Upload
others
View
20
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN
NAMA BAIK ATAS KEHORMATAN KHUSUS
MELALUI MEDIA DIGITAL
(STUDI PUTUSAN NOMOR 3006/PID.SUS/2017/PN.MDN)
JURNAL
OLEH
MUHAMMAD HUSNUL FADILLA
NIM : 150200285
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Dosen Pembimbing I: Liza Arwina S.H., M.Hum
Dosen Pembimbing II: Syafruddin Sulung S.H., M.H., DFM
Email: [email protected]
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN
NAMA BAIK ATAS KEHORMATAN KHUSUS
MELALUI MEDIA DIGITAL
(STUDI PUTUSAN NOMOR 3006/PID.SUS/2017/PN.MDN)
JURNAL
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
MUHAMMAD HUSNUL FADILLA
NIM : 150200285
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Disetujui Oleh
Penanggungjawab
Dr. Muhammad Hamdan S.H., M.H
NIP. 195703261986011001
Pembimbing
Liza Erwina S.H., M.Hum
NIP. 196110241989032002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama Muhammad Husnul Fadilla
Tempat, Tanggal Lahir Tanjung Beringin, 23 April
1997
Jenis Kelamin Laki-Laki
Agama Islam
Status Belum Kawin
Alamat Jl. Merdeka No. 15A Desa
Pekan, Kec. Tanjung
Beringin, Kab. Serdang
Bedagai
Handphone 082277200220
Email [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
Tahun Institusi Pendidikan Jurusan
2003-2009 SD No. 106217 Lr. Amaliun -
2009- 2012 SMP Negeri 1 Tanjung Beringin -
2012-2015 SMA Negeri 1 Sei Rampah IPA
2015-2019 Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum
C. Pengalaman Organisasi
Tahun Pengalaman
2016 Panitia Pelaksana GALIPATRA 2 (Gala Aksi Penegak
Sumatera) di Universitas Sumatera Utara, 1 - 4
September 2016
2018 Pemangku Adat Dewan Racana Soetan Koemala Pontas
Pramuka Universitas Sumatera Utara
i
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN
NAMA BAIK ATAS KEHORMATAN KHUSUS
MELALUI MEDIA DIGITAL
(STUDI PUTUSAN NOMOR 3006/PID.SUS/2017/PN.MDN)
ABSTRAK
Muhammad Husnul Fadilla, Liza Erwina, Syafruddin Sulung*
Teknologi informasi melalui komputer dan internet telah banyak
memberikan kemudahan bagi semua orang, namun kemudahan itu terkadang
membuat orang salah dalam mempergunakannya. Salah satu penyalahgunaan
teknologi informasi komputer dan internet adalah pencemaran nama baik melalui
akun media digital. Pencemaran nama baik melalui media digital ini ditujukan
kepada orang atau lembaga yang memiliki kehormatan khusus yaitu Presiden dan
Instansi Negara Kepolisian Republik Indonesia. Kasus pencemaran nama baik
atas kehormatan khusus melalui media digital inilah yang menjadi dasar dalam
penulisan skripsi yang bertema “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik Atas Kehormatan Khusus Melalui Media Digital (Studi
Putusan Nomor 3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn.)”. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian yuridis normatif yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada
norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan pengadilan. Sifat penelitian adalah deskriptif analisis yaitu
dengan menggambarkan pelaksanaan berdasarkan putusan pengadilan secara
analisis terhadap norma-norma dan asas-asas yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui
pengaturan pencemaran nama baik atas kehormatan khusus menurut KUHP dan
UU ITE No. 11 Tahun 2008, (2) untuk mengetahui pertanggungjawaban dalam
tindak pidana pencemaran nama baik melalui media digital dan (3) untuk
mengetahui pertimbangan hakim dalam putusan nomor
3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
Penerapan Hukum Pidana Materil Terhadap Tindak Pidana Pencemaran Nama
Baik Melalui Media Digital sudah sesuai, perbuatan terdakwa telah terbukti secara
sah memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencemaran nama baik melalui media
digital sehingga terdakwa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kata Kunci : Pencemaran Nama Baik, Media Digital, Kehormatan Khusus
* Departemen Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.
