22

topeng branyak suripno, M.Sn..pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    KATA PENGANTAR .

    DAFTAR ISI.

    ASTRAK ..............................................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN

    A.Pertunjukan Topeng Dhalang Slopeng.........................................

    B..Rumusan Masalah .......................................................................

    C.. Tujuan Penelitian .........................................................................

    D. Manfaat hasil penelitian ...............................................................

    E. Tinjaun Pustaka.

    F. Metode Penelitian .

    1. Penentuan Lokasi Penelitian .

    2. Penghumpulan Data .

    3. Sistematika penulisan

    BAB II GAMBARAN UMUM

    A. Sejarah Topeng Dhalang Sumenep ..

    B. Persebaran Topeng Dhalang Sumenep..

    C. Latar Belakang Keberadaan Topeng Dhalang Slopeng ................

    D. Struktur Pertunjukan Topeng Dhalang .

    Ii

    iii

    iv

    1

    4

    5

    5

    5

    6

    6

    7

    8

    10

    10

    11

    14

    15

    16

  • 1. 1.Gending-gending pembuka ........................................................

    2. 1.Lakon Ceritera .............................................................................

    3.1. Lakon cerita...............................................................................

    3.3. Adegan ketiga..........................................................................

    3.4. Adegan keempat.......................................................................

    3.4. Adegan kelima..........................................................................

    3.5. Adegan keenam........................................................................

    3.6. Adegan ketujuh........................................................................

    3.7. Adegan kedelapan...................................................................

    3.8. Adegan kesembilan..................................................................

    3.9. Adegan kesepuluh....................................................................

    BAB III STRUKTUR KOREOGRAFI TOPENG BRANYAK

    1. Struktur awal.................................. ...........................................

    2. Struktur Bagian Kiprahan...........................................................

    3. Struktur akhir...................................... ...

    A. Struktur Gending Tari........................................ ....

    B. Tata busana......................................................................

    C. Pentas pertunjukan......

    D. Pola lantai...................................................................................

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    23

    24

    25

    26

    26

    26

    30

    35

    35

    36

    42

    43

    44

    45

    45

  • BAB IV KONSEP DASAR TARI TOPENG BRANYAK............................

    1.1. Dasar tari : solah........................................................................

    1.2. Tandheng ..................................................................................

    1.3 Takjek ......................................................................................

    1.4. Sogek .......................................................................................

    1.5. Bhebeteg ...................................................................................

    1.6. Pancer........................................................................................

    1.7. Khusuk......................................................................................

    1.8. Pola dasar gerak tari..................................................................

    1.9. Pola dasar bagian kepala ..........................................................

    1.10. Pola dasar jari .........................................................................

    BAB PENUTUP .................................................................................................

    KESIMPULAN ...................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ...

    44

    45

    46

    46

    46

    46

    46

    46

    47

    47

    48

    49

    49

    51

  • Jurnal Terob Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ISSN 2087 314X Volume III Nomor 4, April 2012 Oleh : Suripno, M.Sn. Hal : 37 - 46

    PERTUNJUKAN TARI GAMBUH TAMENG

    ABSTRACT

    Gambuh dance performances shield an opening dance mask pup-peteer Slopeng growing in the region Sumenep, Madura, dances danced Gambuh two pairs of men dressed in military keris property right,left hand holding a shield. Originating motion dance martial arts dance presentation and structure consists of; (1) The intial part describes the preparation of soldier to war, gending Sift slendro 5 rhytms 2. (2) The middle section describes the training of soldiers. And ending, gending Sift slendro 5 rhythm. The presentation of dance Gambuh shield not bound by the arena stage, the show be done in the pavilion, courtyard, and the proscenium stage. Dance aesthetics Gambuh Slopeng shield has a specific style of motion present in the form adeg / grade, nonggul (foot force), gobesan (chek Gulu), jinjitan, gejugan. Motion patterns formad fine manly motif. Keyword: Dance performance Gambuh shield. I. PENDAHULUAN

