27
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tata letak pabrik. Wignjosoebroto (2009, p. 67) mengatakan bahwa: “ tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi ”. Adapun kegunaan dari pengaturan tata letak pabrik menurut Wignjosoebroto (2009, p. 67) adalah: “ memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personal pekerja dan sebagainya”. Wignjosoebroto (2009, p. 67) menambahkan: “ dalam tata letak pabrik ada dua hal yang diatur letaknya, yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen (department layout) yang ada dari pabrik ”. 2.2 Tujuan Tata Letak Pabrik Tujuan dari tata letak pabrik secara gar is besar menurut Wignjosoebroto (2009, p. 68) adalah: “ mengatur area kerja dan segala

Tata Letak dan Algoritma CRAFT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tata letak pabrik. Wignjosoebroto (2009, p. 67) mengatakan bahwa: “tata letak pabrik dapatdidefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi”.

Citation preview

  • BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

    Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat

    berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tata letak pabrik.

    Wignjosoebroto (2009, p. 67) mengatakan bahwa: tata letak pabrik dapat

    didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna

    menunjang kelancaran proses produksi.

    Adapun kegunaan dari pengaturan tata letak pabrik menurut

    Wignjosoebroto (2009, p. 67) adalah: memanfaatkan luas area (space) untuk

    penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran

    gerakan perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik yang

    bersifat temporer maupun permanen, personal pekerja dan sebagainya.

    Wignjosoebroto (2009, p. 67) menambahkan: dalam tata letak pabrik

    ada dua hal yang diatur letaknya, yaitu pengaturan mesin (machine layout)

    dan pengaturan departemen (department layout) yang ada dari pabrik.

    2.2 Tujuan Tata Letak Pabrik

    Tujuan dari tata letak pabrik secara garis besar menurut

    Wignjosoebroto (2009, p. 68) adalah: mengatur area kerja dan segala

  • 25

    fasilitas produksi seekonomis mungkin untuk operasi produksi yang aman dan

    nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja dan performance dari

    operator.

    Berikut ini adalah berbagai keuntungan yang akan didapat apabila

    perusahaan memiliki tata letak pabrik yang baik:

    Menaikkan output produksi Mengurangi waktu tunggu (delay) Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling) Penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang, dan servis Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan

    fasilitas produksi lainnya

    Mengurangi inventory in-process Proses manufacturing yang lebih singkat Mengurangi risiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator Memperbaiki moral dan kepuasan tenaga kerja Mempermudah aktivitas supervisi Mengurangi kemacetan Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari

    bahan baku maupun produk jadi

  • 26

    2.3 Ciri-Ciri Tata Letak Pabrik yang Baik

    Hadiguna dan Setiawan (2008, p. 15) mengatakan bahwa: dalam

    merancang tata letak pabrik terdapat kriteria-kriteria yang menjadi ukuran

    tata letak pabrik yang baik. Tata letak pabrik yang baik perlu

    mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan aspek-aspek teknik, hal ini

    dikenal dengan istilah socio-technical system.

    Ada beberapa ciri yang bisa dijadikan kriteria tata letak pabrik yang

    baik, yaitu:

    1. Keterkaitan kegiatan terencana; kriteria ini bertujuan menjaga kelancaran

    dan kemudahan kegiatan proses produksi dan pendukung lainnya.

    2. Pola aliran bahan terencana; kriteria ini bertujuan agar aliran bahan tidak

    melompat atau malah mundur (backtrack).

    3. Aliran yang lurus; kriteria ini bertujuan untuk memperpendek jarak

    perpindahan bahan.

    4. Langkah balik (backtrack) minimum; kriteria ini berkaitan dengan jarak

    perpindahan bahan.

    5. Jalur aliran tambahan; kriteria ini bertujuan meningkatkan fleksibilitas.

    6. Gang yang lurus; kriteria ini bertujuan mempermudah kelancaran aliran

    bahan.

    7. Pemindahan antar-operasi minimum; apabila waktu keseluruhan operasi

    digabungkan, kriteria ini akan menjadi patokan untuk mempersingkat

    waktu penyelesaian produk.

