21
TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT Trauma susunan saraf pusat dibedakan menjadi dua yaitu : trauma kapitis atau cedera kepala, dan trauma medulla spinalis atau cedera sumsum tulang belakang. Anatomi yang berbeda dari kedua struktur ini menyebabkan perbedaan klinis yang muncul akibat trauma yang terjadi. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai trauma yang mengenai susunan saraf pusat. Untuk melindungi dari kemungkinan cedera, SSP dibungkus rapih dan kuat dalam tiga lapisan pembungkus. Paling luar terdapat rangka tulang keras terdiri dari tengkorak dan kanal vertebra. Lebih ke dalam terdapat selaput-selaput otak yang membentuk suatu kantong yang berisi cairan. Selaput otak (Meningen), terdiri dari : Dura mater : Paling luar dan merupakan selaput yang kokoh dan kuat (dura=keras), terdiri dari lembar endosteal (mengandung banyak pembuluh darah dan saraf) dan meningeal. Karena erat hubungannya dengan tulang tengkorak sampai umur dua tahun, maka fraktur tulang tengkorak seumur itu mungkin mengakibatkan robeknya dura mater dengan akibat perdarahan). Setelah umur 2 tahun, lembar itu lepas dari tulang kecuali pada sutura basis tengkorak. Antara lembar endosteal dura dan tulang tengkorak terdapat rongga epidura. Lanjutan lembar meningeal dura mater ensefalon dari foramen magnum yaitu dura mater spinal. 1

Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

Page 1: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT

Trauma susunan saraf pusat dibedakan menjadi dua yaitu : trauma kapitis

atau cedera kepala, dan trauma medulla spinalis atau cedera sumsum tulang

belakang. Anatomi yang berbeda dari kedua struktur ini menyebabkan perbedaan

klinis yang muncul akibat trauma yang terjadi. Berikut adalah penjelasan singkat

mengenai trauma yang mengenai susunan saraf pusat.

Untuk melindungi dari kemungkinan cedera, SSP dibungkus rapih dan kuat

dalam tiga lapisan pembungkus. Paling luar terdapat rangka tulang keras terdiri dari

tengkorak dan kanal vertebra. Lebih ke dalam terdapat selaput-selaput otak yang

membentuk suatu kantong yang berisi cairan. Selaput otak (Meningen), terdiri dari :

Dura mater : Paling luar dan merupakan selaput yang kokoh dan kuat

(dura=keras), terdiri dari lembar endosteal (mengandung banyak pembuluh darah

dan saraf) dan meningeal. Karena erat hubungannya dengan tulang tengkorak

sampai umur dua tahun, maka fraktur tulang tengkorak seumur itu mungkin

mengakibatkan robeknya dura mater dengan akibat perdarahan). Setelah umur 2

tahun, lembar itu lepas dari tulang kecuali pada sutura basis tengkorak. Antara

lembar endosteal dura dan tulang tengkorak terdapat rongga epidura. Lanjutan

lembar meningeal dura mater ensefalon dari foramen magnum yaitu dura mater

spinal.

Araknoid : selaput yang sangat halus dan tipis, tanpa pembuluh darah dan

terletak antara dura mater dan pia mater. Rongga di antara araknoid dan pia mater

disebut rongga subaraknoid, yang beredar cairan serebrospinal / liquor

cerebrospinalis yang menjadi tempat SSP melayang di dalamnya sehingga seakan

tanpa bobot.

Pia mater : Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf

pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.

Cedera Kepala (Trauma Kapitis)

1

Page 2: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan

otak. Cedera kepala didefinisikan dengan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak

yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interstistial dalam substansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak. Resiko utama pasien yang mengalami cidera

kepala adalah kerusakan otak akibat atau pembengkakan otak sebagai respons

terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK. Pasien yang mengalami cedera

kepala perlu dinilai:

1. Kesadaran

Dalam dan lamanya trauma mencerminkan derajat trauma. Akan tetapi, pasien

yang mula-mula sadar dan dapat mengadakan orientasi dengan baik dapat menjadi

ngantuk, stupor dan coma sebagai akibat perdarahan intracranial yang progresif.

