Upload
ukht-marutu
View
681
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua subbagian besar : otonom dan somatic. System Saraf Otonom (SSO ; Autonomic Nervous System, ANS) sifatnya independen dimana aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran. SSO terutama berkaitan dengan fungi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke berbagai organ, sistem pencernaan, dsb) yang penting bagi kehidupan. System saraf somatik adalah non otonom dan berkaitan dengan fungsi yang dipengaruhi oleh kesadaran, seperti gerakan, pernafasan dan postur. Kedua sistem mendapat masukan aferen penting (sensoris) yang menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran motor melalui lengkung refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas.
Citation preview
TUGAS FARMAKOLOGI OBAT – OBAT OTONOM DAN
SUSUNAN SARAF PUSAT
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. AAM CITRIDA PRAMITA2. ARI KUNCORO3. AGNES THERESIA4. AULIA DWI NATALIA5. DELLA ROSALIA6. ….7. ……….8. ……..
9. ………..10. ………
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN
2006/2007
I. Teori Pendahuluan
Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua subbagian besar :
otonom dan somatic. System Saraf Otonom (SSO ; Autonomic Nervous System,
ANS) sifatnya independen dimana aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran.
SSO terutama berkaitan dengan fungi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke
berbagai organ, sistem pencernaan, dsb) yang penting bagi kehidupan. System saraf
somatik adalah non otonom dan berkaitan dengan fungsi yang dipengaruhi oleh
kesadaran, seperti gerakan, pernafasan dan postur. Kedua sistem mendapat masukan
aferen penting (sensoris) yang menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran
motor melalui lengkung refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas.
Sistem saraf mempunyai beberapa sifat yang sama dengsn sistem endokrin, yang
merupakan sistem utama lain untuk mengontrol fungsi tubuh. Termasuk didalamnya
adalah integrasi tingkat tinggi di dalam otak, kemampuan mempengaruhi proses yang
terjadi di dalam tubuh di area yang jauh, dan penggunaan umpan balik negatif secara
luas. Kedua sistem tersebut menggunakan bahan kimia sebagai transmitter dari
informasinya. Di dalam sistem saraf, transmitter kimia berada di antara sel saraf dan
antara sel saraf dan sel – sel efektor mereka. Transmisi kimia terjadi melalui rilis
sejumlah kecil substansi transmitter dari terminal saraf ke dalam celah sinaptik.
Transmiter kemudian melewati celah secara difusi dan mengaktifkan satau
menghambat sel pascasinaps dengan cara berikatan dengan molekul reseptor khusus.
Dengan menggunakan obat – obat yang menyerupai atau menghambat kerja dari
transmitter kimia, kita bisa secara selektif memodifikasi fungsi otonomik. Fungsi ini
melibatkan berbagai macam jaringan efektor, termasuk otot jantung, otot polos,
endotelium pembuluh darah, kelenjar eksokrin dan ujung saraf prasinaptik. Obat
otonom sangat berguna dalam beberapa keadaan klinis. Sebaliknya, sejumlah besar
obat yang digunakan untuk tujuan lain mempunyai efek yang tidak diinginkan pada
fungsi otonomik.
ANATOMI SISTEM SARAF OTONOM
Sistem saraf otonom terbagi dalam dua bagian : kelompok simpatis
(torakulumbal) dan kelompok parasimpatis (kraniosakral). Kedua kelompok ini
berasal dari inti yang ada da dalam sistem saraf pusat dan membangkitkan serat
praganglion eferen yang keluar dari batang otak atau korda spinalis dan berakhir pada
ganglia motorik. Serat praganglionik simpatik meninggalkan sistem saraf pusat
melalui saraf lumbar dan toraks tulang belakang, yang membangkitkan sistem
torakulumbar. Serat praganglionik parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat
melalui saraf otak (terutama saraf ketiga, ketujuh, kesembilan dan kesepuluh) dan
akar sacral spinalis yang ketiga dan keempat.
Sebagian besar serat praganglionik simpatis berakhir di ganglia yang terdapat di
rantai paravertebral yang terletak di setiap sisi tulang belakang. Serat praganglionik
simpatis yang tersisa berakhir di ganglia pravertebral yang terletak di depan vertebra.
Dari ganglia, serat pascaganglionik simpatis bergerak menuju jaringan yang disarafi.
