TB. Irigasi & Bangunan Air II

  • Upload
    mawar08

  • View
    290

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    1/127

    OUT LINE

    BAB.I PENDAHULUAN

    I.1. Penjelasan UmumI.2. Maksud dan Tujuan

    I.3 Perencanaan Teknis Irigasi

    BAB.II ANALISA HIDROLOGI

    II.1. Luas Catchment Area

    II.2. Analisa Curah Hujan

    II.3. Debit Banjir Rencana

    BAB.III TINGGI AIR PADA SAAT DESIGN FLOOD

    III.1. Tinggi air banjir sebelum ada Bendung

    III.2. Tinggi air banjir diatas mercu sesudah ada Bendung

    a. Lebar bendung dan lebar bendung efektif

    b. Ketinggian mercu bendung

    c. Lengkung debit setelah ada bendung

    III.3. Tinggi air dibelakng bendung

    III.4. Pengaruh Back Water

    BAB.IV UKURAN HIDROLIS BENDUNG

    IV.1. Kontrol Ukuran Hidrolis Bendung

    IV.2. Perhitungan Lantai

    BAB.V ANALISA STABILITAS BENDUNG

    V.1. Gaya-gaya yang bekerja

    a. Gaya Berat Tubuh Bendung

    b. Gaya Gempa

    c. Tekanan Lumpur

    d. Tekanan Air

    - Air Normal- Air Banjir

    e. Uplift Pressure

    - Air Normal

    - Air Banjir

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    2/127

    V.2. Kesetabilan Bendung

    a. Kemantapan Bendung Terhadap Guling

    b. Kemantapan Pondasi

    - Eksentrisitas- Daya Dukung

    - Geser

    BAB.VI PERENCANAAN IRIGASI UNTUK PENGAIRAN SAWAH

    BAB.VII PERHITUNGAN PINTU-PINTU

    VII.1. Perhitungan Pintu Intake/Pengambilan

    VIII.1. Perhitungan Pintu Penguras

    BAB.VIII GAMBAR RENCANA

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    3/127

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    4/127

    )(n

    yy

    Sn

    Sxx

    x

    1

    )( 2

    n

    xxi

    S x

    m

    N 1

    1N

    m

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    5/127

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    xS

    1N

    m

    1

    )(2

    n

    xxiS x

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    6/127

    S

    Sna

    YnSn

    Sxb .

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    1N

    m

    1

    )(2

    n

    xxiS x

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    7/127

    xS

    S

    Sna

    YnSn

    Sxb .

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    1N

    m

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    8/127

    xS

    S

    Sn

    a

    YnSn

    Sxb .

    1

    )(2

    n

    xxiS x

    R

    n

    RRRRn

    R ......1

    321

    R

    R

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    9/127

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1(

    )log(log

    Sinn

    xxCs

    SiGxQ .loglog

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    10/127

    SiGxQ .loglog

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log 2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1()log(log

    SinnxxCs

    SiGxQ .loglog

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    11/127

    SiGxQ .loglog

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1()log(log

    SinnxxCs

    SiGxQ .loglog

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    12/127

    SiGxQ .loglog

    nR

    fgQ ...

    ).075.01(

    ).0012.01(7.0

    7.0

    f

    f

    12.

    15

    10.7,31

    1 43

    2

    4,0f

    t

    t l

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    13/127

    BAB.I. PENDAHULUAN

    Penjelasan Umum

    Negara Indonesia terletak pada garis khatulistiwa yang mengalami 2 musim, yaitu musim

    hujan dan musim kemarau, dimana lebih dari 75% penduduknya bekerja sebagai petani. Olehkarena itu negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Untuk pertanian dibutuhkan sekali

    adanya air. Satu cara untuk memenuhi kebutuhan air tersebut adalah dengan menggunakan

    sistem irigasi.

    Pengertian irigasi secara khusus adalah usaha mendatangkan air dengan membuat

    bangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian (sebagai tujuan pokok)

    dengan cara teratur dan tata sistem saluran. Dimana sirkulasi air seperti penyaluran dan

    pembuangan kedua-duanya harus mendapat perhatian yang sama guna terjaganya kondisi tanah.

    meski air sangat dibutuhkan manusia, hewan, serta tumbuhan guna kelangsungan hidupnya, tetapi

    jika terlalu banyak justru membahayakan kelangsungan hidup bagi manusia secara umum.

    Perenacanaan Bendungan ini direncanakan di Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten

    Hulu Sungai Tangah, Kalimantan Selatan. Luas Sawah yang akan dialiri adalah

    20000 ha. Untuk perhitungan Design Flood dipergunakan metode-metode : Melchior

    Hasper, Melchior Gumbel, Hasper Hasper, Hasper Gumbel, Rational

    Hasper, dan Rational Gumbel.

    Type Bendung dipergunakan V Ligten. Tinggi muka air sebelum ada bending dihitung

    dengan rumus Bazin dan De Chezy. Tinggi muka air sesudah ada bendung dihitung

    dengan rumus : undschu, Verwoord dan Kreghten.

    Panjang lantai muka dihitung dengan metode Bligh & lane. Kestabilan bendung

    ditinjau pada saat air banjir dan air normal.

    Diperiksa terhadap kemantapan guling dan kemantapan pondasi, yang meliputi

    pemeriksaan excentrisitas, daya dukung dan geser.

    B.D. padangan batu = 1,8 t/m3, koefisien gempa = 0,07, koefisien geser = 0,8, safey

    factor = 1,5

    Perhitungan-perhitungan beton berdasarkan PBI 1971 dan teori elastisitas dengan

    mempergunakan mutu beton K-125 dan baja U-22.

    Maksud dan Tujuan

    Maksud dari irigasi adalah untuk mencakupi kebutuhan air bagi tanaman terutama

    untuk keperluan pertanian. Selain itu juga sebagai saluran pembuangan apabila terjadikelebihan air.

    Adapun tujuan irigasi adalah :

    1 Membasahi tanah

    2 Menggemburkan tanah

    3 Memperbaiki struktur tanah

    1.1

    1.2

    13

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    14/127

    4 Menambah cadangan air tanah

    5 Menjaga temperatur tanah

    6 Memenuhi kebutuhan air minum dan perkotaan

    7 Perikanan, peternakan dan perkebunan8 Ketenagaan ( Pembangkit Listrik Tenaga Air )

    Perencanaan Teknis Irigasi

    Perencanaan Teknis Irigasi dapat dibagi dalam beberapa tahapan perencanaan,

    yaitu :

    1. Pekerjaan persiapan

    Berupa pengumpulan data dan ketentuan-ketentuannya, penyelidikan lapangan, geologi,

    tanah, hidrologi, dll

    2. Pekerjaan perencanaan pendahuluan

    Berupa analisa data dan perhitungan data, pra design hidrologi berdasarkan analisa data.

    3. Model test dan Design Bendung

    Berupa penelitian di laboratorium, yaitu pengujian design hidrolis dengan model test sehingga

    didapat hasil yang lebih baik dan cocok untuk dipakai dan sesuai dengan keadaan

    sebenarnya.

    4. Perencanaan Teknis

    Berupa penentuan konstruksi dengan memperhatikan faktor keamanan dan kesetabilan

    konstruksi

    1.3

    14

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    15/127

    BAB.II ANALISA HIDROLOGI

    2.1. Catchment Area

    Catchment area adalah luas daerah yang dapat mengalirkan air limpasan baik

    akibat limpasan permukaan maupun limpasan air tanah, maupuan streamsungai yang bersangkutan. Catchman area dibuat dengan batas-batas tertentu

    yakni terdiri dari garis-garis tinggi atau puncak gunung yang membagi daerah

    pengaliran menjadi beberapa bagian. Dalam daerah ini harus mencakup semua

    bagian anak sungai yang mengalir kesunagai tersebut. Catchman area untuk

    sungai peta tofografi meliputi, yaitu :

    - Luas pengairan

    - Panjang saluran

    - Elevasi dasar sungai

    - Elevasi rencana site bending.

    2.2. Analisa Curah Hujan

    Untuk perhitungan desain flood maka data curah hujan dianalisa dengan

    metode GUMBEL untuk mendapatkan besar hujan rata-rata yang diterapkan

    terjadi dalam peroiode ulang 20 tahun. Perhitungan metode ini memerlukan

    data minimum 10 tahun pengamatan. Rumus yang digunakan :

    Dimana : X = curah hujan rata-rata

    S = standar deviasi

    Sn = Reducal Standar deviasi

    Xt = Besaran yang ditetapkan dalam t tahun

    t = Periode Ulang

    Yn = Reduced mean yang terganrung dari besarnya n

    Yt = Reduced Variable

    Dimana harga Yn, Yt, dan Sn diperoleh dari tabel

    Dimana : Xi = harga pengamatan

    N = Banyak pengamatan

    Dalam hal ini ada 3 buah stasiun pengamatan curah hujan, maka perhitungan

    masing-masing dengan periode ulang 20 tahun.

