58
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervise staf serta sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan sebagai proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional. Sehingga keduanya diharapkan dapat saling mendukung. Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum merupakan salah satu factor yang harus dicermaati dan diperhatikan oleh tenaga perawat. Dengan demikian, perawat harus mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuia dengan ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan harapan adanya factor kelola yang optimal, sehingga mampu menjadi wahana peningkatn keefektifan pembagian pelayanan keperawatan

timbang terima

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: timbang terima

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi

dan supervise staf serta sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen

keperawatan sebagai proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan

keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

professional. Sehingga keduanya diharapkan dapat saling mendukung.

Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum

merupakan salah satu factor yang harus dicermaati dan diperhatikan oleh tenaga

perawat. Dengan demikian, perawat harus mampu berkiprah secara nyata dan diterima

dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuia dengan ilmu dan kiat serta

kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi

perawat dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen

keperawatan dengan harapan adanya factor kelola yang optimal, sehingga mampu

menjadi wahana peningkatn keefektifan pembagian pelayanan keperawatan

Sekaligus sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan

keperawatan.

Ruangan sebagai bangsal salah sau unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan

tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara

optimal. Namun, perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan dan

kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari seluruh pihak, maka pelayanan

keperawatan professional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu maka perlunya

perawat mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan

Profesional (MKAP) khususnya diruang interna.

Diruang interna, pasien dengan penyakit dalam membutuhkan tindakan

keperawatan yang tepat agar didapatkan kesembuhan dan teratasinya masalah pasien.

Manajemen keperawatan sangat diperukan di Ruang Interna mengingat ruang interna

dimana terdapat pasien yang mengalami penyakit dalam membutuhkan kelolaan asuhan

keperawatan yang tepat dari perawat maupun dari tim medis lainnya. Oleh karenanya

Page 2: timbang terima

2

manajemen keperawatan harus terus dikembangkan sebagai tuntutan pengembangan

ilmu keperawatan yang lebih professional.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Bagaimanakah ronde keperawatan di Rumah Sakit?

1.2.2. Bagaimana melakukan sentralisasi obat di Rumah Sakit?

1.2.3. Bagaimana supervise itu dilakukan?

1.2.4. Bagaimanakah manajemen timbang terima di Ruang Interna

1.2.5. Apakah discharge planning itu?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Memahami tentang ronde keperawatan

1.3.2. Mengetahui bagaimana cara melakukan seentralisasi obat di Rumah Sakit

1.3.3. Mengetahui cara melakukan tindakan dalam supervise

1.3.4 Mengetahui bagaimana cara melakukan managemen timbang terima di Ruang

Interna

1.3.5 Mengetahui bagaimana cara discharge planning

Page 3: timbang terima

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. RONDE KEPERAWATAN

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien

yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan

oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim ( Nursalam,

2002).

2.1.1 Karakteristik :

1. Klien dilibatkan secara langsung

2. Klien merupakan fokus kegiatan

3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama

4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas

5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,

perawat primer untuk

6. meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

2.1.2 Tujuan :

a. menumbuhkan cara berfikir secara kritis

b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari

masalah klien

c. Meningkatkan vadilitas data klien

d. Menilai kemampuan justifikasi

e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.

2.1.3 Manfaat :

a. Masalah pasien dapat teratasi

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

Page 4: timbang terima

4

e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan

benar.

2.1.4 Kriteria Pasien

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan.

2. Pasien dengan kasus bartu atau langka.

2.1.5. Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Persarata administrative (informed consent, alat dan lainnya)

b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde

keperawatan

c. Persiapan dilakukan sebelumnya.

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

b. Seluruuh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran

yang telah ditentukan.

3. Hasil

a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

b. Masalah pasien dapat teratasi

c. Perawat dapat :

- Menumbuhkan cara berikir yang kritis

- Meningkatkan cara berpikir yang sistematis

- Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan

- Meningkatkan kemampuan justifikasi

- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Page 5: timbang terima

5

2.1.6. Metode

Diskusi

2.1.7. Peran Perawat :

a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa

untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

1. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien

2. Menjelaskan masalah keperawatan utama

3. Menjelaskan masalah keperawatan utama

4. Menjelaskan tindakan selanjtunya

5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

6. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler.

a. Memberikan justifikasi

b. Memberikan reinforcement

c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta

tindakan yang rasional

d. Mengarahkan dan koreksi

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

Page 6: timbang terima

6

Langkah – Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

Tahap Pra

Tahap Pelaksanaan

Di Nurse Station

Tahap Pelaksanaan

di Kamar pasien

Pasca Ronde

PP

Penetapan pasien

Persiapan pasien :

- Informed consent- Hasil pengkajian/Validasi

data

Penyajian Masalah

- Apa diagnosis keperawatannya?