    Kabupaten Sumenep banyak menyimpan pesona kekayaan budaya yang unik

    dan mempunyai corak bermacam-macam bentuknya salah satu upacara adati yakni,

    tradisi bersih Desa (rokat dhisa), sedekah laut (rokat tase), rokat buju (sedekah

    bumi dimakam keramat orang Bali bernama Ki Anggo Suto penemu ladang garam di

    daerah Kali Anget-Sumenep), rokat ujan (upacara permohonan hujan dengan atraksi

    adu permainan cambuk dari batang lidi pohon pandan alas yang berduri dan

    dicambukan kebagian badan pesertanya). Bentuk pertunjukan seni tersebut

    bernafaskan mistis-sinkritis dan merupakan sisa-sisa pertunjukan lama yang

    1

  • tergolong kepercayaan lama dan bersifat phanteisme yang melekat dengan

    kepercayaan Islam yang monotheis. Walaupun sebagian besar masyarakat Madura

    beragama Islam, tetapi upacara-upacara yang berbau mistis-sinkretis merupakan

    warisan tradisi dan masyarakat melestarikannya.

    Dalam keyakinan Islam, orang yang sudah meninggal duniah rohnya tetap hidup dan tinggal sementaradi alam kubur atau alam barzah, sebagai alam antara sebelum memasuki alam akhirat tanpa kecuali. Sementara pemahaman kemudian orang Jawa, arwah-arwah Orang tua sebagai nenek moyang yang telah meninggal dunia berkeliaran sekitar tempat tinggalnya, atau sebagai arwah leluhur menetap di makam (pesareyan). Mereka masih mempunyai kontak hubungan dengan keluarga yang masih hidup sehingga suatu saat arwah itu dating mengujungi kekediaman anak keturunanya. Roh-roh yang baik yang bukan nenek moyang atau kerabat disebut Dhanyang dan mengawasi seluruh masyarakat desa (Umar Junus: 1981 : 24). Di Samping kesenian juga dalam ritus- ritus yang berkembang di masyarakat

    yang masih menganggap bahwa alam, lingkungan dan isinya ada yang menjaga dan

    melindunginya, yakni kekuatan adi kodrati. Agar terhindar kekuatan unsur-unsur

    negatif, jahat, ketakutan, malapetaka, dan bencana. Masyarakat perlu mengadakan

    upacara ruwatan, sedekah bumi, bersih desa dan lain sebagainya. Dengan

    menyelenggarakan upacara ruwatan sebagai sarana penolak balak maka masyarakat

    menanggap Topeng Dalang sebagai saran hiburan agar terbebas dari kekuatan negatif

    yang melingkupinya.

    Di samping pertunjukan Topeng Dalang kesenian tradisional berupa Ludruk,

    Sandhur, Tayub, dan pertunjukan tari Gambuh merupakan pertunjukan yang sangat

    dinantikan oleh masyarakat dan merupakan sarana kesenian hiburan pelepas lelah.

    II. Asal-usul tari Gambuh dan perkembangannya

    Keberadaan asal usul tari Gambuh di Sumenep ditengarai ada pada abad ke

    XV-XVI tari Gambuh ditarikan oleh puri-putri keraton Sumenep untuk menyambut

    para tamu kerajaan, properti yang digunakan dua buah keris, satu keris di tangan

    kanan dan satunya lagi di letakkan pada gelung rambut dalam bentuk taji kecil,

    2

  • sedangkan tangan kiri memegang perisai sebagai penolak senjata, (Prawiradiningrat,

    1986:62). Perkembangan selanjutnya pada abad ke XVIII tari Gambuh dipertunjukan

    kepada pembesar karaton Sumenep dan berfungsi sebagai pembuka acara

    Bhedhalan yakni: pertemuan agung yang dihadiri pembesar kerajaan tari Gambuh

    ditarikan oleh sepasang penari laki menggunakan properti keris dan tameng. Selain

    itu ditampilkan pula kesenian Tayub dan pertunjukan Topeng Dalang. (Soelarto : 7).

