71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (Lansia), pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan tubuh, yang disebabkan proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana tidak ada lagi perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ dimana masih ada mitosis seperti hepar. Proses degenerasi menyebabkan perubahan kemunduran fungsi organ tersebut, termasuk juga sistem traktus urinarius, sehingga menyebabkan macam- macam kelainan atau penyakit urologis tertentu (1) . Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut (2) . Istilah BPH atau Benign Prostatic Hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel 1 | Tinjauan Kepustakaan Benign Prostatic Hyperplasia

Tinjauan Pustaka BPH - Dr. MAY - Rifqi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Benign Prostate Hyperplasia

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangLanjut usia (Lansia), pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan tubuh, yang disebabkan proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana tidak ada lagi perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ dimana masih ada mitosis seperti hepar. Proses degenerasi menyebabkan perubahan kemunduran fungsi organ tersebut, termasuk juga sistem traktus urinarius, sehingga menyebabkan macam-macam kelainan atau penyakit urologis tertentu(1).Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut(2). Istilah BPH atau Benign Prostatic Hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat(2,3,4). Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun(2,5).Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau Benign Prostate Enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai Bladder Outlet Obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai Benign Prostate Obstruction (BPO)(2,6). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin(2,3,5). Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai faktor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat(4). Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien.Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya.

B. Rumusan MasalahBagaimanakah perihal mengenai Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yang meliputi definisi, letak anatomis, fungsi fisiologis, histologis, patofisiologi, etiologi, mekanisme diagnosis, penatalaksanaan, prognosis,dan komplikasinya?

C. TujuanTinjauan pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yang meliputi definisi, letak anatomis, fungsi fisiologis, histologis, patofisiologi, etiologi, mekanisme diagnosis, penatalaksanaan, prognosis,dan komplikasinya.

D. ManfaatUntuk mengerti dan memahami hal-hal mengenai Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yang meliputi definisi, letak anatomis, fungsi fisiologis, histologis, patofisiologi, etiologi, mekanisme diagnosis, penatalaksanaan, prognosis,dan komplikasinya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Batasan DefinisiBenign Prostatic Hyperplasia (BPH) yaitu pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan karena hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat, antara lain jaringan kelenjar dan jaringan fibro-muscular, yang menyebabkan penyumbatan urethra pars prostatica(7).B. AnatomiBerat prostat dewasa berkisar antara 18-20 gram. Ukuran prostat normal 3x4x2,5 cm. Prostat terdiri dari 30 kelenjar dengan saluran tunggal, yang bermuara di urethra pars prostatica(8). Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica yakni jaringan ikat pada permukaan prostat. Diluar capsula terdapat fascia prostatica, yang membungkus capsula prostatica, merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis, yang kearah kaudal melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatic urogenitalis superior. Prostat difiksasi pada symphysis os pubis oleh ligamentum puboprostaticum mediale yang mengandung musculus puboprostaticus, juga difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laretale pada arcus tendineus fascia pelvis. Prostat mempunyai basis, apex, permukaan anterior dan posterior, dan dua permukaan lateral(8).

Batas-batas prostat:1. Batas superior Basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Urethra masuk bagian tengah prostat(8).2. Batas inferior Apex prostat terletak pada permukaan atas diaprhagma urogenitalis. Urethra meninggalkan prostat tepat di atas apex permukaan anterior(8).3. Batas anterior Permukaan anterior prostat berbatasan dengan symphisis pubis, dipisahkan shymphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica (cavum retzius). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis oleh ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi fascia pelvis(8).4. Batas posterior Permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior ampulla recti dan dipisahkan darinya oleh septum rectovesicalis (fascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavation rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus perinealis(8).

5. Batas lateral Permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior musculus levator ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis(8). Prostat terbagi atas 5 lobus, yakni:1. Lobus lateralis dextra Merupakan pembentukan massa prostat yang utama. Terletak di samping urethra dan dipisahkan oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada permukaan posterior prostat dengan lobus lateralis sinistra(8).2. Lobus lateralis sinistra Merupakan pembentukan massa prostat yang utama. Terletak di samping urethra dan dipisahkan oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada permukaan posterior prostat dengan lobus lateralis dextra(8).3. Lobus anterior atau isthmusBerada diantara urethra dan kedua lobus lateralis. Terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar(8). 4. Lobus medius Bagian yang berbentuk kerucut dari prostat dan terletak antara kedua ductus ejaculatorius dan urethra. Ukuran bervariasi, terletak menonjol ke dalam urethra pars cranialis pada permukaan posterior, dan menyebabkan terbentuknya uvula vesicae. Hypertophy lobus medius dapat menghalangi pengeluaran urine(8).5. Lobus posteriorBerada dibawah lobus media dan lobus lateralis. Terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius dan juga mengandung kelenjar(8).Vaskularisasi Arteri yang memvaskularisasi prostat berasal dari cabang-cabang arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media(8). Vena membentuk plexus venosus prostaticus yang terletak di capsula prostat dan selubung fibrosa. Plexus prostaticus menerima vena dorsalis profundus penis dan banyak vena vesicalis, dan mengalirkan darah ke vena iliaca interna(8). Pembuluh Limfe dari prostat mengalirkan cairan limfe ke nodi lymphaciti iliaca interna(8).Persarafan Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior(8).