Beberapa serat praganglionik parasimpatis berakhir di ganglia parasimpatis yang
terletak di luar organ yang disarafi : ciliary, pterygopalatine, submandibular, otic dan
beberapa ganglia pelvis. Sebagian besar serat praganglionik parasimpatis berakhir di
sel ganglion yang didistribusikan secara menyebar atau di jaringan yang ada dinding
organ yang disarafi. Penting untuk diingat bahwa istilah “simpatis” dan
“parasimpatis” merupakan sesuatu yang anatomis dan tidak bergantung pada tipe
transmitter kimia yang dikeluarkan dari ujung saraf dan bukan jugs merupakan jenis
efek (rangsangan atau hambatan) yang disebabkan oleh aktivitas saraf.
Sebagai pelengkap dari beberapa motor periferal sistem saraf otonom ini,
terdapat sejumlah besar serat sensorik yang berjalan yang berjalan dari perifer ke
pusat. Termasuk pleksus enterikus di usus, ganglia otonom, dan sistem saraf pusat.
Banyak neuron sensorik yang berakhir di sistem saraf pusat, berakhir di hipotalamus
dan medulla dan menimbulkan aktivitas motor refleks yang kemudian dibawa oleh
serat eferen kesel efektor. Terdapat bukti bahwa beberapa dari serat sensorik juga
mempunyai fungsi motor periferal yang penting.
Sistem Saraf Enterik (SSE) (enteric nervous system, ENS) adalah sekumpulan
neuron yang sangat terorganisasi. SSE ini terletak di dalam dinding sistem
gastrointestinal. Sering juga dianggap sebagai divisi ketiga dari SSO. SSE meliputi
pleksus mienterikus (plexus of Auerbach) dan pleksus submukosa (plexus of
meissner). Jaringan neuron ini menerima serat praganglionik dari sistem parasimpatis
dan juga dari akson simpatis pascaganglionik. Mereka menerima input sensorik dari
dalam dinding usus. Serat dari badan sel yang ada di pleksus menuju ke otot usus
halus untuk mengontrol motilitas usus. Serat motor yang lain bergerak ke sel-sel
sekretorik. Serat sensorik menerima informasi dari mukosa dan dari reseptor
keregangan ke motor neuron di pleksus dan ke neuron pascaganglionik di ganglia
simpatis. Serat parasimpatis dan simpatis yang melewati neuron-neuron pleksus
enterikus mempunyai peran modulasi, separate yang ditunjukkan dengan observasi
bahwa tidak adanya input dari kedua bagian SSO tidak sepenuhnya menghentikan
aktivitas di pleksus atau di otot halus dan kelenjar yang diinervasi.
NEUROTRANSMITER KIMIAWI DARI SISTEM SARAF OTONOM
Klasifikasi saraf otonom berdasarkan pada molekul transmitter utama yaitu
acetylcholine atau norepinephrine yang dikeluarkan dari ujung bouton dan
variokositas mereka. Sejumlah besar serat saraf perifer sistem otonom menyntesis dan
mengeluarkan acetylcholine, mereka disebut serat kolinergik (cholinergic), mereka
bekerja dengan cara mengeluarkan acetylcholine. Serat saraf sistem otonom ini
termasuk didalamnya adalah serat eferen otonom praganglionik, serat motor somatik,
yang menuju otot bergaris. Hampir semua serat eferen yang keluar dari sistem saraf
pusat adalah kolinergik. Sebagai tambahan, semua serat pascaganglionik parasimpatis
adalah kolinergik dan hanya beberapa serat pascaganglionik sismpatis yang
kolinergik. Sebagian besar serat pascaganglionik simpatis mengeluarkan
norepinephrine (noradrenaline) ; serat seperti ini disebut serat noeadrenergik. Mereka
bekerja dengan cara melepasakan norepinephrine. Terdapat beberapa bukti bahwa
dopamine dikeluarkan oleh beberapa serat perifer simpatis. Sel medulla adrenal, yang
secara embriologis disamakan dengan neuron pascaganglionik simpatis,
mengeluarkan campuran dari epinephrine dan norepinephrine. Pada tahun – tahun
terakhir ini diketahui bahwa sebagian besar saraf otonom juga mengeluarkan
beberapa substansi transmitter (kontrasmiter) sebagai pelengkap dari transmitter
utama.