    Tari Gambuh Tameng merupakan tari tradisi yang berkembang di Sumenep

    kini keberadaannya masih dapat dijumpai di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk,

    Kabupaten Sumenep. Tari Gambuh Tameng di dalam pertunjukan Topeng Dalang

    Rukun Perawas merupakan tari pembuka (tarian ekstra). Penari tari Gambuh

    memakai busana celana sebatas lutut berwarna merah atau hitam, tidak menggenakan

    baju, memakai kain rapek berwarna-warni, setagen, sampur diselempangkan di bahu,

    kelatbahu, gelang, kalung kace, dan dhestar/odeng. Ditarikan oleh dua penari laki-

    laki berpasangan tangan kanan membawa senjata sebuah keris dan tangan kiri

    memegang tameng di tengahnya terdapat kaca cermin berdiameter sekitar 20 cm

    kegunaaan dalam tari untuk menangkis senjata, pola-pola gerak yang ditampilkan

    dalam koreografi tari bersumber pada gerak silat Madura.

    Tari Gambuh Rangsang di Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Sumenep, di era

    tahun 1970 digunakan untuk pembuka pertunjukan Topeng Dalang tari Gambuh

    Rangsang ditarikan sepasang penari laki-laki mengambarkan ungkapan prajurit yang

    sedang berhias maju perang. Karena pertunjukan Topeng Dalang tersebut kini punah

    kesenian tari Gambuh Rangsang pelestariannya dilanjutkan Asnawiyanto dan Mao

    anak alamarhum Juni empu tari Gambuh rangsang.

    Tahun 1990, muncul jenis tari Gambuh Keris hasil kreativitas Jamal

    Pranotokusumo mantan kasi kebudayaan Kabupaten Pamekasan, kepopuleran tari

    Gambuh Keris mendapat apresiasi masyarakat, seniman, maupun penjabat

    pemerintah. Ceremonial-ceremonial yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti

    pariwisata, kunjungan tamu dinas, dan perhelatan-perhelatan yang digelar oleh

    masyarakat, selalu menampilkan pertunjukan tari Gambuh sebagai tari pembuka.

    3

  • Kemudian tahun 2000 muncul pertunjukan tari Gambuh yang dianggap paling

    akhir adalah tari Gambuh Pamungkas ciptaan Akhmad Darus. Kemunculan tari

    Gambuh Pamungkas membawa suasana semarak kekaryaan tari Gambuh terutama

    perubahan dalam bentuk koreografi, musik tari, pola lantai, tata rias, tata busana, dan

    tata pentas panggung.

    Pertunjukan tari Gambuh Pamungkas penyajiannya ditarikan oleh empat

    penari laki-laki berpasangan atau lebih memakai busana dan tata rias keparjuritan,

    sumber-sumber gerak koreografi tari Gambuh Pamungkas bersumber gerak tari

    Gambuh Tameng dan tari Topeng.

    Terkait dengan arti Gambuh beberapa sumber menerangkan Gambuh berasal

    dari kata kambuh yang memiliki arti membangkitkan semangat kembali

    (Poerwadarminta: 93: 2005). Sedangkan menurut Akhmad Darus kata Gambuh

    berasal dari tembang mamaca yang memiliki arti mengatasi sesuatu dengan semangat.

    Dan bila dikaitkan dengan pertunjukan tari Gambuh tari yang menggambarkan

    semangat prajurit sigap berlatih ketrampilan perang.

    III. Struktur pertunjukan tari Gambuh Tameng

    Pertunjukan tari Gambuh Tameng memiliki struktur koreografi terdiri bagian

    awal, tengah dan akhir.

