53
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Pelabuhan Nunukan RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG PELABUHAN NUNUKAN BAB I SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup Pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Pelabuhan Nunukan, sebagaimana ditunjukan dalam gambar-gambar dan diuraikan dalam syarat- syarat teknik serta dalam rencana anggaran biaya (RAB) Pasal 2 KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan (fisik 0%) , jika diperlukan pihak Pemborong membuat persentase atau Kick Off Meeting (Jika diperlukan)dengan Pihak Pemberi kerja/Pengawas tentang pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan (Organisasi proyek, Time schedule, Tenaga personil, cara pengaturan pekerjaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu. 2. Pemborong harus mengerjakan semua jenis pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah disiapkan oleh Pengawas. 3. Segala penyimpangan dari spesifikasi tanpa sepengetahuan dan persetujuan Pengawas,maka seluruh resiko dan biaya yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab pihak pemborong/kontraktor. 4. Pemborong/kontraktor harus menempatkan wakil yang selalu berada di lokasi pekerjaan pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung, sehingga dapat memutuskan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Pasal 3 PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan Sebelum memulai pekerjaan Pemborong harus menyiapkan Jadual Pelaksaan Pekerjaan (kurva S dan Bar Chart) dengan detail, yang diperlihatkan urutan pelaksanaan kegiatan beserta waktu yang dibutuhkan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan. Selanjutnya Jadual ini akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pekerjaan dan penetapan kemajuan (progress) fisik pekerjaan. 1 - 1 -

Syarat-syarat Teknis Terminal Penumpang Pelabuhan Nunukan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rks

Citation preview

CV

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Pelabuhan Nunukan

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG PELABUHAN NUNUKANBAB I

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Pelabuhan Nunukan, sebagaimana ditunjukan dalam gambar-gambar dan diuraikan dalam syarat-syarat teknik serta dalam rencana anggaran biaya (RAB)

Pasal 2KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan (fisik 0%) , jika diperlukan pihak Pemborong membuat persentase atau Kick Off Meeting (Jika diperlukan)dengan Pihak Pemberi kerja/Pengawas tentang pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan (Organisasi proyek, Time schedule, Tenaga personil, cara pengaturan pekerjaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

2. Pemborong harus mengerjakan semua jenis pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah disiapkan oleh Pengawas.

3. Segala penyimpangan dari spesifikasi tanpa sepengetahuan dan persetujuan Pengawas,maka seluruh resiko dan biaya yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab pihak pemborong/kontraktor.

4. Pemborong/kontraktor harus menempatkan wakil yang selalu berada di lokasi pekerjaan pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung, sehingga dapat memutuskan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.Pasal 3PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum memulai pekerjaan Pemborong harus menyiapkan Jadual Pelaksaan Pekerjaan (kurva S dan Bar Chart) dengan detail, yang diperlihatkan urutan pelaksanaan kegiatan beserta waktu yang dibutuhkan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan. Selanjutnya Jadual ini akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pekerjaan dan penetapan kemajuan (progress) fisik pekerjaan.

Secara berkala Pemborong harus membuat jadual pelaksanaan pekerjaan bulanan/mingguan yang akan digunakan sebagai acuan kerja.

2. Jadual Kedatangan Bahan/Material

Jadual kedatangan bahan/material harus disesuaikan dengan jadual pelaksanaan pekerjaan dan dibuat secara terpisah. Dalam jadual harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, jadual rencana pengiriman, pengambilan sampel, dan pengujian bahan. Jadual ini harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 4LOKASI UNTUK LAPANGAN KERJA

1. Lokasi yang disediakan untuk areal kerja akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan, dimana Pemborong harus menyiapkan, menempatkan, mengatur penggunaan lapangan kerja yang tersedia untuk menempatkan peralatan, tempat penyimpanan bahan-bahan serta tempat lain yang dibutuhkan kemudian.

2. Sebelum menggunakan lapangan kerja, Pemborong harus mengajukan gambar/layout untuk areal kerja, selanjutnya dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dan petunjuk lebih lanjut.

3. Pada akhir pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan, Pemborong harus segera membongkar/memindahkan bangunan-bangunan sementara, alat-alat konstruksi penolong atau bentuk lain yang sudah tidak digunakan sehingga bekas tempat kerja tersebut bersih kembali.PASAL 5KONDISI LAPANGAN

1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus benar-benar memahami kondisi keadaan lapangan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung.

3. Penentuan lokasi akses gudang kerja,akses bongkaran material lama dan material baru harus diperhatikan karena lokasi kerja merupakan gedung aktif yang sedang beroperasi.

4. Kontraktor Pelaksana harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian Gambar Kerja, RKS dan dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

5. Kontraktor Pelaksanawajib membuat skema pola kerja dan teknis yang sesuai rencana kerja atau yang lebih efisien dan lebih aman serta tidak menggangu aktifitas gedung secara total.

6. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan, yang ahli dan berpengalaman, dan selalu berada di lapangan yang bertindak sebagai wakil Kontraktor Pelaksana di lapangan dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan-keputusan teknis dengan tanggung jawab penuh di lapangan untuk menerima segala instruksi dari Pemberi Pekerjaan.

7. Penanggung jawab harus terus menerus berada di tempat/lokasi proyek selama jam-jam kerja dan saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat yang dikehendaki Pemberi Pekerjaan.

8. Petunjuk dan perintah Pemberi Pekerjaan dalam pelaksanaan disampaikan langsung kepada Kontraktor Pelaksana melalui Penanggung jawab tersebut sebagai penanggung jawab lapangan.

9. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menjalankan peraturan dan tata tertib yang ketat terhadap semua buruh, pegawai, termasuk pengurus bahan-bahan yang berada di bawahnya. Siapapun di antara mereka yang tidak berwenang melanggar terhadap peraturan umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban pembangunan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah Konsultan Pengawas.

10. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang timbul di lapangan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana, yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai atau cara pengerjaan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam RKS, menjadi tanggungjawab penuh Kontraktor Pelaksana untuk mengadakan perbaikan sampai dianggap cukup oleh Pemberi Pekerjaan atas biaya Kontraktor Pelaksana.

11. Pemberi Pekerjaan juga berhak untuk setiap saat meminta kepada Kontraktor Pelaksana untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor Pelaksana atas semua pekerjaan yang cacat yang timbul selama masa pemeliharaan tersebut.

PASAL 6PENYEDIAAN,PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BAHAN/MATERIAL

1. Bila dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat yang disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu material/bahan, maka dalamhal ini dimaksudkan bahwa spesifikasi teknis dari material tersebut yang digunakan dalam konstruksi dan untuk mempermudah Kontraktor Pelaksana mencari material barang tersebut.

2. Setiap penggantian spesifikasi teknis dari material, nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan/barang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas yang telah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta Gambar Kerja, maka bahan dan barang tersebut harus diusahakan dan disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, yang harus mendapatkan persetujuan dahulu dari Konsultan Perencana melalui Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan .

3. Contoh material yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas biaya Kontraktor Pelaksana, setelah disetujui Konsultan Pengawas/Pemberi Pekerjaan, harus dinilai bahwa material tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti dan telah memenuhi syarat spesifikasi teknis perencanaan.

4. Contoh material tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaanuntuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitasnya, sifat maupun spesifikasi teknisnya.

5. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor Pelaksana harus sudah memasukan harga penawaran biaya untuk pengujian berbagai material. Kontraktor Pelaksanajuga tetap bertanggung jawab atas biaya pengujian material yang tidak memenuhi syarat atas Perintah Pemberi Pekerjaan /Konsultan Pengawas.6. Material dan bahan diutamakan harus bermerek lokal berstandar SNI.

a. Bahan-bahan yangakan digunakan harus dilakukan pengujian terlebih dahulu melalui pengujian oleh pihak ketiga yang ditunjuk dan disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Pengujian dan hasil pengujian akan menjamin kualitas,ukuran serta rekomendasi merek material atau bahan yang akan digunakan dimana standar pengujian mengacu pada pengujian beton dan baja.

c. Untuk pengujian baja menggunakan standar : SNI03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung PPIUG-1983 :Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung SNI1726-2012 : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI07- 2529-1991 :Metode pengujian kuat tarik baja beton.

d. Untuk pengujian beton menggunakan standar : SNI03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.

SNI03-1973-1990 : Metode pengujian berat isi beton.

SNI 03-1974-1990 :Metode pengujian kuat tekan beton.

SNI 2493 : 2011 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.

SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton

SNI 03-1972-1990 :Metode pengujian slump beton.

e. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas dan ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan Pengawas wajib memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor Pelaksana, dimana segala kerugian yang disebabkan oleh pembongkaran tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya.f. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor Pelaksana untuk mengambil contoh-contoh dari bahan-bahan tersebut dan memeriksakannya ke Laboratorium yang disetujui oleh Pemberi Pekerjaan, dan segala biaya pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.g. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tentang baik atau tidaknya kualitas bahan-bahan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.7. Bahan-bahan yang tidak sesuai, tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir atau ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam tempo 2x24 jam dan tidak boleh dipergunakan :

a. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh KonsultanPengawas dan ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan Pengawas wajib memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor Pelaksana, dimana segala kerugian yang disebabkan oleh pembongkaran tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya.b. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor Pelaksana untuk mengambil contoh-contoh dari bahan-bahan tersebut dan memeriksakannya ke Laboratorium yang disetujui oleh Pemberi Pekerjaan, dan segala biaya pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.c. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tentang baik atau tidaknya kualitas bahan-bahan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.PASAL 7PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK

1. Jika terdapat perbedaan antara Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini, maka Kontraktor Pelaksana harus mananyakannya secara tertulis kepada Konsultan Pengawas / Pemberi Pekerjaan.

2. Jika didalam gambar kerja DED terdapat perbedaan antara gambar skala dan notasi/dimensi maka yang menjadi acuan adalah notasi/dimensi yang tertera dan harus mendapat persetujuan dari pemberi pekerjaan.3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau dokumen yang berlainan dan atau bertentangan,maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis yang lebih tinggi dan harus mendapat persetujuan dari pemberi pekerjaan.PASAL 8PENGUKURAN

1. Kontraktor Pelaksana diwajibakan melakukan pengukuran dan penggambaran kembali loksai pembangunan dengan keterangan-keterangan mengenai peil, ketinggian tanah, letak pohon-pohon, dan letak batas-batas tanah2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.

3. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaaan lapangan harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan untuk dimintakan keputusannya.

4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi tanggungjawab Kontraktor Pelaksana, karenanya KontraktorPelaksana diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara komprehensif terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.

5. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut dapat dilakukan dengan alat waterpass / theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.PASAL 9KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Kontraktor Pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk semua bidang pekerjaan berupa asuransi keselamatan (BPJS Ketenagakerjaan).

2. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas biaya, kerugian tuntutan ganti rugi (claim) yang diakibatkan oleh adanya kecelakaan atau peristiwa meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan pelaksanaan tersebut, bilamana hal itu disebabkan oleh kelalaian Kontraktor Pelaksana.3. Kontraktor Pelaksana wajib memenuhi peraturan-peraturan hukum mengenai perawatan dan tunjangan / ganti rugi bagi korban dan keluarganya.

4. Didalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).

5. Papan dan patok papan info harus jelas untuk menjamin keselamatan para pekerja dan pengguna gedung.6. Pelaksanaan harus memperhatikan K3 dalam setiap pelaksanaan berupa pengecekan asuransi keselamatan kerja dan kelengkapan alat kerjaPasal 10GANTI RUGI

Pemborong bertanggung jawab atas segala ganti rugi, jika akibat kelalaian pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong menimbulkan kerugian-kerugian kepada pihak lain. Tidak diadakan mata pembayaran untuk ganti rugi tersebut, tetapi harus sudah termasuk dalam biaya yang diajukan di dalam Dokumen Kontrak.

Pasal 11PERSETUJUAN PEMBERI TUGAS/PENGAWAS LAPANGAN

1. Semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan/material dan lain-lain yang memerlukan persetujuan Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan harus diserahkan dalam waktu 3 (tiga) rangkap dan apabila disetujui, 1 (satu) rangkap daripadanya akan dikembalikan kepada Pemborong dan lainnya akan disimpan oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

2. Apabila bahan-bahan/material dan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan berhak untuk menolak bahan/material atau hasil pekerjaan tersebut. Pemborong harus mengadakan/memperbaiki kembali bahan/material atau hasil pekerjaan tersebut tanpa perpanjangan waktu dan segala biaya yang Panitiabul menjadi tanggungan dari Pemborong.

Pasal 12PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

1. Pemborong diharuskan untuk memberi penjelasan, apabila Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan memerlukan data/keterangan tentang material yang digunakan dan tempat asal material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya.

2. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan. Pemberitahuan Permohonan Kerja (request) secara tertulis lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan dan dalam jangka waktu yang cukup sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan tersebut agar Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan mempunyai waktu untuk melakukan pemeriksaan kesiapan pekerjaan tersebut.

3. Pemberitahuan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan harus disertai kelengkapan sebagai berikut :

a. Jadual/waktu pelaksanaan

b. Metode kerja (cara kerja, tata urutan kerja, jenis alat, bahan yang digunakan, tenaga kerja dan lain-lain)

c. Gambar kerja (shop drawing) untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang memerlukan penjelasan dalam bentuk gambar.

Pasal 13MATERIAL DAN BAHAN

1. Pemborong harus mengajukan daftar bahan-bahan/material yang akan digunakan, tempat asal/sumber serta contoh material yang akan digunakan. Daftar tertulis ini sebelum digunakan harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

2. Bahan bangunan harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi berkurang maupun mengalami kerusakan selama penyimpanan. Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan terlindungi atap.

Pasal 14MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Pemborong menerima surat penetapan pemenang, Pemborong harus memasukkan Rencana Prosedur Mobilisasi beserta Daftar Terinci Peralatan yang digunakan kepada Pemberi Tugas/pengawas Lapangan.

2. Pemborong harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi diatas dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan memberikan persetujuan dimulainya pekerjaan. Peralatan yang diajukan tersebut harus sudah berada di lokasi pekerjaan sesuai dengan jadual kebutuhan alat dan tidak boleh dipindahkan ke lokasi lain selama pekerjaan ini berlangsung.

3. Penyediaan lokasi penyimpanan/parkir peralatan di areal pekerjaan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

4. Kerusakan yang timbul pada bagian atau keseluruhan pada peralatan tersebut yang bisa mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti.Pasal 15

DIREKSI KEET, GUDANG DAN BANGSAL KERJA1. Pembuatan direksi kit harus mengakomodir kepentingan dan segala aktifitas dalam ruangan yang terdiri dari : a. Ruang Proyek Manager

b. Ruang Staff

c. Ruang Konsultan Pengawas.

d. Ruang Rapat.

e. Ruang Makan & Dapur Kecil

f. Kamar Mandi / WC2. Pembuatan Bangsal Kerja dan Bangunan Istirahat

a. Kontraktor Pelaksana harus membuat bangsal kerja dan bangunan untuk tempat istirahat bagi pekerja, serta menempatkan Petugas Keamanan selama proyek.

b. Bangunan tersebut adalah milik KontraktorPelaksana dan apabila pekerjaan telah selesai, secepatnya dibongkar dan dibawa keluar dari lapangan pekerjaan.

3. Kantor dan Gudang Kontraktor Pelaksana

a. KontraktorPelaksana harus membuat Kantor dilokasi proyek untuk tempat wakil dan seluruh stafnya bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.

b. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan bangunan dan peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.

c. Penempatan kantor dan gudang Kontraktor Pelaksana harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.PASAL 16PEMASANGAN PAGAR SEMENTARA AREA PROYEK

1. Pagar proyek berfungsi untuk mengamankan proyek dari gangguan luar karena dapat memudahkan dalam melakukan kontrol keamanan, selain itu pagar proyek juga berfungsi untuk menjaga keselamatan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin terjadi dalam aktifitas pembangunan gedung.

2. Bahan material untuk dinding partisi area proyek menggunakan seng yang dicat dengan warna yang mencolok.3. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan dengan tinggi 2 meter4. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka kayu kls II5. Pada tempat-tempat yang ditentukan dibuat pintu masuk untuk kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu.6. Untuk penyelenggaraan keamanan proyek, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga keamanan sendiri yang mmenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan jumlah yang diperkirakan mencukupi areal pekerjaan proyek.Pasal 17PEMBUATAN PAPAN PROYEK DAN RAMBU PENGAMAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, pemborong harus membuat papan nama proyek dan rambu pengaman pada areal kerja sesuai dengan petunjuk pengawas untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

2. Papan nama proyek terbuat dari bahan kualitas baik minimal kayu kelas II dan dapat digunakan sampai selesai pelaksanaan pekerjaan serta mendapat persetujuan Pemberi pekerjaan

3. Rambu pengaman dari bahan yang kualitas baik dan harus cukup kuat dan tahan selama masa pelaksanaan pekerjaan

Pasal 18DOKUMENTASI & PELAPORAN1. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, perubahan-perubahan yang mungkin terjadi harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Tugas.

2. Setiap akhir pekan Pemborong harus menyampaikan laporanmingguan kepada Pemberi Tugas tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang bersangkutan, meliputi pengadaan bahan ditempat proyek, penambahan, pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah/macam dan harga satuan bahan-bahan yang masuk, kejadian-kejadian penting lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.

3. Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah, daftar pekerja ini setiap waktu dapat diperiksa oleh pengawas/Pemberi Tugas, dan ia berhak mengadakan penelitian penelitian tentang produktivitas pekerja tersebut.

4. Didalam laporan harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, pekerja, pegawai/karyawan, catatan-catatan tentang perintah-perintah dari pengawas/Pemberi Tugas dan lain-lainnya yang dipandang perlu.

5. Setiap akhir bulan dan paling lambat tanggal 31, Pemborong harus melaporkan kemajuan pekerjaan terperinci dan prosentase terhadap keseluruhan / bagian.6. Dokumentasi pekerjaan berupa foto atau video (bila diperlukan) wajib dibuatkan sebelum dimulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan (fisik 0%), tahap pelaksanaan pekerjaan dan setelah selesainya pekerjaan (fisik 100%) dan Kurva S meliputi rencana dan realisasi pekerjaan pada bulan tersebut. Pada setiap hasil dokumentasi tersebut agar diberi penjelasan. Jumlah foto dokumentasi tsb dibuat 2 (set). Dokumentasi yang berupa foto berwarna ukuran post card yang menunjukkan kemajuan pekerjaan beserta peralatan yang dipakai dan lain-lain foto tentang kejadian-kejadian penting. Semua foto-foto tersebut dijilid lengkap dengan keterangan keterangan dan tanggal pengambilan.Pasal 19GAMBAR REALISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN (AS BUILT DRAWING)1. Pihak rekanan wajib membuatkan gambar realisasi pelaksanaan pekerjaan (as bulit drawing) pada saat pekerjaan selesai 100 %.

2. Pihak rekanan yang belum menyerahkan gambar realisasi pelaksanaan pekerjaan (as built drawing) tersebut di atas tidak dapat dibayarkan angsuran pembayaran terakhirnya.

Pasal 20TENAGA PELAKSANA PEMBORONG1. Kepala Pelaksana Lapangan (Site Manager) dari Pemborong haruslah seorang ahli teknik sipil berpengalaman minimal dari S1 dengan persyaratan minimal a l :

S2 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja 5 (lima) tahun (Site Manager) atau S1 Teknik Sipil pengalaman kerja 8 (delapan) tahun

2. Kepala Pelaksana dibantu oleh tenaga lapangan yang memadai bagi pekerjaan yang dilaksanakan.

3. Pemberi Tugas berhak menolak atau memerintahkan penggantian personil lapangan dari kontraktor bila dianggap tidak cakap/tidak mampu melaksanakan tugas dan dapat mengganggu/menghambat pelaksanaan pekerjaan.

4. Kepala Pelaksana Lapangan harus dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh demi kelancaran pekerjaan dan dapatmengambil keputusan keputusan yang dianggap perlu dilapangan atas nama kontraktor/pihak kedua.Pasal 21BAHAN DAN PERALATAN

1. Semua bahan dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus yang disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan.

2. Bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas pekerjaan karena tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan, selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam, bila pemborong tidak mengindahkan, maka bahan tersebut menjadi milik Pemberi Tugas.

