34
REFERAT TRAUMA TAJAM KTI ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Penguji: dr. Gatot Suharto, SH, SpF, Mkes Pembimbing: dr. Uva Utomo Oleh: 2011-061-046 Ardy Fenando 2011-061-050 Tia Listyana 2011-061-093 Jenifer Lesmana 2012-061-094 Beatrice Belinda Phang 2012-061-095 Madyline Victorya Katipana 2012-061-096 Prasetya Wibisono H2A009012 Devi Anggraini H2A009020 Gharini Sumbaga N. H2A009026 Juhan Baidowi H2A009050 Zulfa H.P.

Trauma Tajam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik

Citation preview

Page 1: Trauma Tajam

REFERAT

TRAUMA TAJAM

KTI ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Penguji:

dr. Gatot Suharto, SH, SpF, Mkes

Pembimbing:

dr. Uva Utomo

Oleh:

2011-061-046 Ardy Fenando

2011-061-050 Tia Listyana

2011-061-093 Jenifer Lesmana

2012-061-094 Beatrice Belinda Phang

2012-061-095 Madyline Victorya Katipana

2012-061-096 Prasetya Wibisono

H2A009012 Devi Anggraini

H2A009020 Gharini Sumbaga N.

H2A009026 Juhan Baidowi

H2A009050 Zulfa H.P.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PERIODE 19 AGUSTUS 2013 - 31 AGUSTUS 2013

Page 2: Trauma Tajam

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan referat ini. Suatu tema yang menarik yang kami ambil untuk menjadi bahan penulisan berkaitan dengan “Luka Benda Tajam”. Dewasa ini, menjadi satu tuntutan penting bagi dokter untuk juga turut dapat bidang medikolegal. Untuk itu, sebagai seorang dokter bukan hanya kemampuan mengobati saja yang diperlukan tetapi juga melakukan penilaian dan menyusun laporan yang dapat menjadi barang bukti sah guna membantu terangnya suatu perkara.

Oleh karena itu, melalui penulisan referat ini, diharapkan untuk dokter umum dapat mengenali dan mengidetifikasi luka, khususnya luka benda tajam. Demikianlah penulisan referat ini, semoga dapat membawa manfaat kepada pembaca.

Semarang, 26 Agustus 2013Hormat kami,

Penyusun

Page 3: Trauma Tajam

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Tujuan ....................................................................................................................... 1

C. Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Trauma Benda Tajam .................................................................................. 3

B. Benda Tajam

1. Sifat dan Jenis Benda Tajam................................................................................ 3

2. Mekanisme Benda Tajam Menimbulkan Trauma pada Tubuh ........................... 4

3. Lokasi Terjadinya Trauma

C. Ciri Umum Luka Benda Tajam ................................................................................. 4

D. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam ...................................................................... 5

E. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul ....................................................... 9

F. Perbedaan Sifat Luka antara Luka Bunuh Diri, kecelakaan, dan Pembunuhan ........ 9

G. Pembagian Derajat Luka ........................................................................................... 11

H. Apek Medikolegal ..................................................................................................... 12

BAB III. KESIMPULAN ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... iii

LAMPIRAN ...................................................................................................... iv

Page 4: Trauma Tajam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas

jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Logos berarti ilmu. Jadi pengertian dari

traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan

terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup. Kegunaannya selain untuk kepentingan

pengobatan (dalam ilmu kedokteran bedah) juga untuk kepentingan forensic, sebab dapat

diaplikasikan untuk membantu penegak hokum dalam rangka untuk membuat terangnya

tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang. Raumatologi dapat dimanfaatkan

untuk membantu menentukan jenis penyebab trauma, waktu terjadinya trauma, cara

melakukannya, dan akibat dari trauma tersebut.

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumai dalam kasus forensik. Di

dalam ilmu forensik, trauma berdasarkan sifat dan penyebabnya diklasifikasikan dalam

beberapa cara, yaitu mekanik, fisika, dan kimia. Trauma mekanik dapat diakibatkan oleh

kekerasan benda tajam, kekerasan benda tumpul, dan tembakan senjata. Jenis senjata atau

alat yang digunakan serta cara melakukannya mempengaruhi jenis luka yang ditimbulkan.