    1. Bagian awal mengungkapkan prajurit persiapan maju perang didahului

    dengan permohonan kepada Tuhan agar selama latihan diberikan

    ketabahan

    2. Bagian tengah mengungkapkan prajurit melakukan latihan perang

    menggunakan tameng dan keris

    3. Bagian akhir mengungkapkan prajurit menang perang.

    Gending pengiring tari Gambuh Tameng yang digunakan adalah karawitan

    berlaras slendro terdiri tiga komposisi gending antara lain:

    1. Gending awal digunakan gending Ayak Sl. 5 irama 2.

    4

  • 2. Gending bagian tengah gending Gunung Sari Sl. 2, irama 1

    3. Gending bagian akhir gending Ayak 5 Sl, irama 2

    Untuk mengidentifikasi koreografi tari Gambuh dipahami sebagai tarian

    perang atau keprajuritan Edy Sedyawati di dalam bukunya Pertumbuhan Seni

    Pertunjukan mengkategorikan tarian wireng/keprajuritan sebagai berikut:

    1. Mengenakan rias dan properti yang sama

    2. Menggunakan pola gerak yang sama

    3. Bertemakan perang atau latihan perang berjumlah genap

    4. Mempunyai tiga bagian tari yaitu tarian maju, tarian inti yang selalu

    mengandung perangan dan tarian mundur.

    Masing-masing pergantian bagian tersebut ditandai oleh pergantian komposisi

    karawitan pengiring, perangan dalam tarian ini selalu berupa tarian gending yaitu

    perangan yang diiringi gending yang tetap dalam dalam iringan normal artinya tidak

    dipercepat atau tidak pula menggunakan jenis komposisi karawitan yang

    memungkinkan loncatan-loncatan frashe (prashe) (Edy Sedyawati :1981 : 23).

    Sejalan dengan pemikiran di atas Wahyu Santoso Prabowo menuliskan dalam

    jurnal ilmiah Dewa Ruci Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol I, No. 1, STSI

    Surakarta menyebutkan, tari Wireng itu tari yang menggambarkan yang sedang

    berperang atau olah keprajuritan. Nama wireng juga berasal dari kata Wira dan Aeng.

    Wira berarti prajurit. Sedangkan Aeng berarti angker. Dhung-Dheng / Sekti (2003:

    93). Dari pernyataan di atas tari Gambuh Tameng dapat dikategorikan sebagai tari

    keprajuritan, pola-pola koreografi yang tersusun dalam tari Gambuh Tameng ini

    adalah gerak presentatif yang bersumber dari gerak silat yang sudah digarap. Karakter

    isi tari yang di ungkapkan di dalam bentuk komposisi koroografi adalah

    pengungkapan jiwa yang terkandung dalam wujud fisik, yang tidak terpisahkan di

    dalam koroeografi. Kesesuaian antara bentuk dan isi, keduanya melebur menjadi

    pokok dalam satu kesatuan yang disebut rasa. Adapun rasa yang ada pada tari

    5

  • Gambuh Tameng mengungkapan suasana prajurit berwatak gagah halus. Karakter tari

    dapat diamati melalui ruang, volume, dinamika yang dibentuk oleh penari dalam

    susunan koreografi tari Gambuh meliputi:

    1. Bentuk ragam gerak

    2. Musik / Gending pengiring

    3. Struktur penyajian

    4. Repetisi

    5. Pola lantai

    6. Rias busana

    Struktur koreografi tari Gambuh Tameng yang berkembang di wilayah

    Slopeng memiliki bentuk dan gaya yang diciptakan oleh generasi terdahulu yakni:

    Supakrah almarhum seniman tari Gambuh dan Topeng Dalang telah mendapat

    pengkuan dari masyarakatnya, sehingga bentuk dan gaya tari Gambuh Tameng yang

    dilestarikan perkumpulan Topeng Dalang Rukun Perawas yang memiliki ciri-ciri

    meliputi :

