Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

    yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus ditandai dengan adanya spasme

    otot yang periodik dan berat , tanpa disertai gangguan kesadaran.1

    Sampai saat ini tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

    negara berkembang karena akses program imunisasi yang buruk. Disamping itu

     penatalaksanaan tetanus modern yang membutuhkan fasilitas intensive care unit

    (I!", jarang tersedia di sebagian besar populasi penderita tetanus berat.  Di

    negara berkembang, mortalitas tetanus melebihi #$% dengan perkiraan jumlah

    kematian &$$.$$$'1.$$$.$$$ orang per tahun, sebagian besar pada neonatus. Di

    negara berkembang tetanus banyak ditemukan pada populasi neonatus danmerupakan salah satu penyebab mortalitas bayi yang penting. Di negara maju

    tetanus terutama terjadi setelah luka tusuk yang tidak disengaja, misalnya saat

     bertani atau berkebun, yang tidak mendapatkan peraatan luka yang adekuat ),* 

    Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. Implementasi imunisasi

    tetanus global telah menjadi target +- sejak tahun 1/0. Imunitas terhadap

    tetanus tidak berlangsung seumur hidup dan dibutuhkan injeksi booster jika

    seseorang mengalami luka yang rentan terinfeksi tetanus. kses program

    imunisasi yang buruk dilaporkan menyebabkan tingginya prevalensi penyakit ini

    di negara sedang berkembang.*

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    2/29

    2

    1.2. Tujuan :

    a" 2emenuhi salah satu persyaratan kelulusan 3rogram 3endidikan 3rofesi

    Dokter (3*D" di Departemen nestesiologi dan Terapi Intensif 4akultas

    5edokteran !niversitas Sumatera !tara 6S!3 aji dam 2alik 2edan.

     b" 2eningkatkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah di bidang

    kedokteran.

    a" !ntuk lebih memahami dan mampu menangani pasien dengan kasus

    tetanus.

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    3/29

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Defenii

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

    yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus ditandai dengan adanya spasme

    otot yang periodik dan berat , tanpa disertai gangguan kesadaran.1

    Clostridium tetani  merupakan bakteri berbentuk batang gram positif,

     berukuran panjang )'# mikron dan lebar $,0'$,# mikron. Tetanus ini biasanya akut

    dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin.Tetanospamin

    merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Spora

    Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh

    karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta infeksi tali pusat (tetanus

    neonatorum".0

    2.2. Eti!l!gi

    Tetanus disebabkan oleh toksin bakteri Clostridium tetani yang memiliki

    dua bentuk, yaitu bentuk vegetatif dan spora. 7entuk vegetatif C. tetani adalah

     basil, gram positif, tidak berkapsul, motil, dan bersifat obligat anaerob. 7entuk 

    vegetatif rentan terhadap efek bakterisidal dari proses pemanasan, desinfektan

    kimiai, dan antibiotik. 7entuk ini merupakan bentuk yang dapat menimbulkan

    tetanus.#

    3ada basil yang mengandung spora terdapat bentukan endospora pada

    salah satu ujungnya sehingga memberikan penampilan seperti stik drum. Spora C.

    tetani relatif resisten terhadap desinfeksi kimiai dan pemanasan. Spora tahan

    terhadap paparan fenol, merbromin, dan bahan kimia lain yang efektif untuk 

    desinfeksi. 3emanasan di dalam air mendidih selama 1# menit dapat membunuh

    hampir semua spora. Sterilisasi menggunakan uap tersaturasi dengan tekanan 1#

    lbs selama 1#')$ menit pada suhu 1)18 juga dapat membunuh semua bentuk 

    kehidupan. Spora banyak terdapat di dalam tanah, saluran cerna, dan feses hean.

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    4/29

    4

    Tanah yang mengandung kotoran hean mengandung spora dalam jumlah

     banyak. Spora dapat bertahan beberapa bulan bahkan tahun.#

    9ambar 1. 3earnaan 9ram C. tetani.