Selama 24-48 jam pertama, kita harus membangunkan pasien setiap jam untuk

mengevaluasi derajat orientasi, kesadaran dan responsnya secara umum terhadap

stimulasi.Setiap pasien yang memberikan riwayat cedera kepala yang diikuti oleh

keadaan tidak sadar dan setiap pasien yang tidak sadar yang mungkin mengalami

cedera kepala harus mendapatkan evaluasi neurology yang cermat. Foto x-ray

tengkorak harus dibuat segera mungkin.

2. Tanda – tanda vital

Suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah harus diamati dengan interval setengah

jam sampai 12 jam bergantung kepada beratnya cedera.

3. Paralisis

Pada penderita yang tidak sadar atau dalam keadaan stupor, paralysis hanya dapat

diketahui dengan pemeriksaan yang seksama. Hilangnya kekuatan dan gerakan,

sekalipun derajatnya ringan, dapat menunjukkan adanya perdarahan intracranial.

4. Tanda – tanda ocular

Pupil harus diobservasi secara teratur bersama dengan tanda vital. Pupil yang tetap

dalam keadaan dilatasi seringkali berarti adanya perdarahan subdural atau epidural

yang ipsilateral atau adanya kerusakan otak yang ipsilateral. Pemeriksaan

oftalmoskop dapat mengungkapkan adanya papiledema atau perdarahan retina.

5. Konvulsi

Konvulsi cenderung segera terjadi setelah cedera kepala. Adanya konvulsi fokal

menunjukkan kearah lesi iritatif pada hemisferium serebri yang kontralateral.

Kontusio dan laseratio serebri yang sering disertai perdarahan epidural, subdural

atau intracranial akan menimbulkan konvulsi fokal.

2

Page 3: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

6. Kaku kuduk

Meskipun kaku kuduk dapat terjadi akibat perdarahan subarachnoid yang sering

menyertai cedera kepala, namun cedera vertebra cervikalis harus disingkirkan

dengan pemeriksaan klinik dan sinar x yang tepat.

7. Perdarahan dari telinga

Otorrhagia menunjukkan fraktura basillaris melalui pyramid petrosus pada tulang

temporal, juga sebagai akibat rupture traumatic pada membrane tympani atau

laserasi pada membrane mukosa tanpa perforasi membrane tympani. Adanya

darah subkutan didaerah mastoideus merupakan petunjuk kearah fraktura dasar

tengkorak.

Klasifikasi cedera kepala :

A. Berdasarkan mekanisme : tertutup & penetrans

B. Berdasarkan beratnya (GCS) : ringan, sedang, berat

C. Berdasarkan morfologi : - Fraktur tengkorak

- Lesi intracranial

Cedera kepala tertutup adalah trauma tanpa cedera pada cranium atau

craniumnya terbatas pada fraktur tertutup yang fragmennya tidak tergeser. Cedera

kepala tertutup dapat disamakan gegar otak ringan dengan disertai edema cerebri.

Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak tulang

tengkorak.

Cedera kepala tertutup ini, secara klinik digolongkan sebagai cedera kepala

ringan, sedang atau berat. Cedera kepala ringan (CKR) yaitu GCS 13-15, hilangnya

kesadaran yang berlangsung singkat (detik-menit) tanpa terlihat perubahan neurologis

(commotio cerebri), Hasil pemeriksaan LCS normal, dapat terjadi amnesia retrograde.

Cedera Kepala sedang (CKS) yaitu GCS 9-12, periode pingsan yang lama, sering

tanda neurologis abnormal, biasanya disertai edem & contusio cerebri. Cedera

kepala berat (CKB) yaitu GCS < 8, pingsan lama, tanda neurologis abnormal,

biasanya disertai contusio & laserasio serebri.

Cedera kepala terbuka meliputi laserasi kulit kepala, fraktur terbuka

(compound fracture) pada tengkorak dan berbagai derajat kerusakan cerebral. Bila

terjadi fragmentasi pada tulang, maka terdapat laserasi & kontusio otak yang luas.

