10
TUGAS FARMAKOLOGI OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 1. AAM CITRIDA PRAMITA 2. ARI KUNCORO 3. AGNES THERESIA 4. AULIA DWI NATALIA 5. DELLA ROSALIA 6. …. 7. ………. 8. ……..

TUGAS FARMAKOLOGI OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua subbagian besar : otonom dan somatic. System Saraf Otonom (SSO ; Autonomic Nervous System, ANS) sifatnya independen dimana aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran. SSO terutama berkaitan dengan fungi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke berbagai organ, sistem pencernaan, dsb) yang penting bagi kehidupan. System saraf somatik adalah non otonom dan berkaitan dengan fungsi yang dipengaruhi oleh kesadaran, seperti gerakan, pernafasan dan postur. Kedua sistem mendapat masukan aferen penting (sensoris) yang menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran motor melalui lengkung refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas.

Citation preview

Page 1: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

TUGAS FARMAKOLOGI OBAT – OBAT OTONOM DAN

SUSUNAN SARAF PUSAT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. AAM CITRIDA PRAMITA2. ARI KUNCORO3. AGNES THERESIA4. AULIA DWI NATALIA5. DELLA ROSALIA6. ….7. ……….8. ……..

Page 2: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

9. ………..10. ………

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES DEPKES PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN

2006/2007

I. Teori Pendahuluan

Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua subbagian besar :

otonom dan somatic. System Saraf Otonom (SSO ; Autonomic Nervous System,

ANS) sifatnya independen dimana aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran.

SSO terutama berkaitan dengan fungi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke

berbagai organ, sistem pencernaan, dsb) yang penting bagi kehidupan. System saraf

somatik adalah non otonom dan berkaitan dengan fungsi yang dipengaruhi oleh

kesadaran, seperti gerakan, pernafasan dan postur. Kedua sistem mendapat masukan

aferen penting (sensoris) yang menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran

motor melalui lengkung refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas.

Sistem saraf mempunyai beberapa sifat yang sama dengsn sistem endokrin, yang

merupakan sistem utama lain untuk mengontrol fungsi tubuh. Termasuk didalamnya

adalah integrasi tingkat tinggi di dalam otak, kemampuan mempengaruhi proses yang

terjadi di dalam tubuh di area yang jauh, dan penggunaan umpan balik negatif secara

luas. Kedua sistem tersebut menggunakan bahan kimia sebagai transmitter dari

informasinya. Di dalam sistem saraf, transmitter kimia berada di antara sel saraf dan

antara sel saraf dan sel – sel efektor mereka. Transmisi kimia terjadi melalui rilis

sejumlah kecil substansi transmitter dari terminal saraf ke dalam celah sinaptik.

Transmiter kemudian melewati celah secara difusi dan mengaktifkan satau

menghambat sel pascasinaps dengan cara berikatan dengan molekul reseptor khusus.

Dengan menggunakan obat – obat yang menyerupai atau menghambat kerja dari

transmitter kimia, kita bisa secara selektif memodifikasi fungsi otonomik. Fungsi ini

Page 3: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

melibatkan berbagai macam jaringan efektor, termasuk otot jantung, otot polos,

endotelium pembuluh darah, kelenjar eksokrin dan ujung saraf prasinaptik. Obat

otonom sangat berguna dalam beberapa keadaan klinis. Sebaliknya, sejumlah besar

obat yang digunakan untuk tujuan lain mempunyai efek yang tidak diinginkan pada

fungsi otonomik.

ANATOMI SISTEM SARAF OTONOM

Sistem saraf otonom terbagi dalam dua bagian : kelompok simpatis

(torakulumbal) dan kelompok parasimpatis (kraniosakral). Kedua kelompok ini

berasal dari inti yang ada da dalam sistem saraf pusat dan membangkitkan serat

praganglion eferen yang keluar dari batang otak atau korda spinalis dan berakhir pada

ganglia motorik. Serat praganglionik simpatik meninggalkan sistem saraf pusat

melalui saraf lumbar dan toraks tulang belakang, yang membangkitkan sistem

torakulumbar. Serat praganglionik parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat

melalui saraf otak (terutama saraf ketiga, ketujuh, kesembilan dan kesepuluh) dan

akar sacral spinalis yang ketiga dan keempat.

Sebagian besar serat praganglionik simpatis berakhir di ganglia yang terdapat di

rantai paravertebral yang terletak di setiap sisi tulang belakang. Serat praganglionik

simpatis yang tersisa berakhir di ganglia pravertebral yang terletak di depan vertebra.