ii
JURIDICAL REVIEW ON DISGRACING GOOD NAME CRIMINAL ACT
ON SPECIAL HONOR THROUGH DIGITAL MEDIA
(A STUDY ON THE VERDICT NO. 3006/PID.SUS/2017/PN.MDN)
ABSTRACT
Muhammad Husnul Fadilla, Liza Erwina, Syafruddin Sulung2
Information technology through computer and internet has facilitated all
people although some people have misused it such as disgracing other people’s
good names. It is done through digital media toward some people with special
honor such as the President and the other government agencies such as the
Police. Therefore, the theme of this research was “Juridical Review on
Disgracing Good Name Criminal Act on Special Honor through Digital Media (A
Study on the Verdict No. 3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn).” The research used
juridical normative method which was referred to legal norms and principles
found in the legal provisions and the courts’ verdicts. Its nature was descriptive
analytic by describing the implementation based on the courts’ verdicts toward
norms and principles in the legal provisions. The objective of the research was to
find out 1) the regulations on disgracing good names on special honor through
digital media according to KUHP (Criminal Code) and UU ITE (Law on
Information Technology and Electronics) No. 11/2008, 2) its liability, and 3) the
judge’s consideration in the Verdict No. 3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn. The result
of the research showed that the implementation of Material Criminal Law on
disgracing good names criminal act through digital media was correct. The
perpetrator’s act was legally proven so that he had to be responsible for his act.
Keywords: Disgracing Good Name, Digital Media, Special Honor
2 Department Of Criminal Law, Faculty Of Law University Of North Sumatera, Medan, Indonesia.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini membuat negara-
negara semakin berkembang dan maju. Salah satu wujud kemajuan teknologi ini
dapat dilihat dari semakin maraknya transaksi perdagangan dengan media online
melalui internet. Selain itu dengan internet seseorang dapat melakukan
komunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga dapat dikatakan bahwa
internet merupakan salah satu saluran bagi masyarakat dalam menyampaikan
pendapat serta pikirannya.3
Salah satu dampak negatif dari penggunaan Teknologi Informasi adalah
maraknya tindak pidana pencemaran nama baik, baik itu pencemaran nama baik
yang dilakukan terhadap orang perorangan maupun pencemaran nama baik yang
dilakukan terhadap Presiden atau Wakil Presiden, Badan Hukum, dan Instansi
Negara seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tindak pidana pencemaran
nama baik merupakan kejahatan yang perlu untuk diperhatikan.
Pengaturan mengenai delik pencemaran nama baik dapat dijumpai dalam
KUHP maupun Undang-Undang di luar KUHP, yaitu UU No. 32 Tahun 2002
Tentang Penyiaran (UU Penyiaran), UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE), UU No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Dalam KUHP pencemaran
nama baik diatur melalui Pasal 310-320 Buku Kedua (Kejahatan) Bab XVI
Tentang Penghinaan. Ada tiga catatan terkait dengan delik pencemaran nama
3Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 3.