3. Apabila bahan-bahan yang telah ditolak ternyata masih digunakan juga, maka Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk membongkarnya atau oleh pengawas dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan pemborong.

4. Pemborong harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, baik dan sesuai dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan-perubahan struktural tidak dapat diperkenankan karena ketidak mampuan peralatan yang disediakan Pemborong, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/pengawas lapangan.

5. Apabila bahan/material yang telah ditolak ternyata masih digunakan juga, maka Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk membongkarnya atau oleh Pengawas dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan pemborong

6. Pemborong harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, baik dan sesuai dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan-perubahan struktural tidak dapat diperkenankan karena ketidakmampuan peralatan yang disediakan Pemborong, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/Pengawas.

7. Pengawas / Pemberi Tugas berhak memerintahkan Pemborong untuk mengganti / menambah peralatan yang disediakan Pemborong bilamana dipandang bahwa peralatan tersebut tidak mampu memenuhi persyaratan mutu, kelancaran dan waktu yang telah ditetapkan. Segala biaya penggantian/penambahan peralatan ini menjadi tanggungan Pemborong.

BAB IISYARAT-SYARAT TEKNIS PENGGUNAAN BAHAN

Pasal 22M A T E R I A L & PERSYARATANNYA1. Material yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan teknis ini.

2. Jika Pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan, ia harus memberikan keterangan selengkap-lengkapnya dalam Dokumen Tender. Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pemesanan bahan. Hal yang harus diberitahukan pada Pengawas meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang dipesan.3. Semua material yang digunakan harus memenuhi standar dan peraturan bahan yang berlaku di Indonesia.Berikut Spesifikasi Material yang digunakan:

SEMEN PORT LAND

a. Jenis semen P.C. standard S.I type I yang dipakai harus memenuhi ketentuan-ketentuan salah satu dari ketentuan berikut :

1.SNI 15-2049-1994

2.ASTM C 595

3.ASTM C 845b. Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras juga yang mempunyai kadar chloride Tidak Boleh Digunakan.c. Penyimpanan semen dalam gudang harus dilakukan di atas lantai panggung minimal 20 cm di atas tanah, bebas dari kelembaban dengan tinggi penumpukan max. 10 zak. Semen yang karena kantongnya pecah/ robek harus segera diangkut ke luar proyek.

d. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh pengawas sebelumnya. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dengan segera dari lapangan.

e. Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan, sehingga Pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutan-urutan tibanya di lapangan.

f. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran.AGGREGAT HALUS (PASIR)

a. Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi secara alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terkecil 0,6 mm dan butir terbesar 5 mm. Pasir harus tajam, keras, bersih dari lumpur dan kotoran-kotoran, bahan kimia, bahan organik, susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan PBI 1971

b. Susunan ayakan pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI-71. Tidak diperbolehkan memakai pasir laut, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

AGGREGAT KASAR (KERIKIL & BATU PECAH)

a. Agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi secara alami batuan atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dengan ukuran butir antara 5 mm sampai dengan 40 mm.

b. Aggregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.c. Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih dari :

1/5 x jarak terkecil antara bidang-bidang cetakan.

1/3 x tebal plat.

jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

d. Kecuali ketentuan diatas, aggregat kasar harus memenuhi persyaratan lainnya dalam PBI 1971.TIANG PANCANG

Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang spun pile /beton diameter 50 cm sesuai dengan gambar disain baik meliputi ukuran maupun layout pemancangannya.BAJA TULANGAN(1) Baja Tulangan

a. Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk penulangan pengganti tulangan yang korosi, harus disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

b. Setiap pengiriman sejumlah baja tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan memandang perlu, contoh akan diuji ke laborotorium atas beban pemborong. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan.

c. Mutu baja tulangan yang digunakan dicantumkan pada gambar rencana dan buku spesifikasi ini atau petunjuk Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

d. Mutu baja tulangan yang digunakan mengikuti persyaratan pada :

1) SKSNI T.03 tahun 1991

2) NI-2 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971

3) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)

e. Jenis baja tulangan yang digunakan antara lain adalah :

1) Tulangan ulir/deform dengan mutu baja U-32 digunakan untuk tulangan balok, pelat, stek antara poer dengan tiang pancang pada beton isian pancang.

2) Diameter 12 mm tulangan polos dengan mutu baja U-24 digunakan untuk tulangan besi penggantung dan sengkang pada beton isian tiang pancang.

3) Diameter lainnya disesuaikan dengan gambar disain.

(2) Kawat Baja Pengikat

Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

(3) Penyimpanan Baja Tulangan

a. Baja tulangan tidak diijinkan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah, harus ditempatkan di atas penyangga atau rak-rak atau di atas lantai semen dan pasir.

b. Baja tulangan tersebut harus diberi tanda-tanda yang jelas dari berbagai mutu/jenis dan diameter yang digunakan dan disusun secara terpisah menurut tanda yang telah diberikan tadi, untuk menghindari kesalahan penggunaannya/tertukar dan mempermudah dalam pengecekan pemakaiannya. Baja tulangan diikat dalam kelompok-kelompok dengan jumlah tertentu yang akan mempermudahkan dalam perhitungan.

c. Penempatan baja tulangan di udara terbuka dilakukan dengan memberikan lapisan penutup/pelindung dengan terpal untuk mencegah kontak langsung dengan udara bebas.

BEKISTING

a. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu kelas II menurut ketentuan PKII 1970 atau kayu local.

b. Ukuran papan bekesting minimal tebal 9 cm dan toleransi perbedaan tebal minimum adalah (2 mm. Papan bekesting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai.

c. Material untuk bekisting diperbolehkan selain point a dan b diatas, jika kualitas material tersebut setara atau lebih baik dari kayu dan mendapat persetujuan Pengawas.

AIR KERJA

a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulanganb. Bila akan dipakai air kerja bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan, maka pengawas dapat meminta kepada Pemborong untuk mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan Pemborong.

c. Air kerja yang dipakai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan. Pemborong juga harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.Pasal 23GAMBAR RENCANA

1. Gambar rencana untuk pekerjaan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen pelelangan.

2. Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, spesifikasi teknis dan tidak dibenarkan menarik keuntungan dari kesalahan/ kekurangan yang terdapat pada gambar rencana atau dari perbedaan ketentuan antara gambar rencana dengan isi spesifikasi teknis.

3. Bila ada penyimpangan/kesalahan keadaan lapangan dari gambar rencana yang ada, maka penentuannya akan diputuskan oleh Pemberi kerja yang selanjutnya akan disampaikan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulisBAB VSYARAT-SYARAT TEKNIS

PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANGPasal 24PEKERJAAN PENULANGAN1. Gambar Rencana kerja

Gambar Rencana Kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan, sambungan penghentian dibuat oleh Pemborong dan diajukan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam Gambar Kerja dan Syarat-syarat yang harus diikuti menurut SK. SNI T.03 1991 dan PBBI. Diameter-diameter tulangan harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan bilamana diameter tersebut akan diganti maka sebelum melakukan perubahan-perubahan, pemborong harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.

2. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan diatas, tidak diperkenankan membengkokkan tulangan bila sudah diletakkan, kecuali apabila hal tersebut terpaksa dan sudah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

3. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton/beton decking minimal 8 cm. Semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh, sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pekerjaan pengecoran.4. Untuk penyambungan tulangan digunakan panjang penyaluran 60 cm sesuai dengan SK. SNI T.03 1991. Penyambungan dilakukan dengan mengikat tulangan dengan kawat beton pada tulangan tarik dan tekan. Pasal 25PEKERJAAN BEKISTING

1. Rekayasa Dan Konstruksi Cetakan Beton

a. Desain dari bekisting mengikuti ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI - 2 Bab 5 dan SKBI 1988 Bab 6.

b. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didesain oleh Pemborong dan menyampaikan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan berupa gambar-gambar dan perhitungannya untuk mendapat persetujuan.

c. Gambar-gambar tersebut agar disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum cetakan beton (bekisting) tersebut mulai dikerjakan.

d. Cetakan-cetakan beton tersebut harus benar-benar lurus dan rata dan kokoh, sehingga cukup untuk menahan beban (defleksi) dan gerakan-gerakan.

e. Semua sambungan-sambungan harus ditutup untuk menghindari kebocoran cairan-cairan dari beton.

f. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan air terlebih dulu kemudian diberi lapisan minyak agar penyerapan air semen tidak terjadi pada bekisting dan beton tidak lekat.

g. Acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan, pembongkaran ditetapkan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

h. Perlu ditegaskan lagi bahwa penanggung jawab keamanan konstruksi selama pelaksanaan adalah Pemborong.

2. Bahan-Bahan

a.Bahan begisting pada pekerjaan ini terdiri dari : Papan multipleks tebal minimal 9 mm, balok kayu kelas II dengan ukuran minimal 5/7, baja profil jika diperlukan atau atas seijin Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan

b.Tipe sambungan antar papan multipleks dengan sambungan lidah (tongue and grooved) untuk menghindari kebocoran. Sambungan Papan multipleks dan bagian-bagian yang dipabrikasi harus ditutup dengan plastik atau lapisan logam bila perlu. Dan sambungan antar balok kayu kelas II dan multipleks menggunakan paku yang sesuai menurut arahan Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

c.Jenis bahan begisting yang lain diajukan oleh Pemborong dan harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

(4)Perancah / Penopang

a. Semua cetakan beton harus ditopang dan dibuat sekokoh mungkin, sehingga mampu menahan beban vertikal dan horizontal tanpa defleksi atau bergerak oleh apapun, seperti berat konstruksi, gerakan-gerakan orang, bahan-bahan dan peralatan. Sebelum perancah dipasang, Pemborong diharuskan mengajukan desain perancah kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan dan bertanggung jawab atas kekuatan dan kerapian pekerjaan begisting.b. Baji dan klem-klem dapat digunakan dimana diperlukan.

c. Penggunaan-penggunaan pengikat (batang tarik) yang ditanam dalam beton diperkenankan sejauh disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan dan Pemborong bertanggung jawab untuk menutup kembali agar tidak berhubungan langsung dengan air laut.

d. Dimana penggunaan batang pengikat seperti tersebut disetujui; maka haruslah di-desain, bahwa seluruh atau sebagian dari batang pengikat tersebut dapat dipindahkan, sehingga tidak ada bagian yang tertanam lebih dekat dengan permukaan beton daripada selimut betonnya untuk melindungi baja tulangan seperti yang dipersyaratkan untuk lokasi itu.

e. Semua lubang-lubang bekas batang pengikat di beton harus diisi dengan beton atau spesi dengan susunan yang sama dan dengan cara atau petunjuk yang disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

f. Penggunaan pengikat yang ditanam dibeton tidak akan disetujui bila itu berbekas pada permukaan beton yang tampak.

