26
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BELAJAR ANAK Disusun oleh Kelompok V 1. Rahmat Ardoni (14221079) 2. Marwa Fitriyah (14221055) 3. Nurul Khoiriah (14221070) 4. Oktari Yulika (14221072) Dosen Pengampu Eka Rija Mishayati, M.Pd.I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

Tahap-tahap Belajar Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikologi pedidikan

Citation preview

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BELAJAR ANAK

Disusun olehKelompok V1. Rahmat Ardoni(14221079)2. Marwa Fitriyah(14221055)3. Nurul Khoiriah(14221070)4. Oktari Yulika(14221072)

Dosen PengampuEka Rija Mishayati, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)RADEN FATAH PALEMBANG2015

PENDAHULUAN

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap individu.Perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia, atau dengan kata lain perkembangan dapat diartikan sebagai proses seorang manusia menuju kedewasaan. Setiap anak mengalami proses perkembangan dalam sikap dan mental serta pertumbuhan fisik seiring dengan bertambahnya umur mereka.Perkembangan anak sangat penting untuk menjadi perhatian khusus bagi orang tua. Karena, jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua tanpa arahan dan dampingan orang tua, anak tersebut akan tumbuh seadanya sesuai dengan apa yang dihadapinya di lingkungan sekelilingnya tanpa dapat membedakan hal-hal apa saja yang patut ditiru maupun yang tidak. Umumnya para orangtua suka kalau anaknya maju lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Hanya saja, sebagian orang tua memaksakan anaknya untuk belajar sesuatu yang belum waktunya juga dengan cara belajar yang belum sesuai dengan drinya. Lalu bagaimana cara belajar yang sesuai dengan perkembangan anak?Tidak hanya perkembangan anak menuju pendewasaan yang harus di perhatikan, tetapi juga perkembangan anak dalam belajar yang berbeda-beda sesuai usia mereka. Sebagai contoh, proses belajar anak yang duduk di sekolah dasar tentu akan jauh berbeda dengan cara belajar anak saat memasuki sekolah menengah. Oleh karena itu, baik orang tua maupun pendidik harus mengetahui proses perkembangan anak dalam belajar, agar dapat membantu anak tersebut dalam menyerap pelajaran dengan cara penyampaian kita yang sesuai.Untuk mengetahui tahap-tahap apa saja yang dialami seorang anak dalam perkembangan belajarnya, penulis dalam makalah ini menjelaskan tahap-tahap apa saja yang dialami anak pada perkembangan belajarnya. Bagaimana cara yang sesuai diterapkan pada usia mereka. Sehingga dapat tercipta suasana kondusif pada saat proses belajar dan anak pun akan lebih mudah terarah dalam mempelajari sesuatu hal sesuai dengan perkembangan anak.

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Proses BelajarSetiap manusia akan mengalami proses berkembang, perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhannya. Pertumbuhan adalah sesuatu yang menyangkut materi jasmaniah yang dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmaniah. Perubahan jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsinya. Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani (fisio-psikis) manusia yang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.[footnoteRef:2] [2: Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, hlm. 12.]

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Perilaku kognitif yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan yang ia miliki yang diperoleh anak dalam proses belajar dalam kehidupan sehari-hari, Perubahan perilaku afektif yaitu berkembangnya pola pikir anak, semakin bertambah dewasa anak ia sudah dapat membedakan mana perilaku yang baik dan buruk. Perubahan perilaku psikomotorik yaitu perkembangan keterampilan anak dalam membuat hal-hal baru.Menurut Muhhibin Syah (2013), proses-proses perkembangan dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:1. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan anak ( motor skills)2. Perkembangan kognitif (kognigtive development), yakni perkembangan pungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan / kecerdasan anak ; dan 3. Perkembangan sosial dan moral (social and moral development) yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan perubahan cara anak yang berkomunikasi dengan objek atau orang lain, baik secara individu maupun sebagai kelompok.

1. Perkembangan Motor (fisik) AnakDalam perkembangan psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk padahal, keadaan , dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar kelenjar dan sekeresinya (pengeluaran cairan/ getah). Secara singkat, motor dapat pula di pahami sebagai segala keaadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi / rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik. Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir.semburan perkembangan (spurt) terjadi pada anak menginjak usia remaja antara 12 sampai 13 tahun hingga 21 sampai 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung beberapa bagian jasmani seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang.Menurut Gleitman (1987), bekal yang dibawa anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan hidupnya selama di dunia ada dua jawaban pokok yaitu: 1) bekal kapasitas motor (jasmani); dan 2) bekal kapasitas pancaindera (sensori).