    Sumber: http:;;te

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    5/29

    5

    tinggi pada kelompok usia neonatus dan ? #$ tahun dibandingkan kelompok umur 

    lain.@

    2.&. Pat!fii!l!gi'

    Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani. 7akteri ini

    terdapat di tanah, debu jalan, feses manusia dan binatang. 7akteri tersebut

     biasanya memasuki tubuh setelah kontaminasi pada abrasi kulit, luka tusuk minor,

    atau ujung potongan umbilikus pada neonatus. 3ada )$% kasus, mungkin tidak 

    ditemukan tempat masuknya. 7akteri juga dapat masuk melalui ulkus kulit, abses,

    gangren, luka bakar, infeksi gigi, tindik telinga, injeksi atau setelah pembedahan

    abdominal;pelvis, persalinan dan aborsi.

    Aika organisme ini berada pada lingkungan anaerob yang sesuai untuk 

     pertumbuhan sporanya, maka bakteri ini akan berkembang biak dan menghasilkan

    toksin tetanospasmin dan tetanolysin. Tetanospasmin adalah neurotoksin poten

    yang bertanggungjaab terhadap manifestasi klinis tetanus, sedangkan tetanolysin

    sedikit memiliki efek klinis.

    Terdapat dua mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke

    susunan saraf pusat: (1" Toksin diabsorpsi di neuromuscular junction, kemudian

     bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat, ()" Toksin melalui

     pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat. 2asih belum jelas mana yang

    lebih penting, mungkin keduanya terlibat.

    3ada mekanisme pertama, toksin yang berikatan pada neuromuscular 

     junction menyebar melalui saraf motorik, selanjutnya secara transinaptik ke saraf 

    motorik dan otonom yang berdekatan, kemudian ditransport secara retrograd

    menuju sistem saraf pusat. Tetanospasmin yang merupakan  zinc-dependent 

    endopeptidase memecah vesicle associated membrane protein II  (>23 II atau

    synaptobrevin" pada suatu ikatan peptida tunggal. 2olekul ini penting untuk 

     pelepasan neurotransmiter di sinaps, sehingga pemecahan ini mengganggu

    transmisi sinaps. Toksin aalnya mempengaruhi jalur inhibisi, mencegah

     pelepasan glisin dan B'amino butyric acid (97". 3ada saat interneuron

    menghambat motor neuron alpha juga terkena pengaruhnya, terjadi kegagalan

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    6/29

    6

    menghambat refleks motorik sehingga muncul aktivitas saraf motorik tak 

    terkendali, mengakibatkan peningkatan tonus dan rigiditas otot berupa spasme

    otot yang tiba'tiba dan potensial merusak. -tot ajah terkena paling aal karena

     jalur a

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    7/29

    7

    Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot,

    spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. 9ejala aalnya meliputi kekakuan otot,

    lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neuronal pendek, karena itu yang

    tampak pada lebih dari $% kasus saat masuk rumah sakit adalah trismus, kaku

    leher, dan nyeri punggung. 5eterlibatan otot'otot ajah dan faringeal

    menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia.

    3eningkatan tonus otot otot trunkal meng akibatkan opistotonus. 5elompok otot

    yang berdekatan dengan tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan

    tidak simetris.

    Spasme otot muncul spontan, juga dapat diprovokasi oleh stimulus fisik,

    visual, auditori, atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan dapat

    menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring

    dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan

    respiratory arrest . 3ernapasan juga dapat terpengaruh akibat spasme yang

    melibatkan otot'otot dada. Selama spasme yang memanjang, dapat terjadi

    hipoventilasi berat dan apnea yang mengancam nyaa. Tanpa fasilitas ventilasi

    mekanik, gagal nafas akibat spasme otot adalah penyebab kematian paling sering.

    ipoksia biasanya terjadi pada tetanus akibat spasme atau kesulitan

    membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan dan aspirasi. Spasme otot paling

     berat terjadi selama minggu pertama dan kedua, dan dapat berlangsung selama *

    sampai 0 minggu, setelah itu rigiditas masih terjadi sampai beberapa minggu lagi.

    Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia sirkulasi, terutama bila

    spasme otot tidak terkontrol baik. 9angguan otonom biasanya mulai beberapa hari

    setelah spasme dan berlangsung 1') minggu. 2eningkatnya tonus simpatis

     biasanya dominan menyebabkan periode vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi.

     Autonomic storm berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin. 5eadaan ini

    silih berganti dengan episode hipotensi, bradikardia dan asistole yang tiba'tiba.

    9ambaran gangguan otonom lain meliputi salivasi, berkeringat, meningkatnya

    sekresi bronkus, hiperpireksia, stasis lambung dan ileus.

