62
Batuk pada anak BAB I PENDAHULUAN Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum, prevalensinya sekitar 15% pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa. Satu dari sepuluh pasien yang berkunjung ke praktek dokter setiap tahunnya memiliki keluhan utama batuk. Batuk dapat menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan menurunkan kwalitas hidup. Batuk juga dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin. Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan: Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas, Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. 1 Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 1

Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum, prevalensinya sekitar

15% pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa. Satu dari sepuluh pasien yang

berkunjung ke praktek dokter setiap tahunnya memiliki keluhan utama batuk. Batuk

dapat menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas

sehari-hari dan menurunkan kwalitas hidup. Batuk juga dapat menimbulkan berbagai

macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan,

herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan

inkontinensia urin.

Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari

trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru

yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan:

Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas, Mengeluarkan benda asing atau

sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.1

Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk

semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan

kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti

pada penularan penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah

satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali

batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari.

Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat

membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 1

Page 2: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

BAB II

BATUK

DEFINISI

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis yang berarti refleks yang terjadi secara tiba-

tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membersihkan saluran

pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk melindungi

sistem respirasi dengan membersihkan saluran nafas baik volunter ataupun

involunter.1

Batuk merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemukan pada anak

dan merupakan keluhan yang seringkali menyebabkan orang tua membawa anak

mereka ke dokter.

EPIDEMIOLOGI1,2

Prevalensi batuk dijumpai sekitar 15 % pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa.

Satu dari sepuluh pasien yang berkunjung ke praktek dokter setiap tahunnya memiliki

keluhan utama batuk. Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan terasa amat

mengganggu. Batuk dapat menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur,

mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak

berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua puluhlima persen (25%) dari mereka

yang merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari

penderita yang merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang batuk

kronik. Sebagian besar dari perokok berat yang merokok 2 bungkus/hari akan

mengeluh batuk-batuk kronik.

Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa 8 –22% non perokok

juga menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara

dan lain-lain.

ETIOLOGI1

Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk.

Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu.

Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 2

Page 3: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan

mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen

toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.

Iritan : Rokok Asap SO2

Mekanik : Retensi sekret bronkopulmoner Benda asing dalam saluran nafas Postnasal drip Aspirasi

Penyakit paru obstruktif : Bronkitis kronis Asma Emfisema Fibrosis kistik Bronkiektasis

Penyakit paru restriktif : Pnemokoniosis Penyakit kolagen Penyakit granulomatosa

Infeksi : Laringitis akut Bronkitis akut Pneumonia Pleuritis Perikarditis

Tumor : Tumor laring Tumor paru

Psikogenik

PATOFISIOLOGI1,3

A. REFLEKS BATUK

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut

saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf  eferen dan efektor. Batuk bermula

dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non

mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang

terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus

dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang

bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea,

karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di

saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang

mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga

rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus

menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus

menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang

dari perikardium dan diafragma.

B. MEKANISME BATUK

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 3

Page 4: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase

inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk

menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi).

Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis

akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya

diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara

dalam kecepatan tertentu.

1. Fase inspirasi

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah

besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume

udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200

sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain

menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal

volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama

dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar

akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan

ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang

besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga

pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan

tekanan subglotis selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase

ekspirasi batuk.1

2. Fase Kompresi

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 4

Page 5: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis

akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan

abdomen akan meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis

merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver

ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda.

Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100%

lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain,

batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

3. Fase Ekspirasi

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase

ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas

serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita

kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu

3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus

yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai

16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai

pengurangan diameter trakea sampai 80%.

Gambar 2. Fase Batuk1

KLASIFIKASI3

Berdasarkan lamanya batuk dibagi menjadi tiga:

1. Batuk akut

Merupakan batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu. Penyebab utama batuk

akut adalah infeksi saluran napas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut,

pertusis, rhinitis alergi, dan rhinitis karena iritan. Infeksi saluran napas atas

merupakan penyebab utama batuk akut.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 5

Page 6: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

2. Batuk subakut

Merupakan batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Untuk diagnosis batuk jenis

ini memerlukan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empiric dan uji

laboratorium terbatas. Penyebab yang paling umum adalah batuk pasca

infeksi, sinusitis bakteri, dan asma.

3. Batuk kronis

Merupakan batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Batuk jenis ini dapat

disebabkan oleh banyak penyakit berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya

mengarah pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Penelitian menunjukan

bahwa pada 95% pasien mengalami batuk kronis. Penyebabnya antara lain

adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal

(GERD), bronkhitis kronis, bronkiektasis atau penggunaan obat golongan

ACE I. 5% sisanya disebabkan oleh kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung

kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain,

batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis.

Berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Batuk berdahak (batuk produktif)

2. Batuk kering (batuk non produktif)

DIAGNOSIS1

Diagnosis dapat dibuat dengan cara mengenali jenis batuk, sputum, dan adanya

hemoptisis, nyeri, sulit bernafas, bersin,dll. Pemeriksaan klinis dijumpai kongesti

paru, hidung, iritasi dari tenggorokan dan auskultasi paru sangat penting untuk

mengeluarkan diagnosis rale, ronki, dan wheezing.

Batuk dapat didiagnosa dengan riwayat dari pasien dan karakter dari batuk

seperti batuk pada perokok maka dicurigai akibat rokok yang menginduksi bronkitis,

batuk pada bayi yang dicurigai malformasi dari saluran nafas, jika batuk berulang

pada anak – anak maka dicurigai adanya komplek primer,jika batuk yang kuat pada

anak maka dicurigai adanya batuk rejan, batuk pada saat bekerja maka dicurigai

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 6

Page 7: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

adanya penyakit paru akibat kerja dan batuk pada malam hari dengan sulit bernafas

dan wheezing dicurigai asma atau gagal jantung.

Sputum biasanya dapat menjelaskan penyebab dari batuk berdasarkan jumlah,

konsistensi, warna, bau, dan kekentalan. Batuk purulen mengindikasikan adanya

pneumonia, bronkitis,dll. Batuk yang bercampur darah akan mengindikasikan adanya

tuberkulosis dan pneumonia. Batuk yang berwarna kuning atau hijau mengindikasikan

adanya bakteri, leukosit, dan pus.

PENATALAKSANAAN1

Non Farmakologi:

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 7

Page 8: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

- menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti

merokok, makan makanan berminyak, dll.

- minum air banyak-banyak cukup membantu agar kerongkongan tidak

kering yang kadang dapat memicu batuk.

Farmakologi:

1. Antitusif

Antitusif bekerja untuk menekan refleks batuk. Obat ini sesuai digunakan pada

batuk jenis batuk kering dan tidak boleh digunakan pada batuk jenis batuk

berdahak, karena dahak yang tertahan pada cabang trakeobronkial dapat

menganggu ventilasi dan bisa meningkatkan kejadian infeksi. Contohnya obat

ini adalah dekstrometorfan, noskapin, etilmorfin, kodein. Obat-obat ini

merupakan derivate senyawa opioid sehingga memiliki efek samping

konstipasi, sedatif, dll.

Kodein : 10-20 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih dari 120

mg/hari).

i. 6-12 th: 5-10 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih

dari 60 mg/hari).

ii. 2-6 th: 0,25 mg/kg sampai 4xsehari.

Noskapin: 25 mg atau 5 ml sirup, setiap 8 jam.

i. 0-4 th: 1,25 ml.

ii. 4-10 th: 2,5 ml.

iii. 10-15 th: 3,75 ml setiap 8 jam.