(5)Sambungan - Sambungan Cetakan Beton (Bekisting)

Semua sambungan pada cetakan-cetakan (bekisting) untuk permukaan yang tampak harus kokoh dan rapat, sehingga tidak perlu ditutup. Penutupan hanya dapat dilaksanakan dengan bahan yang disetujui. Sambungan pelat-pelat logam harus rapi dan ditutup rapat-rapat.

(6)Perawatan Cetakan Beton

a. Semua cetakan harus dirawat dengan benar. Cetakan yang rusak atau aus tidak diijinkan untuk digunakan.

b. Sebelum digunakan kembali, semua cetakan harus seluruhnya dibersihkan dulu.

(7)Pembersihan Cetakan

a. Setelah selesai pemasangan cetakan, semua bagian dimana beton akan dituang harus dibersihkan seluruhnya, dicuci, disemprot dan diawasi oleh Pemborong serta harus disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.

b. Dimana perlu, lubang-lubang sementara dibuat pada cetakan untuk pembersihan dan pencucian.

(8)Cetakan BerminyakCetakan berminyak yang telah disetujui dapat dipakai untuk semua permukaan cetakan, tetapi harus diperhatikan cara pelaksanaan pemberian minyak harus benar-benar rapi untuk menghindari percikan pada permukaan sambungan konstruksi beton atau baja tulangan.

(9)Pembukaan Cetakana.Tidak ada cetakan beton yang dibuka sebelum ada ijin dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan, ijin tersebut juga tidak membebaskan Pemborong dari tanggung-jawabnya dan adanya kerusakan-kerusakan yang Panitia akibat pembongkaran cetakan tersebut.

b. Pembongkaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.

Kecuali ditentukan lain disini, pada umumnya waktu minimum diberikan pada tabel dibawah ini :

Pembukaan cetakan untuk :

Waktu minimum

pada cuaca normal

( >150 C)

Sisi poer dan balok 7 hari

Bagian bawah poer, balok dan pelat

14 hari

Penopang poer, balok dan pelat 21 hari

Pasal 26PEKERJAAN BETON 1. Ruang Lingkup pekerjaan beton meliputi :

Poer mutu K-350 Balok mutu K-350

Lantai beton mutu K-350 Beton Isian tiang mutu K-350

Kansteen mutu K-350 Beton structural terminal penumpang mutu K-3502. Persyaratan mutu material penyusun beton

a. Agregat halus.

Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton harus berbutir keras, bersih dari kotoran, zat kimia dan bersudut tajam. Susunan bagian-bagian butir harus memenuhi persyaratan.

b. Agregat kasar.

Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maximum 3 cm yang mempunyai bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih kurang seperti kubus. Batu pecah diperoleh dari batu keras, bersih dari kotoran yang dapat mengurangi kekuatan dan mutu beton. Susunan bagian-bagian butir harus memenuhi persyaratan dalam peraturan PBI 1971.

c. Semen

Bahan semen yang digunakan harus merupakan semen yang berkualitas bagus dan berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Pengawas/Pemberi kerja.

Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras atau mempunyai sifat ekstra cepat mengeras.

d. Baja tulangan

Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah baja U-32 (minimal yield-stress 3200 kg/cm2) untuk ulir dan baja U-24 (minimal yield-stress 2400 kg/cm2) untuk polos dengan diameter tulangan seperti yang ditentukan pada gambar kerja. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Beton

a. Cetakan/Bekisting

Bekisting digunakan dari kayu kelas II yang rata yang dipasang konstruksi yang akan dikerjakan dan disesuaikan minimal sesuai dengan dimensi struktur beton yang ada digambar rencana.

Pekerjaan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubungan antara papan bekisting terjamin rapat

b. Pekerjaan baja tulangan.

Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi pembengkokan, sambungan dan penghentian dibuat oleh Kontraktor /pemborong yang diajukan kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Semua detail harus memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam gambar rencana kerja, syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971.

Diameter-diameter pengenal harus sama seperti dalam gambar kerja, bilamana diameter tersebut harus diganti,maka sebelum melakukan perubahan-perubahan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu Pengawas.

Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton (beton dekking) sesuai dengan gambar. Semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh dengan kawat bendrat sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.

Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah (4 mm. Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bilamana perlu.

Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa atau disetujui oleh Pengawas.c. Pekerjaan pengecoran beton.

Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui Pengawas.

Pemborong/Kontraktor diperkenankan untuk menggunakan beton ready mix dengan persyaratan sesuai mutu beton yang dipersyaratkan diatas.

Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong/Kontraktor harus mempersiapkan semua peralatan, material dan tenaga yang diperlukan serta cukup untuk satu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui oleh Pengawas.

Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlah harus mencukupi. Penggetaran dengan concrete vibrator dapat dibantu dengan pencocokan, apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas terlebih dahulu.

Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan dan melindunginya dengan menggenangkan air diatas permukaannya atau ditutup dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.

Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar pengecoran tetap harus dilakukan, maka pemborong.Kontraktor harus menyediakan alat pelindung/terpal yang cukup untuk yang sudah atau yang belum dicor. Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau suhu udara naik hingga diatas 32 0C.

Tebal beton penutup (beton decking) dalam segala hal harus disesuaikan dengan gambar. Untuk itu perlu dipasang decking dari beton dengan mutu sama dengan mutu beton dengan tinggi 8 cm. Penempatan/ pemasangan decking harus kokoh, sehingga terjamin tidak berubah tempat pada waktu pengecoran. Slump yang diperkenankan adalah 7 cm dan faktor air semen (fas) maksimum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh di atas dilakukan atas petunjuk pengawas. Kubus-kubus yang telah diambil harus dijaga agar dapat mengeras dengan baik. Demikian pula kubus beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan tekannya di laboratorium yang dapat disetujui pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada pengawas untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton karakteristik kurang dari yang disyaratkan, Pemborong diwajibkan untuk mengadakan perkuatan untuk penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong. Untuk menambah mutu beton (menjadikan beton kedap air/ mengurangi porositas beton, mengurangi pemakaian air dalam campuran beton, meningkatkan tegangan karakteristik beton dll.), dapat ditambahkan bahan additive seperti Cement additive atau Concrete admixture. Dapat pula ditambahkan bahan campuran beton berupa serat polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh muai dan susut karena panas, Meningkatkan daya tahan terhadap kejut, mengurangi permeabilitas dan menambah daya tahan beton. Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran atau setiap pengiriman 1 buah mobil ready mix jika dimenggunakan, Pemborong/Kontraktor diwajibkan mengambil contoh untuk memeriksa kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump tes, dengan prosedur ditentukan dalam PBI 1971. Kubus beton yang telah diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan tekannya di laboratorium yang disetujui Pengawas dan hasilnya dilaporkan kepada Pengawas secara tertulis untuk dievaluasi. Bilamana dalam pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari yang dipersyaratkan, maka Pemborong/Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan kepada Pengawas rencana perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya dari Pemborong/Kontraktor. Setelah pengecoran selesai, permukaan pengecoran harus dihaluskan sebelum beton mengeras benar. Kontraktor harus memberikan pencatatan pengecoran yang menunjukkan waktu dan tanggal ketika adukan dicor. Hal ini untuk dipertanggung-jawabkan kepada pengawas. Bilamana diperlukan untuk menambah kekuatan mutu beton agar terkontrol dari retak yang disebabkan muai, susut dan lain-lainnya, maka dapat ditambah bahan-bahan additive maupun regarder yang telah disetujui oleh Pengawas.

d. Air Kerja.

Air yang digunakan untuk adukan beton harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.

Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membasahi dan lain-lain harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

Pasal 27MATERIAL TIANG PANCANG

1. Tiang pancang yang digunakan adalah pipa beton diameter 50 cm atau sesuai gambar disain.2. Material tiang pancang beton harus tetap utuh tanpa retak/rusak akibat pengangkutan dari lokasi eksisting kelokasi pekerjaan dalam kondisi yang utuh sampai pemasangan.

3. Topi pemancangan dan sepatu tiang harus dibuat dan disediakan oleh kontraktor untuk mencegah tiang dari kerusakan karena pemancangan.

4. Setiap kerusakan pada tiang-tiang, oleh sebab apapun, menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 28PENYIMPANAN/PENANGANAN TIANG & ALAT PERLENGKAPAN

1. Rangkaian cara-cara pengangkatan, penanganan , pengangkatan dan cara penyimpanan tiang-tiang harus tidak mengalami kerusakan. Selama pengangkatan dan penyimpanan dilokasi dekat pemancangan harus disimpan pada penyangga yang memadai dan terletak pada titik-titik pengangkatan tiang-tiang.

2. Sebelum memulai pekerjaan pemancangan tiang, kontraktor harus menyerahkan untuk memperoleh persetujuan Pemberi Tugas suatu uraian yang dilengkapi dengan program terinci mengenai metode yang diusulkan untuk digunakan memancang tiang lengkap mengenai peralatan pancang dan perlatan tambahan serta alat-alat lainnya yang akan digunakan. Keterangan tersebut mencakup: jenis martil, berat pelantak (ram), jarak jatuh maksimal energi keluar diijinkan landasan, bahan bantalan, dan semua rincian kerja lainnya termasuk jenis kapal/ponton yang dipakai, pengaturan penambatan untuk peralatan terapung dan rangka/penyangga tiang yang dipakai. Dalam kondisi apapun, kontraktor harus memiliki semua alat-alat utama.

3. Martil atau diesel hammer yang digunakan minimal K-35 dan dalam standar praktis pemancang tiang, dan berada dalam kondisi pengoperasian yang baik. Martil yang tidak memenuhi persyaratan atau tidak berada dalam kondisi baik tidak dapat digunakan atas persetujuan Pengawas.

4. Bahan bantalan untuk melindungi kepalanya harus diletakkan dan dijaga sedemikian sehingga gaya dari dari martil tersebut akan menekan secara persegi dan merata dengan tiang sebagai sumbunya.

