hadits dalam bab ini (tentang Yasin).(Subulus Salam, 3/63. Lihat juga Al Hafizh Ibnu Hajar, Talkhish Al Habir, No. 734, Darul Kutub Al Ilmiyah. Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 4/ 22. Maktabah Ad Dawah Al Islamiyah)Namun demikian, kelemahan hadits ini diperkuat oleh riwayat lainnya.Imam Ahmad dalam Musnad-nya, mengatakan, telah berkata kepada kami Abul Mughirah, telah berkata kepada kami Shafwan, katanya: Dahulu para masyayikh (guru) mengatakan jika dibacakan surat Yasin di sisi mayit, maka itu akan meringankannya.Pengarang Musnad Al Firdaus telah menyandarkan riwayat ini, dari Abu Darda dan Abu Dzar, mereka mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Tidaklah seorang mayit meninggal lalu dibacakan surat Yasin di sisinya, melainkan Allah Taala akan memudahkannya.Lalu, Imam Ash Shanani mengatakan, bahwa dua riwayat inilah yang menguatkan penshahihan yang dilakukan Imam Ibnu Hibban, yang maknanya adalah menjelang kematian (bukan dibaca sesudah wafat, pen), dan dua riwayat ini lebih jelas dibanding riwayat yang dijadikan dalil olehnya.(Subulus Salam, Ibid. At Talkhish Al Habir, Ibid. Nailul Authar, Ibid)Sebagian kalangan mendhaifkan riwayat Imam Ahmad, dari Abul Mughirah, dari Shafwan di atas, karena dua faktor. Pertama, kesamaran (mubham) para masyayikh, siapa mereka? Kedua, dalam sanadnya terdapat Shalih bin Syuraih yang dinilai majhul (tidak dikenal) oleh Imam Abu Zurah.Namun, hal ini telah dijawab, bahwa masyayikh di atas adalah para sahabat nabi, sebagaimana kata Al Hafizh Ibnu Hajar. Maka tidak benar jika dikatakan mubham (samar). Ada pun Shalih bin Syuraih, hanya dianggap majhul oleh Abu Zurah, sedangkan para imam lain mengambil hadits darinya.Imam Adz Dzahabi memberikan jawaban yang mengoreksi pendapat Abu Zur'ah, Katanya: : : Berkata Abu Zur'ah: Majhul. Aku katakan: "Jamaah (ahli hadits) telah meriwayatkan darinya."(Mizanul I'tidal, 2/295)Apa yang dikatakan oleh Imam Adz Dzahabi sebagai netralisir dari anggapan Imam Abu Zur'ah atas kemajhulan Shalih bin Syuraih. Justru Imam Abu Hatim sendiri menceritakan jati diri Shalih bin Syuraih ini, katanya: "Shalih bin Syuraih adalah seorang sekretaris Abdullah bin Qurth, dan Abdullah bin Qurth adalah pemimpin daerah Himsh yang diangkat Abu Ubaidah bin Al Jarrah."(Al Jarh wat Ta'dil, No. 1775)Maka, penghasanan yang dilakukan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar, tidak salah. Insya AllahIbnu Alan dalam Syarh Al Adzkar menerangkan bahwa Imam Ibnu Hajar juga menjadikan riwayat dari Shafwan ini sebagai penguat hadits ini, dan menurutnya riwayat Shafwan tersebut adalah mauquf dan sanadnya hasan. Bahkan, Al Hafizh Ibnu Hajar menghukumi riwayat tersebut adalah marfu (sampai kepada Rasulullah) dengan alasan para masyayikh (guru) tersebut yakni para sahabat dan tabiin senior, tidak mungkin berkata menurut pendapat mereka sendiri. Sementara Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, dengan sanad shahih, dari jalan Abu Syatsa Jabir bin Zaid, salah seorang tabiin terpercaya, bahwa dianjurkan dibacakan di sisi mayit surah Ar Radu.(Raudhatul Muhadditsin, 10/266/4691. Al Adzkar, 1/144)Tertulis dalam kitab Raudhatul Muhadditsin, disebutkan bahwa Imam An Nawawi dalam Al Adzkar menyatakan hadits ini dhaif, lantaran ada dua orang yang majhul (tidak dikenal), hanya saja katanya- Imam Abu Daud tidak mendhaifkannya. Namun, Imam An Nawawi menjadikan hadits ini sebagai dalil sunahnya membaca surat Yasin dihadapan orang yang sedang menghadapi kematian.(Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab, 5/76)Maka, kedhaifan hadits di atas telah diperkuat oleh beberapa riwayat lain yang mauquf (dari Abu Darda dan Abu Dzar) dan marfu (riwayat Shafwan) , sehingga penshahihan yang dilakukan oleh Imam Ibnu Hibban, lalu dikuatkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar, Imam Ash Shanani, Imam Asy Syaukani, dan para imam lainnya menjadikan hadits ini maqbul (bisa diterima).Wallahu AlamMakna MautakumMautakum berarti orang yang sedang menghadapi kematian, bukan orang sudah wafat. Imam Ibnu Hajib mengatakan, maksud hadits ini adalah ketika orang tersebut menjelang wafat, bukan mayit yang dibacakan Al Quran.(Imam Ahmad An Nafrawi, Al Fawakih Ad Dawani Ala Risalati Ibni Abi Zaid Al Qairuwani, 3/282).Al Allamah Abu Bakr Ad Dimyathi mengatakan, dibacakan ketika menjelang wafat (muqaddimat), karena sesungguhnya orang wafat tidaklah dibacakan Al Quran.(Ianatuth Thalibin, 2/107).Syaikh Abdurrahman Al Mubarakfuri mengatakan: Ketahuilah! Maksud Al Mauta dalam hadits ini adalah orang yang sedang menghadapi kematian, bukan orang yang sudah mati secara hakiki.(Tuhfah Al Ahwadzi, 4/53. Maktabah As Salafiyah)Imam Abul Hasan As Sindi mengatakan: Yakni ketika menghadapi kematian atau sesudah wafat, disebutkan: tetapi yang benar adalah yang pertama (menghadapi kematian). Karena mayit tidaklah dibacakan Al Quran .(Hasyiah As Sindi Ala Ibni Majah, No. 1438. Mawqi Ruh Al Islam)Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Hafizhahullah mengatakan:: () : Sabdanya (mautakum): yaitu orang-orang yang mendekati kematian, bukan maksudnya orang yang sudah mati.(Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, Syarh Sunan Abi Daud No. 223. Maktabah Misykah)Makna-makna seperti juga disampaikan oleh para imam lainnya seperti Imam An Nawawi, Imam Al Qurthubi, dan lainnya.Para Ulama Yang Menganjurkan Membaca Yasin di Hadapan Orang Yang Sakaratul MautPerlu diketahui, anjuran membaca surat Yasin dihadapan orang yang sedang sakaratul maut adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Hal ini dikatakan oleh Syaikh Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah sebagai berikut: : {} {} : {} .Jumhur ulama mengatakan: disunahkan membaca Yasin, lantaran hadits: Bacalah oleh kalian kepada orang yang menghadapi sakaratul maut, surat Yasin. Sebagian ulama mutaakhirin (belakangan) dari kalangan Hanafiah dan Syafiiyah juga memandang baik membaca surat Ar Radu, dengan alasan perkataan Jabir: Hal itu bisa meringankan ketika keluarnya ruh.Hikmah dibacakannya surat Yasin adalah bahwa peristiwa kiamat dan hari kebangkitan disebutkan di dalam srat tersebut. Maka, jika dibacakan di sisinya hal itu bisa memperbarui ingatannya terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.(Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/599. Maktabah Misykah)Pendapat ini pun didukung oleh lembaga fatwa Lajnah Daimah di Kerajaan Saudi Arabia dan Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah, sebagaimana yang akan kami paparkan nanti.Berikut ini adalah sebagian saja para imam yang membolehkan dan menganjurkan membaca surat Yasin bagi orang yang sakaratul maut.1. Al Imam Al Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban Radhiallahu Anhu, sebagaimana tertera dalam kitab Shahih-nya: Berkata Abu Hatim Radhiallahu Anhu, sabdanya: Bacalah terhadap mautakum surat Yasin. Maksud (mautakum) adalah barang siapa yang sedang menghadapi kematian, sebab mayit tidaklah dibacakan Al Quran atasnya. Demikian pula sabdanya Shallallahu Alaihi wa Sallam: Talqinkan mautakum: Laa Ilaha Illallah.(Shahih Ibnu Hibban No. 3002)2. Imam Abu Ishaq Asy Syirazi Rahimahullah, mengatakan dalam kitabnya, Al Muhadzdzab: Dan disunahkan membaca di sisinya surat Yasin, karena telah diriwayatkan oleh Maqil bin Yasar bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacalah oleh kalian terhadap orang yang sakaratul maut diantara kalian, yakni Yasin.(Al Muhadzdzab, 1/126. Mawqi Ruh Al Islam)3. Imam An Nawawi Rahimahullah, mengatakan dalam kitabnya, Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab: () .Disunahkan membacakan surat Yasin di sisi orang yang sedang menghadapi kematian. Demikian ini juga dikatakan oleh para sahabat kami (syafiiyah), dan disukai pula oleh sebagian tabiin membaca surat Ar Radu.(Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab, 5/76. Dar Alim Al Kitab)4. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, mengatakan dalam tafsirnya: .Dan, seakan membacanya di sisi mayit akan menurunkan rahmat dan berkah, dan memudahkan keluarnya ruh. Wallahu Alam(Tafsir Al Quran Al Azhim, 6/562. Dar An Nasyr wat Tauzi)Maksud mayit dalam kalimat Imam Ibnu Katsir di atas adalah orang yang menjelang wafat, bukan orang yang sudah wafat.5. Imam Abdul Karim Ar Rafii RahimahullahBeliau berkata dalam kitab Fathul Aziz Syarh Al Wajiz, biasa disebut Asy Syarhul Kabir: : ( ) Dibacakan atasnya surat Yasin, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacalah Yasin atas orang yang sakaratul maut di antara kalian. Disukai oleh sebagian tabiin generasi belakangan, untuk membaca surat Ar Radu juga. (Imam Abdul Karim Ar Rafii, Fathul Aziz Syarh Al Wajiz(Asy Syarhul Kabir), 5/110. Darul Fikr)6. Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdil Hadi As Sindi Rahimahullah, mengatakan dalam Hasyiahnya: .Yaitu terhadap orang yang sedang menghadapi kematian, atau sesudah matinya juga. Dikatakan: tetapi maksudnya adalah yang pertama (sebelum wafat) karena mayit tidaklah dibacakan Al Quran atasnya. Dan, disebutkan: karena surat Yasin mengandung dasar-dasar aqidah; berupa hari kebangkitan, kiamat, maka dengan mendengarkannya dapat menguatkannya dan membenarkan dan mengimaninya, sampai dia meninggal.(Hasyiah As Sindi Ala Ibni Majah, No. 1438. Mawqi Ruh Al Islam)7. Imam Al Hashfaki Al HanafiDalam Ad Durrul Mukhtar Syarh Tanwir Al Abshar, Imam Al Hashfaki mengatakan dianjurkan membaca surat Yasin dan Ar Radu buat yang sedang mengalami sakaratul maut.