Dekstrometorfan :10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam, maks

120 mg/hari. 1mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

2. Espektoran

Ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran

dahak/ekspektorasi. Obat yang paling sering digunakan adalah gliseril

guaikolat atau guaifenesin.

3. Mukolitik

Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mucus/dahak, sehingga

memudahkan ekspektorasi. Biasa digunakan pada kondisi dimana dahak

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 8

Page 9: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

cukup kental dan banyak, seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK),

asma, bronkiektasis, dan sistik fibrosis. Contoh mukolitik adalah N-

asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin, dan mesistein.

Asetilsistein : 200 mg3x sehari, 100 mg 3x sehari.

Karbosistein: Awal; 750 mg, 3x sehari, kemudian: 1,5 g sehari

o 2-5 th: 65,5-125 mg, 4x sehari

o 6-12 th: 250 mg, 3 x sehari.

Ambroksol HCl: 60 mg, 2x sehari

o 6-12 th: 30 mg, 2-3x sehari

o 2-6 th: 15 mg, 3x sehari.

Bromheksin: 8 mg, 3-4x sehari

o > 10 th: 8 mg, 3x sehari

o 3-10 th: 4 mg, 3x sehari.

KOMPLIKASI1,3

Pada waktu batuk tekanan intratoraks meninggi sampai 300 mmHg. Peninggian

tekanan ini diperlukan untuk menghasilkan batuk yang efektif, tetapi hal ini dapat

mengakibatkan komplikasi pada paru, muskuloskelet, sistem kardiovaskular dan

susunan saraf pusat.

Pada paru dapat timbul pneumomediastinum, dapat pula terjadi

pneumoperitonium dan pneumoretropritonium tapi ini sangat jarang. Komplikasi

lainnya adalah pneumotoraks dan emfisema, komplikasi muskuloskletal, patah tulang

iga, ruptur otot rektus abdominalis.

Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan

subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya

henti jantung..

Pada sistem saraf pusat dapat terjadi Cough syncope atau Tussive

syncope. Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan

kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama ± 10 detik. Cough

syncope terjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat

peningkatan tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 9

Page 10: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Dapat pula terjadi gejala konstitusi antara lain insomnia, kelelahan, nafsu makan

menurun, muntah, suhu tubuh meninggi dan sakit kepala. Komplikasi lainnya adalah

inkontinensia urin, hernia dan prolaps vagina.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 10

Page 11: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

BAB III

KELAINAN RESPIRATORIK PADA ANAK DENGAN GEJALA

BATUK

I. Aspirasi benda asing di saluran pernapasan4

Aspirasi benda asing ke dalam saluran pernapasan merupakan kejadian yang

cukup sering terjadi pada anak. Kemungkinan yang dapat terjadi akibat aspirasi

benda asing mulai dari tanpa gejala sampai timbulnya keadaan darurat yang

dapat mengancam jiwa.

Pada umumnya sebagian besar benda asing tersebut dapat dikeluarkan

secara refleks dengan batuk atau muntah, dan hanya sebagian kecil saja yang

dapat masuk ke dalam saluran respiratorik.

Faktor risiko

a.Faktor usia

Anak-anak terutama usia 2-4 tahun, umumnya memiliki kegemaran

memasukkan benda-benda kecil yang ditemukannya, atau yang

digunakannya saat bermain, ke dalam hidung, teling, atau mulut. Benda-

benda ini sering secara tidak sengaja terhirup ke dalam saluran respiratorik

ketika sedang menangis, bermain, tertawa, berbicara, dan berteriak. Hal

yang serupa dapat juga terjadi pada makanan atau minuman yang terdapat di

dalam mulut.

b. Faktor anatomis

Faktor anatomis yang memudahkan masuknya benda asing ke dalam saluran

respiratorik adalah sebagai berikut:

Gigi geraham yang belum terbentuk

Gusi dan penyangga gigi yang lemah

Faktor lain, seperti: laring pada bayi terletak lebih ke depan dan lebih ke

atas dibandingkan orang dewasa, ukuran laring dan trakea bayi lebih

kecil (5 mm) dibandingkan orang dewasa (10 mm), epiglotis bayi lebih

pendek dan berbentuk huruf ”U”, sedangkan pada orang dewasa datar,

bentuk laring anak seperti corongm sedangkan pada dewasa seperti

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 11

Page 12: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

silinder, dan adanya penyempitan trakea pada bayi dan anak di daerah

subglotis (cincin krikoid).

c.Faktor pertahanan saluran respiratorik

Gangguan mekanisme pertahanan saluran respiratorik seperti gangguan

refleks batuk, refleks spasme laring, pembersihan/ eskalasi dan klirens

mukosiliar, pertahanan imunitas selular dan humoral, akan memudahkan

benda asing masuk ke dalam saluran respiratorik dan menimbulkan berbagai

kelainan fisiologis maupun patologis.

d. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi dapar memberikan pengaruh terhadap timbulnya

kecerobohan orangtua dan keluarga dalam mengawasi atau mengasuh anak

dapat memudahkan terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran

repiratorik.

e.Faktor lain

Seperti jenis kelamin, pekerjaan orangtua, aktivitas anak, postur tubuh dan

faktor psikis.

GEJALA KLINIS

Gejalan klinis yang timbul dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu gejala awal,

Periode laten, dan gejala susulan atau lanjutan.

Gejala awal

Gejala yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba,

sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan

di kerongkongan. Gejela awal seringkali ringan dan berlangsung singkat,

sehingga gejala ini sering tidak diperhatikan.

Periode laten atau tanpa gejala

Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten.

Masa laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini

dapat dijumpai gejala sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah

laring.

Gejala susulan atau lanjutan

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 12

Page 13: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Gela ini tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau patologis yang

ditimbulkan benda asing. Gejala susulan ini sangat bergantung pada lokasi dan

bentuk kelainan yang di timbulkannya

Benda ading didalam hidung

Gejala yang ditimbulkan umumnya unilateral, seperti hidung tersumbat,

beringus kental, daan berbau

Benda asing di dalam nasofaring

Gejala yang ditimbulkan seperti gejala awal

Benda asing didalam laring

Gejala yang ditimbulkan sesak napas, stridor, mengi, nyeri pada saat

menelan, berbicara, atau bernapas dalam, serak atau parau hingga afoni,

batuk serak disertai stridor, hemoptisis, retraksi interkostal, epigastrial, dan

supraklavikular, serta detak jantung yang meningkat. Bila sumbatan total

dapat terjadi sianosis.

Benda asing didalam trakea

Gejala patognomonik terdiri dari batuk, sesak, dan suara mengi yang

terdengar sangat mirip dengan asma, sehingga disebut sebagai asmatoid

Benda asing di dalam bronkus

Merupaka bentuk tersering 83-90%. Gejala yang timbul seperti obstruksi

atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang melemah atau berkurang,

mengi yang kadang-kadang bilateral dan sulit sembuh).

