51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain (bahkan kalaupun merupakan hasil cloning), dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok - dalam bentuknya yang minimal - yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal - kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya. Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan ikatan agama. Juga sering kita dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species, yaitu sebagai homo erectus (manusia), atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk Allah. Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan bahkan 1

Tugas Agama Kerukunan Umat Beragama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Agama Kerukunan Umat Beragama

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangManusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain (bahkan kalaupun merupakan hasil cloning), dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok - dalam bentuknya yang minimal - yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal - kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya.Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan ikatan agama. Juga sering kita dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species, yaitu sebagai homo erectus (manusia), atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk Allah.Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan bahkan memerintahkan/menganjurkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal sebagai ukhuwah Islamiah. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman:Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda:Artinya: "Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi."Dari dalil naqli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesama muslim dan juga sesama mu'min adalah bersaudara, di mana tentunya kesadaran terhadap hal ini akan memberikan konsekuensi berikutnya.Penyebutan secara eksplisit adanya persaudaraan antar sesama muslim (dan mu'min) di dalam Al Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dalam prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap penting akan hal ini. Terbukti pada saat hijrah ke Madinah, Rasulullah saw segera mempersaudarakan shahabat Anshor dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja'far bin Abi Thalib yang dipersaudarakan dengan Mu'adz bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhari, Umar bin Khaththab dengan 'Utbah bin Malik, dst. Ulama' besar Hasan Al Banna beliau menerangkan:

: , : , : Dalam bahasa Indonesianya beliau berkata: "Yang saya maksudkan dengan ukhuwah adalah berbagai hati dan ruh berpadu dengan ikatan akidah. Sebab akidah adalah ikatan yang paling kokoh dan elegan. Ukhuwah merupakan cabang dari keimanan, sedang perpecahan adalah cabang dari kekufuran. Kekuatan paling dasar adalah persatuan. Disini tidak ada persatuan tanpa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah legowo (lapang dada) dan puncaknya adalah itsar (mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri).Menanggapi tulisan ini, ada sedikit kekecewaan kita ketika ada satu kesepakatan umum yang mengatakan bahwa ummat Islam sekarang tengah dilanda berbagai macam penyakit yang rumit dan persoalan-persoalan sosial yang banyak, termasuk salah satunya adalah kurangnya rasa ukhuwah islamiyah diklangan ummat Islam lainya.Contoh kecilnya adalah ketika terjadi pemilihan pemimpin sebuah negara yang mayoritasnya ummat Islam, maka selalunya suara ummat Islam menjadi terpecah-pecah menurut golonganya dan benderanya masing masing sehingga menguntungkan pihak lain yang sama sekali tidak 'mengerti' Islam. Padahal disini kita tahu bahwa pemilihan kepemimpinan dalam ummat Islam adalah puncak dari kerucut ukhuwah itu sendiri.Hasan Al Banna kemudian melanjutkan

"Oleh sebab itu, hendaklah kalian saling mencintai dengan sesama. Hendaklah kalian sangat peduli pada ikatan kalian, karena itulah rahasia kekuatan dan keberhasilanmu. Tetaplah tegar sehingga Allah memberikan keputusan dengan hak antara kalian dan kaummu. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Pemberi keputusan."Mengingat ukhuwah merupakan masalah yang sedang meningkat di kalangan umat Islam masa kini, penulis merasa tertarik untuk megambil ukhuwah Islamiyah sebagai judul makalah penulis.

B. Rumusan MasalahPemahaman islam yang masih sempit menjadi salah satu bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya. Apakah permusuhan sesama manusia merupakan sikap yang dibenarkan oleh islam? Ada perbedaan yang mendasar antara umat yang berbeda agama didunia (pluralitas agama), namun apakah antara keduanya tidak saling memerlukan?

C. TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah :1) Untuk mengidentifikasi peranan Islam sebagai Agama rahmat bagi seluruh Alam.2) Untuk memahami bagaimana Ukhwah Islamiyah.3) Mengetahui jenis-jenis ukhuwah Islamiyah.4) Mengetahui apa yang dijelaskan Al-Quran mengenai ukhuwah Islamiyah.5) Mengetahui contoh kasus mundurnya ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan.6) Untuk memahami kebersamaan dalam pluralitas agama.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Peranan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alamDewasa ini, Islampobia telah menjalar di masyarakat, bahkan orang-orang yang berstatus Muslim pun takut kalau hukum Islam diterapkan di Indonesia Raya ini. Padahal kalau kita mau melihat Islam dari sumbernya yang asli dari Quran dan Sunnah, dengan pemahaman generasi-generasi terbaik yang dipuji Allah dan Rasul-Nya, maka kita akan dapati Islam adalah rahmat dan kasih sayang untuk seluruh alam. Ibnu Abbas radliyallahu `anhu berkata tentang ayat ini:Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari adzab di dunia, seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu. (Tafsir Ibnu Katsir 3/222)Oleh karena itu ketika malaikat Jibril datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dalam keadaan beliau terusir dari kaumnya, dilempari dengan batu di Thaif hingga berdarah kakinya, duduk di luar kota tanpa kawan, bermunajat kepada Allah. Malaikat itu berkata:Aku diutus Allah untuk mentaati perintah-Mu. Jika engkau menginginkan agar aku menimpakan gunung ini kepada mereka aku akan laksanakan. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Ya Allah, berilah hidayah pada mereka karena sesungguhnya mereka belum mengetahui. Melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berdoa seperti itu, Jibril mengatakan: Maha benar Allah yang menamakanmu raufur rahim. (Nurul Yaqin hal. 56)Seperti inilah Islam, inilah keadilan. Tidak akan didapati kebijaksanaan yang seperti ini dalam agama lain. Hanya saja orang-orang yang kurang paham dengan Islam dan para ahli bidah merusak gambaran yang indah ini dengan melanggarnya, atau dengan mengada-adakan aturan-aturan baru (bidah) dan kebijaksanaan-kebijaksanaan sendiri yang mereka anggap baik dengan emosi dan hawa nafsunya. Yang akhirnya justru merusak gambaran Islam dan membuat manusia takut kepadanya. a) Rahmat Islam dalam Perang Dalam peperangan, Agama Islam tidak lepas dari sifatnya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan peraturan-peraturan dan hukum-hukum perang. Siapa yang boleh dibunuh dan siapa yang tidak. Bolehkah merusak jasad musuh atau tidak, dan seterusnya. Setiap melepas suatu pasukan untuk berperang Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam selalu memberikan wasiat kepada mereka, yang berisi nasihat dan peraturan peperangan. Di dalamnya kita akan dapati rahmat dan kasih sayang. Simaklah wasiat beliau berikut ini:Diriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dari Aisyah radliyallahu `anha, ia berkata: Bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam jika mengutus seseorang komandan yang membawa sebuah pasukan besar atau kecil beliau mewasiatkan kepada pribadinya untuk bertakwa kepada Allah dan mewasiatkan untuk kaum muslimin dengan kebaikan. Kemudian bersabda: Berperanglah dengan nama Allah di jalan Allah! Perangilah orang yang kafir kepada Allah. Berperanglah tapi jangan mencuri rampasan perang, jangan ingkar janji, jangan merusak jasad musuh, jangan membunuh anak-anak. Jika kalian menemui musuhmu dari kalangan musyrikin, maka ajaklah mereka kepada tiga perkara. Jika mereka menerima salah satunya, maka terimalah dan berhentilah (tidakmemerangi): Ajaklah kepada Islam. Kalau mereka mengikuti ajakanmu, maka terimalah dari mereka dan tahanlah peperangan. Ajaklah kepada Islam. Kalau mereka menyambut ajakanmu, maka terimalah dan ajaklah untuk pindah (hijrah) dari desa mereka ke tempat muhajirin (Madinah). Kalau mereka menolak, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka dianggap sebagai orang-orang arab gunung (nomaden) yang Muslim. Tidak ada bagi mereka bagian ghanimah (pampasan perang) sedikit pun kecuali jika mereka berjihad bersama kaum muslimin. Kalau mereka menolak (untuk masuk Islam) maka mintalah dari mereka untuk membayar jizyah (upeti) (sebagai orang-orang kafir yang dilindungi). Kalau mereka menolak, maka minta tolonglah kepada Allah untuk menghadapi mereka kemudian perangilah. Jika engkau mengepung penduduk suatu benteng, kemudian mereka menyerah ingin meminta jaminan Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah kau lakukan. Tetapi jadikanlah untuk mereka jaminanmu, karena jika kalian melanggar jaminan-jaminan kalian itu lebih ringan daripada kalian menyelisihi jaminan Allah. Dan jika mereka menginginkan engkau untuk mendudukkan mereka di atas hukum Allah, maka jangan kau lakukan. Tetapi dudukkanlah mereka di atas hukummu karena engkau tidak tahu apakah engkau menepati hukum Allah pada mereka atau tidak. (HR. Muslim dalam Kitabul Jihad bab Tamirul Imam no. 1731)Di awal wasiatnya Beliau memperingatkan untuk jangan mencuri, jangan ingkar janji, jangan merusak jasad musuh, jangan membunuh anak-anak, dan seterusnya. Sebuah nasihat yang merupakan kasih sayang Islam kepada seluruh manusia walaupun terhadap orang kafir. Kemudian Beliau menganjurkan untuk memberikan pilihan kepada musuh. Apakah mereka akan masuk Islam atau membayar jizyah yang berarti mereka akan selamat; atau tidak mau memilih keduanya yang berarti perang. Ini merupakan kasih sayang yang sangat besar, memberikan kesempatan kepada musuh untuk selamat dunia dan akhirat. Kalau mereka memilih Islam berarti mereka selamat di dunia dan di akhirat. kalau memilih jizyah berarti selamat di dunia. Sedangkan kalau mereka tidak ingin selamat, maka barulah mereka diperangi.Selanjutnya Beliau menasihatkan dalam memberikan keputusan terhadap musuh tidak boleh mengatasnamakan Allah. Karena bisa jadi dia tidak tepat atau tidak mencocoki hukum Allah dalam memutuskan. Wanita juga termasuk pihak yang tidak boleh dibunuh dalam peperangan. Islam dengan rahmatnya tidakmembolehkan pembunuhan terhadap wanita. Pernah pada suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berjalan bersama pasukannya dalam suatu peperangan. Kemudian Beliau melihat orang-orang berkerumun pada sesuatu, maka beliau pun mengutus seseorang untuk melihatnya. Ternyata mereka mengerumuni seorang wanita yang terbunuh oleh pasukan terdepan. Waktu itu pasukan terdepan dipimpin oleh Khalid bin Walid. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam pun bersabda: Berangkatlah engkau menemui Khalid dan katakan kepadanya: Sesungguhnya Rasulullah melarang engkau untuk membunuh dzuriyah (wanita dan anak-anak, ed) dan pekerja / pegawai. (HR. Abu Dawud). Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:Katakan pada Khalid jangan ia membunuh wanita dan pekerja. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ath-Thahawi. Lihat Ash-Shahihah oleh Syaikh Al-Albani 6 / 314).Dalam riwayat yang lebih shahih dikatakan:Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam melihat seorang wanita terbunuh dalam suatu peperangan. Maka beliau pun mengingkari pembunuhan wanita dan anak-anak. (Muttafaqun `alaihi) Dari riwayat-riwayat ini jelas bahwa wanita dan anak-anak tidak boleh dibunuh dalam peperangan. Sedangkan pegawai atau pekerja yang dimaksud adalah warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan. Mereka ini juga tidak boleh dibunuh. Demikianlah peraturan Islam, betapa indahnya peraturan tersebut. Kaum muslimin sudah mengenal istilah warga sipil yang tidak boleh dibunuh sejak turunnya Al-Quran ribuan tahun yang lalu. Inilah kasih-sayang Islam yang datang sebagai rahmat bagi seluruh alam termasuk kepada musuhnya sekali pun.b) Rahmat dalam Hukum HadDalam hukum had dan qishas, kasih sayang Islam tidak pernah hilang. Di samping hukum itu sendiri memang membawa rahmat, penerapannya pun tidak sembarangan. Membutuhkan penyelidikan dan kepastian serta masih terkait dengan tuntutan korban atau maafnya.Seperti hukum qishas, hukum seorang yang membunuh adalah dibunuh pula. Hukum ini membawa rahmat kepada seluruh kaum muslimin yaitu keamanan dan ketentraman. Bahkan hukum yang sepintas terlihat akan membawa korban lebih banyak, ternyata bagi orang yang cerdas akan terlihat bahwa sesungguhnya hukum ini justru menjaga kehidupan. Allah berfirman : Sesungguhnya pada hukum qishash ada kehidupan bagi kalian wahai orang yang cerdas, semoga kalian bertakwa. (Al-Baqarah: 179) Namun hukum ini pun terkait dengan tuntutan keluarga korban. Jika mereka memaafkan maka tidak dilakukan hukum bunuh melainkan membayar diat, semacam uang denda atau tebusan senilai harga seratus ekor unta yang diberikan kepada keluarga korban. Ini pun merupakan rahmat dan keringanan dari Allah untuk mereka sebagaimana Allah katakan sendiri dalam ayat-Nya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaknya (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (Al-Baqarah: 178) Ini pun kalau benar-benar terbukti ia membunuh dengan sengaja, kalau ternyata tidak sengaja maka tidak ada qishas yang ada adalah diat. Bahkan kalau keluarga korban akan menginfakkan tebusan tersebut kepada sipembunuh dan memaafkannya, berarti ia tidak perlu membayar diat.Walaupun yang dibunuh adalah seorang kafir muahad yang terikat perjanjian, tetap wajib bagi si pembunuh yang Muslim membayar diat kepada keluarga korban serta memerdekakan seorang budak. Tetapi tidak ada qishas baginya. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu) kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu padahal ia mukmin, (maka hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara bertaubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa: 92)Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri atau hukum cambuk (bagi penzina yang belum menikah) dan rajam (bagi penzina yang telah menikah) dan lain-lain merupakan kejahatan yang jika sudah sampai kasusnya kepada pemerintah maka harus ditegakkan hukum padanya. Inipun sesungguhnya merupakan rahmat bagi seluruh kaum muslimin bahkan seluruh manusia. Hukum potong tangan bagi pencuri -misalnya membawa keamanan dan ketenangan bagi seluruh rakyat. Hukum cambuk dan rajam bagi penzina membawa keselamatan bagi seluruh manusia dari berbagai penyakit-penyakit kelamin disamping menjaga keturunan dan nasab, agar tidak tercampur dan kacau. Hukum-hukum ini pun tidak begitu saja diterapkan, tetapi melalui proses dan aturan-aturan yang jelas. Seperti pada hukum potong tangan, tidak semua pencuri di potong tangannya. Jika ia mencuri di bawah tiga dirham, maka ia tidak dipotong tangannya. Berarti ada jumlah tertentu yang menyebabkan seorang pencuri mendapatkan hukuman potong tangan. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Jangan dipotong tangan seorang pencuri kecuali pada pencurian seperempat dinar ke atas. (muttafaqun alaihi. Dengan lafadh Muslim).Sedangkan dalam riwayat Bukhari dengan lafadh sebagai berikut:Dipotong tangan seorang pencuri pada pencurian seperempat dinar ke atas. (HR. Bukhari)Seperempat dinar adalah tiga dirham, karena satu dinar adalah duabelas dirham. Dalam riwayat lain dari Ibnu Umar yang juga dirkeluarkan oleh bukhari dan muslim disebutkan bahwa Rasulullah memotong tangan seorang pencuri yang mencuri sebuah tameng seharga tiga dirham:Dari Ibnu Umar radliyallahu `anhuma bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam memotong tangan pada pencurian sebuah tameng seharga tiga dirham. (Muttafaqun `alaihi) Seperti kita katakan tadi bahwa hukum ini dilaksanakan jika sudah sampai kasusnya pada pemerintah. Adapun jika belum sampai kasusnya pada pemerintah, maka dianjurkan untuk saling memaafkan dan tidak saling menuntut. Abu Majidah menceritakan: Pernah pada suatu hari aku duduk bersama Abdullah bin Masud radliyallahu `anhu, maka beliau pun berkata: Aku ingat orang pertama yang dipotong tangannya oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Waktu itu didatangkan seorang pencuri kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Lalu beliau pun memerintahkan untuk dipotong tangannya. Aku melihat wajah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sepertinya memendam kekecewaan. Maka para shahabat pun berkata: Wahai Rasulullah, sepertinya engkau tidak suka orang itu dipotong tangannya? Maka beliau pun bersabda: Apa yang menghalangiku untuk memotongnya? Kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian menjadi pendukung-pendukung setan terhadap saudaramu! Sesungguhnya tidak pantas bagi seorang imam jika telah sampai kepadanya hukum had kecuali harus menegakkannya. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan cinta pada pemaaf. Maka saling memaafkanlah kalian dan saling memaklumi. Bukankah kalian suka kalau Allah mengampuni kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (HR. Ahmad, Al-Hakim dan Baihaqi. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah 4 / 181).Demikianlah kasih sayang Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang diutus oleh Allah yang Maha Penyayang untuk menebarkan kasih sayang kepada seluruh alam. Kemudian mengenai hukum cambuk dan hukum rajam bagi para pezina. Pernah seorang pemuda datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam meminta ijin untuk berzina. Maka dengan sabar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menerangkan kepadanya cara berfikir yang benar:Bagaimana pendapatmu kalau itu terjadi pada ibumu? Anak itu menjawab: Ayah dan ibuku sebagai jaminan! aku tidak akan ridla. Bagaimana pendapatmu kalau itu terjadi pada istrimu? Anak muda itu menjawab: Ayah dan ibuku sebagai jaminan! aku tidak akan ridla. Demikian seterusnya Beliau menanyakan bagaimana kalau terjadi perzinaan itu pada keluarganya, anak perempuannya, kakak perempuannya, bibinya, ternyata dia tidak ridla. Maka beliaupun bersabda: Kalau begitu orang lain pun tidak ridla perzinaan itu terjadi pada ibu-ibu mereka, istri-istri mereka, anak-anak perempuan mereka, saudara-saudara perempuan mereka, atau pun bibi-bibi mereka. Inilah hikmah ditegakkannya hukum bagi para pezina dengan cambuk atau rajam. Menjaga istri-istri kita, anak-anak perempuan kita, ibu-ibu kita, saudara-saudara perempuan kita, bibi-bibi kita, dan seterusnya. Di samping itu juga penerapannya tidak sembarangan, harus didatangkan empat saksi untuk ditegakkannya hukum ini. Dan saksi-saksi itu harus mengetahui betul kejadiannya. Bahkan harus yakin betul kalau timba telah masuk ke dalam sumurnya. Adapun dugaan, prasangka, atau melihatnya berpelukan, berciuman dan lain-lain belum bisa diterima sebagai saksi sampai ia yakin betul bahwa timba telah masuk ke dalam sumurnya. Empat saksi dalam keadaan yang seperti ini sangat susah didapat. Keadaan seperti ini tidak akan didapat kecuali pada beberapa kemungkinan: Kemungkinan pertama adalah seorang yang datang mengakui bahwa dirinya telah berzina. Ini pun Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berusaha untuk memberikan kesempatan kalau dia mau mencabut ucapannya kembali sebagaimana dalam riwayat berikut: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu bahwa datang seseorang dari kaum Muslimin kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, sedang beliau berada di masjid. Orang itu memanggil Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, aku telah berzina. Rasulullah pun memalingkan wajahnya. Kemudian orang itu bergeser ke hadapan muka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sambil berkata kembali: Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Beliau pun berpaling kembali ke arah lain. Dan orang itu pun kembali mengikuti ke hadapan muka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan mengucapkan kembali ucapannya, demikian sampai empat kali. Setelah empat kali orang itu mempersaksikan atas dirinya dengan zina, Rasulullah memanggilnya dan bersabda: Apakah engkau gila? Orang itu menjawab: Tidak. Beliau berkata lagi: Apakah engkau seorang yang muhsan ? Orang itu menjawab: Ya. Maka Nabi pun memerintahkan kepada kaum Muslimin: Pergilah kalian membawa orang ini dan rajamlah ia. (HR. Muttafaqun `alaih) Dalam riwayat Bukhari, orang tersebut ketika dirajam sempat lari. Yaitu pada saat mulai terasa batu-batu itu menyakiti tubuhnya. Namun orang-orang mengejarnya dan melanjutkan hukuman rajam sampai matinya. Ketika disampaikan kejadian larinya orang tersebut, Rasulullah bersabda:Tidakkah kalian biarkan orang itu lari. Barangkali orang itu bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: Mengapa kalian tidak membawanya kembali kemari. (HR. Abu Dawud) Oleh karena itu, Imam Syafii dan Imam Ahmad menyatakan: Bolehnya seorang yang sudah mengaku berzina mencabut kembali pernyataannya dan jika orang tersebut lari tidak dikejar, semoga dia mau ruju dan mencabut kembali ucapannya. Sekali lagi ini adalah khusus bagi yang datang mempersaksikan dirinya bahwa ia telah berzina. Inilah kasih sayang Islam kepada manusia. Tidak sekejam apa yang digambarkan oleh orang-orang kafir dan munafiqinKemungkinan kedua adalah seorang yang sangat biadab, berzina di tempat terbuka dan menjadi tontonan manusia tanpa merasa malu apalagi merasa berdosa. Atau bahkan pemain dalam adegan-adegan porno didepan para penonton yang membayarnya. Sungguh fitrah kita pun ingin merajam orang yang seperti ini sebelum kita mengerti hukum rajam. Atau kemungkinan ketiga terbukti dengan kehamilan. Berkata Umar bin Khattab dalam khutbahnya: Sesungguhnya rajam itu adalah hak di dalam kitab Allah bagi orang yang berzina jika ia seorang yang muhsan, baik ia laki-laki maupun perempuan jika telah tegak bukti-bukti (saksi-saksi). Atau adanya kehamilan, atau ia mempersaksikan dirinya dengan zina. (Muttafaqun `alaih). c) Rahmat Kepada HewanKepada hewan sekali pun Islam tetap mengajarkan untuk memberikan kasih sayangnya. Dalam memelihara kita harus memberinya makan yang cukup. Dalam menunggangi kita dilarang memberikan beban yang terlalu berat. Dalam menyembelih kita harus menggunakan pisau yang tajam dan di tempat yang langsung mematikan, yaitu di lehernya. Dan seterusnya.Pernah suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memasuki perkampungan kaum Anshar. Kemudian beliau masuk ke suatu tembok kebun salah seorang dari mereka. Tiba-tiba beliau melihat seekor unta yang kurus. Ketika melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, unta itu menangis, merintih dan meneteskan air mata. Maka beliau pun mendekatinya lalu mengusap perutnya sampai ke punuknya dan ekornya. Unta itu pun tenang kembali. Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:Siapa penggembala unta ini? atau dalam riwayat lain beliau bersabda: Siapa pemilik unta ini?Maka datanglah seorang pemuda dari Anshar, kemudian berkata: Itu milikku ya Rasulullah.Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berkata: Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam memelihara ternak yang telah Allah berikan kepadamu itu? Sesungguhnya ia mengeluh kepadaku bahwa engkau melaparkan dan melelahkannya. Yakni beliau menegur si pemilik unta tersebut karena dia kurang dalam memberi makan, tetapi mempekerjakannya dengan beban yang terlalu berat. Maka beliau menegurnya dengan ucapan: Tidakkah kamu takut kepada Allah.Ini mengandung ancaman bagi orang yang menyiksa hewan peliharaannya. Bukankah ini suatu rahmat dan kasih sayang yang besar.B. Pengertian Ukhwah IslamiyahIstilah ukhuwah Islamiyah pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.Cakupan ukhuwah Islamiyah di sini bukan hanya mengenai hubungan sesama umat Islam, tetapi juga menyangkut interaksi dengan umat non muslim, bahkan dengan makhluk Allah lainnya. Seorang pemiik kuda misalnya, tidak boleh membebani kudanya dengan beban yang melampaui batas kewajaran. Dengan demikian, ukhuwah Islamiyah juga mengajarkan pada kita bagaimana memperlakukan makhluk Allah lainnya dengan lembut dan tidak semena-mena, dengan menekankan aspek perikemanusiaan dan kasih sayang terhadap tumbuhan maupun hewan.Dalam bahasa Arab, terdapat beberapa kosa kata yang berkenaan dengan bahasan ini, yaitu kata ukhuwah sendiri yang berarti persaudaraan, ikhwah yang berarti saudara seketurunan, serta ikhwan yang memiliki makna saudara tidak seketurunan. Sementara di dalam Al-Quran, kata akhu yang berarti saudara digunakan untuk menyebut saudara kandung atau seketurunan (QS 4:23), saudara sebangsa (QS 7:65), saudara semasyarakat walau berselisih paham (QS 38:23), serta saudara seiman (QS 49:10). Al-Quran tidak hanya menyinggung perihal ukhuwah insaniyah atau persaudaraan kemanusiaan (antar sesame manusia), tetapi juga memasukkan binatang dan burung ke dalam kategori umat layaknya umat manusia (QS 6:38) sebagai saudara semakhluk atau sesama makhluk Allah (ukhuwah makhluqiyyah).a) Hakikat Ukhwah IslamiyahUkhuwah Islamiyah ialah suatu ikatan yang mempunyai ciri-ciri berikut :1. Ia adalah nikmat Allah swt2. Umpama tali tasbih yang hanya diikat dengan taqwa3. Merupakan kehendak Rabbani4. Merupakan cermin kekuatan iman

