TBM 110Refarat

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTrauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan. Adapun penyebab dari trauma abdomen dapat berupa trauma tumpul dan trauma tembus baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.Trauma abdomen dapat menyebabkan kondisi pasien sulit dievaluasi sebelum penanganan pre hospital. Namun, trauma abdomen merupakan penyebab utama dari kematian yang dapat dicegah sehingga memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat karena dapat menyebabkan dua tanda bahaya yakni perdarahan dan infeksi. Pada kasus perdarahan diperlukan penilaian tanda dan gejala syok terhadap semua pasien dengan trauma abdomen, sedangkan pada kasus infeksi akibat terlambatnya penanganan pre hospital sehingga diperlukan pencegahan dari kontaminasi benda-benda asing.(1) Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma maupun status hemodinamik penderita.Berdasarkan penyebabnya trauma tajam abdomen dapat dibagi menjadi dua yaitu akibat tusukan benda tajam dan luka tembak.(1) Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energy kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation dan boisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya.(2)Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar yang di tentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar energy kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%), dan pembuluh darah abdominal (25%).(2)Di rumah sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus dimana dibutuhkan suatupenanganan yangprofessional yaitu cepat, tepat,cermatdan akurat, baik ditempat kejadian(pre hospital), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit. Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luarrumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam.(2)

1.2 DefinisiTrauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini memberikan gambaran superfisial dari respon fisik cedera. Trauma abdomen adalah kerusakan organ abdomen (lambung, usus halus, pancreas, kolon, hepar, limpa, ginjal) yang disebabkan oleh trauma tembus, biasanya tikaman atau tembakan; atau trauma tumpul akibat kecelakaan mobil, pukulan langsung atau jatuh.Cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi, baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia. Akibat cedera ini dapat berupamemar, luka jaringan lunak, cedera musculoskeletal, dan kerusakan organ.(2)

1.3 EpidemiologiTrauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh salah satu penyebab. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur di bawah,, 35 tahun. Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, merupakan penyebab kematian utama. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas kurang lebih 12.000 orang per tahun. 2Perkiraan menunjukkan bahwa pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma, dan trauma akibat tabrakan lalu lintas akan menjadi penyebab paling umum ketiga dari kecacatan di seluruh dunia dan penyebab paling umum kedua di negara berkembang. 3Salah satu trauma yang banyak terjadi adalah trauma pada abdomen. Insiden signifikans morbiditas dan mortalitas pasien. Sekitar 75-78% berupa trauma tumpul dengan kematian sekitar 5-9%. Trauma tembus akibat peluru (80-95%) dengan kematian 5%. Kematian berkaitan dengan waktu yaitu triple peak death time (mendadak, segera, dan lambat). Penanganan yang cepat dan tepat, kondisi pasien praoperasi dan derajat operasi akan mempengaruhi keluaran pasien. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait.4

BAB IIANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN2.1ANATOMIAbdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas mulai dari drafragma sampai pelvis di bawah. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta regio-regionya.5Keterangan : 1. Regio Hipokhondrium kanan2. Regio epigastrium3. Regio hipokondrium kiri4. Regio lumbal kanan5. Regio umbilikalis6. Regio Lumbal kiri 7. Regio iliaca kanan8. Regio hypogastrium9. Regio iliaca kiri Gambar 1. Pembagian Regio Abdomen (diambil dari kepustakaan 5)

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.2.1.1 Anatomi Luar Abdomen a.Abdomen depanWalaupun abdomen sebagian dibatasi oleh toraks bagian bawah, definisi abdomen depan adalah bidang yang dibatasi dibagian superior oleh garis intermammaria, di inferior dibatasi oleh kedua ligamentum inguinale dan symphysis pubis serta di lateral oleh kedua linea axillaris anterior. 1,5

Gambar 2. Abdomen depan(dikutip dari kepustakaan 11)b.PinggangIni merupakan daerah yang berada diantara linea axillaris anterior dan linea axillaris posterior, dari sela iga ke-6 di atas, ke bawah sampai crita iliaca. Di lokasi ini adanya dinding otot abdomen yang tebal, berlainan dengan dinding otot yang tipis di bagian depan, menjadi pelindung terutama terhadap luka tusuk.1,5c.PunggungDaerah ini berada di belakang dari linea axillaris posterior, dari ujung bawah scapula sampai crista iliaca. Seperti halnya daerah flank, di sini otot-otot punggung dan otot paraspinal menjadi pelindung terhadap trauma tajam.1,5

Gambar 3. Punggung(Dikutip dari kepustakaan 11)

2.1.2 Anatomi dalam dari AbdomenAda tiga regio yang berbeda pada abdomen meliputi rongga peritoneal, rongga pelvis dan rongga retroperitoneal. 5a. Rongga peritoneal Terbagi menjadi dua bagian yaitu upper abdomen dan lower abdomen. Upper Peritoneal Cavity Dilindungi oleh bagian bawah dari dinding thoraks yang mencakup diafragma, hepar, lien, gaster, dan colon tranversum. Bagian ini juga yang disebut sebagai thoracoabdominal dari abdomen. Pada saat ekspirasi penuh diafragma naik sampai intercostal IV, sehingga jika ada fraktur costa bagian bawah atau luka tusuk pada bagian yang sama maka akan mengenai juga daerah abdomen. Lower Peritoneal Cavity Berisikan usus, bagian colon ascenden dan colon descenden, colon sigmoid dan pada wanita terdapat organ reproduksi internal. 5

Gambar 4. Rongga Peritoneal(dikutip dari kepustakaan 11)b. Rongga Pelvis Dilindungi oleh tulang tulang pelvis, sebenarnya merupakan bagian bawah dari rongga intraperitoneal sekaligus bagian bawah dari rongga retroperitoneal. Di dalam rongga pelvis terdapat rectum, vesica urinaria, pembuluh darah illiaca dan pada wanita terdapat organ reproduksi internal. Sama halnya dengan daerah thoracoabdominal , untuk mendeteksi adanya trauma pada organ organ pelvis adalah dengan melihat tulang tulang yang melindunginya.5 Gambar 5. Rongga Pelvis(Dikutip dari kepustakaan 11)

c. Rongga Retroperitoneal Rongga yang berada di belakang dinding peritoneum yang melapisi abdomen, dan didalamnya terdapat aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar dari duodenum, pancreas , ginjal dan ureter serta sebagian posterior dari colon ascenden dan colon descenden, dan juga bagian rongga pelvis yang retroperitoneal. Trauma pada organ- organ retroperitoneal sulit dikenali karena daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa, dan juga cedera pada daerah ini pada awalnya tidak menunjukkan gejala yang jelas, dan juga didaerah retroperinoneal tidak bisa didiagnosa dengan Diagnostic Peritoneal Lavage.5