II. ASMA

Diagnosis asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan atau mengi

yang berulang terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh

spontan atau dengan pengobatan(, dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan

atau keluarganya.5

Dasar kelainan pada asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran

napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan

limfosit T. inflamasi ini berhubungan dengan hipereaktivitas jalan napas

terhadap berbagai rangsangan. Riwayat asma dan/ atau atopi pada pasien

maupun keluarganya akan menunjang diagnosis. Yang dimaksud serangan asma

akut adalah terjadinya peningkatan secara progresif.5

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 13

Page 14: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Pengelompokan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek

kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasarkaan derajat penyakitnya,

asma dibagi menjadi:5

- Asma episodik jarang

- Asma episodik sering

- Asma persisten

Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokan menjadi:5

1. Serangan asma ringan

2. Serangan asma sedang

3. Serangan asma berat

DIAGNOSIS ASMA6

UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat suatu consensus nasional asma

anak dengan gejala awal berupa batuk dan atau mengi. Pada alur diagnosis

tersebut selain anamnesis yang cermat beberapa pemeriksaan penunjang juga

perlu dilakukan tergantung pada fasilitas yang tersedia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG6

o Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis

asma dapat ditegakkan bila didapatkan:

Variasi pada PFR (peak flow rate = arus puncak ekspirasi) atau

FEV1 ≥ 20 %

Kenaikan ≥ 20 % pada PFR atau FEV1 setelah pemberian

inhalasi bronkodilator

Penurunan ≥ 20 % pada PFR atau FEV1 setelah provokasi

bronkus.

o Pemeriksaan IgE dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai

normal akan menunjang diagnosis.

o Foto rontgen toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau

adanya komplikasi pada saat serangan. Foto sinus paranasal perlu

dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau sulit

diatasi.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 14

Page 15: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

TATALAKSANA7

Tatalaksana asma mencakup edukasi pada pasien dan atau keluarganya

tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap factor pencetus, serta

medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok

besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tatalaksana asma

dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan

diluar serangan (asma kronik).

Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat

penyakit. Pada asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan

pada asma episodik sering dan asma persisnten memerlukan obat controller.

Pada saat serangan, lakukan prediksi derajat serangan, kemudian ditatalaksana

sesuai dengan derajatnya.

Algoritma tatalaksana asma7

Asma episodik jarang

4-6 minggu > 3x dosis/ minggu ≤ 3x dosis/ minggu

Asma episodik sering

6-8 minggu (-) (+)

Repons

Asma persisten

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 15

Obat pereda: β-agonis atau teofilin (hirupan atau oral) bila perlu

Tambahkan obat pengendali: steroid hirupan dosis rendah

Pertimbangkan akternatif penambahan salah satu obat:

Β-agonis kerja panjang (LABA)Teofilin lepas lambat

AntileukotrienAtau dosis steroid hirupan ditingkatkan

(medium)

PENGHINDARAN

Page 16: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

III. BRONKIOLITIS8

DEFINISI

Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran napas

kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak < 2 tahun dengan insiden tertinggi

pada usia sekitar 6 bulan dan penyebab tersering adalah infeksi respiratory

syncytial virus (RSV), diikuti dengan parainfluenza, dan adenovirus.

DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Pada anak usia di bawah 2 tahun didahului oleh infeksi saluran napas

akut bagian atas dengan gejala batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau

hanya subfebris, sesak napas makin hebat dengan napas cepat dan

dangkal. Bayi menjadi gelisah, tidak mau makan dan muntah.

Pemeriksaan fisik

Dapat dijumpai demam, dispnea dengan expiratory effort, retraksi dan

mengi. Napas cepat dan dangkal disertai dengan napas cuping hidung,

sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Dapat dijumpai ekspirium

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih

(-) (+)

Steroid dosis medium ditambahkan salah satu obat:

Β-agonis kerja panjang (LABA)Teofilin lepas lambat

AntileukotrienAtau dosis steroid hirupan ditingkatkan

(tinggi)

16

6-8 minggu respons

Obat steroid oral

6-8 minggu respons (-) (+)

Page 17: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

memanjang atau mengi. Jika obstruksi hebat suara napas nyaris tidak

terdengar. Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki basah halus

nyaring pada akhir atau awal ekspirium. Suara perkusi paru hipersonor.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada A/P dan

lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan

diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat

bercak konsolidasi yang tersebar. Gambaran lain yang bisa didapatkan

adalah normal, penebalan peribronkial, atelektasis, dan kolaps segmenta.

Analisis gas darah dapat menunjukan hiperkarbia, sebagai tanda air

trapping, asidosis metabolic atau respiratorik. Bila tersedia, pemeriksaan

deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan secara bedside.

IV. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)9

DEFINISI

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) termasuk penyakit yang sering terjadi

pada anak. Ada 2 pembagian ISPA yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. Yang

termasuk ISPA atas antara lain: faringitis, sinusitis, epiglotitis, laringotrakeitis,

dan common cold, sedangkan ISPA bawah antara lain bronchitis akut dan

pneumonia. Virus berperan pada patogenesis terjadinya ISPA atas.

Faringitis adalah peradangan pada faring, hipofaring, uvula dan tonsil

yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Faringitis umumnya disebabkan

oleh virus dan Streptococcus β-hemolyticus group A.

Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (maksila, frontal,

ethmoid, sphenoid), umumnya merupakan komplikasi infeksi bakteri

(Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella cattarhalis)

terhadap ISPA atas karena infeksi virus.

Common cold merupakan sindrom influenza yang ringan dan self-

limited. Sebagian penderita common cold mengalami komplikasi infeksi bakteri

pada sinus paranasal dan telinga tengah. Penyebab tersering adalah Rhinovirus.

DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 17

Page 18: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Gejala faringitis bacterial terdiri dari nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala

dan gejala gastrointestinal. Faring berwarna merah, tonsil membesar dan

tertutup oleh eksudat berwarna kuning kemerahan, bisa terdapat ptekiae dan lesi

doughnut pada palatum molle dan faring posterior, uvula bengkak, berbintik-

bintik dan berwarna merah, kelenjar limfe servikalis anterior membengkak dan

nyeri tekan. Faringitis viral umumnya memberikan gejala pilek, batuk dan diare.

Gejala common cold hampir sama dengan faringitis. Pada yang ringan

gejala demam tidak timbul. Gejala yang dapat timbul adalah batuk, pilek dan

hidung tersumbat.

Sinusitis dapat menunjukan gejala hidung tersumbat, cairan hidung

berwarna kuning hijau (unilateral atau bilateral), demam, batuk kronik berulang,

halitosis, menurunnya penciuman, dan edema preorbital. Bisa didapatkan nyeri

kepala dan nyeri di daerah muka yang menjalar ke geraham atas (geligi).

Pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan mukosa hidung yang kemerahan

disertai dengan cairan hidung berwarna kuning hijau. Nyeri tekan di lokasi sinus

maksillaris dan frontalis. Dengan spatel lidah kadang dapat ditemukan post nasal

drip di dinding belakang faring. Dapat ditemukan adanya deviasi septum atau

polip hidung sebagai factor predisposisi atau efusi cairan di telinga tengah.

Pemeriksaan penunjang

Faringitis

Pada permulaan darah tepi dapat terjadi leukositosis

Kultur swab tenggorok, dapat ditemukan kuman Streptococcus β-

hemolytic group A

Sinusitis

Transiluminasi

Foto rontgen Waters (oksipitomental) untuk melihat sinus frontalis dan

maksilaris, Caldwell (postero-anterior) untuk melihat sinus frontal san

ethmoid, lateral untuk melihat sinus sphenoid dan adenoid.

CT-scan, indikasi: persiapan operasi karena pengobatan dengan antibiotic

gagal, memastikan diagnosis yang sudah ditegakkan dengan foto rontgen

tapi gejala masih ada.

Evaluasi kemungkinan adanya penyebaran infekasi ke orbita.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 18

Page 19: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

MRI jika ada kecurigaan keganasan, infeksi jamur dan penyebaran

intracranial.

Common cold

Pemeriksaan darah perifer, hitung jenis leukosit.

TATALAKSANA

Tujuan terapi faringitis yang disebabkan Streptococcus β-hemolytic group A

adalah untuk mengurangi lama dan keparahan gejala, mencegah komplikasi

local dan mencegah terjadinya demam reumatik akut dan glomerulonefritis akut.