2
baik. Pertama, delik itu bersifat amat subyektif. Kedua, pencemaran nama baik
merupakan delik penyebaran. Ketiga, orang yang melakukan pencemaran nama
baik dengan menuduh suatu hal yang dianggap menyerang nama baik seseorang
atau pihak lain harus diberikan kesempatan untuk membuktikan tuduhan itu.4
Di Indonesia meskipun masih dalam perdebatan, ketentuan-ketentuan
tentang penghinaan yang terdapat dalam Bab XVI, Buku II KUHP masih relevan
dan dipertahankan meskipun pasal-pasal tentang pencemaran nama baik terhadap
Presiden telah dicabut akan tetapi pasal-pasal lain yang mengatur tentang
penghinaan atau pencemaran nama baik masih berlaku. Adapun alasan dicabutnya
pasal-pasal tentang pencemaran nama baik terhadap Presiden atau Wakil Presiden
adalah karena selain pencemaran nama baik dianggap tidak sesuai dengan tradisi
masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat dan budaya timur,
pencemaran nama baik juga membuat terjadinya pembunuhan karakter (character
assassination).5
Ketentuan hukum penghinaan atau pencemaran nama baik umumnya
bersifat delik aduan, yakni perkara penghinaan terjadi jika ada pihak yang
mengadu. Artinya, masyarakat yang merasa dirugikan yang dianggap
mencemarkan nama baiknya atau merasa terhina dapat mengadu ke aparat hukum
agar perkara dapat diusut, artinya aparat hukum tidak bisa berinisiatif melakukan
penyidikan dan pengusutan apabila tidak ada pengaduan dari pihak yang
dirugikan. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 310 KUHP. Akan tetapi
4 USU Law Jurnal, Analisis Yuridis Tindak Pidana Cybercrime Dalam Perbuatan Pidana
Pencemaran Nama Baik Ditinjau Dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dan Hukum Pidana,Vol. 6, No. 6, Desember 2018, hlm. 16. 5Brian Prastyo, “Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik”,
http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2008 /04/18/penghinaan-dan-pencemaran-nama-baik/#more-
8 diakses padatanggal 24 Februari 2019 pukul 22.10 WIB.
3
khususnya dalam penghinaan atau pencemaran nama baik terhadap Presiden atau
Wakil Presiden, dan Lembaga Negara yang memiliki kehormatan khusus,
termasuk dalam delik biasa, artinya aparat hukum bisa berinisiatif melakukan
penyidikan dan pengusutan tanpa harus ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
Logika dari ketentuan ini adalah Presiden atau Wakil Presiden, dan Lembaga
Negara adalah simbol negara yang harus dijaga martabatnya.Selain itu, posisi
jabatannya tidak memungkinkan mereka bertindak sebagai pengadu. Hal ini dapat
dilihat dalam pasal 154, 155, 207 dan 208 KUHP tentang Pencemaran nama baik
terhadap Pemerintah dan Penguasa atau Badan Hukum.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis mengangkat dan
membahas skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik Atas Kehormatan Khusus Melalui Media Digital
(Studi Putusan Nomor 3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan pencemaran nama baik atas Kehormatan Khusus
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
2. Bagaimanakah pertanggungjawaban dalam tindak pidana pencemaran nama
baik atas Kehormatan Khusus melalui media digital?
3. Bagaimanakah dasar pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor
3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn.?
4
C. Metode Penelitian
Sudah merupakan ketentuan bahwa dalam penyusunan serta penulisan karya
ilmiah atau skripsi diperlukan metode penelitian.Oleh karena itu untuk
melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penulis harus berpatokan terhadap
metode penelitian tersebut.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam menganalisa,
mengembangkan serta menjawab permasalahan dalam skripsi ini adalah metode
penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Metode penelitian hukum normtif
atau metode penelitian hukum kepustakaan acalah metode atau cara yang
dipergunakan di dalam penelitian bahan pustaka yang ada,6 yaitu metode yang
dapat digunakan dalam suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum
sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak sehingga perhatiannya akan
terpusat pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yaitu
dengan cara menguji dan mengkaji secara yuridis mengenai permasalahan yang
diteliti dengan bahan-bahan kepustakaan khususnya perundang-undangan yang
berlaku dan kepustakaan hukum, agar mendapatkan gambaran yang jelas tentang
masalah yang diteliti dalam skripsi ini. Sehingga dalam penelitian hukum
normatif ini mencakup terhadap beberapa hal yaitu:
a. Penelitian terhadap azas-azas hukum;
b. Penelitian terhadap sistematika hukum;
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;
6Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 10.
