70
MEMAHAMI BERBAGAI TERAPI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA: TERAPI KEPERAWATAN, TERAPI MODALITAS, TERAPI KOMPLEMENTER DAN KONSELING ADE SUTRIMO G1D009060 A1 2008 Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga II Dosen Pengampu : Ns. Endang Triyanto, M. Kep i

Terapi Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan keluarga

Citation preview

Page 1: Terapi Keluarga

MEMAHAMI BERBAGAI TERAPI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA: TERAPI KEPERAWATAN, TERAPI MODALITAS,

TERAPI KOMPLEMENTER DAN KONSELING

ADE SUTRIMOG1D009060

A1 2008

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga II

Dosen Pengampu : Ns. Endang Triyanto, M. Kep

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2011

i

Page 2: Terapi Keluarga

KATA PENGANTAR

Segala puji saya haturkan kehadirat Alloh SWT yang memberikan rahmat-Nya sehingga

penyusunan makalah saya yang berjudul ”Memahami berbagai Terapi dalam Asuhan

Keperawatan Keluarga : Terapi Keperawatan, Terapi Modalitas, Terapi Komplementer

dan Konseling” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga II.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dari banyak

pihak. Sehingga, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Endang Triyanto, M. Kep. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

2. Orang tua yang telah membantu secara moral dan spiritual.

3. Teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan yang harus diperbaiki dan

dikaji ulang baik dalam segi bahasa, isi maupun penyajian. Penyusun mengharapkan

semua hal tersebut dapat dimaklumi dan dengan kelapangan dada penyusun siap

menerima kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, baik secara lisan

maupun tulisan agar pada masa berikutnya penyusun dapat menyempurnakan makalah

ini.

Purwokerto, Oktober 2011

Penyusun

ii

Page 3: Terapi Keluarga

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 1

BAB II PEMBAHASAN

A. TERAPI KEPERAWATAN

1. PENDIDIKAN KESEHATAN 2

2. IMUNISASI 5

3. LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) 6

4. TEKNIK RELAKSASI 9

5. PERAWATAN LUKA 10

B. TERAPI MODALITAS

1. TERAPI INDIVIDUAL 13

2. TERAPI LINGKUNGAN ( MILLEAU TERAPI ) 15

3. TERAPI KOGNITIF 15

4. TERAPI KELUARGA 16

5. TERAPI KELOMPOK 17

6. TERAPI PERILAKU 18

7. TERAPI BERMAIN 19

C. TERAPI KOMPLEMENTER

1. PIJAT BAYI 20

2. TERAPI HERBAL 22

3. EXERCISE DAN DIET 23

4. REIKI 25

5. AKUPUNTUR 27

6. HIPNOTERAPI 29

iii

Page 4: Terapi Keluarga

D. KONSELING

1. TUJUAN KONSELING 31

2. PRINSIP DASAR 32

3. PERSIAPAN DALAM MELAKUKAN KONSELING 32

4. ALAT BANTU KONSELING 33

5. KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI KONSELOR 33

6. PERAN KONSELOR 35

7. TAHAPAN 36

8. PERTANYAAN DALAM KONSELING 38

9. ETIKA DALAM KONSELING KELUARGA 38

10. FAKTOR YANG MENGHAMBAT KONSELING 39

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 40

B. SARAN 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

Page 5: Terapi Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesional Ners harus mempunyai kecakapan yang tinggi dalam membuat

asuhan keperawatan keluarga yang diberikan. Intervensi yang diberikanpun

harus berorientasi pada derajat kesehatan kliennya. Perawatan di rumah

mempunyai peran krusial dan menentukan proses kehidupan seseorang,

sehingga perawat dituntut menggunakan standar dan pedoman asuhan

keperawatan yang ditentukan dan bermutu. Perawat juga harus selalu

mengguanakan critical thinking dalam asuhan keperawatan yang dibuatnya.

Terapi yang dilakukan wajib dikombinasikan satu sama lainnya. Keluarga yang

dianggap sebagai klien bukan hanya sebagai kumpulan orang yang tinggal

serumah saja.

Setiap perawat akan menemui berbagai macam kasus yang terjadi pada klien.

Masalah yang terjadi pada klien mengharuskan perawat mampu memberikan

perawatan yang tidak hanya tindakan invasive namun perlu memberikan terapi.

Perawat perlu mengetahui macam-macam bentuk terapi selain terapi

keperawatan. Selayaknya seorang profesional (Ners) mampu memberi intervensi

keperawatan yang unik. Namun juga perlu mengetahui terapi lain seperti terapi

modalitas, terapi komplementer dan konseling. Setiap jenis terapi ini memiliki

keuntungan dan kekurangan. Bentuk terapi-terapi tersebut juga berbeda terhadap

kasus yang dihadapi sehingga sebagai perawat dapat berhati-hati dalam memadu

padankan bentuk terapi tersebut jika memang dapat dikombinasikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari terapi keperawatan dan bagaimana aplikasinya?

2. Apa definisi dari terapi modalitas dan bagaimana aplikasinya?

3. Apa definisi dari terapi komplementer dan bagaimana aplikasinya?

4. Apa definisi dari konseling dan bagaimana aplikasinya?

1

Page 6: Terapi Keluarga

BAB II

PEMBAHASAN

A. TERAPI KEPERAWATAN KELUARGA

Terapi keperawatan adalah intervensi keperawatan yang unik yang hanya dapat

dilakukan oleh seorang profesional (Ners). Bentuk terapi keperawatan berupa

tindakan yang bersifat alamiah,tindakan berupa bantuan untuk melakukan tindakan

yang bersifat alamiah tersebut, tindakan berupa proses interaksi untuk mempengaruhi

klien dan keluarga agar bersedia merubah perilaku/ mengikuti program perawatan,

tindakan berupa proses interaksi untuk meningkatkan adaptasi klien dengan

masalahnya, tindakan berupa pendidikan kesehatan agar mampu melakukan bagi diri

klien. Adapun jenis terapi keperawatan yang bisa diterapkan pada keperawatan

keluarga antara lain:

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Input : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik.

Proses : upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain

Output : melakukan apa yang diharapkan/perilaku

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya

untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Juga merupakan upaya agar masyarakat

berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara persuasi,

bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan

sebagainya. Definisi lain dari pendidikan kesehatan adalah upaya agar perilaku

individu, kelompok dan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Secara konsep pendidikan kesehatan

2

INPUT PROSES OUT PUT

Page 7: Terapi Keluarga

merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, keompok,

masyarakat) agar berperilaku hidup sehat. Secara operasional pendidikan

kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan/ meningkatkan pengetahuan,

sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meingkatkan kesehatannya.

Status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, berdasarkan hirarkinya adalah sebagai

berikut:

a. Lingkungan (fisik, sosial, budaya)

b. Perilaku

c. Pelayanan kesehatan

d. Herediter

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi utama terhadap perilaku, akan

tetapi 3 faktor yang lain juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan.

Output pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.

Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan:

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

b. Pendidikan kesehatan pada aspek preventif

c. Pendidikan kesehatan pada aspek kuratif

d. Pendidikan kesehatan pada aspek rehabilitatif.

Tempat Pelaksanaan :

a. Pendidikan kesehatan pada keluarga

b. Pendidikan kesehatan pada sekolah

c. Pendidikan kesehatan pada tempat kerja

d. Pendidikan kesehatan pada tempat umum

e. Pendidikan kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.