3

Page 4: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Kesadaran pada mulanya mungkin tidak terganggu meskipun dapat terjadi penurunan

kesadaran, kemudian bisa edem & perdarahan intrakranial yang progresif. Laserasi

pada kulit kepala harus segera dijahit kecuali diatas suatu ‘depressed fracture’ atau

luka tembus pada tengkorak. Lesi yang dapat timbul pada trauma kepala:

1. Kulit kepala robek atau mengalami perdarahan subkutan.

2. Otot-otot dan tendo pada kepala mengalami kontusio.

3. Tulang tengkorak patah.

4. Gegar otak.

5. Edema serebri traumatic.

6. Kontusio serebri.

7. Perdarahan epidural.

8. Perdarahan subdural.

Fraktura tengkorak

Biasanya terjadi pada tempat benturan. Garis fraktur dapat menjalar hingga ke

basis cranii. Fraktur berupa linier (tanpa pergeseran fragmen tulang, pasien di

observasi, biasanya tidak memerlukan intervensi), comminuted fraktur atau depressed

fraktur (tulang tengkorak melesak ke dalam, perlu tindakan bedah tergantung

kegawatan), diastatic fraktur (terjadi sepanjang garis sutura tengkorak, sering terjadi

pada bayi baru lahir dan orang tua), serta basilar fraktur (fraktur pada dasar tengkorak,

sering disertai memar pada sekitar mata dan belakang telinga, serta keluar cairan

jernih dari hidung dan telinga, pasien perlu di observasi).

Komosio serebri

Yaitu keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat

trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh

nyeri kepala, vertigo, muntah, tampak pucat. Vertigo dan muntah terjadi akibat gegar

pada labirin atau terangsangnya pusat – pusat di dalam batang otak. Dapat juga terjadi

amnesia retrograde yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum

terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian yang

terdapat di lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan yang perlu di buat yaitu: foto

tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapinya simptomatis dengan mobilisasi

secepatnya setelah keluhan – keluhan menghilang.

Cedera otak dan gegar otak

4

Page 5: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Kejadian cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak

tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna.

Sel-sel otak membutuhkan suplai darah terus menerus untuk memperoleh makanan.

Kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi. Gegar otak ini merupakan

sindrom yang melibatkan ganguan neurologis sementara dan dapat pulih tanpa ada

kehilangan kesadaran pasien mungkin mengalami disorientasi ringan, kurang

konsentrasi, amnesia retrogad, dll. Cedera otak serius yang dapat terjadi adalah

kontusio, laserasi dan hemoragi.

Edema serebri traumatic

Pada keadaan ini pingsan berlangsung lebih dari 10 menit dan pada

pemeriksaan neurologik juga tidak dijumpai tanda-tanda kerusakan jaringan otak.

Tekanan LCS biasanya sedikit meninggi. Pasien mengeluh nyeri kepala, vertigo,

muntah. Gejala edem serebri berupa gejala fokalisasi seperti konvulsi, hemiplegi &

afasia. Pada pembedahan, otak tampak sangat pucat & bengkak.

Contusio serebri

Merupakan cedera kepala berat dimana otak mengalami memar, dengan

kemungkinan adanya daerah hemoragi pada subtansi otak. Dapat menimbulkan edema

cerebral 2-3 hari post truma. Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan TIK dan

meningkatkan mortalitas (45%).

Terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan

jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau

terputus. Pada trauma yang membentur dahi kontusio terjadi di daerah otak yang

mengalami benturan. Pada benturan di daerah parietal, temporalis dan oksipitalis

selain di tempat benturan dapat pula terjadi kontusio pada sisi yang bertentangan pada

jalan garis benturan. Perdarahan mungkin terjadi di sepanjang garis gaya benturan ini,

dan permukaan bagian otak yang menggeser karena gerakan akibat benturan itu.

Pada pemeriksaan neurologik pada kontusio ringan mungkin tidak dijumpai

kelainan neurologik yang jelas kecuali kesadaran yang menurun. Pada kontusio

serebri dengan penurunan kesadaran yang berlangsung berjam-jam pada pemeriksaan

dapat atau tidak dijumpai defisit neurologik. Pada kontusio serebri yang berlangsung

lebih dari 6 jam penurunan kesadarannya, biasanya selalu dijumpai defisit neurologik

yang jelas. Keadaan klinis yang berat terjadi pada perdarahan besar atau tersebar

didalam jaringan otak, sering pula disertai perdarahan subarachnoidal atau kontusio

5

Page 6: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

pada batang otak. TIK yang meninggi menimbulkan gangguan microsirkulasi otak

dengan akibat menghebatnya oedema.