5
d. Penelitian sejarah hukum.7
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini hanyalah data
sekunder yakni mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Sumber data sekunder ini
meliputi :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari Peraturan
Perundang-Undangan dibidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-
Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan keseluruhan Peraturan Perundang-Undangan lain
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum
berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang dimuatkan dalam
artikel dan lain sebagainya yang berhubungan dengan skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan
hukum primer dan sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedia dan lain
sebagainya.8
7Ibid.,hlm. 12. 8 Burhan Bungin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologi ke
Arah Model Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 68-69.
6
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan lebih terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum normatif
yakni dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (library research).
Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
atau penelitian normatif yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan dalam bidang
hukum atau rujukan bidang hukum. Metode library research adalah mempelajari
sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam
penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan
oleh pendapat para sarjana hukum yang sudah mempunyai nama besar
dibidangnya, koran, majalah serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan.9
4. Analisis Data
Pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk melakukan
analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan
dengan:
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin dengan penelitian.
c. Mensistematiskan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin
yang ada.
9 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1997, hlm. 41.
7
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan dedukatif sehingga akan dapat
merangkum terhadap permasalahan yang telah disusun.10
II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Atas Kehormatan
Khusus Menurut KUHP Dan UU ITE
a. Pencemaran Nama Baik Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Menghina adalah menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Yang
diserang itu biasanya merasa malu. Kehormatan yang diserang di sini hanya
mengenai kehormatan yang dapat dicemarkan karena merasa tersinggung.
Ketentuan hukum penghinaan bersifat delik aduan, yakni perkara penghinaan
terjadi jika ada pihak yang mengadu. Artinya, masyarakat yang merasa dirugikan
oleh pemberitaan pers yang dianggap mencemarkan nama baiknya atau merasa
terhina dapat mengadu ke aparat hukum agar perkara dapat diusut. Delik
penghinaan ini telah diatur dalam Pasal 310 KUHP ayat (1) dan (2), dan Pasal 311
ayat (1). Penghinaan dalam KUHP ada 6 (enam) macam yaitu Menista (smaad),
Menista dengan surat (smaadachrift), Memfitnah (laster), Penghinaan ringan (een
voudige belediging), Mengadu secara memfitnah (lasterajke aanklacht), dan
Tuduhan secara memfitnah (lasterajke verdarhtmaking).
10Winarto Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah), Tarsito,
Bandung, 1982, hlm. 131.
8
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
Delik pencemaran nama baik melalui media digital diatur di dalam UU No.
11 Tahun 2008 tentang ITE Jo. UU No 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU
No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Ketentuan delik tersebut dalam Pasal 27 ayat (3)
UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE yang berbunyi sebagai berikut:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik”11
c. Perbedaan Pencemaran Nama Baik Umum dengan Pencemaran Nama
Baik Khusus
No Pencemaran Nama Baik Umum Pencemaran Nama Baik Khusus
1 Dimuat dalam satu BAB yaitu
BAB XVI Buku ke II KUHP
Diatur di luar dari BAB XVI Buku ke II
KUHP dan tersebar pada beberapa pasal
yang masuk ke dalam BAB yang
berbeda-beda objeknya dan kepentingan
hukum yang dilindungi sebagai dasar
pengelompokan tindak pidana
2 Objeknya orang perorangan
semata
Objeknya selain kepada orang secara
khusus, juga badan atau instansi
pemerintah, Agama atau golongan
kelompok tertentu serta benda seperti
Bendera Merah Putih
3 Delik aduan Delik biasa
11 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Pasal 27 Ayat (3).
9
d. Jenis-Jenis Pencemaran Nama Baik Khusus
Adapun jenis-jenis pencemaran nama baik khusus ditujukan kepada
1. Presiden dan atau Wakil Presiden (Pasal 134 dan 137 KUHP)
2. Kepala Negara Sahabat dan Wakil Negara Asing di Indonesia (Pasal 143
dan 144 KUHP
3. Bendera Kebangsaan Republik Indonesia dan Lambang Negara Republik
Indonesia (Pasal 154 a KUHP)
4. Bendera Kebangsaan Negara Asing (Pasal 142 a KUHP)
5. Pemerintah (Pasal 154 dan 155 KUHP)
6. Penguasa atau Badan Hukum (Pasal 207 dan 208 KUHP)
7. Golongan penduduk, organisasi atau kelompok dan Agama (Pasal 156 dan
157 KUHP)
2. Pertanggungjawaban Dalam Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Melalui Media Digital
Agar seseorang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, haruslah
memenuhi unsur-unsur dari pertanggungjawaban pidana. Unsur-unsur yang harus
dipenuhi terlebih dahulu, yaitu:
1) Adanya kemampuan bertanggungjawab si pembuat;
2) Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa
kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa) yang disebut sebagai bentuk
kesalahan; dan
3) Tidak adanya alasan penghapusan kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.12