Jenis luka yang disebabkan oleh trauma akibat benda tajam sendiri dapat digolongkan

menjadi luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.1,2

Berdasarkan hasil penelitian statistik hasil otopsi didapati bahwa rongga dada

merupakan lokasi paling sering menjadi sasaran trauma tajam, dibandingkan dengan

trauma tumpul yang paling sering mengenai kepala. Mayoritas korban yang meninggal

akibat tindakan yang tidak disengaja disebabkan oleh trauma tumpul, sedangkan tindakan

kriminal relatif lebih sering menggunakan benda tajam untuk membunuh korban.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Mengenali dan mengatahui luka/trauma benda tajam

Page 5: Trauma Tajam

Tujuan khusus :

1. Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tajam

2. Mengetahui mekanisme terjadinya trauma benda tajam

3. Mengetahui akibat trauma benda tajam

4. Mengetahui pemeriksaan post mortem akibat trauma benda tajam

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa Klinik

Dapat menjadi tambahan pengetahuan forensic mengenai luka/trauma benda tajam,

yang berguna dalam praktik sehari-hari sebagai dokter umum

2. Bagi penulis

Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis

Page 6: Trauma Tajam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Trauma Benda Tajam

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan

dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.1

Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena berciri seperti

garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya tajam, tidak adanya jembatan

jaringan, tebing luka rata, bila ditautkan akan menjadi rapat karena benda tersebut hanya

memisahkan tidak menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus atau melengkung,

serta daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar atau luka lecet. Benda-benda yang

dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi

tajam, baik berupa garis maupun benda dengan ujung yang runcing, contohnya bervariasi

dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, bahkan

tepi kertas ataupun rumput.6

B. Benda Tajam

Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di salah satu

sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau, dimana pisau merupakan

senjata yang paling sering dianggap bertanggung jawab atas terjadinya trauma akibat benda

tajam, tetapi alat-alat lainnya seperti pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet juga dapat

mengakibatkan luka yang dapat dikenali orang.3

Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban,

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Sifat-sifat dari benda tajam

Sifat benda tajam meliputi :

a. Bentuk

b. Ketajaman ujungnya

c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata dua.

Page 7: Trauma Tajam

Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah seperti sebuah

pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah kayu yang ujungnya tajam.

Pada intinya semua benda sesuatu yang mempunyai ujung yang tajam yang dapat

mengakibatkan penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya,

dikategorikan sebagai benda tajam.

2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh

Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut dan arah yang sama,

dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dan irisan.

Oleh karena kenyataan tersebut ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar

dari ukuran lebar pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat

perbedaan bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan kekuatan yang besar

luka yang terjadi akan menjadi luka bacok.

3. Tempat dimana terdapat luka

Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit tidak sama pada

seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-

lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut dapat mengakibatkan

luka yang tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu

melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat pisau terseut

kan terbuka lebar.

C. Ciri Umum Luka Benda Tajam

Ciri umum luka benda tajam meliputi :1

1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.

2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak

menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit lengkung).

3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan

4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

Page 8: Trauma Tajam

D. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam

Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya digunakan. Hal ini

tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara penggunaan senjata tajam dapat

dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan dibacokkan.6

1. Luka Iris

Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang mengenai tubuh

hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris dapat ditandai dengan panjang

luka lebih besar dari dalamnya, tepi rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan

memar dan luka lecet, dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka

runcing.

Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan dan bunuh diri.

Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka kematian korban dapat disebabkan

oleh perdarahan atau masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).

Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang disebut luka

sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu pada lengan-pergelangan

tangan atau leher merupakan irisan-irisan yang berkelompok dengan arah yang

hampir sejajar.4

2. Luka Tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban

yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka

salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau

bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.

Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka tusuk pada

umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu berdasarkan jumlah, letak,

bentuk, ukuran dan sifat.

Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata. Jaringan elatis

dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk

senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis berbentuk garis lengkung pada

seluruh area tubuh, sehingga jika ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya

akan lebar dan pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka

yang terjadi sempit dan panjang.

Page 9: Trauma Tajam

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya

adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar, dimana hal tersebut dapat

menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Manipulasi yang dilakukan pada

saat penusukan, juga akan mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:

a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan kemudian ditusukan

kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai

dengan gambaran biasanya

b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah satu sudut,

sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan

kulit seperti ekor.

c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain

menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih

luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik

terdalam sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit pada titik terdalam

dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar

dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk

ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat

ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini juga dapat

diindikasikan adanya pukulan.

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari senjata

yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda

dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai dengan posisi saat ditusuk sulit

dilakukan atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal

lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota

tubuh pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-

ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan

mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata

paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu

Page 10: Trauma Tajam

kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga

dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.

3. Luka Bacok (Chop Wound)

Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang

ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit dan celurit. Luka

yang disebabkan benda atau senjata yang ukurannya besar akan lebih hebat dan berat,

disebut sebagai luka bacok. Pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau

benda tajam tersebut mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai

tubuh serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.

Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor yang paling

penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan yang disertai serta faktor

ketajaman bagian benda tajam yang mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit,

maka luka akan diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh

korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri.

Istilah ‘dibacokkan’ mengandung pengertian bahwa senjata yang digunakan

adalah senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan tenaga yang

kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh.

Tulang-tulang di bawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut

menderita luka.

Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet

yang dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka akibat penapisan dapat terjadi

pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di

seberang tempat penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada

instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah terkadang

dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bias meninggalkan

cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau

menipis.

Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di

bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan

menggunakan instrument yang lebih berat. Ketebalan tulang tengkorak dapat

dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat. Perlu dicatat

Page 11: Trauma Tajam

kemungkinan dilakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya

melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat

mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki luka bacok.

Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen tajam baik dengan

benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan baik dan memiliki ciri yang dapat

dikenali dari aksi korban. Yang pertama merupakan “tanda percobaan”, yaitu insisi

dangkal yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh

diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan terletak dekat dengan

luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Meskipun jarang sekali

dilaporkan, luka bacok superfisial ini di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang

keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya

merupakan “luka perawatan” yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan

bawah (jarang di tempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi diri

dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrument tajam.

Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam

b. Ukuran luka besar dan menganga

c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka

e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis batas luka

terdapat memar.

Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan dan

kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan, rusaknya organ vital,

emboli udara, infeksi dan sepsis, dan refleks vagal pada luka bacok di daerah leher.

Page 12: Trauma Tajam

E. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul

Tabel 1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul:5

Benda tumpul Benda tajam

Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi

luka tidak rata

Garis batas luka tegas

Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena

sebagian jaringan hancur)

Bila ditautkan membentuk garis lurus

Tebing luka tidak rata dan terdapat

jembatan jaringan

Tebing luka rata, tidak ada jembatan

jaringan

Disekitar garis batas luka ditemukan memar Biasa tidak ditemukan memar

Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah

yang dekat tulang (misalnya daerah kepala,

muka dan ekstremitras) dan bentuk luka

tidak menggambarkan bentuk dari benda

penyebabnya.

Bentuk luka bergantung dari cara

benda tajam tersebut mengenai sasaran

F. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan Kecelakaan

Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang terbanyak

dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban menggunakan

tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari

bawah telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian

luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila korban

menggunakan tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan yang

sebaliknya.6

Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih luka

yang lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka

percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada bagian lain

dari tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada

daerah perut. Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta

Page 13: Trauma Tajam

biasanya tidak menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih

dahulu.6

Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini sesuai

dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi

tersebut merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di

dalam kasus-kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-

luka percobaan tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-

tanda perlawanan pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.

Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat baik

pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada

tangan korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya,

ini disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang

menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah “cadaveric

spasm”, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan

demikian adanya senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat

ditentukan dengan pasti bahwa korban telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa

faktor stres emosional atau ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan

terjadinya “cadaveric spasm”.

Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau

lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-

benda tajam lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan

demikian kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.

Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu

tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau

bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.

Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu,

seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-

luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada

daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak

tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis

serangan lawannya.

Page 14: Trauma Tajam

Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut dimana

terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus

pembunuhan dimana korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat

perbedaan-perbedaan pokok, diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya

luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis.

Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang bentuknya

runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata

yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata

tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga

akan didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil

dan berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan

dengan seteliti dan secermat mungkin.

Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan

Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan

Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar

Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/Banyak

Pakaian Terkena Tidak Terkena Terkena

Luka tangkis Ada Tidak Ada Tidak Ada

Luka percobaan Tidak Ada Ada Tidak Ada

Cedera sekunder Mungkin Ada Tidak Ada Mungkin Ada

G. Pembagian Derajat Luka

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak

disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma. Bila ditinjau dari sudut hukum, luka

merupakan kelainan yang disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat

intentional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk

menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.

Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas

pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kelangsungan hidup janin

dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian,

serta fungsi alat indera.

Page 15: Trauma Tajam

1. Luka Ringan

Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan

jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.

2. Luka Sedang

Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan

jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya untuk sementara waktu (sementara

waktu harus dinyatakan beberapa hari atau bulan).

3. Luka Berat

a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna

b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut

c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera

e. Cacat besar atau kudung

f. Mengakibatkan kelumpuhan

g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau lebih

h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan

H. Aspek Medikolegal

Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat

kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari

permasalahan sebagai berikut:3

a. Jenis luka apakah yang terjadi?

b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?

c. Bagaimanakah kualifikasi luka?