    1

    )( 2

    n

    xxiS

    x

    yta

    bXt .1

    S

    Sna Yn

    Sn

    Sxb .

    15

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    16/127

    Penggambaran Grafik

    Pengamatan di atas kertas probabilitas Gumbel dengan memperhatikan angka

    horisontal.

    - Bila data diurut dari besar ke kecilmaka menggunakan angka horisontal diatas yang menunjukan

    periode ulang (Tr) dalam tahun

    - Bila data diurut dari kecil ke besar

    maka menggunakan angka horisontal diatas yang menunjukan

    probabilitas dalam %

    Garis curah hujan (durasi) berupa garis lurus yang mempunyai persen :

    dimana : x = curah hujan

    = curah hujan rata-rata

    S = standar deviasi

    Sn = Reducal Standar deviasi

    y = Reducal Variable

    yn = Reducal mean

    2.1.1 Data pengamatan curah hujan pertahun dalam mm

    11

    1961

    1962

    1963

    1964

    1965

    4

    5

    TahunNoCURAH HUJAN (mm)

    Sta.IIcSta.IIbSta. IIa

    129

    71

    106

    93

    83

    57

    132

    143

    14157

    55

    70

    104105

    60

    60

    107

    135

    55128

    150

    1968

    19691970

    6

    7

    8

    9

    1

    2

    3

    1971

    10

    103

    66

    70

    75

    87

    1966

    1967

    90

    90

    89

    126

    112

    120

    60

    )( nyySn

    Sxx

    x

    m

    N 1

    1N

    m

    16

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    17/127

    Analisa Curah Hujan Stasiun IIa

    N =

    Maka :

    Dari tabel didapatkan

    N = Yn =

    Sn =

    t = Yt =

    maka :

    11

    20

    0.9676

    = 94.18

    32.664409

    0.4996

    11

    1036

    11

    32.6644=

    m

    =

    11

    19671966

    1963

    1964

    Tahun

    10

    87

    8.818

    12.818

    33.818

    40.818

    55.818

    -39.182-34.182

    -28.182

    -24.182

    -19.182

    -7.182

    0.750

    0.833

    0.9171971

    0.0830.167

    0.250

    1968

    77.760331

    164.30579

    1143.6694

    1666.124

    3115.6694

    10669.636

    135

    150

    1036

    1535.21491168.3967

    794.21488

    584.76033

    367.94215

    51.578512

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    12

    3

    103

    107

    128

    5560

    66

    70

    75

    0.333

    0.417

    0.500

    0.583

    0.667

    1965

    1961

    1962

    1967

    1970

    0.0296

    94.18 -32.66

    0.968

    0.9676

    2.9709

    . 0.4996 = 77.32

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    xS

    S

    Sna

    YnSn

    Sxb .

    1N

    m

    1

    )(2

    n

    xxiS x

    17

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    18/127

    sehingga : Xt20 = b + 1/a . yt

    =

    Analisa Curah Hujan Stasiun IIb

    N =

    Maka :

    Dari tabel didapatkan

    N = Yn =

    Sn =

    t = Yt =

    maka :

    .77.32= + 2.971

    177.60839

    m Tahun

    1 1967 0.083 55

    0.0296

    1

    3 1971 0.250 60 -30.091 905.46281

    -35.091 1231.3719

    2 1966 0.167 60 -30.091 905.46281

    5 1962 0.417 89 -1.091 1.1900826

    4 1968 0.333 70 -20.091 403.64463

    7 1969 0.583 104 13.909 193.46281

    6 1961 0.500 90 -0.091 0.0082645

    9 1964 0.750 112 21.909 480.00826

    8 1970 0.667 105 14.909 222.28099

    11 1963 0.917 126 35.909 1289.4628

    10 1965 0.833 120 29.909 894.55372

    25.547816

    11 0.4996

    0.9676

    20 2.9707

    991 6526.9091

    991= 90.09

    11

    =

    11

    0.9676= 0.0379

    25.5478

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    xS

    S

    Sna

    1N

    m

    1

    )(2

    n

    xxiS x

    18

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    19/127

    sehingga : Xt20 = b + 1/a . yt

    =

    Analisa Curah Hujan Stasiun IIc

    N =

    Maka :

    Dari tabel didapatkan

    N = Yn =

    Sn =

    25.55

    1864.6694

    1970 0.167 57

    2.9710.0379

    155.33606

    . 0.4996 = 76.900.968

    = 76.9 +1

    .

    90.09 -

    m Tahun

    1 1966 0.083 -43.182

    2

    32.260868

    0.6678 1961 129

    10

    57

    4 1965 0.333 83 -17.182

    6 1963 0.500 93 -7.182

    9 1967 0.750 132 31.818

    295.21488

    -43.182 1864.6694

    3 1971 0.250 71 -29.182 851.57851

    51.578512

    5 1964 0.417 90 -10.182 103.66942

    28.818 830.4876

    1012.3967

    7 1962 0.583 106 5.818 33.85124

    1833.3967

    1102 10407.636

    11

    1102= 100.2

    11

    1969 0.833 141 40.818 1666.124

    11 1968 0.917 143 42.818

    =

    11 0.4996

    0.9676

    YnSn

    Sxb .

    )( xxi 2

    )( xxi xi

    x

    xS

    1N

    m

    1

    )(2

    n

    xxiS x

    19

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    20/127

    t = Yt =

    maka :

    sehingga : Xt20 = b + 1/a . yt

    =

    2.3. Rata-rata ( )

    Dari ketiga stasiun digabung dengan cara aljabar (Aritmatic) didapatkan curah hujan

    rata-rata.

    Rumus yang digunakan adalah :

    diamana :

    = Curah hujan rata-rata disuatu daerah

    n = Jumlah titik pengamatan

    R 1,R 2,R 3..R n = Curah hujan di titik pengamatan

    Maka :

    = mm

    =1

    3( 177.608

    20 2.9707

    0.9676= 0.0300

    32.2609

    83.520.968

    = 83.52 +1

    . 2.9710.0300

    100.2 -32.26

    . 0.4996 =

    182.57106

    + 155.336 + 182.571 )

    171.8385

    S

    Sna

    YnSn

    Sxb .

    R

    nRRRR

    nR ......

    1321

    R

    R

    20

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    21/127

    Perhitungan Curah Hujan Dengan Metode "Log Person"

    1. Stasiun IIa

    -

    ( ) ( )3

    Variabel standar K Berdasarkan koefisien kemencengan (G)diperoleh dari tabel

    Untuk interval ulang 20 tahun =

    = + .

    == mm

    0.032403

    0.044085

    1965

    1966

    75

    60

    1.875

    = 0.1503

    =10 9 0.1503

    0.00374951=

    Q

    1.9503 1.5978 0.1503

    2.1904155.038

    =0.225830

    11 1

    1.5978

    3

    4 70

    87 1.940

    1963

    1964

    103

    66

    = log x

    n=

    21.454

    21.454

    11

    0.225830 =0.050970

    5

    12

    6

    7

    8

    9

    10

    1971 15011 2.176

    No Tahun

    1.778

    128

    1.740

    2.107

    -0.00925622

    0.00386128

    x log x

    2.013

    1.820

    1.845

    0.005665

    0.029644

    0.024612

    0.00049411

    0.00583270

    107

    135

    2.029

    2.130

    1969

    0.006250

    19611962

    0.00374951

    1.95033

    -0.00042637

    -0.00510403

    0.000117

    0.0123

    1970

    55

    ( log x- )2

    ( log x- )3

    0.003908

    0.017104

    0.011073

    =

    -0.000001260.00024427

    -0.00223692

    -0.00116520

    0.01150716

    1967

    1968

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log 2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1(

    )log(log

    Sinn

    xxG

    SiKxQ .loglog

    SiKxQ .loglog

    21

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    22/127

    2. Stasiun IIb

    -

    ( ) ( ) 3

    Variabel standar K Berdasarkan koefisien kemencengan (G)diperoleh dari tabel

    Untuk interval ulang 20 tahun =

    = + .