Dari ganglia, serat pascaganglionik simpatis bergerak menuju jaringan yang disarafi.

Beberapa serat praganglionik parasimpatis berakhir di ganglia parasimpatis yang

terletak di luar organ yang disarafi : ciliary, pterygopalatine, submandibular, otic dan

beberapa ganglia pelvis. Sebagian besar serat praganglionik parasimpatis berakhir di

sel ganglion yang didistribusikan secara menyebar atau di jaringan yang ada dinding

organ yang disarafi. Penting untuk diingat bahwa istilah “simpatis” dan

“parasimpatis” merupakan sesuatu yang anatomis dan tidak bergantung pada tipe

transmitter kimia yang dikeluarkan dari ujung saraf dan bukan jugs merupakan jenis

efek (rangsangan atau hambatan) yang disebabkan oleh aktivitas saraf.

Sebagai pelengkap dari beberapa motor periferal sistem saraf otonom ini,

terdapat sejumlah besar serat sensorik yang berjalan yang berjalan dari perifer ke

pusat. Termasuk pleksus enterikus di usus, ganglia otonom, dan sistem saraf pusat.

Page 4: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

Banyak neuron sensorik yang berakhir di sistem saraf pusat, berakhir di hipotalamus

dan medulla dan menimbulkan aktivitas motor refleks yang kemudian dibawa oleh

serat eferen kesel efektor. Terdapat bukti bahwa beberapa dari serat sensorik juga

mempunyai fungsi motor periferal yang penting.

Sistem Saraf Enterik (SSE) (enteric nervous system, ENS) adalah sekumpulan

neuron yang sangat terorganisasi. SSE ini terletak di dalam dinding sistem

gastrointestinal. Sering juga dianggap sebagai divisi ketiga dari SSO. SSE meliputi

pleksus mienterikus (plexus of Auerbach) dan pleksus submukosa (plexus of

meissner). Jaringan neuron ini menerima serat praganglionik dari sistem parasimpatis

dan juga dari akson simpatis pascaganglionik. Mereka menerima input sensorik dari

dalam dinding usus. Serat dari badan sel yang ada di pleksus menuju ke otot usus

halus untuk mengontrol motilitas usus. Serat motor yang lain bergerak ke sel-sel

sekretorik. Serat sensorik menerima informasi dari mukosa dan dari reseptor

keregangan ke motor neuron di pleksus dan ke neuron pascaganglionik di ganglia

simpatis. Serat parasimpatis dan simpatis yang melewati neuron-neuron pleksus

enterikus mempunyai peran modulasi, separate yang ditunjukkan dengan observasi

bahwa tidak adanya input dari kedua bagian SSO tidak sepenuhnya menghentikan

aktivitas di pleksus atau di otot halus dan kelenjar yang diinervasi.

NEUROTRANSMITER KIMIAWI DARI SISTEM SARAF OTONOM

Klasifikasi saraf otonom berdasarkan pada molekul transmitter utama yaitu

acetylcholine atau norepinephrine yang dikeluarkan dari ujung bouton dan

variokositas mereka. Sejumlah besar serat saraf perifer sistem otonom menyntesis dan

mengeluarkan acetylcholine, mereka disebut serat kolinergik (cholinergic), mereka

bekerja dengan cara mengeluarkan acetylcholine. Serat saraf sistem otonom ini

termasuk didalamnya adalah serat eferen otonom praganglionik, serat motor somatik,

yang menuju otot bergaris. Hampir semua serat eferen yang keluar dari sistem saraf

pusat adalah kolinergik. Sebagai tambahan, semua serat pascaganglionik parasimpatis

adalah kolinergik dan hanya beberapa serat pascaganglionik sismpatis yang

kolinergik. Sebagian besar serat pascaganglionik simpatis mengeluarkan

norepinephrine (noradrenaline) ; serat seperti ini disebut serat noeadrenergik. Mereka

Page 5: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

bekerja dengan cara melepasakan norepinephrine. Terdapat beberapa bukti bahwa

dopamine dikeluarkan oleh beberapa serat perifer simpatis. Sel medulla adrenal, yang

secara embriologis disamakan dengan neuron pascaganglionik simpatis,

mengeluarkan campuran dari epinephrine dan norepinephrine. Pada tahun – tahun

terakhir ini diketahui bahwa sebagian besar saraf otonom juga mengeluarkan

beberapa substansi transmitter (kontrasmiter) sebagai pelengkap dari transmitter

utama.