3

Page 8: Terapi Keluarga

Metode Pendidikan Kesehatan

a. Individu

1) Bimbingan dan konseling

2) Wawancara

b. Kelompok

1) Kelompok besar: kegiatan cermah dan seminar

2) Kelompok kecil: diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,

kelompok – kelompok kecil, bermain peran (role play), simulasi, dan

sebagainya.

c. Massa

1) Ceramah umum

2) Pidato

3) Media (elektronik, cetak dan out door)

Media

Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian

pesan. Manusia menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya

sehingga untuk mempengaruhi interaksi tersebut digunakanlah berbagai media.

Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima suatu pesan maka akan

semakin mudah pesan itu diterima/dipahami.

Elgar Dale, membagi media dalam 11 macam sesuai dengan tingkatan

intensitasnya masing-masing.

4

Page 9: Terapi Keluarga

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan paling bawah adalah benda asli

dan yang palinga atas adalah kata-kata. Hal ini berarti dalamproses pendidikan,

benda asli memiliki intensitas yang paling kuat/besar untuk mempersepsikan

pesan yang disampaikan.

Jenis media yang sering digunakan:

a. Media cetak

booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik, poster, foto,

spanduk, umbul-umbul.

b. Media elektronik

TV, radio, video, slide, film strip, dan lain – lain.

c. Media papan (billboard)

poster, pamplet, baleho, dan lain – lain.

d. Media peraga

Alat tiruan seperti pantom, boneka, dami, dan instrumen lainnya. Atau benda

asli.

2. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu

penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Tujuannya adalah untuk

melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat

berbahaya bagi bayi dan anak dan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam

waktu yang bersamaan terhadap penyakit.

Sasaran imunisasi adalah semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir

memerlukan Imunisasi untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit

yang berbahaya dan semua orang yang kontak (berhubungan) dengan

penderita penyakit menular. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda

tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi

dan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab

orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal

5

Page 10: Terapi Keluarga

masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan

rutin ke dokter atau klinik.

3. Latihan rentang gerak (ROM)

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya

kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.

Jenis ROM

1. ROM Pasif

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan

bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien

semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak

mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan

mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas

total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot

dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2. ROM Aktif

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan

membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri

sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih

kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-

ototnya secara aktif

Tujuan ROM

1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2. Memelihara mobilitas persendian

3. Merangsang sirkulasi darah

4. Mencegah kelainan bentuk

Prinsip Dasar Latihan ROM

6

Page 11: Terapi Keluarga

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari

2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien

3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,

diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.

4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,

jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-

bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.

6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah di lakukan.

Manfaat ROM

1. Meningkatkan mobilisasi sendi

2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

3. Meningkatkan massa otot

4. Mengurangi kehilangan tulang

5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan

pergerakan

6. Mengkaji tulang sendi, otot

7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

8. Memperlancar sirkulasi darah

9. Memperbaiki tonus otot

ROM pasif post operasi fraktur femur

Perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan

ROM pasif dan menganti posisi akan meningkatkan aliran darah ke

ekstermitas sehingga stasis berkurang. kontraksi otot kaki bagian bawah akan

meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya bekuan

darah. perawat membantu pasien melakukan latihan ini setiap 2 jam sekali saat

klien terjaga. perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur

melakukan Latihan ROM pasif dengan cara atur posisi pasien terlentang,

rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk lingkaran penuh, lakukan

7

Page 12: Terapi Keluarga

dorsofleksi dan flantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki klien,

lanjutkan latihan dengan melakukan fleksi dan ekstensi lutut cecara

bergantian, mengangkat kedua telapak kaki klien secara tegak lurus dari

permukaan tempat tidur secara bergantian.

Latihan ini di lakukan untuk mengurangi efek imobilisasi pada pasien di

lakukan ROM pasif dengan latihan isometrik otot-otot di bagian yang di

imobilisasi latihan kuadrisep dan latihan gluteal dapat membantu

mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan. Latihan

aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera

dapat mencegah terjadinya atrofi otot.

ROM aktif post operasi fraktur femur

Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat

menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat

menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot

sekitar sendi yang mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat.

Latihan rentang gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien

sehingga setelah operasi fraktur femur, pasien dapat segera melakukan

berbagai pergerakan yang di perlukan untuk pempercepat proses

penyembuhan. Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru

tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani

mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka

operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru

jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat

merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan

penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur

sendi, memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus.

Pedoman perawatan pasca bedah fraktur femur Sering kali di perlukan

intervensi bedah ORIF dengan mengunakan sekrup dan plate pada hari ke 2-3

latihan aktif (ROM) yang di bantu dapat dimulai dari bidang anatomi yang

normal, pada hari ke 4 berjalanlah pada cara berjalan tiga titik dengankruk

8

Page 13: Terapi Keluarga

axilla pembantu berjalan standar dan kemudian penahan berat badan sesuai

toleransi.

4. Teknik relaksasi

Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami

nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi

oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang

menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989). Ada

tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran

beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin

dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),

persendian fleksi, dan otot-otot tidak tertarik (misal; tangan dan kaki tidak

disilangkan). Untuk menenangkan pikiran pasien dianjurkan pelan-pelan

memandang sekeliling ruangan, misalnya melintasi atap turun ke dinding,

sepanjang jendela, dll. Untuk melestarikan muka, pasien dianjurkan sedikit

tersenyum atau membiarkan geraham bawah kendor.

Banyak beberapa petunjuk / pedoman dalam melakukan teknik relaksasi ini,

antara lain :

Teknik relaksasi Stewar sebagai berikut :

a. Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara

b. Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi

kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut

c. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal

d. Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan

membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien

untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan

dan hangat

e. Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada

lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain

f. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan.

Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat.

9

Page 14: Terapi Keluarga

Latihan Relaksasi Progresif:

a. Kontraksikan masing-masing otot dalam 10 kali hitungan kemudian

lemaskan

b. Lakukan latihan diruangan yang tenang dengan posisi duduk atau sambil

berbaring yang nyaman

c. Lakukan latihan dengan musik yang santai, bila dikehendaki

d. Bawalah seseorang yang berlaku sebagai “pelatih” yang memberikan

perintah untuk mengkontraksikan otot, menghitiung sampai 10 kali dan

memerintahkan untuk melemaskan otot

e. Contoh latihan yang membantu bagi pasien PPOK

1) Mengangkat bahu, menurunkannya dan melemaskannya

2) Mengepalkan kedua tangan, mengepalkannya dengan kuat erat selama

lima detik, dan melemaskannya dengan sempurna.

f. Ada beberapa artikel dalam lieratur keperawatan mengenai teknik relaksasi.

Meningkatkan relaksasi khusus pada pasien dengan “Gangguan pola tidur” dapat

berupa

a. Memberikan lingkungan yang gelap dan tenang

b. Memberikan kesempatan untuk memilih penggunaan bantal, linen dan

selimut

c. Memberikan ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu

d. Pastikan ventilasi ruangan baik

e. Tutup pintu ruangan, bila klien menginginkan

5. Perawatan Luka

Perawatan luka bertujuan ,merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada

kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,

fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Pendidikan perawat

luka ini penting diberikan kepada klien dan keluarga klien agar mandiri.

