11
SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH Dudi Hermawan, Santia Ardi Mustofa, Dedi Jukardi, Yuanno Rezky Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif daerah panas bumi Kadidia termasuk dalam wilayah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada koordinat 179.834 mT dan 9.868.573 mU dengan elevasi 632 m di atas permukaan laut. Litologi penyusun sumur KDD-1 sampai kedalaman akhir (703,85 m) merupakan produk dari aktivitas sedimentasi pada zona depresi Kadidia berupa konglomerat, batupasir, batulempung, dan breksi. Pada umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah sampai sedang yang dicirikan oleh ubahan hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi. Mineral ubahan tersebut dikelompokkan termasuk ke dalam jenis argilik dan sub- propilitik yang berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap) pada sistem panas bumi Kadidia. Zona hilang sirkulasi (TLC dan PLC) teramati pada beberapa interval kedalaman mulai dari kedalaman 109,45 m sampai kedalaman akhir yang mengindikasikan bahwa sumur KDD- 1 terletak pada zona rekahan yang intensif. Dijumpainya influx air panas (pada interval kedalaman 293,25 m s.d. 302,25 m, dan 347,25 m s.d. 352,85 m), serta influx air dingin (interval kedalaman 500,25 m s.d. 593,15 m) sangat mempengaruhi kondisi temperatur formasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode horner plot diperoleh temperatur formasi sebesar 97 o C pada kedalaman 700 m, dengan nilai landaian suhu (thermal gradient) sebesar 12,8 o C/100 m atau sekitar 4 (empat) kali lebih besar dari gradien rata-rata bumi (± 3°C per 100 m). Jika top reservoir berada di kedalaman sekitar 1500 m (survei MT, 2012), maka perkiraan temperatur di kedalaman tersebut adalah 220 0 C. PENDAHULUAN Lapangan panas bumi non vulkanik merupakan lapangan panas bumi yang belum banyak dikembangkan untuk pemanfaatan tidak langsung menjadi energi listrik. Indonesia memiliki jumlah dan potensi lapangan panas bumi non vulkanik yang layak untuk dilakukan penyelidikan maupun penelitian rinci sehingga data yang dihasilkan diharapkan bermanfaat bagi pengembangan lapangan panas bumi. Daerah panas bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan salah satu lapangan panas bumi non vulkanik yang berpotensi cukup baik dan perlu untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut, karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu diketahui memiliki daerah prospek seluas 16 km 2 , dengan potensi cadangan terduga cukup besar yaitu sebesar 66 MWe. Untuk membuktikan keterdapatan potensi energi panas bumi ini, maka pada tahun anggaran 2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan pengeboran landaian suhu di daerah prospek panas bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Maksud dari pengeboran landaian suhu Kadidia adalah untuk mengetahui serta mempertegas zona prospek di lapangan panas bumi Kadidia, khususnya dalam rencana penentuan lokasi sumur eksplorasi atau sumur eksploitasi tahap berikutnya. Adapun tujuannya adalah

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/pb/1.17 Survei...SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI

  • Upload
    haquynh

  • View
    244

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1

DAERAH PANAS BUMI KADIDIA

KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

Dudi Hermawan, Santia Ardi Mustofa, Dedi Jukardi, Yuanno Rezky

Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Secara administratif daerah panas bumi Kadidia termasuk dalam wilayah Kabupaten

Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada koordinat 179.834

mT dan 9.868.573 mU dengan elevasi 632 m di atas permukaan laut.

Litologi penyusun sumur KDD-1 sampai kedalaman akhir (703,85 m) merupakan

produk dari aktivitas sedimentasi pada zona depresi Kadidia berupa konglomerat, batupasir,

batulempung, dan breksi. Pada umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas

lemah sampai sedang yang dicirikan oleh ubahan hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan

silisifikasi. Mineral ubahan tersebut dikelompokkan termasuk ke dalam jenis argilik dan sub-

propilitik yang berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap) pada sistem panas bumi

Kadidia.