Gambar 6 Rongga Retroperitoneal(Dikutip dari kepustakaan 11)2.2Fisiologia. Lambung terletak oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Secara anatomi lambung memiliki bagian yang disebut fundus,corpus, dan antrum pilorikum atau pilorus. Fungsi lambung sebagai fungsi motorik adalah menyimpan makanan, menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin, mencampur makanan dengan getah lambung, mengosongkan lambing yang diatur oleh faktor saraf dan hormonal seperti kolesistokinin. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung diantaranya pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan pelepasan gastrin, mucus, bikarbonat dan instrinsic factor yang semuanya disekresi oleh kelenjar di submukosa. Asam lambung sendiri mempunyai pH 1. Spinchter pyloric mengkontrol makanan bergerak masuk dari lambung ke duodenum. 6b. Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat dan membentang mulai dari spinchter pyloric sampai dengan proximal usus besar (valvula ileocaecalis). Segmen dari usus halus sendiri terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum memiliki panjang 25 cm dan diamater 5 cm. Fungsi utama usus halus adalah pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat dicerna melalui berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal. Sekresi dari empedu dari hati membantu proses pencernaan yang lebih luas bagi kerja lipase. Disini terjadi proses absorbsi nutrient dan produk-produk lain oleh dinding usus halus yang mengandung vili-vili untik selanjutnya menuju ke sirkulasi dan limfe dan digunakan oleh tubuh. 6c. Usus besar memiliki panjang 1.5 m dengan bagian-bagian caecum, colon, dan rectum. Pada caecum terdapat valvula ileocaecalis yang mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam usus halus juga ada appendix vermiformis melekat pada ujungya. Sedangkan kolon terdiri dari segmen colon ascenden, transversal, descenden dan sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir disebut rektum yang membentang dari colon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Fungsi primer dari usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit. 6d.Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen. Hati, saluran empedu, dan pancreas berkembang dari cabang usus depan fetus dala suatu tempat yang kelak menjadi duodenum. Ketiga struktur ini dibicarakan bersama karena letak anatominya berdekatan dan fungsinya saling terkait dan terdapat kesamaan kompleks gejala akibat gangguan ketiga struktur ini. Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, diperdarahi kurang lebih 1450 ml permenit atau 29% dari cardiac output. Memiliki banyak fungsi yaitu selain merupakan organ parenkim yang paling besar, fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekskresi empedu, saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus sesuai kebutuhan. Hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat (glycogenesis, glycogenolysis, gluconeogenesis). Metabolisme protein (sintesis asam-asam amino non esential, sintesis protein plasma, sisntesis faktor pembekuan, pembentukan urea dari NH3 dimana NH3 merupakan hasil akhir dari asam amino dan aksi dari bakteria terhadap protein di kolon), detoksifikasi, metabolisme steroid (ekskresi dan conjugasi dari kelenjar gonad dan adrenal steroid). Fungsi selanjutnya adalah sintesis bilirubin, fungsi ketiga adalah sistem fagosit mononuklear oleh sel kupffer dimana terjadi pemecahan sel darah merah, sel darah putih, bakteri dan partikel lain, memecah hemoglobin dari sel darah merah menjadi bilirubin dan biliverdin. Hati menghasilkan getah-getah empedu sebanyak 30-60 ml dimana komposisinya 80% air, 10% bilirubin, 4-5% phospolipid dan 1% kolesterol yang akan disimpan dala kandung empedu dan akan dipekatkan. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan darah mengabsorpsi air dan garam organik sehingga menjadi lebih pekat dibandingkan dengan empedu hati. Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Fungsi endokrin sel beta pankreas mensekresi pankreas dan mempunyai fungsi regulasi level glukosa darah. Fungsi eksokrin dimana kelenjar acini menghasilkan getah pancreas dimana enzym panceras itu lipase dan amylase yang dikeluarkan ke usus halus. 6

BAB IIIINITIAL ASSESMENTInitial assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi dan dikerjakan secara sistematis.7Kegiatannya meliputi :11. Persiapan2. Triase3. Primary survey4. Resusitasi5. Secondary survey6. Pemantauan dan re-evaluasi Gunakan AED bila diperlukan7. Penanganan definitif

3.1 PERSIAPAN Fase pra rumah sakitFokus penanganan penderita yaitu di lokasi kejadian. Adakoordinasi petugas lapangan dengan rumah sakit. Penanganan dititik beratkan pada :7 Jalan napas Nadi Kontrol perdarahan Penanganan syok ImobilisasiKumpulkan keterangan yang dibutuhkan :7 Waktu kejadian Penyebab Riwayat penderita Fase rumah sakit Petugas rumah sakit melakukan perencanaan sebelum penderita tiba Persiapan pealatan Pemberian cairan Diagnostik Terapi lanjutan7

3.2 TRIASETriase adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang diprioritaskan berdasarkan ada tidaknya gangguan pada airway, breathing dan circulation (A B C).Triase juga mencakup pengertian mengatur rujukan sedemikianrupa sehingga penderita mendapatkan tempat perawatan yang selayaknya. Tindakan triase dapat dikerjakan pada sekelompok penderita,misal pada keadaan bencana atau korban massal atau padapenderita tunggal yang berarti menentukan diagnostik. Prioritas utama adalah penderita dengan survival hidup yang terbesar.7 Prinsip Seleksi Korban8Proses pilih & pindah pasien berdasarkan atas :a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam ukuran menitb. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam ukuran jamc. Ruda paksa ringand. Sudah meninggal Prioritas Pertolongan8Untuk memindahkan korban mana yang harus didahulukan digunakan labelalisasi warna. Pertlongan pada pelayanan gawat darurat sehari-hari dahulukan korban yang kondisinya berat sekali.Ada empat kategori dalam metode triage START (Simple Triage And Rapid Treatment) :8 Prioritas 1 Merah8Ini diberikan pada korban dengan kondisi kritis, seperti ;1. Masalah jalan napas (airway dan breathing)2. Perdarahan yang tidak terkontrol3. Cedera leher atau kepala4. Luka terbuka di perut5. Hioer / hipotermia6. Luka bakar berat7. keracunan Prioritas 2 Kuning8Diberikan pada korban dengan kondisi yang mendesak seperti ;1. Luka bakar tanpa ada masalah jalan napas2. Rasa sakit yang amat sakit dibeberapa bagian tubuh3. Ada bengkak dan perubahan bentuk terutama pada anggota ekstremitas4. Cedera punggung5. Kejang6. Cedera mata Prioritas 3 HijauDiberikan pada korban yang tidak mengalami cedera serius, memerlukan perawatan sedikit dan dapat menunggu perawatan tanpa bertambah parah seperti ;81. Rasa sakit ringan 2. Luka bakar ringan3. Bengkak4. Cedera jaringan lunak Prioritas 0 Hitam8Diberikan pada korban yang sudah meniggal.Dalam sistem START, pertama katakan pada korban yang bisa jalan pindah ke daerah khusus yang sudah ditetapkan, kemudian alihkan kepada korban yang tidak bisa jalan dengan penilaian awal. Pemeriksaan KesadaranTingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.Salah satu cara untuk mengukur kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah secara kualitatif menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale), yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.13Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata, bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (skor) dengan rentang 1-6 tergantung responnya.131. Eye Respon (respon membuka mata) :Skor