  • 27

    8. Metode pemindahan yang terencana; kriteria ini bertujuan menjaga

    kualitas bahan yang dipindahkan.

    9. Jarak pemindahan minimum; kriteria ini bertujuan menjaga keteraturan

    aliran bahan dan merepresentasikan biaya pemindahan bahan.

    10. Pemrosesan digabung dengan pemindahan bahan; kriteria ini bertujuan

    meminimalkan waktu produksi.

    11. Pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman; kriteria ini

    bertujuan memperlancar pergerakan bahan.

    12. Operasi pertama dekat dengan penerimaan; kriteria ini bertujuan

    menghemat pemakaian ruang dan memperpendek jarak perpindahan

    bahan.

    13. Operasi terakhir dekat dengan pengiriman; kriteria ini bertujuan

    memperpendek jarak perpindahan bahan.

    14. Pemyimpanan pada tempat pemakaian jika mungkin; kriteria ini bertujuan

    mempermudah proses dan memperpendek waktu produksi.

    15. Tata letak fleksibel; kriteria ini bertujuan meningkatkan fleksibilitas tata

    letak apabila terjadi perubahan.

    16. Mampu mengakomodasi rencana perluasan di masa datang.

    17. Persediaan barang setengah jadi atau work in process (WIP) minimum;

    kriteria ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan lintasan (line

    balancing) dengan cara menghindari terjadinya penumpukan WIP untuk

    proses selanjutnya (bottleneck).

  • 28

    18. Sesedikit mungkin bahan yang tengah diproses; kriteria ini bertujuan

    menghindari bottleneck.

    19. Pemakaian seluruh lantai produksi maksimum; kriteria ini bertujuan

    memberikan nilai tambah terhadap luas lantai produksi yang tersedia.

    20. Ruang penyimpanan yang cukup; kriteria ini bertujuan agar penumpukan

    produk dan komponen tidak menyebabkan kerusakan.

    21. Penyediaan ruang yang cukup antar-peralatan; kriteria ini bertujuan

    menjaga kelonggaran (allowance) demi kelancaran kegiatan manufaktur.

    22. Bangunan didirikan di sekeliling tata letak; kriteria ini bertujuan

    memudahkan para pekerja dalam mengakses setiap bangunan untuk

    keperluan koordinasi.

    23. Bahan diantar ke pekerja dan diambil dari tempat kerja; kriteria ini

    bertujuan menghindarkan tugas ganda bagi operator sebuah mesin dan

    menghindarkan waktu delay bahan yang tidak perlu.

    24. Sesedikit mungkin jalan kaki antar-operasi produksi; kriteria ini bertujuan

    mempersingkat waktu produksi.

    25. Penempatan yang tepat untuk fasilitas pelayanan produksi dan pekerja;

    kriteria ini bertujuan memudahkan koordinasi.

    26. Alat pemindah mekanis dipasang pada tempat yang sesuai.

    27. Fungsi pelayanan pekerja cukup; kriteria ini bertujuan memberikan

    fasilitas dan kenyamanan bagi para pekerja.

  • 29

    28. Pengendalian kebisingan, kotoran, debu, asap, dan kelembaban memadai;

    kriteria ini bertujuan menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi

    para pekerja.

    29. Waktu pemrosesan bagi waktu produksi total maksimum; kriteria ini

    bertujuan untuk memaksimalkan waktu pemrosesan dibandingkan dengan

    waktu pemindahan bahan dan barang.

    30. Sesedikit mungkin pemindahan bahan; kriteria ini bertujuan

    meminimalkan total waktu produksi.

    31. Pemindahan ulang minimum; kriteria ini bertujuan menghemat waktu

    produksi.

    32. Pemisah tidak mengganggu aliran bahan dan barang; kriteria ini bertujuan

    memperlancar pergerakan aliran bahan.

    33. Pemindahan bahan oleh operator sebuah mesin langsung sesedikit

    mungkin; kriteria ini bertujuan memperkecil potensi delay dan

    pemborosan waktu produksi.