    =

    = mmQ 140.457

    2.1475

    =0.172830

    = 0.131511 1

    =-0.01349223

    = -0.065979810 9 0.1315

    1.9375 1.5978 0.1315

    = log x

    =21.312

    = 1.93749n 11

    10 1970 105 2.021 0.005022 0.00035584

    11 1971 60 1.778 0.029644 -0.00510403

    = 21.312 0.172830 -0.01349223

    8 1968 70 1.845 0.011073 -0.00116520

    9 1969 104 2.017 0.004450 0.00029683

    6 1966 60 1.778 0.029644 -0.00510403

    7 1967 55 1.740 0.044085 -0.00925622

    4 1964 112 2.049 0.009780 0.00096711

    5 1965 120 2.079 0.016604 0.00213944

    2 1962 89 1.949 0.000001 0.000000003 1963 126 2.100 0.022513 0.00337797

    No Tahun x log x ( log x- )2

    ( log x- )3

    1 1961 90 1.954 0.000015 0.00000006

    1.5978

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1(

    )log(log

    Sinn

    xxG

    SiKxQ .loglog

    SiKxQ .loglog

    22

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    23/127

    3. Stasiun IIc

    -

    ( ) ( ) 3

    Variabel standar K Berdasarkan koefisien kemencengan (G) diperoleh dari tabel

    Untuk interval ulang 20 tahun =

    = + .

    =

    = mmCurah Hujan rata-rata dengan periode ulang 20 tahun adalah

    R20 = + +

    Untuk perhitungan digunukana hasil dari metode Gumbel, mm171.8385

    =

    =

    =

    Q 166.078

    155.038 140.457 166.078= 153.85757

    0.03295810 9 0.1512

    1.9787 1.5978 0.1512

    2.2203

    0.228636= 0.1512

    11

    1.5978

    3

    1

    =0.01025461

    = log x

    =21.766

    = 1.97871n 11

    10 1970 57 1.756 0.037811 -0.00735251

    11 1971 71 1.851 0.009815 -0.00097231

    21.766 0.228636 0.01025461

    8 1968 143 2.155 0.042029 0.00861632

    9 1969 141 2.149 0.039558 0.00786784

    6 1966 57 1.756 0.037811 -0.00735251

    7 1967 132 2.121 0.028984 0.00493448

    4 1964 90 1.954 0.000015 0.00000006

    5 1965 83 1.919 0.000976 -0.00003051

    2 1962 106 2.025 0.005622 0.000421533 1963 93 1.968 0.000330 0.00000599

    No Tahun x log x ( log x- )2

    ( log x- )3

    1 1961 129 2.111 0.025684 0.00411624

    xlog xlog

    xlog

    1

    )log(log 2

    n

    xxSi

    3

    3

    )2)(1(

    )log(log

    Sinn

    xxG

    SiKxQ .loglog

    SiKxQ .loglog

    nR

    23

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    24/127

    2.4. Menghitung Debit Banjir

    Luas DAS dihitung langsung dari luas daerah yang dibatasi oleh garis yang

    menunjukan Catchment Area, seperti tergambar di peta lokasi bendung.

    Berdasarkan skala Peta 1 : 50000 yang berarti 1 cm dalam gambar mewakili500 m di lapangan. Maka luas suatu kotak persegi dengan panjang sisi masing-

    masing 2 cm adalah 1 km2.

    Sehingga didapat luas DAS --> F = f = km2.

    Dengan luas DAS kemudian diperhitungkan Design Flood dengan metode "Haspers"

    Rumus :

    dimana :

    f = Luas daerah pengaliran

    l = Panjang sungai (km)

    g = Hujan max (m3/det/km)

    = Koef. Run Off/Koef. Pengaliran

    = Koef. Reduksi

    i = Kemiringan muka air sungai

    t = Berlangsungnya hujan dalam jam

    t = 0,1 . L0,8 . i-0,3 jam

    Harga r

    Bila : t < 2 jam ------->

    2 jam < t < 19 jam --->

    19 jam < t < 30 hari ->

    Perhitungan Q50 Metode HaspersDiketahui dari peta :

    L = x = m = km

    f = km2

    = m2

    H = - = m

    10.5 500 5250 5.25

    112 1.12E+08

    112

    69 46 23

    fgQ ...

    ).075.01(

    ).0012.01(7.0

    7.0

    f

    f

    12.

    15

    10.7,31

    1 43

    2

    4,0 f

    t

    t t

    2)2).(260.(0008,01 tRt

    Rxtr

    1

    t

    Rxtr

    1..707,1 tRr

    24

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    25/127

    t = 0,1 . L0,8

    . i-0,3

    jam

    = . . jam

    = jam

    + 3,7.10-0,4t

    +

    Karena t = < jam

    untuk T20, R20 =

    Debit hujan max pengaliran :

    Jadi untuk design flood R20

    Q20 = . . q . F

    Q20 = . . .Q20 = m /dt

    Design flood untuk periode ulang 20 tahun adalah : m3/dt

    5250-------> i =

    23= 0.0044

    =1.0326313

    3.0394538

    = 0.3397

    0.1 5.25 0.0044

    1.922

    =(1 + 0.0012 . 112 )

    (1 + 0.075 . 112 )

    112

    12

    1

    = 1.1053

    1

    = 1 +

    1.922

    1.922 15.

    = 0.9047

    1.922 2

    maka :

    =1.922 + 1 - 0.0008 . (260 - 171.8385) (2 - 1.922)

    1.922 x 171.8385

    171.8385

    r

    r = 113.03817

    q =r

    3,6.t 3.6 . 1.922

    113.0382m/dt16.34 mm/jam

    0.3397 0.9047 4.54E-06 1.12E+08

    == = 4.54E-06

    156.26

    156.26

    L

    Hi

    ).075.01(

    ).0012.01(7.0

    7.0

    f

    f

    7,0

    7,0

    8,0 3,0

    12.

    15

    10.7,31

    1 43

    2

    4,0f

    t

    tt

    2

    43

    2)2).(260.(0008,01 tRt

    Rxtr

    2

    25

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    26/127

    Metode Rasional

    Rumus :

    dimana :

    : Koefisien pengaliran =ru : Debit dalam per-km luasan

    T : L/V = waktu konsentrasi (jam)

    L : Panjang total sungai

    V : (km/jam)

    Diketahui : Elevasi dasar sungai pada permulaan sungai =

    Elevasi dasar sungai pada lokasi bendung =

    Panjang sungai total = km

    maka :

    L teoritis (L') = 9/10 * = km

    Selisih elevasi (H) = m = km

    Debit Banjir Rencana (Design Flood) dengan metode Rasional :

    23 0.023

    72 (0.023

    4.725)

    0.6

    0.686

    46

    69

    5.25

    5.25 4.725

    V =

    V = 2.9494 km/jam

    T =L

    V=

    4.725

    2.9494= 1.60 jam

    ru =171.8385

    24(

    24

    1.60)

    2/3

    ru = 43.5112 m3/det/km2

    frQ u ...6,3

    1

    3/2

    2424 TRru

    6,0)'

    (72L

    H

    )/('

    72

    6,0

    jamkmL

    HV

    3/224

    24

    T

    Rru

    frQ u ...6,3

    1

    26

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    27/127

    Kesimpulan :

    - Debit banjir rencana dengan metode Haspers = m3/det

    - Debit banjir rencana dengan metode Rasional = m3/det

    Q = 459.90293 m3/det

    156.2591

    459.9029

    Q =1

    3.6. 0.3397 . 43.5112 . 112

    27

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    28/127

    BAB.III TINGGI AIR PADA SAAT DESIGN FLOOD

    3.1. Tinggi air banjir sebelum ada bendung

    3.1.1 Normalisasi penampang sungai

    Profil melintang diidealisir dari titik potong garis miring sungai rata-rata dan garis

    profil memanjang as dasar sungai, didapat hasil sebagai berikut :

    h

    Bn

    Data : lebar sungai (asumsi) : Bn = m

    design flood : Q20 = m3/det

    3.1.2 Lengkung debit sebelum ada bendung

    Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa tinggi air sebelum ada

    pembendungan.

    - lebar sungai : B = m

    - Panjang sungai : L = m

    - Kemiringan sungai :

    (cara kemiringan coupore)

    elevasi tertinggi : m

    elevasi terendah : m

    H = - = m

    I coupore = H/L =jadi kemiringan coupore adalah

    Rumus-rumus yang digunakan :

    1. Bazin

    2. De Chezy

    dimana : C = Koef. Bazin = Koef. Kekasaran = 1,5-1,75R = jari-jari hidrolis

    V = kecepatan aliran

    46

    69 46 23

    0.00440.0044

    1

    1

    20

    156.2591

    20

    5250

    69

    RC

    /1

    87

    IRCV .