C. Fisiologi Fungsi prostat:1. Mengeluarkan cairan alkalis yang dapat menetralkan sekresi vagina yang asam. Suatu fungsi penting, karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. pH prostat 7,35-7,50(8).2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan tetap tertahan didalam saluran reproduksi wanita saat penis ditarik keluar(8).D. Histologi Prostat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuscular (25% myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat). Jaringan fibromuskular ini tertanam mengelilingi prostat dan berkontraksi selama proses ejakulasi untuk mengeluarkan sekresi prostat ke dalam urethra(9). Jaringan kelenjar prostat membentuk tiga buah konsentris:1. Gugusan mucosal (transisional zone) Benign Prostat Hyperplasia (BPH) umumnya muncul dari zona ini. BPH awalnya merupakan mikronodul kemudian berkembang membentuk makronodul disekitar tepi inferior dari urethra preprostatica tepat di atas verumontanum. Makronodul ini selanjutnya menekan jaringan normal sekitarnya pada posteroinferior perifer zone dengan membentuk kapsul palsu disekitar jaringan hyperplasia. Lobus ini pada saatnya akan menekan urethra pars prostatic dan preprostatic untuk menimbulkan gejala. Sekitar 20% dari adenocarsinoma terjadi pada zona ini(9).2. Gugusan submucosal (central zone) Terletak dibagian intermedia, saluran keluarnya bermuara ke dalam urethra setinggi colliculus seminalis. Ductus central zone timbul secara sircumferensial pada sekeliling pintu duktus ejakulatorius. Mengandung 25% dari volume prostat dan membentuk kerucut pada sekeliling duktus ejakulatorius yang terletak pada bagian dasar vesica urinaria. Memiliki karakteristik secara struktural dan imunohistokimia yang berbeda dari bagian prostat yang lain, dan diduga berasal dari sistem duktus wolffian (umumnya mirip dengan epididimis, vas deferens dan vesica seminalis) dimana bagian prostat yang lain berasal dari sinus urogenital. Berdasarkan hal tersebut central zone jarang terkena penyakit, hanya 1-5% adenokarsinoma yang timbul pada lokasi ini sekalipun terinfiltrasi oleh sel kanker dari zona yang berdekatan(9).3. Gugusan utama (perifer zone) Bentuknya sebesar sekitar 70% dari volume prostat dan membungkus kedua gugusan lainnya, kecuali bagian depan, dihubungkan satu sama lain oleh isthmus prostat (serabut otot polos) yang tidak bersifat kelenjar. Mempunyai saluran keluar yang bermuara ke dalam sinus prostaticus pada sepanjang tempat masuk urethra pars prostatika. Sekitar 70% kanker prostat timbul pada zone ini dan umumnya disebabkan oleh prostatitis kronik. Bagian ini normalnya terbentang antara collum vesica urinaria sampai spinchter striata, meskipun kemungkinan bagian ini dapat digantikan oleh jaringan kelenjar pada pembesaran adenomatosa prostat. Bagian ini juga secara langsung bersambung dengan capsul prostat, fascia visceral anterior dan bagian anterior spinchter preprostatik yang terdiri dari elastin, kolagen, dan otot polos, yang jarang diinvasi oleh karsinoma(9).