Terapi faringitis dan common cold umumnya:

Analgetik- antipiretik: asetaminofen 10-15 mg/ kgBB/ kali diberikan

dalam 4-6 kali/ hari atau ibuprofen 10 mg/ kgBB/ kali, diberikan 3-4 kali/

hari

Dekongestan/ agonis α-adrenergik: pseudoefedrin

o < 2 tahun: 4 mg/ kgBB/ hari, dibagi 2-4 kali/ hari

o 2-5 tahun: 15 mg/ kgBB/ hari, diberikan 3-4 kali/ hari, tidak

melebihi 60 mg/ hari

o 6-12 tahun: 30 mg/ kali, diberikan 3-4 kali/ hari, tidak melebihi 120

mg/hari

Steroid: deksametason 0,5-2 mg/ kgBB/hari, diberikan 3-4 kali/hari

Faringitis pada keadaan tertentu (detritus pada tonsil, KGB leher

membesar, leukositosis) memerlukan terapi antibiotik. Antibiotik lini pertama:

amoksisilin 50 mg/ kgBB/ hari, diberikan 3 kali/ hari. Jika alergi penisilin dapat

diberikan eritromisisn 20-40 mg/ kgBB/ hari, diberikan 4 kali/hari selama 10

hari. Pada pasien defisiensi imun dapat diberikan acyclovir 5 mg/ kgBB/ hari,

diberikan 4 kali/ hari selama 5-10 hari.

V. PNEUMONIA10

DEFINISI

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

bermacam bakteri, virus, mikoplasma, jamur, atau benda asing yang teraspirasi

dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 19

Page 20: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Pneumonia dapat dibagi berdasarkan kelainan anatomis atau etiologi.

Berdasarkan kelainan anatomis dibagi dalam pneumonia lobaris, pneumonia

lobularis, pneumonia interstisial dan pleuropneumonia. Berdasarkan etiologinya

pneumonia dikelompokkan ke dalam pneumonia streptococcus, pneumonia

karena Haemophyllus influenza, pneumonia mikoplasma, pneumonia karena

virus dan lain-lain.

PATOGENESIS

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan napas, aliran darah, aspirasi benda

asing, atau transplasenta selama persalinan pada neonatus. Hamper semua jenis

mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia. Pada anak bakteri yang lazim

menyebabkan pneumonia adalah S. pneumonia, H. influenza. S. aureus,

Mycoplasma pneumonia, M. tuberculosis. Pada anak dengan gangguan imun

Pneumocystis carinii; pada neonatus group B beta-haemolytic streptococci,

Chlamydia, dan lain-lain. Virus penyebab pneumonia termasuk: virus influenza.

Para-influenza, adenovirus, dan respiratory syntycal virus. Perbedaan

pneumonia virus dan bakteri secara klinis umunya sulit. Bronkopneumonia

merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia

lobaris sering ditemukan dengan meningkatnya umur.

Faktor predisposisi terjadinya pneumonia adalah aspirasi, gangguan

imun, septikemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan,

kontaminasi perinatal, dan gangguan klirens mucus/sekresi seperti pada cyctic

fibrosis, benda asing, atau disfungsi silier. Komplikasi termasuk efusi pleura,

pleuritis, empiema, pneumothoraks, bronkiektasis, abses paru, dan gagal napas.

DIAGNOSIS

Diagnosis pneumonia berdasarkan pada:

Anamnesis

Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi

saluran pernapasan bagian atas. Gejalanya diantara lain adalah batuk, demam

tinggi terus menerus, gelisah, rewel, sesak, kebiruan di sekitar mulut, menggigil

(pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka

berbaring pada sisi yang terkena.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 20

Page 21: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Pemeriksaan fisik

Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 39 ºC, dispnea, inspiratory effort

ditandai dengan takipnea, retraksi dinding dada, grunting, napas cuping hidung,

dan sianosis. Gerakan dinding thoraks berkurang pada daerah yang terkena,

perkusi normal atau redup, fremitus menurun, suara napas menurun. Pada

pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar melemahnya suara napas tambahan

berupa rhonki basah halus nyaring di lapangan paru yang terkena.

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi trombositopenia, leukositosis

dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh

lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya

sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi

mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat dari klinisnya.

o Gambaran lain yang dapat dijumpai:

Konsolidasi pada satu atau lebih lobus pada pneumonia

lobaris

Penebalan pleura pada pleuritis

Komplikasi pneumonia seperti atelektasis,

pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumotokel,

atau perikarditis.

Analisa gas darah menunjukan keadaan hipoksemia.

Kadar pCO2 dapat rendah, normal, atau meningkat

tergantung pada kelainannya.

Biakan kuman dari biopsi paru atau aspirasi nasal.

TATALAKSANA

1. Pemberian Oksigen 1-2 liter/ menit (nasal)

2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup. Infus Dextrose 10% : NaCl 0,9% =

3:1 + KCl 10 mEq/ 500 cc cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan kenaikan

suhu dan status hidrasi.

3. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 21

Page 22: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

dan β-agonis untuk memperbaiki transpor mukosiliar.

5. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi

6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau dapat diberikan:

a. Untuk kasus community based

i. Ampisilin 100 mg/ kgBB/ hari dalam 4 dosis dan

Kloramfenikol 75 mg/ kgBB/ hari dalam 4 dosis.

b. Untuk kasus hospital based

i. Sefotaksim 100 mg/ kgBB/ hari dalam 2 dosis.

Antibiotik parenteral diberikan sampai 42-72 jam setelah panas turun,

dilanjutkan dengan pemberian peroral selama 7-10 hari atau sampai 4-5 hari

bebas demam.

Pada keadaan pneumonia atipik (mikoplasma, klamidia) diberikan

makrolid. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S. Aureus, kloksasilin

dapat segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat di berikan

sefazolin, klindamisisn atau vankomisin. Lama pengobatan untuk kuman

stafilokok adalah 3-4 minggu.

VI. TUBERKULOSIS11

DEFINISI

Tuberkuloasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

Mycobakterium tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat

bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru

yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit serius terutama pada bayi dan

anak kecil, anak dengan malnutrisi, dan anak dengan gangguan imunologis.

Sebagian besar anak menderita tuberkulosis primer pada umur muda dan

sebagian besar asimtomatik dan sembuh spontan tanpa gejala sisa. Pada

beberapa pasien penyakit berkembang menjadi tuberkulosis pasca-primer.

Komplikasi tuberkulosis termasuk pembesaran kelenjar getah bening

yang mengakibatkan stenosis bronkus/ trakea dengan atelektasis sekunder,

penyebaran kuman menyebabkan pneumonia tuberkulosis, efusi pleura,

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 22

Page 23: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

tuberkulosis milier, meningitis, dan dapt pula menyebar jauh ke hampir semua

organ (kulit, otak, usus, tulang).

DIAGNOSIS

Anamnesis

Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis dewasa

Demam lama (≥ 2 minggu) dan/ atau berulang tanpa sebab yang jelas,

dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi.

Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

Nafsu makan berkurang

Berat badan turun atau sulit naik setelah penanganan gizi adekuat

Malaise

Diare persisten yang tidak ada perbaikan dengan penanganan diare

Kejang, kesadaran menurun, atau defisit neurologis (pada meningitis)

Pemeriksaan fisik

Meskipun tuberkulosis pada anak paling sering mengenai paru, namun pada

paru biasanya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada kasus

yang berat dapat terdengar rhonki. Tanda lain yang dapat ditemukan tergantung

pada organ lain yang terkena, antara lain:

TB kelenjar, gejala terbanyak pembesaran kelenjar limfe di regio colli,

multiple, tidak nyeri dan sling melekat

TB otak dan saraf, gejala iritable, nyeri kepala, kaku kuduk, penurunan

kesadaran, kejang, gangguan saraf kranial

TB tulang dan sendi: pembengkakan sendi, gibbus, pincang, lumpuh,

sulit membungkuk

TB kulit: skofuloderma

TB mata: konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koloid

Pemeriksaan penunjang

Uji tuberkulin (tes Mantoux)

Foto thoraks

Pemeriksaan mikrobiologis basil tahan asam (BTA) secara langsung dan

biakan Mycobacterium Tuberculosis dari bahan biasan lambung atau

sputum

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 23

Page 24: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Foto vertebra, pelvis, lutut atas indikasi

Funduskopi penting pada TB milier dan meningitis TB

Biopsi jaringan yang terkena bila perlu

Pungsi lumbal atau pungsi pluera atas indikasi

Darah tepi, laju endap darah, urin, dan fese

TATALAKSANA

Secara garis besar dapat dibagi menjadi tatalaksana untuk:

TB paru yang tidak berat

TB paru berat dan TB ekstrapulmoner

Pada TB paru yang tidak cukup berat cukup digunakan 3 jenis obat anti

tuberkulosis (OAT) dalam jangka waktu terapi 6 bulan, sedangkan untuk TB

berat atau ekstrapulmoner digunakan 4 atau lebih OAT dalam jangka waktu 9-

12 bulan.

Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah:

1. Isoniazid (INH): selama 6-12 bulan

Dosis terapi : 5-15 mg/ kgBB/ hari diberikan 1 kali sehari

Dosis profilaksis : 5-10 mg/ kgBB/ hari diberikan 1 kali sehari

Dosis maksimum : 300 mg/ hari

2. Rifampisisn (R): selama 6-12 bulan

Dosis : 10-20 mg/ kgBB/ hari 1 kali sehari dalam keadaan

perut kosong

Dosis maksimum : 600 mg/ hari

3. Pirazinamid (Z): selama 2-3 bulan pertama

Dosis : 15-20 mg/ kgBB/ hari diberikan 2 kali sehari

Dosis maksimum : 2 gram/ hari

4. Etambutol (E): selama 2-3 bulan pertama

Dosis : 15-20 mg/ kgBB/ hari diberikan sekali atau 2 kali

sehari

Dosis maksimum : 2 gram/ hari

5. Streptomisin (S): selama 1-2 bulan pertama

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 24

Page 25: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Dosis : 20-40 mg/ kgBB/ hari diberikan 1 kali sehari

intramuskular

Dosis maksimum : 1 gram/ hari

Untuk TB milier dan efusi pleura TB diberikan prednison 1-2 mg/

kgBB/ hari selama 2 minggu, kemudian penurunan dosis (tapering-off)

selama 2 minggu sehingga pemberian prednison tidak lebih dari 1

bulan.

Pada meningitis TB diberikan prednison 1-2 mg/ kgBB/ hari selama 4

minggu kemudian penurunan dosis (tapering-off) selama 2 minggu

sehingga pemberian prednison keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.

VII. LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUT (CROUP)12

DEFINISI

Croup adalah terminologi umum yang mencakup suatu grup penyakit heterogen

yang mengenai laring, infra/ subglotis, trakea dan bronkus. Karakteristik

sindrom croup adalah batuk yang menggongong, suara serak, stridor inspirasi,

dengan atau tanpa adanya obstruksi jalan napas.

Secara umum croup dibagi 2 kelompok, yaitu:

1. Viral croup: ditandai dengan gejala prodromal infeksi respiratori; gejala

obstruksi saluran respiratori berlangsung selama 3-5 hari.

2. Spasmodik croup: = spasmodic cough, terdapat faktor atopik, tanpa

gejala prodromal; anak dapat tiba-tiba mengalami gejala obstruksi saluran

respiratoru, biasanya pada waktu malam menjelang tidur, serangan terjadi

sebentar, kemudian normal kembali.

Berdasarkan derajat kegawatan, croup dibagi menjadi 4 kategori:

1. Ringan; ditandai dengan adanya batuk keras menggonggong yang kadang-

kadang muncul, stridor yang tidak terdengan ketika pasien beristirahat/ tidak

beraktivitas, dan retraksi ringan dinding dada.

2. Sedang; ditandai dengan batuk menggonggong yang sering timbul, stridor

yang mudah didengar ketika pasien beristirahat/ tidak beraktivitas, retraksi

dinding dada yang sedikit terlihat, tetapi tidak ada gawat napas.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 25

Page 26: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

3. Berat; ditandai dengan batuk menggonggong yang sering timbul, stridor

indpirasi yang terdengar jelas ketika pasien beristirahat, dan kadang-kadang

disertai dengan stridor ekspirasi, retraksi dinding dada, dan gawat napas.

4. Gagal napas mengancam; batuk kadang-kadang tidak jelas, terdengar

stridor (kadang sangat jelas ketika pasien beristirahat), gangguan kesadaran

dan letargi.

Virus penyebab tersering sindroma croup (sekitar 60 kasus) adalah Human

Parainfluenza virus type 1 (HPIV-1), HPIV-2,3, dan 4, virus influenza A dan B,

Adenovirus, Respiratory Synctycal virus (RSV), dan virus campak. Meskipun

jarang, pernah juga ditemukan Mycoplasma pneumonia.

MANIFESTASI KLINIS

Biasanya didahului dengan demam yang tidak begitu tinggi selama 12-72 jam,

hidung berair, nyeri menelan, dan batuk ringan. Kondisi ini akan berkembang

menjadi batuk nyaring, suara menjadi parau dan kasar. Gejala sistemik yang

menyertai seperti demam, malaise.

Bila keadaan berat dapat terjadi sesak napas, stridor inspiratorik yang

berat retraksi dan anak tampak gelisah, dan akan bertambah berat pada malam

hari. Gejala puncak terjadi pada 24 jam pertama hingga 48 jam. Biasanya

perbaikan akan tampak dalam waktu 1 minggu. Anak akan sering menangis,

rewel, dan akan merasa nyaman jika duduk di tempat tidur dan digendong.

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejalan klinis yang timbul. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring, dan

frekuensi napas yang sedikit meningkat. Kondisi pasien bervariasi sesuai dengan

derajat stres pernapasan yang diderita.

Pemeriksaan langsung area laring pada pasien croup tidak terlalu

diperlukan. Akan tetapi, bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut, gawat

napas, disfagia, drooling) maka pemeriksaan tersebut sangat diperlukan.

Pemeriksaan penunjang

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 26

Page 27: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak

perlu dilakukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakan hanya dengan

anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik.

Bila ditemukan peningkatan leukosit > 20.000/ mm3 yang didominasi

oleh PMN, kemungkinan telah terjadi superinfeksi, misalnya epigoltitis.

Pada pemeriksaan radiologis leher posisi postero-anterior ditemukan

gambaran udara steeple sign (seperti menara) yang menunjukan adanya

penyempitan kolumna subglotis. Gambaran radiologis seperti ini hanya dijumpai

pada 50% kasus.

Pemeriksaan CT-scan sapat lebih jelas menggambarkan penyebab

obstruksi pada pasien dengan keadaan klinis yang lebih berat, seperti adanya

stridor sejak usis dibawah enam bulan atau stridor pada saat aktivitas.