Pada perdarahan dan edema didaerah diensefalon, pernafasan biasa atau

bersifat Cheyne Stokes, pupil mengecil, reaksi cahaya baik. Mungkin terjadi rigiditas

dekortikasi yaitu kedua tungkai kaku dalam sikap ekstensi dan kedua lengan kaku

dalam sikap fleksi pada sendi siku.

Pada gangguan didaerah mesensefalon dan pons bagian atas, kesadaran

menurun hingga koma, pupil melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan mata

diskonjugat, tidak teratur, pernafasan hiperventilasi, motorik menunjukkan rigiditas

deserebrasi dengan keempat ekstremitas kaku dalam sikap ekstensi.

Pada lesi pons bagian bawah bila nukei vestibularis terganggu bilateral,

gerakan kompensasi bola mata pada gerakan kepala menghilang. Pernafasan tidak

teratur. Bila medulla oblongata terganggu, pernafasan melambat tak teratur, tersengal-

sengal menjelang kematian.

Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan yaitu: foto roentgen polos, scan

tomografik, EEG, pungsi lumbal.

Tindakan yang diambil pada keadaan kontusio berat ditujukan untuk

mencegah meningginya TIK.

1. Tindakan darurat : perbaiki ABC (airway, breathing, circulation). Membersihkan

jalan nafas.

2. Hentikan perdarahan.

3. Bila ada fraktur pasang bidai untuk fiksasi.

4. Letakkan pasien dalam posisi miring hingga bila muntah dapat bebas keluar dan

tidak menggangu jalan nafas.

5. Profilaksis antibiotic.

6. Bila ada syok, segera pasang infuse.

7. Pada keadaan edema diberikan manitol 20% dalam waktu 30 menit dapat diulang

tiap 12-24 jam.

8. Furosemide IM 20 mg per 24 jam untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi

pembentukan cairan otak.

9. Untuk menghambat edema diberikan deksametason.

Contusio serebri jenis countrecoup injury terdapat langsung/kontralateral

dengan daerah cedera dapat terbatas pada korteks superficial, atau disertai perdarahan

ke dalam otak yang berada di bawahnya. Sering juga terjadi disepanjang dasar lobus

6

Page 7: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

frontalis posterior & ujung lobus temporalis di dekatnya. Secara klinis tidak dapat

dibedakan dengan commotio & laseratio serebri.

Laserasi serebri (robekan pada substansi otak) biasanya terjadi countrecoup

effect. Laserario yang mengenai dasar otak biasanya menyebabkan kematian dalam

waktu singkat. Terdapat tanda-tanda fokal neurologist, biasanya disertai SAH/ICH,

LCS tampak berdarah. Laserasi dapat terjadi karena trauma & non-trauma pada

tengkorak. Lobus frontalis & temporalis merupakan lokasi tersering. Cedera ringan

dapat menimbulkan robekan pada otak & meningen serta nekrosis hemoragik yang

luas pada korteks & substansia alba subkotikal. Perdarahan basal ganglia & batang

otak dapat terjadi. Laserasi pembuluh darah arachnoid dapat mengakibatkan

SAH/SDH. Robekan pada arteri meningea media/sinus/vena duramater dapat dikiuti

oleh perdarahan ke dalam ruang extradural.

Keluhan & gejala : Hilangnya kesadaran/penurunan kesadaran. Setelah pulih

kesadaran gejala sisa berhubungan dengan berat, luas & sifat cedera otak yang

menyertai, misalnya : mental confusion, hemiplegi, afasia, paralysis n.cranialis, dll.

Beberapa bulan setalah fase kesembuhan dapat terjadi posttraumatic cerebral

syndrome (nyeri kepala, dizziness, perubahan kepribadian)

Pemeriksaan Lab : pungsi lumbal dapat menegakkan adanya SAH dan

menemukan tekanan LCS. Pemeriksaan sinar X : angiografi serebral dapat

memperlihatkan SDH/ICH. Pneumogram untuk perlihatkan dilatasi, pergeseran /

distorsi ventrikel yang terjadi setelah cedera kepala. CT scan untuk menentukan

ICH/ECH, dilatasi, pergeseran. MRI juga dapat membantu menegakkan diagnosa.