Berkenaan dengan usaha peningkatan Ukhuwah Islamiyah ini, adalah sesuatu yang munasabah untuk kita meneliti tahapan-tahapan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah saw dan para sahabat dan selayaknya untuk dijadikan sebagai asas untuk kita berpijak dalam membina Ukhuwah Islamiyah di manapun kita berada.Program peneguhan ikatan Ukhuwah Islamiyah memerlukan proses yang panjang, bertahap dan berterusan.Setidak-tidaknya ada empat tahap yang mesti dilalui sebelum terciptanya Ukhuwah Islamiyah yang benar-benar kuat dan utuh.1) Tahap saling mengenal (TAARUF)Dalam tahap ini, seorang muslim tidak hanya mengenal begitu sahaja saudaranya; namun ia seharusnya pergi lebih jauh dan mencuba untuk mengenali : Penampilan saudaranya. Sifat-sifat (Syakhsiyah) saudaranya. Pemikiran saudaranya.

Pengenalan dalam tahap ini mencakupi aspek jasadi (fizikal), fikri (pemikiran) dannafsi (kejiwaan).2) Tahap saling memahami (TAFAAHUM)Ini merupakan tahap yang penting kerana ia mencakupi berbagai proses penyatuan. Seperti juga dalam tahap pertama, ruang lingkup proses tafaahum ini adalah lebih kurang sama. Perbezaannya terletak pada kekuatan pengenalan.Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahami : Kebiasaan saudaranya. Kesukaan saudaranya. Karakter saudaranya. Ciri khas individu. Cara berfikir saudaranya.