Lima segi kunci fungsi neurotransmitter menggambarkan target potensial dan
terapi farmakologis yaitu : sintesis, penyimpanan, rilis, aktivasi reseptor, dan
penghentian aksi.
TRANSMISI KOLINERGIK
Terminal neuron kolinergik berisi sejumlah besar vesikel kecil yang melekat pada
membran yang terkonsentrasi di dekat bagian sinaptik membrane sel dan sejumlah
kecil vesikel besar berinti-padat yang terletak agak jauh dari membrane sinaps.
Vesikel-vesikel yang besar berisi peptida dalam konsentrasi tinggi, sementara vesikel
kecil jernih berisi sebagian besar acetylcholine. Vesikel-vesikel ini disintesis di soma
neuron dan ditransportasikan ke terminal. Vesikel ini juga bisa didaur ulang beberapa
kali di dalam terminal. Vesikel-vesikel ini berisi acetylcholine dalam konsentrasi
tinggi dan molekul-molekul lain(separate peptida) yang bekerja sebagai kotransmiter.
Acetylcholine disintesis di sitoplasma dari acetyl-CoA dan choline melalui aksi katalik
dari enzim choline acetyltransferase (ChAT). Acetyl-CoA didintesis di
mitokondria,yang tersedia dalam jumlah banyak di ujung saraf. Choline
ditansportasikan dari cairan ekstraseluler ke dalam terminal neuron oleh pembawa
membran bergantung-natrium. Pembawa ini bisa disakat oleh sekelompok obat yang
disebut hemicholinium. Setelah disintesis,acetylcholine ditransportasikan dari
sitoplasma ke dalam vesikel-vesikel oleh sebuah antiporter yang mengubah proton-
proton. Transporter ini bisa disakat oleh vesamicol( Usdinet.al.,1995). Sintesis
acetyicholine merupakan suatu proses yang cepat yang dapat mendukung sangat
tingginya laju rilis transmitter. Penyimpanan “quanta” dari molekul acetylcholine
(biasanya 1.000-50.000 molekul dalam setiap vesikel)
Rilis transmitter tergantung pada kalsium ekstraseluler dan timbul bila terjadi aksi
potensial pada terminal dan memicu masuknya ion-ion kalsium. Meningkatnya
konsentrasi ca mendestabilisasi vesikel-vesikel penyimpanan dengan cara berinteraksi
dengan protein khusus yang berhubungan dengan membran vesikel. Penyatuan
membran vesikel dengan membran terminal timbul melalui interaksi antarprotein
vesikel separate synaptotagmin dan synaptobrevin,dengan beberapa protein dari
membran terminal separate SNAP-25 dan syntaxin. Penyatuan membran ini
menyababkan ekspulsi eksositotik-pada saraf motor somatik-beberapa ratus quanta
acetylcholine ke dalam celana sinaps. Jumlah transmiter yang dirilis oleh satu
depolarisasi terminal saraf pascaganglionik otonom mungkin lebih sedikit. Sebagai
tambahan pada acetylcholine, satu atau lebih kotransmiter bisa dilepaskan pada waktu
tang sama( table 6-1). Proses rilis vesikel Ach dapat disakat oleh toksin botulinum
melalui perubahna enzimatis dua asam amino dari satu atau lebih protein yang
menyatu.
Setelah dirilis dari ujung pransinaptik, molekul acetylcholine akan terikat dan
mengaktifkan reseptor acetylcholine(kolinoseptor). Pada akhirnya (dan biasanya
sangat cepat), semua acetylcholine yang dikeluarkan akan menyebar ke dalam
bersama molekul acetylcholinesterase(AChE). AChE kemudian secara efesien
memecah acetylcholine menjadi choline dan acetat,yang masing-masing tidak
mempunyai efek transmiter yang signifikan, dan berakhirnya aksi sebagai transmiter.
Kebanyakan sinaps koligenik kaya akan acetylcholinesterase; oleh karena itu waktu-
paruh dari acetylcholine sangat pendel. Acetylcholinesterase juga bisa ditemukan di
jaringan lain,separate,sel darah merah (cholinesterase lain dengan spesifisitas
terhadap acetylcholine lebih rendah,butyrylcholinesterase [ pseudocholisterase],
ditemukan di plasma darah,hati,glia, dan jaringan-jaringan lain).