Pemeriksaan khusus : EEG, Echoencephalogram, Brain scanning, psikometri.

Hematoma epidural

Setelah cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural).

Perdarahan terjadi diantara tulang tengkorak dan duramater dan lebih sering terjadi

pada daerah temporal, namun bisa juga terjadi didaerah frontal atau oksipital.

Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur tengkorak yang menyebabkan arteri

meningeal tengah putus atau rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di antara

duramater dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal.

Perdarahan yang terjadi berasal dari arteri, sehingga darah akan terpompa keluar

terus. Perdarahan karena arteri ini dapat menyebabkan penekanan pada otak.

7

Page 8: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Ketika kepala terbentur penderita akan pingsan sebentar kemudian sadar

kembali. Dalam beberapa jam penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif

memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antar dua penurunan

kesadaran selama penderita sadar setelah terjadinya kecelakaan disebut interval lusid.

Pada pemeriksaan kepala pada tempat benturan tampak bengkak dan nyeri.

Pupil pada sisi benturan lebih lebar dan pada sisi kontralateral benturan timbul gejala

terganggunya traktus kortikospinalis seperti refleks tendo tinggi, refleks patologis

positif, hemiparesis. Papilla nervi optisi dapat menjadi sembab. Pemeriksaan

tambahan yang perlu: foto roentgen kepala antero-posterior dan lateral, CT-scan,

arterigrafi. Pasien harus segera dioperasi untuk mengeluarkan hematom dan

pengikatan cabang arteri yang robek. Bila tidak dioperasi, penderita akan meninggal

dalam beberapa hari akibat peningkatan tekanan intracranial

Hematom subdural

Adalah pengumpulan darah diantara duramater dan arachnoidmater. Paling

sering disebabkan oleh trauma tetapi dapat juga terjadi kecenderungan pendarahan

akibat aneurisma. Perdarahan subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan

akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural (Bridging

Vein).

Dapat terjadi akut, subakut atau kronik. Hematoma subdural akut dihubungkan

dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio atau laserasi. Hematoma

subdural subakut adalah sekuele kontusio. Hematoma subdural kronik dapat terjadi

karena cedera kepala minor, terjadi pada lansia.

Perdarahan yang tidak membesar akan membeku dan disekitarnya akan

tumbuh jaringan ikat yang membentuk kapsula. Gumpalan darah lambat laun mencair

dan menarik cairan dari sekitarnya dan mengembung, memberikan gejala seperti

tumor serebri karena tekanan intracranial yang berangsur-angsur meningkat.

Gejalanya yaitu: nyeri kepala progresif, tajam penglihatan mundur akibat edema

papil, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala timbul

berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma.

Pemeriksaan penunjang: foto tengkorak antero – posterior dan lateral, CT-

scan, EEG. Terapi dengan dioperasi baik akut maupun kronik.

Perdarahan subarachnoid traumatic

8

Page 9: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Pendarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yakni antara lapisan

arachnoidmater dengan piamater. Seringkali terjadi karena adanya vena yang ada di

daerah tersebut terluka. Seringkali bersifat kronik.

Bila perdarahan agak besar dan terjadi lebih dekat ke basis serebri dapat

timbul kaku kuduk. Pemeriksaan dan perawatan sama seperti contusio serebri.

Perdarah Intracerebral

Adalah pendarahan ke dalam subtansi otak, pengumpulan darah 25ml atau

lebih pada parenkim otak. Penyebabnya seringkali karena fraktur, gerakan akselarasi

dan deseterasi yang tiba-tiba.

Cedera Medulla Spinalis

Komosio medulla spinalis

Komosio medulla spinalis adalah suatu keadaan dimana fungsi medulla

spinalis hilang sementara akibat suatu trauma dengan atau tanpa disertai fraktur atau

dislokasi. Sembuh sempurna akan terjadi beberapa menit hingga beberapa jam/hari

tanpa meninggalkan gejala sisa.

Kerusakan reversible yang mendasari berupa edema, perdarahan perivaskuler

kecil-kecil dan infark disekitar pembuluh darah. Bila paralysis total dan hilangnya

sensibilitas menetap lebih dari 48 jam maka kemungkinan sembuh sempurna menipis

dan perubahan pada medulla spinalis lebih mengarah ke perubahan anatomic daripada

fisiologik.