12 Ibid., hlm. 71.
10
Pemidanaan terhadap pelanggaran dari pasal 27 ayat (3) dari UU ITE
kemudian diatur dalam pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang merumuskan:
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)”.13
3. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Nomor
3006/Pid.Sus/2017/Pn.Mdn
A. Posisi Kasus
Kasus ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 14 Juli 2017 sekitar pukul 16.30
WIB, ketika saksi Ricky Swanda bersama dengan tim saksi berada di Kantor
Polisi Polrestabes Medan yang berada di Jalan HM Said No. 1 Kec. Medan Timur
dimana saksi Ricky Swanda melalui Via HP membuka media sosial facebook
selanjutnya di dinding (wall) facebook saksi Ricky Swanda terdapat akun
facebook seseorang yang bernama Ringgo Abdillah dan setelah saksi Ricky
Swanda telurusi dan kunjungi dinding (wall) facebook Ringgo Abdillah tersebut
terhitung mulai tanggal 04 Juli sampai dengan 16 Juli 2017 banyak sekali
13 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal
45 Ayat (3).
11
postingan komentar dan gambar yang dikirim atau disebar oleh pemilik akun
facebook atas nama Ringgo Abdillah yang menghina atau pencemaran nama baik
terhadap Institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia berupa adanya Jenderal
Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (Kapolri) yang ditambahi dengan
seekor anjing serta terdapat sebuah tulisan yang menghina akan Institusi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, akibat postingan gambar atau komentar
yang dikirim atau disebar oleh pemilik akun facebook atas nama Ringgo Abdillah
tersebut tidak sesuai dengan gambar asli Institusi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
B. Dakwaan Penuntut Umum
Dakwaan Primer: Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 46 ayat (3) Jo Pasal 30 ayat (3) UU RI No. 11 Tahun 2008
Tentang ITE Jo UU RI No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE.
Subsidair: Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 45 A ayat (2) UU RI No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Pasal
28 ayat (2) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Lebih Subsidair: Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 45 ayat (3) UU RI No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo
12
Pasal 27 ayat (3) UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
C. Tuntutan Penuntut Umum
Penuntut umum mengajukan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar memutuskan:
1. Menyatakan terdakwa Muhammad Farhan Balatif Alias Ringgo Abdillah
tersebut di atas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan pencemaran nama baik”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 45 ayat (3) UU RI. No
19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana dalam Dakwaan Pertama
Lebih Subsidair Penuntut Umum;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muhammad Farhan Balatif alias
Ringgo Abdillah dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun penjara
dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan
perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sejumlah Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) Subsidair 3 (tiga) bulan penjara;
3. Menyatakan barang bukti berupa: 1 (satu) bundel hasil cetakan atau print
out yang berisikan gambar yang dikirim atau diubah gambar Presiden
Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan gambar Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian M.A.,
13
Ph.D. yang tidak sesuai dengan gambar aslinya, dan barang-barang bukti
lainnya berupa flashdisk, HP, Laptop, email, akun facebook hasil cetakan
atau print out screen shot, router, dan Berita Acara Penyalinan Data
Elektronik dimusnahkan;
4. Menetapkan agar Terdakwa Muhammad Farhan Balatif alias Ringgo
Abdillah membayar biaya perkara sejumlah Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
D. Pertimbangan Hakim
Untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa maka perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:
a. Perbuatan Terdakwa merusak nama baik Kepala Negara Republik
Indonesia;
b. Perbuatan Terdakwa menimbulkan kerugian pada Institusi Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Kapolri sebagai pimpinan tertinggi
Kepolisian Republik Indonesia;