E. PatofisiologiKarena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan(10).Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesicae dan daerah prostat meningkat, dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sitoskopi akan terlihat seperti balokyang disebut trabekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat detrusor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula, sedangkan yang besar disebut diverticulum. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila keadaan berlanjut, detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin(10).Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda ostruksi saluran kemih adalah penderita harus menunggu keluarnya kemih pertama, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitifitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan dysuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan ransangan pada kandung kemih sehingga vesicae sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinis(10).Apabila vesicae menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesicae tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesicae terus meningkat. Apabila tekanan vesicae menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradox. Retensi kronik menyebabkan reflux vesico-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid(10).Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi reflux, dapat terjadi pyelonefritis(10). F. EtiologiBenign Prostatic Hyperplasia (BPH) diderita oleh laki-laki di atas usia 50 tahun. Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, diduga antara lain dari perubahan hormonal dan ketidakseimbangan faktor pertumbuhan(7). Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomik(10).Pada referensi lainnya didapatkan bahwa BPH akan ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga di atas umur 80 tahun kira-kira 80% menderita penyakit ini. Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas etiologi terjadinya BPH. Etiologi sekarang, dianggap ketidakseimbangan hormonal oleh karena proses ketuaan yaitu hormon endokrin testosterone yang dianggap mempengaruhi tepi prostat, sedangkan estrogen (di buat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat. Salah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5a reduktase yang merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan inhibitor 5a reduktase(2). Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :1.Teori Dehidrotestosteron (DHT)Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada kromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat(11).2.Teori HormonalDengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma(11).3.Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming growth factor 2, dan epidermal growth factor. Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblas growth factor dan penurunan transforming gorwth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel. Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat(11). 4.Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat(11).5.Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan(11).G. Epidemiologi Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan menyebabkan gejala dan tanda klinis(10).H. Mekanisme DiagnosisGambaran KlinisAnamnesa1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah.Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi(11,12,13).Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama(hesitancy),harus mengejan(straining),kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karenaoverflow(11,12,13).Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (11,12,13).Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. sistem skoring yang duanjurkan oleh WHO adalah Skor Internasional Gejala Prostat atauI-PSS (International Prostatic Symptom Score)(11).

Tidak pernahKurang dari sekali dalam lima kaliKurang dari setengahKadang (50%)Lebih dari setengahHampir selaluSkor

1.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa tidak lampias saat selesai berkemih?012345

2.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai berkemih?012345

3.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mendapatkan bahwa kencing anda terputus-putus?012345

4.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mendapatkan bahwa anda sulit menahan kencing?012345

5.Selama sebulan terakhir, seberapa sering pancaran kencing anda lemah?012345

6.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus mengedan untuk mulai berkemih?012345

7.Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus bangun untuk berkemih sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?Tidak ada

01 kali

12 kali

23 kali

34 kali

4 5 kali

5

Senang sekaliSenangPada umumnya puasCampuran antara puas dan tidakPada umumnya tidak puasTidak bahagiaBuruk sekali

Seandainya anda harus menghabiskan sisa hidup dengan fungsi berkemih seperti saat ini, bagaimana perasaan anda?1234567

Tabel 1. I-PSS (International Prostate Symptom Score)(11)

Sistem skoring I-PSS terdiri dari tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0-5, sedangkan keluhan menyangkut kualitas hidup diberi nilai 1-7(11,12,13). Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) ringan: skor 0-7, (2) sedang: skor 8-19, dan (3) berat: skor 20-35(11,12,13).2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit BPH pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis(11,12,13).3. Gejala diluar saluran kemihTidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal(11,12,13).Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simphysis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur diperhatikan: (1) tonus sfingter ani/refleks bulbo-kevernosusuntuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik, (2) mukosa rektum, (3) keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanyanodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostat(11,12,13).Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/teraba nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetri(11,12,13).

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. 1) Darah : a) Ureum dan Kreatininb) Elektrolitc) Blood urea nitrogend) Prostate Specific Antigen (PSA) e) Gula darah2) Urin : a) Kultur urin + tes sensitifitas b) Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopikc) Sedimen

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urin berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.

Gambaran RadiologiFoto polos abdomen (BNO) BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.

IVP/IVUGambaran radiologi pada IVP/IVU pada BPH adalah adanya indentasi buli-buli (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) dan ureter di sebelah distal berbentuk seperti mata kail atau fish hooked appearance(14).

Gambar 6. Gambaran fish hook ureter pada IVP/IVU(14).

Sistogram Sistogram yaitu suatu tipe urogram yang memberikan gambaran radiologi pada buli-buli dan uretra(15).