    34. Pembuangan bahan sisa sekecil mungkin; kriteria ini bertujuan

    meminimalkan buangan (scrap and waste).

    35. Penempatan yang pantas bagi penerimaan dan pengiriman; kriteria ini

    bertujuan menunjang kelancaran aliran bahan dan barang.

  • 30

    2.4 Tipe-Tipe Tata Letak

    Dalam perancangan tata letak dan fasilitas, dikenal empat tipe dasar

    tata letak lantai produksi yang pada umumnya banyak diterapkan di berbagai

    industri manufaktur. Tipe-tipe tata letak tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Tata Letak Produk (Product Layout)

    Tata letak berdasarkan produk, sering dikenal dengan product layout atau

    production line layout adalah metode pengaturan dan penempatan segala

    fasilitas untuk proses produksi diletakkan berdasarkan garis aliran dari

    proses produksi tersebut.

    Keuntungan tata letak menurut produk yaitu:

    a. Aliran pemindahan material berlangsung lancar, sederhana, logis, dan

    ongkos material handling rendah.

    b. Total waktu yang digunakan untuk produksi relatif singkat.

    c. Work in process jarang terjadi karena lintasan produksi sudah

    diseimbangkan.

    d. Adanya insentif bagi kelompok karyawan akan memberikan motivasi

    kerja guna meningkatkan produktivitas kerjanya.

    e. Tiap unit produksi atau stasiun kerja memerlukan luas area yang

    minimal.

    f. Pengendalian proses produksi mudah dilaksanakan.

  • 31

    Keterbatasan dari tata letak menurut produk yaitu:

    a. Adanya kerusakan salah satu mesin (machine break down) dapat

    menghentikan aliran proses produksi secara total.

    b. Tidak adanya fleksibilitas untuk membuat produk yang berbeda.

    c. Stasiun kerja yang paling lambat akan menjadi hambatan bagi aliran

    produksi.

    d. Adanya investasi dalam jumlah besar untuk pengadaan mesin, baik

    dari segi jumlah maupun akibat spesialisasi fungsi yang harus

    dimilikinya.

    Berikut adalah gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak produk:

    Gambar 2.1 Product Layout

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

  • 32

    2. Tata Letak Proses (Process Layout)

    Tata letak berdasarkan proses, sering dikenal dengan process atau

    functional layout, adalah metode pengaturan dan penempatan dari segala

    mesin serta peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu

    departemen. Keuntungan penggunaan tata letak menurut proses yaitu:

    a. Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan atau peralatan

    produksi lainnya.

    b. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup

    mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk.

    c. Kemungkinan adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien

    melalui spesialisasi pekerjaan.

    d. Pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan baik terutama untuk

    pekerjaan yang sulit dan membutuhkan ketelitian tinggi.

    e. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara

    memindahkannya ke mesin lain tanpa banyak menimbukan hambatan-

    hambatan signifikan.

    Keterbatasan dari tata letak menurut proses antara lain:

    a. Menyebabkan adanya aktivitas pemindahan material.

    b. Adanya kesulitan dalam menyeimbangkan kerja dari setiap fasilitas

    produksi yang ada, maka akan memerlukan penambahan space area

    untuk work in process storage.

  • 33

    c. Banyaknya macam produk yang harus dibuat menyebabkan proses dan

    pengendalian produksi menjadi kompleks.

    d. Diperlukan skill operator yang tinggi guna menangani berbagai

    aktivitas produksi yang memiliki variasi besar.

    Berikut adalah gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak proses:

    Gambar 2.2 Process Layout

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    3. Tata Letak Posisi Tetap (Fixed Position Layout)

    Tata letak posisi tetap, sering dikenal dengan fixed material location atau

    fixed position layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun

    kerja dimana material atau komponen utama tetap pada posisi atau

    lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia, serta

  • 34

    komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama tersebut.