Spontan4

Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)3

Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari2

Tidak ada respon1

2Verbal Respon (respon verbal) :Skor

Orientasi baik5

Bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi tempat dan waktu4

Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduuh..., bapak....)3

Suara tanpa arti (mengerang)2

Tidak ada respon1

3Motorik Respon (respon motorik)Skor

Mengikuti perintah6

Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri5

Withdraws (menghindar / menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)4

Fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki ekstensi saat diberi rangsang nyeri3

Ekstensi abnormal (tangan satu atau keduanya ekstensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki ekstensi saat diberi rangsang nyeri)2

Tidak ada respon1

Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Niali GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :GCS: 14-15= cidera kepala ringan (CKR)GCS: 9-13= cidera kepala sedang (CKS)GCS: 3-8= cidera kepala berat (CKB)Menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).13

3.3 PRIMARY SURVEYSebelum kita melangkah ke penderita perlu diperhatikan terlebih dahulu alat pelindung diri yang harus kita pakai, karena pada prinsipnya dalam hal menangani penderita adalah aman diri kita, aman lingkungan, dan aman penderita.17Setelah kita menggunakan Alat Proteksi Diri (APD) kemudian kita cek respon penderita dengan memanggil nama, dengan menepuk bahu, dengan dirangsang nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana respon penderita pada rangsang suara dan rangsang nyeri atau bahkan tidak respon sama sekali.17Dalam bahasa Inggris, ini sering disebut sebagai AVPU, yaitu ;17A = Alert / sadar Penderita di katakan sadar apabila pasien dapat berorientasi terhadap tempat waktu dan orang. V = Verbal / Respon terhadap suara. Penderita ini dalam keadaan disorientasi, namun masih dapat diajak bicara.P = Pain / Respon terhadap nyeri. Pasien hanya berespon terhadap rangsangan nyeri.U = Unresponsive / tidak sadar. Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlakuan,tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan efesian. Pengelolaan penderita berupa primary survey yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya definitif. Proses ini berusaha mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan pada ABCDE.7A: Airway, menjaga airway dengan kontrol cervikal (cervikal spine control)B: Breathing, menjaga pernapasan dengan ventilasiC: Circulation dengan menghentikan atau mengontrol perdarahan (hemorrhage control)D: Disability, pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya gangguanneurologist (status neurologis)E: Exposure/environmental control, pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.7

3.3.1. AIRWAY a. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi

Gambar 7 Organ-Organ Respirasi(Dikutp dari kepustakaan 11)

Jalur udara pernapasan dimulai dari Cavum nasi, kemudian menuju Pharynx yang merupakan tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tengkorak sampai Oesophagus. Kemudian Larynx yang menghubungkan Pharynx dan Trachea, yaitu tabung pendek berbentuk kotak triangular dan ditopang oleh Sembilan kartilago; tiga berpasangan dan tiga tunggal. Trachea merupakan tuba dengan panjang 10 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior Oesophagus. Merentang dari Larynx hingga area vertebra kelima yang kemudian bercabang menjadi Bronchus principalis dextra dan Bronchus principalis sinistra, dan selanjutnya menuju ke Pulmo.14Bronchus principalis dextra berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih vertikal dibandingkan dengan Bronchus principaslis sinistra. Hal ini disebabkan karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Setiap Bronchus principalis bercabang 9 hingga 12 kali membentuk Bronchus lobaris kemudian Bronchus segmentalis dengan diameter yang semakin kecil.14Bronchus segmentalis kemudian membentuk Bronchiolus terminalis yang merupakan saluran udara terkecil. Bronchiolus terminalis kemudian dilanjutkan oleh Bronchiolus respiratorius yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas, lalu menuju ductus alveolaris, kemudian berakhir di saccus alveolaris terminalis.14Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh (inspirasi) dan untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan dari metabolisme kembali ke atmosfer (ekspirasi).14Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar. Sementara tekanan intrapleura dalam rongga pleura adalah tekanan sub-atmosfer atau kurang dari tekanan inta-alveolar. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru.14Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot inspirasi terdiri dari Diaphragma, M. intercostalis externa, M. pectoralis major, M. sternocleidomastoideus, M. serratus anterior, dan M. scalenus. Ekspirasi yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Otot-otot ekspirasi meliputi M. rectus abdominis, M. obliquus abdominis, M. transversus abdominis, dan M. intercostalis interna.15Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.151. Pernapasan Dada, yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.15 Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.152. Pernapasan Perut, merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.15 Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.15Suara paru-paru normal terbagi atas empat kelompok, yaitu: tracheal, bronchial, bronchovesikular dan vesikular.15Suara pernafasan tracheal sangat nyaring dan pitch-nya relatif tinggi. Inspirasi dan ekspirasi relatif sama panjang. Suara ini dapat didengar di atas trachea yang agak jarang dilakukan pada pemeriksaan rutin.15Suara pernafasan vesikular merupakan suara pernafasan normal yang paling umum dan terdengar hampir di semua permukaan paru-paru. Suaranya lembut dan pitch rendah. Suara inspirasi lebih panjang dibanding suara ekspirasi.Suara vesikular bisa terdengar lebih kasar dan sebagian terdengar lebih panjang apabila ada ventilasi yang cepat dan dalam (misal setelah berolah raga) atau pada anak-anak yang memiliki dinding dada yang lebih tipis. Suara vesikular juga bisa lebih lembut jika pasien lemah, tua, gemuk, atau sangat berotot.15Suara bronchial sangat nyaring, pitch tinggi, dan suara terdengar dekat dengan stetoskop.Terdapat gap antara fasa inspirasi dan ekspirasi pada pernafasan, dan suara ekspirasi pada pernafasan, dan suara ekspirasi terdengar lebih lama dibanding suara inspirasi.Jika suara ini terdengar dimana-mana kecuali di manubrium, hal tersebut biasanya mengindikasikan terdapat daerah konsolidasi yang biasanya berisi udara tetapi berisi air.Terdapat suara pernafasan yang tingkat intensitas dan pitch-nya sedang. Inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dengan suara bronchi, jika terdengar di mana-mana selain di batang utama bronchus, biasanya mengindikasikan daerah konsolidasi.15Selain suara pernapasan normal, terdapat pula suara-suara pernapasan abnormal, yang terjadi akibat adanya obstruksi saluran pernapasan dan diklasifikasikan sebagai berikut:1. Stridor, yaitu suara abnormal bernada tinggi yang dihasilkan oleh aliran udara turbulen melalui sebagian jalan napas yang terhambat pada tingkat supraglottis, glotis, subglottis, dan atau trakea. Stridor adalah suara napas inspirasi yang keras, kasar, dan bernada sedang.152. Wheezing, yaitu bunyi ngiik. . . yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronkitis.153. Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.15Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi hanya mengisi saluran napas yang tidak mengalami pertukaran gas, seperti pada hidung, pharynx, dan trachea. Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak berguna untuk pertukaran gas.15Ruang rugi terbagi atas dua, yaitu ruang rugi anatomis dan ruang rugi fisiologis. Ruang rugi anatomis terdiri dari seluruh ruang sistem pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lainnya yang berkaitan erat. Ruang rugi fisiologis adalah sebagian alveoli yang tidak berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati kapiler paru yang berdekatan.15b. Pemeriksaan airwayPrioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah penyebab utama kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi. Oleh karena itu jalan nafas harus tetap terjaga dan terbuka, biasanya obstruksi jalan nafas total yang sering sekali menyebabkan kematian. Head tilt-chin lift dan jaw trust harus kita lakukan agar jalan nafas tetap terbuka dalam hal ini look, listen and feel dapat juga kita lakukan. Walaupun look, listen and feel adalah pemeriksaan pada breathing perlu diingat bahwa setiap penderita yang dapat berbicara dengan jelas untuk sementara menjamin bahwa jalan nafasnya tidak ada masalah.14 LookLihat apakah kesadaran penderita berubah, bila penderita menjadi gelisah kemungkinan besar karena hipoksia. Pada penderita trauma kapitis, penderita yang gelisah dapat disebabkan oleh: Hipoksia buli-buli penuh nyeri pada tempat lain seperti adanya fraktur, dll trauma kapitisnya sendiriSianosis : ini pasti karena hipoksia dapat dilihat pada kuku dan sekitar mulut.Perhatikan juga adanya penggunaan otot pernapasan tambahan ListenPernapasan yang berbunyi adalah pernapasan yang terobstruksi-mengorok : lidah jatuh ke belakang-bunyi cairan (gargling) : darah atau cairan-stridor disebabkan obstruksi parsial dari pharing atau laryng.14