Kontusio medulla spinalis

Pada keadaan ini dijumpai kerusakan makroskopik dan mikroskopik pada

medulla spinalis berupa perdarahan, edema, perubahan neuron dan reaksi peradangan.

Perdarahan disubstansia alba memperlihatkan adanya bercak-bercak degenerasi

Waller dan pada kornu anterior terjadi hilangnya neuron yang diikuti proliferasi

mikroglia dan astrosit.

Pada stadium akut contusio ini disertai liquor cerebrospinalis yang berdarah.

Posisi atau tanda dari Jolly menunjukkan lesi unilateral pada segmen radiks cervical

yang ketujuh. Lengan bawah penderita berada dalam keadaan fkeksi dengan abduksi

bahu. Apabila kelainan ini bilateral, tandanya dinamakan tanda dari Bradnurne atau

Thorburn.

Kompresi medulla spinalis

9

Page 10: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Kompresi medulla spinalis dapat terjadi akibat dislokasi vertebra maupun

perdarahan epi dan subdural. Gambaran klinisnya didapati nyeri radikuler dan

paralysis flaksid setinggi lesi akibat kompresi pada radiks saraf tepi. Hiperekstensi,

hiperfleksi, dislokasi, fraktur dan whiplash dapat menyebabkan radiks saraf tepi dapat

tertarik dan mengalami jejas (reksis).

Pada trauma lecutan radiks C5-7 dapat timbul nyeri radikuler spontan. Di

bawah lesi kompresi medulla spinalis akan didapati paralysis spastic dan gangguan

sensorik serta otonom sesuai dengan derajat beratnya kompresi.

Kompresi konus medularis terjadi akibat fraktur – dislokasi vertebra L1, yang

menyebabkan rusaknya segmen sakralis medulla spinalis. Biasanya tidak dijumpai

gangguan motorik yang menetap tetapi terdapat gangguan sensorik pada segmen

sakralis yang terutama mengenai daerah sadel, perineum dan bokong. Juga dijumpai

gangguan otonom berupa retensio urin serta pada pria didapatkan impotensi

Kompresi kauda equine akan menimbulkan gejala tergantung pada serabut

saraf spinalis mana yang terlibat. Akan dijumpai paralisi flaksid dan atrofi otot.

Gangguan sensorik sesuai dengan dermatom yang terlibat.

Kompresi pada saraf spinalis S2, S3 dan S4 akan menyebabkan retensio urin

dan hlangnya control volunter vesika urinaria, inkontinensia alvi dan impotensi.

Diagnostik

Radiologik

Foto polos posisi antero-posterior dan lateral pada daerah yang diperkirakan

mengalami trauma akan memperlihatkan adanya fraktur dan mungkin disertai dengan

dislokasi. Pada trauma daerah servikal foto dengan posisi mulut terbuka dapat

membantu dalam memeriksa adanya kemungkinan fraktur vertebra C1-C2.

Pungsi lumbal

Berguna pada fase akut trauma medulla spinalis. Sedikit peningkatan tekanan

LCS dan adanya blockade pada tindakan Queckenstedt menggambarkan beratnya

derajat edema medulla spinalis.

Mielografi

10

Page 11: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

Tindakan ini tidak mempunyai indikasi pada fase akut trauma medulla

spinalis. Tetapi mielografi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari trauma

pada daerah lumbal, sebab sering terjadi herniasi discus intervertebralis.

Tatalaksana

Pada umumnya pengobatan trauma medulla spinalis adalah konservatif dan

simtomatik. Manajemen mempunyai tujuan mempertahankan fungsi medulla spinalis

yang masih ada dan memperbaiki kondisi untuk penyembuhan jaringan medulla

spinalis yang mengalami trauma tersebut. Prinsip tatalaksana yaitu:

Segera imobilisasi dan diagnosis dini.

Stabilisasi daerah tulang yang mengalami trauma.

Pencegahan progresivitas gangguan medulla spinalis.

Rehabilitasi dini.