Pengertian kualifikasi luka semata-mata pengertian llmu Kedokteran Forensik, yang

hanya baru dipahami seielah mempelajan pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, yang bersangkutan dengan Bab XX (Tentang Penganiayaan), terutama pasal 351

dan pasal 352; dan Bab IX (Tentang Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab

Undang-Undang), yaitu pasal 90.

Page 16: Trauma Tajam

Pasal 351

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau denda paling banyak tiga ratus rupiah

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

penjara paling lama lima tahun

3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 352

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan, jabatan,

atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat

ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang

yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 90

Luka berat berarti:

1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut

2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan pekerjaan

pencaharian

3. Kehilangan salah satu panca indera

4. Mendapat cacat berat (vermin king)

5. Menderita sakit lumpuh

6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu

7. Gugurya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Page 17: Trauma Tajam

8. Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu. dengan

sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang, maka di dalam

Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah

penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan hakim.

Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat

dipastikan secara obyektif, maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et

Repertum hanyalah menentukan secara obyektif adanya luka, dan bila ada luka,

dokter harus menentukan derajatnya.

Page 18: Trauma Tajam

BAB III

KESIMPULAN

Penulisan referat ini menjawab tujuan yang diinginkan dalam penulisan ini. Referat ini

dapat memberikan informasi yang baik tentang trauma benda tajam yang dinilai dari segi

forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa trauma benda tajam merupakan suatu

kekerasan berupa luka atau cedera yang disebabkan oleh trauma mekanik benda tajam.

Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti, karena dari

pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang digunakan, jenis dan sifat luka,

motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu kejadiannya. Hal tersebut dapat digunakan baik

untuk penilaian medik, juga untuk penilaian dan kepentingan peradilan.

Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk mengetahui

dasar-dasar traumatologi yang baik, serta mampu mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari

dengan tetap berpegang pada hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Page 19: Trauma Tajam

Daftar Pustaka

1. Dahlan, Sofwan. Kedokteran Forensik : “Traumatologi”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.

2. Dahlan, Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuatn Visum et Repertum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.

3. Idris, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksaraa, 1997.

4. Kepolisian Negara Republik Indonesia Dinas Kedokteran Dan Kesehatan. Atlas Kedokteran Forensik Tentang Perlukaan. Cetakan II. Jakarta: Dinas Kedokteran dan Kesehatan Polri Lembaga Kedokteran Kepolisian Unit Kedokteran Forensik, 1995

5. Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Cetakan Kedua.2012.

6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

7. Dix, J. Color Atlas of Forensic Pathology. CRC Press : 2000 : 134-145

Page 20: Trauma Tajam

Lampiran Gambar7

Gambar 1. Pisau dan Komponen-komponennyaGambar 1. Pisau dan Komponen-komponennya

Gambar 2. Luka Tusuk. Sisi kiri merupakan bagian tumpul dan sisi kanan bagian tajam (panah tebal)

Gambar 4. Luka tusuk multiple pada dada yang disebabkan oleh pisau yang sama.

Gambar 3. Elastisitas kulit dapat menyebabkan luka memiliki bentuk yang berbeda.

Page 21: Trauma Tajam

Gambar 5. Luka tusuk multiple. Dan luka tusuk dalam pada rongga perut yang menyebabkan keluarnya isi perut

Gambar 7. Luka insisi yang dalam pada leher dapat terjadi karena motif pembunuhan (tidak ada luka percobaan)

Gambar 6. Luka insisi yang dalam pada leher dapat terjadi karena motif bunuh diri (adanya luka percobaan di leher)

Gambar 8. Luka tusuk pada lengan bawah

Page 22: Trauma Tajam

Gambar 9 . Luka iris dalam di lengan dengan banyak luka percobaan (tanda bunuh diri) Gambar 10 . Luka iris dalam di leher yang

disebabkan oleh gergaji

Gambar 11 . Luka iris postmortem pada genitalia eksterna dan payudara

Page 23: Trauma Tajam

Gambar 12 . Luka tusuk multiple pada leher dan dada

Gambar 13. Luka tusuk pada dada

Gambar 14. Luka tusuk pada jantung ditemukan sudut luka tusuk tumpuh (anak panah)

Gambar 15. Luka Tusuk multiple pada paru

Page 24: Trauma Tajam

Gambar 15. Gambaran Luka Tusuk multiple pada dinding dada.

Gambar 16. Gambaran luka iris superficial dan luka iris dalam