FeelRasakan pergerakan udara ekspirasi dan tentukan apakah trachea terletak di tengahDengan look listen feel kita dapat mengetahui beberapa hal diantaranya ada sumbatan jalan nafas partial / sumbatan total karena memang kedua hal inilah yang kita cari dan temukan pada pemeriksaan jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh benda asing, cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita tidak sadar, kelainan adsnatomis dan beberapa fraktur di daerah wajah dan trachea, luka bakar ( trauma inhalasi ), dsb.17Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servical, karena kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu diperhitungkan.17Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :171. Trauma dengan penurunan kesadaran2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula3. Multi trauma4. Biomekanik trauma yang mendukungc. Permasalahan9 Snoring (ngorok): jalan napas sebagian tersumbat (biasanya oleh lidah) Gargling (mendenguk, napas melalui cairan) : cairan berada dalam tenggorokan Crowing (suara napas menyerupai suara burung) : spasme atau obstruksi parsial dalam bronkusd. Penanganan17

Snoring: Head tilt-chin lift Jaw Trust OPA/ NPACrowing : Airway definitif Intubasi Nidle cricothiroidotomi Gargling : Miringkan (logroll) Suction Finger sweepJika yang terjadi adalah sumbatan total, maka dapat dilakukan beberapa cara pembebasan berikut:9 Abdominal Thrust (Heimlich Manuever) pada posisi berdiri atau dudukCaranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.9 Abdominal Thrust(Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban.Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.9

Gambar 8 . Abdominal ThrustDikutip dari kepustakaan 9

Gambar 9. Abdominal Thrust pada anak dan bayiDikutip dari kepustakaan 9 Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)pada yang dilakukan sendiriCaranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kearah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi.9

Gambar 10. Abdominal Thrust yang dilakukan sendiriDikutip dari kepustakaan 9 Back BlowBila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae).9

Gambar 14. Back blowDikutip dari kepustakaan 10

Gambar 11. Back blow pada anak dan bayiDikutip dari kepustakaan 10 ChestThrustBila penderita sadar, lakukanchest thrust5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.9 Keluarkan benda padat dengan jari telunjuk sementara jari tangan pada tangan yang lain mempertahankan lidah dan rahang atas. Apabila terdapat cairan dalam jalan napas misalnya darah dapat dilakukan suction 9 Penyebab obstruksi saluran napas bagian atas adalah lidah yang jatuh ke belakang dan menutup nasofarings. Selain itu bekuan darah, muntahan, edema atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut. Ada tiga cara untuk membebaskan obstruksi jaan napas:9Jika dengan cara di atas kurang berhasil, maka dapat digunakan jalan napas buatan, sebagai berikut: Nasopharyngeal airway

Gambar 12. Nasopharyngeal TubeDikutip dari kepustakaan 10 Oropharyngeal airwayGambar 13. Oropharyngeal TubeDikutip dari kepustakaan 10 Endotracheal tube

Gambar 14. Endotracheal TubeDikutip dari kepustakaan 10Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah jalan nafas bebas.10 Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas Beri oksigen bila ada 6 liter/menit Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral Nilai apakah ada suara nafas tambahan. 10Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi. Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:171. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala dan leherPenolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal - dari dagu ke arah sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan jari sampai pangkal leher (clavicula)2. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti ukuran pada neck collar3. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai posisi leher berubah 4. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar mengelilingi leher.5. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro 6. Pastikan collar pada posisi nyaman 7. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan

3.3.2. BREATHINGa. PemeriksaanVentilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi secara cepat.17Ventilasi dikatakan baik apabila :171. Peranjakan dada simetris2. Penderita tidak sesak3. Tidak disertai suara, gurgling, snoring, crowing4. Tidak sianosisLook listen and feel dilakukan yaitu dengan melihat peranjakan dada, mendengar suara nafas dan merasakan hembusan nafas penderita.17Look Listen and Feel dilakukan sebatas untuk mengetahui apakah penderita tersebut masih bernafas atau tidak, kemudian kalau penderita tersebut masih bernafas, apakah nafasnya normal, atau kurang dari normal.17Apabila anda menemukan penderita tersebut tidak bernafas anda dapat melakukan ventilasi buatan, apabila pernafasannya kurang adekuat anda bisa memberikan oksigen melaui nasal kanul, rebreathing mask, non rebreathing mask atau sesuai dengan kebutuhannya.17Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada gangguan breathing: 171. Inspeksi = untuk melihat ekspansi pernafasan.2. Auskultasi = untuk memastikan masuknya udara kedalam paru.3. Perkusi = untuk menilai adanya udara atau darah dalamrongga pleura.4. Palpasi = untuk melihat kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi.b. PermasalahanJalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.17Tanda distres nafas17 Nafas dangkal dan cepat Gerak cuping hidung (flaring nostril) Tarikan sela iga (retraksi) Tarikan otot leher (tracheal tug) Nadi cepat Hipotensi Vena leher distensi Sianosis (tanda lambat)5 kasus breathing yang mengancam nyawa serta penanganannya :17 Tension pneumothorax Open Pneumothorax Masif Hematothorax Flail chest Tamponade Jantungc. Penanganan a. Ventilasi mouth to mouth

Gambar 15. Ventilasi mouth to mouthDikutip dari kepustakaan 10Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan nafas korban harus terbuka. Perhatikan kedua tangan penolong pada gambar masih tetap melakukan teknik membuka jalan nafas Chin lift. Hidung korban harus ditutup bisa dengan tangan atau dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban.Mulut penolong mencakup seluruh mulut korban.Mata penolong melihat ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada.Pemberian pernafasan buatan secara efektif dapat diketahui dengan melihat pengembangan dada korban.Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik, berikan pernafasan biasa.kemudian berikan pernafasan kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara biasa untuk mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang-kunang.17b. Ventilasi mouth to nose

Gambar 16. Ventilasi mouth to noseDikutip dari kepustakaan 10Cara ini direkomendasikan jika pemberian nafas buatan melalui mulut korban tidak dapat dilakukan misalnya terdapat luka yang berat pada mulut korban, mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat mencakup mulut korban.17c. Ventilasi mouth to mask

Gambar 17. Ventilasi mouth to maskDikutip dari kepustakaan 10

Cara ini melalui pemberian napasmelalui masker penghalang untuk melindungi penyelamat dari menjadi terkena cairan tubuh korban.Masker saku biasanya terbuat dari plastic dan mengandung nilai salah satu cara yang dirancang untuk membatasi paparan penyelamat untuk dihembuskan udara, cairan tubuh, dan proses penyakit.17d. Ventilasi mulut ke alat pelindung

Gambar 18. Cara menggunakan ambubagDikutip dari kepustakaan 10

Penolong seorang diri dalam menggunakan ambubag harus dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging.Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan.Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban.17Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.17 Tension pneumothoraxTindakannya : pasang needle thoracosintesis pada intercostae 2 linea medio clavicularis Open PneumothoraxTindakannya : tutup dengan kasa 3 sisi menggunakan adhesive dressing ( kasa plastik ) Masif HematothoraxTindakannya : IV 2 jalur dengan jarum yang paling besar, dengan cairan RL yang dihangatkan. Flail chestTindakannya : Analgetik kuat Tamponade JantungTindakannya : Pericardio sintesis memakai jarum besar17

3.3.3. SIRKULASIa. Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi

Gambar 19. Letak JantungDikutip dari kepustakaan 11

Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua per tiga jantung terletak di sebelah kiri linea midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.15Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. Jantung dibungkus oleh kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, disebut perikardium. Sementara dindingnya tersusun dari tiga lapisan, yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium.15Pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam system sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7-5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti. Sistem sirkulasi tubuh terbagi atas dua, yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik.151. Sirkulasi ParuDarah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup katup semilunaris. Dari vetikel kanan mengalir melalui katup pulmonaris kearteri pulmonaris. Arteri pulmonaris bercabang-cabang menjadi arteri pulmonaris kiri dan kanan yang masing-masing mengalir ke paru-paru kiri dan kanan. Di paru-paru arteri pulmonaris becabang-cabang berkali-kali menjadi ateriol kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada satuan pernafasan melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali menjadi venula, kemudian vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonaris besar dan kembali ke atrium kiri.15

Gambar 20. Sirkulasi paru

2. Sirkulasi SistemikDarah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang terletak di sambungan atrium dan ventrikel (katup mitralis). Darah dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Darah di aorta diteruskan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol dan kapiler yang kemudiaan menyatu kembali untuk membentuk vena-vena.15Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar, vena cava inferior, sedangkan vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena cava superior. Kedua vena bermuara ke atrium kanan.15