    Keuntungan dari tata letak posisi tetap yaitu:

    a. Karena yang banyak bergerak adalah fasilitas produksi, maka

    perpindahan material bisa dikurangi.

    b. Bilamana pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan

    produksi, maka kontinuitas operasi dan tanggung jawab kerja bisa

    tercapai dengan sebaik-baiknya.

    c. Kesempatan untuk melakukan pengayaan kerja (job enrichment)

    dengan mudah bisa diberikan, demikian pula untuk meningkatkan

    kebanggaan dan kualitas kerja bisa dilaksanakan karena dimungkinkan

    untuk menyelesaikan pekerjaan secara penuh (do the whole job).

    d. Fleksibilitas kerja sangat tinggi.

    Keterbatasan tata letak posisi tetap yaitu:

    a. Adanya peningkatan frekuensi perpindahan fasilitas produksi atau

    operator pada saat operasi kerja berlangsung.

    b. Memerlukan operator dengan skill yang tinggi disamping aktivitas

    supervisi yang lebih umum dan intensif.

    c. Adanya duplikasi peralatan kerja yang menyebabkan space area dan

    tempat untuk barang setengah jadi (work in process).

    d. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang ketat khususnya

    dalam penjadwalan produksi.

  • 35

    Berikut adalah gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak posisi

    tetap:

    Gambar 2.3 Fixed Position Layout

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    4. Tata Letak Teknologi Kelompok (Group Technology Layout)

    Tata letak tipe ini didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen

    yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompokkan

    berdasarkan langkah-langkah pemrosesan, bentuk, mesin, atau peralatan

    yang dipakai. Pada tipe tata letak ini nantinya seluruh fasilitas produksi

    juga akan dikelompokkan dalam sebuah manufacturing cell. Efisiensi

    yang tinggi akan dicapai sebagai hasil dari pengaturan fasilitas produksi

    secara kelompok karena menjamin kelancaran aliran kerja.

  • 36

    Keuntungan dari tata letak teknologi kelompok yaitu:

    a. Akan diperoleh pendayagunaan mesin yang optimal.

    b. Lintasan aliran kerja lebih lancar dan jarak perpindahan material lebih

    pendek bila dibandingkan dengan process layout.

    c. Suasana kerja kelompok dapat diwujudkan sehingga keuntungan dari

    aplikasi job enlargement juga akan diperoleh.

    d. Memiliki keuntungan-keuntungan yang ada pada tipe product layout

    maupun process layout karena tipe tata letak ini pada dasarnya

    merupakan kombinasi dari kedua tipe layout tersebut.

    Keterbatasan tata letak teknologi kelompok yaitu:

    a. Diperlukan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi untuk

    mengoperasikan semua fasilitas produksi sehingga aktivitas supervisi

    juga harus ketat.

    b. Sangat tergantung pada kegiatan pengendalian produksi.

    c. Diperlukan buffers dan work in process storage.

    d. Sulit mengaplikasikan fasilitas produksi tipe special purpose.

    Berikut adalah gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak teknologi

    kelompok:

  • 37

    Gambar 2.4 Group Technology Layout

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    2.5 Pola Aliran Pemindahan Bahan

    Pola aliran bahan pada umumnya dapat dibedakan dalam dua tipe,

    yaitu:

    1. Pola Aliran bahan untuk proses produksi (fabrikasi)

    Adalah pola aliran yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam

    proses produksi yang dibedakan menurut:

    Straight Line Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai

    bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan

  • 38

    umumnya terdiri dari beberapa komponen atau beberapa macam

    production equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini

    akan memberikan:

    a. Jarak yang terpendek antara dua titik.

    b. Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus

    yaitu mesin dari nomor satu sampai ke mesin terakhir.

    c. Jarak perpindahan bahan secara total yang kecil karena jarak antara

    masing-masing mesin adalah yang terpendek.

    Gambar 2.5 Pola Straight Line

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    Serpentine atau Zig-zag (S-Shaped) Pola aliran berdasarkan garis-garis patah ini sangat baik diterapkan

    bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan

    luasan area yang tersedia. Aliran bahan akan dibelokkan untuk

    menambah panjangnya garis aliran yang ada, dan secara ekonomis hal

    ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area dan ukuran

    bangunan dari pabrik yang ada.