TATALAKSANA

Tatalaksana utama bagi pasien croup adalah mengatasi obstruksi jalan napas.

Pasien di rawat di RS bila: anak berusia dibawah 6 bulan, terdengar stridor

progresif, stridor terdengar ketika sedang beristirahat, terdapat gejala gawat

napas, hipoksemia, gelisah, sianosis, gangguan kesadaran, demam tinggi, anak

tampak toksik, dan tidak ada respons terhadap terapi.

Terapi Inhalasi

Sejak abad ke-19, terapi uap telah digunakan untuk mengatasi obstruksi jalan

napas pada sindrom croup. Pemakaian uap dingan lebih baik daripada uap

panas, karena kulit akan melepuh akibat paparan uap panas. Uap dingin akan

melembabkan saluran respiratori, meringankan inflamasi, mengencerkan lendir

pada saluran respiratori, sekaligus memberikan efek yang nyaman dana

menenangkan bagia anak.

Epinefrin

Nebulisasi epinefrin sebaiknya juga diberikan kepada anak dengan sinrom croup

sedang-berat yang disertai stridor saat istirahat dan membutuhkan intubasi, serta

pada anak dengan retraksi dan stridor yang tidak mengalami perbaikan setelah

diberikan terapi uap dingin. Efek timbul dalam waktu 30 menit dan bertahan

selama 2 jam.

Kortikosteroid

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 27

Page 28: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Kortikosteroid mengurangi edema pada mukosa laring melalui mekanisme anti

radang

- Deksametason diberikan dengan dosis 0,6 mg/ kgBB peroral/

intramuskular sebanyak 1 kali, dan dapat diulang dalam 6-24 jam.

- Prednison atau prednisolon dengan dosis 1-2 mg/ kgBB

- Larutan budesonid 2-4 mg budesonid (2 ml) diberikan dalam nebulizer

dan dapat diulang pada 12-48 jam pertama.

Intubasi endotrakeal

Dilakukan pada pasien sindrom croup yang berat, yang tidak responsif terhadap

terapi lain. Indikasinya adalah adanya hiperkarbia dan ancaman gagal napas.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 28

Page 29: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

Algoritma penatalaksanaan sindrom croup12

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih

Obstruksi jalan napas yang mengancam nyawa

sianosispenurunan kesadaran

Diagnosa bandingaspirasi benda asingabnormalitas kongenitalepigotitis

YA

O2 100% dengan sungkup muka DAN nebulisasi adrenalin (5 ml) 1:1000

Intubasi anak sesegera mungkinHubungi pusat rujukan pelayanan kesehatan

anak

Croup derajaat ringanbatuk menggongongtanpa retraksi dadatanpa sianosis

Croup derajat sedangstridor saat istirahatterdapat retraksi dinding

dada minimalmampu berinteraksi

Croup derajat berat stridor menetap saat

istirahatTracheal tug dan

retraksi dinding dada terlihat jelas

apatis dan gelisahpulsus paradoksus

YA

KortikosteroidDeksametason 0,15-0,30 mg/kgBBATAU prednison 1-2 mg/kgBB (oral)ATAU nebulisasi Budesonide 2 mg jika kortikosteroid oral tidak berpengaruh

OBSERVASI> 4 JAM

Minimal handlingO2 4L/mnt DAN

nebulisasi adrenalin DAN kortikosteroid sistemik (dosis sama dengan croup derajat sedang)

IntubasiRAWAT RS

Perbaikan

Membaik dipulangkan bila tidak

ada stridor saat istirahat

edukasi orangtua pasien

Tidak membaikevaluasi ulangrawathubungi konsulenevaluasi diagnosisSebagian

rawat/ observasi di IGDUlangi pemberian

kortikosterois oral/12 jam

Edukasi orangtua

nebulisasi adrenalin (dosis sama) DAN kortikosteroid sistemik (dosis sama)

persiapkan pelayanan untuk tindakan daruratpertimbangkan intubasi

CROUP

TIDAK

Edukasi orangtuaPertimbangkan

kortikosteroid dosis tunggal (oral)

Periksa kemampuan orangtua dalam menyediakan transport

DIPULANGKAN

29

Page 30: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

VIII.BRONKITIS AKUT13

DEFINISI

Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus

utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan

membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Walaupun diagnosis bronkitis akut

seringkali dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu

penyakit tersendiri, tetapi berhubungan dengan keadaan lain seperti asma dan

fibrosis kistik. Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus. Bronkitis akut

karena bakteri biasanya berkaitan dengan Mycoplasma pneumoniae, Bordetella

pertusis, atau Corynabacterium diphteriae.

Diagnosis bronkitis sering sitegakkan dalam praktek sehari-hari,

sehingga seharusnya bronkitis dapat dibedakan dan ditetapkan dengan mudah.

Akan tetapi, manifestasi utama yang paling menonjol pada penyakit ini adalah

batuk, yang bukan merupakan gejala spesifik dan dapat merupakan gejala/

bagian dari berbagai penyakit respiratori maupun nonrespiratori. Hingga saat ini,

uji diagnostik spesifik noninvasif untuk mendiagnosis penyakit ini pada anak

masih belum ada.

PERJALANAN DAN PROGNOSIS

Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat

atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal

dari penyakit yang mendasarinya.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 30

Page 31: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

ANALISA KASUS

Pasien 1 2 3 4

Usia/ jenis

kelamin

2 bulan/ laki-laki 4 bulan/ laki-laki 5 bulan/ perempuan 6 bulan/

perempuan

KU Demam sejak 1 hari

SMRS

Sesak napas sejak 9

jam SMRS

Sesak napas sejak 5

jam SMRS

Batuk sejak 4

bulan SMRS

RPS Demam sejak 1 hari

SMRS. Demam

tinggi timbul

mendadak, tidak

ada perbedaan

waktu saat demam.

2 minggu SMRS,

pasien mengalami

batuk, batuk

berdahak dengan

dahak keluar

bersama muntah,

dahak berwarna

kuning kehijauan,

kental, tidak

terdapat bau dan

darah. Anak

menjadi sangat

rewel, sulit tidur

pada malam hari,

bibir sempat biru

dan juga sesak

napas. 3 hari

SMRS, pasien

muntah sebanyak 2

kali, berisikan susu,

sekali muntah

Sesak napas sejak 9

jam SMRS. Sesak

terjadi secara

bertahap makin

lama makin berat

sehingga ibu

membawa ke RS.

Sesak tidak disertai

dengan bunyi ngik.

2 hari SMRS pasien

mengalami batuk.

Batuk berdahak,

dahak tidak bisa

keluar. Batuk juga

disertai dengan

pilek dengan ingus

berwarna kuning

encer. 1 hari SMRS

pasien demam,

demam dirasakan

naik turun, naik

terutama pada

malam hari. Ibu

pasien menyangkan

keluhan keringat

malam, menyusui

sambil tiduran,

Sesak napas sejak 5

jam SMRS. Sesak

napas mulai

dirasakan sejak 6

hari SMRS dan

semakin memberat

5 jam SMRS. Sesak

dirasakan terus-

menerus, tidak

dipengaruhi oleh

posisi. Saat sesak,

terdengar bunyi

’ngik’. Kadang

keluhan sesak

membuat mulut

pasien menjadi

kebiruan. Pasien

juga mengalami

batuk berdahak dan

pilek sejak 9 hari

SMRS. Dahak tidak

bisa dikeluarkan.

Pilek dengan ingus

encer, bening dan

banyak. 7 hari SMS

pasien mengalami

demam, demam

Batuk sejak 4

bulan SMRS.