Gambar 21. Sirkulasi sistemikb. Pemeriksaan Volume Darah Dan Curah Jantung (Cardiac Output)15Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca-bedah yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit.Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dan status hemodinamika penderita.15Ada 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik ini yakni tingkat kesadaran, wama kulit dan nadi.15 Tingkat kesadaran:Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan darah dalam jumlah banyak belum tentu mengakibatkan gangguan kesadaran).15 Warna kulitWama kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma yang kulitnya kemerahan terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia. Bila memang disebabka hipovolemia, maka ini menandakan kehilangan darah minimal 30% volumedarah.15 NadiNadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri carotis harus diperiksa bilateral, untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan kecil dan cepat. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normovolemia. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia, namun harus diingat sebab lain yang dapat menyebabkannya. Nadi yang tidak teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi dan nadi sentral (arteri besar) merupakan pertanda diperlukannya resusitasi.15 Tekanan DarahJangan terlalu percaya kepada tekanan darah dalam menentukan syok karena :171. Tekanan darah sebelumnya tidak diketahui.2. Diperlukan kehilangan volume darah lebih dari 30% untuk dapat terjadi penurunan tekanan darah.17Setiap kita menemukan penderita trauma dengan akral dingin dan takikardi harus kita anggap bahwa penderita ini dalam keadaan shock, lakukan pemasangan IV line 2 jalur menggunakan jarum besar diguyur dengan RL yang sudah dihangatkan jangan lupa sebelum menginfus ambil sampel darah untuk crossmatch atau lakukan autotranfusi.17c. PermasalahanPerdarahanPada kasus trauma dikenal adanya perdarahan luar (eksternal) dan perdarahan dalam (internal) perdarahan luar adalah perdarahan yang terlihat biasanya tidak begitu parah tergantung luar dan dalamnya perlukaan sedang perdarahan dalam adalah perdarahan yang tidak kelihatan dan sering kali membahayakan penderita, adapun perdarahan dalam yang bisa menyebabkan shock antara lain :171. Rongga dada2. Rongga Abdomen3. Rongga Pelvis4. Tulang panjang5. RetroperitonealGangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok.18 Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi. Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstremitas teraba dingin, berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik). Tanda-tanda sirkulasi normal :18 Perfusi perifer : teraba hangat, kering Warna akral : pink/merah muda Capillary refill time: < 2 detik Denyut nadi < 100 Tekanan darah sistole >90-100 Produksi urine 1 ml/kgBB/jam Tanda klinis syok :18 Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah Capillary refill time> 2 detik Nafas cepat Nadi cepat > 100 Tekanan darah sistole < 90-100 Kesadaran : gelisah s.d koma Pulse pressure menyempit JVP rendah Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam Perkiraan besarnya tekanan darah sistolik jika nadi teraba di19 Radialis :> 80 mmHg Femoralis :> 70 mmHg Carotis :> 60 mmHgd. penangananDengan meninggikan ekstrimitas bawah 45 derajat, kalau tidak ada respon cari sumber perdarahan dan hentikan, tambah lagi cairan kristaloid, apabila tidak berhasil juga berikan tranfusi darah type spesific.17Langkah-langkah ini juga bisa dilakukan pada penderita dengan shock karena perdarahan internal. Sedangkan perdarahan eksternal dapat kita lakukan dengan balut cepat/ balut tekan, elevasi daerah yang luka atau kombinasi dengan penekanan pada arteri yang besar.17Untuk torniquet sudah tidak dianjurkan lagi karena bisa merusak jaringan, kecuali pada luka amputasi yang tidak mungkin disambung kembali.17Pada penderita fraktur dibeberapa bagian tubuh bisa kita lakukan pembidaian. Resusitasi Kardio Pulmonal17Resusitasi kardio pulmonal adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantungsehingga dapat pulih kembali.17Resusitasi kardio pulmonal dilakukan bila:171.Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: Hipoksemia karena berbagai sebab Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)RKP merupakan proses serial, yang menimbulkan aliran darah dengan cara meningkatkan tekanan dalam rongga dada atau langsung menekan jantung. Darah bersirkulasi menuju jantung, dikombinasikan dengan pernapasan buatan akan memberikan suplai oksigen yang cukup adekuat ke otak dan organ vital lainnya hingga defibrilasi dapat dilakukan.18 Menentukan Titik Kompresi Posisikan diri Anda berlutut disamping korban Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan Anda untuk menentukan batas bawah dari sangkar costa Jika sudah Anda dapatkan, gerakkan jari Anda menelusuri lengkung costa sampai ke takik pada ujung sternum (proc. Xiphoideus) Letakkan jari tengah Anda di atas atau pada takik dan jari telunjuk di sebelah atasnya Letakkan tumit tangan Anda yang lain (tangan yang dekat dengan kepala korban) di atas sternum, di sebelah atas jari telunjuk Angkat jari-jari Anda dari takik dan letakkan tangan tersebut di atas tangan yang lain pada dada; Langkah-langkah kompresi jantung :181. Letakkan korban di tempat yang datar dan keras2. Bebaskan dada korban dari baju yang dikenakan korban3. Perlu diingat sebelum melakukan kompresi dada jalan nafas harus dipastikan tetap bebas4. Letakkan punggung telapak tangan kanan atau tangan yang dominan tepat di tengah-tengah tulang dada diantara kedua puting susu.5. Letakkan tangan yang satu lagi diatas tangan yang dominan tadi.6. Pastikan kedua tangan dapat saling terkait dengan stabil7. Arahkan bahu agar tepat berada diatas kedua telapak tangan tersebut hingga lengan menjadi lurus8. Dengan menggunakan bantuan berat badan, lakukan penekanan ke dada korban hingga kedalaman 2 inci pada dewasa dan 1,5 inci pada bayi.Gambar 22. Posisi tangan saat RKPDikutip dari kepustakaan 10

Gambar 23. Posisi saat RKPDikutip dari kepustakaan 10

9. Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali (dulu 15, yang terbaru 30 kompresi) kemudian diselingi dengan nafas buatan sebanyak 2 kali. Ini merupakan satu siklus. (AHA 2010; penolong meningkatkan kecepatan kompresi dinding dada setidaknya 100 kali permenit & pada anak menekankan pengelolaan penanganan dalam periode 2 menit kompresi terus menerus)10. Setelah lima siklus, dapat diperiksa kembali apakah sudah ada denyut jantung. Bila belum ada, ulangi kembali siklus.

Gambar 24. Resusitasi kardio pulmonalDikutip dari kepustakaan 10Resusitasi Kardio Pulmonal pada Anak dan Bayi korban anak-anak (1 8 tahun)Untuk anak-anak (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 14 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali pijat jantung dan sekali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan disini adalah penekanan jantung tidak boleh terlalu dalam, hanya 3 4 cm saja, dan tiupan pada saat pemberian nafas buatan juga tidak boleh terlalu kencang.10 korban bayi (kurang dari 1 tahun)Untuk bayi (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Yang perlu diperhatikan pada RPJ pada bayi adalah penekanan jantung dilakukan dengan 2 jari saja (jari tengah dan jari manis) dengan kedalaman 1,5 2,5 cm dan volume nafas yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi penolong saja.10 Penghentian Tindakan Resusitasi181. Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan2. Mengecek nadi dan pernafasan3. Penolong sudah kelelahan4. Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggalRJP yang tidak efektif18 RJP yang efektif tidak berarti bahwa pasien harus hidup. Banyak korban yang mendapatkan usaha resusitasi yang baik tidak dapat pulih ( tidak hidup). Kesempatan pasien untuk hidup menjadi lebih besar jika RJP dilakukan secara efisien. Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan satu atau lebih dari problem problem di bawah ini : - Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilit pada waktu diberikan nafas buatan; - Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara; - Mulut penolong tidak melingkupi mulut korban secara erat;- Hidung korban tidak ditutup selama pemberian nafas buatan; - Korban tidak berbaring diatas alas yang keras; - irama kompresi yang tidak teratur.

