Tata Laksana Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Asma dan Penatalaksanaannya

Citation preview

Tata LaksanaPerlu diberikan edukasi, antara lain mengenai pathogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk terapi inhalasi yang sesuai. Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever). Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada atau tidak ada serangan/ gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan saat serangan.Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek yaitu dengan menggunakan obat pelega saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer yang berfungsi menghentikan serangan asma. Pengobatan jangka panjang yang berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan asma adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti steroid berfungsi untuk tetap membuat saluran pernafasan terbuka dan mengurangi pembengkakan.

Adapun tujuan pengobatan: Mencegah ikatan allergen-IgEa. Menghindari allergenb. Melakukan hiposensitisasi, yaitu menyuntikkan allergen dengan dosis kecil secara terus-menerus sampai pasien tidak mengalami alergi lagi. Mencegah pelepasan mediator Dilakukan dengan natrium kromolin. Natrium kromolin diduga dapat mencegah pelepasan mediator inflamasi dari sel mast. Obat-obatan golongan agonis beta 2 dan teofilin selain sebagai bronkodilator, juga sebagai pencegah pelepasan mediator. Melebarkan saluran napas dengan bronkodilatora. Simpatomimetik1) Agonis beta 2 (salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol) merupakan obat-obatan pilihan untuk serangan asma, diberikan secara inhalasi dengan metered dosed inhaler atau nebulizer. 2) Epinefrin diberikan subkutan sebagai pengganti agonis beta 2 pada serangan asma berat.b. Aminofilin: diapakai pada serangan asma akut, diberikan dosis awal, lalu diikuti dengan dosis pemeliharaan.c. Kortikosteroid: bukan termasuk golongan bronkodilator, tapi bias melebarkan saluran napas. Diapaki pada serangan akut atau pada pemeliharaan.d. Antikolinergik: terutama dipakai sebagai suplemen agonis beta 2. Mengurangi respon dengan meredam inflamasi saluran napas Implikasi proses inflamasi adalah meredam inflamasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau dengan kortikosteroid secara oral, parentral, atau inhalasi seperti pada asma akut dan kronis.

Pendidikan / Edukasi Kepada Penderita Dan Keluarga Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah 1. memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna. Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi. Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang secara teratur.

2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti : Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan spora jamur. Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu. Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan. Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab. Infeksi saluran pernafasan. Pemakaian narkoba atau napza serta merokok. Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan. Stres fisik atau kelelahan.

Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari faktor-faktor si atas.

3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan mengurangi serangan : Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat individual). Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es. Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza. Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan. Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab. Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek. Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis maupun obat profilaksis. Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air hangat guna membantu pengenceran dahak. Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di lingkungan dengan temperatur hangat.

4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat obatan yang diberikan oleh dokter : Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus. Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak. Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran nafas. 5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan. 6. Mengetahui kapan self treatment atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera mencari pertolongan dokter. (Medlinux,2008) Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah tentang asma, seperti : 1. Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama. 2. Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan. 3. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat bila sesak nafas berkurang atau hilang. (Medlinux,2008)

1. Beta 2 Agonis Mekanisme kerjanya adalah dengan menstimulasi adenylcyklase dan meningkatkan cAMP pada otot polos. Efek yang diharapkan dari pemberian beta 2 agonis adalah bronkodilatasi pada bronkus.

Pemberian secara inhalasi sangat dianjurkan karena: Obat bekerja langsung pada saluran napas Onset kerja yang cepat Dosis obat yang kecil Efek samping yang minimal Farmakokinetik beta 2 agonis: Pemberian secara inhalasi meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping sistemik. Dengan pemberian secara inhalasi dapat meminimalkan efek beta 1 adrenoseptor seperti tremor, keram, takikardi, dan hipokalemia. Beta 2 agonis ada yang bersifat short acting dan bersifat long acting. Short acting: Contoh obat short acting adalah albuterol, terbutaline, metaproterenol, dan pirbuterol. Onset : bronkodilatasi maksimal : 30 menit Durasi : 3-4 jam (2-6 jam), oral lebih lama Obat-obat short acting dapat diberikan secara oral (albuterol, terbutaline), inhalasi, dan injeksi secara subkutan (terbutaline). Long acting: Contoh obat yang bekerja long acting adalah salmeterol, formoterol. Durasi : 12 jam atau lebih. Pemberian obat-obatan yang bekerja long acting tidak dianjurkan sbg terapi tunggal (Salmeterol dan fluticasone; Formoterol dan budesonide).

2. Metilxantin Metilxantin yang penting sering digunakan klinis adalah teofilin, teobromin dan kafein. Mekanisme kerja: Menghambat enzim fosfodiesterase, sehingga menghambat degradasi cAMP kadar cAMP meningkat ATPcAMP5-AMPBronkodilatasi, vasodilatasi, dan penghambatan pelepasan mediatorAdenilil siklaseFosfodiesterasePerangasangan BetaTeofilinJuga menghambat reseptor adenosin pada SSP dan jaringan lain.

Selain itu obat ini juga memiliki efek relaksasi otot polos bronkus dan sebagai antiinflamasi. Obat-obatan metilxantin diabsorbsi secara cepat dengan pemberian oral dan parenteral. Pemberian bisa secara oral, intravena, dan per rectal.

Efek samping obat antara lain: Gangguan gastrointestinal, tremor dan insomnia, nyeri kepala, palpitasi. Dosis tinggi : mual dan muntah yang berat, hipotensi, aritmia, konvulsi.