    1. Bentuk tanjak

    2. Bentuk angkatan kaki / junjungan

    3. Bentuk gerakan ukelan

    4 Bentuk phentangan

    5. Bentuk tumpuan

    6. Bentuk jinjitan

    7. Bentuk gejugan

    8. Bentuk ayunan

    IV. Susunan koreografi tari Gambuh Tameng gaya Slopeng

    Komposisi pertunjukan tari Gambuh Tameng dalam struktur koroeografi

    mempunyai suasana tari terdiri dari 1) bagian awal tari Gambuh Tameng

    mengungkapkan gambaran prajurit sedang mempersiapkan latihan perang terlebih

    6

  • dulu memohon kepada Tuhan agar selama latihan diberikan ketabahan, ragam gerak

    adeg, apangala alangka mapan tanjak ,adekong nyembah ngalak tameng, akaca cek

    gulu, nonggul, tanjak tameng, cek gulu, langkah telo, nimang tameng, pedel nyerek

    poter biluk kanan, alangkah mapan tanjak. Suasana karakter tari gagah halus

    menggunakan gending Ayak Slendro 5 irama 2 motif gerak mengarah lamban yaitu

    gerak mengalir secara kontinuitas dengan penggunaan tenaga sedang membentuk

    ruang kecil. Untuk menghubungkan struktur tari bagian awal ke bagian tengah dan

    pergantian ragam serta gending pengiring digunakan gending Ayak dan Gunung Sari.

    2) Bagian tengah tari Gambuh Tameng mengungkapkan gambaran suasana

    prajurit olah ketrampilan berlatih perang dengan menggunakan senjata keris dan

    tameng, ragam gerak meliputi alangka mapan tanjak, adekong sembahan, ngalak

    tameng ke tangan kacer-tangan kanan ngalak keris-malot keris, cek gulu, nonggul,

    tanjak tameng- keris, pedel nyerek poter dep- adepan, tanjak keris, alangkah nyoco-

    atangke-tanjak keris, nyalep nyoco saling tata keris, ajunjeng adu keris, dan

    arengkes keriske tanang kacer, menggunakan Gending Gunung Sari Slendro irama 1

    dan 2 motif gerak gagah tegas yaitu gerak mengarah pada gerakan kuat, tegas, tempo

    lambat membentuk ruang kecil.

    3) bagian akhir mengungkapkan suasana prajurit memenangkan perang,

    ragam gerak adekong sembahan tangan kanan nyarong keris-tangan kiri-ngalak

    tameng,-cek gulu, dan gerak ajalan masuk. Karakter tari gagah alus menggunakan

    gending Ayak Slendro 5 irama 2 motif gerak gagah halus gerak mengarah pada tempo

    lamban membentuk ruang kecil.

    V. Analisis bentuk ciri dan gaya tari Gambuh Tameng gaya Slopeng

    Bentuk Ciri digunakan 1. Adeg/tanjak

    a. Posisi badan agak mayuk ke depan (miring kedepan) berat badan tertumpu pada sebelah kaki kiri

    b. Posisi kaki kanan ke depan

    Pada tanjak Tameng Tanjak keris Tanjak Sampur

    7

  • 2.Gobesan

    c. Dimulai kepala miring ke kiri, ke kanan, kemudian digerakan dengan membentuk angka delapan mendatar

    Digunakan pada ragam cek gulu

    3. Ukelan

    d. Pergerakan pergelangan tangan dengan irama lambat

    Dipergunakan pada ragam ajalan langka telo, nemang tameng dan apangala

    4. Penthangan

    f. Gerakan lengan ditekuk sedikit lurus

    g. Tekanan tenaga lembut mengalir dengan irama lambat

    Digunakan pada ragam arengkes ngelle keres ketangan kacer

    5. Tumpuan h. Kedua kaki sebagai penyangga tubuh, menapak

    Digunakan pada ragam nimang

    6. Jinjitan i. Tumit diangkat, lutut agak ditekuk lentur

    Digunakan pada ragam nimang tameng

    7. Gejugan y. Menghentakan tungkai bawah kelantai dengan tekanan tenaga kecil

    Digunakan pada ragam langkah telo

    8. Ayunan

    k. Mengangkat tungkai bawah sebatas mata kaki dan digerakan kesamping dengan arah ke luar.