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    8/29

    8

    2.,. Diagn!i

    Diagnosis dapat ditegakkan dari gambaran klinis dan adanya riayat luka

    yang mendahului. Tidak ada tes laboratorium yang dapat menegakkan diagnosa

     pasti tetanus. +- mendefinisikan penyakit tetanus pada deasa yaitu sekurang'

    kurangnya terdapat satu dari tanda'tanda berikut : trismus (kesulitan untuk 

    membuka mulut" atau risus sardonicus (spasme menetap dari otot ajah" atau

    kontraksi otot yang sangat nyeri. +alaupun definisi ini meminta terdapatnya

    riayat luka atau kaku, tetanus juga bisa terjadi pada pasien yang tidak memiliki

    riayat luka yang spesifik.

    &

    Tes sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosa tetanus

    adalah tes spatula. Tes ini dilakukan dengan cara menyentuhkan spatula pada

    dinding orofaring. 3ada kondisi normal hal ini akan mencetuskan  gag reflex, pada

    individu dengan tetanus tes ini akan menginduksi kontraksi masseter sehingga

    terjadi penutupan rahang.1$

    Derajat keparahan penyakit tetanus :

    1. 2enurut blett

    9rade I (ringan": trismus ringan sampai sedang, spastisitas

    generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau

    tanpa disfagia.

    9rade II (sedang": trismus sedang, rigiditas nampak jelas, spasme

    singkat, ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan

    frekuensi pernafasan ?*$

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    9/29

    9

    ). 2enurut 3atel dan Aoag

    5riteria I : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, kaku otot tulang

     belakang

    5riteria II : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya

    5riteria III : inkubasi antara / hari atau kurang

    5riteria I> : aktu onset adalah 0& jam atau kurang

    5riteria > : kenaikan suhu rektal sampai */,&$ dan aksila sampai

    */,)$

    Dengan berdasarkan # kriteria di atas ini, maka dibuatlah tingkatan penyakit

    tetanus sebagai berikut :

    Derajat I (ringan" : minimmal 1 kriteria (51 atau 5)" mortalitas $ %

    Derajat II (sedang" : minimal ) kriteria (51 dan 5)" dengan masa inkubasi

    ?/ hari dan onset ?) hari, mortalitas 1$%

    Derajat III (berat" : minimal * kriteria dengan inkubasi C/ hari dan onsetC) hari, mortalitas *)%

    Derajat I> (sangat berat" : kasus berat, minimal ada 0 kriteria dengan

    mortalitas @$%

    Derajat > : 7iasanya mortalitas &0% dengan # kriteria termasuk 

    didalamnya adalah tetanus neonatorum maupun puerperium.

    Selain skoring blett, terdapat juga skoring untuk menilai prognosis

    tetanus seperti  Phillip Score  dan  a!ar Score. 5edua sistem skoring inimemasukkan kriteria periode inkubasi dan periode onset, begitupula manifestasi

    neurologis dan kardiak. Phillips score  juga memasukkan status imunisasi pasien.

    !ntuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di baah ini :

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    10/29

    10

    Ta*el 1 : Dakar S-!re u%*er : Lak%i/ 201&

    Sk!r 1 Sk!r 0

    2asa inkubasi C / hari ? / hari

    itan penyakit C0& jam ? 0& jam

    Tempat masuk Tali pusat, uterus, fraktur  

    terbuka, postoperatif,

     bekas suntikan I2

    Selain tempat tersebut

    Spasme (" ('"

    3anas badan (per rektal" ? *&,0 $ (? 0$ $" C *&,0 $ ( C 0$ $"

    Takikardia deasa ? 1)$

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    11/29

    11

    Ta*el 2 : Pilli# S-!re u%*er : Lak%i/ 201&

    +5T! 2S!5 S5-6 SGH2 3G6+TE S5-6

    2asa inkubasi

    1. 10 hari

    ). 1$ hari

    *. # F 1$ hari

    0. ) F # hari

    #. C 0& jam

    Imunisasi

    Hengkap

    C 1$ tahun

    ? 1$ tahun

    Ibu di imunisasi

    Tidak di imunisasi

    Huka infeksi

    Tidak diketahui

    Distal;perifer

    3roksimal

    5epala

    7adan

    5omplikasi

    Tidak ada

    6ingan

    Tidak membahayakan

    2engancam nyaa (tak 

     

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

    &

    1$

    1

    )