2. Perkembangan Kognitif SiswaPengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemampuan kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.[footnoteRef:3] [3: Djaali, Psikologi Pendidikan, hlm. 67. ]

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).[footnoteRef:4] [4: Muhibbin Syah, op. cit., hlm. 22.]

Dengan kata lain, kognitif adalah kemampuan anak dalam hal yang berhubungan dengan akademik, yaitu kemampuan anak untuk menganalisis masalah yang diberikan oleh pendidiknya.Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hasil-hasil riset para ahli psikologi kognitif yang menyimpulkan bahwa aktivitas ranah kognitif manusia pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yakni rentang kehidupan antara 0-2 tahun.[footnoteRef:5] [5: Ibid., hlm. 23.]

Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Piaget (baca: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989; Anderson, 1990). Untuk mempermudah identifikasi tahapan-tahapan perkembangan kognitif tersebut, berikut ini disajikan sebuah tabel.Tabel 1Tahapan Perkembangan Kognitif AnakNo. Tahap Perkembangan KognitifUsia Perkembangan Kognitif

1.2.3. 4.Sensory-motor (Sensori-motor)Preoperational (Praoperasional)Concrete-operational (Konkret-operasionalFormal-operation (formal-operasional)0 sampai 2 tahun2 sampai 7 tahun7 sampai 11 tahun11 sampai 15 tahun

a. Tahap Sensori-motor (0-2 tahun)Selama perkembangan dalam periode sensori-motor yang berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak masih berbentuk primitive dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.[footnoteRef:6] [6: Ibid., hlm 26]

Perkembangan kognitif dari tahap sensorik-motorik pada anak-anak akan terlihat pada upayanya untuk melakukan gerakan tertentu diantara lingkungan sekitarnya. Pada mulanya gerakan seorang bayi dilakukan secara spontan. Dorongan untuk melakukan gerakan tertentu selalu dating dari factor internal dirinya sendiri. Penyesuaian dan pengaturan dari proses penyesuaian serta proses akomodasi dilaksanakan dari proses awal, hingga hasilnya berlanjut baik secara kuantitatif maupun kualitatif, seiring dengan perubahan yang terjadi pada skemata atau pengertian. Proses pembentukan pengetahuan pada anak-anak dimulai dari proses yang paling primitive, yaitu mencoba mengulang-ulang bunyi yang didengarnya.b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun )Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi dalam diri anak ketika berumur 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi pandangan terhadap eksistensinya benda tersebut berbeda dari pandangan periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatannya belaka.[footnoteRef:7] [7: Muhibbin Syah, op. cit., hlm. 28.]

Jadi, pada tahap ini seorang anak akan mulai berpikir tentang kebiasaannya terhadap suatu benda. Ia akan selalu menginat tentang keberadaan benda tersebut walaupun sudah ditinggalkan. Misalnya anak tersebut mempunyai mainan di rumah dan ketika di sekolah ia meelihat teman memainkan mainan yang sama, maka ia akan teringat pada mainan yang ia miliki di rumah.

c. Tahap konkret-operasional (7-11 tahun)Dalam periode konkret-operasional yang belangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya.[footnoteRef:8] [8: Ibid., hlm. 30.]

Pada tahap ini, anak akan mulai memasuki usia sekolah. Jadi kemampuan langkah berfikir seorang akan akan lebih menjuru kepada apa yang dipelajari dan dialaminya di sekolah. Pemikiran seorang anak tentang penyeesaian suatu hal akan lebih terarah pada masa ini.d. Tahap formal-operasional (11-15 tahun)Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kapasitas menggunakan hipotesis yaitu anak sudah dapat berpikir secara relevan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi pada dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Misalnya ada seorang teman anak berkata, Kemarin telah ditemukannya fosil manusia berkepala domba yang usianya sudah ratusan juta tahun yang lalu, lalu anak ini merespon dengan ucapan, Tidak mungkin. Kata Tidak Mungkin ini bertanda bahwa anak sudah dapat berpikir secara hipotesis bahwa tidak mungkin ada manusia berkepala domba. Sedangkan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak yaitu anak belajar mengenai ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak misalnya ilmu agama (dalam hal ini ilmu tauhid) dan ilmu abstrak lainnya.Contohnya anak sudah dapat berpikir mengenai apa yang ia impikan dan sesuatu impiiannya itu bersifat abstrak, Suatu hari nanti saya akan menjadi guru pernyataan yang anak katakan belum tentu terjadi dimasa depan. Ia hanya mengekspresikan dirinya lewat impian dengan bercita-cita menjadi seorang guru.

