27
LAPORAN TERAPI BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARYADI SEMARANG Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Ajar Keperawatan Anak Koordinator Mata Ajar : Ns. Zubaidah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An Disusun oleh MAGHFIROH 22020114210045

terapi bermain mewarnai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terapi bermain pada anak usia 4 tahun dengan mewarnai gambar

Citation preview

LAPORAN TERAPI BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARYADI SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Ajar Keperawatan AnakKoordinator Mata Ajar : Ns. Zubaidah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun olehMAGHFIROH22020114210045

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIVJURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGAnak usia pra sekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Anak usia pra sekolah belum mampu membedakan antara fantasi dan realita. Mereka menganggap bahwa hospitalisasi merupakan hukuman atas tindakan mereka, terlebih lagi selama anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal ini tentunya mengecewakan anak, karena ia tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain aktif di rumah sakit. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan kecemasan anak (Dora alfiyanti, 2007). Kecemasan terbesar anak usia pra sekolah adalah kecemasan akan kerusakan tubuh (Potter dan Perry, 2001). Semua prosedur atau tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri maupun tidak, keduanya menyebabkan kecemasan bagi anak usia pra sekolah selama hospitalisasi. Peralatan medis yang bersih dirasakan cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan para staf rumahsakit dengan baju yang berwarna putih yang seolah terlihat menakutkan bagi anak (Dora alfiyanti, 2007).Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau tindakan keperawatan akan mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap kooperatif, dan mendukung ketrampilan mereka serta meningkatkan kognitif dan kerjasama anak. Ada beberapa mekanisme koping sederhana yang bisa diajarkan misalnya relaksasi, menarik napas, berhitung, memasase tangan atau menyanyi. Semua teknik tersebut dapat dimodifikasi dengan aktivitas bermain (Dora alfiyanti, 2007). Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan, kecemasan, mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bermain merupakan cara koping paling efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif anak dalam prosedur keperawatan (Wong, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Dora Alfiyanti dkk (2007) menunjukkan bahwa terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah selama tindakan keperawatan (Dora alfiyanti, 2007). Perawat sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan pada anak berperan penting dalam proses penyembuhan anak dan tumbuh kembangnya selama hospitalisasi. Selain berupaya mengurangi kecemasan pada anak yang hospitalisasi, perawat juga perlu mengupayakan agar perkembangan bisa berjalan dengan optimal selama perawatan, yaitu dengan melaksanakan program terapi bermain dengan memperhatikan pertimbangan terapi. Berdasarkan kasus yang berada di ruang anak lantai dasar, An.F dengan Acute Myelogenous Leukimia sudah sering menjalani perawatan di rumah sakit dan sering merasakan bosan menunggu jadwal kemotherapi. Maka dari itu, penulis akan memberikan terapi bermain pada An.F. Terapi bermain yang dipilih adalah mewarnai gambar. Hal ini dilatar belakangi oleh kesukaan An.F pada gambar dan warna.

B. TUJUAN1. Tujuan UmumUntuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan hospitalisasi pada anak.2. Tujuan KhususSetelah dilakukan terapi bermain selama 20 menit, anak dapat:a. Menyalurkan energi anakb. Mengembangkan kreativitas anakc. Meningkatkan motivasi anakd. Meningkatkan kognitif anake. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat

C. SASARANAnak usia pra sekolah yang di rawat di ruang anak lantai Dasar RSUP dr. Karyadi Semarang.

BAB IIDESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARANKriteria Inklusi :1. Anak berusia 3-5 tahun (Usia Pra Sekolah)2. Anak menjalani rawat inap di ruang anak C1L1 RSUP Dr.Kariadi3. KU anak baik, kesadaran composmentis4. Anak tidak bed rest5. Anak kooperatifKriteria Eksklusi :1. Anak menolak mengikuti permainan2. Anak menjalani program terapi saat waktu pelaksanaan terapi bermain

B. ANALISA KASUSAn.F (4 tahun) di rawat di RSUP dr.Kariadi sejak tanggal 13 April 2015 dengan diagnosa medis AML (Acute Myelogenous Leukimia). Selama perawatan An.F tidak melakukan aktivitas bermain, karena jauh dari teman-temannya di rumah. An.F hanya berkomunikasi dengan ibu atau ayahnya.