    *

    0

    #

    1

    )

    0

    Spame

    anya trismus

    5aku seluruh badan

    5ejang terbatas

    5ejang seluruh

    -pistotonus

    4rekensi spasme

    @ dalam 1) jam

    Dengan rangsangan

    Terkadang spontan

    Spontan C *;1# mnt

    Spontan ? *;1# mnt

    Suhu

    *@,/ F */,$

    */,1 F */,/

    */,& F *&,)

    *&,* F *&,&

    ? *&,&

    3ernafasan

    Sedikit berubah

    pneu saat kejang

    5adang apneu saat

    kejang

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

    &

    1$

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    12/29

    12

    langsung"

    2engancam nyaa

    &

    1$

    Selalu apneu setelah

    kejang

    3erlu tracheostomi

    &

    1$

    T-TH S5-6 DG6AT 5G36E

    C 1$ TGTE!S 96DG I (6IE9E, recovery spontan "

    1$ F 10 TGTE!S 96DG II (SGDE9 dengan peraatan

    standard seharusnya sembuh"

    1# F )* TGTE!S 96DG III (7G6T, out'come survive

    tergantung kalitas pengelolaan"

      ? )0 TGTE!S 96DG III7 (SE9T 7G6T, out'come

    diduga meninggal

    2.'. Penatalakanaan

    3rinsip dari terapi pada pasien tetanus ini adalah : 

    a. Terapi suportif aal

    3asien seharusnya di raat di I!. Intubasi profilaksis sebaiknnya segera

    diputuskan pada pasien dengan manifestasi sedang sampai dengan berat.

    9unakan teknik 6SI untuk mencegah komplikasi saat intubasi.1$,11,1)

     b. 2anajemen luka.

    Huka dieksplorasi, dibersihkan secara hati'hati dan dilakukan debridement

    secara menyeluruh. 6ekomendasi terbaru yaitu luka dieksisi minimal )cm

    dari jaringan normal yang terlihat disekitar tepi luka. bses seharusnya

    diinsisi dan drainase. 5arena beresiko releas nya tetanospasmin ke

     pembuluh darah, perlakuan terhadap luka sebaiknya ditunda sampai

     beberapa jam setelah diberikan antito

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    13/29

    13

    antibiotik pilihan, alaupun penisilin dengan dosis 1$'1) juta unit secara

    intravena, diberikan setiap hari selama 1$ hari masih bisa diberikan.

    2etronida=ole lebih unggul karena lebih sedikit mencetuskan spasme.

    3enisilin sendiri mempunyai efek antagonistik kompetitif 97 pada

    sentral ketika diberikan dalam dosis besaryang dapat memperparah gejala

    spasme pada pasien. lternatif antibiotik lain antara lain klindamisin

    ataupun eritromisin. 3emberian antibiotik ganda dapat menjadi

     pertimbangan ketika dicurigai adanya superinfeksi dengan bakteri lain

     pada daerah infeksi.1$,1)

    d. 2enetralisasi toksin yang belum terikat.

    3emberian antitoksin bertujuan untuk menetralisasi toksin yang

     bersirkulasi serta toksin yang belum terikat pada daerah luka, namun

    toksin yang telah berikatan tidak dapat dipengaruhi oleh pemberian

    antitoksin. "uman tetanus immune globulin (TI9" diberikan dengan dosis

    *$$$'@$$$ unit secara I2, dalam dosis terbagi . 3emberian antitoksin

    tambahan tidak diperlukan karena aktu paruhnya yang panjang. 3ilihan

    antitoksin yang lain adalah  #$uine %etanus Antitoxin &%A%'  yang

    merupakan derivat serum dari kuda, antitoksin ini mempunyai keunggulan

    dalam harga, namun kekurangannya aktu paruh yang lebih pendek dan

     berhubungan dengan kejadian anafilaktik yang lebih besar.1$,1)

    e. 5ontrol manifestasi klinis penyakit akibat toksin yang sudah terikat.

