3
Buletin Teknik Pertanian Vol. 9, Nomor 1, 2004 13 T anaman jambu mete ( Anacardium occidentale L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi dan potensial untuk dikembangkan di kawasan timur Indonesia. Dalam pengembangannya di- butuhkan bibit sambung pucuk sekitar 7,67 juta batang atau 73.75 ton benih/tahun (Damanik, 1997). Abdullah (1994) menganjurkan dua model pembibitan jambu mete, yaitu di persemaian dan di polybag sebelum dipindah ke lapangan. Namun, Hadad dan Koerniati (1996) melaporkan bahwa benih yang ditanam langsung di lapangan menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih unggul di- banding melalui pembibitan. Menurut Soegondo (1996), keberhasilan penyam- bungan bibit ditentukan oleh kondisi tanaman (umur, besar, kesegaran dan pertumbuhan) batang bawah dan batang atas (entres), serta curah hujan dan kelembapan di sekitar pem- bibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum dilakukan penyambungan juga berpengaruh terhadap keberhasilan penyambungan (Djazuli et al., 1999). Selain itu, keterampilan teknisi penyambung (graftor) ikut menentukan tingkat keberhasilan penyambungan (Hadad dan Koerniati, 1996). Waktu yang baik untuk melakukan penyambungan adalah pada saat cuaca cerah. Namun ada pula yang menye- butkan bahwa penyambungan pada awal musim kemarau memberikan hasil yang lebih baik daripada musim hujan, tetapi hal tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut (Zaubin dan Suryadi, 1999). Pucuk yang digunakan sebagai batang atas adalah pucuk pada stadium istirahat atau tunas tidur menjelang fase generatif. Tunas ini muncul bertepatan dengan awal musim kemarau. Ketersediaan pucuk untuk batang atas dalam stadium tunas tidur sangat terbatas. Untuk merangsang per- tumbuhan tunas diduga dapat dilakukan melalui perontokan daun (defoliasi), yaitu dengan menggunting daun jambu mete beberapa hari sebelum penyambungan. Untuk me- menuhi jumlah entres yang sangat banyak dapat digunakan tunas dalam stadium lainnya, sehingga memungkinkan untuk melakukan penyambungan selain pada tunas tidur. Dengan demikian waktu pelaksanaan penyambungan menjadi lebih luas, dan peluang ketersediaan bahan entres menjadi lebih besar. Keberhasilan penyambungan jambu mete dipengaruhi oleh ketersediaan entres dalam berbagai stadium yang berbeda. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari peng- gunaan stadium entres yang didefoliasi terhadap keber- hasilan penyambungan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Cikampek, Jawa Barat, pada bulan Januari-Maret 2000. Bahan dan alat yang digunakan meliputi pisau okulasi, gunting setek, sigmat, meteran, serbet, kertas koran, dan hekter. Sebagai batang bawah digunakan bibit jambu mete nomor Wonogiri yang berumur 6 bulan setelah tanam di polybag dengan tinggi 50-60 cm dan diameter batang 0,65-0,95 cm. Sebagai batang atas digunakan pucuk dari nomor Balakrisnan (B02) dengan panjang entres 20 cm dan diameter 0,60-0,90 cm. Untuk membalut sambungan digunakan plastik transparan yang elastis. Tunas atau pucuk yang digunakan berasal dari cabang intensif (IBPGR, 1986). Pengamatan keberhasilan sambung pucuk dilakukan 60 hari setelah penyambungan (HSP). Kriteria bidang sambung yang telah melekat adalah: (1) tunas telah berdaun 2 lembar dan tumbuh dengan baik; (2) tunas pucuk sehat dan normal; dan (3) batang bawah dan batang atas tumbuh normal. Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan, dan setiap ulangan menggunakan 20 tanaman. Stadium entres yang digunakan terdiri atas tunas tidur, tunas kuncup aktif, dan entres dengan mata tunas tanpa kuncup. Perlakuan waktu defoliasi meliputi tunas tanpa perontokan daun (kontrol), perontokan daun 3 hari sebelum sambung (HSS), dan perontokan daun 6 HSS. Parameter yang diamati meliputi persentase keberhasil- an penyambungan yaitu tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun bibit jambu mete. Pengamatan dilakukan tiap 6 hari sampai 60 HSP. TEKNIK SAMBUNG PUCUK MENGGUNAKAN STADIUM ENTRES YANG DIDEFOLIASI PADA JAMBU METE Wawan Lukman 1 1 Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jln. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111, Telp. (0251) 321879