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI1. Definisi Bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konfik. b. Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh- sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.c. Dengan bermain seorang anak dapa mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. d. Bermain dapat membuat anak mengungkapkan isi hati melalui kata- kata , anak belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan orang.2. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Bermain aktifAdalah kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, seperti:a) Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)Perhatian anak pada aat bermain aalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok apakah ada bunyinya, menium, meraba, menekan dan kadang berusaha untuk membongkar.b) Bermain konstruksi (Constuction play) Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok- balok menjadi rumah- rumahan, dll.c) Bermain drama (dramatic play)Misalnya bermain sandiwara boneka,main rumah- rumahand) Bermain bola, tali dan sebagainya.b. Bermain pasifDalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan melihat atau mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh:a) Melihat gambar- gambar dibuku/ majalahb) Mendengarkan cerita atau musikc) Menonton tv,dll3. Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009) (Alice Zellawati, 2011)a. Perkembangan sensori motorikPermainan akan membantu perkembangan gerak halus dan pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan suatu objek yang sekiranya anak merasa senang.b. Perkembangan kognitifMembantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada disekitarnya. Misalnya mengenalkan anak dengan warna dan bentuk.c. KreatifitasMengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara memberikan balok- balok yang banyak kemudian biarkan anak untuk menyusunnya menajdi bentuk- bentuk yang dia inginkan, kemudian tanyakan bentuk apa yang sudah dia buat.d. Perkembangan sosialDapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan orang lain ataupun teman sebayanya.e. Kesadaran diri (self awareness)Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan tingkah laku terhadap orang lainf. Perkembangan moralDapat dipeoleh dari orang tua,orag lain yang ada disekitar anak.

g. KomunikasiBermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal.4. Faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Tahap perkembangan. Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam permainan. Anak umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan anak yang berumur 5 tahun.b. Status kesehatan. Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permaiannya dan ada saat-saat dimana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain.c. Jenis kelamin. Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola, pada anak perempuan suka main boneka.d. Lingkungan. Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan, paling-paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat tanah-tanah kosong.e. Alat permainan yang cocok. Disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya. 5. Karakteristik dan klasifikasi bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Solitary playBermain sendiri, walaupun disekitarnya ada orang lain. Contoh: pada bayi dan todler, anak akan asik dengan mainannya sendiri tanpa menghirauka oran lainb. Paralel playBermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing- masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi diantara mereka, mereka tidak ketergantungan satu sama lain.c. Associative playBermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai degan keinginannya.d. Cooperative playAnak bermain secara bersama- sama, permainan sudah terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan main.e. Social afective playAnak mulai belajar memberikan respon melaui orang dewasa dengan cara merajuk/ berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa. f. Sense of peasure playAnak mendapat kesenanga dari suatu objek disekelilingnya.g. Skill playMemperoleh ketrampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara berulang- ulang.h. Dramatic playMelakukan peran sesuai dengan keinginannya atau dengan apa yang dia lihat atau dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permainan itu.

D. KARAKTERISTIK PERMAINANKarakteristik bermain anak usia 3-5 tahun (pra sekolah) (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)1. Cross motor and fine motors 2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda. 3. Sangat energik dan imaginative 4. Mulai terbentuk perkembangan moral 5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok 6. Assosiative play 7. Dramatic play 8. Skill play Laki-laki aktif bermain di luar 9. Perempuan didalam rumah

Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 3-5 Tahun (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a) Stimulasi Sosial Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain pasir bersama-sama.b) Stimulasi Keterampilan Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.c) Stimulasi Kerjasama Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain menyusun puzzle, bermain bola.

BAB IIIMETODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINANMewarnai Gambar

B. DESKRIPSI PERMAINANMewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk diwarnai adalah gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek yang pernah dilihatnya. Sebelum memulai permainan mewarnai, anak akan diberikan petunjuk tentang aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar dengan warna sesukanya ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh perawat. Jika anak-anak kesulitan dalam mewarnai, perawat akan membantu dan memfasilitasinya. Orang tua anak akan dilibatkan untuk membantu proses bermain.

C. TUJUAN PERMAINAN1. Tujuan umumMengurangi efek hospitalisasi pada anak.2. Tujuan khususa. Mengembangkan daya kreativitas anak dalam mewarnai gambar menjadi sebuah gambar yang utuhb. Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat.c. Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKANDalam permaianan ini keterampilan harus dimiliki oleh anak dan perawat. Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas yang tinggi dan semangat untuk bermain. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat adalah perawat memiliki kemampuan untuk menjelaskan permainan sehingga anak menjadi tahu tentang cara melakukan permainannya, kesabaran dalam membimbing proses bermain dan komunikasi yang baik sehingga anak dapat membentuk hubungan saling percaya dengan perawat.

E. JENIS PERMAINANPermainan aktif mewarnai gambar

F. ALAT YANG DIPERLUKANGambar Pensil warna

G. WAKTU PELAKSANAANHari/ Tanggal: Kamis, 16 April 2015Jam: 10.00 WIB s/d 10.30 WIBTempat: Ruang anak Lantai Dasar

H. PROSES BERMAIN1. Pembukaana. Mengucapkan salam b. Perawat memperkenalkan diri pada anakc. Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan orangtua anak dengan cara menjalin komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari setiap respon anakd. Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak dan orangtua anake. Melakukan kontrak waktu2. Inti a. Perawat menjelaskan tentang aturan bermainb. Perawat memberikan 1 contoh gambar yang sudah diwarnaic. Anak melakukan kegiatan mewarnaid. Pemberian hadiah / pujian kepada anak3. Terminasi a. Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan memberikan pertanyaan seperti :1) Bagaimana perasan anak setelah bermain?2) Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?3) Apakah kegiatan ini menyenangkan?4) Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?b. Penutup

I. HAL- HAL Y ANG PERLU DIWASPADAI1. Energi Untuk bermain diperlukan energi yang cukup. Anak yang sedang sakit cenderung malas untuk bermain.2. WaktuWaktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak yang sedang sakit cenderung memilih untuk beristirahat daripada bermain.3. Ruangan untuk bermainRuangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak untuk bermain.4. LingkunganLingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan mempengaruhi konsentrasi anak dalam bermian.5. Pengetahuan untuk bermainPengetahuan tentang cara melakukan permainan akan mempengaruhi proses berlangsungnya permainan.6. Teman bermainTeman bermain menjadi hal yang penting untuk menambah semangat anak untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan oleh lawan mainnya. Biasanya anak- anak takut dengan orang yang baru dikenalnya termasuk perawat.7. Alat permainanSenang atau tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan mempengaruhi semangat anak dalam bermain.

J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN1. EnergiPermainan yang dilakukan tidak membutuhkan energy yang ekstra sehingga anak merasa santai dalam mengikuti proses bermain2. WaktuWaktu bermain disesuaikan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang istirahat maka biarkanlah anak untuk istirahat. Waktu juga harus disesuaikan dengan mood anak.3. Ruangan untuk bermainRuangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak. Ketika anak menginginkan diluar maka permainan harus dilakukan diluar dan sebaliknya.4. LingkunganLingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu ramai dan terlalu sepi sehingga konsentrasi anak terjaga dan anak tidak merasa kesepian5. Pengetahuan untuk bermainMenjelaskan dengan penjelasan yang ringan sekaligus memperagakan6. Teman bermainMeminta keluarga untuk mendampingi anak selama proses bermain.7. Alat permainanPemilihan alat permainan disesuaikan dengan usia dan karakteristik anak.

K. KRITERIA EVALUASI1. StrukturAnak: subjek proses bermainPerawat: pelaksana permainanKeluarga: pembantu pelaksana2. ProsesSebelum bermain, perawat menjelaskan tentang tata cara bermain dan menunjukkan contoh gambar yang sudah diwarnai. Selain menjelaskan, perawat juga memperagakan tentang alat permainannya dan memvalidasi bahwa anak telah mengerti dan memahami teknik bermain. Perawat juga melibatkan keluarga untuk mendampingi anak dalam proses bermain. Setelah anak mengerti maka perawat memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan permainannya yaitu mewarnai gambar. Perawat membantu anak ketika anak mengalami kesulitan dan menjaga interaksi untuk meningkatkan komunikasi pada anak.3. HasilAnak mampu menyelesaikan permainan dengan baik, memberi apresiasi pada permainannya dan merasa senang dapat bermain bersama. Keluarga dapat membantu anak dengan cara menemani selama proses bermain.

BAB IVPELAKSANAAN BERMAIN

A. WAKTUHari / Tanggal: Kamis, 16 April 2015Jam: 15.30 s/d 16.00 WIBRuang: Ruang Bermain Anak Lantai Dasar

B. PROSES1. Persiapana. Menyiapkan alat- alat yang akan digunakan dalam hal ini adalah gambar dan pensil warnab. Menyiapkan anak dan keluarganya (An. F dan orangtuanya)2. Pembukaana. Salam terapeutikMemberi salam terapeutik pada anak sehangat mungkinb. Evaluai/ validasiMenanyakan perasaan An. F saat ini3. Kegiatan intia. Kontrak Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang permainan dan manfaat bagi anak Membuat kontrak waktu untuk bermain 20-30 menit Menjelaskan tentang cara bermainb. Kegiatan bermainSebelum memulai permainan perawat menjelaskan teknik mewarnai gambar. Setelah An.F mengerti maka permainan dimulai. An.F bermain dengan antusias dan semangat yang tinggi untuk bisa menyelesaikan gambarnya. Komunikasi dan interaksi terjaga dengan baik selama proses bermain. Keluarga (ibunya) juga ikut terlibat mendampingi An.F dalam bermain. Proses bermain berlangsung sema 30 menit dan An.F dapat menyelesaikan mewarnai gambar dengan bantuan dari orang tua / ibu dan perawat.4. Penutupa. Menanyakan kepada klien tentang perasaannya setelah bermainb. Memberi kesimpulan untuk permainan yang telah dilakukanc. Memberi salam terapeutik

C. EVALUASI1. Evaluasi strukturalSebelum pelaksanaan kegiatan, pre planning, alat dan kontrak pasien telah disiapkan sebelumnya.2. Evaluasi ProsesRencana pelaksanaan kegiatan direncanakan dilakukan pada hari Kamis tanggal 16 April 2015 pukul 10.00 10.30, akan tetapi terapi bermain baru bisa dilaksanakan pada hari yang sama pukul 15.30 16.00. Terapi bermain dilakukan di ruang bermain sesuai rencana.a) Terapi bermain belum dapat dilakukan sesuai yang telah direncanakan dari awal hingga akhirb) Mahasiswa melakukan terapi bermain sesuai dengan yang telah direncanakan.c) Orang tua antusias dan berperan aktif dalam mengikuti terapi bermaind) Mahasiswa melakukan pendekatan lebih intensif dengan klien secara perlahan-lahane) Klien mulai mau untuk memegang alat permainan dengan bantuan ibu klien3. Evaluasi hasilAn.F dapat menyelesaikan permainan dengan baik walau dalam keterbatasan, keluarga ikut membantu proses bermain dan interaksi perawat dengan An.F tetap terjaga dengan baik. An.F mengatakan senang dengan permainannya dan merasa terhibur.

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULANHospitalisasi merupakan keadaan yang tidak menyenangkan untuk anak- anak. Proses hospitalisasi membuat anak kehilangan waktu bermain dengan teman- temannya. Selain itu, hospitalisasi juga menyebabkan kebosanan untuk anak- anak.Kebutuhan bermain yang terganggu selama proses hospitalisasi dapat diatasi dengan pemberian terapi bermain sesuai dengan usia dan karakteristik anak. Pemberian terapi ini dapat efek hospitalisasi seperti bosan cemas dan juga dapat meningkatkan kooperatif anak. Selain itu terapi bermain dapat mengalihkan perhatian anak dari sakitnya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi bermain pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya waktu, energy, alat permainan, teman bermain, dan lingkungan.

B. SARAN1. Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter dan usia anak2. Alat- alat permainan yang disediakan di rumah sakit sebaiknya yang beragam sehingga anak dapat menentukan sendiri permainannya3. Pemberian terapi bermain sebaiknya diberikan setiap hari sesuai dengan kondisi anak.4. Terapi bermain sebaiknya tetap diberikan pada anak yang mengalami bedrest.

LAMPIRAN CONTOH GAMBAR UNTUK MEWARNAI

LAMPIRAN DOKUMENTASI TERAPI BERMAIN

DAFTAR PUSTAKA

Dora alfiyanti. Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah selama tindakan keperwatan di Ruang Lukman Rs.Roemani Semarang. Jurnal keperawatan vol.1. No.1. 2007Perry, Potter. Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis: Mosby Company. 2001Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha IlmuSoetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGCWong, Donna L, et al. Wongs essential of pediatric nursing Sixth Edition. St.Louis: Mosby Company. 2001Zellawati, Alice. Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah ilmiah informatika vol.2 No.3. Fakultas Psikologi Universitas AKI