    7erbagai agen pilihan dapat diberikan secara tunggal maupun kombinasi

    untuk menatalaksana spasme otot. Tatalaksana spasme otot penting karena

    spasme merupakan manifestasi utama tetanus dan dapat menimbulkan rasa

    nyeri, mengancam ventilasi karena menyebabkan laringospasme akibat

    kontraksi terus'menerus otot bantu nafas. -bat ideal yang dapat menjadi

     pilihan adalah obat yang dapat menghentikan kejang tanpa menyebabkan

    sedasi berlebihan dan hipoventilasi. Dia=epam, merupakan golongan

     ben=odia=epin yang umum digunakan sebagai pilihan utama karena onset

    kerjanya yang cepat. Dia=epam merupakan golongan ben=odia=epin yang

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    14/29

    14

     berkerja dengan cara meningkatkan frekuensi pembukaan 97 channel 

    sehingga menyebabkan influks ion klorida dan menyebabkan

    hiperpolarisasi dan menumpulkan rangsang potensial aksi berikutnya.

    Dosis dia=epam adalah )$mg;kg77 dibagi dalam & dosis.1*

    Diagra% 1. Pe%*erantaan Kejang $engan Dia4e#a%

    Hora=epam dan mida=olam dari golongan yang sama, memiliki

    keunggulan dalam lama kerja sehingga pemberian berulang tidak terlalu

    diperlukan. 7arbiturat dan klorproma=in ()#'#$ mg secara intravena

    maupun intaramuskular setiap & jam menjadi pilihan kedua karena efek 

    sedasi yang ditimbulkan dapat berlebihan.1*

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    15/29

    15

    Ta*el ". Pilian Antik!n5ulan

    Aenis -bat Dosis Gfek Samping

    Dia=epam

    2eprobamat

    5lorpromasin

    4enobarbital

    $,# F 1,$ mg;kg77;0jam(I2"

    *$$ F 0$$ mg; 0 jam (I2"

    )# F /# mg; 0 jam (I2"

    #$ F 1$$ mg; 0 jam (I2"

    Stupor, 5oma

    Tidak da

    ipotensi

    Depresi pernafasan

      Sumber: 6itaran, )$$0

    2.+. K!%#likai1&

    5omplikasi tetanus dapat berupa komplikasi primer atau efek langsung

    dari toksin seperti aspirasi, spasme laring, hipertensi, dan henti jantung, atau

    komplikasi sekunder akibat imobilisasi yang lama maupun tindakan suportif 

    seperti ulkus dekubitus, pneumonia akibat ventilasi jangka panjang,  stress ulcer ,

    dan fraktur serta ruptur tendon akibat spasme otot.

    Site% !rgan K!%#likai

    Aalan napas spirasi, spasme laring, obstruksi terkait penggunaan sedatif.

    6espirasi pneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, 6DS, komplikasi

    akibat ventilasi mekanis jangka panjang (misalnya

     pneumonia", komplikasi trakeostomi.

    5ardiovaskular Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia,

    asistol, gagal jantung.

    6enal 9agal ginjal, infeksi dan stasis urin.

    9astrointestinal Stasis, ileus, perdarahan.2uskuloskeletal 6abdomiolisis, myositis ossificans circumscripta, fraktur akibat

    spasme.

    Hain'lain 3enurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis, sindrom

    disfungsi multiorgan.

    BAB "

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    16/29

    16

    LAP67AN KASUS

    ".1. Ana%nei

    Tuan +, @@ tahun, datang ke 6umah Sakit !mum 3usat aji dam 2alik 

    dengan keluhan kejang. al ini dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah

    sakit. 5ejang berlangsung terus menerus tanpa disertai penurunan kesadaran.

    5ejang rangsang dijumpai. +ajah menyeringai dijumpai. Hima hari yang lalu,

    kaki kanan pasien tertusuk duri kelapa sait di belakang rumahnya. 9igi hitam

    dan berlubang dijumpai. 3asien sudah mendapat pertolongan pertama dari 6S

    luar, dan dirujuk ke 6S!3 . dam 2alik 2edan. 77 dan 75 dalam batas

    normal.