Zona hilang sirkulasi (TLC dan PLC) teramati pada beberapa interval kedalaman mulai

dari kedalaman 109,45 m sampai kedalaman akhir yang mengindikasikan bahwa sumur KDD-

1 terletak pada zona rekahan yang intensif. Dijumpainya influx air panas (pada interval

kedalaman 293,25 m s.d. 302,25 m, dan 347,25 m s.d. 352,85 m), serta influx air dingin

(interval kedalaman 500,25 m s.d. 593,15 m) sangat mempengaruhi kondisi temperatur

formasi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode horner plot diperoleh temperatur

formasi sebesar 97oC pada kedalaman 700 m, dengan nilai landaian suhu (thermal gradient)

sebesar 12,8oC/100 m atau sekitar 4 (empat) kali lebih besar dari gradien rata-rata bumi (±

3°C per 100 m). Jika top reservoir berada di kedalaman sekitar 1500 m (survei MT, 2012),

maka perkiraan temperatur di kedalaman tersebut adalah 220 0C.

PENDAHULUAN

Lapangan panas bumi non vulkanik

merupakan lapangan panas bumi yang

belum banyak dikembangkan untuk

pemanfaatan tidak langsung menjadi

energi listrik. Indonesia memiliki jumlah dan

potensi lapangan panas bumi non vulkanik

yang layak untuk dilakukan penyelidikan

maupun penelitian rinci sehingga data yang

dihasilkan diharapkan bermanfaat bagi

pengembangan lapangan panas bumi.

Daerah panas bumi Kadidia, Kabupaten

Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah,

merupakan salah satu lapangan panas

bumi non vulkanik yang berpotensi cukup

baik dan perlu untuk dilakukan

penyelidikan lebih lanjut, karena

berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu

diketahui memiliki daerah prospek seluas

16 km2, dengan potensi cadangan terduga

cukup besar yaitu sebesar 66 MWe.

Untuk membuktikan keterdapatan

potensi energi panas bumi ini, maka pada

tahun anggaran 2015, Pusat Sumber Daya

Geologi, Badan Geologi, Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral

melakukan pengeboran landaian suhu di

daerah prospek panas bumi Kadidia,

Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Maksud dari pengeboran landaian suhu

Kadidia adalah untuk mengetahui serta

mempertegas zona prospek di lapangan

panas bumi Kadidia, khususnya dalam

rencana penentuan lokasi sumur

eksplorasi atau sumur eksploitasi tahap

berikutnya. Adapun tujuannya adalah

untuk mendapatkan data-data bawah

permukaan (sub surface) yang meliputi

landaian suhu (thermal gradient), litologi,

mineral ubahan, intensitas, dan tipe

ubahan, serta sebagai pembuktian dari

hasil penyelidikan terpadu sebelumnya

Secara administratif daerah panas

bumi Kadidia termasuk dalam wilayah

Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada

koordinat 179.834 mT dan 9.868.573 mU

dengan elevasi sekitar 632 m di atas

permukaan laut. (Gambar 1).

OPERASI PENGEBORAN

Operasi pengeboran landaian suhu

KDD-1 dilakukan dalam beberapa

trayek/tahapan, yaitu trayek selubung 6”,

trayek selubung 4”, trayek HQ, dan trayek

open hole. Operasi pengeboran

menggunakan tricone bit ukuran 7 5/8”, 5

5/8”, dan diamond bit ukuran 3 4/5”, 3”

(Gambar 3). Secara lebih rinci kegiatan

pengeboran diuraikan seperti berikut.

Trayek Selubung 6” (7 5/8” Hole)

Bor formasi (non-coring) dengan

menggunakan Tricone Bit (TB) ukuran 5

5/8” dari permukaan hingga kedalaman 12

m. Kondisikan lubang, masuk selubung 4”

sampai kedalaman 12 m. Bor formasi

(coring) dengan Diamond Bit (DB) 3 4/5”

dari kedalaman 12 m s.d. 47,45 m. Cabut

rangkaian selubung 4” sampai permukaan.

Perbesar lubang dengan menggunakan TB

7 7/8” sampai kedalaman 47,45 m.

Kondisikan lubang untuk set selubung 6”.

Masuk selubung 6“ dari permukaan hingga

kedalaman 43,50 m (casing shoe) dan

semen selubung.

Trayek Selubung 4” (5 5/8” Hole)

Bor semen menggunakan DB 3 4/5”

dari kedalaman 41,45 m s.d. 47,45 m. Bor

formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari

kedalaman 47,45 m s.d. 151,45 m.

Perbesar lubang dengan menggunakan TB

5 5/8” dari kedalaman 47,45 m s.d. 151,45

m. Kondisikan lubang dan set selubung 4“.

