34
Mengelola Kartu Persediaan 1. Mempersiapkan pengelolaan kartu persediaan 2. Mengidentifikasi data mutasi persediaan 3. Membukukan mutasi persediaan ke kartu persediaan 4. Membuat laporan persediaan 5. Membukukan selisih persediaan 1.1 Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pengelolaan kartu persediaan disediakan Dalam perusahaan dagang persediaan terdiri atas satu golongan yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali. Sistem akuntansi persediaan barang dagangan bertujuan untuk mencapai mutasi tiap – tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang , hal ini berkaitan erat dengan pembelian atau penerimaan barang dagangan, retur pembelian , penjualan barang dagangan atau pengeluaran dan retur penjualan. Dibawah ini adalah contoh kartu persediaan barang. 1 1

Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima ...hantoro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/65318/UNIT... · Web viewAkuntansi Persediaan. Modul Akuntansi Dasar 2

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

(1)Mengelola Kartu Persediaan

1. Mempersiapkan pengelolaan kartu persediaan

2. Mengidentifikasi data mutasi persediaan

3. Membukukan mutasi persediaan ke kartu persediaan

4. Membuat laporan persediaan

5. Membukukan selisih persediaan

1.1 Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pengelolaan kartu persediaan disediakan

Dalam perusahaan dagang persediaan terdiri atas satu golongan yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali. Sistem akuntansi persediaan barang dagangan bertujuan untuk mencapai mutasi tiap – tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang , hal ini berkaitan erat dengan pembelian atau penerimaan barang dagangan, retur pembelian , penjualan barang dagangan atau pengeluaran dan retur penjualan. Dibawah ini adalah contoh kartu persediaan barang.

A. Dokumen Transaksi dan Buku yang Diperlukan

1. Dokumen transaksi yang diperlukan

Dokumen transaksi dan bukti pendukung yang terkait dengan pencatatan mutasi persediaan barang supplies adalah sebagai berikut:

a. Surat permintaan pembelian

b. Surat order pembelian

c. Laporan penerimaan barang

d. Faktur pembelian

e. Surat order pengiriman barang

f. Faktur penjualan

g. Memo kredit

2. Buku-buku yang digunakan

Dalam penyelenggaraan akuntansi secara manual buku-buku yang diperlukan untuk pencatatan persediaan barang supplies sbb:

a. Buku jurnal pembelian; sebagai tempat mencatat transaksi pembelian secara kredit.

b. Buku jurnal penjualan; sebagai tempat mencatat transaksi penjualan secara kredit.

c. Buku jurnal pengeluaran kas; sebagai tempat mencatat transaksi pembelian secara tunai.

d. Buku jurnal penerimaan kas; sebagai tempat mencatat transaksi penjualan secara tunai.

e. Buku jurnal umum; sebagai tempat mencatat retur pembelian dan retur penjualan.

f. Kartu persediaan; sebagai tempat mencatat mutasi persediaan

1.2 Data transaksi persediaan disediakan

Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau vahan untuk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu :

1. Sistem Fisik (Phisical System)

Pencatatan sistem fisik sering juga disebut pencatatan sistem periodik (periodical system) Karena persediaan barang dagangan tidak diikuti mutasi masuk keluarnya barang, sehingga besarnya persediaan barang dapat diketahui dengan cara penghitungan secara fisik barang di gudang.

Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya.Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian. Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebetakun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode. Ciri-ciri dalam sistem ini, yaitu :

a. Pencatatanya hanya dilakukan untuk transaksi pembelian, sedangkan pemakaian barang/ pengeluaran persediaan tidak dicatat.

b. Pada akhir peroide dilakukan perhitungan fisik atas sisa barang untuk mengetahui persediaan akhir peroide.

c. Harga pokok persediaan barang pada akhir periode dihitung terlebih dahulu dan nilai persediaan yang dipakai/dikeluarkan dihitung dengan menjumlahkan persediaan awal periode + pembelian bersih – persediaan akhir.

d. Sistem pencatatan ini digunakan untuk pengelolaan barang-barang yang jenisnya banyak dan nilai satuanya rendah/secara teknis susah dicatat pengeluarannya

2. Sistem Perpetual (Perpetual System)

Pencatatan sistem perpetual atau sistem pencatatan terus menerus (kontinu), disebut juga dengan sistem balance permanen. Dalam pencatatan persediaan sistem perpetual, baik jumlah penjualan maupun biaya pokok penjualan akan dicatat pada setiap penjualan.

Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang, dibuat jurnal yang mendebet akun persediaan barang dagangan dan mengkredit akun hutang atau kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun persediaan sehingga akun persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang. Ciri-ciri sistem ini, yaitu :

a Pencatatan harga pokok/sediaan dilakukan baik untuk transaksi pembelian atau transaksi penjualan atau pengeluaran. Sehingga mutasi atau keluar masuknya persediaan akan terlihat dalam kartu persediaan.

b Nilai persediaan pada akhir periode tidak perlu dilakukan perhitungan barang secara fisik, karena saldo akun sediaan sudah menunjukkan nilai informasi persediaan barang pada akhir periode yang bersangkutan.

c Sistem pencatatan ini cocok digunakan untuk pengelolaan barang-barang yang jenisnya sedikit dan nilai satuannya tinggi/secara tehnis mudah di catat pengeluarannya.

Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodik, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.

Transaksi

Sistem Periodik

Sistem Perpetual

1.

Membeli barang dagangan secara kredit Rp 10.000

Pembelian

Hutang

10.000

10.000

Persediaan Barang Dagang

Hutang

10.000

10.000

2.

Retur pembelian Rp 500

Hutang

Retur Pembelian

500

500

Hutang

Persediaan Barang Dagang

500

500

3.

Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan harga pokok barang Rp 1.500

Piutang/Kas

Penjualan

4.000

4.000

Piutang/Kas

Penjualan

HPP

Persediaan Barang Dagang

4.000

1.500

4.000

1.500

4.

Pada akhir tahun

Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada

Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan

Misalkan menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp 200 dan pada awal tahun Rp 150.

Ikhtisar L/R

Persediaan Barang Dagang

Persediaan Barang Dagang

Ikhtisar L/R

150

200

150

200

Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.

2.1 Saldo awal persediaan diidentifikasi

Penetapan metode atau prinsip-prinsip untuk menilai persediaan mempunyai pengaruh yang penting terhadap penjualan yang dilaporkan serta pengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang penting dan selalu berputar sehingga metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil dari kegiatan operasi dan kondisi keuangan perusahaan. Penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang untuk tujuan pencatuman dalam neraca pada akhir tahun dan nilai yang akan dibebankan sebagai harga pokok yang dijual pada periode tahun buku berikutnya.

Saldo persediaan awal tahun dapat diperoleh dari saldo akhir persediaan tahun yang lalu. Misalnya : saldo akhir persediaan per 31 Desember 2016, akan menjadi data nilai persediaan awal pada 1 Januari 2017.

2.2 Data penerimaan persediaan diidentifikasi

Penerimaan persediaan diperoleh dari nilai pembelian persediaan barang dagangan yang dibeli. Perhitungannya dilakukan sebesar harga perolehan. Harga perolehan di dapatkan dengan melakukan penjumlahan atas seluruh biaya yang dikeluarkan atau nilai pembelian bersih, mencakup Harga beli ditambah biaya angkut, dikurang retur pembelian.

Laporan penerimaan harus dilengkapi segera setelah barang diterima. Laporan penerimaan (receiving report) harus dilengkapi oleh departemen penerimaan perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas persediaan. Untuk memastikan persediaan yang diterima adalah barang yang dipesan, laporan penerimaan harus sesuai dengan pesanan pembelian barang yang dikeluarkan perusahaan.

2.3 Data retur penjualan diidentifikasi

Retur penjualan adalah barang yang sudah dijual kepada pelanggan, namun dikembalikan karena barang tersebut rusak, cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi.