Batuk berdahak

dengan dahak

berwarna kuning

kehijauan dan

keluar bersama

muntah. Batuk

dialami terus-

menerus selama 4

bulan. Ibu sempat

membawa ke

klinik dan

puskesmas namun

batuk tidak

berkurang, dan

akhirnya Ibu

membawa ke RS.

Pasien juga

mengalami pilek

dengan ingus

berwarna kuning

kehijauan dan

kental. Pasien

juga mengalami

demam yang

dirasakan naik

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 31

Page 32: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

sebanyak ¼ gelas

aqua. Riwayat

keringat pada

malam hari,

penurunan BB,

mencret, menyusui

sambil tiduran

disangkal oleh Ibu

pasien.

penurunan BB,

mual, muntah dan

mencret.

dirasakan terus-

menerus sepanjang

hari, suhu mencapai

38,7ºC. Pasien juga

merasa lelah saat

minum susu. Ibu

menyangkal

keluhan menyusui

sambil tiduran,

batuk berdarah,

keringat makam,

penurunan BB,

mencret dan

muntah.

turun, demam

hangat dengan

perabaan tangan.

Akibat dari batuk

yang terlalu lama

pasien menjadi

sesak napas.

Pasien juga

mengalami

mencret sebanyak

2-3 x/hari

konsistensi cair,

air > ampas,

lendir (+), darah

(-), warna kuning

kehijauan.

Keluhan lain

disangkal oleh

Ibu pasien.

PEM.

FISIK

Kesan

sakit/

kesadaran

Tampak sakit berat/

compos mentis

Tampak sakit berat/

compos mentis

Tampak sakit berat/

compos menits

Tampak sakit

berat/ compos

mentis

Status gizi Gizi buruk Gizi kurang Gizi kurang Gizi kurang

Tanda vital Nadi: 132 x/ menit

RR: 50 x/menit

Suhu: 37,3 ºC

Nadi: 132 x/menit

RR: 68 x/menit

Suhu 37,9 ºC

Nadi: 120 x/menit

RR: 72 x/menit

Suhu: 36 ºC

Nadi: 100 x/menit

RR: 30 x/menit

Suhu: 38 ºC

Status

generalis

yang

bermakna

Hidung: NCH (+)

Paru:

Gerakan dada

kanan pada

Hidung: NCH (+)

Paru:

Bentuk simetris,

pectus excavatum

Hidung:

Mukosa hiperemis

(+), NCH (+)

Hidung: NCH (+)

Mulut: Bibir

sedikit kering,

terdapat bercak-

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 32

Page 33: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

pernapasan

tertinggal, retraksi

sela iga (+)

subcostal dan

intercostal, vocal

fremitus teraba

mengeras pada

dada kanan, pekak

pada paru kanan,

suaran napas

vesikuler melemah

pada paru kanan,

Rhonki basah halus

+/+ di seluruh

lapang paru,

wheezing +/+

(+), retraksi sela iga

(+) subcostal, suara

napas vesikukuler

melemah, rhonki

basah kasar di

seluruh lapang paru

+/+, wheezing +/+

Mulut:

Bibir agak kering

dan sianosis

Paru:

Suara napas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing +/+

bercak putih di

palatum

Paru:

Suara napas

vesikuler

melemah, rhonki

basah kasar di

seluruh lapang

paru +/+,

wheezing -/-

Laboratoriu

m

Leukositosis,

trombositosis, LED

meningkat, asidosis

metabolik, lain-lain

(Ro thoraks:

bronkopneumonia

dengan pneumonia

lobaris)

Leukositosis, Hb

sedikit turun,

trombositosis,

asidosis metabolik

(Ro thoraks:

bronkopneumonia)

Darah rutin normal,

(Ro thoraks:

bronkopneumonia)

Leukositosis,

peningkatan CRP,

peningkatan LED,

mantoux test:

positif 15 mm,

(Ro thoraks: Tb

Paru)

Diagnosis

kerja

Peumonia

Gizi buruk

Bronkopneumonia Bronkiolitis

Penyakit Jantung

Bawaan Sianotik

TB paru

Bronkopneumoni

a

Terapi Tirah baring,

edukasi orangtua,

suction berkala,

oksigen 1 l/menit,

IVFD KaEN

3B+KCL 10 mEq

Tirah baring,

pemasangan NGT

edukasi orangtua, ,

oksigen 1-2 l/menit,

IVFD RL 3 cc/

kgBB/ jam, Inhalasi

Tirah baring,

pemasangan NGT,

Edukasi orangtua,

oksigen 1 l/menit,

IVFD KaEN 3B 5

cc/ kgBB/ jam,

Tirah baring,

pemasangan

NGT, edukasi

orangtua, IVFD

KaEN 3B 5 cc/

kgBB/ jam, Inj.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 33

Page 34: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

scc/kgBB/jam, inj.

Ampicillin 4 x 100

mg, inj. Gentamicin

1 x 16,5 mg, inj.

Dexametason 3 x

0,5 mg, inj.

Aminophillin 3 x

7,5 mg.

ventolin dan NaCl,

Ampicillin 4 x 125

mg, Ambroxol 3 x 3

mg, Salbutamol 3 x

0,3 mg,

Paracetamol 4 x 50

mg

ihalasi: berotel 8

tts, ventolin 8 tts,

NaCl 0,9% 10 cc,

Inj. Ampicillin 4 x

250 mg, Inj. Colsan

4 x 125 mg, Inj.

Dexametason 3 x 0,

75 mg

Mikasin 2 x 35

mg, inj.

Ceftazidine 2 x

250 mg,

Claritomycin syr

2 x 50 mg, PCT 4

x 60 mg,

Ambroksol 2,5

mg+Terbutalin

0,25 mg, INH 1 x

50 mg,

Rifampisin 1 x 65

mg, pirazinamid 2

x 50 mg

Pasien 5 6 7

Usia/ jenis

kelamin

3 tahun 9 bulan/

perempuan

1 tahun/ perempuan 3 tahun/ laki- laki

KU Demam sejak 6

hari SMRS

Batuk sejak 3 hari

SMRS

Sesak napas sejak 1

malam SMRS

RPS Demam sejak 6

hari SMRS,

demam hangat

selama 2 hari,

demam dirasakan

terus- menerus,

dan tidak pernah

turun sampai

normal. Pasien

juga mengalami

batuk kering, pilek

dan merasa lemas.

Pilek dengan ingus

Batuk sejak 3 hari

SMRS. Batuk

berdahak dan dahak

sulit dikeluarkan,

pasien juga setiap

bernapas

mengeluarkan

bunyi ’ngik’. Ibu

pasien menyangkal

keluhan sesak

napas, demam,

mencret, muntah,

tersedak saat makan

Sesak napas sejak 1

malam SMRS, sesak

napas tidak berbunyi

dan dirasakan terus-

menerus. Pasien juga

demam sejak 1

malam SMRS,

demam hangat

dengan perabaan

tangan, pasien juga

mengalami batuk

berdahak, terus-

menerus, dahak

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 34

Page 35: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

kuning kental. 2

hari SMRS timbul

bercak kemerahan

yang timbul

awalnya disekitar

leher kemudian

menyebar cepat ke

dada, muka, perut,

selangkangan,

tangan dan kaki,

mata anak juga

terlihat merah dan

berair. Nafsu

makan menurun

semenjak sakit,

anak terlihat

lemas. Pasien juga

mengalami

mencret sejak 6

hari SMRS,

frekuensi 2 x/hari,

air > ampas, warna

kuning, tidak ada

lendir dan darah, 1

kali mencret kira-

kira ½ gelas aqua,

berbau busuk. Jari

tangan dan kaki

pasien juga

bengkak. Ibu

mengatakan BB

anak sulit naik,

dan terdapat

ataupun minum. berwarna putih kental

dan berlendir, pilek

juga dirasakan oleh

pasien. Keluhan lain

disangkal oleh pasien.