Lakukan T Logging temperatur di

kedalaman 150 m. Semen selubung.

Trayek HQ (3 4/5” Hole)

Bor semen menggunakan DB 3 4/5”

dari kedalaman 130,80 m s.d. 154,80 m.

Bor formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari

kedalaman 154,80 m s.d. 419,25 m.

Lakukan T Logging temperatur di

kedalaman 417,20 m. Bor formasi (coring)

dengan DB 3 4/5“ dari kedalaman 419,25

m s.d. 502,15 m. Kondisikan lubang dan set

casing HQ di kedalaman 502,15 m (casing

shoe HQ).

Trayek Open Hole 3”

Bor formasi (coring) dengan DB NQ

dari kedalaman 502,15 m s.d. 528,90 m.

Lakukan T Logging temperatur di

kedalaman 513 m. Bor formasi (coring)

dengan DB NQ dari kedalaman 528,90 m

s.d. 703,85 m. Lakukan T Logging

temperatur di kedalaman 700,5 m.

Kendala teknis yang terjadi berupa

seringnya terjadi ambrukan atau runtuhan

pada formasi, namun dapat diatasi dengan

mengatur kekentalan lumpur pembilas dan

pemasangan casing.

GEOLOGI SUMUR

Litologi sumur KDD-1 dari

permukaan hingga kedalaman akhir

(703,85 m) berdasarkan analisis

megakospis dari conto inti bor disusun oleh

beberapa satuan batuan (Gambar 4),

antara lain:

Soil, pada interval kedalaman 0 m

hingga 12,0 m berwarna kuning

kecoklatan, kemerahan sedikit abu-abu

kehitaman. Mengandung butiran lepas

yang terdiri dari detritus klastik berupa

kuarsa, detritus litik andesitik, granit, diorit.

Dijumpai mineral kuarsa dan mineral hitam

dalam jumlah sedikit diperkirakan

merupakan pecahan mineral dari batuan,

dan mineral pengisi rekahan. Lapisan ini

telah mengalami oksidasi kuat, sebagai

lapisan penutup. Batuan ini belum

mengalami ubahan hidrotermal.

Konglomerat (KMRT), dijumpai

pada interval kedalaman 12,0 m s.d. 47,45

m, 80,45 m s.d. 109,70 m, 162,05 m s.d.

183,50 m, dan 216,35 m s.d. 277,70 m. Inti

bor berwarna abu-abu, kecoklatan,

kekuning-kuningan, keputih-putihan,

sedikit kemerahan dan kehitaman,

berukuran pasir halus sampai kerakal,

sebagian besar belum kompak (lepas).

Disusun oleh detritus klastik berupa

kuarsa, detritus litik granit, andesit dan

diorit, bentuk membulat sampai menyudut

tanggung masa dasar lempung dan pasir.

Batuan sebagian telah mengalami ubahan

hidrotermal menjadi mineral lempung,

oksida besi, kuarsa sekunder dan pirit. Di

beberapa tempat dijumpai sisipan

batulempung bersifat lengket (sticky).

Batupasir (BPS), dijumpai pada

interval kedalaman 47,45 m s.d. 80,45 m,

109,70 m s.d. 154.80 m berwarna abu-abu

kehitaman, keputih-putihan, kehijauan,

sedikit kekuning-kuningan dan kecoklatan.

Berbutir halus sampai pasir kasar, bentuk

membundar tanggung, kemas tertutup,

terkonsolidasi dengan baik, kompak dan

keras, terdiri dari detritus klastik kuarsa,

mineral hitam, detritus litik berkomposisi

andesit, diorit dan fosil tumbuhan. Di

beberapa tempat tampak struktur cross

lamination, dan indikasi sesar.

Batulempung (BLP), dijumpai pada

interval kedalaman 183,5 m s.d. 191 m,

197,45 m s.d. 200,45 m dan banyak

dijumpai sebagai sisipan pada satuan

breksi dan konglomerat. Inti bor berwarna

abu-abu kehitaman, sedikit keputihan,

ukuran lempung, kompak, terdapat fosil

tumbuhan, terubah lemah menjadi

lempung, sticky clay 10%.

Batupasir dengan sisipan

batulempung (BPSL), dijumpai pada

interval kedalaman 200,45 m s.d. 216,35

m, 376,75 m s.d. 395,25 dan 489,5 m s.d.