3.4. SECONDARY SURVEYSecondary survey adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (HEAD TO TOE EXAMINATION), termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.Pada secondary survey ini dilakukan pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk mencatat skor GCS bila belum dilakukan dalam primary survey.3.4.1 AnamnesisSeringkali anamnesis tidak bisa didapat dari penderita sendiri dan harus didapat dari petugas lapangan atau keluarga.1Riwayat AMPLE patut diingat :1A: AlergiM: Medikasi (obat yang diminum saat ini)P: Past illness (penyakit penyerta) / pregnancyL: Last mealE: Event / Environment (lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.3.4.2 Pemeriksaan fisik1Pemeriksaan kondisi umum menyeluruha. Posisi saat ditemukanb. Tingkat kesadaranc. Sikap umum, keluhand. Trauma, kelainane. Keadaan kulit1) Pemeriksaan Kepala dan leherDilakukan evaluasi terhadap adanya tanda-tanda trauma eksternal seperti kontusio jaringan, ecchymosis, laserasi, atau pembengkakan jaringan lunak. Kadang-kadang laserasi SCALP atau bahkan luka tembak kranial bisa terlewatkan selama pemeriksaan karena tertutup oleh rambut, disamping itu letak luka pada occipital juga sering menyebabkan pemeriksaan terlewatkan karena lokasinya tertutupi oleh posisi penderita dalam keadaan supine.1Perhatikan adanya ecchymosis pada daerah mastoid (battles sign), CSS pada nares atau kanalis auditorik eksternal yang merupakan tanda-tanda adanya fraktur basis kranii.1Palpasi dilakukan secara sistematis dan simultan terhadap tulang-tulang wajah pada kedua sisi. Apakah ada tanda-tanda step-off atau krepitasi. Dari palpasi juga diperkirankan bentuk fraktur tulang maksila (leFrort), antara lain :1 IeFort I, ketidakstabilan terletak antara hidung dan gigi incisivus superior. IeFort II, ketidakstabilan terletak setinggi Os nasal. IeFort III, fraktur dengan disfungsi kraniofasial komplit.Perhatikan pula adanya hematoma dan emfise subkutis, hal ini menunjukkkan adanya cedera trakea atau oesophagus.Periksa luka tusuk/perlukaan pada leher, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang leher.2) Pemeriksaan Thoraks1Inspeksi, Palpasi, Perkusi, auskultasi.Waspadai Tension pneumothorak, Open pneumothorak, Masif hemothorak dan Temponade jantung.3) Pemeriksaan Abdomen1Luka tembus dan luka tembak dapat dilakukan laparoscopy/laparotomy. Dengan trauma tumpul abdomen dilakukan USG dan DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)4) Pemeriksaan Ekstremitas1Kehilangan darah pada fraktur tertutup antara lain: humerus, tibia, femur dan pelvis.Sedang beberapa keadaan yang dapat menimbulkan iskemik antara lain: cedera pembuluh darah, fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku, crush injuri, sindroma kompartemen, dislokasi sendi panggul. Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan: pulsasi arteri tidak teraba (pulselessness), pucat (pallor), dingin (coolness), hilangnya fungsi sensorik dan motorik, kadang- kadang disertai hematoma, bruit dan thrill.1Pada pemeriksaan fisik juga penting untuk memperhatikan :11. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai dengan survei primer)2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-SD: DeformitasE: EkskoriasiC: ContusioA: AbrasiP: PenetrasiB: Bullae / BurnL: LaserasiS:Swelling / Sembab3. Pada dugaan patah tulang selalu dimulai dengan pertanyaan adakah P-I-CP: PainA: InstabilitasI: Crepitasi Stabilisasi dan transportasi1Transportasi boleh dilaksanakan jika penderita telah diresusitasi secara adekuat dan penderita dalam keadaan stabil. Semuanya dilaksanakan dengan prinsip Do no further harm. Selama perjalanan harus disertai dengan peralatan komunikasi, alat monitoring dan resusitasi, obat-obatan dan didampingi tenaga medis terlatih. Disamping itu, sebaiknya rujukan tersebut disertai dengan informasi yang meliputi :1Usia dan jenis kelamin, mekanisme trauma, waktu dan tempat kejadian, GCS awal, tanda vital, defisit neurologis, perubahan-perubahan yang terjadi sejak trauma, ada tidaknya cedera penyerta, adabya komplikasi cedera kepala seperti kejang, hasil AGD, radiologis, obat dan cairan yang diberikan serta riwayat penyakit terdahulu.1

3.5 INDIKASI PENGAKHIRAN RESUSITASIRJP dihentikan bila 18 Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan Mengecek nadi dan pernafasan Penolong sudah kelelahan Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggala. Resusitasi Yang BerhasilTanda-tanda keberhasilan RJP: 181. Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal 3. Denyut jantung kembali terdengar4. Reflek pernapasan spontan dapat terlihat5. Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.6. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya.7. Penderita berusaha untuk menelan penderita menggeliat atau memberontak.b. Resusitasi Yang Tidak BerhasilSemua tenaga kesehatan dituntut untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti nafas atau henti jantung dibuat, tetapi dokter pribadi korban hendaknya lebih dulu diminta nasehatnya sebelum upaya resusitasi dihentikan. Tidak sadar ada pernafasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi pupil yang menetap selama 15 sampai 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian otak kecuali pasien hipotermik atau dibawah efek barbiturat atau dalam anesthesia umum. Akan tetapi tidak adanya tanggapan jantung terhadap tindakan resusitasi. Tidak ada aktivitas listrik jantung selama paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal menandakan mati jantung.18Seseorang dikatakan mati bilamana:18 Fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik dan kematian system tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit dan otak merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang irreversible atau di sebut mati batang otak. Fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible.

3.6 ALGORITMA INITIAL ASESSMENTMonitor adanya fibrilasi ventrikel , takikardia ventrikelNilai kesadaran/ respon penderitaTakikardiaBradikardiaTeruskan RJP dan atasi sesuai protokolBernapas Tempatkan dalam posisi aman,bila tidak ada traumaTidak respon Aktifkan system gawat darurat (ambulance, dll) Upayakan devibrilator Nilai pernafasan (buka jalan nafas, lihat, dengar, dan rasa)Tdk bernapas Berikan 2 pernapasan buatan. Nilai sirkulasiasistoleAtasi sesuai protokolAda respon Observasi Obati sesuai indikasi

Di curigai penyebab?IMA atasi sesuai protokolDisosialisasi elektromekanika Oksigen- Anamnesis Cairan LV- Pemeriksaan fisik Monitor- EKG 12 Sendapan Tanda vital

Mulai RJPHipertensi/stroke/edema paru akut, atasi sesuai protokol Teruskan RJP Intubasi Pastikan letak pipa trakea Pastikan ventilasi Tentukan irama & penyebabAktivitas listrik? Defibrilasi Teruskan RJP dan atasi sesuai protokolAritmia Teruskan RJP dan atasi sesuai protokol adaadaYaTidakpulsasiAda pulsasi

BAB IVDIAGNOSIS/ TERAPI/ PENANGANANTRAUMA TAJAM ABDOMEN

4.1 DIAGNOSISPada pasien yang mengalami hipotensi, sasaran dokter mula-mula adalah menetukan apakah ada/tidak trauma abdomen, dan apakah ini yang mengakibatkan hipotensi. Pasien dengan hemodinamik yang stabil tanpa tanda-tanda peritonitis bias diperiksa lebih detail untuk menentukan apakah ada trauma yang spesifik, atau apakah selama observasi timbul peritonitis ataupun perdarahan.1

4.1.1 Anamnesis Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi : kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis.1

4.1.2 Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

a. InspeksiPada inspeksi terdapat hal-hal perlu diperhatikan yaitu Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya kemungkinan kerusakan organ di bawahnya. Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari. Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal. Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.1

b. AuskultasiPada auskultasi, yang perlu diperhatikan:Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali. Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya trauma diafragma.1

c.PalpasiPada palpasi, perlu diperhatikan: Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding perut abdomen akibat peritonitis. Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organ-organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.1

d. Perkusi1Pada perkusi, perlu diperhatikan : Redup hepar yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga perut yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus. Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis umum. Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga perut, berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.

Pemeriksaan rektal toucher dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibat fraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus rektal penting untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi high-riding prostate mengarah pada trauma salurah kemih.Pemeriksaan abdominal tap merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan tambahan keterangan bila terjadi pengumpulan darah dalam rongga abdomen, terutama bila jumlah perdarahan masih sedikit, sehingga klinis masih tidak begitu jelas dan sulit ditentukan. Caranya dapat dilakukan dengan : Buli- buli dikosongkan, kemudian penderita dimiringkan ke sisi kiri. Disinfeksi kulit dengan yodium dan alcohol. Digunakan jarum yang cukup besar dan panjang, misalnya jarum spinal no. 18-20 Sesudah jarum masuk ke rongga perut pada titik kontra Mc Burney, lalu diaspirasi. Dianggap positif bila diperoleh darah minimal sebanyak 0.5 cc

Penetrasi (trauma tajam)121. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali adanya tim medis.2. Penangannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain gaas pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.4. Imobilisasi pasien5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan7. Kirim ke rumah sakit

4.1.3 Intubasi Jika problem airway, breathing, dan circulation sudah dilakukanpemasangan kateter gaster dan urin sebagai bagian dari resusitasi.a. Gastric tubeTujuan terapeutik dari pemasangan gastric tube sejak masa resusitasi adalah untuk mengatasi dilatasi lambung akut, dekompresi gaster sebelum melakukan DPL, dan mengeluarkan isi lambung yang berarti mencegah aspirasi. Adanya darah pada NGT menunjukkan kemungkinan adanya cedera oeshopagus ataupun saluran gastrointestinal bagian atas bila nasofaring ataupun orofaringnya aman.b. Kateter urinTujuan pemasangan adalah mengatasi retensi urine, dekompresi buli-buli sebelum melakukan DPL, dan untuk monitor urinary outuput sebagai salah satu indeks perfusi jaringan. Hematuria menunjukkan adanya cedera traktus urogentitalis.

4.1.4 Pengambilan sampel darah dan urineDarah yang diambil sewaktu pemasangan jarm infus gunanya adalah menentukan tipe darah. Pada pasien yang hemodinamiknya tidak stabil. Bersamaan dengan itu dilakukan juga pemeriksaan darah rutin, kalium+glukosa+amylase (pada trauma tumpul) dan juga kadar alcohol darah. Urine dikirim untuk urinalisa ataupun test obat dalam urine bilamana diperlukan.1

4.1.5 Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tajamPasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal tidak memerlukan pemeriksaan screening X- Ray. Pada pasien luka tusuk di atas umbilicus atau dicurigai dengan cedera thoraco abdominal dengan hemodinamik yang normal, rontgen foto thorax tegak bermanfaat untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumothorax, ataupun untuk dokumentasi adanya udara bebas intraperotoneal. Pada pasien hemodinamiknya normal, pemasangan klip pada luka masuk maupun luka keluar dari suatu luka tembak dapat memperlihatkan jalannya peluru maupun adanya udara retroperitoneal pada rontgen foto abdomen tidur.1

BAB VKOMPLIKASI1. PerforasiGejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadiperangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat.Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karenamikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon terlukadan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukanpembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapatmenimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.12

2. PerdarahanSetiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapatmenimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus padatrauma tumpul biasanya terhindar. Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untukmenentukan secepatnya, apakah ada perdarahan dan tindakan segera harus dilakukanuntuk menghentikan perdarahan tersebut. Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa.Dalam tarafpertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umumperangsangan peritoneal belum ada sama sekali.12

BAB VIKESIMPULAN

1. Abdomen secara otomatis terbagi dalam dua bagian yaitu abdomen luar dan abdomen dalam. Abdomen luar terdiri dari abdomen depan, pinggang, dan punggung sedangkan abdomen dalam terdiri dari 3 regio yaitu rongga peritoneal, rongga retroperitoneal dan rongga pelvis yang di dalamnya terdapat organ-organ vital seperti organ pencernaan dan reproduksi.2. Trauma tajam abdomen adalah salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan pertolongan yang cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan.3. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi kadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait.4. Penilaian awal pada abdomen, prioritas maupun metode yang digunakan sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat, dan lokasi trauma maupun status hemodinamik penderita.5. Penanganan awal pada trauma tajam abdomen yang dikenal sebagai initial assessment terdiri dari beberapa tahap yaitu :a. Persiapanb. Triasec. Primary survey (ABCD)d. Resusitasie. Secondary survey (head to toe and history taking)f. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungang. Penanganan definitif1. Penanganan pra rumah sakit pada trauma tajam abdomen dapat berupa :a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis. Cukup dengan melilitkan dengan kain gaas pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.b. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang dianjurkan dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.c. Imobilisasi pasien6. Sebagian besar trauma tajam abdomen ditangan dengan laparatomi eksploratif karena insiden cedera intraperitoneal bias mencapai 95%. Bila ada kecurigaan bahwa trauma tajam sifatnya superficial dan tidak menembus lapisan dinding abdomen biasanya akan dilakukan eksplorasi luka terlebih dahulu untuk menentukan kedalamannya sambil dilakukan monitoring keadaan pasien.7. Komplikasi kegawatdaruratan trauma abdomen yaitu berupa perforasi, perdarahan, syok dan juga peningkatan resiko regurgitasi lambung pada kasus pembedahan darurat abdomen.

BAB VIIAYAT AL-QURAN

QS. Al - Baqarah ayat 148 ( )

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah : 148)

1.White M, Yancey AH. Abdominal Trauma. New York: Explore Resorce Central 2011. p. 237-43.2.Meredith JW, Kaufmann C, Hunt RC, Krohmer JR. Trauma Abdomen. In: Peterson N, Scardiglia J, editors. Advanced Trauma Life Support for Doctors. 8 ed. USA: American College of Surgeon; 2004. p. 129-45.

2