Dalam prosedur penjualan, harga pokok persediaan dicatat sebagai pengurang pada kartu persediaan barang dagangan (kolom keluar) sesuai dengan jenis spesifikasi atau kelompok persediaan barang yang bersangkutan. Dokumen sumber berupa :

a Copy faktur untuk penjualan secara kredit

b Bukti kas masuk untuk penjualan secara tunai

c Laporan pengiriman barang

Fungi terkait dalam prosedur penjualan :

a Fungsi gudang

b Fungsi pembelian

c Fungsi pengiriman barang

d Fungsi akuntansi

Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian barang dagangan dari pelanggan. Pengembalian barang dari pelanggan harus diotorisasi oleh fungsi penjualan dan diterima oleh fungsi penerimaan. Dalam prosedur ini , harga pokok persediaan dicatat ke dalam kartu persediaan barang dagangan sebagai penambah kembali harga pokok persediaan sesuai jenis spesifikasi atau kelompok persediaan yang bersangkutan. Retur penjualan dapat diidentifikasi dengan cara memeriksa kembali catatan retur penjualan pada bagian penjualan, konfirmasi kembali kepada gudang, debitur/pelanggan apakah benar terdapat retur penjualan, sedangkan dokumen sumber yang digunakan adalah memo kredir dan laporan penerimaan barang.

2.4 Data retur pembelian diidentifikasi

Retur pembelian adalah barang yang sudah dibeli oleh perusahaan, namun dikembalikan karena barang tersebut rusak, cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi.

Dalam prosedur pembelian, dicatat harga pokok persediaan barang yang dibeli sebagai penambahan persediaan barang dagangan pada kartu persediaan sesuai dengan jenis spesifikasi atau kelompok persediaan barang dagangan yang bersangkutan . Dokumen sumbernya dapat berupa :

a Faktur asli untuk pembelian secara kredit.

b Bukti kas keluar untuk pembelian secara tunai

c Laporan penerimaan barang (LPB).

Fungsi yang terkait :

a Fungsi gudang

b Fungsi pembelian

c Fungsi penerimaan barang

d Fungsi akuntansi

Retur pembelian dapat diidentifikasi dengan cara memeriksa kembali catatan retur pembelian atau pada bagian pembelian, konfirmasi dan cek kembali ke bagian gudang, apakah benar terdapat retur pembelian

2.5 Data pengeluaran persediaan diidentifikasi

Dalam sistem akuntansi persediaan perpetual inventory method dibagian kartu persediaan diselenggarakan catatan akuntansi berupa kartu persediaan yang digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan dibagian gudang.Bagian ini bertanggungjawab atas terselenggaranya catatan akuntansi yang dapat dihandalkan mengenai persediaan yang disimpan dibagian gudang. Sedangkan bagian gudang bertanggungjawab atas penyimpanan fisik persediaan digudang, maka secara periodik catatan persediaan yang diselenggarakan oleh bagian kartu persediaan harus dicocokan dengan persediaan yang secara fisik ada digudang. Jika ada perbedaan perlu dibuat penyesuaian (Adjusment). Oleh karena itu verifikasi data persediaan dapat dilakukan dengan cara :

a Melakukan perhitungan fisik (stock opname) setiap kali akan membuat laporan keuangan

b Perhitungan fisik dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab terhadap pengelolaan stock barang.

c Perhitungan harus dilakukan dengan saksama, misalnya dengan memastikan jumlah dari barang yang ada di dalam kardus, isinya sesuai dengan spesifikasi, jika perlu dilakukan penimbangan barang, petugas wajib melakukannya.

d Membuat rekapitulasi, dan disetujui oleh tim independen.

3. Membukukan mutasi persediaan ke kartu persediaan

3.1 Data mutasi persediaan diverifikasi

Sebagai tempat mencatat mutasi ( keluar masuknya ) kuantitasnsetiap jenis barang, sehingga kuantitas persediaan barang setiap waktu dapat diketahui. Berdasarkan data catatan dalam kartu gudang, dapat dibuat laporan kuantitas persediaan tiap jenis barang secara periodik. Dokumen pendukung pencatatan dalam kartu gudang terdiri atas :

a Tembusan laporan penerimaan barang, dicatat sebagai mutasi masuk

b Tembusan faktur penjualan tunai, dicatat sebagai mutasi keluar

c Surat order pengiriman, dicatat sebagai mutasi keluar

d Tembusan memo kredit sebagai bukti transaksi pembelian retur, dicatat sebagai mutasi keluar

e Tembusan memo debit sebagai bukti transaksi penjualan retur, dicatat sebagai mutasi masuk.

Sedangkan untuk memverikasisi mutasi persediaan barang ke toko, dapat dilakukan dengan cara :

a Membuat rekapituasi penjualan setiap hari, dilakukan oleh supervisor.

b Supervisor membuat surat permintaan pengambilan barang dari gudang ke toko

c Rekapitulasi penjualan dan surat permintaan barang diberikan ke bagian gudang.

d Bagian gudang mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan barang dari toko.

e Lakukan perhitungan secara fisik.