524,30 m. Inti bor berwarna abu-abu

kehitaman, kecoklatan, ukuran butir

lempung-pasir sedang, bentuk butir

membundar, kemas tertutup, kompak,

tampak ada laminasi sejajar, fragmen

tersusun atas kuarsa, litik, matrik lempung,

bersifat sticky clay. Batulempung sebagai

sisipan berwarna hitam, karbonan.

Batupasir kuarsa (BPSK), dijumpai

pada interval kedalaman 277,7 m s.d.

376,75 m. Inti bor bor berwarna abu-abu

kehitaman kehijauan, ukuran butir pasir

halus-sedang, bentuk butir membundar

tanggung-membundar, kemas tertutup,

agak kompak, fragmen tersusun atas

kuarsa, litik. Terdapat sisipan konglomerat

dan ada laminasi sejajar. Batuan terubah

lemah menjadi mineral lempung dan oksida

besi, bersifat sticky clay.

Perselingan konglomerat dengan

batupasir dan batulempung (PKPL),

dijumpai pada interval kedalaman 446,25

m s.d. 489,5 m. Inti bor konglomerat

berwarna abu-abu, ukuran butir pasir

sedang-kerakal, kemas terbuka, pemilahan

buruk, bentuk butir membundar tanggung,

kompak, fragmen polimik litik (granit,

batupasir), kuarsa, feldspar, graded

bedding. Batupasir berwarna abu-abu,

ukuran butir pasir kasar-pasir sedang,

kemas tertutup, pemilahan sedang, bentuk

butir membundar tanggung, friable,

fragmen tersusun atas kuarsa, litik (granit,

batupasir), felspar, sedikit biotit, graded

bedding. Batulempung berwarna hitam,

ukuran butir lempung, laminasi silang siur,

laminasi sejajar

Perselingan breksi dengan

batupasir dan batulempung (PBSL),

dijumpai pada interval kedalaman 524,30

m s.d. 590,30 m. Inti bor breksi berwarna

abu-abu-kehijauan-keputihan, sedikit

kehitaman dan sedikit kecoklatan, ukuran

butir pasir sedang-berangkal, kemas

terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir

menyudut-menyudut tanggung, kompak,

fragmen polimik litik (granit, andesit),

kuarsa, felspar, graded bedding, terubah

sedang-kuat, urat kuarsa, mineral

lempung, terhancurkan di beberapa

tempat.

Breksi (BX), dijumpai pada interval

kedalaman 590,30 m s.d. 703,85 m. Inti bor

breksi berwarna abu-abu-kecoklatan-

keputih-putihan, sedikit kehitaman

kehijauan, ukuran butir pasir sedang-

berangkal, kemas terbuka, pemilahan

buruk, bentuk butir menyudut-menyudut

tanggung, kompak, fragmen polimik litik

(granit, andesit, kuarsa, feldspar, graded

bedding, terubah sedang-kuat, urat kuarsa,

mineral lempung, oksida besi,

terhancurkan di beberapa tempat, matriks

pasir sedang-kasar, pecahan granit,

kuarsa.

Litologi sumur KDD-1 mulai dari

kedalaman 12,0 m s.d. 703,85 m telah

mengalami ubahan hidrotermal dengan

intensitas ubahan lemah sampai sedang

(SM/TM = 10 – 65 %) oleh proses ubahan

argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi.

Mineral-mineral ubahan tersebut

didominasi oleh mineral lempung berjenis

montmorilonit (smectite group) dan ilit,

klorit, serta zeolit.

Beberapa conto batuan dari sumur

KDD-1 dianalisis di laboratorium untuk

mengukur sifat fisik batuan yang terdiri dari

analisis porositas, permeabilitas,

konduktivitas panas, dan densitas batuan.

Hasil analisis menunjukkan nilai porositas

berkisar antara 5,69 % hingga 44,89 %,

permeabilitas berkisar antara 0,00009

mdarcy hingga 25,42510 mdarcy,

konduktivitas panas berkisar antara 1,10 –

2,35 W/mK, dan densitas berkisar antara

2,1 (BV/g/cm3) hingga 2,8 (BV/g/cm3).

Nilai konduktivitas panas dan densitas

batuan akan digunakan dalam koreksi

temperatur formasi menggunakan metode

Horner Plot.