Dengan yang demikian, perasaan-perasaan seperti tidak enak, tidak sesuai dan sebagainya dapat dihapuskan dalam rangka saling menasihati.Dalam tahap ini terdapat tiga bentuk proses penyatuan yang meliputi :a) Penyatuan hati (TALIFUL QULUB)Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam proses pembentukan ukhuwah kerana hati merupakan sumber setiap gerakan dan sikap seseorang dalam :1. Menilai.2. Memilih.3. Mengasingkan.4. Mencintai.5. Membenci.Apabila hati telah terpaut dan jiwa telah menyatu, barulah persaudaraan seseorang dengan yang lainnya akan berjalan lancer, bersih dan dipenuhi rasa kasih sayang.Hati manusia hanya mampu disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara kepada satu simpul ikatan yang fitrah dan simpul tali itu adalah aqidah.Inilah satu-satunya asas berpijak, bertemu dan menjadi pengikat yang utuh dan abadi.Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran : 103)b) Penyatuan pemikiran (TALIFUL AFKAR)Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sejiwa sepatutnya berhimpun bersama untuk mempelajari suatu sumber yang sama sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara berfikir) yang serupa.Bahkan yang jauh lebih penting adalah bila berlaku perbezaan cara pandang, maka dengan titik mula cara berfikir yang sama akan dapat diselesaikan dengan segera sehingga mampu meningkatkan keberkesanan kerja.Ikatan Ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamik dalam menegakkan kalimah Allah SWT.Untuk itu diperlukan tidak hanya sekadar hati yang ikhlas tetapi juga gagasan, pemikiran, konsep dan idealism yang cemerlang.Meskipun sekelompok individu telah saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun kerana terdapat perbezaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan taktik pun menjadi berserakan di mana akhirnya kerja akan membawa kepada kegagalan dan kekalahan.Oleh kerana itulah tahap penyatuan pemikiran ini menjadi suatu kemestian dalam membentuk Ukhuwah Islamiyah.c) Penyatuan kerja (TALIFUL AMAL)Individu-individu yang telah berhimpun di atas tujuan dan pemikiran yang sama ini tidak boleh hanya berdiam diri sahaja atau bekerja sendiri-sendiri.Adalah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu yang diam atau tidak bergerak mempunyai kecenderungan untuk mendapat penyakit misalnya seperti air yang terkumpul dan tidak mengalir boleh menjadi sumber penyakit.Demikian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan memiliki setompok gagasan cemerlang akan menjadi penyakit apabila tidak ada langkah kerjanya. Oleh kerana itu sangat perlu adanya kerja yang nyata dalam berbagai bidang dan keahlian dan agar kerja itu berkesan, maka ianya hendaklah tersusun dalam suatu arus yang terarah.

3) Tahap saling tolong menolong (TAAWUN)Dalam proses penyatuan kerja, adalah suatu yang mutlak diperlukan usaha tolong-menolong yang merupakan usaha lanjutan dari tahap tafaahum (saling memahami) pada tahap kedua di atas.Saling mengenal semata-mata tanpa diteruskan dengan saling memahami tidak akan mampu membentuk hubungan antara individu yang mampu tolong menolong, saling isi-mengisi dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada setiap individu.4) Tahap saling memikul beban (TAKAAFUL)Tahap ini merupakan akhir dari proses Ukhuwah Islamiyyah yaitu timbulnya rasa senasib dan sepenanggungan meliputi suka maupun duka dalam setiap langkah kerja. Apabila tahap takaaful ini terwujud, maka ikatan Ukhuwah Islamiyahpun terbentuk dengan utuh. Dari rangkuman di atas, kita dapat lihat bahwa usaha penyatuan peribadi-peribadi muslim dalam suatu amal Islami adalah merupakan perbuatan yang sia-sia jika tidak dimulai dengan tahapan dan proses yang telah disebutkan itu.b) Klasifikasi UkhuwahBerikut ini merupakan intisari beberapa ayat suci yang menggambarkan pembagian jenis-jenis ukhuwah:1. Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS 17:70).1. Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain (QS 49:13).1. Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan umat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang berkompetisi secara sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48).1. Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Quran dan hadist sekurang-kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:1. Ukhuwah ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang tunduk kepada Allah.1. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama memiliki kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik itu seiman maupun berbeda keyakinan).1. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan keturunan dan kebangsaan.1. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.Keempatnya dilandasi prinsip ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, hal ini memiliki makna persaudaraan yang dijalin secara Islami (berdasarkan syariat Islam).c) Petunjuk Al-Quran mengenai UkhuwahProses berlangsungnya atau bagaimana diterapkannya ukhuwah ini tentunya tak lepas dari persamaan yang dimiliki antarpihak sebagai faktor penunjang yang secara signifikan membentuk persaudaraan. Semakin banyak persamaan yang ada, baik kesamaan rasa maupun kesamaan cita-cita atau target capaian, maka ukhuwah yang terjalin cenderung menguat. Ukhuwah umumnya melahirkan aksi solidaritas, dapat berupa aksi yang positif dan negatif. Contoh ukhuwah yang melatarbelakangi sebuah aksi positif yakni ketika terjadi banjir misalnya, sebuah kelompok masyarakat yang sebelumnya mungkin berselisih paham atau tidak akur antar anggotanya, dapat timbul ukhuwah saat semuanya menjadi korban banjir. Banjir ini menyatukan perasaan mereka, berupa rasa sama-sama menderita dan sepenanggungan. Kesamaan rasa itulah yang kemudian memunculkan kesadaraan untuk saling membantu. Sedangkan contoh ukhuwah yang berakibat aksi negatif ialah pemberontakan oleh sekelompok orang terhadap pemerintahan, akibat rasa persaudaraan yang timbul sesama mereka karena berbagai motif, seperti landasan atau paham Islam yang melenceng sehingga menimbulkan tindakan pengeboman oleh kalangan teroris.