Pasal 29PENYAMBUNGAN TIANG PANCANG

1. Sambungan tiang harus dipancang dibawah dasar laut dengan cara dilas yang berdasarkan standar AWS dan mendapat persetujuan Pengawas/Pemberi Tugas.

2. Sebelum menyambung pipa baja, Pemborong harus mengetahui prosedur pengelasan untuk sambungan. Bila diminta oleh pengawas, Pemborong melaksanakan percobaan pengelasan untuk mendemonstrasikan prosedur pengelasan yang diusulkan. Elektroda yang digunakan harus dengan persetujuan pengawas.

3. Sambungan yang dilas harus dilindungi oleh dua lapisan epoxy, dan dilas dengan ketebalan 13 mm atau sesuai dengan petunjuk Pengawas.

4. Dijinkan penyambungan selama pemancangan tiang dengan sejenis tiang dalam posisi pada koordinat dan inklinasi yang tepat.

Pasal 30PEMANCANGAN TIANG PANCANG BETON

1. Pelaksanaan pemancangan tiang pancang tegak harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan.

2. Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang harus yang umumnya dipakai untuk tujuan tersebut dan harus dipelihara agar selalu dalam keadaan baik dan dapat digunakan dan bila diperlukan. semua peralatan dan spesifikasi serta metoda yang digunakan untuk tujuan ini harus mendapat persetujuan dari pengawas, sebelum dimobilisasikan kelokasi pekerjaan.

3. Pengawas yang akan memutuskan dapat tidaknya peralatan tersebut digunakan untuk tujuan ini dan keputusan pengawas adalah mutlak. Setiap keterlambatan/ penundaan akibat kegagalan mekanik daripada peralatannya tidak akan membebaskan Pemborong dari kewajiban menyelesaikan pekerjaannya sesuai jadwal waktu pelaksanaan yang telah disetujui. Bila peralatan atau bagian/ suku cadangnya sewaktu-waktu, menurut anggapan pengawas, kurang berfungsi, tidak dapat diperbaiki atau dalam keadaan rusak Pemborong harus segera menggantinya setelah mendapat perintah tertulis dari pengawasi tanpa adanya penundaan waktu pelaksanaan.

4. Pemancangan harus dilaksanakan dengan hammer bertenaga diesel double acting atau differensial. Sebelum peralatan pancang tersebut dimobilisasikan, Pemborong harus memberitahukan terlebih dahulu kepada pengawas. Informasi khusus yang perlu diberitahukan kepada pengawas adalah sebagai berikut :

Spesifikasi teknik dan hammer yang diusulkan.

Uraian lengkap mengenai ukuran termasuk ketebalan semua cushion material antara tiang pancang dan helmet.

Uraian lengkap mengenai ukuran, termasuk ketebalan total cushion material di dalam capblock termasuk arah urat/ kembang kalau digunakan kayu.

Hammer harus mempunyai kapasitas energi dan berat yang cukup agar dapat melakukan pemancangan secara berkesinambungan sampai tercapainya benaman/ penetrasi yang direncanakan. Contoh hammer yang cocok untuk pekerjaan ini adalah KOBE atau MITSUBISHI

5. Selama pekerjaan pemancangan dilaksanakan Pemborong diharuskan menyediakan suku cadang secukupnya untuk hammer.

6. Pile Driving Head yang memadai harus dipasang antara hammer dan kepala tiang pancang. Poer termaksud harus cocok benar guna mencegah timbulnya tonjolan dan kerusakan pada kepala tiang pancang.

7. Cushion block /Cap block atau balok bantalan ini harus digunakan di antara poer dan hammer guna menghindari kerusakan pada kepala tiang dan hammer.

Balok bantalan ini harus dapat menyalurkan secara efektif energi hammer ke tiang pancang tanpa adanya kehilangan energi yang berlebihan. Balok bantalan yang disukai adalah dari bahan berlapis seperti aluminium atau micarta, meskipun demikian kayu keras juga dapat digunakan. Bila pengawas berpendapat bantalan tersebut sudah mulai pecah dan tidak elastis lagi, maka Pemborong harus segera menggantikannya dengan yang baru yang sifat dan keadaannya sama dengan yang lama.8. Persiapan Pemancangan

Semua tiang pancang harus diangkat dan diletakkan demikian rupa hingga tidak menimbulkan penonjolan atau perubahan lokal yang menyebabkan pembengkokan.

Tiang pancang harus diperlakukan dengan sangat hati-hati guna menghindari kerusakan pada lapisan permukaannya. Kepala tiang harus keras dan datar. Pemusatan tiang pada leader dan dibawah hammer dilaksanakan dengan tepat. Hammer ditempatkan pada leader sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan pukulan yang memiringkan atau membelokkan tiang pancang. Rig pancang yang stabil diperlukan sekali.

Semua peraturan keselamatan kerja diberlakukan, termasuk penyediaan dan pemeliharaan sarana bantu navigasi dan lain-lain. Penjangkaran yang layak atas ponton pancang dan/ atau ponton supply merupakan pertimbangan penting selama masa kerja. Ponton pancang harus mempunyai sedikitnya 5 buah winch. Panjang tali atau rantai jangkar disesuaikan dengan kedalaman air setempat.

Ukuran dan bentuk jangkar dipilih demikian rupa hingga dapat menggigit dan memegang dasar laut setempat, agar dapat menahan arus pasang surut dan angin yang mungkin terjadi selama masa kerja.

9. Proses Pemancangan

a. Pemancangan hanya dilakukan dengan hadirnya Refresentatif Engineer . Kontraktor harus menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk pemeriksaan dan harus bekerja sama dengan Pengawas dalam pemeriksaan dan pencatatan data pemancangan disetiap saat.

b. Penentuan Posisi

Penentuan posisi yang tepat dan benar harus dijamin dengan cara pemancangan tiang dengan akurat sesuai gambar rencana. Semua posisi tiang pancang harus diperiksa kebenarannya sebelum pemancangan dimulai. Perbaikan posisi setelah pekerjaan pemancangan dilaksanakan tidak di perkenankan.c. Pencatatan Pemancangan (Pile Driving Record/ Kalendering).

Selama operasi pemancangan berlangsung pemborong harus melakukan pencatatan pemancangan (Kalendering) seperti,

1). Tabel perihal alat : Berat total hammer, berat ram, tinggi jatuh ram (ramstroke), rated energy per blow dan gaya ledak.

2). Tabel perihal tiang : Nomor tiang, diameter tiang, tabel dinding, benaman akhir ujung tiang, final cut off level, elevasi dasar tanah pada titik pancang, tanggal, waktu dan posisi titik pancang.

3). Tabel pencatatan pemancangan yang menunjukkan hubungan :

-Benaman/ penetrasi tiang oleh beratnya sendiri.

-Benaman tiang oleh berat hammer

-Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya jumlah pukulan per panjang

-Interupsi dalam pemancangan.

Sifat/ kelakuan hammer atau tiang selama pemancangan.

Sifat perlawanan tanah atau rebound

Catatan juga harus mencakup lembaran ringkasan yang memperlihatkan catatan pemancangan secara grafis dengan hentakan per 25 cm dan kedalaman penetrasi yang diperoleh pada pencatatan.

Lembaran catatan pemancangan harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum pemancangan dimulai. Lembaran pencatatan pemancangan dibuat untuk setiap tiang dan harus ditanda tangani oleh Pengawas. Informasi tambahan harus diberikan karena penundaan, dengan hari dan waktu.d. Pada prinsipnya semua tiang harus dipancang sampai benaman yang direncanakan sebagaimana ditentukan dalam gambar. Pemancangan setiap tiang dilaksanakan sampai selesai dengan interupsi sedikit mungkin.

e. Bila pengawas berpendapat bahwa pukulan akhir (Final blow count) tidak bisa dipertimbangkan sebagai jaminan atas cukupnya bearing capacity, maka test pile akan dipancang lebih dalam hingga menurut pengawas benaman akhir sudah tercapai. Tidak ada pembayaran untuk tiang yang dipancang melebihi benaman yang direncanakan, kecuali diputuskan oleh pengawas.

10. Toleransi Pemancangan

Toleransi yang dapat diterima antara posisi pemancangan dan lokasi yang direncanakan untuk tiang pancang adalah sebagai berikut :

a. Toleransi yang diijinkan atau deviasi horizontal yang dijinkan diukur dari kepala tiang adalah maximum 10 cm dalam setiap arah.

b. Perubahan arah vertikal tidak boleh melebihi 10 cm setiap 15 meter dari panjang bebas tiang.

c. Alat pancang haris ditempatkan dan dijaga untuk mencapai kemiringan yang ditetapkan (jika ada tiang miring). Ketegakkan/ verticality dan sudut miring deviasi horizontal adalah maximum 2% dari panjang tiang diukur antara ujung atas dan ujung bawah.

11. Evaluasi Pemotongan Tiang Pancang (Cut off Elevations).

Setelah dipancang, semua tiang agar dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar-gambar. Semua elevasi pemotongan harus dalam toleransi 1 cm. Kepala tiang yang rusak harus juga dipotong. Biaya untuk penambahan/ penyambungan tiang pancang yang disebabkan oleh kerusakan kepala tiang merupakan beban pemborong.

Pemborong harus membuang potongan-potongan tiang baik di darat maupun yang dalam air yang tidak terpakai lagi keluar daerah proyek, sesuai petunjuk pengawas, atas biaya Pemborong.

12. Pemberian tanda pada tiang

Sebelum dipancang, setiap tiang harus diberi tanda dengan cat tahan air (warna putih) sedemikian rupa hingga benaman tiang per 0.25 m dapat terbaca dengan jelas. Demikian pula harus diperbuat untuk tiang pancang yang harus diperpanjang akibat kerusakan pada kepala tiang.