Kehadiran struktur geologi pada

sumur pengeboran panas bumi dapat

ditafsirkan dari beberapa ciri struktur

seperti sifat fisik batuan (milonitisasi dan

rekahan) yang dikombinasikan dengan

data pengeboran seperti adanya hilang

sirkulasi (total/sebagian) dan terjadinya

drilling break.

Selama kegiatan pengeboran, telah

terjadi hilang sirkulasi total (TLC) di

kedalaman 109,45 m s.d. 110,45 m,

selanjutnya hilang sirkulasi sebagian (PLC)

sebesar 40 lpm pada interval kedalaman

110,45 m s.d. 113,45 m dan pada interval

kedalaman 113,45 m s.d. 154,80 m

sebesar 15 lpm. Pada interval kedalaman

238,45 m s.d. 251,45 m terjadi PLC

sebesar 20 s.d. 30 lpm, dan pada interval

kedalaman 583,75 m s.d. 703,85 m terjadi

PLC sebesar 10 lpm.

Sumur landaian suhu KDD-1 dari

permukaan sampai kedalaman 703,85 m,

umumnya disusun oleh batuan yang belum

terkompakkan dan batuan keras yang

memiliki kekar-kekar dan/atau rekahan-

rekahan pada interval kedalaman 109 m

s.d. 154,80 m, dan terutama pada interval

kedalaman 502,25 m s.d. 703,85 m,

sehingga mudah terjadi runtuhan (caving).

Dari data-data tersebut di atas terlihat

bahwa sumur KDD-1 terletak pada zona

struktur yang intensif.

Hasil pengukuran temperatur

lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar

(Tout) sumur KDD-1 dari permukaan

sampai kedalaman akhir (703,85 m)

berkisar antara Tin sebesar 21,8°C s.d.

36,6°C dan Tout sebesar 23,7°C s.d.

38,5C, dengan selisih temperatur masuk

dan keluar sebesar 0,1 – 6C.

Hasil analisis batuan secara megakospis

dan beberapa parameter bor disajikan

dalam Composite Log pada Gambar 4.

LOGGING TEMPERATUR

Pengukuran logging temperatur

pada lubang sumur bor KDD-1 dilakukan

pada kedalaman 150 m, 417,2 m, 513 m

dan kedalaman 700,50 m.

Pengukuran logging temperatur

menunjukkan temperatur terukur di

kedalaman 150 m sebesar 26,2oC, dengan

temperatur rendam maksimum sebesar

27,3oC, di kedalaman 417,2 m temperatur

terukur sebesar 81,5oC, dengan temperatur

rendam maksimum sebesar 83,4oC, di

kedalaman 513 m temperatur terukur

sebesar 87oC, dengan temperatur rendam

maksimum sebesar 87,2oC, di kedalaman

700,50 m temperatur sebesar 87,2oC,

dengan temperatur rendam maksimum

sebesar 91,3oC. Hasil pengukuran

temperatur sumur KDD-1 dapat dilihat

pada Gambar 5.

Selama kegiatan pengeboran

terjadi beberapa kali aliran air dari

kedalaman (influx) baik itu influx air panas

maupun influx air dingin. Influx air panas

dijumpai pada interval kedalaman 293,25

m s.d. 302,25 m dan pada interval

kedalaman 347,25 m s.d. 352,85 m. Influx

air dingin dijumpai pada interval kedalaman

502,25 m s.d. 593,15 m. Adanya influx ini

sangat mempengaruhi pembacaan nilai

temperatur lumpur pembilas dan

temperatur sumur.

PEMBAHASAN

Litologi sumur landaian suhu KDD-

1 telah mengalami ubahan hidrotermal

hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan

silisifikasi. Secara keseluruhan tipe ubahan

didominasi tipe argilik (dicirikan oleh

himpunan mineral lempung seperti smektit,

ilit, dan klorit) hingga tipe sub-propilitik

(dicirikan oleh himpunan mineral zeolit,

yang berasosiasi dengan smektit, ilit, dan

klorit), yang berfungsi sebagai batuan

penudung (caprock) pada sistem panas

bumi Kadidia.

Mineral-mineral ubahan tersebut

termasuk ke dalam jenis argilik dan sub-

propilitik, yang berfungsi sebagai lapisan

penudung panas (clay cap) pada sistem

panas bumi Kadidia.

Secara umum pada sumur KDD-1

terjadi penurunan temperatur (cooling) dari

kondisi paleotemperatur sebesar 100 s.d.