3.2 Data mutasi persediaan dibukukan

Mutasi persediaan dapat terjadi sewaktu terjadi pembelian dan penjualan barang dagangan. Untuk melakukan pembukuan, dapat menggunakan dua metode yaitu sistem periodik dan perpetual. Berikut ini pembukuan untuk transaksi pembelian dan penjualan dengan menggunakan sistem periodik dan perpetual.

Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.

· Jika menggunakan sistem periodik, maka pembukuan yang akan di lakukan pada transaksi pembelian, yaitu :

Pembelian xxx

Kas/Hutang Dagang xxx

Sedangkan pembukuan yang akan di lakukan pada transaksi penjualan, yaitu :

Kas/Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

· Jika menggunakan metode perpetual, maka pembukuan yang akan dilakukan pada transaksi pembelian, yaitu :

Persediaan Barang Dagangan xxx

Kas/Utang Usahaxxx

Sedangkan pembukuan yang akan di lakukan pada transaksi penjualan, yaitu :

Kas/Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

Harga Poko Penjualan xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx

4. Membuat laporan persediaan

4.1 Laporan persediaan disajikan sesuai dengan ketentuan SOP

Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, sebuah perusahaan dagang perlu melakukan penghitungan fisik persediaan (physical inventory), yaitu menghitung persediaan secara fisik. Setelah jumlah persediaan tersedia dihitung, biaya perolehan persediaan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Kebanyakan perusahaan menggunakan satu di antara tiga macam asumsi arus biaya untuk menentukan biaya perolehan persediaan.

A. Asumsi arus biaya persediaan

Masalah akuntansi utama muncul saat barang yang identik diperoleh dengan biaya yang berbeda pada periode tertentu. Dalam kasus seperti ini, saat suatu barang dijual, perlu dilakukan penentuan biaya per unit dengan menggunakan asumsi arus biaya, sehingga ayat jurnal akuntansi yang tepat dapat dicatat.

Jika unit tersebut dapat dikenali dengan pembelian tertentu, maka metode identifikasi spesifik (specific identification method) dapat digunakan untuk menghitung biaya unit yang terjual. Persediaan akhir terdiri atas banyaknya unit yang tersisa dalam persediaan. Jadi, laba kotor, beban pokok penjualan, dan persediaan akhir bervariasi seperti ditunjukkan dalam contoh di atas. Metode identifikasi spesifik tidak praktis, kecuali setiap unit dapat dikenali secara akurat. Sebuah diler mobil, misalnya, dapat menggunakan metode ini karena setiap mobil memiliki nomor seri yang unik.

Saat metode masuk‐pertama, keluar‐pertama (first‐in, first‐out—FIFO) digunakan, persediaan akhir berasal dari biaya paling baru, yaitu barang‐barang yang dibeli paling akhir. Sebaliknya, saat metode masuk‐terakhir, keluar‐pertama (last‐in, first‐out—LIFO) digunakan, persediaan akhir berasal dari biaya paling awal, yaitu barang‐barang yang dibeli pertama kali. Sementara saat metode biaya rata‐rata tertimbang (weighted average inventory cost flow method) atau sering disebut metode biaya rata‐rata (average cost flow method) digunakan, biaya unit persediaan merupakan rata‐rata tertimbang biaya pembelian.

B. Prosedur pelaporan persediaan

Pada perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu golongan persediaan, yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut persediaan barang dagangan. Berikut prosedur persediaan :

1. Pemesanan Barang Dagang

· Membuat daftar asset perusahaan

· Membuat daftar asset perusahaan

· Perhitungan fisik (Stock Opname)

· Membuat daftar pemesanan barang

· Meminta persetujuan pesanan barang

· Menghubungi produsen

· Melaporkan ketersediaan barang pesanan

2. Penerimaan Barang Masuk

· Penyusunan Barang Kedalam Gudang

· Bukti Penerimaan Barang

3. Pencatatan Barang Keluar

· Pencatatan Persediaan Barang Yang Telah Dijual

· Pencatatan Barang Dikembalikan ke Produsen

· Kehilangan Barang Dagang

4.2 Saldo akhir persediaan diidentifikasi

Menentukan saldo akhir persediaan dapat menggunakan diantaranya metode FIFO, LIFO, dan biaya rata-rata tertimbang diilustrasikan dalam sistem persediaan perpetual. Kita akan memberi ilustrasi untuk setiap metode menggunakan data untuk barang 127B, seperti ditunjukkan berikut ini.