Tujuan pendidikan perawatan luka ini yaitu :

a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan

membran mukosa.

10

Page 15: Terapi Keluarga

b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.

c. Mempercepat penyembuhan.

d. Membersihkan luka dari benda asing atau debris.

e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat.

f. Mencegah perdarahan.

g. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.

Perawat perlu menginformasikan tahap-tahap dalam perawatan luka agar luka

tidak menimbulkan infeksi. Tahap yang harus dilakukan yaitu persiapan alat

dan pelaksanaan.

a. Persiapan alat berupa

1) Set steril yang terdiri atas :pembungkus, kapas atau kasa untuk

membersihkan luka, tempat untuk larutan, larutan anti septic, sepasang

pinset, gaas untuk menutup luka.

2) Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf.

3) Gunting

4) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama

5) Plester atau alat pengaman balutan

6) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasie

7) Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

b. Pelaksanaan

1) Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab

pertanyaan pasien.

2) Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil

3) Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

4) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan

hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien

jika perlu.

5) Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa

dipasang pada sisi tempat tidur.

6) Angkat plester atau pembalut.

7) Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan

hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.

11

Page 16: Terapi Keluarga

8) Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau

menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan

menjauhi pasien.

9) Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

10) Buka set steril

11) Tempatkan pembungkus steril di samping luka

12) Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai

mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada

drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu

untuk memegang drain.

13) Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

14) Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset

dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset

dijauhkan dari daerah steril.

15) Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas

dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset jungnya labih

rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles,

bersihkan dari insisi kearah drain :

a) Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar.

b) Jika ada drain bersihakan sesudah insisi.

c) Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari

tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.

16) Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

17) Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat

steril.

18) Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

19) Amnkan balutan dengan plester atau pembalut

20) Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

21) Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor.

Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.

22) Cuci tangan

12

Page 17: Terapi Keluarga

Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang

bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan

respon pasien.

B. TERAPI MODALITAS

Terapi modalitas merupakan terapi dalam memberikan askep baik di institusi

pelayanan maupun di masyarakat,yang bermanfaat bagi keswa dan berdampak

terapeutik.Tujuan yang spesifik dari terapi modalitas menurut “gostetamy 1973”

yaitu menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien, mengurangi gejala,

memperlambat kemunduran, membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang,

membantu keluarga dan orang-orang yang berarti, mempengaruhi keterampilan

merawat diri sendiri , meningkatkan aktifitas dan meningkatkan kemandirian klien.

Terapi modalitas kerapkali menerangkan terapi yang diguanakn untuk klien dengan

gangguan jiwa. Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu trapi individual, terapi

lingkungan (milleu therapy), terapi biologis atau terapi somatic, terapi kognitif, terapi

keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku dan terapi bermain. Berikut ini merupakan

contoh terapi modalitas :

1. Terapi individual

individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang

terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.

Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,

dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini

terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal

hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu

menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu

meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang

sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

13

Page 18: Terapi Keluarga

Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:

a. Tahapan orientasi

b. Tahapan kerja

c. Tahapan terminasi

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien.

Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan

saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk

mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang

dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang

berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan

selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar

belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga

penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan

antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam

hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat

sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi

diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya

memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga

bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien

dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang

terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah

perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang

mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali

maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk

melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi

14

Page 19: Terapi Keluarga

peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah

tujuan terapi telah tercapai.

2. Terapi lingkungan (milleau terapi)

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi

perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.

Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku

dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,

pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan

lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan

harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.

Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan

kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan

klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi

yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah

tinggalnya.

3. Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah

membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor

tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan

berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah

dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah

15

Page 20: Terapi Keluarga

membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan

kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.

Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:

a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak

rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola

berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.

b. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam

menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.

c. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan

terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi

pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri

negatif.

4. Terapi keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga

sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar

keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini

adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi

yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan

kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah

tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga

mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing

terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk

mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan

fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2

(kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan

16

Page 21: Terapi Keluarga

hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi

ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga

dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di

antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual

anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan

yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga

akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,

dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat

mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

5. Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam

kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam

terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.

Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan

interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap

permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase

orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam

interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut

dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan

cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di

awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota

kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.

Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus

pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota

kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai

tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama

kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku

17

Page 22: Terapi Keluarga

dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah

target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase

terminasi.

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam

hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota

kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi

terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah

mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah

yang mungkin terjadi di masa mendatang.

6. Terapi Perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul

akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan

disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam

terapi jenis ini adalah:

a. Role model

b. Kondisioning operan

c. Desensitisasi sistematis

d. Pengendalian diri

e. Terapi aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh

perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari

melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan

dengan teknik kondisioning operan dan desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi

penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan

oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka

perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya

seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat

18

Page 23: Terapi Keluarga

memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang

perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa

pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi

perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.

Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi

sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau

kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau

situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan

klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat

seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah

klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus

tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih

dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah

kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah

memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga

menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.

Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif.

Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak

perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa

menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment” terhadap perilaku

maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi

perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat

perilaku negatif tersebut.

7. Terapi bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan

dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi

verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status

19

Page 24: Terapi Keluarga

emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk

mengatasi masalah anak tersebut.

Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,

merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai

bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan

perilaku anak tersebut.

Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang

mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga

terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca

trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.

C. TERAPI KOMPLEMENTER

Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup luas meliputi

system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-

teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi

komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain

dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan

sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan.

Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan

optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi

komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan

spirit. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan

kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping,

gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit. Adapun beberapa

contoh terapi komplementer yaitu:

1. Pijat bayi

Pijat bayi itu sangat besar manfaatnya bagi bayi. Bayi -bayi prematur yang dipijat

secara teratur setiap hari menunjukkan perkembangan fisik dan emosional yang

20

Page 25: Terapi Keluarga

lebih baik ketimbang bayi-bayi yang tidak dipijat. Selain itu berat badan bayi

prematur yg dipijat akan mengalami peningkatan berat badan 20 hingga 40 persen

dibandingkan yang tidak dipijat.

Dan hal ini telah dibuktikan oleh para ahli di Fakultas Kedokteran Universitas

Miami pada tahun 1986. Dipimpin oleh Tiffany M Field PhD. Selain itu, katanya,

bayi-bayi yang dipijat selama lima hari saja, daya tahan tubuhnya akan mengalami

peningkatan sebesar 40 persen dibanding bayi-bayi yang tidak dipijat.

Pijat bayi ternyata bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan

emosional bayi. Jika dilakukan oleh ayah misalnya, maka pijat bayi itu bisa

meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada tubuh ibu dan disebut

''pemberdayaan ayah, ketika seorang ayah berinisiatif memijat si bayi, hal itu akan

menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif suami ini membuat istri merasa

disayang, nyaman, dan perasaan positif lainnya. Dan perasaan seperti ini akan

merangsang produksi hormon oksitosin. Untuk diketahui, hormon ini sangat

berguna untuk memperlancar produksi ASI. Penelitian menunjukkan, 80 persen

produksi hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu.

Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar. Makin banyak ASI disedot

oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini karena dalam

proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand. Artinya, makin banyak

ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi. Begitu pula sebaliknya.