2000C (temperatur pembentukan mineral

ubahan) ke kondisi temperatur formasi

sekarang yaitu sebesar 970C (pengukuran

logging temperatur sumur KDD-1). Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya

recharge air meteorik di sumur KDD-1 pada

zona rekahan yang diindikasikan oleh

kehadiran mineral heulandit yang

merupakan mineral kelompok zeolit yang

kaya akan H2O. Zona rekahan ini terbentuk

akibat pengaruh dari keberadaan Sesar

Kadidia yang terletak dekat dengan Sumur

KDD-1.

Hadirnya mineral-mineral ubahan

dengan intensitas rendah-sedang di sumur

KDD-1 hingga kedalaman akhir yang

didominasi mineral lempung seperti

smektit, ilit, dan klorit mendukung data

survei terpadu sebelumnya, yang

menunjukkan bahwa di kedalaman

tersebut (500 m s.d. 1500 m) lapisan

batuan memiliki tahanan jenis rendah (low

resistivity).

Pada sumur landaian suhu KDD-1,

dijumpai beberapa kali hilang sirkulasi total

(TLC) maupun hilang sirkulasi sebagian

(PLC). TLC dan PLC ini diduga disebabkan

oleh porositas dan permeabilitas yang

cukup tinggi berupa rongga antar butir, dan

rekahan-rekahan batuan.

Pada pengukuran logging

temperatur dilakukan perhitungan dengan

metode Horner Plot untuk mendapatkan

harga Initial Temperature (temperatur

formasi). Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut diperoleh nilai temperatur formasi

di kedalaman 150 m sebesar 31,96oC

(Gambar 6a), di kedalaman 417 m sebesar

88,71oC (Gambar 6b), di kedalaman 513 m

sebesar 88,79oC (Gambar 6c), dan di

kedalaman 700 meter sebesar 96,87oC

(Gambar 6d).

Berdasarkan temperatur formasi

pada posisi kedalaman 700 m, diperoleh

nilai thermal gradient (landaian suhu)

sebesar 12,8oC/100 meter (Gambar 7)

atau sekitar empat (4) kali gradien rata-rata

bumi (± 3C per 100 m). Selanjutnya, jika

perkiraan top reservoir di daerah panas

bumi Kadidia berada di kedalaman sekitar

1500 m (hasil survei terpadu, 2012) dan

gradien termal diasumsikan linier pada

sumur KDD-1, maka temperatur formasi di

kedalaman tersebut adalah sekitar 220oC.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sumur landaian suhu KDD-1

mempunyai kedalaman akhir 703,85 m,

berada di lingkungan batuan sedimen yang

sebagian telah mengalami ubahan

hidrotermal dengan tipe ubahan argilik

sampai sub-propilitik yang berfungsi

sebagai lapisan penudung (clay cap) pada

sistem panas bumi Kadidia.

Temperatur formasi di kedalaman

akhir (700 m) sebesar 96,87°C dengan

rata-rata nilai landaian suhu sebesar

12,8oC/100 meter, dan perkiraan

temperatur di kedalaman 1500 m

(perkiraan top reservoir) adalah 2200C. Hal

ini menunjukkan bahwa sumur KDD-1

memiliki temperatur yang cukup tinggi, dan

menarik untuk dikembangkan lebih lanjut.

Untuk pengembangan daerah

panas bumi Kadidia di masa mendatang,

disarankan untuk melakukan pengeboran

eksplorasi dengan target kedalaman 1800

m s.d. 2500 m, serta pengeboran landaian

suhu di beberapa titik dengan target

kedalaman 500 m s.d. 750 m sehingga

dapat memperoleh data isothermal bawah

permukaan daerah prospek panas bumi

Kadidia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada tim pengeboran landaian suhu

Kadidia, Dinas ESDM Kabupaten Sigi, dan

seluruh instansi terkait yang telah

memberikan dukungan dan bantuannya

dalam kegiatan pengeboran landaian suhu

sumur KDD-1.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Laporan Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi

Kadidia, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan

Geologi.

Anonim, 2012, Laporan Survei Magnetotelurik (MT) Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten

Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Anonim, 2013, Laporan Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten Sigi,

Provinsi Sulawesi Tengah.

Anonim, 2014, Laporan Survei Terpadu (Geologi, Geokimia, Geofisika) Daerah Panas Bumi

Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya

Geologi, Badan Geologi.