1. Metode Masuk‐Pertama, Keluar‐Pertama (FIFO)

Saat metode FIFO dari biaya persediaan digunakan, biaya dimasukkan dalam beban pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi. Metode FIFO sering konsisten dengan arus fisik atau pergerakan barang. Oleh karena itu, metode FIFO memberikan hasil yang kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya spesifik untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan.

Jurnal :

04/01Piutang Usaha21.000.000

Penjualan21.000.000

(Perhitungan : 700 unit x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan14.000.000

Persediaan14.000.000

10/01Persediaan11.200.000

Utang Usaha11.200.000

22/01Piutang Usaha10.800.000

Penjualan10.800.000

(Perhitungan : 360 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan7.334.000

Persediaan7.334.000

28/01Piutang usaha7.200.000

Penjualan7.200.000

(Perhitungan : 240 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan5.376.000

Persediaan5.376.000

30/01Persediaan13.980.000

Utang usaha13.980.000

2. Metode Masuk‐Terakhir, Keluar‐Pertama (LIFO)

Saat metode LIFO digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian yang terakhir. Penggunaan metode LIFO awalnya dibatasi pada situasi yang sangat jarang di mana unit yang terjual diambil dari barang yang diperoleh paling akhir. Tetapi, untuk tujuan perpajakan, saat ini metode LIFO banyak digunakan meskipun metode ini tidak mencerminkan arus fisik unit.

Jurnal :

04/01Piutang Usaha21.000.000

Penjualan21.000.000

(Perhitungan : 700 unit x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan14.000.000

Persediaan14.000.000

10/01Persediaan11.200.000

Utang Usaha11.200.000

22/01Piutang Usaha10.800.000

Penjualan10.800.000

(Perhitungan : 360 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan8.064.000

Persediaan8.064.000

28/01Piutang usaha7.200.000

Penjualan7.200.000

(Perhitungan : 240 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan5.136.000

Persediaan5.136.000

30/01Persediaan13.980.000

Utang usaha13.980.000

3. Metode Biaya Rata‐Rata Tertimbang

Saat metode ini digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya unit rata‐rata tertimbang dihitung setiap ada pembelian yang dilakukan. Biaya unit ini digunakan untuk menentukan beban pokok penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan nilai rata‐rata baru dihitung. Teknik ini disebut rata‐rata bergerak (moving average).

Jurnal :

04/01Piutang Usaha21.000.000

Penjualan21.000.000

(Perhitungan : 700 unit x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan14.000.000

Persediaan14.000.000

10/01Persediaan11.200.000

Utang Usaha11.200.000

22/01Piutang Usaha10.800.000

Penjualan10.800.000

(Perhitungan : 360 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan7.740.000

Persediaan7.740.000

28/01Piutang usaha7.200.000

Penjualan7.200.000

(Perhitungan : 240 unit terjual x Harga Jual 30.000 per unit)

Beban Pokok Penjualan5.160.000

Persediaan5.160.000

30/01Persediaan13.980.000

Utang usaha13.980.000

Dengan menggunakan contoh sistem persediaan perpetual dan penjualan sebesar Rp 39.000.000 (1.300 unit × Rp30.000), ‐perbedaan ini diilustrasikan sebagai berikut :

5. Membukukan selisih persediaan

5.1 Berita acara hasil penghitungan fisik persediaan disediakan

Contoh :

Berita acara penerimaan barang

5.2 Selisih persediaan ditentukan kewajarannnya sesuai dengan ketentuan perusahaan

Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara barang/pengurus barang dengan hasil stock opname. Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang, kadaluarsa, atau rusak. Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban, jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian. Penetapan besaran selisih persediaan sebagai normal atau abnormal ditentukan oleh perusahaan dalam kebijakan akuntansinya. Selisih pengakuan atas selisih persediaan hanya terdapat dalam metode perpetual.

5.3 Selisih persediaan (kurang/lebih) dibukukan

Selisih persediaan barang dagang adalah perbedaan jumlah persediaan yang tercatat dalam pembukuan dengan jumlah persediaan berdasarkan perhitungan fisik barang dagang.