- Apa data yang mendukung?

- Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?

- Apa hambatan yang ditemukan?

Validasi Data

PP, Konselor, KARU

Lanjutan – Diskusi di Nurse

Station

Kesimpulan dan rekomendasi Solusi masalah

Page 7: timbang terima

7

2.1.8. Langkah – langkah :

Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah

sebagai berikut :

a. Pesiapan

1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde

2) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga

b. Pelaksanaan Ronde

1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan

difokuskan.

2) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah

dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

3) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana

tindakan yang akan dilakukan.

4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan

ditetapkan.

c. Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta

menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

1. Evaluasi, revisi dan perbaikan,

2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya.

Page 8: timbang terima

8

Contoh Proposal

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN

TUBUH

PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, HIPERTENSI

(DI RUANG PARU RS. X)

Topic : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Nutrisi

Kurang

Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada diagnosis medis PPOK, DM dan

Hipertensi

Sasaran : Pasien Ny. S (68 tahun)

Hari/tanggal : selasa, 06 Desember 2011

Waktu : 60 menit (pukul 11.00 – 12.00 WIB)

Tujuan :

1. Tujuan Umum

Menyelesaikan maslaah pasien yang belum teratasi yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh.

2. Tujuan Khusus

- Menjustifikasi masalah pasien yang belum teratasi

- Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain.

- Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.

- Merumuskan intervensikeperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien.

Sasaran :

Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no. tempat tidur 4 Ruang Paru

RS. X

Materi :

1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPok, DM, Hipertensi

2. Maslaah-maslaah yang muncul pada pasien dengan PPOK, DM, dan Hipertensi dan

Intervensi Keperawatan pada pasien dengan PPOK, DM dan Hipertensi dengan masalah

keperawtan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Page 9: timbang terima

9

Media :

1. Dokumen/status pasien

2. Sarana diskusi ; kertas, bolpoint.

3. Materi yang disampaikan secara lisan

Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan

Pasien

Tempat

1 hari

sebelum

Ronde

Pra -

Ronde

Pra – Ronde :

1. Menentukan kasus dan topic,

2. Menentukan tim dan ronde

3. Menentukan literatur

4. Membuat proposal

5. Mempersiapkan pasien

6. Diskusi pelaksanaan

Penanggung

jawab :

-

- Ruang

5 menit Ronde Pembukaan :

1. Salam pembuka

2. Memeperkenalkan tim ronde

3. Menyempaiakn masalah dan

identitas pasien

4. Menjelaskan tujuan ronde

Kepala

Ruangan

(KARU)

- Nurse

Station

30 menit Penyajian masalah :

1. Memberikan salam dan

memperkenalkan pasien dan

keluarga kepada tim ronde.

2. Menjelaskan riwayat penyakit

dan keperawatan pasien.

3. Menjelaskan masalah pasien dan

rencana tindakan yang telah

dilaksanakan serta menetapkan

prioritas yang perlu didiskusikan

PP Mendengarkan Nurse

Station

Page 10: timbang terima

10

Validasi data

4. Mencocokkan dan menjelaskan

kembali data yang telah

disampaikan.

5. Diskusi antar anggota tim dan

pasien tentang masalah

keperawatan tersebut.

6. Pemberian justifikasi oleh

perawat primer atau konselor

atau kepala ruangan tentang

masalah pasien serta rencana

tindakan yang akan dilakukan.

7. Menentukan tindakan

keperawatan pada masalah

prioritas yang telah ditetapkan.

KARU. PP,

Perawat,

konselor.

KARU. PP,

Perawat,

konselor.

KARU

Memberikan

respon dan

menjawab

pertanyaan.

R. Perawatan

10 menit Pasca

Ronde

1. Evaluasi dan rekomendasi

intervensi keperawatan.

2. Penutup.

Karu,

Supervisor,

Perawat

Konselor,

Pembimbing.