(Imam Al Hashfaki, Ad Durrul Mukhtar, 2/207. Darul Fikr)8. Imam Muhammad Amin bin Abidin Al HanafiSementara Imam Ibnu Abidin, dalam Hasyiah-nya memberikan penjelasan ucapan Imam Al Hashfaki ini dengan menambahkan hadits: Bacakanlah orang yang sedang sakaratul maut di antara kalian, yakni surat Yasin. Diriwayatkan oleh Abu Daud, dari Majalid, dari Asy Syabi, bahwa dahulu orang-orang Anshar jika ada yang orang yang sedang sakaratul maut, mereka membacakan surat Al Baqarah. Dia juga menyebutkan bahwa ulama mutaakhirin (belakangan) menilai baik membaca Ar Radu lantaran ucapan Jabir: bahwa hal itu bisa meringankan keluarnya ruh.(Imam Ibnu Abidin, Hasyiah Raddul Muhtar Ala Ad Durril Mukhtar, 2/207. Darul Fikr)9. Beberapa Imam madzhab Asy SyafiiDalam kitab Ianatuth Thalibin karya Imam As Sayyid Al Bakri Ad Dimyathi Rahimahullah -yang merupakan syarh atas kitab Fathul Muin-nya Imam Al Malibari- beliau menuturkan beberapa perkataan para ulama dalam kitabnya itu: : . : .(: ) : .Dalam Rubaiyat, Abu Bakar Asy Syafii berkata, Tidaklah surat Yasin dibacakan kepada orang sakit melainkan dia akan wafat dalam keadaan puas (tidak haus), dimasukkan ke kubur dalam keadaan puas, dan di kumpulkan pada hari kiamat nanti dalam keadaan puas.Berkata Al Jarubardi: Hikmah dibacakannya adalah bahwa peristiwa kiamat dan hari kebangkitan disebutkan dalam surat tersebut, maka jika dibacakan atasnya dia bisa memperbarui ingatannya atas kejadian-kejadian tersebut.(Perkataannya: dan surat Ar Radu) artinya disunahkan membaca di sisinya surat Ar Radu, yaitu lantaran ucapan Jabir bin Zaid: Hal itu akan meringankannya ketika keluarnya ruh.(Ianatuth Thalibin, 2/107)10. Imam Manshur bin Yusuf Al Bahuti Al Hambali RahimahullahBeliau mengatakan dalam kitab Raudhul Murabba: : " " Dan dibacakan surat Yasin di sisinya, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacalah Yasin atas orang yang mengahdapi skaratul maut di antara kalian. Diriwayatkan oleh Abu Daud. Lantaran ini bisa memudahkan keluarnya ruh, dan juga dibacakan di sisinya surat Al Fatihah.(Raudhul Murabba, 1/122. Darul Fikr)11. Imam Abu Ishaq bin Muflih Al Hambali RahimahullahBeliau mengatakan dalam kitab Al Mubdi Syarh Al Muqni:" "" " {} " .Dan dibacakan di sisinya surat Yasin, karena sabdanya Shallallahu Alaihi wa Sallam: Bacalah Yasin untuk orang yang menghadapi kematian di antara kalian. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah, di dalamnya ada kelemahan, dari hadits Maqil bin Yasar) karena ini bisa memudahkan keluarnya ruh. Dan, katanya hendaknya dibaca surat Al Fatihah di sisinya. Dikatakan: surat Tabarak (Al Mulk).(Imam Ibnu Muflih, Al Mubdi Syarh Al Muqni, 2/196. Mawqi Ruh Al Islam)12. Imam Fakhruddin Ar Razi RahimahullahBerkata Imam Fakhruddin Ar Razi Rahimahullah dalam At Tafsir Al Kabir: Perintah membaca surat Yasin kepada orang yang menjelang wafat, karena adanya riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Segala sesuatu memiliki hati, dan hatinya Al Quran adalah Yasin. Hal ini, karena lisan saat itu lemah kekuatannya dan tak ada harapan, tetapi hati sedang menuju kepada Allah secara keseluruhannya, maka dibacakan kepadanya apa-apa yang dapat menguatkan hati dan membantu kayakinannya terhadap tiga perkara mendasar (ushuluts tsalatsah). Maka, hal itu diperbolehkan dan penting baginya. Ini juga berlaku bagi si pembacanya.(Imam Fakhruddin Ar Razi, Al Tafsir Al Kabir, 13/99)13. Syaikh Sayyid Sabiq RahimahullahDalam pembahasan sunah-sunah bagi yang mengurus orang meninggal, beliau mengatakan sunahnya membaca surat Yasin, berdalil dengan hadits-hadits dan atsar yang telah disebutkan sebelumnya.(Fiqhus Sunnah, 1/502. Darul Kitab Al Arabi)14. Syaikh Shalih bin Abdullah Fauzan HafizhahullahDalam kitab Al Mulakhash Al Fiqhi, beliau tegas mengatakan bahwa membaca Yasin untuk orang yang sedang menghadapi kematian adalah sunah. Berikut perkataannya: {} : " " : "" : . Membaca di sisinya surat Yasin, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacakanlah orang yang sedang sakaratul maut di antara kalian, surat Yasin. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban). Dan, maksud Mautakum adalah orang yang sedang menghadapi kematian, ada pun orang mati tidaklah dibacakan Al Quran atasnya. Maka membaca Al Quran atas mayit setelah matinya adalah bidah, berbeda dengan membaca untuk yang menghadapi kematian, maka itu adalah sunah.(Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/296. Mawqi Ruh Al Islam)15. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad HafizhahullahBeliau mengatakan dalam Syarh Sunan Abi Daud: : () : Maka, membacanya itu adalah ketika menghadapi kematian, bukan setelah kematiannya. Sabdanya (mautakum): artinya orang-orang yang mendekati kematian.(Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, Syarh Sunan Abi Daud No. 363. Maktabah Misykah)16. Syaikh Athiyah bin Muhammad SalimBeliau berkata dalam Syarh Bulughul Maram:: () . .Jadi, membaca Yasin kepada Mautana, artinya kepada orang yang sedang menghadapi kematian. Hikmahnya adalah hal demikian agar menggerakan ruh dan meringankannya ketika mengalami naza (sakarul maut), dan itu lebih ringan atasnya dibanding jika ditinggalkan.(Syaikh Athiyah bin Muhammad Salim, Syarh Bulughul Maram, Hal. 113. Maktabah Misykah)17. Fatwa Lajnah Daimah Kerajaan Saudi ArabiaDalam fatwa no. 1504, ketika ditanya apa yang dimaksud dengan hadits: Iqrauu ala Mautaakum Yasin (bacakanlah atas orang yang mengalami sakaratul maut di antara kalian, surat yasin). Mereka memaparkan beberapa hadits (yang sudah kami bahas di atas), lalu mereka mengatakan: : () : : : . .Atas dasar ini, kami tidaklah berhajat untuk memberikan penjelasan terhadap hadits ini; tidak mengingkari keshahihannya dan tidaklah memberikan penilaian atas keshahihannya, tetapi maksud dari hadits itu adalah membacanya ketika dia menjelang wafat untuk memberikannya peringatan, dan menjadikan akhir hidupnya di dunia adalah mendengarkan Al Quran, dan bukanlah yang dimaksud adalah membacanya buat orang yang sudah wafat, dan sebagian mereka ada yang memahami maknanya secara zhahirnya dan mereka menyunnahkan membaca Al Quran untuk mayit dan mengingkari makna selain zhahirnya, kami membahasnya dengan keadaan seandainya hadits ini shahih. Dan makna dari ini adalah menunjukkan perbuatan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan itu telah dinukil kepada kami, tetapi hal itu tidaklah terjadi sebagaimana penjelasan lalu, Hadits ini menunjukkan bahwa makna Al Mauta seandai haditsnya shahih- adalah Al Muhtadharun (menghadapi kematian), sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: (Talqinkan orang yang sedang menghadapi kematian di antara kalian dengan: Laa Ilaha Illallah), maka maksud mereka adalah Al Muhtadharun, sebagaimana kisah Abu Thalib, paman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Wa billahit Taufiq wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam. (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al Ilmiah wa Ifta, 11/28)Demikianlah fatwa yang ditanda tangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (ketua), Syaikh Abdurrazzaq Afifi (wakil), dan Syaikh Abdullah bin Ghudyan (anggota), mereka membolehkan membaca Yasin untuk orang yang sedang sakaratul maut, namun bukan untuk yang sudah wafat, apalagi di kuburan.Sekedar informasi, saat menjelang wafatnya Imam Ibnu Hajar Al Asqalani (28 Dzulhijjah 852H), yakni dua jam setelah Isya, orang-orang dan sahabatnya (Di antaranya adalah Al Hafizh Al Imam As Sakhawi, pen) berkerumun untuk membacakan surat Yasin, ketika sampai ayat 58:(kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai Ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang.Saat itulah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.(Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Hal. 851. Pustaka Al Kautsar)Demikianlah para ulama yang membolehkan membaca surat Yasin kepada orang yang sedang mengalami sakaratul maut, dengan tujuan meringankan proses keluarnya ruh. Ada pun Imam Malik dan pengikutnya yang terdahulu memakruhkan membaca Al Quran untuk orang sakaratul maut. Wallahu AlamII. Membaca Surat Yasin Atau Lainnya Untuk MayitPara imam dari kalangan Ahlus Sunnah tidak ada kata sepakat tentang hal ini. Mereka berselisih antara yang membolehkan bahkan menganjurkan, dengan kalangan yang menyebutnya sebagai bidah dhalalah . Namun, pendapat yang terang bagi kami adalah membaca Al Quran untuk mayit adalah ghairu masyru (tidak disyariatkan), karena tidak memiliki dasar yang kuat dari perbuatan atau perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Walau pun ada sahabat Nabi yang menganjurkan membaca Al Quran untuk mayit, dan sebagian tabiin menguatkannya. Sebab, syariat datangnya dari Allah dan RasulNya, bukan yang lain. Hanya saja, sebagaimana sikap kami terhadap perkara khilafiyah lainnya, kami tidak pernah membenci saudara-saudara sesama muslim yang meyakini kebenaran membaca Al Quran untuk mayit, kami mencintai mereka sebagaimana mencintai diri sendiri. Kami meyakini pula, bahwa masalah-masalah seperti ini, juga masalah khilafiyah lainnya, seharusnya dijadikan sarana memperluas cakrawala ilmu seorang muslim; agar dia bisa bersikap bijak, seimbang, dan elegan.Kami akan paparkan dua kelompok ulama tersebut yang juga disertai dengan alasan-alasan mereka masing-masing. Keduanya dipaparkan secara seimbang sebagai upaya amanah ilmiyah dan tidak berat sebelah.Para Imam Ahlus Sunnah Yang Melarang Membaca Al Quran Untuk Mayit1. Imam Abu Hanifah Radhiallahu Anhudan sebagian pengikutnyaSyaikh Athiyah Shaqr mengatakan Imam Abu Hanifah dan Imam Malik memakruhkan membaca Al Quran di kubur, alasannya karena tak ada yang sah dari sunah tentang hal itu.