c. Perbuatan Terdakwa dapat menimbulkan kebencian dalam masyarakat
terhadap Kepala Negara yang sah maupun Institusi Kepolisian Negara;
Keadaan yang meringankan:
a. Terdakwa menyesali dan mengakui perbuatannya;
b. Terdakwa berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dikemudian hari;
c. Terdakwa masih muda dan memiliki kesempatan untuk berubah lebih baik;
d. Terdakwa dan keluarga terdakwa telah meminta maaf melalui media
elektronik;
14
E. Amar Putusan
Berdasarkan Amar Putusannya, Majelis Hakim menyatakan bahwa
Terdakwa terbukti bersalah dan memutuskan:
1. Menyatakan terdakwa Muhammad Farhan Balatif Alias Ringgo Abdillah
tersebut di atas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan pencemaran nama baik”
sebagaimana dalam dakwaan primer;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan denda sejumlah Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar maka harus diganti dengan pidana penjara selama 1
(satu) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) bundel hasil cetakan atau print
out yang berisikan gambar yang dikirim atau diubah gambar Presiden
Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan gambar Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian M.A.,
Ph.D. yang tidak sesuai dengan gambar aslinya, dan barang-barang bukti
lainnya berupa flashdisk, HP, Laptop, email, akun facebook hasil cetakan
15
atau print out screen shot, router, dan Berita Acara Penyalinan Data
Elektronik dimusnahkan;
5. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).
F. Analisis Yuridis
Dakwaan Penuntut Umum bersifat Subsideritas lapisan urutannya sudah
tepat, artinya dakwaan yang terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yaitu Primer,
Subsider, dan Lebih Subsider yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan
yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan
disusun secara berurut dimulai dari tindak pidana yang diancam dengan pidana
tertinggi sampai dengan tindak pidana yang diancam dengan pidana terendah.
Akan tetapi dalam kasus ini menurut penulis Majelis Hakim dalam membaca
dakwaan Subsideritas ini keliru, alasan penulis adalah karena di dalam dakwaan
Penuntut Umum oleh Majelis Hakim dalam pertimbangannya justru menggunakan
Pasal 45 ayat (3) UU RI No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU RI No.
11 Tahun 2008 Tentang ITE Jo Pasal 27 ayat (3) UU RI No. 11 Tahun 2008
Tentang ITE sebagai dakwaan Primer, padahal Pasal 45 ayat (3) UU RI No. 19
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE Jo
Pasal 27 ayat (3) UU RI No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE tersebut merupakan
dakwaan Lebih Subsider, artinya menjadikan dakwaan Lebih Subsider menjadi
dakwaan Primer yang menuntut terdakwa dengan ancaman pidana yang terendah.
Padahal pembuktian dalam dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai
dari lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya, jika dakwaan Primer tidak
16
terbukti maka barulah diperiksa dakwaan subsider dan apabila masih tidak
terbukti, maka diperiksalah yang lebih subsider. Menurut penulis tidak mungkin
terjadi kesalahan pengetikkan atau kesalahan teknis lainnya karena baik di dalam
pertimbangan, memperhatikan sampai dengan amar putusan Hakim terus
menyatakan bahwa Pasal 45 ayat (3) UU RI No. 19 Tahun 2016 tersebut
merupakan dakwaan Primer yang padahal dakwaan tersebut merupakan dakwaan
Lebih Subsider. Seharusnya Hakim lebih teliti dalam membaca dakwaan Penuntut
Umum yang Bersifat Subsideritas mengenai posisi dakwaan Primer, Subsider dan
Lebih Subsider yang pembuktiannya dilakukan secara berurutan sesuai dengan
Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: SE-004/J.A/11/1993
Tentang Pembuatan Surat Dakwaan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan pencemaran nama baik atas kehormatan khusus melalui media
digital di dalam KUHP yaitu:
a. Pencemaran nama baik atau penghinaan terhadap Presiden atau Wakil
Presiden diatur dalam Pasal 134 dan Pasal 137 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
b. Pencemaran nama baik terhadap Kepala Negara Sahabat diatur di dalam
Pasal 142 KUHP, sementara Pencemaran nama baik terhadap Wakil
17
Negara Asing di Indonesia diatur dalam Pasal 143 dan Pasal 144
KUHP.