    28

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    29/127

    Bentuk geometris dari trapesium

    A = Bh + z.h2

    = 20h + h2

    == +

    diambil =

    Q = V . A

    Q = V . A

    . .

    +

    . . A

    20

    1.75

    =20h + h2

    20 + 2h2

    =

    =

    87 R 0.0044

    R 1.7

    (m2)

    . A

    =5.758 R

    R + 1.7

    5.758 R.AQ

    (m3/det)

    V=Q/A

    (m/det)

    1

    1.5 1.15339

    2.39185

    2.65912

    2.85339

    (m)R =

    A

    0.5

    h

    (m)

    A

    21.4142

    22.8284

    24.2426

    25.6569

    27.0711

    28.4853

    0.47865

    0.91991

    1.3303

    1.71494

    2.07786

    2.4223

    2

    2.5

    3

    10.25

    21

    32.25

    44

    56.25

    69

    1.30956

    1.44148

    1.55638

    28.2520

    111.2413

    247.0490

    434.5157

    673.0436

    962.4567

    0.69185

    0.95912

    3.00956

    3.14148

    3.25638

    1.152411.8118

    41.8339

    86.581

    144.379

    214.244

    295.561

    1.9921

    2.6847

    3.2813

    3.8088

    4.2835

    212 zhB

    22h

    AR

    R

    C

    1

    87

    IRCV ..

    IRx

    R

    .7,1

    1

    87

    AR

    AR

    IR.

    7.1.

    ..87

    R 7,1R

    29

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    30/127

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    0 50 100 150 200 250 300 350

    h (m)

    Q (m3/det)

    Kurva Lengkung Debit (Q) Vs Tinggi Air (h)

    Sebelum Ada Bendung

    2.09

    30

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    31/127

    Dari grafik didapatkan:

    Untuk Q = m3/det, maka didapat tinggi air (h) = m

    Kontrol secara analitis:

    Untuk h = m

    A = 20h + h2

    = 20 . 2.1 + 2.12

    = m2

    = 20 + 22 .h= 20 + 2 2 2.08872= m

    m2

    m

    5.771 . R . A

    . .

    3.2. Tinggi air banjir di atas mercu sesudah ada bendung

    3.2.1 Lebar bendung dan bendung efektif

    Lebar bendung B = Bn = m

    Penyadapan saluran melalui intake

    dimana:

    b = lebar pintu penguras

    B = Lebar total bendung = m

    bi = Lebar intake = m

    diambil pintu penguras = m2

    4 = 2 m2

    20

    20

    4

    1

    10=b . 20 = 2 m

    156.26 2.1

    2.1

    46.137

    25.908

    R =A

    =

    46.137

    25.908= 1.78082

    5.771 1.78082 46.137

    474.157

    =QR + 1.7

    1.7808 + 1.7=

    =3.03447

    = 3.387

    m3/det= 156.257

    =VQ

    A=

    156.257

    46.137

    b =1

    .

    bib2

    1Bb

    10

    1

    31

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    32/127

    Lebar pilar

    Pintu penguras diambil satu lubang, jadi cukup memakai 1 pilar

    Lebar pilar diambil = m

    Lebar efektif bendungLebar efektif bendung dihitung dengan rumus:

    Beff = B - b - t + 0,8 . bBeff = 20 - 2 - 1.5 + 0.8 . 2 = m

    3.2.2 Ketinggian mercu bendung

    Berdasarkan hasil perhitungan didapat tinggi air = m

    Karena fungsi bendung adalah untuk menaikan air aliran sungai agar dapat dialirkan ke

    lain, maka untuk menaikan tinggi bendung, (P) harus lebih besar dari tinggi air sungai (h).

    Dari segi stabilitas lereng (ketentuan untuk perhitungan bendung tetap) maka dianjurkan

    agar P 4 m, dengan minimum P = 0.5h, jika P > 4m, maka dibuat lantai di belakang

    bendung (Hlantai = P - 4)

    Berdasarkan ketentuan PHL mercu bendung, maka tinggi bendung:

    - Dari petak-petak, sawah tertinggi yang dialiri : +

    - Tinggi air di sawah : +

    - Kehilangan energi pada penyadapan ke sawah : +

    - Tinggi air di saluran tersier : +

    - Kehilangan energi dari sal. skunder ke sal. Tersier :

    - Kehilangan tekanan sepanjang sal. Primer ke

    sal. Sekunder :

    - Kehilangan energi pada bangunan ukur :

    - Kehilangan energi pada pintu pengambilan :

    - Tinggi pengempangan :

    Tinggi mercu bendung yang diperlukan :

    Diambil ketinggian mercu bendung :

    79.70

    80.96

    80.00

    1.5

    18.1

    2.1

    79.50

    0.10

    0.10

    0.1

    0.2

    0.66

    0.2

    0.10

    32

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    33/127

    3.2.3 Lengkung debit sesudah ada bendung

    Tinggi muka air banjir di atas mercu dihitung dengan rumus:

    Bondschu

    d = 2/3.H H = h+k

    Harga-harga k dan m dicari dengan rumus-rumus berikut:

    VERWOORD

    dimana:

    Q = Debt air yang lewat di atas mercub = Lebar bendung efektif

    p = Tinggi mercu bendung

    h = Tinggi air undik di atas mercu

    k = Tinggi energi kecepatan

    g = Kecepatan gravitasi

    m = Koefisien pengaliran

    r = Jari-jari pembulatan puncak mercu

    Tampak atas rencana bendung

    Lebar Bendung

    Beff

    P

    Tebal Pilar

    Pintu

    dgdBeffmQ ....

    232 )1

    (.27

    4

    phhmK

    2).(018,049,1r

    hsm

    33

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    34/127

    Tipe bendung : Tetap

    aliran dianggap aliran sempurna, untuk menentukan harga r dipakai cara KREGHTENsebagai pendekatan, yaitu dengan mengambil m =

    harga yang baik untuk H/r = , tetapi bila r terlampau kecil diambil r = 1/2h

    Diketahui Q20 = m3/det

    Beff = m

    P = m

    g = m/det2

    m =

    H/r =

    Q20 = . Beff . d . g.d

    Q20 = . . . . d

    = . . . . d

    = d3/2

    d = m

    H = 2/3.d

    = 2/3 . 1.5 = m

    H/r =

    r = mkarena r terlampau kecil, maka digunakan rumus r = 1/2.H

    r = 0.5 * 1 = m

    Q (debit) dicari dengan H = h+k, sehingga Q design dengan cara coba-coba harga h

    Data dan rumus yang digunakan:

    - Lebar efektif bendung (Beff) = m

    156.3 1.340 18.100 d 9.810

    156.3 75.9658

    1.41037 1.50

    1.00

    3.800

    0.263

    0.5

    1.34

    3.8

    156.259

    18.100

    3.000

    9.810

    1.340

    3.800

    m

    1.340 18.100 d 9.810

    18.100

    k

    h

    p

    r

    1: 4

    r

    34

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    35/127

    - Tinggi bendung (P) = m

    - Jari-jari permukaan ( r ) = m

    m = 1.49 - 0.018 (5 - h/r)2

    H = h + k

    d = 2/3.H

    Q = m . Beff . d. g.d

    Perhitungan ditabelkan

    H

    (m)

    0.50218

    dk

    (m)

    0.33479

    Q

    (m3/det)

    13.2

    41.9881

    84.4115

    138.502

    200.587

    3 1.472 0.24075 3.24075 2.1605 265.004

    3.000

    0.5

    h

    (m)

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    m

    0.67755

    1.0331

    1.40181

    1.77993

    0.00218

    0.01633

    0.04965

    0.10272

    0.16989

    1.01633

    1.54965

    2.10272

    2.66989

    1.472

    1.49

    1.202

    1.328

    1.418

    2.175

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    0 50 100 150 200 250 300

    h(m)

    Q (m3/det)

    Kurva

    Lengkung Debit (Q) vs Tinggi air (h)

    "Setelah ada bendung"