Teknik Sambung Pucuk Menggunakan Stadium Entres Yang Didefoliasi Pada Jambu Mete

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Sambung Pucuk Menggunakan Stadium Entres Yang Didefoliasi Pada Jambu

Citation preview

Page 1: Teknik Sambung Pucuk Menggunakan Stadium Entres Yang Didefoliasi Pada Jambu Mete

Buletin Teknik Pertanian Vol. 9, Nomor 1, 2004 13

T anaman jambu mete (Anacardium occidentale L.)merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

bernilai ekonomi tinggi dan potensial untuk dikembangkandi kawasan timur Indonesia. Dalam pengembangannya di-butuhkan bibit sambung pucuk sekitar 7,67 juta batang atau73.75 ton benih/tahun (Damanik, 1997).

Abdullah (1994) menganjurkan dua model pembibitanjambu mete, yaitu di persemaian dan di polybag sebelumdipindah ke lapangan. Namun, Hadad dan Koerniati (1996)melaporkan bahwa benih yang ditanam langsung di lapanganmenunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih unggul di-banding melalui pembibitan.

Menurut Soegondo (1996), keberhasilan penyam-bungan bibit ditentukan oleh kondisi tanaman (umur, besar,kesegaran dan pertumbuhan) batang bawah dan batang atas(entres), serta curah hujan dan kelembapan di sekitar pem-bibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batangatas sebelum dilakukan penyambungan juga berpengaruhterhadap keberhasilan penyambungan (Djazuli et al., 1999).Selain itu, keterampilan teknisi penyambung (graftor) ikutmenentukan tingkat keberhasilan penyambungan (Hadaddan Koerniati, 1996).

Waktu yang baik untuk melakukan penyambunganadalah pada saat cuaca cerah. Namun ada pula yang menye-butkan bahwa penyambungan pada awal musim kemaraumemberikan hasil yang lebih baik daripada musim hujan,tetapi hal tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut (Zaubin danSuryadi, 1999).

Pucuk yang digunakan sebagai batang atas adalahpucuk pada stadium istirahat atau tunas tidur menjelang fasegeneratif. Tunas ini muncul bertepatan dengan awal musimkemarau. Ketersediaan pucuk untuk batang atas dalamstadium tunas tidur sangat terbatas. Untuk merangsang per-tumbuhan tunas diduga dapat dilakukan melalui perontokandaun (defoliasi), yaitu dengan menggunting daun jambumete beberapa hari sebelum penyambungan. Untuk me-menuhi jumlah entres yang sangat banyak dapat digunakan

tunas dalam stadium lainnya, sehingga memungkinkan untukmelakukan penyambungan selain pada tunas tidur. Dengandemikian waktu pelaksanaan penyambungan menjadi lebihluas, dan peluang ketersediaan bahan entres menjadi lebihbesar.

Keberhasilan penyambungan jambu mete dipengaruhioleh ketersediaan entres dalam berbagai stadium yangberbeda. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari peng-gunaan stadium entres yang didefoliasi terhadap keber-hasilan penyambungan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat, Cikampek, Jawa Barat, padabulan Januari-Maret 2000. Bahan dan alat yang digunakanmeliputi pisau okulasi, gunting setek, sigmat, meteran,serbet, kertas koran, dan hekter. Sebagai batang bawahdigunakan bibit jambu mete nomor Wonogiri yang berumur6 bulan setelah tanam di polybag dengan tinggi 50-60 cm dandiameter batang 0,65-0,95 cm. Sebagai batang atas digunakanpucuk dari nomor Balakrisnan (B02) dengan panjang entres20 cm dan diameter 0,60-0,90 cm. Untuk membalut sambungandigunakan plastik transparan yang elastis. Tunas atau pucukyang digunakan berasal dari cabang intensif (IBPGR, 1986).

Pengamatan keberhasilan sambung pucuk dilakukan 60hari setelah penyambungan (HSP). Kriteria bidang sambungyang telah melekat adalah: (1) tunas telah berdaun ≥ 2 lembardan tumbuh dengan baik; (2) tunas pucuk sehat dan normal;dan (3) batang bawah dan batang atas tumbuh normal.

Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan, dansetiap ulangan menggunakan 20 tanaman. Stadium entresyang digunakan terdiri atas tunas tidur, tunas kuncup aktif,dan entres dengan mata tunas tanpa kuncup. Perlakuanwaktu defoliasi meliputi tunas tanpa perontokan daun(kontrol), perontokan daun 3 hari sebelum sambung (HSS),dan perontokan daun 6 HSS.

Parameter yang diamati meliputi persentase keberhasil-an penyambungan yaitu tinggi tanaman, diameter batang,dan jumlah daun bibit jambu mete. Pengamatan dilakukantiap 6 hari sampai 60 HSP.

TEKNIK SAMBUNG PUCUK MENGGUNAKAN STADIUM ENTRESYANG DIDEFOLIASI PADA JAMBU METE

Wawan Lukman1

1Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Obat, Jln. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111, Telp. (0251) 321879

Page 2: Teknik Sambung Pucuk Menggunakan Stadium Entres Yang Didefoliasi Pada Jambu Mete

14 Buletin Teknik Pertanian Vol. 9, Nomor 1, 2004

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh lama waktu defoliasi sebelum penyambungan padatiga stadium entres terhadap keberhasilan penyambunganditunjukkan dalam Tabel 1. Tiga stadium entres dengandefoliasi pada 3 dan 6 hari menunjukkan tingkat keberhasil-an yang cukup tinggi, di atas 54,4%. Entres yang sedangaktif dapat digunakan sebagai entres dengan perlakuandefoliasi. Tunas akan keluar dari tunas yang berada di ketiakdaun di samping batang pucuk.

Alvim et al. (1972) melaporkan bahwa semakin banyakdaun yang dipangkas semakin banyak senyawa absicic acid(ABA) yang hilang sehingga meningkatkan nisbah sitokinindengan ABA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sitokinin ber-peran pada pemacuan pertunasan. Hal ini menunjukkanbahwa waktu defoliasi antara 3-6 HSS dapat mengimbangiproses penyembuhan dan menstimulir hasil metabolismeuntuk mendorong munculnya tunas atau pucuk baru.

Penggunaan stadium entres dengan defoliasi kelihatan-nya berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,lingkar batang, dan jumlah daun (Tabel 2). Perlakuan stadiumentres dengan defoliasi menunjukkan pertumbuhan tanamanyang lebih tinggi dengan diameter batang yang lebih besarserta jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanpadefoliasi terutama defoliasi 3 HSS.

KESIMPULAN

Stadium entres tunas tidur, tunas aktif, dan tunas tanpakuncup dapat digunakan sebagai bahan batang atas padasambung pucuk jambu mete dengan tingkat keberhasilan jauhlebih tinggi, asalkan dengan perlakuan defoliasi. Pengguna-an tunas tidur menunjukkan keberhasilan penyambungantertinggi dibanding tunas aktif ataupun entres tanpa pucukterutama dengan defoliasi 3 HSS. Proses defoliasi dengan ca-ra merontokkan daun 3 dan 6 HSS menunjukkan persentasekeberhasilan penyambungan yang lebih tinggi (54,4-89,3%)dibanding dengan perlakuan tanpa defoliasi (13,7-31,3%).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 1994. Paket Teknologi Pengembangan Jambu Mete.Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 59 hlm.

Alvim, P., T.A.D. de Machado, and F. Vello. 1972. PhysiologicalResponse of Cacao to Environmental Factors. Forth Inter-national Cacao Research Conference, St. Agustine, Trinidad.