Gambar 7. Stenosis pada uretra akibat pembesaran kelenjar prostat(15).USGPemeriksaan USG dapat memberikan gambaran kelenjar prostat pada pria dan jaringan disekitarnya. Pemeriksaan USG prostat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Transabdominal ultrasonography (TAUS)2. Transrectal ultrasonography (TRUS) TAUS dilakukan dengan melekatkantransducerdi permukaan abdomen di atas buli-buli dan prostat. TAUS dapat memperlihatkan adanya pembesaran intravesika akibat pembesaran lobus medial prostat(11,15).TRUS dilakukan dengan memasukkantransducerkedalam rectum pasien. transducer tersebut mengirim dan menerima gelombang suara melalui dinding rectum sampai ke prostat yang terletak tepat di depan rectum. TRUS setelah berkemih dapat menggambarkan: 1) besar volume residul urine (303 cc) (lebih dari 40 cc adalah abnormal), 2) pembesaran prostat yang terutama melibatkan zona transisional, 3) pembesaran intravesika yang melibatkan lobus median, 4) kista kecil padainner gland, 5) zona perifer yang terdesak oleh pembesaran zona transisional(11,15).

Gambar 8. Normal(15)Gambar 9. Pembesaran intravesika(15)

CT ScanCT Scan digunakan dalamstagingdan follow up dari tumor traktus urogenital(14).

Pemeriksaan Lain1) UroflowmetriSalah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Untuk mengetahui derajat obstruksi, yaitu dengan mengukur pancaran urine pada waktu miksi. Kecepatan aliran urine dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot detrusor, tekanan intravesica, dan tahanan uretra. Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.2) Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.3) Pemeriksaan Volume Residu UrinVolume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi. I. Kriteria Pembesaran ProstatUntuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :1. Rektal gradingBerdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum : Stage 0 : prostat teraba < 1cm, berat < 10 gram Stage 1 : prostat teraba 1 2 cm, berat 10 -25 gram Stage 2 : prostat teraba 2 -3 cm, berat 25- 60 gram Stage 3 : prostat teraba 3- 4 cm, berat 60 100 gram Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat >100 gram2. Berdasarkan jumlah residual urine derajat 1 : 100 ml derajat 4 : retensi urin total

3. Intra vesikal grading derajat 1 :prostat menonjol pada bladder inlet derajat 2: prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter derajat 4 :prostat menonjol melewati muara ureter4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi : derajat 1 : kissing 1 cm derajat 2 : kissing 2cm derajat 3 : kissing 3 cm derajat 4 : kissing >3 cm

J. Diagnosis Banding1. Karsinoma prostat2. Karsinoma vesika urinaria3. Vesikulolithiasis4. Prostatitis 5. Neurogenic bladder (11)

BAB IIIPENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan adalah memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi intravesika, mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mngurangi volume residu urine setelah miksi, dan mencegah progesifitas penyakit.Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu:- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHOProstate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.3,11Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.3,11Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :1.Menghilangkan atau mengurangi volume prostat2.Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusorTujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher vesica urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.

ObservasiMedikamentosaOperasiInvasif Minimal

Watchfull waitingPenghambat adrenergik Prostatektomi terbukaTUMTTUBD

Penghambat reduktase FitoterapiHormonalEndourologi1. TUR P2. TUIP3. TULP (laser)Strent uretra dengan prostacathTUNA

Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna7

Terapi Konservatif Non Operatif1. Observasi(Watchful waiting)Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan adalah mengurang minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.52. MedikamentosaTujuan terapi medikamentosa adalah untuk:1. mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golonganblocker (penghambat alfa adrenergik)2. menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)ObatPenghambat adrenergikDasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu 1a(tamsulosin), sehingga efek sistemikyang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis alpha 1 adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas detrusor.Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.Obat Penghambat Enzim 5 Alpha ReduktaseObat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia.FitoterapiMerupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang digunakan untuk pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin Seeds. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks watchfull waiting strategy.Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal: frekuensi nokturia berkurang aliran kencing bertambah lancar volume residu di kandung kencing berkurang gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang.Mekanisme kerja obat diduga kuat: menghambat aktivitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor androgen bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitas enzim cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase.4,5

3. Terapi OperatifTindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhanLUTSyang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra.1. Prostatektomi terbukaa.1.Retropubic infravesica (Terence Millin)Keuntungan : Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal Mortaliti rate rendah Langsung melihat fossa prostat Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dirawat Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesikaKerugian : Dapat memotong pleksus santorini Mudah berdarah Dapat terjadi osteitis pubis Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesikaKomplikasi : perdarahan, infeksi, osteitis pubis, trombosisa.2.Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)Keuntungan : Baik untuk kelenjar besar Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit : batu buli, batu ureter distal, divertikel, uretrokel, adanya sistostomi, retropubik sulit karena kelainan os pubis, kerusakan sphingter eksterna minimal.Kerugian : Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh Sulit pada orang gemuk Sulit untuk kontrol perdarahan Merusak mukosa kulit Mortality rate 1 -5 %Komplikasi : Striktura post operasi (uretra anterior 2 5 %, bladder neckstenosis 4%) Inkontinensia (