    2.175

    232 )1

    (.27

    4

    phhmK

    35

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    36/127

    Dari kurva di atas didapat tinggi muka air setelah ada bendung untuk

    Q = m3/det, adalah (h) = m

    Kontrol secara analitis:

    m = 1.49 - 0.018 (5 - h/r)2

    = 1.49 - 0.018 * ( 5 - 2.175 / 0.5 )2

    = m

    2 3 2

    +

    = m

    H = h + k = +

    = m

    d = 2/3.H

    = m

    Q = m . Beff . d. g.d= * * * *

    = m3/det m

    3/det

    Q Qdesign Oke!!

    k=

    h=

    P =

    H =

    3.000

    156.259 2.175

    1.482

    =4

    27. 1.482 . 2.175 (

    2.175 3.000

    1

    2.175 0.12508

    2.3001

    1.53339

    1.482 18.100 1.53339 9.810 1.53339

    )

    0.12508

    159.571 156.259

    2.3000.1251

    2.175

    232 )1

    (.27

    4

    phhmK

    36

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    37/127

    3.2. Tinggi air di belakang bendung

    Pada keadaan setelah ada bendung, maka kegiatan pengaliran di belakang bendung akan

    terjadi suatu kecepatan keritis (Ve) dan percepatan keritis (Yc) sehingga terdapat suatu

    daerah "olakan" kolam air akan menyamakan tinggi permukaan dan juga kecepatannya

    dengan air yang ada di dalam sungai (Yt) di belakang bendung.Untuk mendapatkan kecepatan keritis (Vc) dan kedalaman kolam (Yc) maka sebuah

    profil trapesium di lintang sebagai berikut:

    Yc

    - Luas penampang basah

    A= Yc ( B + Z.Yc )

    - Kecepatan keritis:V = Q / A

    = Q / Yc(B+Z.Yc)

    V2

    = Q2

    / Yc2(B+Z.Yc)

    2

    - Persamaan Energi

    - Syarat keritis:

    1:1

    Yc + V2

    2g

    Yc +2.g . (Yc(B+Z.Yc))

    2

    =E

    Q2

    ddy

    = 0

    =

    0.).(2).(22

    1 3223 ZYcZBYcYcZBYcg

    Q

    dy

    d

    1).(..)..( 32232

    YcZBYcZYcZBYcg

    Q

    32232 )..().(

    1

    YcZBYc

    Z

    YcZBYcQ

    g

    3333

    2

    )..(

    ..2

    ).(.

    ..

    YcZBYc

    YcZB

    YcZBYc

    YcZYcZBQ

    3

    23

    )..2(

    )..2.(

    YcZBg

    YcZBQYc

    23

    2

    )..(

    )..2(

    YcZBg

    YcZBQYc

    37

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    38/127

    - Mencari Vc:

    Q = A . V

    = Vc . Yc . (B+Z.Yc)

    Q2

    = Vc2

    . Yc2

    . (B+Z.Yc)

    Dengan:

    Q = m3/det

    B = m

    Z =

    g = m/det2

    Perhitungan dengan coba-coba

    ( + 2Yc )

    ( + 1Yc )3

    Didapatkan kedalaman keritis Yc= m

    20

    1

    7.4297

    -1.505

    -1.036

    -0.539

    -0.0140.000

    (1) (2)

    2,488.98 20

    20Yc

    3Yc

    (3)

    7.30655.359381.75

    156.2591

    9.81*(20+1*Yc)^3

    156.2591^2 * ( 20 + 2 * 1 * Yc )

    1.9513

    Vc =9.81 * 1.9513 * (20 + 1 * 1.9513)

    (20 + 2 * 1 * 1.9513)

    (2) - (3)

    -1.947

    1.8

    1.85

    7.414887.42971

    7.3371

    7.3678

    7.3984

    7.4289

    6.33163

    6.8591.9

    1.951.951

    5.832

    9.810

    =Yc3

    3

    23

    ).(

    )..2.(

    YcZBg

    YcZBQYc

    3

    222

    )..(

    )..2.()..(.

    YcZBg

    YcZBYcZBVcYc

    )..(

    )..2.(. 223

    YcZBg

    YcZBYcVcYc

    YcZB

    YcZBYcgVc

    ..2

    )..(.2

    )..2(

    )..(.

    YcZB

    YcZBYcgVc

    38

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    39/127

    Vc = m/det

    Di depan bendung (Y1) = P + h = + = m

    Di belakang bendung (K2) = Vc2 / 2.g = / . = m

    m(Y2) = Yc-K2 = - = m

    Z = Y1+K1-Yc = + - = m

    K1=0.1251

    h=2.175 Z=3.349

    P= K2=0.9 m

    Yc=1.951

    3.4. Perhitungan back water curve

    Back water kurve adalah kerva untuk mengetahui sampai di mana pengaruh naiknya muka

    air setelah adanya pengembangan bendung. Banyak teori yang mempelajari masalah ini,

    antara lain dengan metode Brosse, Direct Method, Standart Method, Integration Method,

    dsb. Akan tetapi untuk prakteknya dalam menghitung back water curve (panjang pengaruh

    kenaikan muka air) ke arah undik bendung digunakan rumus:

    dimana:L = Panjang pengembangan ke arah udik, dihitung dari titik bendung

    i = Kemiringan sungai

    h = Tinggi muka air di titik bendung akibat pengembangan.

    +

    h= m +

    +

    + Jembatan +

    + +

    m

    m

    0.900

    3.000

    Y1=5.175

    H=2.3

    Y2=1.051

    3.000 2.175 5.175

    17.5796 2 9.810 0.896

    1.9513 0.900 1.051

    5.175 0.1251 1.9513 3.35

    4.1928

    77.59

    2.175

    L2h

    i

    4.59

    78.79

    77.00

    75.50

    82.07

    80.00

    P1

    82.18

    2.1

    750

    1500

    =

    39

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    40/127

    Ketinggian fiktif dasar sungai pada potongan P1 dari profil memanjang, dihitung dari garis

    kemiringan sungai rata-rata adalah +

    Lokasi bendung terletak m di hilir P1.

    Didapat dasar sungai fiktif di lokasi bendung = + 78.79 - 750 * 0.0044 =Tinggi air sebelum pembendungan pada lokasi bendung = + =

    Tinggi air sesudah pembendungan = + =

    h = - =

    .

    Jembatan terletak pada m di udik bendung.

    Pengaruh back-water setinggi =

    Tinggi muka air di jembatan = + + + = m

    Jika: - Peil Jembatan : +

    - Tinggi Rangka Jembatan : m

    - Free board : m

    Maka batas pengempangan yang diizinkan +

    Kesimpulan: "Jembatan aman dari pengaruh Back Water

    2.175

    L =2h

    1500

    1500

    2093.8

    80.00

    2093.74 2093.8 mi

    =2 4.59

    78.79

    750

    75.5075.50 2.1 77.59

    82.18

    5

    1.5

    100.00

    93.50

    82.18 77.59 4.59

    . 4.59 = 3.29 m

    82.07 2.09 3.29 87.45

    0.0044=

    40

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    41/127

    BAB.IV UKURAN HIDROLIS BENDUNG

    Tipe bendung yang direncanakan adalah "Type Vlugter"

    Bendung hidrolis dengan kriteria sebagai berikut:- Bentuk hidrolisnya merupakan pertemuan suatu penampang miring, penampang lengkung, dan

    penampang lurus, yang merupakan suatu pematah energi yang diakibatkan oleh sentuhan

    langsung karena pengaliran air.

    - Kriteria menurut Vlugter, bentuk dan hidrolis ruang olak adalah:

    a. Tinggi muka air naik di atas mercu = H

    b. Perbedaan muka air di udik dan di hilir = Z

    Digunakan pada dasar alluvial dengan sungai yang banyak membawa batu-batu besar.

    Dalamnya sungai lantai ruang olakan dan puncak mercu tidak boleh lebih dari 8 m dan perbedaan

    muka air di udik dan dihilir tidak boleh lebih dari 4.5 m

    Perhitungan Hidrolis

    Ruang olak Vlugter dibagi dua, yaitu:

    1. Jika 4/3 < Z/H < 10

    D = L = R = 1.1 Z + H

    = 0.15 H (H/Z)

    2. Jika 1/3 < Z/H < 4/3

    D = L = R = 1.4 Z + 0.5H

    = 0.02 (H/Z)

    dimana:

    D = Dalamnya ruang olakan yang diukur dari puncak mercu (m)

    L = Panjang lantai ruang olakan, diukur dari titik perpotongan permukaan tubuh bendung

    bagian belakang

    H = Tinggi muka air di atas mercu bendung termasuk tinggi kecepatan.