(Fatawa Al Azhar, 7/458)Namun, kami dapati dalam kitab lain bahwa kalangan Hanafiyah terjadi perbedaan antara waktu makruhnya itu, berikut ini keterangannya: : : . : . .Dimakruhkan menurut Hanafiyah membaca Al Quran di sisi mayit sampai dia dimandikan. Ada pun hadits Maqil bin Yasar, secara marfu: Bacalah surat Yasin atas orang yang mengalami sakaratul maut di antara kalian. Ibnu Hibban mengatakan maksudnya adalah bagi orang yang sedang menghadapi kematian. Hal ini didukung oleh riwayat Ibnu Abi Dunia dan Ibnu Mardawaih, secara marfu: Tidaklah seorang mayit dibacakan di sisinya surat Yasin, melainkan Allah akan mudahkan baginya. Sebagian peneliti mutaakhir (masa belakangan) berbeda dengannya, dengan mengambil makna zhahir dari khabar (hadits) itu, dengan berkata: Bahkan dibacakan atasnya setelah wafatnya dan dia sudah dibungkus oleh kafan. Ada pun tentang doa, kalangan Hanafiyah juga terjadi perbedaan pendapat. Berkata Ibnu Abidin: Kesimpulannya, sesungguhnya jika mayit itu dalam kondisi hadats maka tidaklah makruh, jika dia bernajis maka makruh. Secara zhahir ini juga berlaku jika mayit belum dibungkus dengan kain yang menutup seluruh tubuhnya. Demikian juga pemakruhan dibatasi jika membacanya secara Jahr (dikeraskan).(Al Mausuah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 16/8. Mawqi Ruh Al Islam)2. Imam Malik Radhiallahu Anhudan sebagian pengikutnyaSyaikh Ibnu Abi Jamrah mengatakan bahwa Imam Malik memakruhkan membaca Al Quran di kuburan.(Syarh Mukhtashar Khalil, 5 /467)Syaikh Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah mengatakan dalam Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu: : Berkata kalangan Malikiyah: dimakruhkan membaca Al Quran baik ketika naza (sakaratul maut) jika dilakukan menjadi kebiasaan, sebagaimana makruh membacanya setelah wafat, begitu pula di kubur, karena hal itu tidak pernah dilakukan para salaf (orang terdahulu).(Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/599. Maktabah Misykah)Disebutkan dalam Al Mausuah: Menurut Malikiyah, dimakruhkan secara mutlak membaca apa pun dari Al Quran.(Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 16/8. Wizarah Al Awqaf Asy Syuun Al Islamiyah)3. Imam Asy Syafii Radhiallahu Anhu dan Imam Ibnu Katsir RahimahullahDalam Tafsir Al Quran Al Azhim, Imam Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan Surat An Najm ayat 18: (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. . .Sebagaimana dia tidak memikul dosa orang lain, begitu pula pahala, ia hanya akan diperoleh melalui usahanya sendiri. Dari ayat yang mulia ini, Imam Asy Syafii Rahimahullah dan pengikutnya berpendapat bahwa pahala bacaan Al Quran tidaklah sampai kepada orang yang sudah wafat karena itu bukan amal mereka dan bukan usaha mereka. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menganjurkannya dan tidak pernah memerintahkannya, dan tidak ada nash (teks agama) yang mengarahkan mereka ke sana, dan tidak ada riwayat dari seorang sahabat pun yang melakukannya, seandainya itu baik tentulah mereka akan mendahului kita dalam melakukannya. Bab masalah qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) harus berdasarkan nash, bukan karena qiyas atau pendapat-pendapat. Sedangkan, mendoakan dan bersedekah, telah ijma (sepakat) bahwa keduanya akan sampai kepada mayit, karena keduanya memiliki dasar dalam syara.(Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Azhim, Juz.7, Hal. 465. Dar Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi. Cet. 2, 1999M-1420H)Dari apa yang disampaikan Imam Ibnu Katsir ini ada beberapa point:1. Imam Asy Syafii dan pengikutnya menyatakan pahala membaca Al Quran tidaklah sampai sebagaimana dosa seseorang tidaklah dipikul oleh orang lain.2. Tidak ada anjuran dan perintah, dan tidak ada nash dari Rasulullah, tidak ada riwayat dari sahabat yang melakukannya. Seandainya baik, pasti mereka orang pertama yang akan melaksanakannya.3. Tidak boleh qiyas dalam perkara ibadah ritual.4. Doa dan bersedekah atas nama mayit adalah boleh menurut ijma, karena memiliki dasar dalam syariat.Ada kejanggalan, ketika Imam An Nawawi mengatakan dalam Riyadhus Shalihin, bahwa Imam Asy Syafii mengatakan disunnahkan membaca Al Quran di sisi kubur, jika sampai khatam maka itu bagus. (Imam An Nawawi, Riyadhus Shalihin, Hal. 117. Mawqi Al Warraq)Namun yang masyhur (terkenal) dari Imam Asy Syafii dan pengikutnya adalah mereka menolak keyakinan sampainya pahala bacaan Al Quran ke mayit. Imam Asy Syaukani menyatakan keterangan sebagai berikut: Yang masyhur dari madzhab Asy Syafii dan jamaah para sahabat-sahabatnya adalah bahwa pahala membaca Al Quran tidaklah sampai ke mayit.Asy Syaukani juga mengutip perkataan Imam Ibnu Nahwi, seorang ulama madzhab Asy Syafii, dalam kitab Syarhul Minhaj, sebagai berikut: Yang masyhur menurut madzhab kami, pahala bacaan Al Quran tidaklah sampai ke mayit.(Nailul Authar, 4/142. Maktabah Ad dawah Al Islamiyah)Disebutkan dalam Al Mausuah: Dan pendapat Syafiiyah bahwa tidaklah dibaca Al Quran di sisi mayit sebelum dikubur, agar pembacaan itu tidaklah mengganggu kesibukan dalam menyegerakan pengurusan jenazah.(Al Mausuah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 16/8. Mawqi Ruh Al Islam)Dari keterangan para imam di atas, maka sangat aneh jika ada sebagian kalangan memberikan tudingan Wahhabi kepada muslim lainnya yang tidak mau membaca Al Quran untuk mayit. Apakah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Asy Syafii adalah Wahabi karena mereka makruhkan hal itu? Bagaimana mungkin mereka disebut Wahabi, padahal gerakan Wahabiyah baru ada hampir sepuluh Abad setelah zaman tiga imam ini!?4. Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah RahimahullahBeliau mengatakan: Di antara petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah bertakziah ke keluarga mayit. Dan, bukanlah petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkumpul di rumah keluarga mayit untuk menghibur, lalu membaca Al Quran untuk si mayit baik di kuburnya, atau di tempat lain. Semua ini adalah bidah yang dibenci.(Zaadul Maad, 1/527. Muasasah Ar Risalah)Namun, dalam kitab beliau yang lain yakni Ar Ruh, justru beliau membolehkan dan banyak meriwayatkan dari salaf tentang membaca Al Quran untuk mayit.5. Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi RahimahullahBeliaulah yang disebut sebagai perintis gerakan Wahabi, walau beliau tidak pernah mengatakan hal itu dan tidak pernah meniatkan adanya gerakan atau faham Wahabi. Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah mengutip darinya, sebagai berikut: . Sesungguhnya membaca dan membawa Al Quran di kubur sebagaimana yang dilakukan sebagian manusia hari ini, mereka duduk selama tujuh hari dan menamakan itu sebagai kesungguhan, begitu pula berkumpul di rumah keluarga si mayit selama tujuh hari membaca Al Fatihah, dan mengangkat tangan untuk berdoa untuk si mayit, maka semua ini adalah bidah munkar yang diada-adakan, dan harus dihilangkan. Ada pun periwayatan hadits tentang membaca Yasin di kuburan tidak ada yang kuat satu pun di antara kitab-kitab hadits yang terkenal, secara zhahir menunjukkan itu tidaklah shahih.(Syaikh Shalih Fauzan, Al Bayan Li Akhthai Badhil Kitab, Hal. 171. Mawqi Ruh Al Islam)Hadits yang dimaksud adalah: *( )* Barangsiapa yang menziarahi kubur dua orang tuanya setiap Jumat, lalu dibacakan Yasin pada sisinya, maka akan diampunkan baginya setiap ayat atau huruf.Hadits ini palsu. Ibnu Adi berkata: Hadits ini batil dan tidak ada asalnya sanad ini. Ad Daruquthni mengatakan: Hadits ini palsu, oleh karena itu Ibnul Jauzi memasukkan hadits ini kedalam kitabnya Al Maudhuat (hadits-hadits palsu).(Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah, 1/127/ 50)6. Syaikh Shalih bin Abdullah Fauzan HafizhahullahBeliau berkata dalam kitab Al Mulakhash Al Fiqhi sebagai berikut: Ada pun bagi orang sudah wafat maka tidaklah dibacakan Al Quran, maka membacakan Al Quran untuk mayit sesudah wafatnya adalah bidah ...Dia juga berkata: Maka, membaca Al Quran atas mayit di sisi jenazah atau di kubur atau untuk arwah mayit, semua ini adalah bidah.(Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/296-297. Mawqi Ruh Al Islam)7. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr HafizhahullahBeliau mengatakan dalam Syarh Sunan Abi Daud: () Adapun membaca di sisi mayit, maka janganlah dilakukan, tidak dengan surat Yasin dan tidak pula dengan selainnya, sebab tak satu pun yang shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang itu.(Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, Syarh Sunan Abi Daud No. 363. Maktabah Misykat)8. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin RahimahullahTertulis dalam kitab Majmu Fatawa war Rasail-nya: : : . : " ". . " .. " .Syaikh yang mulia ditanya: apakah hukum membaca Al Quran di kuburan setelah dikuburkan mayit? Apakah hukum membaca Al Quran di rumah-rumah untuk mengirim pahala, dan kami menamakannya rahmat bagi mayit?Beliau menjawab: Pendapat yang kuat adalah perkataan ulama yang mengatakan bahwa membaca Al Quran di kuburan setelah mayit dikubur adalah bidah, karena hal itu tidak terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Beliau tidak memerintahkannya dan tidak pula melakukannya. Justru yang sunah dalam riwayat tentang ini adalah Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri setelah mayit dikuburkan dan berkata: Beristighfarlah untuk saudara kalian, dan mintalah untuknya keteguhan, karena saat ini dia sedang ditanya. Jika membaca Al Quran di sisi kubur adalah baik dan disyariatkan, niscaya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam akan memerintahkan sehingga umat tahu tentang hal itu.Begitu pula berkumpulnya manusia di rumah-rumah dengan membaca Al Quran bagi ruh mayit, hal ini tidak ada dasarnya, tidak pula dilakukan oleh salafush shalih Radhiallahu Anhum. Yang disyariatkan bagi seorang muslim jika tertimpa musibah adalah hendaknya dia bersabar, berharap mendapatkan pahala dari Allah, dan berkata seperti ucapan orang-orang sabar: Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun..... Allahumma ajirniy fi mushibatiy wakhlufliy khairan minha. Ada pun berkumpul di sisi mayit, dan membaca Al Quran, menyediakan makanan, dan hal yang semisal itu, maka semuanya adalah bidah.(Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utaimin, Majmu Fatawa war Rasail, 17/132)Para Imam Ahlus Sunnah Yang Membolehkan Membaca Al Quran Untuk Mayit1. Abdullah bin Amru bin Al Ash Radhiallahu AnhumaBeliau adalah seorang sahabat Nabi, ayahnya adalah Amr bin Al Ash, Gubernur Mesir pada masa Khalifah Umar. Dalam kitab Syarh Muntaha Al Iradat, disebutkan demikian: { } .Dari Abdullah bin Amru, bahwa dia menganjurkan jika mayit dikuburkan hendaknya dibacakan pembuka surat Al Baqarah, dan akhir surat Al Baqarah. Ini diriwayatkan oleh Imam Al Lalikai. Hal ini dikuatkan oleh keumuman hadits: Bacalah Yasin kepada orang yang menghadapi sakaratul maut.(Imam Al Bahuti, Syarh Muntaha Al Iradat, 3/16. Mawqi Al Islam)Hanya saja dalam kitab ini tidak disebutkan validitas riwayat tersebut, apakah shahih dari Ibnu Amr?Tetapi, ada riwayat dari Muhammad bin Al Jauhari, dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Mubasysyir, dari ayahnya, bahwa dia berwasiat jika dikuburkan maka hendaknya dibacakan surat Al Fatihah, Al Baqarah, dan sampai selesai membacanya. Aku mendengar bahwa Ibnu Amru juga mewasiatkan demikian.(Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 5/78)Mubaysyir ini dinilai tsiqah (bisa dipercaya) oleh Imam Ahmad.2. Imam Ahmad bin Hambal Radhiallahu Anhu dan Imam Ibnu Qudamah RahimahullahIni telah masyhur dari Imam Ahmad, bahwa beliau membolehkan membaca Al Quran untuk orang sudah meninggal. Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya, Syarhul Kabir: () .Berkata Ahmad: bahwa mereka membacakan Al Quran (surat Yasin) pada sisi mayit untuk meringankannya, dan juga diperintahkan membaca surat Al Fatihah.(Imam Ibnu Qudamah, Syarh Al Kabir, 2/305. Darul Kitab Al Arabi).Imam Al Bahuti juga mengatakan: : .Imam Ahmad mengatakan, bahwa semua bentuk amal shalih dapat sampai kepada mayit baik berupa doa, sedekah, dan amal shalih lainnya, karena adanya riwayat tentang itu.(Syarh Muntaha Al Iradat, 3/16)Imam Ibnu Qudamah mengatakan, diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal, beliau berkata: Jika kalian memasuki kuburan maka bacalah ayat kursi tiga kali, qul huwallahu ahad, kemudian katakan: Allahumma inna fadhlahu li Ahlil Maqabir.(Al Mughni, 5/78)Dahulu Imam Ahmad membidahkan membaca Al Quran di kuburan, lalu dia meralat pendapatnya itu. Imam Ibnu Qudamah menceritakan perubahan pada Imam Ahmad tersebut, sebagai berikut:Diceritakan, bahwa Imam Ahmad melarang Dharir untuk membaca Al Quran di kuburan, Imam Ahmad berkata: Membaca Al Quran di kuburan adalah bidah. Lalu Muhammad bin Qudamah Al jauhari bertanya kepadanya, Wahai Abu Abdillah, apa pendapatmu tentang Mubasysyir Al Halabi? Imam Ahmad menjawab: Dia tsiqah (bisa dipercaya).Lalu Muhammad bin Al Jauhari berkata, telah mengabarkan kepadaku Mubasysyir, dari ayahnya, bahwa dia berwasiat jika dikuburkan maka hendaknya dibacakan pembuka surat Al Baqarah, dan sampai selesai membacanya. Aku mendengar bahwa Ibnu Umar juga mewasiatkan demikian.(Al Mughni, 5/78)berawal dari sinilah Imam Ahmad, meralat pendapatnya, yang tadinya membidahkan membaca Al Quran di kuburan, menjadi membolehkannya bahkan menganjurkannya.3. Imam An Nawawi RahimahullahBeliau berkata dalam Raudhatuth Thalibin: () .Jika membaca Al Quran kemudian menjadikan pahala yang diperolehnya untuk mayit, maka berdoa agar pahala yang dihasilkan membaca Al Quran itu untuk mayit akan bermanfaat buat mayit.(Raudhatuth Thalibin, 5/191)4. Imam Ibnu Taimiyah RahimahullahTertulis dalam Majmu Fatawanya: : : . . : : . .Beliau ditanya tentang membaca Al Quran yang dilakukan keluarga; apakah sampai kepada mayit? Begiju juga tasbih, tahmid, takbir, jika dihadiahkan olehnya untuk mayit , sampaikah pahalanya kepadanya atau tidak?Beliau menjawab:Pahala bacaan Al Quran keluarganya itu sampai kepada mayit, dan tasbih mereka, takbir, serta semua bentuk dzikir mereka kepada Allah Taala jika dia hadiahkan kepada mayit, maka sampai kepadana. Wallahu AlamBeliau ditanya: menurut madzhab SyafiI apakah pahala membaca Al Quran akan sampai kepada mayit dari anak atau tidak?Beliau menjawab:Ada pun sampainya pahala ibadah-ibadah badaniah seperti membaca Al Quran, shalat, dan puasa, maka madzhab Ahmad, Abu Hanifah, segolongan sahabat Malik, Syafii, menatakan bahwa hal itu sampai pahalana. Sedangkan pendapat kebanyakan sahabat Malik, SyafiI, mengatakan hal itu tidak sampai. Wallahu Alam(Majmu' Fatawa, 34/324. Darul Maktabah Al Hayah)5. Imam Ibnul Qayyim Al jauziyah RahimahullahDalam kitab Ar Ruh Beliau berkata: Pernah disebutkan sebagian para salaf, bahwa mereka mewasiatkan supaya dibacakan diatas kubur mereka di waktu penguburannya. Telah berkata Abdul Haq, diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar pernah menyuruh supaya diabacakan diatas kuburnya surah Al Baqarah. Pendapat ini dikuatkan oleh Mualla bin Hanbal, pada mulanya mengingkari pendapat ini karena masih belum menemui sesuatu dalil mengenainya, kemudian menarik balik pengingkarannya itu setelah jelas kepadanya bahwa pendapat itu betul.Berkata Al Khallal di dalam kitabnya Al-jami dalam Kitab Qiraan Indal Qubur: Telah berkata kepadaku Al Abbas bin Muhammad Ad Dauri, berbicara kepadaku Yahya bin Main, berbicara kepadaku Mubasyyir Al Halabi, berbicara kepadaku Abdurrahman bin Al-Ala bin Lajlaj, dari ayahnya, katanya : Ayahku telah berpesan kepadaku, kalau dia mati, maka kuburkanlah dia di dalam lahad, kemudian sebutkanlah : Dengan Nama Allah, dan atas agama Rasulullah ! Kemudian ratakanlah kubur itu dengan tanah, kemudian bacakanlah dikepalaku dengan pembukaan surat Al Baqarah, karena aku telah mendengar Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhu menyuruh membuat demikian. Berkata Al Abbas Ad Dauri kemudian : Aku pergi bertanya Ahmad bin Hanbal, apakah dia menghafal sesuatu tentang membaca diatas kubur. Maka katanya : Tidak ada ! kemudian aku bertanya pula Yahya bin Main, maka dia telah menerangkan kepadaku bicara yang menganjurkan yang demikian.Berkata Al Khallal, telah memberitahuku Al Hasan bin Ahmad Al Warraq, berbicara kepadaku Ali bin Musa Al-Haddad, dan dia adalah seorang yang berkata benar, katanya : Suatu saat saya bersama-sama Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Qudamah Al Jauhari menghadiri suatu jenazah. Setelah selesai mayit itu dikuburkan, maka telah duduk seorang yang buta membaca sesuatu diatas kubur itu. Maka ia disangkal oleh Imam Ahmad, katanya : Wahai fulan ! Membaca sesuatu diatas kubur adalah bidah ! Ketika kita keluar dari pekuburan itu, berkata Muhammad bin Qudamah Al Jauhari kepada Imam Ahmad bin Hanbal : Wahai Abu Abdullah ! Apa pendapatmu tentang si Mubasysyir Al-Halabi ? Jawab Imam Ahmad : Dia seorang yang dipercayai. Berkata Muhammad bin Qudamah Al Jauhari seterusnya : Aku telah menulis sesuatu darinya ! Imam Ahmad berkata : Ya ? Berkata Muhammad bin Qudamah : Telah memberitahuku Mubasysyir, dari Abdurrahman Bin Al Ala bin Lajlaj, dari ayahnya, bahwasanya ia berpesan, kalau dia dikuburkan nanti, hendaklah dibacakan dikepalanya ayat-ayat permulaan surat Al Baqarah, dan ayat-ayat penghabisannya, sambil katanya : Aku mendengar Abdullah bin Umar (Ibnu Umar) mewasiatkan orang yang membaca demikian itu.Mendengar itu, maka Imam Ahmad bin Hanbal berkata kepada Muhammad bin Qudamah : Kalau begitu aku tarik penolakanku itu. Dan suruhlah orang buta itu membacakannya.Berkata Al Hasan bin As Sabbah Az Zafarani pula : Saya pernah menanyakan hal itu kepada Imam Syafii, kalau boleh dibacakan sesuatu diatas kubur orang, maka Jawabnya : Boleh, Tidak mengapa !Al Khalal pun telah menyebutkan lagi dari As-syabi, katanya : Adalah Kaum Anshar, apabila mati seseorang diantara mereka, senantiasalah mereka mendatangi kuburnya untuk membacakan sesuatu dari Al-Quran.Asy-syabi berkata, telah memberitahuku Abu Yahya An Naqid, katanya aku telah mendengar Al Hasan bin Al-Haruri berkata : Saya telah mendatangi kubur saudara perempuanku, lalu aku membacakan disitu Surat Tabarak (Al-Mulk), sebagaimana yang dianjurkan. Kemudian datang kepadaku seorang lelaki dan memberitahuku, katanya : Aku mimpikan saudara perempuanmu, dia berkata : Moga-moga Allah memberi balasan kepada Abu Ali (yakni si pembaca tadi) dengan segala yang baik. Sungguh aku mendapat manfaat yang banyak dari bacaannya itu.Telah memberitahuku Al-Hasan bin Haitsam, katanya aku mendengar Abu Bakar Al Athrusy berkata : Ada seorang lelaki datang ke kubur ibunya pada hari jumat, kemudian ia membaca surat Yasin disitu. Bercerita Abu Bakar seterusnya : Maka aku pun datang kekubur ibuku dan membaca surah Yasiin, kemudian aku mengangkat tangan : Ya Allah ! Ya Tuhanku ! Kalau memang Engkau memberi pahala lagi bagi orang yang membaca surat ini, maka jadikanlah pahala itu bagi sekalian ahli kubur ini !Apabila tiba hari jumat yang berikutnya, dia ditemui seorang wanita. Wanita itu bertanya : Apakah kau fulan anak si fulanah itu ? Jawab Abu Bakar : Ya ! Berkata wanita itu lagi : Puteriku telah meninggal dunia, lalu aku bermimpikan dia datang duduk diatas kuburnya. Maka aku bertanya : Mengapa kau duduk disini ? Jawabnya : Si fulan anak fulanah itu telah datang ke kubur ibunya seraya membacakan Surat Yasin, dan dijadikan pahalanya untuk ahli kuburan sekaliannya. Maka aku pun telah mendapat bahagian daripadanya, dan dosaku pun telah diampunkan karenanya.(Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Ar Ruh, Hal. 5. Maktabah Al Misykah)Demikian dari Imam Ibnul Qayyim. Sebagian ulama seperti Syaikh Al Albani- menganggap bahwa kitab Ar Ruh adalah tidak benar dinisbatkan sebagai karya Imam Ibnul Qayyim, sekali pun benar, mestilah kitab ini dibuat olehnya ketika masih muda. Dengan kata lain, pendapat Beliau dalam Zaadul Maad tentang bidahnya membaca Al Quran di kubur, telah merevisi pendapat yang ada dalam Ar Ruh. Sementara ulama lain mengatakan, benar bahwa Ar Ruh adalah karya Imam Ibnul Qayyim jika dilihat dari gaya penulisannya yang jelas khas dan cita rasa beliau, bagi yang terbiasa membaca karya-karyanya, hal ini akan mudah diketahui. Wallahu Alam6. Imam Asy Syaukani RahimahullahDalam kitab Nailul Authar-nya, Ketika membahas tentang hadits dari Ibnu Abbas, tentang pertanyaan seorang laki-laki, bahwa ibunya sudah meninggal apakah sedekah yang dilakukannya membawa manfaat buat ibunya? Rasulullah menjawab: ya.(HR. Bukhari, At Tirmidzi, Abu Daud, dan An Nasai)Dalam menjelaskan hadits ini, dia mengatakan: : Telah ada perbedaan pendapat para ulama, apakah sampai atau tidak kepada mayit, perihal amal kebaikan selain sedekah? Golongan mutazilah (rasionalis ekstrim) mengatakan, tidak sampai sedikit pun. Mereka beralasan dengan keumuman ayat (yakni An Najm: 39, pen). Sementara, dalam Syarh Al Kanzi Ad Daqaiq, disebutkan: bahwa manusia menjadikan amalnya sebagai pahala untuk orang selainnya, baik itu dari shalat, puasa, haji, sedekah, membaca Al Quran, dan semua amal kebaikan lainnya, mereka sampaikan hal itu kepada mayit, dan menurut Ahlus Sunnah hal itu bermanfaat bagi mayit tersebut. Selesai.(Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 4/92. Maktabah Ad Dawah Al Islamiyah)Imam Asy Syaukani telah memberikan dalil untuk masing-masing amal kebaikan yang bisa disampaikan kepada mayit, baik puasa, haji, sedekah, dan juga membaca Al Quran.(Ibid, 4/93)7. Al Imam Al Hafizh Fakhruddin Az Zailai RahimahullahPerlu diketahui, ayat yang dijadikan dalil oleh Imam Asy Syafii, menurut Ibnun Abbas telah dimansukh (dihapus). Dalam Tafsir Ibnu Jarir tentang An Najm ayat 39: Manusia tidaklah mendapatkan kecuali apa yang diusahakannya. Disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat tersebut mansukh (dihapus, yang dihapus bukanlah teksnya, tetapi hukumnya, pen) oleh ayat lain yakni, Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka .. maka anak-anak akan dimasukkan ke dalam surga karena kebaikan yang dibuat bapak-bapaknya.(Imam Abu Jafar bin Jarir Ath Thabari, Jamiul Bayan fi Tawilil Quran, 22/546-547)Sementara dalam kitab Tabyin Al Haqaiq Syarh Kanzu Ad Daqaiq, disebutkan bahwa An Najm ayat 39 tersebut dikhususkan untuk kaum Nabi Musa dan Ibrahim, karena di dalam rangkaian ayat tersebut diceritakan tentang kitab suci mereka berdua, firmanNya: Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (QS. An Najm (53): 36-37)Ada juga yang mengatakan, maksud ayat tersebut (An Najm 39) adalah untuk orang kafir, sedangkan orang beriman, maka baginya juga mendapatkan manfaat usaha dari saudaranya.(Imam Fakhruddin Az Zailai, Tabyin Al Haqaiq Syarh Kanzu Ad Daqaiq, 5/132)8. Imam Ibnu Nujaim Al Hanafi dan Imam Kamaluddin bin Al Hummam Rahimahumallah " " : { } [:39] .Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud: Bacalah surat Yasin atas orang yang menghadapi kematian di antara kalian. Saat itu tidaklah ayat: Manusia tidaklah mendapatkan kecuali apa yang diusahakannya (An Najm: 39) diartikan secara zhahir. Ayat ini memliki banyak takwil. Yang paling dekat dengan kebenaran adalah apa yang telah dipilih oleh Al Muhaqqiq Ibnu Al Hummam, bahwa ayat itu tidak termasuk orang yang menghadiahkan amalnya. Artinya, tidaklah bagi manusia mendapatkan bagian selain apa yang diusahakannya, kecuali jika dia menghibahkan kepada orang lain, maka saat itu menjadi milik orang tersebut.(Imam Ibnu Nujaim Al Hanafi, Al Bahrur Raiq Syarh Kanz Ad Daqaiq, 3/84. Dar Ihya At Turats)Dalam kitab Fathul Qadir nya Imam Ibnul Hummam, pada Bab Al Hajj anil Ghair, setelah beliau memaparkan hadits-hadits tentang amal shalih yang bisa dilakukan orang hidup dan bermanfaat untuk orang mati, seperti doa, haji, sedekah, dan terakhir dia menyebut hadits tentang membaca surat Yasin. Lalu beliau mengatakan, bahwa siapa saja yang berbuat amal kebaikan untuk orang lain maka dengannya Allah Taala akan memberinya manfaat dan hal itu telah sampai secara mutawatir (diceritakan banyak manusia dari zaman ke zaman yang tidak mungkin mereka sepakat untuk dusta, pen).(Imam Kamaluddin bin Al Hummam, Fathul Qadir, 6/134)9. Imam Al Mardawi RahimahullahBeliau berkata: : Ibadah qurbah apa saja yang dilakukan, seperti doa, istighfar, kewajiban yang termasuk bisa diwakilkan, sedekah yang sunah, membebaskan budak, dan haji yang sunah, jika seorang muslim melakukannya dan menjadikan pahalanya untuk mayit muslim, maka itu bermanfaat menurut ijma, begitu pula sampainya bacaan Al Quran, shalat, dan puasa.(Al Inshaf, 2/560)Apa yang dikatanyan ijma adalah hanya untuk doa, istighfar, kewajiban yang bisa diwakilkan (seperti haji), sedekah sunah, membebaskan budak, dan haji sunah. Ada pun membaca Al Quran, shalat dan puasa untuk mayit adalah diperselisihkan sebagaimana tertera dalam beragam kitab fuqaha.10. Imam Ibnu Rusyd Al Maliki RahimahullahImam Muhammad Al Kharrasyi mengatakan dalam kitabnya, Syarh Mukhtashar Khalil:Dalam An Nawazil-nya, Ibnu Rusyd mengatakan: Jika seseorang membaca Al Quran dan menjadikan pahalanya untuk mayit, maka hal itu dibolehkan. Si Mayit akan mendapatkan pahalanya, dan sampai juga kepadanya manfaatnya. Insya Allah Taala.(Imam Muhammad Al Kharrasyi, Syarh Mukhtashar Khalil, 5/467)11. Imam Al Qarrafi Al Maliki RahimahullahBeliau mengatakan, Yang nampak adalah bahwa bagi orang yang sudah wafat akan mendapat keberkahan dari membaca Al Quran, sebagaimana seseorang yang mendapatkan keberkahan karena bertetanggaan dengan orang shalih, maka hendaknya jangan sampai dibiarkan begitu saja mayat dari perkara membaca Al Quran dan tahlil (membaca Laa Ilaha Illallah) yang dilakukan saat dikuburnya.(Imam Ahmad An Nafrawi, Al Fawakih Ad Dawani, 3/283)12. Imam Ibnu Hajar Al Haitami Asy Syafii RahimahullahDalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj beliau mengatakan setelah mengutip hadits membaca Yasin untuk orang yang sedang sakaratul maut- bahwa hendaknya diperdengarkan bacaan Al Quran bagi mayit agar mendapatkan keberkahannya sebagaimana orang hidup, jika diucapkan salam saja boleh, tentu membacakannya Al Quran adalah lebih utama. Mereka telah menerangkan bahwa dianjurkan bagi para peziarah dan pengantar untuk membacakan bagian dari Al Quran.(Imam Ibnu Hajar Al Haitami Al Makki, Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, 10/371)13. Imam Syihabuddin Ar Ramli Asy Syafii RahimahullahBeliau membolehkan membaca Al Quran untuk mayit bahkan setelah dikuburkan, dan ada sebagian pengikut Syafii lainnya menyatakan itu sunah.(Imam Syihabuddin Ar ramli, Nihayatul Muhtaj, 2/428)14. Syaikh Hasanain Makhluf Rahimahullah (Mufti Mesir pada masanya)Beliau mengatakan setelah memaparkan berbagai hadits tentang fadhilah Yasin dan analisa yang cukup panjang- bahwa dibolehkan membaca surat Yasin pada orang sakit untuk meringankannya, juga pada orang yang mengalami sakaratul maut, dan boleh juga membacanya untuk orang yang sudah wafat dengan alasan untuk meringankannya.(Fatawa Al Azhar, 5/471)15. Syaikh Athiyah Shaqr Rahimahullah (Mufti Mesir pada masanya)Setelah beliau memaparkan hadits-hadits tentang pembacaan Yasin untuk orang wafat, beliau mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang waktu pembacaannya. Ada yang mengatakan sebelum wafat (ketika sakaratul maut) demi meringankan keluarnya ruh, dan saat itu pun malaikat hadir mendengarkannya untu menurunkan rahmat. Ada juga yang mengatakan dibaca setelah wafat, baik sebelum di kubur atau sesudah dikubur, sama saja. Dan dibolehkan membaca Yasin dengan menghadiahkan pahalanya, Insya Allah itu bermanfaat bagi mayit, dan surat Yasin memiliki keutamaan itu dan juga pengaruhnya. Sedangkan pendapat beliau sendiri, membaca surat Yasin adalah sama saja waktunya, baik ketika sakaratul maut atau setelah wafatnya. Malaikat ikut mendengarkannya, mayit mendapatkan faidahnya karena hadiah tersebut, dan si pembaca juga mendapatkan pahala, begitu pula pendengarnya akan mendapatkan pelajaran dan hikmah darinya.(Fatawa Al Azhar, 8/295)16. Fatwa Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih HafizhahullahBeliau ditanya tentang hukum membaca Al Quran di sisi mayit, dan menghadiahkan pahala membaca Al Fatihah kepada ruhnya, apakah itu boleh? apa dalilnya? Beliau menjawab:Berbagi