- Nurse

Station

Contoh Resume Pasein Dalam Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Page 11: timbang terima

11

Identitas :

Nama : Ny. S

Umur : 68 tahun

Status : kawin

Pendidikan : SGB

Pekerjaan : pensiunan Guru

Alamat : Blitar

MRS :

Diagnose Medis

PPOK + DM + Hipertensi

Keluhan Utama

Mual, muntah

Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 02 November 2011 pasien jatuh dan terjadi retak pada pergelangan tangan

kiri. Sejak saat itu pasien merasa berdebar-debar, gula darah naik, 14 hari sebelum MRS

pasien merasa sesak, kumat-kumatan terutama pada malam hari, batuk berdahak tapi dahak

tidak dapat dikeluarkan. Nafsu amkan menurun, badan lemah,. Pasien memeriksakan diri ke

IRD RS. X, dan disarankan MRS di Ruang Paru. Pasien MRS 16 November 2011.

Sampai dengan 21 November 2011, keluhan sesak dan batuk berkurang, nafsu makan

membaik. Pasien sudah dapat mengahbiskan satu porsi makan yang disediakan dan duduk di

kursi. Tanggal 22 November 2011 pasien mengeluh sesak kembali setelah pasien buang air

besar di kamar mandi. Tanggal 23 pasien mengeluh mual. Tanggal 25 November 2011,

pasien muntah warna hijau kekuningan 3 x @75 ml. Badan pasien terasa lemah, pasien

merasa pusing. Nafsu amkan menurun, pasien hanya mampu mengahabiskan ½ porsi makan

yang disediakan. Tanggal 27 November 2011 pasien muntah air 4 x @75 cc.

Riwayat Penyakit Dahulu

Page 12: timbang terima

12

Pasien menderita DM dan Hipertensi sejak 1955. Untuk pengobatan DM pasien mendapat

terapi Mixtrad 18 iu, untuk hipertensi pasien mendapat terapi Noperten 50 mg. pasien pernah

MRS tahun 2000 di Rs. X dengan DM, lalu tahun 2003 MRS dengan flek Paru.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita DM

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital tanggal 27 November

Tekanan Darah : 110/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 37,5 °C, RR : 18 x/ menit

Sistem Pernafasan (B1 : Breath)

Tidak ada keluhan sesak, tidak batuk, pola nafas teratur, tidak ada penggunaanota bantu

nafas, ronchi + halus, RR :18 x/menit.

System Kardiovaskuler (B2 ; Blood)

Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 3 detik, akral hangat, tidak

terdapat cyanosis.

System Persyarafan

Kesadaran komposmentis, keluhan rasa panas pada ulu hati, pergelangan tangan kiri masih

terasa sedikit nyeri tetapi tidak mengganggu, pasien merasa mengantuk tetapi tidak dapat

tidur,pasien dapatb istirahat tidur ± 5 jam.

System Pencernaan (B4 ; Bladder)

Pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, pasien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi

makan yang disediakan, muntah air warna kuning kehijauan 4 x @ 75 ml. bising usus + 10

x/menit, BB sebelum sakit 42 Kg, turgor kulit sedang, lemak subcutan tipis, konjunctiva

anemis, tanggal 21 November 2011 Hb 13,00 gr/dl (N: 11,45 – 15,2), albumin : 3,6 gr/dl ( N:

3,2 – 4,5), GD puasa :303 gr/dl (N: 70 -110), gula 2 jam PP bubur : 296 gr/ dl (N: <125 gr/dl)

protein total : 69 gr/dl (N : 6,3 – 8,8). Pasien mendapat diet DM 6B1 2100 Kkal bubur. Pasien

minum ±2000 ml/hari air putih.

System Perkemihan

Page 13: timbang terima

13

Pasien BAK 5 – 6 x/hari dikamar mandi, warna kuning jernih, jumlah tidak terukur, Lab 21

November 2011 BUN : 16,3 mg/dl (N:10 – 20), serum kreatinin : 0,9 mg/dl (N : < 1,2).

Sistem Muskuloskeletal dan Integumen

Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah.

Warna kulittidak anemis, turgor kulit sedang, tidak ada edema, pasien memakai infuse pada

tangan kanann tidak terdapat luka.

System Endokrin

Kelenjar Tyroid tidak emmbersar, hiperglikemia

Personal Hygiene

Pasien mampu mansi seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, ganti pakaina 2 x

sehari. Pasien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.