Lima segi kunci fungsi neurotransmitter menggambarkan target potensial dan

terapi farmakologis yaitu : sintesis, penyimpanan, rilis, aktivasi reseptor, dan

penghentian aksi.

TRANSMISI KOLINERGIK

Terminal neuron kolinergik berisi sejumlah besar vesikel kecil yang melekat pada

membran yang terkonsentrasi di dekat bagian sinaptik membrane sel dan sejumlah

kecil vesikel besar berinti-padat yang terletak agak jauh dari membrane sinaps.

Vesikel-vesikel yang besar berisi peptida dalam konsentrasi tinggi, sementara vesikel

kecil jernih berisi sebagian besar acetylcholine. Vesikel-vesikel ini disintesis di soma

neuron dan ditransportasikan ke terminal. Vesikel ini juga bisa didaur ulang beberapa

kali di dalam terminal. Vesikel-vesikel ini berisi acetylcholine dalam konsentrasi

tinggi dan molekul-molekul lain(separate peptida) yang bekerja sebagai kotransmiter.

Acetylcholine disintesis di sitoplasma dari acetyl-CoA dan choline melalui aksi katalik

dari enzim choline acetyltransferase (ChAT). Acetyl-CoA didintesis di

mitokondria,yang tersedia dalam jumlah banyak di ujung saraf. Choline

ditansportasikan dari cairan ekstraseluler ke dalam terminal neuron oleh pembawa

membran bergantung-natrium. Pembawa ini bisa disakat oleh sekelompok obat yang

disebut hemicholinium. Setelah disintesis,acetylcholine ditransportasikan dari

sitoplasma ke dalam vesikel-vesikel oleh sebuah antiporter yang mengubah proton-

proton. Transporter ini bisa disakat oleh vesamicol( Usdinet.al.,1995). Sintesis

acetyicholine merupakan suatu proses yang cepat yang dapat mendukung sangat

tingginya laju rilis transmitter. Penyimpanan “quanta” dari molekul acetylcholine

(biasanya 1.000-50.000 molekul dalam setiap vesikel)

Page 6: TUGAS FARMAKOLOGI  OBAT – OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

Rilis transmitter tergantung pada kalsium ekstraseluler dan timbul bila terjadi aksi

potensial pada terminal dan memicu masuknya ion-ion kalsium. Meningkatnya

konsentrasi ca mendestabilisasi vesikel-vesikel penyimpanan dengan cara berinteraksi

dengan protein khusus yang berhubungan dengan membran vesikel. Penyatuan

membran vesikel dengan membran terminal timbul melalui interaksi antarprotein

vesikel separate synaptotagmin dan synaptobrevin,dengan beberapa protein dari

membran terminal separate SNAP-25 dan syntaxin. Penyatuan membran ini

menyababkan ekspulsi eksositotik-pada saraf motor somatik-beberapa ratus quanta

acetylcholine ke dalam celana sinaps. Jumlah transmiter yang dirilis oleh satu

depolarisasi terminal saraf pascaganglionik otonom mungkin lebih sedikit. Sebagai

tambahan pada acetylcholine, satu atau lebih kotransmiter bisa dilepaskan pada waktu

tang sama( table 6-1). Proses rilis vesikel Ach dapat disakat oleh toksin botulinum

melalui perubahna enzimatis dua asam amino dari satu atau lebih protein yang

menyatu.

Setelah dirilis dari ujung pransinaptik, molekul acetylcholine akan terikat dan

mengaktifkan reseptor acetylcholine(kolinoseptor). Pada akhirnya (dan biasanya

sangat cepat), semua acetylcholine yang dikeluarkan akan menyebar ke dalam

bersama molekul acetylcholinesterase(AChE). AChE kemudian secara efesien

memecah acetylcholine menjadi choline dan acetat,yang masing-masing tidak

mempunyai efek transmiter yang signifikan, dan berakhirnya aksi sebagai transmiter.

Kebanyakan sinaps koligenik kaya akan acetylcholinesterase; oleh karena itu waktu-

paruh dari acetylcholine sangat pendel. Acetylcholinesterase juga bisa ditemukan di

jaringan lain,separate,sel darah merah (cholinesterase lain dengan spesifisitas

terhadap acetylcholine lebih rendah,butyrylcholinesterase [ pseudocholisterase],

ditemukan di plasma darah,hati,glia, dan jaringan-jaringan lain).