13 komentar:

Firdaus Herliansyah23 Juni 2011 01.44Jazakallahu khair..terima kasih atas penjelasannya, ustadz..BalasFarid Nu'man23 Juni 2011 23.29wa jazakallah khairan ...Balasalfna17 Juli 2011 01.10Assalaamu'alaykum...masya Alloh Tabaarokalloohu Ahsanul Khooliqiyn.Jazakalloohu Khoyron Katsiron,ustadz atas artikel dan penjelasannya. Antum telah menjadi salah satu teladan bagi ummat ini dalam memberikan penjelasan para 'ulama tentang ikhtilaf dalam bahasan ini. Semoga hal ini menjadi salah satu bahan pelajaran bagi ummat agar tidak berselisih lagi dalam perkara ini. Khususnya untuk pihak yang sangat KERAS menolak dan mencap SESAT (Bid'ah Dholalah) bagi Ikhwah dan 'Ulama yang mengamalkan.Wassalaamu'alaykum..BalasCari Inspirasi8 Agustus 2011 07.18wah panjaaaaaaang sekalisaya cuma baca kesimpulannya aja, semoga bermanfaat nantiBalasAnonim7 November 2011 16.53okelah kalau begitu.Terima kasih.SEMOGA BERMANFAAT.Kita nantikan yang lain"LEMAH TELES-GUSTI ALLOH SING BALES".BalasAnonim11 November 2011 21.03mau minta ijin untuk share tulisannya ya,semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.BalasAnonim24 November 2011 10.14ustadz..'afwan mau tanya terkait artikel ini..awal2nya terkait boikot israel tapi kesitu2 nya menjelekkan jama'ah ikhwanul muslimin dan hizbut tahrir.mohon tanggapan ilmiahnya..BalasAnonim24 November 2011 10.16artikel dari http://alqiyamah.wordpress.com/2010/06/07/boikot-produk-yahudi/'afwan lupa cantumin url-nya.terima kasihBalasFarid Nu'man27 November 2011 15.07Ini tulisan saya di: http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/124Justru para u;ama salafi sendiri memfatwakan Boikot Yahudi saat ini adalah wajib, krn itu bagian dr Jihad ..., hukum dasar bermuamalat dgn org kafir memang boleh, tp sebagai bagian dr strategi jihad untuk melawan kafir harbi sperti Yahudi Zionis saat ini maka adalah boleh bahkan wajib. Justru mereka yg menentang fatwa ini sgt aneh ..., entah berada dipihak mana mereka itu?Fatwa-Fatwa Ulama Tentang Boikot Kafir HarbiBerikut akan kami lampirkan fatwa-fatwa para ulama tentang pemboikotan kafir harbi yang menyerang Umat Islam.Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullahsumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=10&rid=160: : : : - - . Syaikh Al Albani ditanya tentang hukum jual beli (syira') dengan Yahudi di Eropa Bolehkah?Beliau menjawab:"Kami tidak membedakan antara Yahudi dan Nasrani, seperti apa pun interaksinya dengan mereka di negeri tersebut (Eropa). Orang kafir dan Musyrikin jika mereka Dzimmiyyin -Ahludz Dzimmah- mereka berada ditengah-tengah negera Islam, maka sudah diketahui kebolehannya (bermuamalah dengan mereka), demikian juga jika mereka adalah orang-orang yang berdamai, bukan orang yang menyerang, maka hukumnya sama saja.Ada pun jika mereka menyerang, maka tidak boleh bermuamalah dengan mereka, sama saja, apakah bermuamalah dengan Yahudi yang saat ini menjajah Palestina atau mereka yang berada di negerinya sendiri selama mereka masih masih menyerang kami maka tidak boleh bermuamalah dengan mereka secara mutlak ! Ada pun jika mereka mau berdamai seperti yang telah kami katakan, maka pada dasarnya boleh.BalasFarid Nu'man27 November 2011 15.09Syaikh Muhammad Nashir As Sadi RahimahullahSumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=10&rid=123Fatwa Beliau berjudul sebagai berikut: Penjelasan Tentang Keutamaan Jihad fi Sabilillah dan Pemboikotan Ekonomi Merupakan Rukun di Antara Rukun Jihad.Saya akan terjemahkan yang penting-penting saja: ( digaris bawahi)Kata Syaikh Nashir As Sa'di Rahimahullah ...:Wahai suadara-saudaraku ..Ketahuilah bahwa jihad akan terus berputar dalam berbagai keadaan. Semua upaya yang membawa maslahat dan manfaat, serta melahirkan izzah bagi kaum muslimin itu semua adalah jihad, semua upaya untuk mencegah kerusakan bagi kaum muslimin itu adalah jihad, semua upaya untuk menghasilkan kerusakan bagi musuh kafirin itu juga jihad, dan semua bentuk bantuan bagi mujahidin itu juga jihad ...Di antara jihad agung dan usaha yang paling bermanfaat adalah mempermudah akses ekonomi kaum muslimin, dan memperluas akses mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sekundernya .. , dan memperluas lapangan pekerjaan, perdagangan, usaha-usaha ekonomi, dan perbuatan mereka ini adalah jihad ...., dan yang paling agung adalah memutuskan akses bagi musuh, eksport mereka dan import mereka .. tidak memberikan kelapangan bagi mereka dan juga import mereka .. dan tidak membuka pasar-pasar kaum muslimin dan tidak menempatkan pengusaha-pengusaha mereka di negeri kaum muslimin ... tetapi cukuplah kaum muslimin dengan produksi yang dihasilkan oleh mereka sendiri, mereka mengimport apa yang mereka butuhkan dari negara islam saja ... begitu pula produksi eksport dan barang-barang negeri muslim yang bisa menguatkan musuh, seperti minyak, maka ini secara khusus harus dicegah untk diekspor kepada mereka ... bagaimana mungkin negeri muslimin mengekspor sesuatu yang akan membantu dalam memerangi mereka sendiri?? sesungguhnya mengekspor minyak ke orang-orang melampaui batas itu merupakan bahaya yang besar .. dan mencegahnya merupakan jihad yang paling besar dan paling bermanfaat ..Maka berjihad melawan musuh dengan cara memutus hubungan secara total, merupakan jihad yang agung pada saat-saat ini ..Tujuan dari pemutusan hubungan ekonomi, perdagangan, usaha, dan lain-lain, terhadap musuh merupakan rukun yang agung d antara rukun-rukun jihad ..BalasFarid Nu'man27 November 2011 15.10Fatwa Syaikh Abdurrahman bin JibrinSumber: http://www.ibn-jebreen.com/ftawa.php?%20view=vmasal&subid=13114&parent=3923Pertanyaan:Tidak samar lagi bagi Anda tentang apa yang kita saksikan menimpa saudara-saudara kita penduduk Palestina di bumi yang suci (Palestina), yahudi membantai dan membombardir mereka. Dan yahudi tidak bisa memiliki berbagai persenjataan canggih yang kini mereka gunakan kecuali karena dukungan dari negara superpower, diantaranya adalah amerika. Dan muslimin setiap kali melihat kenestapaan yang menimpa penduduk Palestina, mereka tidak menemukan satu solusipun untuk bisa membantu saudara-saudara mereka di Palestina, kecuali hanya doa memohon pertolongan dan kekuatan bagi penduduk Palestina dan doa memohon kehancuran dan kehinaan bagi yahudi. Dan sebagian kelompok muslimin yang memiliki kecemburuan agama, mereka berpandangan hendaklah kita memboikot produk-produk Israel dan amerika sebagai tindakan pertolongan yang bisa kita lakukan kepada saudara-saudara kita di Palestina. Pertanyaannya adalah apakah seorang muslim akan mendapatkan pahala di sisi Allah, jika ia memboikot produk-produk Israel dan amerika dengan niat sebagai wujud permusuhan kepada orang-orang kafir dan melemahkan ekonomi mereka? Dan bagaimana nasihat engkau, wahai Syaikh, semoga Allah selalu menjaga engkau.Jawaban:Wajib atas seluruh muslimin secara umum untuk ber-taawun alal bir wat taqwa (saling kerjasama untuk kebaikan dan ketaqwaan), membantu sesama muslimin di setiap tempat, sehingga bisa menopang mereka untuk bisa eksis dan establish di negeri tersebut (Palestina -pent). Dan membantu menopang eksistensi mereka adalah implemantasi syiar Islam; dan wajib atas muslimin seluruhnya untuk menegakkan perintah dan larangan serta mengamalkan segala piranti Islam sebagai bentuk perjuangan membela mereka dalam menghadapi kaum kafirin, baik dari yahudi maupun nashrani. Maka, wujudkanlah pertolongan itu dalam bentuk mendukung jihad untuk melawan musuh-musuh Allah dengan segala sesuatu yang kita mampu.Rasulullah bersabda: Dan berjihadlah kalian untuk melawan orang-orang musyrikin dengan harta-benda kalian, jiwa-jiwa kalian, dan lisan-lisan kalian.Maka, wajib atas setiap muslimin untuk membantu perjuangan mujahidin dengan apa saja yang mereka mampu lakukan dan berikan. Dan memberikan segala yang mereka mampu berikan demi kuatnya Islam dan muslimin.Wajib atas setiap muslimin berjihad menghadapi orang-orang musyrik dengan segenap kemampuan; dan mereka pun wajib melakukan segala hal yang bisa melemahkan kekuatan orang-orang kafir karena orang kafir itu memusuhi Islam.Maka, janganlah kalian menjadikan mereka pegawai kalian, baik juru tulis, akuntan, insinyur, ataupun pembantu kalian dalam setiap jenis pekerjaan yang bisa menjadikan mereka berkembang dan kuat dimana mereka mengais-ngais harta-benda muslimin dan menjadi boomerang buat muslimin.Dan wajib atas setiap muslimin untuk memboikot seluruh kepentingan orang-orang kafir, semisal memutuskan kerjasama dengan mereka, memutuskan bisnis dengan mereka, baik dalam produk yang bermanfaat semisal mobil, fashion, dll., ataupun produk yang merugikan semisal rokok, semua ini dalam niatan implementasi permusuhan kepada orang-orang kafir dan melemahkan kekuatan mereka. Ini semua bisa melemahkan kekuatan ekonomi mereka dan akan berimbas pada kehinaan dan kelemahan mereka. Wallahu alam.Abdullah ibn Abdurrahman ibn JibrinBalasal-faqir29 Desember 2011 06.57Assalamu'alaikum,Ustadz, saya pernah mendengar ungkapan "yasin liman quriat lahu". pertanyaan saya, apakah ungkapan itu itu hadis atau bukan?dan Jika memang itu hadis mohon penjelasan dan maksudnya...?seblumnya saya ucapkan terima kasih...Wassalamu'alaikum wr.wbBalasdery12 April 2013 07.59izin share ustadzBalasBerandaLihat versi webDiberdayakan olehBlogger