    Z = Perbedaan muka air di udik dan di hilir

    = Tinggi

    R = Jari-jari ruang olakan

    41

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    42/127

    K1 =

    H =Z =

    P =

    D+H

    D

    Y2 =

    Data:

    H =

    Z =

    Dipakai rumus: 4/3 < Z/H < 10

    D = L = R = 1.1 Z + H

    = 1.1*3.3488+2.3001

    = m = cm

    = 0.15 H (H/Z)

    = 0.15 * 2.3001 * 0.6868

    = m = cm

    jadi ukuran hidrolis didapat:

    D = L = R = cm, = cm

    IV.1 Kontrol ukuran hidrolis bendung

    - Luas pengaliran air lewat mercu

    A = h * beff = 4.58628 * 18. = * = m2

    - Kecepatan pengaliran

    V = Vc = m/det

    - Debit pengaliran

    Q = A . V = 39.368 * 4.1928

    = m3/det

    3.349

    1.051

    0.125

    2.3001

    3.000

    =Z

    H

    3.349

    2.3001

    1.4559

    0.2859 28.59

    600 28.59

    2.175 18.100

    4.1928

    165.06

    5.9837

    39.3675

    6.00 600

    MAB

    42

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    43/127

    Untuk perhitungan kedalaman normal digunakan rumus "STRICKLOR"

    V = K * R2/3

    * I1/2

    Dimana :

    K = Kekasaran sungaiR = Jari-jari hidrolis (m)

    I = Kemiringan rata-rata sungai

    A = (20 + Yn)*Yn ; P = 20+22 * Yn

    Data:

    K = (Untuk saluran dipelihara baik, Q > 10 m3/det)

    R = A/P

    I =

    (20 + Yn)*Yn

    20+22 * Yn

    (20 + Yn)*Yn

    20+22 * Yn

    Dengan cara trial eror didapat Yn = m

    Z = Y1 + K1 - Yn

    = + -

    = m

    Kontrol Z/H = / =

    Jadi memenuhi 4/3 < Z/H < 10 Oke!!!!!

    IV.2 Perhitungan lantai

    IV.2.1 Panjang lantai muka bendung

    Panjang lantai muka dihitung dengan metode Bligh dan Lane dimana weightedcreep ratio untuk lokasi bendung yang terdiri dari BOUDER dengan batu-batu

    kecil dan kerikil kasar adalah sebagai berikut:

    Cbligh = Clane =

    h yang menentukan adalah waktu air normal = - = m

    6

    3.560

    3.560 2.3001 1.54781

    = [ ]2/3

    .49.876

    3

    80.00

    2/3

    . 0.0044

    P=

    (20 + Yn)*Yn

    50

    0.0044

    (20 + Yn)*Yn

    165.060=

    R =A

    1/2

    73.25 6.75

    20+22 * Yn

    50 [ ]

    (20 + Yn)*Yn

    1.74

    5.175 0.12508 1.74

    2/1

    3/2

    .. IP

    AK

    A

    Q

    43

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    44/127

    Lv = + + + + + + = m

    Lh = + + + + + + + + + +

    = m

    Dengan metode BlighC . H < Lmuka + Lv + Lh

    . < Lmuka + +

    Lmuka > m

    Dengan metode Lane

    Lmuka >

    Dari hasil perhitungan di atas, ditetapkan panjang lantai muka = m

    Tebal lantai muka cukup di ambil cm, dengan lapisan puddle di bawahnya

    setebal cm. Untuk mencegah retak-retaknya lantai dipasang koporan dibeberapa

    tempat, juga bermanfaat untuk memperpanjang Creep line.

    IV.1.2 Tebal lantai ruang olak

    Tebal lantai diambil m (lihat gambar)

    Tekanan ke atas pada titik B =

    Dimana:

    UB = Tekanan ke atas pada titik B

    HB = Kedalaman titik B dari muka air di muka bendung

    - =80.00 72.00

    3 . 6.75 UB

    "Jadi tebal lantai 1 m cukup aman".

    UB 1.507 1000 1506.82

    1 1800 1800

    6.757.5=UB

    73.25 6.75

    15 15.5 30.5

    15 15.50 8.00

    UB 70% 2.153 1.507

    2.1526

    38.50

    80.00

    =-30.5

    38.5.

    45

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    46/127

    BAB.V ANALISA STABILITAS BENDUNG

    Gaya-gaya yang bekerja:

    a. Gaya beratb. Gaya gempa

    c. Tekanan lumpur

    d. Tekanan air pada waktu air normal dan air banjir

    e. Up lift pressure pada waktu air normal dan air banjir

    Kestabilan bendung diperiksa terhadap:

    a. Kemantapan bendung terhadap guling

    b. Kemantapan pondasi

    - Eksentrisitas

    - Daya dukung

    - Geser

    V.1 Gaya yang bekerja

    a. Gaya berat

    Dihitung selebar: m

    air : t/m

    47

    2 8

    A

    1

    1.001.001.001.00

    1

    10.

    5 2 1.5 1.5 1.5 2.06

    5

    6

    1011

    12

    4.00

    3

    9

    1

    1.86

    G

    K

    46

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    47/127

    Momen penahan akibat berat sendiri

    G1 =G2 0.5*0.5*1*2.2 =

    G3 0.5*2.5*1.86*2.2 =

    G4 2.5*2.39*2.2 =

    G5 0.5*1.5*1.12*2.2 =

    G6 1.5*2.27*2.2 =

    G7 0.5*1.5*1.12*2.2 =

    G8 1.5*2.15*2.2 =

    G9 0.5*1.5*1.12*2.2 =

    G10 1.5*2.04*2.2 =

    G11 0.5*2.06*1.54*2.2 =

    G12 2.06*1.5*2.2 =

    G = M =

    Besar Gaya Lengan Momen

    9.06

    MomenGaya

    (Ton) (m) (T.m)

    79.7288.8001*4*2.20.825 8.89 7.337

    5.81 54.403

    2.772 4.56 12.640

    10.643 4.31 45.869

    411.92977.558

    2.772 3.06 8.482

    10.098 2.81 28.375

    4.363 1.37 5.991

    6.798 1.03 7.002

    5.115 8.23 42.079

    13.145 7.81 102.662

    2.864 6.06 17.358

    9.364

    47

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    48/127

    b. Gaya gempa

    Percepatan gempa di tempat bendung f =

    Gaya gempa ditinjau terhadap titik B

    Gaya Gempa (K) = f . M = 0.07*g*G/g = 0.07*GDimana:

    K = Gaya gempa

    m = Masa

    G = Berat

    g = Grafitasi

    Momen Guling akibat gempa

    G1 0.07 * 8.8 =

    G2 0.07 * 0.83 =

    G3 0.07 * 5.12 =

    G4 0.07 * 13.15 =

    G5 0.07 * 2.86 =

    G6 0.07 * 9.36 =

    G7 0.07 * 2.77 =

    G8 0.07 * 10.64 =

    G9 0.07 * 2.77 =

    G10 0.07 * 10.1 =

    G11 0.07 * 4.36 =

    G12 0.07 * 6.8 =

    K = M =

    3.808 4.14 15.747

    0.885 4.52 4.002

    3.211 3.08 9.873

    23.870 105.349

    0.594 3.41 2.027

    1.986 2.02 4.012

    0.419 2.01 0.844

    0.490 0.75 0.368

    2.946 6.76 19.912

    7.186 5.07 36.435

    0.07

    GayaBesar Gaya Lengan Momen Momen

    (Ton) (m) (T.m)

    0.616 5.50 3.388

    0.514 3.67 1.883

    1.215 5.64 6.857

    48

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    49/127

    c. Tekanan lumpur

    Tekanan air sungai mengandung suspensi, maka apabila bendung sungai mulai

    teroposisi sampai pada waktu tertentu, maka di depan lantai muka akan menumpuk

    endapan lumpur.Lumpur dianggap setinggi mercu h = m

    Berat jenis lumpur (s') = t/m3

    Sudut geser dalam () =

    h

    Ws

    Gaya yang terjadi akibat lumpur:

    - Sin

    + Sin

    - Sin 30

    + Sin 30

    Ditinjau di titik B

    Lengan Momen L = (1/3* ) + = m

    Momen yang terjadi: Ws * L = * = tm

    d. Tekanan Air

    Pada waktu air normal

    Tinjauan tiap lebar 1 m, w = t/m

    a1 =

    h=

    W

    h =

    6.25

    Ws = 2.40 t

    2.40 6.25 15.0

    1.00

    3.00

    3.00

    Ws =1

    1.6 . 3 (1

    )2 1

    80.00+

    + 77.00

    =Ws1

    3.0

    1.6

    30

    2s' . h2 (

    1)