Anonim, 2014, Laporan Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Kadidia Selatan,

Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol.I A. The Hague. Netherlands.

Bixley, P.F, 1985. Introduction to Geothermal Reservoir Enginerring.

Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure,

alteration and mineralisation: Economic Geology, Special Publication 6, 238 p., Society

of Economic Geologists.

Grant, M.A., Donaldson, I.G., Bixley, P.F, Geothermal Reservoir Enginerring, 1982.

Kingston Morrison, 1997. Important Hydrotermal Minerals and their Significance, Seventh

Edition, New Zealand.

Ratman, N & Atmawinata, S., 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Skala 1:250.000.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Gambar 1. Peta Lokasi Titik Bor Sumur Landaian Suhu KDD-1

Gambar 2. Peta Kompilasi Geosains Daerah Panas Bumi Kadidia

Lokasi

Gambar 3. Konstruksi Sumur Landaian Suhu KDD-1, Daerah Panas Bumi Kadidia

Ga

mb

ar

4.

Com

posite

Lo

g S

um

ur

KD

D-1

, D

aera

h P

ana

s B

um

i K

adid

ida

Gambar 5. Grafik temperatur vs kedalaman sumur KDD-1

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

300

320

340

360

380

400

420

440

460

480

500

520

540

560

580

600

620

640

660

680

700

20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

KED

ALA

MA

N (

MET

ER)

TEMPERATUR (0C)

Logging Temperatur Sumur KDD-1

T 150 turun

T 150 naik

T 417 turun

T 417 naik

T 513 turun

T 513 naik

T 700 turun

T 700 naik

Gambar 6. Grafik Analisis Temperatur Formasi di Kedalaman 150 m (a), 417 m (b), 513 m

(c), dan 700 m (d), Dengan Metode Horner Plot

Gambar 7. Landaian Suhu (Thermal Gradient) Sumur KDD-1

y = -3,04ln(x) + 30,83

25

26

27

28

29

30

31

32

1 10

Series1

Log. (Series1)

Temp(°C)

D+dT/dT

HORNER PLOTTEMPERATURE CORRECTION

SUMUR KDD-1KEDLMN 150 M

T*ws = 30,83°C

Slope m = 6,99°C per log cycle K = 1,85 W/mKρ = 2800 kg/m3

C = 800 J/kg.Ktc = 8 jamrw = 0,0714 m

T = 31,96 0Cy = -7,91ln(x) + 87,83

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

1 10

Series1

Log. (Series1)

Temp(°C)

D+dT/dT

HORNER PLOTTEMPERATURE CORRECTION

SUMUR KDD-1KEDLMN 417 M

T*ws = 87,83°C

Slope m = 18,21°C per log cycle

K = 1,29 W/mKρ = 2780 kg/m3

C = 800 J/kg.Ktc = 9 jamrw = 0,046 m

T = 88,71 0C

y = -3,55ln(x) + 88,44

82

83

84

85

86

87

88

89

90

1 10

Series1

Log. (Series1)

Temp(°C)

D+dT/dT

HORNER PLOTTEMPERATURE CORRECTION

SUMUR KDD-1KEDLMN 513 M

T*ws = 88,44°C

Slope m 8,17°C per log cycle

K = 1,94 W/mKρ = 2150 kg/m3

C = 800 J/kg.Ktc = 12 jamrw = 0,046 m

T = 88,79 0C y = -22,1ln(x) + 96,00

82

84

86

88

90

92

94

96

98

1 10

Series1

Log. (Series1)

Temp(°C)

D+dT/dT

HORNER PLOTTEMPERATURE CORRECTION

SUMUR KDD-1KEDLMN 700 M

T*ws = 96,00°C

Slope m 50,88°C per log cycle

K = 2,358 W/mKρ = 2100 kg/m3

C = 800 J/kg.Ktc = 11 jamrw = 0,0381 m

T = 96,87 0C

a) b)

c) d)

27,00

31,97

88,72

88,79

96,87

y = -7,818x + 165,2

-700

-600

-500

-400

-300

-200

-100

0

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Initial Temperature

Linear (Initial Temperature)

landaian suhu : 12.8°C/100m

Ked

alam

an(m

)

Temperatur (°C)

Thermal Gradient / Landaian Suhu

Sumur KDD-1