TwitterFacebookRSSNavigate...FiqihAdabManhajBimbingan IslamAqidahKonsultasiKisahMuamalahNasehatYou are here:HomeKonsultasiYaasin Untuk Yang Akan Meninggal DuniaYaasin Untuk Yang Akan Meninggal Dunia25 Mei, 2012By:Ustadz ArisCATEGORY:KONSULTASI5155 108: { } Pertanyaan:Shahihkan hadits isinya Bacakan surat Yasin untuk orang yang akan meninggal dunia?: Jawaban Syaikh Masyhur Hasan al Salman:Status hadits yang ditanyakan adalah sangat lemah, diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai Ibnu Majah, Ahmad dll dari jalur Ibnul Mubarok dari Abu Utsman dari ayahnya dari Maqil bin al Yasar. Abu Utsman dan ayahnya adalah dua perawi yang majhul alias tidak dikenal identitasnya sebagaimana penjelasan adz Dzahabi dalam al Mizan. Jadi sanad hadits di atas adalah gelap sehingga tidak bisa menjadi dasar beramal. .Tidak ada satu pun hadits shahih mengenai membacasurat Yasin sebagaimana kesimpulan Daruquthni. .Yang benar dan sesuai dengan sunnah Nabi adalah menalqin orang yang hendak meninggal dunia dengan kalimat la ilaha illallahu. Jika orang yang ditalqin itu sudah mengucapkannya maka kita diam. Jika orang tersebut mengucapkan kata kata lainnya maka ketika itu kita kembali menalqinnya dengan la ilaha illallahu. Jadi kita berupaya agar perkataan terakhir yang dia ucapkan sebelum meninggalkan dunia adalah la ilaha illallahu.inShare