c. Pencemaran nama baik terhadap Bendera Kebangsaan Republik
Indonesia dan Lambang Negara Republik Indonesia diatur di dalam
Pasal 154 a KUHP.
d. Pencemaran nama baik terhadap Bendera Kebangsaan Negara Asing
diatur dalam Pasal 142 a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
e. Pencemaran nama baik terhadap Pemerintah diatur di dalam Pasal 154
dan Pasal 155 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sementara
pengaturan pencemaran nama baik terhadap Penguasa atau Badan
Hukum diatur dalam Pasal 207 dan Pasal 208 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
f. Pencemaran nama baik terhadap Golongan Penduduk, Organisasi atau
Kelompok tertentu diatur dalam Pasal 156 dan Pasal 157 KUHP.
2. Ancaman sanksi pidana penjara pencemaran nama baik atas kehormatan
khusus melalui media digital tidak ada diatur secara khusus, akan tetapi
secara umum menurut ketentuan Pasal 27 ayat (3) diatur dalam ketentuan
Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang
menyebutkan “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
18
denda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah).
3. Analisis Hukum Pidana terhadap kasus Pencemaran Nama Baik Atas
Kehormatan Khusus melalui Media Digital (Studi Putusan Nomor
3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn) adalah penerapan Hukum Pidana Materil
terhadap pelaku tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam putusan
tersebut terpenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat dapat dipidananya
seseorang, akan tetapi menurut penulis terdapat kekeliruan Majelis Hakim
dalam membaca dakwaan Penuntut Umum yang menggunakan Dakwaan
Subsideritas yang menurut penulis seharusnya Majelis Hakim mengetahui
dakwaan mana saja yang dikategorikan dakwaan Primer, Subsider, dan
Lebih Subsider. Selain itu menurut penulis Majelis Hakim juga seharusnya
memeriksa dakwaan tersebut secara berurut dari lapisan teratas dengan
ancaman pidana tertinggi sampai terendah. Akan tetapi, pada dasarnya
tindak Pidana Pencemaran Nama Baik melalui Media Digital telah sesuai
karena telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana yang telah diatur dalam
Pasal 45 ayat (3) UU. No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU No.
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selama proses
pemeriksaan dipersidangan tidak ditemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar
maupun sebagai alasan pemaaf. Maka terdakwa harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
19
B. Saran
Untuk menghindari adanya korban akibat pencemaran nama baik dalam
kehidupan bermasyarakat sebaiknya:
1. Masyarakat dalam memberikan kritik maupaun saran sebaiknya
menggunakan bahasa yang sopan dan santun baik itu melalui lisan maupun
tulisan melalui surat ataupun media digital, karena apabila dalam
menyampaikan kritik atau saran memuat unsur pencemaran nama baik atau
penghinaan maka akan terjerat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Tentang Penghinaan dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 27 ayat (3).
2. Di dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik perlu adanya
memasukkan pasal-pasal tentang pencemaran nama baik atau penghinaan
terhadap kehormatan khusus, baik itu Presiden atau Wakil Presiden maupun
Kepolisian, mengingat tindak pidana pencemaran nama baik atas
kehormatan khusus dampaknya sangat besar dan meresahkan masyarakat
serta menganggu kepentingan umum, sehingga keadilan dan kepastian
hukum dapat terlaksana serta pelaku dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Majelis Hakim dalam membaca dakwaan seharusnya lebih teliti lagi
mengenai dakwaan Subsideritas yaitu Primer, Subsider, dan Lebih Subsider
serta posisi dari dakwaan tersebut. Memeriksa dakwaan Subsideritas sesuai
urutannya mulai dari lapisan ancaman pidana tertinggi sampai terendah
sehingga di dalam pertimbangan maupun putusan hakim sesuai dengan apa
yang didakwakan dan yang dituntut oleh Penuntut Umum.