    63T : Tidak ada

    63- : 2etronida=ol, Dia=epam, TS, 6anitidin, dan -ndansentron

    Time Sequence

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    17/29

    17

    ".2.  Primary Survey

    Tan$a $an )ejala Kei%#ulan Penanganan Hail

     A (airway)

    • Snoring ('"

    • (argling ('"

    • Cro)ing  ('"

    • ' Spine : stabil

    •  Air)ay clear  Intubasi GTT

     Eo./.# cuff ("

     Air)ay clear 

    c'spine stabil

     B (breathing)

    Inspeksi

    •  Eafas spontan

    • Thora< simetris tidak 

    ada bagian yang

    ketinggalan

    3erkusi:

    • Sonor kedua

    lapangan paru

    uskultasi

    • S3;ST: vesikuler;('"

    Sa-): &%

    66 : 1@

    line 1@9, 1&9

    • 3emberian

    cairan

    kristaloid

    • TD: 11$;&$

    mmg

     D (disability)

    • 5esadaran: D3-

    • >3!: unresponsive

    • J pupil : * mm : *

    mm, unisokor 

    • 6c : ;

    3asien tidak  

    sadar 

    2empertahankan

    '7' tetap

    lancar 

    3asien tidak sadar 

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    18/29

    18

    E exosure

    • -edema ('"

    3ort de entry: middle ankle joint kaki kanan

    ".".  Secondary Survey

    • B1 : airay clear dengan GTT Eo. /.# cuff terpasang, 66 : )$

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    19/29

    19

    • 3emasangan I> line dengan bore besar yakni 1& 9 untuk melakukan

    resusitasi

    • ead !p *$8

    • I>4D 6H )$ gtt;i

    • 3emasangan kateter urine dan memantau urine output

    • 3emasangan -9T

    • I>4D 6H

    • I>4D 4entanyl )$$ mcg dalam Eal $, %

    • Drip # amp Dia=epam dalam #$$ cc D#% )$ gtt;i

    • Inj Dia=epam 1 amp (k;p" bila pasien kejang

    • Inj 3rocaine 3enicilin 1,) juta !; & jam

    • Inj 2etronida=ol #$$mg;& jam

    • Inj 6anitidine #$mg;1) jam

    • >it 1 gr;)0 jam

    • 3emeriksaan laboratorium dan foto thoraks

    ".(. Pe%erikaan Penunjang

    ".(.1. La*!rat!riu% I)D

    Jeni #e%erikaan Hail 7ujukan

    HE8AT6L6)I

    emoglobin (97" 1*, g% 11,/F1#,#

    Heukosit (+7" )).&@$ mm* 0,#F11,$

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    20/29

    20

    9AAL HE86STASIS

    3T 10.# (1*." detik  

    3TT )&.) (*).&" detik  TT 1). (1/" detik  

    IE6 1.$#

    )INJAL

    !reum 0* mg;dH 1&'## mg;dH

    5reatinin 1.)1 mg;dH $,/F1,* mg;dH

    ELEKT76LIT

     Eatrium (Ea" 10& mGM;H 1*#F1## mGM;H

    5alium (5" 0,) mGM;H *,@F#,# mGM;H

    5lorida (l" 1$/ mGM;H @F1$@ mGM;H

    8ETAB6LIS8E KA7B6HID7AT9lukosa Darah (Seaktu" 1)/ mg;dH C)$$ mg;dH

    ".(.2. 9!t! T!ra

    Kei%#ulan: efusi pleura kanan

    ".,. Diagn!i

    3enurunan 5esadaran et causa Tetanus  3S S 0G, direncanakan untuk 

    dilakukan pemasangan GTT.

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    21/29

    21

    ".'. 9!ll!;

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    22/29

    22

    P :

    •  ead up *$8

    • I>4D 4entanyl )$$ mcg dalam #$ cc Eal $, %# cc;jam

    • I>4D Dia=epam )cc;jam

    • I>4D 6ocuronium *cc;jam

    • Inj 2etronida=ol #$$mg;& jam

    • Inj 3rocaine 3eniciline 1,) juta unit;& jam

    • TS (debridement" 1#$$ unit

    • Inj 6anitidine #$mg;1) jam

    • >it 1 gr;)0 jam

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    23/29

    23

    BAB &

    DISKUSI

    N!. Kau Te!ri

    1. 3asien, laki'laki berusia @@

    tahun.

    E#i$e%i!l!gi

    Insiden dan mortalitas lebih tinggi pada

    kelompok usia neonatus dan ? #$ tahun

    dibandingkan kelompok umur lain.

    ). 5aki kanan pasien tertusuk 

    duri kelapa sait di belakang

    rumahnya.

    Eti!l!gi

    Spora Clostridium tetani biasanya

    masuk kedalam tubuh melalui luka pada

    kulit oleh karena terpotong , tertusuk 

    ataupun luka bakar serta infeksi tali

     pusat (tetanus neonatorum".