Tata cara pemijatan

Mengingat manfaatnya yang tidak kecil, sudah sepantasnya para orangtua

menerapkan terapi sentuhan ini pada bayi mereka. Bagaimana caranya, ikuti tips

berikut ini.

Sebelum mulai memijat, lakukan beberapa langkah persiapan, yaitu:

a. Mencuci tangan.

b. Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi.

c. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap.

d. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar.

21

Page 26: Terapi Keluarga

e. Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk melakukan

proses pemijatan.

f. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih.

g. Ibu/ayah duduk dalam posisi nyaman.

h. Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai

wajahnya sambil mengajak bicara.

2. Terapi herbal

Terapi Herbal atau yang sering disebut Herbalisme adalah penggunaan tanaman

obat untuk kemampuan terpeutik atas kemampuan terapinya untuk

menyembuhkan penyakit seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan Herbal

adalah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai dikarenakan memiliki

khasiat terapi, aaromatik atau rasanya, dan orang yang menerapkan terapi herbal

dalam menangani pasiennya disebut Herbalis.

Terapi herbal adalah terapi yang paling tua sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Setiap tempat kebudayaan memiliki pengetahuan tentang herbal masing-masing.

Berdasarkan pengalaman tuurun-temurun dan cara mereka mengamati hewan

yang memanfaatkan tanaman tersebut dengan metode coba-coba (trial and error).

Oang jaman dahulu menggunakan berbagai tanaman yang ada di sekitarnya untuk

digunakan sebagai obat.

Menjelang meillenium baru, terapi herbal mengalami masa kebangkitannya

dengan istilah "Back to Nature" kembali ke alam dan mulao diterima sebagai

komplemen/pendamping untuk terapi konvensional. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan 4 milyar atau sekitar 80% dari penduduk dunia pada saat

ini menggunakan terapi herbal untuk beberapa aspek dari kesehatan mereka.

Sekitar 25% dari obat-obatan yang diresepkan di Amerika Serikat saat ini

mengandung sedikitnya satu bahan aktif yang berasal dari tanaman. Menurut

WHO pula, dari 119 obat-obatan farmasi yang berasal dari tanaman sekitar 75

pasiean digunakan dalam terapi modern dalam cara yang berkolerasi langsung

dengan penggunaannya secara tradisional dalam kultur pribumi asalnya.

22

Page 27: Terapi Keluarga

Perusahaan-perusahaan farmasi terkemmuka dunia kini sedang giat-giatnya

melakukan riset intensif mengenai bahan tanaman yang dikumpulkn darai hutan

hijau (rainforest) untuk diteliti potensi terapinya.

Ada berbagai penyebab mengapa terjadi kembali terapi herbal :

a. Terapi Konvensional Kedokteran modern makin terasa impersonal,

pasien merasa kurang di orangkan oleh dokter-dokter mereka.

b. Penggunaan jasa terapi konvensional kedokteran " Biaya Tinggi "

karena penggunaan alat " High Tech" (teknologi tinggi).

c. Makin nyatanya bukti akibat efek samping dari obat-obatan sintetik,

dan ketidakmampuannya dalam mengatasi penyakit kronis, degeneratif

dan yang berhubungan dengan sistem imunitas tubuh.

d. Terapi herbal bersifat holistik dan penekanannya pada pemberdayaan

diri sehingga sesuai dengan sentimen penggunanya yang ingin

memegang kendali terhadap kehidupan mereka sendiri.

Meski memiliki berbagai macam kelebihan dalam terapi herbal, secara prinsip

dasar harus disadari bahwa terapi herbal ditujukan untuk memngembalikan

keseimbangan tubuh secara alami, dengan membiarkan tubuh bekerja sendiri

dalam memelihara kesehatannya. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengharapkan

ramuan/ obat herbal akan mengusir semua gejala penyakit dengan cepat. Karena

terapi ini lebih diarahkan untuk mendukung kerja sistem tubuh agar berfungsi

dengan baik sehingga akan mampu mengatasi sendiri gangguan penyakit yang

dialami.

3. Exercise dan Diet

Fungsi nutrisi sebagai penyembuh baru disadari setelah Dr. Linus Pauling yang

memperkenalkan konsep terapi ortomolekuler, yaitu penggunaan vitamin dalam

dosis tinggi. Awalnya Dr. Linus Pauling hanya mengira bahwa vitamin C hanya

digunakan untuk mencegah batuk pilek namun setelah dicombain dengan vitamin

B (B1, B6, B12) yang diperlukan untuk sel otak dan saraf.

23

Page 28: Terapi Keluarga

Joseph Pizzorno,N.D., pakar terapi alami menulis textbook of Natural Meidcine

and Encylopedia of Natural Medicine menjelaskan cara kerja kelompok nutrisi

sebagai obat. Menurutnya seluruh proses tergantung pada enzim yang berfungsi

membantu proses reaksi kimia agar sel-sel organ tubuh bekerja dengan baik.

Untuk itu diperlukan mikronutrien sebagai konponen pembenguk enzim,

menghalangi toksin, merusak enzim dan memperbaiki sel genetic yang

menghasilkan enzim tersebut.

Terapi nutrisi diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan fungsi tubuh yang

terganggu akibat kekurangan nutrisi. Hal ini sebagai akibat pola makan yang

buruk dan stress kehidupan. Gangguan-gangguan tersebut berupa penurunan

kemampuan system imun, keracunan dari toksin hasil metabolism tubuh yang

tidak baik, gangguan system anti-radang yang berlebih sehingga tubuh

meresponnya sebagai alergi, gangguan fungsi metabolic terutama pencernaan,

gangguan system hormone dan proses penuaan dini yang sekarang banyakl terjadi

karena stress karena gaya hidup modern.

Untuk mnegatasi gangguan tersebut beberapa nutrisi yang digunakan dalam food

supplement adalah :

a. Memperkuat system imun yaitu vitamin A, C, herbal Echinacea dan jamur

Shiitake. Untuk mnegobatai infeksi spesifik, digunakan goldenseal

(infeksi bakteri), licorice (infeksi virus) dan tea tree oil (infeksi jamur

kulit).

b. Detoksifikasi digunakan betakaroten, vitamin C, E dan klorofil.

Sedangkan untuk mengatasi toksik usus diberikan suplemen laktobasilus.

Detoksifikasi hati digunakan bawang putih, Sylibum marianum dan

sayuran golongan brassica.

c. Mengatasi radang digunakan vitamin E dan C dosis tinggi yang berfungsi

menormalkan kembali fungsi respon tubuh terhadap radang.

d. Mengoptimalkan fungsi metabolic terutama system pencernaan digunakan

zat pahit, betain hidroklorida dan enzim pepsin.

e. Menyeimbangkan system hormone: hormone tyroid diberikan mineral

tembaga, selenium, seng dan ekstrak kelenjar tiroid. Hormone DHEA

diberikan ginseng Siberia, meningkatkan hormone wanita diberikan

24

Page 29: Terapi Keluarga

mineral seng, vitamin A, herbal Vitex agnus-cactus, meningkatkan

hormone pria diberikan mineral sneg dan ginseng Siberia.

Awet muda digunakan suplemen vitamin C, E, B12, koenzim Q10, glukosamin

sulfat, glutation, mineral kromium, magnesium selenium dan minyak biji rami.