Di dalam Al-Quran, terdapat penjelasan atau petunjuk mengenai pelaksanaan ukhuwah sebagaimana mestinya, sehingga bentuk aksi yang negatif dapat terhindari. Berikut adalah beberapa poin pedoman ukhuwah yang disebutkan dalam kitab suci tersebut:1. Tetaplah berkompetisi secara sehat dalam melakukan kebajikan, meski berbeda agama, ideologi, maupun status (QS 5:48). Janganlah berpikir untuk menjadikan manusia tersatukan dalam keseragaman, dengan memaksa orang lain untuk berpendirian seperti kita misalnya, karena Allah menciptakan perbedaan itu sebagai rahmat, untuk menguji siapa di antara umatNya yang memberikan kontribusi terbesar dalam kebaikan.1. Amanah atau tanggung jawab sebagai khalifah Alah di bumi harus senantiasa dipelihara, mengingat manusia memiliki keharusan menegakkan kebenaran dan keadilan (QS 38:26) serta menjaga keseimbangan lingkungan alam (QS 30:41).1. Kuat pendirian, namun tetap menghargai pendirian orang lain. Lakum dinukum waliyadin (QS 112:4), tidak perlu bertengkar dengan asumsi bahwa kebenaran akan terbuka nanti di hadapan Allah (QS 42:15).1. Meski terkadang kita berbeda ideologi dan pandangan, tetapi harus berusaha mencari titiktemu, kalimatin sawa, tidak bermusuhan, seraya mengakui eksistensimasing-masing (QS 3:64).1. Tidak mengapa bekerja sama dengan pihak yang berbeda pendirian, dalam halkemaslahatan umum, atas dasar saling menghargai eksistensi, berkeadilan dantidak saling menimbulkan kerugian (QS 60:8). Dalam hal kebutuhan pokok (mengatasi kelaparan, bencana alam, wabah penyakit, dsb) solidaritas sosialdilaksanakan tanpa memandang agama, etnik, atau identitas lainya (QS 2:272).1. Tidak memandang rendah (mengolok-olok) kelompok lain, tidak pula meledekatau membenci mereka (QS 49:11).1. Jika ada perselisihan diantara kaum beriman, penyelesaian yang akan dirumuskan haruslahmerujuk kepada petunjuk Al Qur'an dan Sunnah Nabi (QS 4:59).Al Qur'an menyebut bahwa pada hakekatnya orang mu'min itu bersaudara(seperti saudara sekandung), innamal mu'minuna ikhwah (QS 49:10). Hadist Nabibahkan memisalkan hubungan antara mukmin itu bagaikan hubungan anggotabadan dalam satu tubuh dimana jika ada satu yang menderita sakit,maka seluruh anggota badan lainnya solider ikut merasakan sakitnya dengangejala demam dan tidak bisa tidur misalnya. Nabi juga mengingatkan bahwa hendaknyadi antara sesama manusia, tidak ada pikiran negatif (buruk sangka),tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak saling mendengki, tidaksaling membenci, tidak saling membelakangi, tetapi kembangkanlahpersaudaraan (H R Abu Hurairah).Meski demikian, persaudaraan dan solidaritasnya harus berpijak kepadakebenaran, bukan mentang-mentang saudara lalu buta terhadap masalah. Al Qur'anmengingatkan kepada orang mu'min, agar tidak tergoda untuk melakukanperbuatan melampaui batas ketika orang lain melakukan hal yang sama kepadamereka. Sesama mukmin diperintakan untuk bekerjasama dalam hal kebajikan dantaqwa dan dilarang bekerjasama dalam membela perbuatan dosa dan permusuhan,ta'awanu 'alal birri wat taqwa wala ta'awanu 'alal itsmi wal 'udwan.(QS 5:2).d) Kepentingan Ukhwah Islamiyah1. Di kalangan mereka sendiri, umat Islam ketika ini terpecah-pecah menjadi lebih 55 negara di mana masing-masing bangga dengan negaranya sendiri. Seringkali negara-negara Islam sendiri tidak mempunyai perasaan damai antara satu dengan yang lain. Bahkan tidak jarang pula satu negara dengan yang lain terjadi peperangan kerana hanya satu masalah yang remeh misalnya batas wilayah.2. Umat Islam telah kehilangan satu kepimpinan dan akibatnya sering lemah dan tidak berdayA dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Ini dapat dilihat dengan jelas terhadap peristiwa pembantaian umat Islam yang berlaku di Palestin, Kashmir, Bosnia, Asia Tengah, India dan lain-lain.3. Hubungan di antara orang-orang Islam sendiri tidak begitu kemas di mana kita sering tidak memberikan hak kepada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya ikatan antara sesama muslim menjadi begitu lemah sekali kerana mereka hanya berbaik-baik jika ada keuntungan yang boleh diraih tapi jika tiada apa-apa manfaat keduniaan, maka agak sukar untuk mereka memikirkan akan nasib saudara mereka sendiri dalam Islam seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa di antara orang-orang Islam.e) Kasus Kemunduran Ukhuwah IslamiyahIslam adalah agama yang cinta perdamaian, tetapi akhir-akhir ini Islam diidentikan terorisme dan kekerasan. Hal ini menjadi tantangan para ulama di Indonesia menghadapi gerakan terorisme bukan hanya untuk mengembalikan citra islam yang diidentikkan dengan kekerasan, tapi juga bagaimana mengurangi aksi-aksi kekerasan. Mengingat terorisme adalah dampak dari kekeliruan memahami teks-teks agama disertai konteks kebijakan global negara-negara barat yang tidak adil, maka program melawan kekerasan itu tidak hanya diarahkan pada pelurusan terhadap paham keagamaan kaum muslim, tetapi juga harus berupaya menciptakan tatanan global yang adil.Genderang perang melawan kekerasan sampai pada titik tertentu menjadikan Islam sebagai pusat perhatian masyarakat international. Hal ini disebabkan dua hal yaitu: kekerasan membuat masyarakat dihantui rasa takut dan agama Islam dijadikan pembenar atas aksi-aksi kekerasan. Tentu pandangan ini menyebabkan masyarakat barat menganggap Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme. Tentu pandangan masyarakat barat ini membuat "sakit hati" kaum muslim. Padahal Islam mengajarkan sikap sopan santun dan berbuat baik pada semua seorang, kecuali yang memusuhi agama Islam. Mayoritas masyarakat muslim Indonesia ramah, dan santun. Makanya di masa lalu Islam masuk Indonesia dengan jalan yang damai, tidak masuk dengan jalan peperangan seperti di tempat lain di duniaMakanya sangat lucu kalau Islam diidentikkan dengan kekerasan dan terorisme. Apalagi kalau itu dikaitkan dengan keadaan umat Islam Indonesia yang sangat ramah dan santun. Jelas tuduhan bahwa Islam adalah agama yang keras dan identik dengan terorisme tidak berdasar. Mungkin hanya karena ulah sekelompok oknum tertentu yang menamakan gerakan Islam yang radikal, maka Islam dikatakan teroris. Sungguh kesimpulan yang tidak berdasar dan hanya sebuah rekayasa wacana yang sangat mendiskreditkan Islam itu sendiri.Mestinya kalangan pelaku teror menganggap bahwa jalan kekerasan merupakan pilihan melawan ketidakadilan barat atas kaum muslim, namun menurut Syafii Maarif radikalisme umumnya berakhir dengan malapetaka dan bunuh diri. Sebab, prinsip kearifan dan lapang dada yang diajarkan agama tidak lagi dihiraukan dalam mengatur langkah dan strategi. Sejarah perjuangan Rasul yang pahit dan getir, tapi ditempuh dengan ketabahan, seharusnya menginsafkan umat Islam bahwa cara-cara radikal-emosional akan membawa kita kepada kegagalan dan kesalahan.0. Terorisme di IndonesiaPenggunaan terminology Islam dan jihad sebagai landasan pembenaran atas aksi-aksi kekerasan oleh sekelompok umat Islam hampir saja menjerumuskan dunia pada teori Clash of civilization-nya Samuel P.Huntington. Jika tidak segera diatasi melalui dialog peradaban yang intensif prediksi ini akan kian mengerucut pada sikap saling curiga. Kemajuan suatu peradaban akan dianggap sebagai ancaman, bukan tantangan. Karena anggapan sebagai ancaman itu, maka persoalan akan dihadapi dengan kekerasan. Konteks ini pula yang mendorong kalangan moderat untuk terus-menerus menyelenggarakan forum-forum dialog antar tokoh agama dan pemerintahan.Din Syamsudin menegaskan bahwa radikalisme tidak dibenarkan dalam agama. Islam tak membenarkan tindakan kekerasan tersebut yang kerap memakan korban orang-orang yang tak berdosa Baratpun kerap mencitrakan Islam sebagai teroris. Padahal, selama ini umat Islam selalu mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan sekelompok umat Islam sendiri. Din menekankan pentingnya dialog Islam-Barat. Dialog yang dilakukan harus dalam posisi yang sepandan, Tak ada pihak yang dianggap superior maupun inferior.Teorisme adalah tindakan yang membuat rasa takut menyebar. Noordin M.Top merupakan simbol gembong teroris yang paling diincar negara (polisi) akibat ulahnya yang kerap melakukan pemboman diberbagai tempat. Namun negara pun melakukan kesalahan yang cukup fatal. negara menyebarkan rasa takut lebih massif lagi dengan mengawasi ceramah ramadhan di semua masjid Indonesia. Pengawasan ini membuat umat islam tidak leuasa membangun nuansa islam dibulan suci ini.Mungkin tadinya strategi ini adalah skema menyerang (opensif) yang selama ini