  • 39

    Gambar 2.6 Pola Serpentine atau Zig-zag (S-Shaped)

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    U-Shaped Pola aliran menurut U-Shaped ini dipakai bilamana dikehendaki

    bahwa akhir dari proses produksi berada ada lokasi yang sama dengan

    awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan

    fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk

    keluar masuknya material dari dan menuju pabrik.

    Gambar 2.7 Pola U-Shaped

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

  • 40

    Circular Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran sangat baik dipergunakan

    bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material produk pada

    titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik dipakai

    apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk

    jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik

    yang bersangkutan.

    Gambar 2.8 Pola Circular

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

    Odd-Angle Pola aliran ini tidak begitu dikenal dibandingkan dengan pola-pola

    aliran yang lain. Odd Angle memberikan lintasan yang pendek dan

    terutama akan terasa manfaatnya untuk area yang kecil. Pada

  • 41

    dasaranya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi-

    kondisi seperti:

    a. Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran

    yang pendek diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling

    berkaitan.

    b. Bilamana proses material handling dilaksanakan secara mekanis.

    c. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain

    terpaksa tidak dapat diterapkan.

    d. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-

    fasilitas produksi yang ada.

    Gambar 2.9 Pola Odd-Angle

    Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto

  • 42

    2. Pola aliran bahan yang diperlukan untuk proses perakitan (assembly)

    Pada umumnya ada empat macam pola aliran yang dipakai dalam suatu

    proses perakitan, yaitu sebagai berikut:

    Combination Assembly Line Pattern Disini main assembly line disuplai dari sejumlah sub-assembly line

    atau part line yang berada pada sisi-sisi yang sama. Combination

    assembly line memerlukan lintasan yang panjang.

    Tree Assembly Line Pattern Pada assembly line pattern, sub assembly line berada pada dua sisi dari

    main assembly line. Hal ini dirasakan cukup bermanfaat karena dapat

    memperkecil lintasan dari main assembly line. Jika combination

    assembly line pattern memungkinkan untuk menempatkan main

    assembly line pada sepanjang jalan lintasan, maka tree assembly line

    pattern ini baik dipakai bila main assembly line berada di bagian

    tengah dari bangunan pabrik.

    Dendretic Line Pattern Pola ini kelihatan lebih tidak teratur dibandingkan dengan combination

    atau tree assembly line pattern. Pada tiap bagian berlangsung operasi

    di sepanjang lintasan produksi produksi sampai menuju produksi yang

    lengkap untuk proses assembly.

  • 43

    Overhead Assembly Line Pattern Pola ini merupakan sejumlah pattern yang sama atau tidak sama yang

    terletak pada tingkat atau lantai yang berlainan.

    2.6 Jenis-Jenis Ukuran Jarak

    Berikut ini adalah jenis-jenis ukuran jarak pengukuran antar fasilitas

    yang umum digunakan, yaitu:

    Jarak Euclidean Merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat

    fasilitas lainnya. Sistem pengukuran dengan jarak euclidean sering

    digunakan karena lebih mudah dimengerti dan mudah digunakan. Untuk

    menentukan jarak euclidean antara fasilitas satu dengan fasilitas lainnya,

    digunakan formula sebagai berikut:

    xi = koordinat x pada pusat fasilitas i

    yi = koordinat y pada pusat fasilitas j

    dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

  • 44

    Jarak Rectilinear Jarak rectilinear sering juga disebut dengan jarak Manhattan, merupakan

    jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Pengukuran dengan jarak

    rectilinear sering digunakan karena mudah perhitungannya, mudah

    dimengerti dan untuk beberapa masalah lebih sesuai, misalnya untuk

    menentukan jarak antar kota, jarak antar fasilitas dimana peralatan

    pemindahan bahan hanya dapat bergerak secara garis lurus. Untuk

    menentukan jarak rectilinear antara fasilitas satu dengan fasilitas lainnya,

    digunakan formula sebagai berikut:

    xi = koordinat x pada pusat fasilitas i

    yi = koordinat y pada pusat fasilitas j

    dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

    Squared Euclidean Squared euclidean merupakan ukuran jarak dengan mengkuadratkan

    bobot terbesar suatu jarak antara dua fasilitas yang berdekatan. Relatif

    untuk beberapa persoalan, terutama menyangkut persoalan lokasi fasilitas

    diselesaikan dengan penerapan squared euclidean. Untuk menentukan

    jarak squared euclidean antara fasilitas satu dengan fasilitas lainnya,

    digunakan formula sebagai berikut:

  • 45

    xi = koordinat x pada pusat fasilitas i

    yi = koordinat y pada pusat fasilitas j

    dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

    2.7 From-To Chart

    From-To Chart (FTC) atau Trip Frequency Chart atau Travel Chart

    adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan

    tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi

    (Wignjosoebroto, 2009, p. 190). Teknik ini sangat berguna untuk kondisi

    dimana banyak item yang mengalir melalui suatu area seperti job shop,

    bengkel permesinan, kantor, dan lain-lain. Angka-angka yang terdapat dalam

    suatu FTC akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan,

    jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi dari faktor-faktor ini. FTC

    termasuk salah satu metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis

    aliran bahan yang pengukurannya berdasarkan kuantitas material yang

    dipindahkan dalam satuan unit kuantitatif. Berikut adalah contoh FTC:

  • 46

    Tabel 2.1 Contoh From-To Chart (m)

    To

    From

    Storage (Material) CNC Tekuk Las Bor Gerinda Total

    Storage (Material) 90 0 0 0 0 90

    CNC 0 210 0 0 0 210

    Tekuk 0 0 346.8 0 0 346.8

    Las 0 0 0 42.2 0 42.2

    Bor 0 0 0 0 131 131

    Gerinda 0 0 0 0 0 0

    Total 0 90 210 346.8 42.2 131 820

    Sumber: Pengolahan Data Penulis

    2.8 Pemindahan Bahan

    Pemindahan bahan (material handling) merupakan seni atau ilmu

    tentang pemindahan, penyimpanan, pengamanan, dan pengendalian material.

    Prinsip pemindahan bahan adalah menyediakan material yang tepat (right

    material) pada jumlah yang tepat (right mount), dengan kondisi yang tepat

    (right condition), ditempat yang tepat (right place), pada posisi yang tepat

  • 47

    (right position), pada susunan yang tepat (right sequence), dengan ongkos

    yang tepat (right cost), menggunakan metode yang tepat (right methods).

    (Ummi, 2010, p. 2 dan 3).

    Sistem pemindahan bahan lebih difokuskan pada tata cara pemindahan

    bahan, baik dari jenis alat maupun prosedur pemindahan bahan. Sistem

    pemindahan bahan dapat didefinisikan sebagai mekanisme mengelola

    pemindahan bahan dengan mempertimbangkan aspek ekonomis, ergonomis,

    dan teknis.

    Sistem pemindahan bahan merupakan upaya yang dilakukan untuk

    mereduksi lead time maupun memperkecil biaya produksi akibat ongkos yang

    digunakan untuk melakukan aktivitas pemindahan bahan. Salah satu hal

    terpenting dalam sistem ini adalah pemilihan alat pemindahan bahan yang

    tepat guna sehingga alat tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih

    besar dibandingkan biaya investasi yang dikeluarkan. (Hadiguna dan

    Setiawan, 2008, p. 211).

    2.9 Computerized Relative Allocation of Facilities Technique

    Computerized Relative Allocation of Facilities Technique atau CRAFT

    merupakan salah satu algoritma tata letak berdasarkan literatur yang telah ada.

    Armour, Buffa, dan Vollman memperkenalkan CRAFT pada tahun 1964.

    Cara-cara menggunakan CRAFT dicontohkan pada jurnal mereka yang

  • 48

    berjudul A Heuristic Algorithm and Simulation Approach to Relative

    Location of Facilities dan Allocating Facilities with CRAFT.

    CRAFT merupakan sebuah program perbaikan, yaitu program yang

    mencari perancangan optimal dengan melakukan perbaikan tata letak secara

    bertahap. CRAFT mengevaluasi tata letak dengan mempertukarkan lokasi

    departemen. Adapun tipe-tipe pertukaran yang dapat terjadi pada algoritma

    CRAFT yaitu Pair Wise Interchanges, Three Way Interchanges, Pair Wise

    Allowed by Three Way Interchanges, dan The Best of Pair Wise or Three Way

    Interchanges.

    Input yang diperlukan untuk algoritma CRAFT antara lain tata letak

    awal, data aliran atau frekuensi perpindahan, data biaya per satuan jarak, dan

    jumlah departemen yang tidak berubah atau tetap. Metode CRAFT biasa

    diaplikasikan dengan menggunakan software Quantitative Systems (QS).

    (Hadiguna dan Setiawan, 2008, p. 182).

    Cara perhitungan logika algoritma CRAFT dimulai dengan

    menentukan titik pusat tiap departemen pada layout awal, kemudian CRAFT

    menghitung jarak rectilinear antar pasangan titik pusat masing-masing

    departemen dan menyimpan hasil perhitungan tersebut dalam matriks jarak.

    CRAFT untuk selanjutnya mempertimbangkan seluruh kemungkinan

    pertukaran antara dua atau tiga departemen dan kemudian menentukan

    pertukaran yang terbaik. Pertukaran terbaik adalah pertukaran yang paling

    banyak mengurangi nilai layout awal (nilai Total Contribution terendah).

  • 49

    Apabila telah didapat hasil pertukaran yang terbaik, selanjutnya

    CRAFT memperbarui layout awal sesuai hasil pertukaran tersebut dan

    menghitung titik pusat baru dari tiap departemen untuk menyelesaikan hasil

    iterasi pertama. Iterasi kedua memiliki langkah algoritma yang sama dengan

    iterasi pertama, dengan layout hasil iterasi pertama yang menjadi objek

    perhitungan. Berikutnya iterasi ketiga dengan layout hasil iterasi kedua yang

    menjadi objek perhitungan, dan seterusnya.

    Proses iterasi ini berlanjut terus menerus hingga didapat nilai Total

    Contribution sudah tidak memungkinkan untuk dapat dikurangi lagi. Jika

    proses iterasi telah berhenti, ini berarti CRAFT telah mendapatkan solusi

    akhir layout yang optimal.

    Pada dasarnya CRAFT dibatasi untuk layout yang berbentuk segi

    empat (rectangular). Namun, dengan adanya departemen dummy, CRAFT

    juga dapat digunakan untuk bentuk yang bukan segi empat (non-rectangular).

    Departemen dummy tidak memiliki aliran dan interaksi apapun dengan

    departemen lainnya, dan departemen dummy harus berada dalam posisi yang

    tetap (fixed position). (Tompkins, et. al., 1996, p. 331-333).

    2.9.1 Software Quantitative Systems

    Perangkat lunak (software) Quantitative Systems atau biasa disebut

    dengan QS, adalah salah satu program yang interaktif, mudah digunakan, dan

    sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan yang meliputi berbagai

  • 50

    macam topik dan metode dalam manajemen, riset operasi, dan manajemen

    operasi. Tujuan utama QS adalah untuk membantu penggunanya dalam

    menemukan solusi suatu masalah yang ingin dipecahkan (problem solving)

    dan juga membantu proses pengambilan keputusan (decision making).

    QS juga dapat digunakan untuk menganalisis berbagai permasalahan

    manajemen seperti programa linier, proses Markov, tata letak, alokasi sumber

    daya, keuangan, antrian, material requirement planning (MRP), lot sizing,

    perencanaan agregat, transportasi, penjadwalan kerja, pengendalian kualitas,

    dan lain-lain dapat dengan mudah diimplementasikan menggunakan software

    ini. (Chang, 1995, p. 1).