    Digunakan pada ragam nonggul

    9. Junjungan

    l. Salah satu kaki kiri lurus berfungsi sebagai tumpuan, agak ditekuk dengan tenaga terpusat pada tumpuan kaki kiri Kaki kanan diangkat sebatas lutut dengan tenaga ringan.

    VI. Tata Rias

    Sesuai dengan tema tari Gambuh Tameng sebagai ungkapan karakter sebagai

    pemeranan prajurit desain tata riasnya adalah laki-laki. Karakter ini diperlihatkan

    dengan goresan alis tebal meruncing dan agak meninggi ujungnya.

    Sementara untuk menambah kesan gagah diperkuat dengan lukisan tipis garis

    pada janggut dan dilengkapi lukisan godeg (jambang).

    8

  • Saputan-saputan rouge maupun eye shadow tidak begitu tebal namun disain

    tat arias wajah para penari tidak dapat meninggalkan karakter keprajuritan.

    Gambar 1: rias tari Gambuh Tameng

    Foto: Suripno, 2012 VI. Tata Busana

    Tata busana tari Gambuh Tameng masih mengacu pada busana topeng.

    Pewarnaan busana tari didominasi warna merah, kuning, putih dan hitam. Warna-

    warna merah merupakan warna dominan yang mencerminkan suatu karakter

    masyarakat Madura yang diartikan berani nekat pantang menyerah dalam menuju

    suatu tujuan yang bersifat positif, sedangkan warna hitam melambangkan ketenangan

    dan keteguhan. Warna-warna primer yang tidak dapat ditinggalkan adalah warna

    yang ada kaitannya dengan hawa nafsu pada diri manusia yaitu merah sebagai simbol

    nafsu amarah, dalam ungkapan angkara murka, putih simbol nafsu mutmainah,

    dalam ungkapan kesucian, kuning simbol supiah dalam ungkapan jujur, hitam simbol

    luamah, dalam ungkapan ketenangan.

    9

  • Tata busana yang digunakan untuk pementasan tari Gambuh Tameng tidak

    banyak mengalami perubahan dan dipakai pula pada pertunjukan tari topeng, dan

    pemakaian busana sekiranya tidak menggangu dalam kelancaran dalam keluwesan

    gerakan.

    Di bawah ini disertakan gambar busana yang dipakai pada pertunjukan tari

    Gambuh Pamungkas.

    Gongseng

    Celana tiga perempat

    Klat bahu

    sabuk

    Kalung kace

    Gelang tangan

    Rapek

    keris

    Iket kepala

    Sampur (selendang)

    Gambar 2. Busana tari Gambuh Tameng (Foto: Suripno, 2010)

    VII. Arena pentas

    Tempat pementasan tari Gambuh Pamungkas yang melekat pada pertunjukan

    Topeng Dalang dapat digolongkan dalam bentuk arena atau panggung. Arena

    10

  • pertunjukan dapat berupa pendapa atau tempat terbuka yang tidak memiliki batas-

    batas tertentu.

    Bentuk arena merupakan bentuk sederhana apabila dibandingkan dengan

    bentuk-bentuk lainnya, batas antara pemain dan penonton tidak ada sehingga

    penonton dapat terlibat langsung dalam pementasan. Situasi yang demikian

    memperlihatkan suasana yang akrab dan terjadi komunikasi antara pemain dengan

    penontonnya. Kesederhanaan dan keakraban dalam sebuah pertunjukan merupakan

    ciri-ciri dari khas arena pentas. Pertunjukan tari Gambuh Tameng lebih sering

    dijadikan sajian pembuka dalam setiap pementasan kesenian Topeng Dalang. Arena

    pertunjukan yang digunakan sangat fleksibel, menyesuaikan dengan bentuk arena

    dalam pertunjukan Topeng Dalang.

    Dengan demikian pertunjukan tari Gambuh Tameng tidak menuntut standart

    tempat yang baku. Keakraban penonton lebih namapak ketika pertunjukan

    diselenggarakan di tempat terbuka misalnya pendopo. Kesenian tradisi tanpa

    kehadiran penonton akan nampak sepi dan kurang komunnikatif. Di sisi lain pelaku

    seni tradisi merasa kurang bergairah. Penonton merupakan komponen dari

    terlaksananya pertunjukan. Pertunjukan yang diselenggarakan di pendopo lain dengan

    pertunjukan panggung proscenium dan masyarakat biasa menyebutnya tonil.

    Pertunjukan di pendopo tanpa ada batas pelaku dan penonton, sementara dalam

    panggung disebut tonil ada jarak antara pelaku dan penonton. Secara umum

    pergelaran di panggung atau tonil gamelan berada di depan layar atau kelir panggung,

    sehingga jarak pelaku dan penonton ada pembatas yaitu rombongan pelaku atau tim

    karawitan.

    Berikut bentuk panggung yang digunakan dalam kesenian Topeng Dalang

    Rukun Pewaras.

    11

  • Gambar 3: Bentuk panggung (Tonil)

    Rukun Pewaras tampak depan (Foto: Suripno, 2010)

    Pertunjukan tari Gambuh Tameng dalam Topeng Dalang Rukun Pewaras

    menggunakan panggung ukuran panggung 6X8 meter. Setiap penari Gambuh

    Tameng memiliki teknik gaya, dan ekspresi individu. Namun, perbedaan karakter

    penari secara kualitas tidak menghilangkan keseragaman gerak, teknik, dan penataan

    pola lantai.

    Pada format penyajian penari lebih dari empat tidak berbeda pola lantai

    dasarnya, Misalnya: bentuk garis lurus, melingkar, pola lantai bujur sangkar dan pada

    posisi penari berempat posisi penari menjadi dua-dua ke belakang dan memanjang ke

    samping. Komposisi berpasangan selalu dilakukan oleh dua penari yang berdekatan

    posisinya, pada pertunjukan pola lantai penyajian tari Gambuh Tameng peranan pola

    lantai banyak menggunakan pola berpasangan terutama pada prajurit perang

    bersenjatakan keris.

    12

  • Gambar 4: Pertunjukan tari Gambuh Tameng (Foto: Suripno, 2010)

    IX. Notasi Iringan Tari Gambuh Tameng

    Awal Gending Ayak Slendro

    BK : (2)

    // . 3 . (2) . 3 . (2) . 5 . (3) . 1 . (2)

    . 1 . (6) . 3 . (2) . 1 . (6) . 1 . (5)

    . 6 . (5) . 6 . (6) . 1 . (6) . 1 . (5)

    . 3 . (2) . 3 . (5) . 3 . (2) . 3 . (2)

    . 3 . (3) //

    Suwuk :

    . 1 . 6 . 3 . (2)

    3 3 3 3 3 2 1 6 . 6 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2

    Bonang : 2 1 2 3 2 1 2 6 5 5 . 5 6 1 2 3 2 1 2 1

    . 2 . (6)

    13

  • A / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 6 / X 5

    *)

    * ) 1 5 6 (1)

    B / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)

    3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6)

    C / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)

    2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)

    3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6) /

    D / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) / X4

    E / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)

    3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6)

    2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)

    F / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) / X4

    *)

    *) 1 5 6 (1)

    G / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)

    3 5 6 5 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6) /

    H / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 *) 2 1 2 (6) / X6

    *) 1 5 6 (1)

    I / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)

    3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6| /

    J / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) X 8

    14

  • Keterangan : Irama tanggung pada bagian tengah

    Irama lambat :

    / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)

    2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 3 1 (2) /

    Gending ayak : pada bagian penutup

    / . 3 . (2) . 5 . (3) . 1 . (2) . 1 . (6)

    . 3 . (2) . 1 . (6) . 3 . (5) . 3 . (5)

    . 3 . (5) . 1 . (6) . 1 . (6) . 3 . (2)

    . 3 . (5) . 3 . (2) . 1 . (6) . 3 . (2) /

    15

  • KESIMPULAN

    Kesimpulan :

    Pertunjukan tari Gambuh Tameng gaya Slopeng memilikii koreografi gerak

    pokok bersumber dari gerak silat Madura yang sudah distilisasi, ciri gerak tari

    gambuh tameng gaya Sopeng cenderung selalu menggunakan ruang kecil. Hal ini

    terdapat pada bentuk adeg, godegan, phentangan, tumpuan kaki, jinjitan, gejugan,

    ayunan, dan junjungan kaki. karena akhir dari lintasan gerak mengarah kedalam.

    Misalnya pada bentuk apangala, alangkah mapan tanjak, nonggul, tanjak tameng,

    nemang, malot keris maupun tanjak keris menggunakan tenaga lembut mengalir

    halus tanpa tekanan dan mengunakan tempo lamban.

    Struktur koreografi tari Gambuh Tameng memiliki tiga bagian suasana tari

    diantaranya: 1) bagian awal menggambarkan persiapan perang terlebih dulu

    memohon pertolongan Tuhan agar selama latihan diberikan kekutan dan keteguhan,

    2) bagian tengah menggambarkan ketrampilan prajurit berolah senjata keris dan

    tameng 3) bagian akhir menggambarkan prajurit mengakhiri lathan.

    Tari Gambuh Tameng sebagai tari pembuka pertunjukan Topeng Dalang

    merupakan tarian lepas, arena pentas yang sering dipakai tidak ada ketetentuan

    pertunjukan bisa dilakukan di halaman, pendopo, atau yang sering dilakukan

    panggung procenium dan masyarakat lebih akrab menyebutnya tonil.

    Struktur komposisi gending yang digunakan untuk mengiringi tari Gambuh

    bagian awal gending Ayak Slendro 5 irama 2, bagian tengah gending Gunung sari

    Slendro 5 irama 1, dan bagian akhir gending Ayak Slendro 5 irama 1

    16

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bouvier Helena, Lebur Seni Musik dan pertunjukan dalam Masyarakat Madura,

    Penerjemah Rahayu S. Hidayat Jean Couteau, Forum Jakarta-paris, Ecole francaise d Extreme-Orient. Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, Obor Jakarta, 2002.

    Dahliatiningsih, Tari Gambuh Keris Sebagai Tari Tradisi Laporan Penelitian: Skripsi. STKW Surabaya, 1980. Ellfeldt Lois. Pedoman Dasar Penata Tari, Terjemahan Sal Murgiyanto MA, Diktat Kuliah, Lembaga Kesenian Jakarta, 1979. ____________ Esiklopedi Musik Dan Seni Tari Daerah, Laporan Penelitian Dan Pencatatan Daerah Jawa Timur, Tahun, 1986.

    Humardani SD. Kreatifitas Tari Dalam Kesenian, Pusat Pengembangan

    Kebudayaan Jawa Tengah, Surakarta, 1979. Yunus, Umar. Mitos Dan Komunikasi, Jakarta, 1981. Murgiyanto, Sal, Koreografi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,

    1986. Made, Bandem, I. Evolusi Tari Bali, Kanisius Joyakarta, 1996.

    Prawirodiningrat Samsul, Sepintas Kilat Adat Budaya Sumenep. Sebagai Pembangunan Nyata, 1986. Santoso, Wahyu Prabowo, Dewa Ruci Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, Vol I, No. 1, STSI Surakarta, 2002. Sedyawati Edi, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Sinar Harapan Seri Esni No 4,

    Jakarta, Cetakan Pertama, 1981. Soelarto, B. Topeng Madura (Topong), Proyek Pengembangan Media

    Kebudayaan Ditjen Kebudayaan P Dan K Republik Indonesia Jakarta.

    Soedarsono, RM. Elemen Dasar Komposisi Tari, Isi Jogyakarta, Lagaligo, 1986.

    17

  • 18

    Tasman, S.Kar, Peranan Seni Tradisi Dalam Pembangunan Bangsa, Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta, Surakarta 1986

    cover laporan penelitian dosenBinder1Daftar Isi branyakPertunjukan Tari Gambuh Tameng