    *. 3emeriksaan yang dijumpai

     pada pasien:

    ' 6iayat luka (":

    tertusuk duri pada kaki

    kanan, gigi hitam dan

     berlubang

    ' 9ejala klinis: trismus,

    risus sardonicus,

    Penegakan $iagn!a

    ' Diagnosis dapat ditegakkan dari

    gambaran klinis dan adanya riayat

    luka yang mendahului. Tidak ada tes

    laboratorium yang dapat

    menegakkan diagnosa pasti tetanus.

    ' +- mendefinisikan penyakit

    tetanus pada deasa yaitu sekurang'

    kurangnya terdapat satu dari tanda'

    tanda berikut : trismus atau risus

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    24/29

    24

    sardonicus atau kontraksi otot yang

    sangat nyeri.

    ' +alaupun definisi ini meminta

    terdapatnya riayat luka atau kaku,

    tetanus juga bisa terjadi

      pada pasien yang tidak memiliki

    riayat luka yang spesifik.

    0. Penatalakanaan A;al

    • Air;a=:  Air)ay clear+

    terintubasi GTT Eo./,# cuff,

    c'spine stabil

    • Breating: 66 1@ir-ulati!n: Capillary

     *efill %ime C) detik, kral:

    ;3;5 ,T;> kuat;cukup,TD:

    1)$;&$ mmg, 6:&$'1$$

    line dengan

    1&9 dan diberikan I>4D

    6H

    • Dia*ilit=: 5esadaran: 9S

    D3-, >3!:

    unresponsive, J pupil : *

    mm : * mm, unisokor, 6c :

    ;

    • E#!ure: fraktur ('",

    oedema('"

    Penatalakanaan A;al

    • Air;a= : Spasme laring dapat

    terjadi segera, mengakibatkan

    obstruksi saluran nafas atas akut

    dan respiratory arrest .

    • Breating :  3ernapasan dapat

    terpengaruh akibat spasme yang

    melibatkan otot'otot dada. Selama

    spasme yang memanjang, dapat

    terjadi hipoventilasi berat dan apnea

    yang mengancam nyaa. Tanpa

    fasilitas ventilasi mekanik, gagal

    nafas akibat spasme otot adalah

     penyebab kematian paling sering

    •   >ir-ulati!n: 3emberian cairan

    intravena

    •   Dia*ilit=: 4ungsi neurologis

    dievaluasi untuk defisit serius yang

    melibatkan otak dan sumsum tulang

     belakang.

    • E#!ure:  2enentukan port de

    entry

    #.  •

    ead !p *$8 E5aluai A;al

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    25/29

    25

    • Intubasi GTT Eo./,#

    cuff,

    • I>4D 6H )$ gtt;i

    • 3emasangan kateter 

    urine dan memantau

    urine output

    • 3emasangan -9T

    • I>4D 6H

    • I>4D 4entanyl )$$

    mcg dalam Eal $, %

    • Drip # amp Dia=epam

    dalam #$$ cc D#% )$

    gtt;i

    • Inj Dia=epam 1 amp

    (k;p"  bila pasien

    kejang

    • Inj 3rocaine 3enicilin

    1,) juta !; & jam

    • Inj 2etronida=ol

    #$$mg;& jam

    • Inj 6anitidine #$mg;1)

     jam

    • >it 1 gr;)0 jam

    a. Terapi suportif aal

     b. 2anajemen luka.

    c. 2enghentikan pelepasan toksin

    di dalam luka

    d. 2enetralisasi toksin yang belum

    terikat.

    e. 5ontrol manifestasi klinis

     penyakit akibat toksin yang

    sudah terikat.

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    26/29

    26

    BAB (

    KESI8PULAN

    Tuan +, @@ tahun, datang ke 6umah Sakit !mum 3usat aji dam 2alik 

    dengan keluhan kejang. al ini dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah

    sakit. 5ejang berlangsung terus menerus tanpa disertai penurunan kesadaran.

    5ejang rangsang dijumpai. 3erut tegang dan ajah menyeringai dijumpai. Hima

    hari yang lalu, kaki kanan pasien tertusuk duri kelapa sait di belakang

    rumahnya. 3asien sudah mendapat pertolongan pertama dari 6S luar, dan dirujuk 

    ke 6S!3 . dam 2alik 2edan. 77 dan 75 dalam batas normal.