Ibu menyangkal

riwayat tersedak pada

pasien.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 35

Page 36: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

riwayat TB pada

ayah pasien

PEM.

FISIK

Kesan sakit/

kesadaran

Tampak sakit

sedang/ compos

mentis

Tampak sakit

sedang/ compos

mentis

Tampak sakit sedang/

compos mentis

Status gizi Gizi kurang Gizi baik Gizi kurang

Tanda vital Nadi: 84 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 38,5 ºC

Nadi: 88 x/menit

RR: 32 x/menit

Suhu: 36 ºC

Nadi: 88 x/menit

RR: 42 x/menit

Suhu: 39 ºC

Status

generalis

yang

bermakna

Mata: konjungtiva

hiperemis +/+,

lakrimasi +/+

Hidung: sekret +/+

Telinga:

makulopapula +/+

Paru: Suara napas

vesikuler, rhonki

basah kasar di

seluruh lapang

paru +/+,

wheezing -/-

Abdomen:

makulopapula (+)

Ekstremitas: jari

tangan dan kaki

bengkak,

makulopapula (+)

Paru:

Retraksi subcostal

(+), Stridor

inspirasi (+), Suara

napas vesikuler,

rhoki -/-, wheezing

+/+

Paru:

Terdapat rhonki

basah kasar di basal

paru, Wheezing +/+

Laboratorium

dan

pemeriksaan

penunjang

Leukositosis,

trombositosis,

peningkatan LED,

mantoux test (+)

Peningkatan LED,

asidosis metabolik

Laboratorium dalam

batas normal, ro

thoraks: tampak

bercak kesuraman

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 36

Page 37: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

lainnya 14 mm, ro thoraks:

TB paru

pada apex paru kanan

dan basal paru kanan,

kesan: aspirasi,

bronkopneumonia

Diagnosis

kerja

Morbilli

Selulitis

TB paru

Laringotrakeobronk

itis akut (croup)

Aspirasi

Bronkopneumonia

Terapi Tirah baring,

IVFD KaEN 3B 4

cc/kgBB/jam, inj.

Ampicillin 4 x 300

mg, Paracetamol 4

x 110 mg p.o,

kompres NaCl

0,9% untuk

selulitis, ambroxol

6 mg+CTM 1 mg+

terbutalin 0,5 mg,

inhalasi : bisotec 5

tts, bisolvon 15 tts,

NaCl 10 cc, INH 1

x 125 mg,

Rifampisin 1 x 175

mg, Pirazinamid 2

x 125 mg

Konsul spesialis

THT, IVFD KaEN

1 B 4 cc/kgBB/jam,

Inj. Ceftazidine 3x

300 mg, Inj.

Mikasin 2 x 75 mg,

Inj. Dexametason 3

x 2 mg, Ambroxol

5mg+CTM 0,4

mg+Terbutalin 0,4

mg,

IVFD KaEN 1B 3

cc/kgBB/jam,

Oksigen 1 liter/menit,

Inhalasi: combiven 1

nebu+ NaCl 10 cc

1. Dari hasil penelitian pada 7 sample pasien anak didapatkan bahwa anak laki-laki

dan anak perempuan yang terkena batuk adalah sama perbandingannya. Dan rata-

rata usia pasien yang terkena batuk lebih banyak terdapat pada pasien bayi dan

dibandingkan dengan anak-anak, hal ini mungkin disebabkan karena sistem

pernapasan pada bayi yang belum sempurna dan imunitas yang cenderung belum

terbentuk dengan baik. Gejala yang didapatkan pada bayi juga lebih berat

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 37

Page 38: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

mungkin juga disebabkan karena bayi tidak dapat mengeluarkan sekret sehingga

sekret terkumpul di saluran pernapasan dan menimbulkan atau juga memperberat

gejala seperti sesak napas.

2. Dari 7 pasien yang dilakukan penelitian juga didapatkan lebih banyak terdapat

pada bayi dan anak-anak dengan gizi kurang dan gizi buruk.

3. Penatalaksanaan batuk pada pasien adalah untuk membantu mengeluarkan dahak

yang terdapat di dalam saluran pernapasan dimana bayi dan anak-anak belum

bisa untuk mengeluarkan dahak. Caranya adalah dengan pemberian obat-obat

seperti mukolitik, ekspektoran dan antitusif dan juga dengan pemberian inhalasi

untuk mengencerkan dahak.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 38

Page 39: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

KESIMPULAN

Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma

mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang

alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan:

Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas, Mengeluarkan benda asing atau

sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.

Pada bayi dan anak-anak refleks batuk belum terbentuk dengan baik, hal ini

akan menyebabkan sekret yang abnormal akan lama tertanam di saluran pernapasan

dan akan menambah penyempitan di saluran napas sehingga akan timbul sesak napas.

Sekret yang tertanam ini juga akan memperberat sesak napas yang memang sudah ada

pada pasien.

Komplikasi batuk tidak hanya menyebabkan komplikasi di paru tetapi juga

bisa menyebabkan komplikasi muskuloskeletal, sistem kardiovaskular dan susunan

saraf pusat.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 39

Page 40: Tinjauan Pustaka(Batuk) Endah

Batuk pada anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Cung FK, Widdicombe JG, Houmer B.Cough: Causes, Mechanisme and

Therapy. Blackwell Publishing Ltd;2003. p 3-283.

2. Blasio FD, Dicpinigaitis, Rubin PV, Danieli GD, Lanata L, Zanasi A. An

Observational Study On Cough in Children: Epidemiology, Impact on Quality

of Sleep and Treatment Outcome. 2012. Fact Sheet. Diunduh Tanggal 4 Juli

2012. Laman http://www.coughjournal.com/.

3. Canning BJ. Anatomy and neurophysiology of the Cough Reflex: ACCP

evidence based clinical practice guidelines. 2006. Chest;129 (suppl).

4. Suwendra P, Purniti PS, Subadana IB. Aspirasi Benda Asing ke dalam Saluran

Respiratori. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta:

IDAI;2008. p 420-26.

5. World Health Organization. Global Initiative for Asthma: NHLBI/WHO

workshop report. Geneva: World Health Organization; 2002.

6. Rahajoe N, Supriyanto B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak.

Jakarta: UKK Pulmonologi PP IDAI; 2004.

7. Rahajoe N. Tatalaksana Jangka Panjang Asma Pada Anak. Dalam: Buku Ajar

Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI;2008. p 136.

8. Goodman D, Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Bronchiolitis. Dalam:

Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia WB Saunders;2004.

p 1415-7.

9. Gabriel GH, Julio PF. The Respiratoty System. Dalam: Nelson textbook of

pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia WB Saunders;2004. p 1357-401.

10. Sectisch TC, Prober CO. Pneumonia. Dalam: Nelson Textbook of Pediatrics.

Edisi ke-17. Philadelpia WB Saunders;2004. p 1432-5.

11. UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Nasional

Tuberkulosis Anak. Bandung. UKK. Pulmonologi PP IDAI; 1998.

12. Yangtjik K, Dadiyanto DW. Laringotrakeobronkitis Akut. Dalam: Buku Ajar

Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI;2008. p 320-29.

13. Naning R, Ismangun H, Setyati A. Brokitis Akut. Dalam: Buku Ajar

Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI;2008. p 330-32.

Kepanitraan klinik RSUD Budhi Asih 40