    1

    3.00 5.25

    1.0

    2

    49

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    50/127

    Gaya yang terjadi akibat tekanan air:

    L = (1/3* = m

    M = . = * = tm

    Pada waktu air banjir

    H = W1 + W2 - W5

    V = W3 + W4

    Terhadap titik A

    =

    2.175*3*1 =

    2.175*2.175*1 =

    0.5*4.09*3.05*1 =0.5*3.05*3.05*1 =

    H =

    V =

    4.97

    0.5*3*3*1W1

    W2

    W3

    W4W5

    Gaya

    4.500 6.25

    6.75

    28.125

    6.525

    B

    6.374

    10.96813.709 M

    4.651 -1.02 -4.729

    Besar Gaya Lengan Momen Momen

    (Ton) (m) (T.m)

    t2

    44.044

    4.731 -9.56 -45.228

    6.237 -1.36 -8.503

    1.50

    3.00 2.175 1.00

    3.00

    1.500

    0.675

    W1

    W2

    W3

    W4

    W5

    3.05

    3.054.09

    W L 4.50 6.25 28.125

    w 1

    3.0 . 3.0 . 1 =

    3) + 5.25

    W =1

    h . h .2

    4.50

    6.25

    50

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    51/127

    d. Up Lift Pressure

    Pada waktu air normal

    H normal = - = m

    L = + + = m

    Ux = Uplift pressure titik x

    Hx = Tingginya titik x terhadap air di muka

    Lx = Panjang Creep line sampai titik x

    L = Jumlah panjang creep line

    H = Beda tekanan

    A

    80.00 73.25

    Titik Hx

    6.75

    15 15.50 8.00 38.5

    Ux = Hx -Lx

    L. HRumus :

    (5)

    Lx Lx/L Lx/L*x Ux

    1.00

    4.00

    1.86

    1.001.001.00

    10.

    5 2 1.5 1.5 1.5 2.06

    0.390

    0.390

    0.416

    0.429

    (1)

    1

    2

    3

    4

    2.630

    2.630

    2.805

    2.893

    (2)

    4.00

    5.00

    5.00

    4.25

    (6)=(2)-(5)

    1.370

    2.370

    2.195

    1.357

    (3)

    15

    15

    16

    16.5

    (4)

    1

    2 34 5

    6 7

    8 9

    10 11

    12 13

    G

    K

    51

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    52/127

    Gaya-gaya Uplift Horisontal:

    H1-2 = (1.37) * 1 * 1 =

    H1-2' = 0.5 * (2.37 - 1.37) * 1 * 1 =

    H3-4 = (2.195) * 0.75 * sin () * 1 =

    H3-4' = 0.5 * (1.357 - 2.195) * 0.75 * sin () * 1 =

    H5-6 = (1.006) * 1 * 1 =

    H5-6' = 0.5 * (2.006 - 1.006) * 1 * 1 =

    H7-8 = (1.744) * 1 * 1 =

    H7-8' = 0.5 * (2.744 - 1.744) * 1 * 1 =

    H9-10 = (2.481) * 1 * 1 =

    H9-10' = 0.5 * (3.481 - 2.481) * 1 * 1 =

    H11-12 = (3.218) * 1 * 1 =

    H11-12' = 0.5 * (4.218 - 3.218) * 1 * 1 =

    H13-14 = (3.856) * 1 * 1 =

    Hu = ton

    Gaya-gaya Uplift Vertikal:V2-3 = (2.37) * 1 * 1 =

    V2-3' = 0.5 * (2.195 - 2.37) * 1 * 1 =

    V3-4 = (2.195) * 0.5 * cos() * 1 =

    V3-4' = 0.5 * (1.357 - 2.195) * 0.5 * cos() * 1 =

    0.558

    0.558

    0.597

    0.597

    0.651

    0.481

    0.481

    0.519

    0.519

    5

    6

    7

    8

    3.244

    3.244

    3.506

    3.5069

    10

    11

    12

    13

    4.25

    5.25

    5.25

    6.256.25

    7.25

    7.25

    8.25

    8.25

    1.37

    0.5

    0.921

    1.006

    0.5

    1.744

    0.5

    2.481

    0.5

    3.218

    0.5

    3.856

    2.37

    -0.088

    3.769

    3.769

    4.032

    4.032

    4.394

    1.006

    2.006

    1.744

    2.7442.481

    3.481

    3.218

    4.218

    3.856

    -0.176

    0.91

    -0.174

    18.5

    18.5

    20

    2021.5

    21.5

    23

    23

    25.06

    16.92

    52

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    53/127

    V4-5 = (1.357) * 2 * 1 =

    V4-5' = 0.5 * (1.006 - 1.357) * 2 * 1 =

    V6-7 = (2.006) * 1.5 * 1 =

    V6-7' = 0.5 * (1.744 - 2.006) * 1.5 * 1 =

    V8-9 = (2.744) * 1.5 * 1 =

    V8-9' = 0.5 * (2.481 - 2.744)*1.5*1 =

    V10-11 = (3.481) * 1.5 * 1 =

    V10-11' = 0.5 * (3.218 - 3.481)*1.5*1 =

    V12-13 = (4.218) * 2.06 * 1 =

    V12-13' = 0.5 * (3.856 - 4.218)*2.06*1 =

    Vu = ton

    Momen Guling Akibat Uplift Pressure pada waktu air normal:

    Gaya Horisontal

    M 31.400

    3.00

    2.332.00

    1.33

    1.00

    0.33

    5.823

    1.792

    3.343

    -0.660

    4.024

    1.667

    5.232

    1.1674.962

    0.667

    3.218

    0.167

    H9-10'

    H11-12

    H11-12'

    1.37

    0.5

    0.921

    -0.176

    1.006

    0.5

    1.744

    0.52.481

    0.5

    3.218

    0.5

    Gaya Besar Gaya (t) Lengan (m) Momen (t.m)

    H1-2

    H1-2'

    H3-4

    H3-4'

    H5-6

    H5-6'

    H7-8

    H7-8'H9-10

    4.25

    3.58

    3.63

    3.75

    4.00

    3.33

    -0.197

    8.689

    -0.373

    2.714

    4.116

    -0.197

    5.222

    -0.351

    3.009

    -0.197

    25.453

    53

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    54/127

    Momen Guling Akibat Uplift Pressure pada waktu air normal:

    Gaya Vertikal

    V8-9 4.116 4.31 17.740

    V8-9' -0.197 4.56 -0.898

    V10-11 5.222 2.81 14.674

    V10-11' -0.197 3.06 -0.603

    M 101.657

    V12-13

    V12-13'

    8.689

    -0.373

    1.03

    1.37

    8.950

    -0.512

    V3-4' -0.174 8.89 -1.547

    V4-5 2.714 7.56 20.518

    V4-5' -0.351 7.89 -2.771

    V6-7 3.009 5.81 17.482

    V6-7' -0.197 6.06 -1.194

    Gaya Besar Gaya (t) Lengan (m) Momen (t.m)

    V2-3 2.37 9.56 22.657

    V2-3' -0.088 9.73 -0.856

    V3-4 0.91 8.81 8.017

    54

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    55/127

    Pada waktu air banjir

    H banjir = - = m

    L = + + = m

    MAB

    A

    Gaya-gaya Uplift Horisontal:

    H1-2 = (3.545) * 1 * 1 =

    H1-2' = 0.5 * (4.545 - 3.545) * 1 * 1 =

    82.18 76.30 5.88

    15 15.50 8.00 38.5

    4.00

    1.86

    1.001.001.00

    1.00

    10.5 2 1.5 1.5 1.5 2.06

    Titik Hx Lx Lx/L Lx/L*x Ux

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)-(5)