Psikososial Spiritual

Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah, pasien mempunyai motivasi

tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera

membaik.

Page 14: timbang terima

14

2.2. SENTRALISASI OBAT

Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana

seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada

perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

2.2.1. Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan

menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien

dapat terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alas an yang palinng sering mengapa obat

perlu disentralisasikan.

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu apsein

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang

lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan

yang sama.

3. Meresepkan obat sebelumdiagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”

4. Menggunakan dosisyang lebih besar dari pada yang diperlukan

5. Memberikan obat kepada pasien yang mempercayainya, dan yang akan

membuang atau lupa untuk minum.

6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa

sesudah abtas kadaluwarsa.

7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat mejadi tidak efektif.

8. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.

9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu

waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc. Mahon, 1999).

2.2.2. Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi)

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnyadilakukan oleh perawat.

1. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara

operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.

2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.

3. Penerimaan Obat :

Page 15: timbang terima

15

a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat da obatyang telah

diambil oleh keluarga diserahkan perawtan dan obat yang telah diambil

oleh keluarga diserahkan kepada perawatan dengan lembar terima obat.

b. Perawat meuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan

(bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh

keluarga dan pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien

selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut

akan habis. Serta penejelasana tentang 5T (jenis, dosis, waktu, apsien, dan

cara pemberian).

c. Pasien dan keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus

diminum beserta kartu sediaan obat.

d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalamkotak

obat (Nursalam, 2007).

4. Pembagian Obat :

a. Obat yang telah diterima untuk selanjutany dislain dalam buku daftar

pemberian obat.

b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat

dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian

obat. Dengan terlebih dulu disosokkan dengan terapi yang diintruksi

dokter dan kartu yang ada pada pasien.

c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan

obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat

kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada

ppasien.

d. Sediaan obat yanga ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala

ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku

msauk obat.

5. Penambahan Obat Baru

a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup

mahal, mengguankaan alur pemberian yang cupkup sulit, memiliki efek

samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu/

sewaktu saja.

b. Pemberian obat khusus dilakuakn mengguanakan kartu khusus obat,

dilaksanakan oleh perawat primer.

Page 16: timbang terima

16

c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat,

kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada

keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluargasaat

pemberian obat (Nursalam, 2007)

Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengrnai

obat dengan cara – cara berikut ini :

1. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskajn

penggunaan dan efek samping, kemudian, berikan semua salinan

kepada staf.

2. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering terpakai

dangantungkandi dinding.

3. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obta.

4. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat

5. Aturlah kuliah atau program diskusidan bahaslah mengrnai satu jenis

obat setiapminggu pada waktu pertemuan.

6. Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di

perpustakaan (Mc. Mahon, 1999)

DIAGRAM ALUR PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT

DOKTER

PASIEN/KELUARGA

FARMASI/APOTEK

PASIEN/KELUARGA

PP/PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN/KELUARGA

Koordinasi dengan Perawat

- Surap Persetujuan Sentralisasi

Obat dari Perawat

- Lembar Serah Terima Obat

- Buku Serah Terima/Masuk

Obat

Page 17: timbang terima

17

MENYIMPAN PERSEDIAAN OBAT

1. Meriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulisetiket

dan alamt pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik

merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam

buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan.

2. System kartu persediaan

Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk

menggantikanbuku besar persdiaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar

persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan penambahan barang yang diterima

dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar

persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi

dalam system kartu persediaan, masing-masing barang situliskan dalam kartu yang

terpisah.

3. Lemari obat

Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari pendingan.

Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk penggunaan oral (untuk

diminum) dan obat luar.

Manajemen Rumah Sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang

sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan

penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus

ada dalam persediaan setiap Rumah Sakit sebagai bahan utama dalam rangka

mencapai misi utamanya sebagai health provider. Manajemen farmasi rumah sakit

adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai

salah satu penunjang untuk tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.

Upaya dan kegiatan ini meliputi; penetapan standart obat, perencanaan pengadaan

obat, penyimpanan, pendistribusian/sran/informasi tentang obat, monitoring efek

samping obat.

Factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien

meliputi pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan

kualitas obat yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat kepada para

pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit. Persediaan

obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa

ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan system manajemen obat

adalah pengguanan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan pengobatan.