B. Tahap-tahap dalam Proses Belajara. Menurut Jerome S. BrunerKarena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vocal (Barlow, 1985), dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode/tahap, yaitu:1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)3) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan selaku guru yang diharapakan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu.Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah diinformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Menurut Arno F. WittigMenurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsuang dalam tiga tahapan yaitu:1) Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)2) Storage (tahap penyimpanan informasi)3) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sehingga menimbulkan stimulus dan melakukan respon terhadapnya. Sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi asimilasi antara pemahaman dan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition.[footnoteRef:9] [9: Ibid., hlm. 111.]

Pada tingkatan retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi.[footnoteRef:10] [10: Ibid., hlm. 111.]

c. Menurut Albert Bandura Bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning/observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama belajar social dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapa peristiwa yang meliputi1) Tahap perhatian (attentional phase)2) Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)3) Tahap reproduksi (reproduction phase)4) Tahap motivasi (motivation phase)Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/ para peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikkannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan miik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu.Tahap Penyimpanan dalam Ingatan. Pada tahap berikutnya, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.Tahap reproduksi. Pada tahap reproduksi, segala bayangan/ citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana posttest.Tahap motivasi. Tahap akhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement, penguatan bersemayamnya informasi dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum meunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka.

C. Tahap-tahap Perkembangan Belajar AnakAdapun tahap-tahap perkembangan belajar anak yaitu :a. Tahap perkembangan pengamatan; (umur 4 s.d. 6 tahun). Sebenarnya, pengamatan anak sudah mulai berkembang sejak berumur 2 tahun, akan tetapi, dalam hal ini terjadi kepesatan perkembangan fungsi pengamatan ini. Bahkan fungsi pengamatan anak pada tahap ini sangat dominan, sehingga sangat mempengaruhi aspek-aspek pribadi anak lainnya. Dengan dominannya perkembangan pengamatan anak pada usia ini maka pengenalan anak terhadap alam sekitar semakin meluas dan terarah. Anak mulai aktif mulai mempelajari seluk-beluk alam di sekitarnya dengan pengindraannya yang sangat peka. Anak suka mendengarkan lagu-lagu anak, cerita-cerita anak-anak, melihat gerak-gerik, benda-benda, dan gambar-gambar.[footnoteRef:11] [11: Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm 73.]

b. Tahap perkembangan intelektual; (antara umur 6/7 tahun s.d. 12/13 tahun). Tahap perkembangan intelektual anak di mulai ketika anak sudah dapat berpikir atau mencapai hubungan antara kesan secara logis serta membuat keputusan tentang apa yang di hubung-hubungkannya secara logis. Perkembangan intelektual ini biasanya di mulai pada masa anak siap memasuki sekolah dasar. Dengan berkembangnya fungsi pikiran anak, maka anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran. Masa perkembangan ini meliputi: 1) Masa siap bersekolah; seperti telah di kemukakan di atas.2) Masa bersekolah; (umur 7 s.d. 12 tahun). Beberapa ciri pribadi anak masa ini antara lain: Kritis dan realitis, Banyak ingin tahu dan suka belajar tertentu, Ada perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari, Mulai timbul minat terhadap bidang pelajaran tertentu, Sampai umur 12 tahun anak suka meminta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya, Setelah umur 11 tahun anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, Mendambakan angka-angka raport yang tinggi tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya, Anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar.[footnoteRef:12] [12: Ibid., hlm. 74.]

3) Masa pueral; (umur 11/12 tahun). Pada umur-umur berapa masa pueral ini berlangsung, belum ada ketentuan yang jelas. Bahkan masa pueral ini sepertinya bersamaan dengan masa pra-remaja. Secara umum dapat di katakan, bahwa masa pueral terjadi pada masa akhir sekolah dasar. Beberapa ciri pribadi anak pueral antara lain: Mempunyai harga diri yang kuat, Ingin berkuasa dan menjadi juara, Tiingkah lakunya banyak beorientasi kepada orang lain, suka bersaing. Suka bergaya tetapi pengecut.

D. Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa dengan Pembelajaran1. Hubungan Perkembangan Intelektual dengan PembelajaranKemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada siswa sudah diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung. Untuk mengembangkan daya nalarnya juga, adalah dengan melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungan.[footnoteRef:13] [13: Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta didik, hlm. 69.]

Dalam hal ini, peran guru atau pendidik sangat berperan besar untuk membimbing dan mengarahkan pola pikir atau nalar anak tersebut. Selain itu, bimbingan dan perhatian orang tua tentang hal-hal apa saja yang dipelajari oleh anaknya juga harus tetap diberikan.Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa tersebut, maka pihak sekolah dalam hal ini guru-guru seyogianya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau yang dijelaskan oleh guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study-tour, atau diskusi kelompok).[footnoteRef:14] [14: Ibid., hlm. 70]

Untuk mengembangkan kemampuan intelektual atau keterampila berpikir siswa, baik sekali apabila guru merujuk kepada pendapat Jones et.al. (1990, dalam Ediasri Toto Atmodiwirjo, 2008: 52-53) yaitu tentang core thingking skills antara lain sebgai berikut :a. Mengasah ketajaman panca indra untuk menerima masukkan informasi dari luar (information gathering).b. Mengarahkan persepsi dan perhatian (focusing) untuk menjaring informasi.c. Mengevaluasi melakukan penilaian (evaluation).d. Mengabstraksi, restrukturisasi, membuat ringkasan (integrating).e. Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating). Berkaitan dengan produk hafalan, diupayakan agar anak dapat melakukan penyimpulan (inference). Beberapa strategi untuk sampai pada penyimpulan antara lain tanya apa, tanya informasi, paraphrase (merumuskan kembali bahan yang dibaca / dihafalkan) dengan kata-kata sendiri.f. Mengidentifikasi ciri penting (analyzing).g. Mengurutkan, membedakan, mengelompokan (organizing).h. Mengingat (remembering), dengan strategi antara lain pengulangan, memberi makna, membuat catatan, melakukan asosiasi pengalaman sehari-hari.2. Hubungan Perkembangan Bahasa dengan PembelajaranTerdapat dua faktor penting yang memengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.b. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara dapat mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang di dengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak bayi dan kanak-kanak, sehingga pada masa anak memasuki sekolah dasar, ia sudah sampai pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna; (2) dapat membuat kalimat majemuk; (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.[footnoteRef:15] [15: Ibid., hlm. 71.]

3. Hubungan perkembangan sosial dengan pembelajaranBerkat diperolehnya perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya ataupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat difasilitasi atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan kegiatan kemping, peringatan hari-hari besar keagamaan, membuat laporan study tour).Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab.4. Hubungan perkembangan emosi dengan pembelajaranEmosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajarnya, seperti memerhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas, dan disiplin dalam belajar.5. Hubungan perkembangan keagamaan dengan pembelajaranPeriode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelamjutan dari periode sebelumnya. Oleh karena itu, kualiitas keagamaan siswa akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.6. Hubungan perkembangan fisik (motorik) dengan peembelajaranPerkembangan fisik yang normal atau tidak cacat merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan, maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini sangat mendasar bagi belajar keterampilan. Oleh karena itu, kematangan perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan peserta didik.Untuk memfasilitasi perkembangan motorik atau keterampilan ini maka sekolah perlu menyiapkan guru khusus untuk mengajar olahraga, atau kesenian (melukis, menari, membatik, atau yang lainnya), berikut sarana dan prasarananya, seperti lapangan untuk fasilitas olahraga, serta fasilitas kesenian.

PENUTUP

Proses perkembangan pada seorang anak berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mereka. Proses perkembangan tersebut meliputi perkembangan motor (fisik), perkembangan kognitif (intelektual) dan perkembangan sosial moral anak. Tahap perkembangan kognitif (intelektual) anak dipengaruhi oleh usia anak tersebut. Pada usia 0-2 tahun, seorang anak melalui tahap sensori-motor yang berdasarkan pada prilaku terbuka. Diusia 2-7 tahun, anak memasuki tahap perkembangan pra-operasional yaitu mulai memiliki kesadaran terhadap suatu benda. Usia 7-11 tahun yaitu tahap perkembangan konkret-operasional), pada usia menjelang remaja ini seorang anak mulai melakukan pemikiran sendiri dalam segala hal. Dan tahap formal operasional terjadi pada usia 11-15 tahun, dimana seorang anak telah memiliki kedewasaan berfikir pada masa ini.Terdapat pula tiga teori yang mengemukakan tahap-tahap apa saja yang ditempuh anak dalam proses belajar, yaitu menurut Brunner tahap tersebut adalah tahap menerima materi, pengubahan materi dan penilaian materi. Selanjutnya menurut Wittig juga terbagi dalam tiga tahap yaitu Acquisition, Storage dan Retrieval. Yang terakhir adalah menurut Bandura, beliau berpendapat tahapan tersebut meliputi tahap perhatian, penyimpanan dalam ingatan, reproduksi, dan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Yusuf, Syamsu & Nani Sugandhi. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.