Damanik, S. 1997. Program Perbenihan Jambu Mete. DirektoratJenderal Perkebunan, Jakarta. 7 hlm.

Perlakuan defoliasi pada tunas tidur menunjukkankeberhasilan lebih tinggi dibanding pada tunas aktif danentres tanpa pucuk, yaitu 89,3% dengan defoliasi 3 HSS dan77,1% dengan defoliasi 6 HSS. Hadad dan Koerniati (1996)melaporkan, bahwa tingkat keberhasilan penyambunganpada umur 60 HSP cukup representatif. Munculnya tunas-tunas baru menunjukkan bahwa hasil sambungan kompa-tibel.

Perontokan daun sebelum penyambungan pada ketigastadium entres menunjukkan tingkat keberhasilan lebihtinggi, mencapai 54,4-89,3%, dibanding tanpa defoliasi (13,7-31,3%). Hal ini menunjukkan bahwa perontokan daunsebelum penyambungan berpengaruh positif dalam prosespenyembuhan luka.

Tabel 2. Tinggi tanaman, lingkar batang, dan jumlah daun bibit jambu mete hasil sambung pucuk padaumur 60 hari setelah penyambungan dengan perlakuan jenis tunas dan waktu defoliasi yangberbeda

Tanpa defoliasi Defoliasi 3 HSS Defoliasi 6 HSSPerlakuan tunas T T L B JD T T L B JD T T L B JD

(cm) (cm) rata-rata (cm) (cm) rata-rata (cm) (cm) rata-rata

Tunas tidur 1 4 , 2 6 ,4 7 ,8 1 7 , 7 6 ,8 6 ,3 1 7 , 2 6 ,9 8 ,2Tunas kuncup aktif 1 4 , 3 6 ,3 6 ,0 1 9 , 7 7 ,5 9 ,3 1 6 , 3 6 ,6 5 ,7Tunas tanpa kuncup 1 4 , 2 6 ,0 5 ,3 1 6 , 8 7 ,1 6 ,5 1 8 , 3 6 ,2 6 ,3

Keterangan: TT = tinggi tanaman, LB = lingkar batang, JD = jumlah daun, HSS = hari sebelum sambung

Tabel 1. Keberhasilan sambung pucuk jambu mete pada 60 harisetelah penyambungan dengan menggunakan tunas danwaktu defoliasi yang berbeda

Keberhasilan penyambungan (%)Jenis tunas Tanpa Defoliasi Defoliasi Rata-

defoliasi 3 HSS 6 HSS r a t a

Tunas tidur 2 8 , 9 8 9 , 3 7 7 , 1 6 5 , 1Tunas kuncup aktif 1 3 , 7 7 3 , 2 6 5 , 6 5 0 , 8Tunas tanpa kuncup 3 1 , 3 6 1 , 7 5 4 , 4 4 9 , 1

HSS: hari sebelum sambung

Page 3: Teknik Sambung Pucuk Menggunakan Stadium Entres Yang Didefoliasi Pada Jambu Mete

Buletin Teknik Pertanian Vol. 9, Nomor 1, 2004 15

Djazuli, M., E.A. Hadad, A. Dhalimi, dan R. Suryadi. 1999.Pengaruh medium dan waktu penyimpanan terhadap ke-berhasilan sambung pucuk jambu mete. Buletin TanamanRempah dan Obat 10 (1): 9-16.

Hadad, E.A. dan S. Koerniati. 1996. Sambung pucuk sebelas nomorharapan jambu mete langsung di lapang. Prosiding ForumKomunikasi Ilmiah Komoditas Jambu Mete. Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 265-271.

IBPGR (International Board for Plant Genetic Resources). 1986.Cashew Descriptors. IBPGR, Italy, Rome. 33 pp.

Soegondo, B. 1996. Pembibitan jambu mete secara sambung di BalaiPenelitian Getas. Balai Penelitian Getas, Salatiga. 7 hlm.

Zaubin, R. dan R. Suryadi. 1999. Laporan Teknis Studi Pengembang-an Tanaman Jambu Mete. Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Obat, Bogor. hlm. 1-6.