Page 18: timbang terima

18

Obat-obatan dikeluarkandari tempat penyimpanan, oleh orang yang bertugas

menanganiperswdiaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat

digunakan secara tratur dan dalam jumlah yang diketahui ; hal ini memungkinkan

pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang

dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat

mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat

dengan pengobata pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dlam pemberian

obat,memeriksa perubahan pemakaian obat.

Page 19: timbang terima

19

2.3 SUPERVISI

2.3.1. Pengertian Supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah

berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah

melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap

pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan

masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna

mengatasinya (Azwar, 1996).

Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian

proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).

Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan

sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun

sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan

perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan

dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang

terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,

motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas

sehari-hari (Arwani, 2006).

2.3.1.1 Manfaat dan tujuan Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh

banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

(Suarli & Bachtiar, 2009) :

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan

efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan

dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan

suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan

efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan

yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,

harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Page 20: timbang terima

20

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya

dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari

supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah

direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan

memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

2.3.1.2 Frekuensi pelaksanaan supervisi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.

Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi

yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab

itu agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan

perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Tidak ada pedoman

yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang

digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari

derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang

akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat

penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.

2.3.1.3 Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi

kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik,

atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk

memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip

pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana

dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):

1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja

bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini

dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan

bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan

petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus

edukatif dan suportif, bukan otoriter.

Page 21: timbang terima

21

3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang

hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin

kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat

proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan

kepentingan bawahan.

5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai

dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan

strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan

merupakan supervisi yang baik.

6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan

dengan perkembangan.

2.3.1.4 Pelaksana Supervisi

Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam

organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan

kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal

tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat

melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik

yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik

yang dimaksud adalah:

1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus

dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang

cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi

artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.

4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan

otoriter.

5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan

selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku

bawahan yang disupervisi.

Page 22: timbang terima

22

2.3.1.5 Teknik Supervisi

Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian

masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk

menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik

pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,

serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat

dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi

secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa

untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu

diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu

ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya

dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat

terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan

yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran

pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan

strategis saja (selective supervision).

b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak

terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan

yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan

suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk

setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.

c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan

berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang,

atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan

ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat

dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan

suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.

Page 23: timbang terima

23

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,

pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam

penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok

dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif

penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian

upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama

pula.

2.3.2 Supervisi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat

luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada

perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam

mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan

dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan

keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja

perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan

dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi

serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan.

Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus

disupervisi (wiyana, 2008).

2.3.2.1 Tujuan Supervisi Keperawatan

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang

kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja,

dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan

pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada

kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf

dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan

kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran

dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian pelayanan

kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan (Arwani,-2004).

Page 24: timbang terima

24

Tujuan  dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah

peningkatkan  ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan

kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).

2.3.2.2 Karakteristik Supervisi Keperawatan

Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :

a.       Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya.

b.      Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang

ada.

c.       Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.

d.      Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau

penanggung jawab yang ditunjuk).

e.       Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas

asuhan keperawatan.

2.3.2.3 Elemen Proses Supervisi

a. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam

menilai dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.

b. Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian

tujuan dan menetapkan kesenjangan

c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun

upaya memperbaiki

2.3.2.4 Pelaksana Supervisi Keperawatan

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas

dari masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait

dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi

keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung

jawab antara lain (Suyanto,2008):

1) Kepala ruangan

Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan

yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala

ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan

Page 25: timbang terima

25

keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan

dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.

Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka

kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui

ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).

2) Pengawas perawatan (supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana

fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab

mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

3) Kepala bidang keperawatan

Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan,

kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik

secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan

nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor

adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama

pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan

pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap

peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,

memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan.

2.3.2.5 Sasaran Supervisi Keperawatan

Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang

disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari

supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan

yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa

pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan

jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi

tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)

Page 26: timbang terima

26

Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:

pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan

ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas

dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan

keuangan (Suyanto, 2008)

2.3.2.6 Kompetensi Supervisor Keperawatan

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil

sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para

supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan,

melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma,

2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari

harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):

a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat

dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan

keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf

dan pelaksanan keperawatan.

d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan

pelaksana keperawatan.

f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan

lebih baik

2.3.3 Pelaksanaan Supervisi Keperawatan

2.3.3.1 Tehnik Supervisi keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber

yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi

memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang

yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama

dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan

Page 27: timbang terima

27

supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi

fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari

kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak

langsung.