20
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Adji, H. Oemar Seno. 1990. Perkembangan Delik Pers di Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Anwar, H.A.K. Moh. 1994. Hukum Pidana Bagian Khusus (.UHP Buku II) Jilid
1. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Dan Konstitusionalisme. Jakarta: Sinar
Grafika.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data dan Penelitian Kualitatif Pemahaman
Filosofis dan Metodologi ke Arah Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Ekaputra, Mohammad. 2015. Dasar-Dasar Hukum Pidana Edisi 2. Medan: USU
Press.
Hamzah, Andi. 2004. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ibrahim, Johnny. 2005. Teori dan Metodologi Penelirian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia.
Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Marpaung, Leden. 1997. Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Pengertian dan
Penerapannya. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Moeljatno. 1982. Azas-Azas Hukum Pidana, tanpa penerbit.
Rachman, Zulfikar Mochamad. 2007. Bikin Telecenter Yuk!, Tim Partnership For
e-Property For The Poor (Pe-PP). Jakarta: Bappenas-UNDIP.
21
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Soesilo, R. 1990. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Serta Komentarnya
Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia..
Sofyan, Andi. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sudarto. 1990. Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a. Semarang: Fakultas
Hukum UNDIP.
Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Wahid, Abdul, Mohammad Labib. 2005. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime).
Bandung: PT. Rafika Aditama.
Widodo. 2013. Aspek Hukum Pidana Kejahatan Mayantara. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Wiyanto, Roni. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Mandar Naju.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
22
Naskah Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Hasil Pembahasan
Panitia Kerja R-KUHP DPR RI. Pasal 262, 263 dan 264. Tanggal 24
Februari 2017.
C. Internet
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta, volume 7, Nomor 1, Januari
2012. Diakses pada tanggal 23 Februari 2019 pukul 22.23 WIB.
USU Law Jurnal. Analisis Yuridis Tindak Pidana Cybercrime Dalam Perbuatan
Pidana Pencemaran Nama Baik Ditinjau Dari Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Hukum
Pidana, Vol. 6, No. 6, Desember 2018.
https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/54ff1e36a33311e94550f89c/pembunu
han-karakter. Diakses pada tanggal 24 Februari 2019 pukul 21.32 WIB.
Brian Prastyo, “Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik”,
http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2008 /04/18/penghinaan-dan-
pencemaran-nama-baik/#more-8. Diakses pada tanggal 24 Februari 2019
pukul 22.10 WIB.
http://boyloy.blogspot.com/2012/04/delik.html. Diakses pada tanggal 24 Februari
2019 pukul 22. 30 WIB.
http://matericenter.blogspot.com/2015/12/pengertian-pencemaran-nama-
baik.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 21.16 WIB.
Ina Suciati, http://www.Inasociates.com/articles/-libel-law-in-indonesia.html.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 21.46 WIB.
23
Ridatullah,http://pencemarannamabaiknlog.blogspot.com/2012/05/defenisipence
mar\defenisipencemarannamabaik.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019
pukul 22.37 WIB.
https://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/. Diakses pada tanggal 10
Maret 2019 pukul 23.18 WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI Online).
https://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-kata-khusus.html.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 20.19 WIB.
http://www.fxi-foxwolf.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul
20.34 WIB.
https://pengertianahli.id/2014/07/pengertian-media-dan-jenis-media.html.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 20.55 WIB.
https://simpleflux.blogspot.com/2016/03/latar-belakang-dan-sejarah-terbentuk-
uu.html. Diakses pada tanggal 06 April 2019 pukul 20.15 WIB.
http://www.negarahukum.com/hukum/delik-penghinaan.html. Diakses pada
tanggal 19 April 2019 pukul 19.45 WIB.