4. Reiki

Reiki merupakan salah satu dari 1800 jenis terapi komplementer yang ada di

dunia. Reiki ditemukan pertama kali oleh Mikao Usui pada tahun 1922. Reiki

berasal dari bahasa Jepang yaitu rei yang artinya alam semesta dan ki yang

berarti energi kehidupan, jadi reiki berarti energi alam semesta yang dikarunia

Tuhan sang maha pencipta kepada manusia yang diperoleh sejak ia dilahirkan.

Energi ini dapat digunakan untuk memelihara kesehatan serta menyembuhkan

diri sendiri ataupun orang lain.

Teknik Penyembuhan reiki adalah teknik penyembuhan sangat sederhana dan

mudah dipelajari oleh semua orang hanya dalam waktu inisiasi 30-45 menit dan

langsung dapat digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri maupun orang lain

yang bersifat permanen. Kemampuan reiki bisa diperoleh seketika melalui

proses attunement/penyelarasan atau inisiasi yang dilakukan oleh reiki master.

Setelah dilakukan proses penyelarasan energi terhadap sumber energi alam

semesta oleh reiki master, secara langsung seseorang memiliki kemampuan

memanfaatkan energi reiki. Cara menggunakanya energi reiki sangat mudah,

hanya meniatkan akan menggunakan energi reiki dan meletakkan tangan pada

cakra (pintu gerbang energi tubuh) atau bagian tubuh yang sakit.

Proses attunement akan memberi efek detokfisikasi pada fisik, biasanya berupa

kelebihan energi yang disertai tanda-tanda rasa panas, mengantuk, meningkatnya

frekuensi buang air kecil maupun besar. Detokfisikasi ini akan diakhiri dengan

rasa bugar, tenang dan nyaman sesudahnya. Pada attunement tingkat kedua,

detoksifikasi terjadi pada lapisan mental dan emosional sehingga pembawaan

lebih sabar dan tenang. Terakhir adalah attunement tingkat master, pada tahap

ini detoksifikasi akan terjadi pada lapisan spiritual. Biasanya akan lebih

25

Page 30: Terapi Keluarga

mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih tenang dan mempunyai kepekaan yang

tinggi.

Praktisi reiki atau master reiki merupakan mediator untuk mengalirkan energi

alam kedalam tubuh manusia melalui kedua tangannya. Tubuh manusia tersusun

atas tubuh fisik dan non fisik yang saling berhubungan, saat tubuh non fisik

terganggu maka tubuh fisikpun akan tergangu. Terapi reiki tidak langsung ke

ditujukan pada bagian fisik tubuh melainkan dialirkan dalam bentuk gelombang

elektro magnetik melalui medan radiasi tubuh atau aura. Saat melakukan

penyembuhan, seorang praktisi reiki akan menyerap energi reiki dari alam

semesta dan menyalurkannya ke tubuh nonfisik si pasien melalui cakra/pintu

gerbang energi yang ada dalam tubuh manusia. Hasil yang diharapkan adalah

terjadi keselarasan/keseimbangan energi dalam tubuh, meningkatkan kerja sel

tubuh sehingga fungsi tubuh akan membaik dan dapat melakukan pemeliharaan

dan perbaikan kesehatan.

Aktivasi cakra (pusat penyalur energi) dalam tubuh dapat menjaga

keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh, hal ini dapat memelihara kesehatan

fisik dan mental manusia. Tujuan akhir aktivasi cakra ini adalah menciptakan

manusia yang sehat jiwa dan raga. Meski lebih banyak ditujukan untuk tindakan

preventif, aktivasi cakra juga dapat menyembuhkan gejala penyakit yang disebut

cakra healing

Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara langsung berbagai

penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. Kalau pusing, pilek atau stres,

masih bisa ditanggulangi namun untuk penyakit berat seperti kanker, gastritis

kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya dikombinasikan dengan metode

terapi lain. Penting untuk diingat bahwa reiki bukan untuk terapi alternative

kanker namun reiki adalah terapi komplementer yang digunakan untuk

meringankan efek samping dari terapi kanker.

26

Page 31: Terapi Keluarga

Chakra healing memanfaatkan tenaga bioenergi yang terdapat dalam tubuh

manusia. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat dasar

hampir sama dengan energi lain seperti energi panas atau energi listrik. Jika

darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu "lorong"

yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik tertentu pada

tubuh, membentuk pusat-pusat energi yang disebut cakra.

5. Akupuntur

Akupuntur adalah teknik terapi yang digunakan dalam terapi tradisional Cina.

Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk menstimulasi titik-titik tertentu

pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut "meridian".

Terapi akupuntur dirancang untuk memperbaiki aliran dan keseimbangan energi

sepanjang meridian-meridian ini.

Terapi tradisional Cina memiliki sejarah lebih dari 2,500 tahun. Terapi tradisional

ini melihat tubuh manusia sebagai suatu sistim aliran energi. Ketika aliran-aliran

energi ini seimbang, maka tubuh tersebut sehat. Para praktisi memeriksa denyut

nadi pasien dan mengamati keadaan lidah mereka untuk mendiagnosa

ketidakimbangan energi. Dalam terapi Cina, denyut nadi dapat diperiksa pada tiga

lokasi di masing-masing pergelangan tangan, dan pada tiga kedalaman pada

masing-masing lokasi.

Penyakit tidak didefinisikan dengan gejala-gejala atau nama penyakit seperti

"infeksi HIV". Sebaliknya, seorang praktisi terapi Cina akan berbicara mengenai

ketidakimbangan energi. Bahasanya dapat kedengaran sangat aneh, seperti

"kekurangan yin" atau "peningkatan panas ginjal". Kata-kata Cina yin dan yang

menggambarkan energi yang saling bertolak-belakang yang seharusnya tetap

seimbang, dan Qi (dibaca "chi") secara kasar dapat diartikan sebagai energi atau

kekuatan hidup.

Dalam terapi tradisional Cina, terdapat banyak cara untuk memperbaiki

keseimbangan aliran energi tubuh. Teknik yang paling sering digunakan di negara-

negara barat adalah teknik senam seperti Qigong atau Tai Chi, akupuntur (tusuk

jarum), dan jamu.

27

Page 32: Terapi Keluarga

Banyak praktisi terapi Cina mengkhususkan diri pada akupuntur atau jamu. Sangat

jarang yang menggunakan keduanya. Berdasarkan ketidakimbangan energi klien,

ahli akupuntur klien akan memilih titik akupuntur untuk distimulir. Klien akan

berbaring di atas dipan, bertelungkup atau telentang. Jarum-jarum akan dimasukkan

pada titik-titik tertentu. Klien mungkin akan merasa sedikit sakit, kesemutan atau

rasa kebal selagi jarum ditusukkan. Jarum-jarum ini dibiarkan pada tempatnya

selama 30 hingga 45 menit tergantung pada tujuan dari akupuntur itu. Selama itu,

banyak orang jatuh tertidur.

Klien mungkin juga mendapatkan perawatan tambahan selama akupuntur untuk

meningkatkan aliran energi klien. Jarum-jarum mungkin distimulir dengan aliran

listrik bertenaga sangat rendah (electroacupuncture). Moxa adalah bahan lembut

yang terdiri dari sejenis rempah mugwort kering. Moxa mungkin diaplikasikan di

atas jarum akupuntur atau bahkan secara langsung di kulit. Moxa dibakar untuk

menghasilkan rasa panas yang menusuk. Hal ini disebut moxibustion.