13. Rencana Pelaksanaan Kerja Pemancangan

Pemborong diharuskan mengajukan rencana pelaksanaan kerja pemancangan berikut daftar peralatan dan daftar suku cadang yang diusulkan. Rencana pelaksanaan kerja tersebut sudah termasuk cara pengangkatan, pengangkutan dan penyimpanan tiang serta cara penjangkaran ponton, penentuan posisi tiang dan urutan pemancangan dan lain-lainnya. Rencana pelaksanaan kerja tersebut harus diajukan kepada Pengawas sebelum pekerjaan dimulaiPasal 31PEKERJAAN BAJA1. Semua material baja yang digunakan adalah material pabrikasi harus dari sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak dengan mutu baja minimal Bj 37 atau sesuai persyaratan yang tercantum dalam gambar disain atau perhitungan struktur perencana dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemberi pekerjaan serta dilakukan pengujian terlebih dahulu di laboratorium untuk mendapat persetujuan sebelum dipesan atau dibawa kelokasi pekerjaan.

2. Baut-baut yang digunakan juga adalah material pabrikasi dengan mutu sesuai dengan spesifikasi atau gambar disain dan telah mendapat persetujuan dari pengawas/pemberi pekerjaan.3. Menyangkut dimensi dan ukuran baja dan baut yang digunakan harus sesuai dengan gambar disain4. Jika pihak pelaksana mengajukan material baja selain dari spesifikasi dalam gambar disain, maka material yang diajukan mutunya harus minimal sama dengan baja yang direncanakan baik mengenai ukuran maupun mutu bajanya sendiri termasuk baut-bautnya.Pasal 32PEKERJAAN ATAP & KUDA-KUDA BAJA GALVANIS

1. Lingkup Pekerjaan

a.Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan bahan, penyetelan dan pemasangan kuda-kuda pada tempat-tempat sesuai gambar rencana.

b.Membuat gambar-gambar kerja (serta perhitungan-perhitungan apabila diminta) yang disesuaikan dengan gambar rencana dan RKS.

c.Menyediakan contoh bahan dari setiap item pekerjaan atap berikut accessories.

d.Membuat simulasi atau metode kerja pemasangan rangka kuda-kuda.

2. Bahan-bahan dan Pelaksanaan Pekerjaan

a. Spesifikasi Teknis

Rangka atap bangunan utama adalah sbb :

Kuda-kuda atap: PIPA Galvanis 12,5 inchi tebal 6,4 mm Gording: PIPA Galvanis 10 inchi tebal 6,6 mm Kasau: PIPA Galvanis 10 inchi tebal 6,6 mm

Rangka atap teras depan bangunan utama terminak penumpang menggunakan kaca anti panas dengan ketebalan 12 mm b. Pemborong harus mempelajari gambar rencana dan dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan

c. Sistem pemasangan rangka kuda-kuda dengan system pengelasan Self drilling screw.

d. Semua rangka atap sebelum ditutup penutup atap terlebih dahulu harus diperiksa ulang mengenai sambungan-sambungan dan kemiringan atap yang dikehendaki, sebelum melaksanakan penutupan atap kontraktor harus meminta izin kepada konsultan pengawas lapangan atau direksi.

e. Penutup atap dengan menggunakan membran sheet panel atau enamel dengan ukuran ketebalan sesuai gambar disain dan pola sambungan disesuaikan dengan model dan pola atap pada gambar , berkualitas baik, warna dan corak harus disetujui oleh Konsultan Pengawasa dan Pemberi Pekerjaan

f. Pemborong harus memberikan contoh-contoh atap sebelum dipasang untuk terlebih dahulu disetujui oleh Konsultan Pengawasa dan Pemberi Pekerjaang. Pelaporan pekerjaan

Kontraktor harus mengajukan usulan secara mendetil mengenai cara penyambungan pipa baja, prosedur pengelasan dan elektrode yang akan dipakai serta jadual dan gambar kerja (shop drawing) kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pabrikasi dimulai untuk keseluruhan pipa Baja yang digunakan. Usulan detail mengenai metode dan peralatan erection harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum mobilisasi alat dilakukan. Kontraktor juga harus menyerahkan detil lengkap mengenai peralatan yang akan digunakan dan metodenya yang akan diusulkan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum mobilisasi peralatan. Sebelum melakukan pembelian material pipa baja, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pengawas salinan yang sah mengenai laporan proses pengujian dari material pipa baja yang akan digunakan. Kontraktor juga harus menyerahkan rekaman penyambungan dan erection kepada Pengawas lapangan segera setelah pekerjaan penyambungan dan erection rangka pipa baja selesai dilaksanakan. h. Pertemuan Ujung Pipa Baja

Pipa baja dari hasil pengelasan memanjang dan akan membentuk pipa baja penuh yang selurus mungkin , tetapi agar supaya memperoleh sambungan dari ujung-ujung pipa baja yang memuaskan atau memenuhi syarat kelurusan, maka pengelasan memanjang harus didekatkan yang satu dengan yang lain pada sambungan, kemudian harus dijajarkan pada sekurang-kurangnya 100 mm antar Pipa.i. Erection Rangka Baja

Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat metode pelaksanaan kegiatan Erection Rangka Baja kepada Pengawas Lapangan.

Erection Rangka Baja dibuat secara bertahap dengan memperhatikan kekuatan, kestabilan dan keamanan struktur rangka. Kesalahan dan kerusakan yang terjadi akibat erection rangka baja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.3. Pekerjaan Sambungan Las

Pelaksanaan pengelasan, kualifikasi ahli las (welder) serta pelaksana pekerjaan pengelasan baja harus memenuhi persyaratan yang ada.

Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuat tarik (tensile strength) minimal sebesar 4920 kg/cm dan harus memiliki metalurgi yang serupa dengan baja yang akan dilas.

Permukaan baja yang akan dilas harus dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran atau lapisan pelindung (coating) sebelum dilakukan pengelasan.

Kontraktor yang mengerjakan pengelasan pada dasarnya harus memperhatikan sifat mampu las (weldability) material baja dengan berdasar pada 3 aspek pokok : Sifat-sifat kimia , metalurgi dan fisik material, Keamanan hasil las sesuai tujuan desain konstruksi, Cara-cara produksi sehubungan dengan metode pengelasan yang dipakai. Kontraktor harus menyampaikan usulan mengenai prosedur pengelasan untuk mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan sebelum melakukan pengelasan.

Persetujuan ini tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung-jawabnya untuk melaksanakan pengelasan yang benar dan untuk memperkecil distorsi pada struktur.

Pengelasan keliling antara 2 (dua) buah penampang pipa baja harus dilakukan dengan cara sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dan harus dapat menghasilkan kekuatan penuh seperti penampang yang disambung.

Rangka pipa baja tidak boleh dipasang kembali sebelum suhu permukaan yang baru dilas turun dibawah 95 C dan sebelum dipastikan bahwa hasil pengelasan telah memuaskan dengan dilakukan pengujian las.4. Pekerjaan Atap

a. Bahan untuk rangka atap adalah bahan Pipa baja produksi dalam negeri, termasuk kuda-kuda dan reng.

b. Jarak antara kuda-kuda sesuai yang tertera pada gambar

c. Semua bahan yang sedang dipergunakan harus disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuatnya. Semua elemen elemen pipa bajaharus memberikan daya pikul yang sama pada potongan.

d. Pelaksanaan

Pemasangan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan mempunyai sertifikasi dari produsen

Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna untuk menahan lenturan batang.

Lubang baut harus lebih besar 0,5 mm dari pada diameter Iuar baut dan harus dibuat dengan alat bor.

Khusus untuk lubang baut dengan bentuk oval, harus dijamin dapat sesuai ukurannya.

5. Pekerjaan Penutup Atap

a. Bahan penutup atap adalah bahan membran sheet panel atau enamel, motif, model dan warna harus ada persetujuan dari direksi

b. Jenis Membran Sheet Panel atau Enamel yang digunakan adalah yang berkualitas terbaikc. Pemasangan harus rapi dan rapat sehinggaterhindar dari kebocoran yang diakibatkan kesalahan pemasangan.

d. Sebelum melakukan pekerjaan kontraktorharus mengajukan contoh bahan, brosur dan shop drawing pelaksanaannya ke pada Konsultan Pengawas untuk disetujui.Pasal 33PEKERJAAN PASANGAN BATA

a. Semen

Semen yang digunakan harus mempunyai kualitas sama seperti semen untu pekerjaan beton.

b. Pasir

Pasir untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan seperti pasir untuk pekerjaan beton & pondasi.

c. Air

Air yang digunakan untuk pekerjaan harus memenuhi persyaratan yaitu bersih dari kotoran yang dapat mengurangi kualitas pasangan.

d. Adukan

Komposisi ; 1 PC : 4 Pasir digunakan untuk pasangan batae. Batu Bata

Batu bata yang digunakan adalah batu bata tanah liat biasa, produksi local ukuran nominal sesuai petunjuk Pengawas. Pembakaran harus sempurna, sisi batu bata harus mulus, tanpa retak-retak dan campuran kotoran.

f. Pekerjaan Dinding

Adukan kedap air 1 PC : 2 Pasir dilaksanakan untuk :

Semua dinding bata mulai sloof sampai 20 cm diatas lantai

Semua dinding luar dari lantai-lantai tingkat mulai sisi atas plat beton sampai 20 cm diatas lantai jadi.

Semua dinding toilet dan ruang cuci sampai setinggi 1,5 m di atas lantai jadi.

Adukan biasa 1 PC : 4 Pasir dilaksanakan untuk semua dinding bata yang lain yang tidak disebutkan diatasPasal 34PEKERJAAN PLESTERAN

a. B a h a n.

PC, Pasir dan air harus memenuhi persyaratan ayat 1,2 dan 3 dari butir 3.

b. Perbandingan Adukan.

Untuk semua dinding pasangan bata dengan adukan 1 PC : 4 pasir, harus diplester dengan adukan plesteran 1 PC : 4 pasir untuk dinding pasangan bata trasram, harus diplester dengan adukan plesteran 1 PC : 2 pasir.

c. Persiapan Permukaan Dinding Yang Akan Diplester.

Permukaan dinding bata harus diberi waktu cukup untuk mengering dan semua pipa, saluran-saluran harus sudah terpasang pada tempatnya. Untuk mencegah mengeringnya plesteran sebelum waktunya, permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi.

d. Pelaksanaan.

Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm, minimum 1 cm dan harus menghasilkan permukaan sesuai persetujuan Direksi. Harus dipasang aduk-adukan patokan untuk mendapatkan permukaan yang rata. Plesteran diratakan dengan menggunakan papan kayu yang lurus. Plesteran harus dijaga agar tetap dalam keadaan lembab selama minimum 7 hari setelah dipasang. Pembasahan permukaan plesteran harus segera dimulai pada saat plesteran mulai mengeras untuk mencegah terjadinya cacat-cacat pada keadaan cuaca panas plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau berlebihan.Pasal 35PEKERJAAN GRANIT DAN KERAMIKPemasangan Granit dan KeramikGranit dan keramik yang dipakai adalah kualitas terbaik. Granit yang dipakai dengan menggunakan merk granito atau setara, dan Keramik yang dipakai dengan menggunakan merk roman atau setara. Keramik dan Granit yang digunakan harus terlebih dahulu diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Granit yang digunakan adalah ukuran 80x80 cm pada seluruh ruangan tunggu sesuai gambar disain atau sesuai petunjuk Pengawas sedangkan keramik menggunakan ukuran 60x60 untuk lantai kamar mandi dan 30x60 untuk dinding kamar mandi. Semua granit dan keramik yang dipasang harus dalam keadaan baik, sama warna dan tidak cacat, keramik dan granit yang cacat akibat pemasangan harus diganti. Mengenai merk dan Warna akan ditentukan kemudian oleh Pengawas Pekerjaan.

Adukan ;

Adukan untuk ruang basah 1 PC : 3 Pasir dan untuk ruangan kering 1 PC : 5 Pasir, dengan ketebalan 3 cm

Untuk siar/nat digunakan semen khusus untuk ini dengan dicampur air.

Cara Pemasangan

Pemasangan Granit dan keramik sesuai dengan gambar disain. Granit dan keramik dipasang diatas adukan setengah kering dengan tebal adukan sesuai butir diatas. Sambungan-sambungan (siar/nat) harus rata, lurus, untuk mendapatkan lantai jadi yang sempurna. Segera setelah pemasangan keramik selesai lantai dibersihkan.

Pasal 36PEKERJAAN ALUMINIUM COMPOSITE PANEL (ALUCOPAN)1. Alucopan yang digunakan merk Seven atau setara dengan grid asimetris tanpa lubang dengan ketebalan sesuai dengan gambar disain dengan memakai rangka hollow ukuran 2x4 dan 4x4 dan dilapisi dengan cat PVDF dengan kualitas baik dan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.

2. Pemasangan Alucopan dilakukan pada bagian kolom bangunan dan bagian lainnya atau sesuai gambar disain dengan terlebih dahulu kolom eksisting dilakukan finishing, dipasang harus dalam keadaan baik, sama warna dan tidak cacat, alucopan yang cacat akibat pemasangan harus diganti.

3. Pemasangan Alucopan sedapat mungkin harus betul-betul sesuai dengan ukuran tempat dimana akan dipasang dan sesuai dengan petunjuk pengawas. Pemasangan Alucopan harus rata, tanpa pinggiran yang menonjol dan gompel. Proses pemasangan sedapat mungkin tidak merusak bagian yang lain dan menggunakan alat safety untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Semua pelaksanaan pemasangan Alucopan baik menyangkut material dan cara pemasangannya harus berkoordinasi dengan pihak Pengawas dan mendapat persetujuan Pengawas/Pemberi Kerja. Menyangkut warna agar dibuatkan usuulan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi pekerjaan.Pasal 37PEKERJAAN WALLPAPER 1. Bahan a. Material wallpaper menggunakan wallpaper dengan kualitas yang baik , menyangkut merk yang akan digunakan agar terlebih dahulu mendapat persetujuan Pengawas

b. Warna dan motif wallpaper sesuai gambar desain namun dapat berubah sesuai permintaan pemberi pekerjaan2. Pemasangan Wallpapaer a. Sebelum pemasangan wallpaper terlebih dahulu dinding dibersihkan dari kotoran debu atau kotoran lainnya sesuai dengan petunjuk Pengawas.b. Pemasangan wallpaper dilakukan pada semua kolom/tiang utama ruang tunggu terminal penumpang dipasang dengan rapi tanpa ada goresan dan gelembung dan sesuai dengan gambar rencana. Warna akan ditentukan kemudian.Pasal 38PEKERJAAN PARTISI DAN KACAa. Bahan Partisi.

Jenis bahan sebagai berikut akan digunakan untuk konstruksi dan jenis pekerjaan partisi seperti di bawah ini:

Penggunaan:

Jenis :

- Rangka partisi

hollow 4x4 dan 2x4- Dinding partisi

Gypsum tebal 9 mm dan Multipleks 12 mm dan 8 mm

- Sekat urinoir

Tripleks 12 mm finish HPLb. Partisi Rangka Hollow.

Pada sekat ruang-ruang dibuat dinding partisi gypsum dengan rangka hollow. Konstruksi dan ukuran tercantum pada gambar. Pelaksanaan harus dilaksanakan dengan teliti agar permukaan partisi rata dan halus. Dinding partisi meliputi bentuk dan warna sesuai dengan gambar disain dan petunjuk Pengawas.c. Jenis kaca yang digunakan adalah kaca tempered untuk dinding bangunan, untuk bagian dalam partisi menggunakan kaca bening, sedangkan pada kamar mandi menggunakan kaca cermin.d. Semua kaca yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemberi pekerjaan.

e. Kaca harus dalam keadaan baru, tidak retak dan dipasang sesuai dengan gambar disain.Pasal 39PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN DINDING PARTISI KACA1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan konstruksi Alumunium sebagai rangka untuk semua bagian antara lain kusen, pintu kamar mandi, jendela ruangan dan dinding kaca kecuali yang bersentuhan langsung dengan area basah seperti kamar mandi atau tempat wudhu. 2. Untuk semua jendela bangunan menggunakan kaca tempered tebal 8 mm dan sekat ruangan pada area keberangkatan dan kedatangan menggunakan partisi kaca tebal 12 mm dengan ukuran sesuai dengan gambar disain3. Untuk pintu-pintu pada ruang terminal penumpang menggunakan kaca tempered tebal 12 mm + floor hinges dan fitting memakai merk dorma/dexon/setara. Pintu Kaca yang dipakai sudah dipabrikasi termasuk lubang-lubangnya sudah terpabrikasi. Pemasangan pintu yang memakai kaca + frame aluminium dengan kualitas terbaik dan harus sesuai dengan gambar disain serta mendapat persetujuan Pengawas pekerjaan.

4. Jendela-jendela yang peruntukannya dalam interior terminal penumpang menggunakan rangka aluminium dan disesuaikan dengan gambar disain atau eksisting yang ada dan terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pengawas pekerjaan atau Pemberi pekerjaan.

5. Handle stainles menggunakan kualitas kelas 1 sesuai gambar terlebih dahulu diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi pekerjaan sebelum pemasangan.

6. Untuk semua dinding kaca menggunakan kaca tempered + kusen aluminium tebal kaca 8 mm dengan kualitas sama dengan pintu kaca dan sudah terpabrikasi dari segi dimensi dan siap pasang. Untuk seluruh dinding kaca/partisi kaca, bahan/mutu yang digunakan harus kualitas baik serta mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

7. Pada pekerjaan daun pintu menggunakan kayu multipleks tebal 12 mm dan diberi lapisan HPL dengan kualitas kelas I, HPL yang digunakan terlebih dahulu harus diperlihatkan sebelum dipesan untuk mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemberi pekerjaan8. Handle stainles menggunakan kualitas kelas I sesuai dengan gambar disain dan terlebih dahulu diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi pekerjaan sebelum pemasangan9. Untuk semua ukuran/dimensi dan bentuk pintu harus mengacu ke gambar disain baik menyangkut warna maupun spesifikasi yang akan digunakan.

10. Pekerjaan ini harus ditangani oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang tersebut di atas.

11. Pekerjaan yang ternyata dilaksanakan berdasarkan gambar-gambar yang belum/tidak disetujui oleh Perencana/Konsultan Pengawas menjadi tanggung jawab Pemborong. Untuk itu berhak menolak dan menginstruksikan kepada pihak pelaksana untuk membongkar pekerjaan tersebut. Semua kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal diatas menjadi tanggung jawab Pemborong

12. Untuk mendapat Persetujuan Perencana/Konsultan Pengawas maka Pihak Pelaksana harus mengajukan contoh-contoh (sample) untuk bahan-bahan yang akan didatangkan dan dipakai berupa contoh-contoh jendela/pintu-pintu alumunium lengkap dengan semua hardware, weather strip, angkur dan peralatan lainnya. Semuanya dalam keadaan telah finish.Pasal 40PEKERJAAN AKSESORIS PINTU DAN JENDELA1. Semua asesoris pintu dan jendela harus kualitas baik dengan menggunakan merk dorma/dexon/setara sesuai persetujuan Pengawas Pekerjaan sedangkan untuk kunci-kunci pintu dan handle jendela menggunaka kualitas yang baik dan terlebih dahulu mendapat persetujuan Pengawas pekerjaan/Pemberi pekerjaan. Pemborong harus memperlihatkan contoh tiap asesoris pintu dan jendela kepada Pengawas Pekerjaan sebelum melakukan pemesanan.

2. Sekrup-sekrup untuk pemasangan harus dari bahan yang cocok dengan asesoris pintu dan jendela. Tidak diperkenankan untuk memasang mati sekrup-sekrup, cukup dengan membor lubang untuk sekrup. Semua sekrup yang rusak pada waktu pemasangan harus diganti.

Pasal 41PEKERJAAN RELLING TANGGA DAN VOID1. Relling tangga menggunaan besi hollow 2x4 dan 4x4 stainless steel dan plat besi 3 mm dengan kualitas baik dan terlebih dahulu diusulkan ke Pemberi pekerjaan untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu, menyangkut ukuran/dimensi, model dan cara pemasangan harus mengacu ke gambar disain dan memenuhi spesifikasi yang ditentukan.2. Untuk pemasangan relling tangga dan void harus kuat dan kokoh, pada saat pemasangan tidak boleh merusak bagian yang lain, dan jika terjadi kerusakan akibat pemasangan yang keliru, maka pihak Pelaksana harus memperbaiki kembali atau melakukan finishing kembali seperti semula.