    7erdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium, pasien

    didiagnosa dengan Penurunan Kea$aran et -aua Tetanu. 3ada pasien ini

    dilakukan tindakan pemasangan GTT . 3enatalaksanaan berupa:

    • 2embebaskan jalan nafas dengan melakukan intubasi GTT no /,# cuff.

    • 3emasangan I> line dengan bore besar yakni 1& 9 untuk melakukan

    resusitasi

    • ead !p *$8

    • I>4D 6H )$ gtt;i

    • 3emasangan kateter urine dan memantau urine output

    • 3emasangan -9T

    • I>4D 6H

    • I>4D 4entanyl )$$ mcg dalam Eal $, %

    • Drip # amp Dia=epam dalam #$$ cc D#% )$ gtt;i

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    27/29

    27

    • Inj Dia=epam 1 amp (k;p" bila pasien kejang

    • Inj 3rocaine 3enicilin 1,) juta !; & jam

    • Inj 2etronida=ol #$$mg;& jam

    • Inj 6anitidine #$mg;1) jam

    • >it 1 gr;)0 jam

    • 3emeriksaan laboratorium dan foto thoraks

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    28/29

    28

    DA9TA7 PUSTAKA

    1. Thaites H, Nen H2. Tetanus. In: 4ink 23, braham G, >incent AH,

    5ochanek 32, editors. %extboo! of Critical Care. #th ed. 3hiladelphia:

    Glsevier SaundersL )$$#.p.10$1'0.

    ). Hipman A. Tetanus. In: 7ersten D, Soni E, eds. -hOs  Intensive Care

     ,anual . @th ed. 3hiladelphia: 7utterorth einemann GlsevierL

    )$$.p.#*'/.

    *. Taylor 2. %etanus. Continuing education in anesthesia+ critical are

     pain. >ol. @ Eo. *. PInternetQ. )$$@ Pcited )$1* -ct )$Q. vailable from:

    http:;;.ceaccp.o Sagung SetoL)$$

    #. Gdlich 64, ill H9, 2ahler , o< 2A, 7ecker D9, Aed . oroit= 2,

    et al.  ,anagement and Prevention of %etanus. Aournal of Hong'Term

    Gffects of 2edical Implants. )$$*L1*(*":1*'#0..

    @. Ismanoe 9. %etanus. Dalam: Sudoyo +, Setyohadi 7, li I, 5 2S,

    Setiati S, (editor".  /u!u Ajar Ilmu Penya!it alam. Aakarta: 3usat

    3enerbitan I3D 45!IL )$$/.

    /. ook T, 3rotheroe 6, andel A. Tetanus: a revie of the literature.  /ritish

     0ournal of Anaesthesia. )$$1L&/(*":0//'&/.

    &. +-. Current recommendations for treatment of tetanus during 

    humanitarian emergencies. )$1$. vailable online from:

    http:;;hMlibdoc.ho.int;hM;)$1$;+-RSGR96RDGR)$1$.)Reng.pd

    f. Pccessed on )/ 4ebruari )$1@Q.

    . Haksmi, E. 5. S., 3enatalaksanaan Tetanus. D5')));vol.01 no 11. )$10.

    7ali. Indonesia

  • 8/18/2019 Tetanus Lapkas Anastesi ABCDE

    29/29

    29

    1$. infrey 37. Tetanus : -vervie and +orkup. )$1*. vailable online from:

    http:;;emedicine.medscape.com;article;))#0'orkupshoall.

    Pccessed on )/ 4ebruari )$1@Q

    11. Ismanoe 9. Tetanus. Dalam: Sudoyo, ru +. et al (eds". 7uku jar Ilmu

    3enyakit Dalam Ailid III. Gdisi #. Aakarta: G9L )$$/. p. 1///'

    1). 5apita selekta kedokteran;editor, hris Tanto , et al., Gd. 0. Aakarta :

    2edia esculapius, )$10.

    1*. 6itaran 5. %etanus. Hecture 3aper. )$$0. vailable online from:

    http:;;repository.usu.ac.id;bitstream;1)*0#@/&;*0#@;1;penysaraf'

    kiking).pdf . Pccessed on )/ 4ebruari )$1@Q

    10. 7hatia 6, 3rabhakar S, 9rover >5 . %etanus. Eeurology India.

    )$$)L#$:*&'0$/.

    http://emedicine.medscape.com/article/229594-workup#showallhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/229594-workup#showallhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdf