Upload
ghinaputriaulia
View
55
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nikel
Citation preview
TEKNIK EKSTRAKSI DENGAN MEKANISME
PEMBENTUKAN KOMPLEKS PADA PENETAPAN NIKEL
DALAM SAMPEL
Oleh:
Nama : Waode Dea Astria
NIM : 136891
Kelas/ Kelompok: 2E2/01
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPLUBIK INDONESIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
TAHUN AJARAN 2015-2016
PERCOBAAN 6
I. JUDUL
TEKNIK EKSTRAKSI DENGAN MEKANISME PEMBENTUKAN
KOMPLEKS PADA PENETAPAN NIKEL DALAM SAMPEL
II. TUJUAN
o Mampu Memisahkan Nikel dalam sampel dengan mekanisme
ekstraksi pembentukan senyawa kompleks nikel dimetilglioksima.
o Mampu menetapkan nikel secara spektrofotometri visible.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan
transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang
tidak saling bercampur. Menurut Nernst, zat terlarut akan terdistribusi
pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua
solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian,
1986).
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau
tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu
terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu
aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam
menggunakan agen pengkelat. Sayangnya beberapa agen pengkelat
memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek untuk hidrolisis
atau oksidasi udara dalam larutan (aqueous). Karena alasan ini agen
pengkelat ditambahkan ke pelarut organik sebagai ganti fasa aqueous.
Agen pengkelat diekstrak ke fasa cairan yang reaksinya membentuk
kompleks logam-ligan yang stabil dengan ion logam. Kompleks
logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa organik. Efisiensi ekstraksi
ion logam bergantung pada pH.
Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik
non polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak
bermuatan dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut
dapat terekstrak ke dalam pelarut organik non polar. Senyawa
kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam bersenyawa dengan
ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih elektron
bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Moersid, 1989)
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan
ion atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas
disebut ligan. Kompleks kelat atau sepit adalah kompleks yang
terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan yang mempunyai
dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang
terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi.
Pembentukan kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan
untuk mengisi orbital kosong dalam usaha mencapai konfigurasi
elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan ekstraksi maka ion
logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul netral
menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri,
dimana diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam kloroform
mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar.
Sebagaimana diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk
mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia spektrum
radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia
dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik.
Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia
berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi
oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang. Agar lebih mudah
memahami proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan dari suatu
larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak
berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna
kuning dari cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak
oleh mata kita.
Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu
molekul/atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi
radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya
akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan
perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan
sifatnya karakteristik.
Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri
UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun
anorganik. Senyawa-senyawa organik yang mengandung ikatan
rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi
yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional
organik tidak jenuh yang mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini
dinamakan kromofor/sering dikenal dengan pembawa warna. Contoh
kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2, -N=N- dan lain-lain.
Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik, spektra dari
hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul anorganik
menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam
transisi, pelebaran puncak disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan
kimianya. Suatu contoh larutan Cu (II) encer berwarna biru muda,
tetapi warna akan berubah menjadi biru tua dengan adanya amonia.
Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor ligan
sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu
larutan analit yang mengabsorpsi ternyata terdapat hubungan
kuantitatif dengan konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi
oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer dan dijadikan
dasar pada analisis kuantitatif spektrofotometri.
IV. PRINSIP
Nikel dalam larutan membentuk senyawa kompleks
dimetilglioksim merah dalam suasana yang sedikit basa. Ekstraksi
kompleks nikel ini optimum pada pH 7-12 dengan adanya sitrat.
Kompleks ini dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang
465 nm.
V. BAHAN DAN ALAT
a. Alat
Labu takar 100 mL
Labu takar 1 L
Gelas piala
Pipet mohr
Gelas ukur 50 mL
Corong pemisah
Botol semprot
Naraca analitik
Botol vial
Spektrofotometer UV-Visible
b. Bahan
Larutan sampel
Asam sitrat (p.a)
NH4OH 4N
Kloroform
Air suling
Dimetilglioksima
VI. IDENTIFIKASI BAHAN
N
oNama Bahan Rumus Molekul Sifat Fisik
1. Sample Ni Ni Larutan tidak berwarna tidak
berbau
2. Asam Sitrat
C6H8O7.H2O Kristal putih tidak berbau
Menimbulkan iritasi kulit dan
mata
3. Dimetilglioksim
Serbuk kristal putih
Oksidator
4. Amonia NH4OH
Larutan tidak berwarna bau
khas amonia
Berbahaya bagi lingkungan
5. Kloroform CHCl3
Larutan tidak berwarna berbau
khas kloroform
Berbahaya bagi tubuh,
Mengiritasi, karsinogenik
6. Air suling H2OCairan tidak berwarna dan tidak
berbau
VII. REAKSI
VIII. CARA KERJA
a. Ekstraksi sample
Pipet 10 ml sample
Masukkan ke gelas
piala yang
mengandung 90 ml
air
Tambahkan 5 g asam sitrat (p.a). Aduk.