negara cukup bersabar bertahan (defensif). Namun justru kebijakan pengawasan ini secara langsung atau tidak langsung telah menyudutkan umat Islam secara keseluruhan sebagai biang terorisme. Hari-hari ini di media-media dibangun stigma bahwa para teroris yang dibunuh polisi itu dikenal oleh tetangganya sebagai orang yang ramah dan santun. Pesan politik dibalik statemen ini adalah mempropagandakan ditengah-tengah masyarakat hati-hati terhadap orang yang ramah dan santun.Padahal budaya ramah dan santun adalah budaya yang Islami. Masalahnya adalah terkesan adanya sumber statemen tunggal itu dari tetangganya, bukan dari keluarga korban atau bahkan dari korban sendiri. Polisi main hakim sendiri dengan tidak memberikan kesempakatan pada mereka yang jadi korban untuk mengungkap argument dibalik tindakannya. Disini tampak bahwa sumber klarifikasi cuma-cuma: polisi dan tetangga itu berstatemen by desain?Tindakan pengawasan polisi ini terlalu berlebihan, karena dapat berpotensi untuk memprovokasi umat Islam. Tindakan ini membawa ke suasana masa lalu, bagai menarik mundur sejarah cerah masa depan bangsa kemasa kelam orde baru. Cirinya mirip: umat Islam menjadi korban, media dikendalikan, militer (polisi) diperalat negara untuk kepentingan pihak tertentu.Polisi adalah alat negara. Pertanyaannya siapakah yang mempermainkan alat ini? Tampaknya tidak baik kita berspekulasi. Yang pasti arus keluar masuk keuangan polisi harus diaudit. Karena untuk kerja pengintaian masjid-masjid selama 30 hari ramadhan tidak mungkin sudah dianggarkan APBN sebelumnya. Adakah titipan dana asing masuk ke dalam arus kas polisi. Dan adakah permainan tingkat tinggi di antara para pemegang alat negara ini? Begitu pula sketsa-sketsa wajah yang dilakukan polisi menunjukkan bahwa polisi jauh lebih kenal dimana teroris itu berada. Tapi kenapa yang tidak dibuatkan sketsanya malah menjadi korban. Lantas adakah Noordin M. Top itu? Tokoh yang by desain rekayasa?Dalam pengembaraannya Noordin M.Top melanglang buana menebar teror. Noordin M. Top juga sebagai ketua pelaksana merangkap bagian pendanaan, penyedia bahan peledak, dan tenaga bom bunuh diri. Noordin M. Top digambarkan dengan sososk setinggi 173 senti meter, berbadan gempal, dan berkulit kuning cerah. Laki-laki Johor, Malaysia 11Agustus 1969, ini bercambang . Logat bicaranya kental Melayu. Tas kecil selalu menemaninya dalam beraktivitas. Sampai tulisan ini ditulis Noordin M.Top tetap menjadi buronan aparat nomor wahid dan masyarakat yang bisa memberi tahu keberadaannya akan mendapat kado istemewa dari aparat kepolisian berupa uang satu milyar.Ini menunjukan bahwa kelompok Noordin M Top ini termasuk jaringan baru terorisme di Indonesia. Karena itulah pasca kematian Azhari bukanlah akhir drama terorisme di Indonesia. Aksi terorisme akan melanda negeri ini selama Israel masih bercokol dibumi Palestina dan ketidakadilan Barat terhadap dunia Islam, serta ketidakmampuan aparat menangkap otak aksi terorisme di Indonesia. Orang seperti Imam Samudra, Noordi M.Top, mendiang Azhari dan lain-lain bukan otak terorisme di Indonesia. Mereka hanyalah pelaku lapangan yang otak-otaknya ada diluar negeri dan diduga didalangi oleh Al-Qaeda.C. Kebersamaan dalam pluralitas agamaSikap menghargai dan toleransi terhadap pemeluk agama lain adalah mutlak dan harus dijalankan. Kita harus mengakui bahwa Pluralitas memang harus ada dalam kehidupan ini agar tercipta masyarakat yang aman dan sejahtera. Namun bukan berarti kita beranggapan bahwa semua agama adalah sama, dalam arti tidak menganggap bahwa Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian sembah. Bagaimanakah seharusnya kita memahami hal ini?Al-Quran telah menyebutkan bahwa pluralitas (kemajemukan), yaitu keragaman keyakinan manusia, adalah rancangan Allah, atau hukum alam yang ada dan tidak akan hilang tanpa kehendakNya. Wa lau syaa'a rabbuka la'aamana man fil ardi kulluhum jami'aa, a fa anta tukrihunnaasa hattaa yakuunuu mu'miniinArtinya : Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (QS. Yunus:99)Ayat di atas menerangkan bahwa jika Allah SWT. berkehendak agar seluruh manusia beriman kepada-Nya, maka hal itu akan terlaksana, karena hal itu adalah mudah bagi-Nya. Tetapi Dia tidak menghendaki hal itu. Dia berkehendak melaksanakan sunah-Nya di alam ciptaan-Nya ini, dan tidak seorang pun dapat merubahnya kecuali Dia sendiri yang menghendakinya. Di antara sunah-Nya itu ialah memberi manusia akal, pikiran dan perasaan yang membedakannya dengan malaikat dan makhluk-makhluk yang lain. Dengan akal, pikiran dan perasaannya itu manusia menjadi makhluk berbudaya, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, baik untuk dirinya, untuk orang lain maupun untuk alam semesta ini. Kemudian manusia diberi balasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya itu; perbuatan baik dibalas dengan pahala dan perbuatan jahat dan buruk dibalas dengan siksa. Wa maa kaana li nafsin an tu'mina illaa bi iznillaah, wa yaj'alur-rijsa 'alal-ladziina laa ya'qiluunArtinya : Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. Yunus:100)Segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kehendak-Nya. Allah swt. menunjuki dan memudahkan seseorang beriman, bila orang itu mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat yang telah disampaikan kepada para Rasul-Nya dan Dia memandang hina dan mengazab setiap orang yang tidak mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat-Nya. Wa anzalnaa ilaikal-kitaaba bil-haddi mushaddiqal limaa baina yadaihi minal kitaabi wa muhaiminan 'alaihi fahkum bainahum bimaa anzalallaahu wa laa tattabi' ahwaa'ahum 'ammaa jaa'aka minal haqq, li kullin ja'alnaa minkum syir'ataw wa minhaajaa, wa lau syaa'allaahu la ja'alakum ummataw waahidataw wa laakil li yabluwakum fii maa aataakum fastabiqul khairaat, ilallaahi marji'ukum jamii'an fa yunabbi'ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifunArtinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al-Maa'idah:48)Sekiranya Allah SWT. menghendaki, tentu Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syariat dan satu jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan. Allah SWT. menghendaki manusia menjadi makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dst.Untuk itulah, Allah SWT. mengutus para Rasul untuk menjelaskan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakukan. Manusia dengan akal, pikiran dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para Rasul itu. Tidak ada sesuatu paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya, apakah yang baik atau yang buruk. Islam tetap menghormati pilihan individu, mengakui kebebasan dalam mengambil pilihan pribadi sesuai dengan keyakinan masing-masing, yang masing-masing akan berbuah imbalan atau konsekuensi di akhirat nanti. Laa ikraaha fid-diin, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur bit-thaaguuti wa yu'mim billaahi fa qadistamsaka bil 'urwatil-wusqaa lanfishaama lahaa, wallaahu samii'un aliimTidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 256)Maha Bijaksana Allah yang telah menciptakan manusia, sang khalifah bumi, dengan hak istimewa berupa kebebasan untuk memilih sesuai dengan keyakinannya. Allah SWT. menghendaki dan memberikan syariat tersendiri kepada tiap-tiap umat untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Fa li zaalika fad', wastaqim kamaa umirt, wa laa tattabi' ahwaa'ahum, wa qul aamantu bimaa anzalallaahu min kitaab, wa umirtu li a'dila bainakum, Allaahu rabbunaa wa rabbukum, lanaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum, laa hujjata bainanaa wa bainakum, Allaahu yajma'u bainanaa, wa ilaihil-mashiir.Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: `Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).(Asy-Syuuraa:15)Begitulah Al-Quran memandang Pluralitas di antara umat manusia. Sepakat untuk saling berbeda tentang identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin), dengan batas yang jelas menyangkut akidah keimanan. Bersikap dewasa dalam perbedaan, dan saling menghormati pilihan. Akan tetapi, jangan sampai kita tergelincir ke dalam pemahaman yang salah bahwa semua agama adalah sama. Pasti ada satu pilihan terbaik, - pilihan yang diridhoi oleh Allah SWT di antara sekian banyak pilihan. Oleh karena itu seharusnya manusia menggunakan akalnya untuk memilih dan berlomba-lomba menuju jalan yang terbaik, berbuat kebaikan dan beramal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw, syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