Selisih persediaan barang dagang dapat terjadi karena :

1. Penggunaan metode yang berbeda

2. Kesalahan pada saat pencatatan persediaan barang dagang

3. Kesalahan pada saat perhitungan fisik (Stock Opname) persediaan barang dagang.

Jika lebih Besar maka jurnal yang harus dibukukan adalah :

Selisih Persediaan xxx

Laba xxx

Jika kecil besar maka jurnal yang dibuat adalah :

Rugi xxx

Selisih Persediaanxxx

6. Soal Latihan

1. Dalam pencatan fisik saldo akun-akun dibawah ini diperlukan untuk menghitung harga pokok penjualan kecuali...

a. Persediaan

b. Retur pembelian

c. Pembelian

d. Retur penjualan

2. Penerimaan persediaan diperoleh dari nilai pembelian persediaan barang dagangan yang dibeli dan dihitung berdasarkan...

a. Harga perolehan

b. Biaya yang dikeluarkan

c. Nilai buku

d. Nilai pembelian bersih

3. Berikut ini cara mengidentifikasi retur penjualan, kecuali...

a. Memeriksa catatan retur penjualan

b. Memeriksa catatan pada bagian pembelian

c. Konfirmasi pada bagian gudang

d. Konfirmasi kepada pelanggan

4. Dibawah ini merupakan pembukuan terhadap data mutasi persediaan pada transaksi pembelian dengan metode periodik adalah...

a. Pembelian xxx

Kas/Hutang Dagang xxx

b. Persediaan Barang Dagangan xxx

Kas/Utang Usaha xxx

c. Persediaanxxx

Utang Dagangxxx

d. Pembelian xxx

Utang Usahaxxx

5. Dibawah ini adalah metode penilaian persediaan, kecuali...

a. FIFO

b. LIFO

c. Perpetual

d. Rata-rata

6. Cara Memverifikasi data persediaan dapat dilakukan dengan cara dibawah ini, kecuali...

a. Melakukan perhitungan fisik

b. Membuat rekapitulasi

c. Melakukan perhitungan fisik oleh orang yang tidak bertanggungjawab terhadap pengelolaan barang

d. Mengeluarkan barang dari gudang sesuai dengan permintaan barang dari toko

7. Metode pencatatan persediaan barang dagang ada dua macam, yaitu …

a. Metode special identification & general identification.

b. Metode periodical system & perpetual system.

c. Metode Low price & price market.

d. Metode Specific identification & general identification

8. Dalam metode perpetual, pencatatan persediaan barang dagang dilakukan setiap...

a. Awal Periode.

b. Ada pembelian barang dagang.

c. Ada penjualan barang dagang.

d. Akhir periode.

9. Pencatatan persediaan dengan metode fisik berdasarkan atas ...

a. Harga pokok barang yang dijual.

b. Nilai penjualan bersih

c. Nilai pembelian bersih

d. Nilai stock opname

10. Dalam metode fisik, pencatatan pada akun persediaan barang dagang dilakukan setiap …

a. Awal periode akuntansi.

b. Ada pembelian barang dagang.

c. Ada penjualan barang dagang.

d. Terjadi mutasi persediaan barang dagang.

7. Sudi Kasus

Persediaan awal dan pembelian selama tahun berjalan dan berakhir pada 31 Desember 2015 dari perusahaan Perkasa adalah sebagai berikut :

Hitunglah persediaan akhir per 31 Desember 2015 dengan menggunakan sistem persediaan perpetual dan setiap metode biaya berikut ini :

a. FIFO

b. LIFO

c. Rata-rata tertimbang

Daftar Pustaka

Mulyadi. 2001. Sistim Akuntansi. Edisi ke 3. Jakarta : Salemba

Carl s. Warren, James M. Reeve, Jonathan E.Duchac, Novrys Suhardianto, Devi Sulistyo Kalanjati, Amir Abadi Jusuf, Chaerul D. Djakman. 2017. Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Edisi 25. Jakarta : Salemba Empat

Windy atmawardani rachman. Akuntansi Persediaan. Modul Akuntansi Dasar 2

Arif Gunarto. Modul Mengelola Persediaan Barang Dagang

https://arifgunarto.files.wordpress.com

23