    1 6.18 15 0.390 2.630 3.545

    2 7.18 15 0.390 2.630 4.545

    3 7.18 16 0.416 2.805 4.370

    4 6.43 16.5 0.429 2.893 3.5325 6.43 18.5 0.481 3.244 3.181

    6 7.43 18.5 0.481 3.244 4.181

    7 7.43 20 0.519 3.506 3.919

    8 8.43 20 0.519 3.506 4.919

    9 8.43 21.5 0.558 3.769 4.656

    10 9.43 21.5 0.558 3.769 5.656

    11 9.43 23 0.597 4.032 5.393

    12 10.43 23 0.597 4.032 6.393

    13 10.43 25.06 0.651 4.394 6.031

    3.545

    0.5

    1

    2 34 5

    6 7

    8 9

    10 1112 13

    G

    K

    55

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    56/127

    H3-4 = (4.37) * 0.75 * sin () * 1 =

    H3-4' = 0.5 * (3.532 - 4.37) * 0.75 * sin () * 1 =

    H5-6 = (3.181) * 1 * 1 =H5-6' = 0.5 * (4.181 - 3.181) * 1 * 1 =

    H7-8 = (3.919) * 1 * 1 =

    H7-8' = 0.5 * (4.919 - 3.919) * 1 * 1 =

    H9-10 = (4.656) * 1 * 1 =

    H9-10' = 0.5 * (5.656 - 4.656) * 1 * 1 =

    H11-12 = (5.393) * 1 * 1 =

    H11-12' = 0.5 * (6.393 - 5.393) * 1 * 1 =

    H13-14 = (6.031) * 1 * 1 =

    Hu = ton

    Gaya-gaya Uplift Vertikal:

    V2-3 = (4.545) * 1 * 1 =

    V2-3' = 0.5 * (4.37 - 4.545) * 1 * 1 =

    V3-4 = (4.37) * 0.5 * cos() * 1 =

    V3-4' = 0.5 * (3.532 - 4.37) * 0.5 * cos() * 1 =

    V4-5 = (3.532) * 2 * 1 =

    V4-5' = 0.5 * (3.181 - 3.532) * 2 * 1 =

    V6-7 = (4.181) * 1.5 * 1 =

    V6-7' = 0.5 * (3.919 - 4.181) * 1.5 * 1 =

    V8-9 = (4.919) * 1.5 * 1 =

    V8-9' = 0.5 * (4.656 - 4.919)*1.5*1 =

    V10-11 = (5.656) * 1.5 * 1 =

    V10-11' = 0.5 * (5.393 - 5.656)*1.5*1 =

    V12-13 = (6.393) * 2.06 * 1 =

    1.833

    -0.176

    3.1810.5

    3.919

    0.5

    4.656

    0.5

    5.393

    0.5

    6.031

    4.545

    -0.087

    1.811

    -0.174

    7.064

    -0.351

    6.2715

    -0.197

    7.379

    -0.197

    8.484

    -0.197

    13.17

    30.882

    56

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    57/127

    V12-13' = 0.5 * (6.031 - 6.393)*2.06*1 =

    Vu = ton

    Momen Guling Akibat Uplift Pressure pada waktu air banjir:Gaya Horisontal

    -0.373

    Gaya Besar Gaya (t) Lengan (m) Momen (t.m)

    H1-2 3.545 4.25 15.066

    H1-2' 0.5 3.58 1.792

    H3-4 1.833 3.63 6.654

    H3-4' -0.176 3.75 -0.660

    H5-6 3.181 4.00 12.724

    H5-6' 0.5 3.33 1.667

    H7-8 3.919 3.00 11.757

    H7-8' 0.5 2.33 1.167

    H9-10 4.656 2.00 9.312

    H9-10' 0.5 1.33 0.667

    H11-12 5.393 1.00 5.393

    H11-12' 0.5 0.33 0.167

    M 65.704

    47.1485

    57

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    58/127

    Momen Guling Akibat Uplift Pressure pada waktu air banjir:

    Gaya Vertikal

    V.2 Kesetabilan bendung

    a. Kemantapan terhadap guling

    Safety factor diambil

    Pada waktu air normal

    - Akibat gempa =

    - Akibat lumpur =- Akibat tekanan air =

    - Uplift Horisontal (70%) = =

    - Uplift Vertikal (70%) = =

    Jumlah =

    - Momen Tahan =

    Gaya Besar Gaya (t) Lengan (m) Momen (t.m)

    V2-3 4.545 9.56 43.450

    V2-3' -0.087 9.73 -0.846

    V3-4 1.811 8.81 15.955

    V3-4' -0.174 8.89 -1.547

    V4-5 7.064 7.56 53.404

    V4-5' -0.351 7.89 -2.771

    V6-7 6.2715 5.81 36.437

    V6-7' -0.197 6.06 -1.194

    V8-9 7.379 4.31 31.803

    V8-9' -0.197 4.56 -0.898

    V10-11 8.484 2.81 23.840

    V10-11' -0.197 3.06 -0.603

    105.349

    15.00028.125

    241.614

    411.929

    V12-13 13.17 1.03 13.565

    V12-13' -0.373 1.37 -0.512

    M 210.084

    1.5

    =Persyaratan Momen tahan

    Momen guling> 1.5

    70% 31.400

    70% 101.657

    21.98

    71.1601

    58

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    59/127

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    60/127

    -

    Lebar pondasi (B) diambil = m

    1/2 B = me0 = 1/6 B = m

    Persyaratan: 1/2B - a = e < e0

    < Oke.

    - Daya Dukung

    Pada waktu air normal

    Rumus:

    ada

    1 = kg/cm Oke

    Pada waktu air banjir

    Rumus:

    ada

    1 = kg/cm Oke

    - Geser:

    Safety factor diambil

    Koefisien geser untuk batuan kompak =

    Pada waktu air normal

    - Akibat gempa = ton- Akibat lumpur = ton

    - Akibat tekanan air = ton

    - Uplift Pressure (70%) = = ton

    H = ton

    a =MT - MG

    =411.929 221.761

    = 3.425 mV 55.522

    8

    41

    0.57 1.33

    =8 1

    59.741( 1

    6

    1.39035

    0.1032 0

    )

    =V

    H 1

    42.614

    =V

    ( 1 6e

    )H 1 B

    =55.522 ( 1 6

    8)

    8 1

    0.99328

    0.3948 0

    1.5

    0.8

    23.8702.400

    4.50

    70% 16.920 11.844

    0.57

    1.15

    8

    ( 1 6e

    B)

    60

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    61/127

    - V = t

    Pada waktu air banjir

    - Akibat lumpur = ton

    - Akibat tekanan air = ton

    - Uplift Pressure (70%) = = ton

    H = ton

    - V = t

    59.741

    - = = 1.122H

    V.f 47.7928

    42.614>

    2.400

    6.374

    70% 30.882 21.6174

    30.391

    55.522

    - V.f

    =44.4178

    = 1.462 > 1.5 CekH 30.391

    Cek1.5

    61

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    62/127

    62

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    63/127

    63

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    64/127

    64

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    65/127

    65

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    66/127

    66

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    67/127

    67

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    68/127

    68

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    69/127

    69

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    70/127

    70

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    71/127

    71

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    72/127

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    73/127

    73

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    74/127

    74

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    75/127

    75

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    76/127

    76

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    77/127

    77

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    78/127

    78

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    79/127

    79

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    80/127

    80

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    81/127

    81

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    82/127

    82

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    83/127

    83

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    84/127

    84

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    85/127

    85

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    86/127

    86

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    87/127

    87

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    88/127

    88

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    89/127

    89

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    90/127

    90

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    91/127

    91

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    92/127

    92

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    93/127

    93

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    94/127

    94

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    95/127

    95

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    96/127

    96

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    97/127

    0.0123 x - 1.282 1.283

    0.2 0.019

    0.1885 x - -0.033 -0.06410

    0.2 -0.033

    0.1885 x -0.83 0.81681

    0.2 -0.014

    10 x-1.282 0.312667 1.5947

    15 0.469

    10 x-1.282 0.344667 1.6457

    15 0.517

    0.012276 x-1.5947 0.00313 1.5978

    0.2 0.0510

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    98/127

    5 x-1.282 0.156333 1.4383

    15 0.469

    5 x-1.282 0.172333 1.4733

    15 0.517

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    99/127

    aa

    99

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    100/127

    aa

    100

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    101/127

    3

    101

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    102/127

    4

    102

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    103/127

    5

    103

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    104/127

    6

    104

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    105/127

    7

    105

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    106/127

    8

    106

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    107/127

    9

    107

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    108/127

    10

    108

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    109/127

    11

    109

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    110/127

    110

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    111/127

    2

    111

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    112/127

    112

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    113/127

    113

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    114/127

    114

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    115/127

    115

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    116/127

    116

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    117/127

    117

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    118/127

    118

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    119/127

    a

    119

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    120/127

    120

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    121/127

    121

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    122/127

    122

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    123/127

    123

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    124/127

    2

    124

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    125/127

    1

    125

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    126/127

    126

  • 8/2/2019 TB. Irigasi & Bangunan Air II

    127/127