BAB IIIPENUTUB

A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa cara agar dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam ialah :1. Menerapkan syariat Islam secara kffah dalam wadah Khilafah Islamiyah.2. Menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad. Jadi, terlepas dari kita mau menjalin Ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap kekal dan dakwah Islam akan terus berjalan, tetapi kita tidak boleh hidup tanpa Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah muncul sebagai penyangga kepada kekuatan aqidah dan merupakan nikmat yang Allah swt berikan di samping ianya juga adalah suatu kehendak Allah swt. Kita hanya mampu berusaha untuk sentiasa mempersatukan hati-hati kita, namun Allah jualah yang dapat memadukannya. Muslim dan Non Muslim harus diperlakukan sama sebagai warga negara Secara khusus malah yang wajib bagi muslim tidak wajib bagi non muslim, seperti membayar zakat, ini tidak wajib bagi yang beragama non Islam. Dalam kehidupan publik, warga non muslim mendapat perlakuan sama dengan yang muslim. Seperti keduanya berhak mendapat perlindungan keamanan, pendidika dan layanan kesehatan gratis. Jika seorang muslim tidak boleh diciderai jiwa dan kehormatannya serta diambil hartanya tanpa hak, maka begitu juga non muslim.

B. SaranPentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya.3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang beribadah.4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

DAFTAR PUSAKA

Drs. M. Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta: Kota Kembang, 1991.A. Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2 : Muamalah dan Akhlaq, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.Sumber: http://sherwintobing.com/2007/08/30/kerukunan-antar-umat-beragama-di-indonesia-mungkinkah/comment-page-1/ . Diakses tanggal 15 September 2012Sumber : http://www.misterguru.web.id/2011/08/pluralitas-agama-menurut-islam.html#ixzz26hcaa5tL. Diakses tanggal 15 September 2012Sumber : http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/14/islam-dan-pluralitas-agama/. Diakses tanggal 15 September 2012Sumber : http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/. Diakses tanggal 15 September 2012Sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=134434786060&topic=10238Sumber : http://koswara .wordpress.comSumber : http://mubarok institute.blogspot.comSumber : http://www.hidayatulah.comSumber : http://kajian-muslimah.blogspot.com

15