3. Semua pekerjaan relling besi tangga dan void penyambungannya dilakukan dengan pengelasan tetapi permukaan bekas pengelasan harus dirapikan dan difinishing dengan baik terutama pada bagian sudut atau terdapat bengkokan dan tidak diperkenankan ada bekas yang tidak licin atau ada goresan yang menyebabkan relling tidak kelihatan bagus.Pasal 42PEKERJAAN PLAFOND1. Rangka Plafond

B a h a n ;

Untuk rangka plafond PVC dipakai rangka aluminium dan dan untuk rangka plafon gypsum menggunakan hollow ukuran 2x2cm dan 2x4cm dengan kualitas baik sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam kontrak.

Pemeriksaan dan Pemasangan

Sebelum dipasang pemborong harus memeriksa apakah konstruksi penggantung sudah rata pada ketinggian yang sesuai.

Rangka hollow dipasang pada konstruksi penggantung dengan sekrup tersembunyi. Ukuran sekrup harus sesuai dengan jarak disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi.

2. Plafond PVC( ex. Sunda plafon) dan Gypsum

B a h a n ;

Plafond yang dipergunakan adalah PVC (ex. Sunda plafon) dan gypsum jayaboard atau setara dengan ketebalan sesuai dengan gambar disain harus berkualitas baik. Contoh dari bahan yang akan digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

Pemasangan ;

Pelaksanaan pemasangan plafond dilakukan setelah rangka telah siap. Pemasangan plafond harus lurus dan rata. Plafond harus dilengkapi dengan manhole. Pemasangannya harus sesuai dalam gambar disain.

Pasal 43PEKERJAAN PENGECATAN1. Bahan dan Syarat-syarat ;

Semua bahan cat baik warna maupun kualitas harus disetujui Pengawas Pekerjaan. Pengerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk-petunjuk dari pabrik yang bersangkutan. Sebelum pengecatan, maka cat dalam kaleng harus diaduk secara baik sebelum dituangkan dalam tempat cat yang disediakan. Tanpa petunjuk dari pabrik maka penggunaan zat-zat pengering dan lain-lain tidak dibenarkan.

2. Jenis Bahan

Cat eksterior menggunakan cat merk jotun atau setara Cat interior menggunakan cat merk dulux/mowilex atau setara 3. Pemilihan Warna

Semua jenis warna yang dipakai akan ditentukan dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

4. Pekerjaan Awal

Cat Dinding Tembok

Plesteran harus diberi waktu yang cukup untuk mengering sebelum pengecatan dimulai. Semua plesteran atau dasar semen yang cacat harus dibuang dan diperbaiki dahulu dengan plesteran yang sejenis. Retak-retak kecil harus ditutup sedang retak besar harus dibongkar dan diisi kembali rata permukaan sekitarnya. Sebelum permukaan diberi satu cat dasar (tahan alkali), semua kotoran pada permukaan harus dibersihkan. Sebaiknya jangan menggunakan plamur setelah acian dilaksanakan.Pengecatan (Finishing)

Pengecatan dilakukan pada partisi gypsum, multipleks dan tripleks, plafond gypsyum dan dinding tembok dengan rata dan teratur sebanyak 3 kali atau sesuai dengan petunjuk Pengawas.

Pasal 44PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL1. Lingkup Pekerjaana. Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan bahan, penyetelan dan pemasangan jalur instalasi titik lampu, cctv,instalasi saklar dan jaringan matv serta jaringan data.

b. Mengatur pekerjaan elektrikal dan keterkaitannya dengan bidang-bidang pekerjaan lain seperti :

Pemasangan Jalur atau Jaringan Titik Lampu meliputi : saklar, jalur kabel, titik lampu.

Pemasangan Jalur Audio Speaker meliputi : kabel dari Power Ampli ke switch audio dilanjutkan ke control speakers (Sound System)

Pemasangan Jalur CCTV meliputi : kabel jalur data.

c. Membuat gambar kerja detail (serta perhitungan-perhitungan apabila diminta) yang disesuaikan dengan gambar rencana dan RKS.

d. Spesifikasi bahan-bahan :

Titik Lampu

Saklar yang digunakan adalah : Nasional Panasonic atau Clipsal (setara)

Ukuran dan merek kabeltitik lampu yang digunakan adalah : Jenis NYM 2 x 2,5 mm / 3 x 2,5 mm Merk Suprime Rumah lampu dan bohlam memakai jenis Downlight Merk Philips (setara)

Audio Speaker (Sound System)

Kabel dari power ampli ke Switch Audio dan dari Switch Audio ke Sound Sistem : Jenis NYMHY 2 x 1,5 mm, batas maksimum 5 m , Merk TOA/ Suprime (setara) Speaker yang digunakan merek TOA (setara ) CCTV

Kabel dari Divar / Kontrol ke CCTV

Jenis Kabel Coexial untuk video ( RG 11) Merek Yuri / Belden (setara)

Kabel Power CCTV

NYM 3 x 2,5 mm merk Suprime (setara)

CCTV yang digunakan merek camera PTZ Vantect Vp (setara)2. Spesifikasi Pekerjaan Listrik

a. Umum

Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan dan penyerahan dalam keadaan baik dan siap digunakan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengadaan dan pemasangan panel listrik tegangan rendah

2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel toever.

3. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak di dalam bangunan lengkap dengan fixturesnya.

b. Persyaratan Khusus

1. Peraturan pemasangan

Pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik pada dasarnya harus memenuhi hal-haI sebagai berikut :

Peraturan-peraturan yang tercantum dalam PUIL 1987

Peraturan-peraturan tambahan yang dikeluarkan oleh PLN Harus dilaksanakan oleh sub Kontraktor atau tenaga instalatur yang memiliki surat izin pas dari PLN yang masih berlaku

Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang (keselamatan kerja dan lain sebagainya)

Pekerjaan instalasi listrik ini harus diserahkan kepada Kontraktor / Instalatur yang biasa mengerjakan pemasangan instalasi listrik. Suatu daftar referensi pemasangan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas / Direksi.

2. Gambar-gambar

Gambar-gambar rencana dan spesifikasinya (persyaratan) ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi sama mengikatnya.

Jika terjadi gambar dan spesifikasi bertentangan, maka spesifikasi yang mengikat.

Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata Ietak dan peralatan instalasi, sedang pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari proyek.

Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menunjukkan gambar-gambar kerja (shop drawing) kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan Kontraktor, dibuat setelah mempelajari situasi dan berkonultasi denan pekerjaan-pekerjaan instalasi lainnya

3. Daftar bahan dan contoh

Sebelum pekerjaan ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas daftar bahan-bahan yang akan dipakai.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, contoh bahan-bahan yang akan dipakai dan semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh bahan ini adalah tanggungan Kantraktor.

Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali (recheck) atas segala ukuran-ukuran / kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Dalam hal terjadi keragu-raguan harus segera menghubungi Konsultan Pengawas.

Pengembalian ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan menjadi tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3. Peralatan, Bahan dan Pelaksanaan Pekerjaan Listrik

a. Panel-panel.

1. Panel-panel utama harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm, dengan rangka besi dan seluruhnya harus dimenie dan diduco 2 (dua) kali, dan harus dicat dengan cat bakar, warna finishing yang dapat dipakai adalah grey blue (abu-abu). Panel-panel harus dapat dilihat dari depan.

2. Untuk panel-panel distribusi dapat dipergunakan besi plat tebal 1,6 mm, konstruksi, finishing dan sebagainya seperti diuraikan di atas.

3. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan,penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa menganggu komponen-komponen lainnya.

4. Komponen-komponen pengaman yang dipakai adalah jenis Miniatur Circuit Breaker (MCB).

5. Tiap-tiap panel harus dibuatkan busbar untuk grounded, tahanan pertahanan tidak boleh melibihi nilai 2 OHM diukur setelah minimal tidak hujan selama tujuh 7 hari.

6. Setiap panel mempunyai busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, satu busbar netral dan satu busbar grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih besar dari 65 C dan direncanakan atas dasar temperatur 40 C. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLhT. Lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.

7. Mat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi Flush mounting dalam kotak tanah getaran dengan ukuran 96 X 96 Mm.b. Kabel-kabel toevoer

1. Kabel-kabel toever yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan maximun 0,6 KV (600 volts).

2. Pada prinsipnya untuk kabel-kabel teover dipergunakan jenis NYFGBY dan NYY.

3. Kabel Toevoer yang dipasang dalam tanah harus ditanam minimal 60 cm dari permukaan tanah. Kabel sebelum dipasang harus diberi pasir urug sebagai alas setebal 15 cm ditutup dengan batu pelindung kemudian diurug kembali.

4. Untuk jalur kabel yang menyeberangi selokan, jalan atau instalasi lainnya harus dilindungi dengan pipa galvanis dengan pipa penampang minimun 2 kali penampang kabel.

5. Menghubungkan kabel pada terminal busbar panel harus menggunakan sepatu kabel yang dipres.

6. Kabel Teovoer yang diajukan untuk dipasang adalah buatan pabrik tegel metal, kabelindo dan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

c. Kabel Penerangan dan Conduit.

1. Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan adalah typenya penampang kabel minimun yang dipakai adalah 2,5 mm. Kabel-kabel minimun yang dipakai adalah 2,5 mm, kabel-kabel ini harus dipasang di dalam pipa PVC merek GIFLEK atau EGA dengan diameter , atau disesuaikan dengan kabel yang dipakai.

2. Kabel-kabel yang turun dari plafon ke stop kontak dan saklar melaui dinding bata dan pemakai pipa PVC atau EGA. Diameter pipa yang digunakan sesuai dengan kabel Yang dipakai.

3. Untuk menyambung kabel-kabel harus menggunakanterminal box dari PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali dengan mudah, dengan memakai sekrup.

4. Pemasangan pipa kabel-kabel diatas plafon harus disusun rapih dan harus diklem/diikat dengan kawat pada rak-rak kabel (trunking) dan pada prinsipnya kabel-kabel tidak diperkenankan langsung diklem pada konstruksi bangunan.

5. Kabel-kabel yang dipasang di dalam dak beton, kolom beton di dinding beton harus menggunakan pipa PVC Merek Giflek atau EGA. Pemasangan pipa metal pada daerah-daerah tersebut harus disertai dengan kawat pancingan (trek dreat)

6. Hantaran-hantaran lainnya yang tidak ditarik di atas langit-langit seperti pasangan pada kolom beton, maka pipa sudah harus dipersiapkan sebelum pengecoran beton dilaksanakan termasuk kotak-kotak sambungan (inspection boxes, junct