Penderita yang diperkirakan mengalami trauma pada dearah servikal harus

difiksasi dengan kerah servikal (servikal collar). Bila servikal collar tidak tersedia,

maka kepala dan leher difiksasi dengan menggunakan bantal pasir pada sisi kanan kiri

kepala serta leher, sedang penderita dibaringkan dalam posisi terlentang pada alas

yang keras.

Bila tekanan oksigen medulla spinalis atau aliran darah berkurang, maka lesi

medulla spinalis bisa memburuk. Pemberian cairan intravena segera dilakukan untuk

mencegah terjadinya hipotensi.

Trauma medulla spinalis segmen servikal dapat menyebabkan paralysis otot-

otot intercostalis. Oleh karena itu dapat terjadi gangguan pernafasan bahkan kadang

apnea. Bila perlu dilakukan intubasi nasotrakeal bila pemberian oksigen saja tidak

efektif membantu penderita. Pada trauma servikal, hilangnya control vasomotor

menyebabkan pengumpulan darah di pembuluh darah abdomen, anggota gerak bawah

dan visera yang mengalami dilatasi, menyebabkan timbulnya hipotensi.

Pipa nasogastrik dipasang untuk mencegah distensi abdomen akibat dilatasi

gaster akut. Bila tidak dilakukan dapat berakibat adanya vomitus lalu aspirasi dan

akan memperberat pernafasan. Dilakukan pemasang kateter foley untuk mencegah

timbulnya infeksi traktus urinarius akibat retensio urin.

Pada stadium awal dimana terjadi dilatasi gastrointestinal, diperlukan

pemberian enema. Kemudian bila peristaltic timbul kembali dapat diberikan obat

pelunak feses. Bila traktus gastrointestinal menjadi lebih aktif lagi enema dapat

11

Page 12: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

diganti dengan sopositoria. Untuk mencegah timbulnya dekubitus perlu dilakukan alih

baring tiap 2 jam.

Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi edema medulla masih

controversial. Bila timbul spastisitas dapat digunakan diazepam, baklofen, dan

dantrolen sodium untuk mengatasinya.

Operasi

Pada saat ini laminektomi kompresif tidak dianjurkan kecuali pada kasus-

kasus tertentu. Indikasi operasi pada saat ini adalah:

a. Reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada daerah servikal,

bilamana traksi dan manipulasi gagal.

b. Adanya fraktur servikal dengan lesi parsial medulla spinalis dengan fragmen

tulang tetap menekan permukaan anterior medulla spinalis meskipun telah

dilakukan traksi yang adekuat.

c. Trauma servikal dengan lesi parsial medulla spinalis, dimana tidak tampak adanya

fragmen tulang dan diduga terdapat penekanan medulla spinalis oleh herniasi

discus intervertebralis.

d. Fragmen yang menekan lengkung saraf.

e. Adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis.

f. Lesi parsial medulla spinalis yang berangsur-angsur memburuk setelah dengan

konservatif yang maksimal menujukkan perbaikan, harus dicurigai hematoma.

Rehabilitasi

Rehabilitasi harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah timbulnya

komplikasi, mengurangi cacat dan menyiapkan penderita untuk kembali ke

masyarakat. Terbagi 2 tahap yaitu: fase akut dan rehabilitasi jangka panjang.

Rehabilitasi fase akut yaitu semasa penderita dalam pengobatan intensif, tindakan

yang dilakukan berupa latihan, masase, elektroterapi, memelihara jalan nafas,

merawat gangguan sensibilitas, merawat gangguan miksi dan defekasi. Tindakan ini

terutama dilakukan oleh fisioterapis dan perawat. Program rehabilitasi jangka panjang

melibatkan perawat, fisioterapis, pekerja social dll.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Trauma Susunan Saraf Referat Bernard

1. Chusid, JG. Neuroanatomi korelatif dan Neuroanatomi Fungsional bagian II.

In: Cedera Medulla Spinalis. Terj: dr. Andri Hartono, Gadjah Mada University

Press. 1983. Jogjakarta. P595-615.

2. Hadinoto, S. Kapita Selekta Neurologi. Edisi dua. In: Trauma Medulla

Spinalis, Gadjah Mada University Press. 2003. Jogjakarta. P319-328.

3. Mardjono, M. Neurologi Klinis Dasar. In: Trauma Tulang Belakang, Dian

Rakyat. 2000. Jakarta. P260-263.

13