About the Author

Ustadz [email protected]:alfatihah,yasin

B

RATING515views5commentsSUBSCRIBESubscribe to commentsRECOMMEND TO FRIENDS

Recent Posts

ADAB,BIMBINGAN ISLAMTersenyumlah31 Mei, 2013678ADAB,FIQIHTerlanjur di Dalam WC25 Mei, 2013840ADAB,NASEHATKeutamaan Ngaji Live Via Internet14 Mei, 2013909BIMBINGAN ISLAM,MANHAJMengenal Taklid11 Mei, 20131009

5 Comments

AdrinMei 25, 2012, 9:24 amAssalamualaikum. Ustadz, bagaimana mengenai pendapat Syaikh di bawah?Syaikh Shalih bin Abdullah Fauzan HafizhahullahDalam kitab Al Mulakhash Al Fiqhi, beliau tegas mengatakan bahwa membaca Yasin untuk orang yang sedang menghadapi kematian adalah sunah. Berikut perkataannya: {} : : : . Membaca di sisinya surat Yasin, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Bacakanlah orang yang sedang sakaratul maut di antara kalian, surat Yasin. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban). Dan, maksud Mautakum adalah orang yang sedang menghadapi kematian, ada pun orang mati tidaklah dibacakan Al Quran atasnya. Maka membaca Al Quran atas mayit setelah matinya adalah bidah, berbeda dengan membaca untuk yang menghadapi kematian, maka itu adalah sunah.(Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/296. Mawqi Ruh Al Islam)Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad HafizhahullahBeliau mengatakan dalam Syarh Sunan Abi Daud: : () : Maka, membacanya itu adalah ketika menghadapi kematian, bukan setelah kematiannya. Sabdanya (mautakum): artinya orang-orang yang mendekati kematian.(Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, Syarh Sunan Abi Daud No. 363. Maktabah Misykah)ustadzarisMei 26, 2012, 10:03 am#adrinIbnu Utsaimin dalam liqo al bab al maftuh mengatakan bahwa membacakan yasin untuk orang yang hendak meninggal dunia itu bidah bagi orang yang menyakini kedhaifan hadits dalam masalah ini dan status hukumnya adalah sunnah bagi yang menyakini bahwa haditsnya bisa dijadikan dasar dalam beramal.RidhoMei 26, 2012, 7:43 pmAssalammualaikumUstadz apakah hadis di bawah ini shahih ?Abu Dawud dan lainnya; : ) , , , , , , , , , Dari sahabat Maqal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda :surat Yasin adalah pokok dari al-Quran, tidak dibaca oleh seseorangyang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya. Bacakanlahsurat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian.(H.R. Abu Dawud, dll)SyukrofrozzMei 28, 2012, 5:15 pmustadzarisPostedMei 26, 2012 at 10:03 AM#adrinIbnu Utsaimin dalam liqo al bab al maftuh mengatakan bahwa membacakan yasin untuk orang yang hendak meninggal dunia itu bidah bagi orang yang menyakini kedhaifan hadits dalam masalah ini dan status hukumnya adalah sunnah bagi yang menyakini bahwa haditsnya bisa dijadikan dasar dalam beramal.Assalammualaikum ya ustads,.harap jawaban ustad atas pertanyaan saudara adrin disertai ilmiahnya, bisa berupa keterangan dari sanad dan perawi hadis yang di kutip oleh adrin sehingga kami yang membaca dari kalangan fakir ilmu ini bisa mendapatkan kepastian dari permasalahan di atas. jazakumullah hu khair atas perhatiannyaustadzarisMei 29, 2012, 8:45 am#frozzKeterangan sanad sudah ada pada tulisan di atas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked.*Name*E-mail*WebsiteComment

Video Ustadz

Artikel Populer

Hitam di Dahi Perlu Diwaspadai10 August, 20092836208Khuruj bersama Jama'ah Tabligh12 August, 20092243168Pacaran Terselubung Via Chatting dan HP20 October, 20091934138Hukum Mencium Tangan dan Membungkukkan Badan04 June, 20092415119Do'a Qunut Ketika Shubuh20 July, 20092711119

Berlangganan Artikel

July 2013MTWTFSS123456789101112131415161718192021222324252627282930311234567891011KategoriAdabAqidahBimbingan IslamFiqihInfoKajian AudioKisahKonsultasiManhajMu'amalahNasehatFollow on TwitterBACK TO TOPABDULLAH AL SULMIABDULLAH ALSULMIABU BAKARABU HURAIRAHABUL HASAN AL MARIBIACARA KELUARGAADABADAB BUANG HAJATADAB DI KAMAR MANDIADAB MAJELIS

FLAG COUNTER

Name:Email:Message:

TwitterFacebookRSS 2008-2013 Ustadz Aris Munandar