Teknik Supervisi Secara Langsung

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam

kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai

perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi

efektif adalah :

1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;

2) menggunakan kata-kata yang tepat;

3) berbicara dengan jelas dan lambat;

4) berikan arahan yang logis;

5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;

6) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;

7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak

lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang

melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan.

Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi

perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana,

2008):

a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa

pendokumentasiannya akan disupervisi.

b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan

pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara

langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan

keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

Page 28: timbang terima

28

d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang

disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang

sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai

form A dari Depkes.

e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi

Secara Tidak Langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan

baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa

yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan

fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam

Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil

dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi

asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari

Depkes.

d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan

memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis

pada perawat yang mendokumentasikan.

e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau

sesuai standar.

2.3.3.2 Prinsip Supervisi Keperawatan

Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi

secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi.

Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas

hubungan professional dan bukan hubungan pribadi. Kegiatan harus

direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan

aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja

Page 29: timbang terima

29

yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan

supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu

terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif,

fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing

orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam

mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus

dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan

(Nursallam, 2007) antara lain:

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi,

2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen

dan kepemimpinan,

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan

melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard,

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara

supervisor dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang

spesifik,

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreatifitas dan motivasi,

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan

manajer

2.3.3.3 Kegiatan Rutin Supervisor

Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para

supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan

kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan

supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi

adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang

Page 30: timbang terima

30

lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma,

2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :

Persiapan.

Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:

1) Menyusun jadwal supervisi,

2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen

dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat

pelaksana

Pelaksanaan supervisi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,

2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan.

3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-masing tahap,

4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan,

4) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap,

5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan,

6) Mencatat hasil supervisi.

Evaluasi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:

1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan,

2) Memberikan reinforcement pada perawat,

3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi

2.3.3.4 Model-model Supervisi Keperawatan

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat

diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

Model konvensional

Page 31: timbang terima

31

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan

masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi

dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam

mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi

negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana

sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun

keberhasilan yang telah dilakukan

Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan

sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu

supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai

berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan

prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data

yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana

dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan

kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi

dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan

yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan

standar keperawatan

Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk

menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat

pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan

saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan

terbuka dam mempermudah proses supervisi.

Page 32: timbang terima

32

2.4 TIMBANG TERIMA

2.4.1 Pengertian Timbang Terima

Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang

berkaitan dengan kedaan klien.

2.4.2 Tujuan Timbang terima

Tujuan umum :

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang

penting.

Tujuan Khusus :

a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien (data focus)

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien

c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya

d. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.4.3 Manfaat timbang terima

Manfaat bagi perawat :

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2. Menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat

3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

4. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien

5. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan

6. Menimbulkan rasa aman

7. Meningkatkan percaya diri/bangga

Manfaat bagi pasien:

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap.

Manfaat bagi Rumah sakit:

Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif 

Page 33: timbang terima

33

2.4.4 Timbang terima pasien

Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien .

Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan

lengkap tentang tindakan     mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang

sudah dilakukan /belum dan perkembangan saat itu.

Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan sempurna 

Saat ini:

1. Timbang terima sudah dilaksanakan setiap pergantian shift /operan dipimpin

oleh Kepala Ruangan atau perawat penanggung jawab

2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang memiliki

permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta membutuhkan observasi lebih

lanjut

3. Hal yang disampaikan dalam timbang terima:

Jumlah pasien

Identitas pasien dan diagnose medis

Data (Subyektif dan Obyektif)

Masalah keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

Intervensi kolaboratif

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

4. Format timbang terima sudah ada dan setiap akhir timbang terima telah di

dokumentasikan dengan benar

Ke depan:

Timbang terima yang benar harus bisa dilaksanakan di semua pelayanan

Rumah Sakit, tidak hanya di rawat inap, tetapi juga IRD dan Kamar Operasi

yang pelayanannya 24 jam dan ada alur timbang terima yang sudah baku

Page 34: timbang terima

34

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift

2. Dipimpin oleh Kepala Ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien

5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

6. Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara cukup,

bila ada sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara

langsung di dekat klien

2.4.5 Langkah-langkah :

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal

apa yang disampaikan

c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab

shift yang selanjutnya meliputi :

1) Kondisi atau keadaan klien secara umum

2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

d. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru

e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama

secara langsung melihat keadaan kien.