Gelas-gelas bundar dapat digunakan untuk menghasilkan penyedotan pada titik-titik

tertentu (bekam). Penyedotan ini menstimulir aliran energi. Bila gelas-gelas ini

ditinggalkan pada kulit untuk waktu yang lama, akan ada bekas berwarna merah.

Beberapa praktisi menggunakan manik-manik kecil atau jarum kecil yang

ditinggalkan pada kulit selama beberapa hari untuk memberi tekanan pada titik

akupuntur.

Beberapa orang merasa sedikit rasa sakit, kaku atau kesemutan ketika jarum

akupuntur ditusukkan. Dalam beberapa kasus yang jarang, orang akan merasa

pusing atau mual selama akupuntur. Klien mungkin akan mengeluarkan beberapa

tetes darah ketika jarum dicabut. Akupuntur memiliki efek samping yang lebih

sedikit dibandingkan dengan kebanyakan terapi – terapi modern. Klien sebaiknya

tidak melakukan akupuntur bila klien minum minuman beralkohol satu jam

sebelumnya, atau bila klien telah menggunakan napza. Pastikan ahli akupuntur

klien tahu bila klien hamil. Beberapa titik akupuntur tidak boleh distimulir selama

kehamilan.

28

Page 33: Terapi Keluarga

6. Hipnoterapi

Di Indonesia, hipnosis sudah diakui sebagai salah satu alternatif penyembuhan yang

telah teruji kebenarannya. Bahkan hipnosis kedoteran sudah menjadi seminar resmi

bagi calon psikiater di FKUI. Sedangkan di RSPAD Gatot Subroto sebagai pusat

hipnosis kedokteran pertama, menerapkan hipnodonsi (dental Hypnosis) untuk

dokter gigi serta para psikiaternya. Jadi, jangan takut untuk mencoba manfaat

hipnoterapi.

Anggapan masarakat terhadap hipnoterapi sering diasumsikan sama dengan metode

gendam yang sering digunakan untuk praktek kejahatan, keduanya memang sama

menggunakan gelombang elektromanetik dan energi dalam tubuh manusia, namun

ada perbedaan mendasar dalam penerapannya. Menurut Dr. Erwin, hipnoterapi

bukanlah gendam atau ilmu sihir. Seperti yang banyak digunakan dalam kasus

kejahatan, korban dibuat tidak sadar dan menyerahkan apa yang dimilikinya. Dalam

hipnoterapi, si pasen dijadikan subjek aktif yang dipandu secara sadar dan mau

menerima apa yang di lakukan terapis sehingga melakukan energinya sendiri untuk

penyembuhan dimaksud. Sedangkan dalam gendam yang terjadi adalah proses

magnetisme, yaitu si korban/pasien menjadi obyek pasif dan secara tidak sadar

dipengaruhi energi dari si pelaku kejahatan.

Cara Kerja Hipnoterapi

Istilah hipnoterapi mengacu dari kata “Hypno” bahasa Yunani berarti tidur.

Memang terapi penyembuhan hipnoterapi diawali dengan mengkondisikan pasien

dalam fase relaksasi (seperti orang tertidur) sebelum dilakukan terapi inti.

Hipnoterapi bekerja pada jiwa bawah sadar (alpha state) manusia. Untuk

membangkitkan jiwa bawah sadarnya, pasien dalam kondisi relaksasi atau atau

mengistirahatkan jiwa sadarnya. Saat jiwa sadarnya beristirahat maka jiwa bawah

sadarnya akan muncul. Dalam kondisi ini rekaman bawah sadarnya seperti

gangguan kesehatan yang dirasakan akan diketahui. Rekaman bawah sadar yang

salah atau keliru akan diperbaharui dengan memberikan sugesti-sugesti positif oleh

terapis melalui hipnoterapi. Sugesti ini diberikan secara terus menerus hingga

29

Page 34: Terapi Keluarga

keadaan dimana rekaman bawah sadar yang keliru menghilang dan digantikan oleh

sugesti positif .

Tingkat keberhasilannya sugesti positif pada pasien berbeda masing-masing orang.

Tergantung ganguan berat-ringanya penyakit yang diderita serta kemauan untuk

sembuh dari dalam diri pasien. Hipnoterapi tidak bisa langsung menyembuhkan

dalam satu atau dua kali terapi, seperti kasus kecanduan narkoba atau pasien ingin

berhenti merokok. Jika kecanduan narkoba atau merokok sudah sangat berat, untuk

sembuh total proses terapi bisa selama dua tahun. Untuk mempercepat kesembuhan,

pasien juga harus proaktif dan mempunyai kemauan yang kuat untuk sembuh.

Dalam hipnoterapi, terapis hanya berperan sebagai fasilitator, pasien harus

kooperatif dan sebagai subyek aktif. Agar proses terapi tepat sasaran, pasin harus

benar-benar memahami betul maksud dan tujuan hipnoterapi. Harus ada

kesepakatan antara pasien dan terapis, karena pasienlah sebenarnya yang paling tau

apa yang dideritanya, tutur dokter yang praktek di Klinik Prorevital di daerah

Cempaka Putih dan RSPAD Jakarta.

Hipnoterapi lebih efektif digunakan untuk mengobati ganguan kesehatan yang

sifatnya fungsional. Ganguan kesehatan karena defisiensi organik dalam tubuh

maupun defisiensi zat dari luar tubuh tidak bisa disembuhkan. Seperti kasus

kekurangan zat gizi tertentu, dehidrasi atau ganguan penyakit kulit, tetap harus

diobati dengan terapi medis yang lain, tidak bisa dengan hipnoterapi. Begitu juga

kasus trauma fisik seperti patah tulang. Menangani penyakit akibat ganguan

neurosis, seperti stres, depresi, fobia, atau rasa cemas yang berlebihan.

Ganguan kejiwaan seperti stres lebih mudah disembuhkan dengan hipnoterapi,

dengan memberikan sugesti, pasien bisa ditenangkan. Kebanyakan orang

melakukan tindakan fisik untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit kejiwaan.

Penyakit jenis ini lebih tepat diobati dengan hipnoterapi, karena yang sakit bukan

fisiknya namun jiwanya. Ganguan bioplasmik juga bisa disembuhkan dengan

hipnoterapi. Ganguan bioplasmik biasanya ditandai dengan menurunnya ketahanan

fisik dan mental.

30

Page 35: Terapi Keluarga

Kelebihan hipnoterapi adalah murah, karena bisa dilakukan sendiri. Hipnoterapi

juga relatif lebih efektif menghilangkan rasa nyeri dibandingkan terapi analgesik,

termasuk morfin sekalipun. Hipnoterapi juga aman tanpa efek negatif seperti efek

ketergantungan. Walaupun relatif aman, hipnoterapi mempunyai efek samping.

Pada beberapa pasien bia menimbulkan abreaksi. Suatu keadaan dimana pasien

keluar dari rekaman bawah sadarnya secara serentak. Akibatnya bisa menimbulkan

rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan, reaksinya pasien bisa tidak

terkendali, namun kondisi biasanya tidak berlangsung lama dan bisa dikendalikan

oleh terapis.

D. KONSELING

Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain.

Definisi lain dari konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan

lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi

interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan

untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Konseling juga bisa didefinisikan sebagai proses pemberi bantuan seseorang

kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu

masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan

klien.

1. Tujuan Konseling

Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau

bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan

dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang

berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”.

Jadi konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang

ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah

(disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia

31

Page 36: Terapi Keluarga

melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang

kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client

centered).

Sedangkan konseling keluarga adalah memandang keluarga secara keseluruhan

bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari

anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya.

Sebagai suatu system, permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga

akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya

konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat

beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui perbaikan

lingkungan keluarganya.

2. Prinsip Dasar

Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara klien

dengan perawat sehingga terjadi perubahan perilaku klien secara sukarela.

3. Persiapan Dalam Melakukan Konseling

Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka perawat harus memiliki

persiapan. Perawat sebaiknya melihat dahulu data rekam medik pasien. Ini

penting agar apoteker dapat mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi.

Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri

dengan informasi– informasi terbaru yang berhubungan dengan maslah klien.

Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi. Ada beberapa kemampuan

nonverbal yang sangat membantu keberhasilan konseling yaitu :

a. Senyum dan wajah yang bersahabat, perawat harus menunjukan perasaan

yang bahagia saat akan melakukan konseling, karena ekspresi wajah

perawat akan mempengaruhi suasana hati klien

b.Kontak mata, kontak mata langsung selama sesi konseling.

c. Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu

berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhan pada

pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuat merasa tenang.

32

Page 37: Terapi Keluarga

d.Jarak antara perawat dan pasien, jarak yang terlalu jauh membuat

komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu

dekat. Sehinggga posisi dan jarak duduk dengan klien merasa nyaman

bagi keduanya.

e. Intonasi Suara, selama komunikasi berlangsung intonasi suara perawat

harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau keras membuat

komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga dengan penekanan-

penekanan kalimat yang dilakukan.

f. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih

nyaman.

4. Alat Bantu Konseling

Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat

digunakan. Alat yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh

perawat sebagai konselor dan melakukan konseling maupun alat bantu yang

diberikan kepada klien.Perlengkapan perawat yang digunakan adalah :

1. Panduan konseling, berisi daftar (check list) untuk mengingatkan perawat

point-point konseling yang penting.

2. Kartu Pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan Klien

3. Literatur pendukung

4. Brosur tentang masalah tertentu, memberikan kesempatankepada pasien

untuk membaca lagi jika lupa.

5. Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar - gambar, dan

poster.

6. Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan lanjutan

kunjungan.

5. Kemampuan yang harus Dimiliki konselor

a. Ketrampilan Observasi

Hal – hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu: “Apa yang

diobservasi/diamati?“, antara lain:

1) Tingkah laku non verbal klien. Cara menatap, bahasa tubuh, kualitas

suara, merupakan indicator penting yang mengungkapkan apa yang

33

Page 38: Terapi Keluarga

sedang terjadi pada klien.

2) Tingkah laku verbal klien. Kapan klien beralih topik, apa saja kata-kata

kunci, penjelasan-penjelasan yang disampaikan dan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan.

3) Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal. Seorang perawat yang

tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa

konflik/ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara

dua buah pernyataan, antara apa yang diucapkan dan apa yang

dikerjakan.

Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :

1) Pengamatan Obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita lihat

dan dengar. Misalkan : jalan mondar-mandir, tangan dikepal,

dsbnya.

2) Interpretasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa

yang kita lihat (amati) dan kita dengar.

b. Ketrampilan Mendengar Aktif Terdapat empat bentuk mendengarkan yang

bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :

1) Mendengar Pasif (Diam) dilakukan antara lain bila klien sedang

menceritakan masalahnya : berbicara tanpa henti, menggebu-gebu

dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti

sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan

menenangkan diri.

2) Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal, seperti : Hmm, yaa,

lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara

lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi

pada dirinya.

3) Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi. Dilakukan

bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien.

Misalnya :

“Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami?”

34

Page 39: Terapi Keluarga

“Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?’

4) Mendengar Aktif yaitu dengan memberikan umpan

balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.

5) Refleksi Isi atau Parahasing adalah menyatakan kembali ucapan klien

dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien

tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas

dan memperjelas ucapan klien.

6) Refleksi Perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang

teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa

tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal

klien.

c. Ketrampilan Bertanya

Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan

terbuka.

1) Pertanyaan Tertutup

a) Menghasilkan jawaban “ya“ atau “tidak“ yang berguna untuk

mengumpulkan informasi yang faktual.

b) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses

pengambilan keputusan

c) Perawat mengontrol jalannya percakapan, klien hanya

memberikaninformasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.

2) Pertanyaan Terbuka

a) Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “apa “

b) Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang

memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.

c) Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan

intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.

6. Peran Konselor

a. Konselor memberikan layanan secara professional kepada semua orang

35

Page 40: Terapi Keluarga

b. Konselor tidak boleh memanfaatkan hubungan konseling mereka untuk

kepentingan pribadi, agama, politik dan bisnis.

c. Konselor tidak diperkenankan untuk membayar atau menerima bayaran

dalam refeal.

d. Konselor tidak diperbolehkan untuk memberikan layanan kepada klien yang

masih berada dalam penanganan dari orang professional lain

e. Konselor tidak boleh menghina sesama rekan sejawat

f. Konselor memiliki kewajiban untuk meneruskan pendidikan dan

pengembangan professional

g. Konselor berusaha menghindari hubungan dengan konseli yang mungkin

dapat merusak penilaian professional atau yang menambah risiko karna

mengeksploitasi konseli.

h. Konselor tidak boleh memberikan diagnosis, memberikan resep, mengobati

diluar batas-batas kemampuannya

i. Asosiasi profesi mendorong atau mengajukan para anggotanya untuk

bergabung dengan kelompok-kelompok professional

Hubungan dengan klien

a. Seorang konselor harus hati-hati memberikan dukungan yang wajar dan

penghargaan dalam tahap prognosis

b. Konselor harus mementingkan pemahaman yang jelas tentang keuangan

bersama klien.

c. Konselor harus membuat catatan-catatan bagi setiap kasus dan

menyimpannya dengan aman dan terjamin kerahasiaannya

d. Konselor mengadakan hubungan dalam semua tahap kehidupan,

menghargai setiap waktu terhadap hak-hak konseli untuk membuat

b. keputusan mereka sendiri.

7. Tahapan

a. Wawancara tahap awal

Pada tahap ini konselor mengawali kontak dengan salah seorang anggota

keluarga, sering kali anggota keluarga yang mulai mengontak konselor melalui

36

Page 41: Terapi Keluarga

telepon, dengan menyampaikan problem-problem yang dialaminya dalam

bentuk keluhan-keluhan yang berhubungan dengan biologis, psikologis, dan

hubungan antar pribadi. Berbagai cara telah dilakukan oleh konselor-

konselorbterdahulu ketika mereka melakukan wawancara tahap awal dalam

konseling keluarga. Menggunakan wawancara tahap awal untuk menghimpun

data tentang latar belakang historis suatu keluarga adalh terapi yang baik.

b. Wawancara tahap pertengahan

Wawancara tahap pertengahan merupakan jantung dari proses terapeutik. Pada

tahap ini konselor berperan sebagai pembimbing dan pengarah, tetapi

senantiasa berupaya menghindari mengambil alih peran orang tua atau

berkoalisi dengan salah seorang anggota keluarga.

Setelah setiap anggota keluarga terlibat dalam treatment, dan resistensi telah

dipecahkan dengan baik, penataan kembali struktur keluarga dapat dimulai.

Anggota-anggota keluarga terbuka menyatakan keadaan dirinya, meningkatkan

kemandirian, mengurangi peran-peran kaku, saling berbagi perasaan dan

pengalaman, dan saling memberi dan menerima balikan untuk merespon

dengan perilaku-perilaku baru.

c. Wawancara tahap akhir

Konseling keluarga menggunakan durasi waktu yang relative lebih singkat

daripada konseling individual . karena konseling sejak awal difokuskan pada

penjabaran problema secara spesifik, atau meredakan simpton-simpton yang

tampak sehingga memungkinkan untuk memperpecepat setiap anggota

keluarga mengetahui secara jelas tujuan-tujuan yang telah dicapai. Meskipun

begitu proses konseling keluarga mungkin membutuhkan waktu beberapa

session mingguan atau bulanan. Delapan sampai dua puluh pertemuan adalh

waktu yang ideal. Kebanyakan praktisi konselor keluarga sepakat bahwa

terminasi di dalam konseling lebih mudah dilaksanakan daripada di dalam

konseling individual. Konseling keluarga dapat dihentikan apabila anggota

keluarga yang terlibat dalam proses konseling keluarga bisa bekerja sama

dengan baik sebagai suatu unit atau kelompok untuk memecahkan masalah -

masalah mereka dan mengubah perilaku-perilaku mereka yang destruktif. Di

samping itu mereka juga telah mampu mengembangkan suatu internal support

37

Page 42: Terapi Keluarga

system dan tidak bergantung kepada orang lain, termasuk tidak bergantung

kepada konselor. Indicator-indikator lainnya adalah mereka telah mampu

berkomunikasi secara terbuka, eksplisit, dan jelas, mampu melakukan peranan

masing-masing secara fleksibel, keuatan-kekuatan di dalam keluarga seimbang,

dan setiap anggota keluarga mampu menyeimbangkan antara hak dan

kewajibannya masing-masing dalam keluarga.

8. Pertanyaan dalam Konseling

Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan

keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open-

ended questions. Dengan pertanyaan model ini memungkinkan perawat

memperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan dari satu

pertanyaan saja. Pertanyaan dengan jawaban ”ya” atau ”tidak", sebaiknya

dihindari. Begitu juga denganpertanyaan yang berasal dari pendapat perawat.

Open-endedquestions akan menghasilkan respon yang memuaskan

sebabpertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Kata tanya

sebaiknya dimulai dengan ”bagaimana” atau ”mengapa”.

9. Etika dalam Konseling Keluarga

Nilai-nilai moral pilihan konselor tentang tanggung jawabnya didalam

konseling keluarga memiliki konsekuensi tertentu. Situasi dimana seorang

suami inginmenceraikan istrinya, tetapi si istri menentang keinginan sang

suami. Alas an sang suami karena dia tidak merasa adanya kebahagiaan lagi

jika tetap bersama sang istri. Dalam kasus ini, tampaknya suami lebih senang

kalau dalam keluarga ditekankan kesejahteraan individual, karena itu suami

mengharapkan konseling keluarga yang lebih memperhatikan kesejahteraan

individual. Sang istri menginginkan agar konselor memberikan penekanan dan

prioritas utama pada kesejahteraan bersama.

Posisi konselor didalam konseling keluarga memiliki pengaruh yang luas dan

mendalam, tidak hanya berpengaruh pada hubungan awal konseling dan

penelusuran masalah, tetapi berpengaruh juga pada perumusan tujuan dan

perencanaan treatment dalam proses konseling.

10. Faktor yang menghambat Konseling

a. Faktor Individual

38

Page 43: Terapi Keluarga

Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang

dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan

gabungan dari :

1) Faktor fisik – kepekaan panca indera (kemampuan untuk melihat,

mendengar…), usia, gender (jenis kelamin)

2) Sudut pandang – nilai –nilai

3) Faktor social- sejarah keluarga dan relasi, jaringan social, peran dalam

masyarakat, status social, peran social.

4) Bahasa

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi

2) Sikap terhadap interaksi

3) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan,

perhatian, dukungan)

4) Sejarah hubungan

c. Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan

kesehatan antara perawat dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan

antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

d. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua

pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah:

1) kegagalan menyampaikan informasi penting

2) perpindahan topic bicara yang tidak lancar

3) salah Pengertian

39

Page 44: Terapi Keluarga

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Terapi keperawatan adalah intervensi keperawatan yang unik yang hanya dapat

dilakukan oleh seorang profesional (Ners). Bentuk terapi keperawatan berupa

tindakan yang bersifat alamiah, tindakan berupa bantuan untuk melakukan

tindakan yang bersifat alamiah tersebut, tindakan berupa proses interaksi untuk

mempengaruhi klien dan keluarga agar bersedia merubah perilaku/ mengikuti

program perawatan ,tindakan berupa proses interaksi untuk meningkatkan

adaptasi klien dengan masalahnya dan tindakan berupa pendidikan kesehatan

agar mampu melakukan bagi diri klien. Aplikasi tindakan keperawatn ini yaitu

pendidikan kesehatan, imunisasi, latihan rentang gerak (ROM), teknik relaksasi

dan perawatan luka.

b. Terapi modalitas sering digunakan pada klien dengan gangguan jiwa, bertujuan

mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi

perilaku yang adaptif. Aplikasi terapi modalitas yaitu terapi individual, terapi

lingkungan (milleau terapi), terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok,

terapi perilaku dan terapi bermain.

c. Terapi komplementer merupakan perawatan kesehatan yang tidak termasuk

dalam praktek terapi barat modern. Beberapa aplikasi dalam terapi

komplementer yaitu pijat bayi, terapi herbal, meditasi, exercise dan diet, reiki,

akupuntur dan hipnoterapi.

d. Konseling merupakan hubungan konselor yang terlatih dengan klien bertujuan

untuk membentu klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari untuk

membuat keputusan sendiri melalui pilihan yang bermakna dan yang berasaskan

informasi dan melalui penyelesaian masalah-masalah yang berbentuk emosi dan

masalah pribadi. Tugas konseling yaitu memberikan kesempatan kepada klien

untuk mengeksplorasi, menemukan dan menjelaskan cara hidup lebih

memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.

B. SARAN

Perawat lebih baik mampu mengetahui berbagai terapi yang bisa diterapkan dan

mengkombinasikan sesuai dengan keadaan kliennya.

40

Page 45: Terapi Keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Arifani, Ni Putu. (2007). Terapi Modalitas. Depok: Universitas IndonesiaAsmad. (2008). Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:

Salemba Medika.Berman A, Shirlee JS, Barbara K. & Glenora E. (2009). Buku Ajar Praktik keperawatan

Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC.David. A. (2004). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.

California: Year Book Medical PublishersJohnson, JY. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah: Pedoman untuk Perawat. Jakarta:

EGC.Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (1996). Synopsis of Psychiatry. New York:

Williams and WilkinsLudin, Abubakar M., (2010). Dasar-Dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik.

Bandung :Citapustaka Media PerintisSemiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.Stevens PJM., F. Bordui dan JAG. Van der Weyd. (1997). Ilmu Keperawatan. Jakarta:

EGC.Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.

(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.