3. Antagonis Muskarinik Mekanisme kerja obat antagonis muskarinik adalah dengan menghambat reseptor muskarinik pada saluran napas secara kompetitif mencegah kontraksi otot polos bronkus dan hipersekresi mukus bronkus. Sediaan preparatnya Ipratropium bromida (prototipe) dan Tiotropium (long acting). Diberikan secara inhalasi. Efek samping sistemik kecil, mulut kering, konstipasi, retensi urin, takikardi. Dosis besar efek toksik mirip atropine.

4. Kortikosteroid Farmakokinetik Penting pada penatalaksanaan asma berat Pada pemberian per oral, penggunaan jangka panjang diberikan bila dengan antiasma yang lain gagal. Pemberian per inhalasi, relatif aman. Pemberian secara IV (prednisolon dan hidrokortison) untuk kondisi status asmatikus. Glukokortikoid inhalasi dipertimbangkan untuk asma sedang yang kurang responsif terhadap beta agonis. Efek samping dari pemberian kortikosteroid adalah toksisitas sistemik. Toksisitas sistemik muncul setelah pengobatan lebih dari 2 minggu.

5. Cromolyn & Nedocromil

Cromolyn ( disodium cromoglycate ) dan Nedocromil tidak diberikan secara oral tetapi diberikan secara inhalasi ( aerosol ) Penggunaan klinis pencegahan serangan asma ( terutama pada anak ) asma yang disebabkan allergen mengurangi gejala rhinokonjungtivitis alergika mengurangi gejala rhinokonjungtivitis alergika Efek samping iritasi tenggorokan batuk, mulut kering rasa sesak di dada

6. Leukotrine Antagonis Contoh : Zafirlukast, Montelukast Pada semua jenis asma baik yang kronik maupun akut, asma karena paparan allergen dan asma akibat latihan ( exercise induced asthma ) akan timbul leukotrien yang memegang peran utama pada serangan asma.Berhubung hal di atas maka reseptor leukotrien merupakan target penting untuk intervensi terapi asma Efek :1. Anti inflamasi dan imunomodulator2. Mencegah obstruksi brokus oleh leukotrien3. Mencegah asma yang disebabkan oleh allergen4. Mengurangi jumlah eksaserbasi serangan asma 5. Menghambat permeabilitas vaskuler dan edema mukosa

Terapi Reliever Inhalasi 2-agonists kerja cepat Steroid sistemik Anticholinergik Metilxanthin : aminophillin Oral 2-agonists kerja cepatterapi kontroler Steroid inhalasi Steroid sistemik : intra vena Cromones : ketotifen Metilxanthin : aminophillin lepas lambat inhalasi 2-agonists kerja lama oral 2-agonists kerja lama Leukotriene

paparan antigenantigen dan IgE pada sel mastmediator(histamin, leukotrin, dll)respon lambat: peradanganrespon akut: bronkokonstriksihipereaktifitas bronkialgejala-gejalaavoidancesteroid, kromolinbeta agonis, teofilin, antagonis musakariniksteroid

Step-step Dalam Pengobatan Asmastep1step2step3step4step5

As needed rapid acting Beta2 agonistAs needed rapid acting beta2 agonist

Controller optionsSelect 1Select 1Add 1 or moreAdd 1 or both

Low dose ICSLow dose ICS + long acting beta 2 agonistMedium/high dose ICS + long acting beta2 agonistOral CS

Leukotriene modifier (RA/SI)Medium or high dose ICSLeukotrien modifieranti IgE treatment

Low dose ICS + leukotrien modifierSustained released teophilin

Low dose ICS + sustained release teophilin

Step 1 Penderita dengan gejala harian, serangan durasi singkat Inhalasi beta agonist kerja cepat direkomendasikan sebagai terapi pelega Jikalau gejala lebih sering terjadi dan atau memburuk secara periodik, penderita memerlukan terapi kontrol (step 2 atau lebih tinggi)

Step 2 Obat pelega ditambahkan dengan kontroler tunggal ICS dosis rendah direkomendasikan sebagai terapi kontrol awal pada semua usia Obat kontroler alternatif termasuk leukotriens modifiers diberikan pada pasien yang tak bisa menggunakan ICS

Step 3 Obat pelega + 1 atau 2 kontroler Untuk dewasa + dewasa muda, kombinasi ICS dosis rendah + inhalasi beta2 agonist kerja lama baik kombinasi dalam 1 inhaler atau komponen terpisah Inhalasi beta2 agonist kerja lama tidak boleh monoterapi Untuk anak-anak, ICS tingkatkan sampai dosis medium Tingkatkan dosis ICS sampai medium Kombinasi ICS dosis rendah + leukotriens modifiers Teofilin lepas lambat dosis rendah

Step 4 Obat pelega + 2 atau lebih kontroler Pilihan terapi tergantung pilihan sebelumnya pada step 2 dan 3 Bila mungkin, pasien yang tak terkontrol pada step 3 dirujuk ke tenaga yang lebih ahli ICS dosis medium atau tinggi kombinasi dg inhalasi Beta 2 agonist kerja lama ICS dosis medium atau tinggi + leukotriens modifiers Teofilin lepas lambat dosis rendah + ICS dosis medium atau tinggi kombinasi dengan inhalasi Beta2 agonist kerja lama

Step 5 Obat pelega + penambahan kontroler lainnya Penambahan CS oral pada obat kontroler lain mungkin efektif, tapi efek samping besar Penambahan anti IgE pada kontroler lain memperbaiki kontrol asma alergi bila kontrol tidak dapat dicapai dengan pengobatan lain