2.4.6 Prosedur timbang terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1. Persiapan

a. kedua kelompok dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing

penanggung jawab:

a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan

b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima

Page 35: timbang terima

35

dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta

hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada

perawat yang berikutnya

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

1). Identitas klien dan diagnosa medik

2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

3). Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

4). Intervensi kolaborasi dan dependensi

5). Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak

dilaksanakan secara rutin.

e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

f. Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

h. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan

ruangan oleh perawat.

2.4.7 Alur Timbang terima (Jaga malam ke jaga pagi)

SESI I: DI NURSE STATION

1. PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya

2. PP membuka operan jaga dengan do’a

3. PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan pasien kepada PA

jaga pagi

4. PA melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya terkait:

a. Identitas Identitas pasien dan diagnose medis

b. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul

c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

Page 36: timbang terima

36

d. Intervensi kolaboratif dan dependensi

e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya,

misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

5. PA jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan PA jaga malam

6. PP mengajak PA malam dan PA pagi yang bertanggungjawab untuk

mengklarifikasi pasien

SESI II: DI KAMAR/BED PASIEN

1. Yang masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan PA jaga pagi yang

bertanggung jawab pada pasien tersebut.

2. PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien

3. PA malam menanyakan masalah keperawatan yang dilakukan tindakan

4. PA malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim pagi

5. PA memperkenalkan/menanyakan apakah masih mengingat nama PP

6. PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab

kepada pasien tersebut selama shift pagi

7. PP memperkenalkan PA yang bertanggung jawab

8. PA yang bertsanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang akan

merawat

9. PP member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

10. PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat istirahat

SESI III: DI NURSE STATION

1. PP member kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya

2. PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas

lain (jumlah alat, laken, dll)

3. PP memberi pujian pada PA jaga malam

4. PP menutup operan dengan do’a

Check list Serah Terima Tugas Jaga (Operan Jaga )

No Prosedur

1. Semua perawat jaga shift pagi dan malam kumpul bersama

Page 37: timbang terima

37

2. Didahului dengan do’a bersama

3. Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan

dictation dengan suara perlahan/tidak rebut

4. Menyebutkan identitas pasien,Dx medis,Dx keperawatan,tindakan

keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaanya

5. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang

belum dilakukan

6. Menyebutkan perkembanganpasien yang ada selama shift

7. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)

8. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

9. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan

selama shift

10. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift

11. Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi dan

menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan keluhan-keluhan pasien ( dalam

rangka klarifikasi)

12. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya

pada akhir tugas

13. Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi semua

masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat

14. Menutup operan jaga

PRE-CONFERENCE

LANGKAH-LANGKAH

Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas pagi/sore

sesuai dengan jadwal dinas PP

Conference dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing

Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi

kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal-hal yang

disampaikan oleh PP meliputi :

a. Keadaan umum klien

b. Keluhan klien

c. Tanda-tanda vital dan kesadaran

Page 38: timbang terima

38

d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru

d. Masalah keperawatan

e. Rencana keperawatan hari ini

f. Perubahan terapi medis

g. Rencana medis

Check list pre Conference

No. Prosedur

Tugas PN

1. Pre conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan operan jaga.

2. Menyiapakan ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang menjadi

tanggung jawabnya

3. Menjelaskun masalah keperawatan yang dilakukannya pre conference

4. Berdo’a dan memandu pelaksanaan pre conference

5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien, dan rencana keperawatan yang

menjadi tanggung jawabnya

6. Membagikan tugas kepada AN sesuai kemempuan yang dimiliki dengan

memperhatikan keseimbangan kerja

7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan

8. Motivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang

sedang didiskusikan

9. Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan

kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya

10. Memberikan reinforcement positif pada AN

11. Dihadiri oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing

12. Memberikan kesempatan AN untuk memberikan klarifikasi dan

menyimpulkan hasil pre conference

13. Menutup pertemuan dengan do’a