Homogenkan
Tambahkan ammonia encer sampai pH > 7,5 ke larutan
tersebut
Pindahkan ke corong pemisah.
+ 20 ml larutan dimetilglioksim. Diamkan
1-2 menit
Diamkan sampai fase-fase saling memisah
b. Pembuatan deret standard
c. Ekstraksi standard
Setelah fase tersebut stabil.
Pisahkan lapisan kloroform yang
merah
Ukur absorbansinya
pada λ = 465 nm
IX. Data Pengamatan
Deskripsi Sampel
Nama Sampel : Nikel
Wujud : Larutan
Warna : Tak Berwarna
Bau : Tak Berbau
Jumlah Sampel (Volume) : 10 mL
a. Tabel Data
Standar Ni (mg/L) Absorban
Blanko 0,000
5 0,095
10 0,127
15 0,205
20 0,252
25 0,240
Sample 0,233
Nilai
a = 0,0063
b = 0,0088
r = 0,9759
Volume sample
(ml)
Absorban Fp Kadar Ni dalam
sample (ppm)
10 0,233 - 25,761
X. PERHITUNGAN
a. Pengenceran deret standard
10 ppm
V1.100 ppm = 100 mL.10 ppm
V1 = 10 mL
15 ppm
V1.100 ppm = 100 mL.15 ppm
V1 = 15 mL
20 ppm
V1.100 ppm = 100 mL.20 ppm
V1 = 20 mL
25 ppm
V1.C1 = V2.C2
V1.100 ppm = 100 mL.25 ppm
V1 = 25 mL
30 ppm
V1.100 ppm = 100 mL.10 ppm
V1 = 30 mL
b. Konsentrasi Ni
Konsentrasi Ni dalam sample = ( 0,233−0,00630,0088 )mg / l
= 25,761 mg/l
XI. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah “Teknik Ekstraksi dengan
Mekanisme Pembentukan Kompleks pada Penetapan Nikel
dalam Sampel”, dimana yang bertujuan untuk memisahkan
logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dan juga
menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode
spektrofotometri. Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut
dalam senyawa nonpolar, oleh karena itu Ni harus diubah
menjadi senyawa non polar dengan cara membentuknya menjadi
senyawa kelat. Agen pengkelat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah Dimetilglioksin. Ion logam Ni2+ dijadikan senyawa
kompleks terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa
kompleks Ni(DMG)2 agar dapat terekstraksi ke fasa organik yang
akhirnya dapat diukur pada panjang gelombang 465 nm.
Pada cara pembuatanya sendiri sampel dipipet 10 mL dan
ditambahkan air suling 90mL untuk dilarutkan dan 5 gram asam
sitrat karena nikel larut dalam asam. Kemudian penambahan
( absorbansi−interceptslope
)
ammonia pada pH 7,5 adalah berfungsi untuk membentuk nikel
hidroksida. Pada corong pemisah larutan tersebut ditambahkan
dimetilglioksim penambahan dimetil glioksim adalah untuk
mengkomplekskan Ni tersebut agar memudahkan nikel terekstrak
ke fasa organik. Kemudian penambahan kloroform adalah
berfungsi untuk mengekstrak Ni dalam sampel, kemudian ketika
Ni tersebut sudah saling terpisah kita bias mengukur
absorbansinya pada fase kloroform pada panjang gelombang 465
nm. Dan Ekstraksi kembali dengan 12 mL kloroform dan ukur
absorban ekstrak pada 465 nm.
Pada hasil praktikum di dapat kadar Ni dalam sampel
sebesar 25,761 mgL
. Nilai absorbansi standar 0,233 , intercept
0,0063 dan regresi nya 0,0088. Dari data ini dapat dikatakan
bahwa data tidak mendekati garis linier.
XII. KESIMPULAN
Ekstraksi pelarut yaitu metode pemisahan yang baik. Ekstraksi
yaitu
proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap 2 pelarut yang tidak saling
bercampur. Proses ekstrasi Ni dapat dilakukan dengan
menambahkan beberapa reagen yaitu asam sitrat, amonia encer,
dimetilglioksim, dan kloroform.
Kadar Ni yang diperoleh dalam sampel sebesar 25,761 mg/L
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta:Buku kedokteran
EGC.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
Pembuatan Dimetilglioksima (DMG)
+100 mL ammonia
0,2 g DMG Encerkan dengan air suling hingga volume 250 mL
Sample Blanko Dere standar
10 ppm