40
Observasi kejang dengan penurunan kesadaran susp. Epilepsi dr. Otniel Budi Krisetya

tugas isip epilepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppt epilepsi

Citation preview

Observasi kejang dengan penurunan kesadaran susp. Epilepsidr. Otniel Budi Krisetya

Laporan Kasus

Identitas

Nama : Ny. B

Umur : 54 thun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kilongan

Status pernikahan : Sudah menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Tanggal masuk : 24 agustus 2015

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Pasien datang dengan kejang dan penurunan kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD BRSD Luwuk dengan keluhan penurunan kesadaran disertai kejang dan diawali oleh nyeri kepala sejak +/- 2 jam SMRS. Awalnya pasien beraktivitas seperti biasa, namun ketika pasien meminta ijin untuk tidur sore, pasien sudah tidak bisa dibangunkan. Pasien langsung dibawa ke IGD dan ketika di IGD pasien kejang. Pasien sudah diberikan diazepam IM 1 ampul, kejang sempat berhenti. Namun 10 menit kemudian pasien kejang lagi, bersifat tonik-klonik, dan diberikan diazepam IV 1 ampul lalu pasien berhenti kejang dan sadar.

Pasien memiliki riwayat nyeri kepala yang lama, riwayat luka tidak ada, gigi berlubang tidak ada, riwayat HT tidak ada.

Demam (-), sakit kepala (+)

Sebelumnya, pasien memiliki masalah dengan suami pasien, dan sudah sekitar 2 hari kabur dari Rumah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa, namun sudah 2 Tahun belakangan ini pasien sering mengeluh kepala bagian belakangnya sakit dan hilang timbul. Jenis nyeri kepala tidak diketahui.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak diketahui apakah ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa.

Riwayat Kebiasaan

-

Riwayat Lingkungan

Dalam batas normal.

Riwayat PekerjaanOs adalah seorang pelajar Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak menggunakan pengobatan apapun

Riwayat alergi

Pasien tidak memiliki alergi terhadap debu rumah tangga. Alergi makanan (-), alergi obat (-), dermatitis atopic (-), rhinitis alergika (-).

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum ( 24 Agustus 2015)

Kesan sakit : Tampak sakit Berat

Kesadaran : GCS masuk E1V1M1

TTV :

TD :180/120 mmHg

N : 94x/menit

R : 24x/menit

S : 36,5oC BB : 52 kg TB : 165 cm

Status Generalis

Kepala

Normochepali, rambut hitam distribusi merata.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks Cahaya Langsung +/+, pupil isokor 3mm/3mm, reflex kornea (-)

Telinga : Normotia, nyeri tarik atau nyeri lepas (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen (-/-)

Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), kavum nasal tampak lapang (+/+)

Mulut : Trismus + , Parese n VII dan XII (-), stridor (+), lidah jatuh ke belakang (+)

Leher

Inspeksi : Tak tampak benjolan KGB dan kelenjar tiroid

Palpasi : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar.

Kaku kuduk (+) , kekakuan pada leher ketika kejang (+)

ToraksInspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan simetris tidak tampak pergerakan nafas yang tertinggal, tulang iga tidak terlalu vertikal maupun horizontal, retraksi otot-otot pernapasana (-).

Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis teraba setinggi ICS 5 1 cm dari garis midclavicula kiri.

Perkusi : Didapatkan perkusi sonor pada kedua lapang paru.

batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan dengan suara redup

batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea sternalis kanan dengan suara redup

batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea midclavicula kiri dengan suara redup

batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan suara redup

Auskultasi :

Jantung : Bunyi jantung I & II regular murmur (-) gallop (-).

Paru : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing ekspirasi (-/-), Ronki (-/-).

AbdomenInspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit, smiling umbilicus (-), hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider navy (-).

Auskultasi : BU (+) normal.Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-).

Palpasi : Teraba supel, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas,

Hepar, lien tidak teraba, ballotemen (-).

Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem ekstremias superior (-/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar eritema (-/-).

Palpasi : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.

 

DIAGNOSISDari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dimana terdapat Penurunan kesadaran dengan Kejang disertai Trismus +, Nyeri Kepala sebelum kejang, dan adanya Tekanan darah yang meningkat, diagnosis sementara yang dapat diambil adalah Observasi Penurunan Kesadaran Dengan kejang susp. Epilepsi dengan Aura DD/ Tumor intracranial.

•DAFTAR MASALAH

PENATALAKSANAANTerapi IGD

Pemasangan monitor + Guedel + O2 10 lpm IVFD RL 20 tpm Injeksi Diazepam IM 10 menit kemudian diulangi IV 1

ampul Drips farbion 1 amp/kolf Inj Piracetam 3 g IV Inj. Ranitidin 1 ampul /12 jam Inj. Citicolin 250mg/iv/8 jam

Konsul ke dr. Veinels SpS Acc Terapi dan Pro ICU

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia

Ad sanationam : dubia ad malam

Ad fungsionam : dubia

Follow up 25/Agustus/2015

S : pasien sadar, kejang (+) 2 kali diawali nyeri kepala

O : TD: 120/80 suhu: 36,7 C

GCS : E4V5M6

Mata : pupil isokor 3mm/3mm , RCL/RCTL +/+

Mulut : Trismus (-)

Leher : Kaku kuduk (+)

Rangsang meningeal : Brudzinski 1 -, laseque > 135, Kernig >70

Babinski -/-

A : Observasi Kejang dengan penurunan kesadaran susp. Epilepsi dd Tumor Intrakranial

P : IVFD RL 20 tpm + Drips Neurosanbe 1amp/24 jam

Pemasangan NGT Alirkan

Inj. Diazepam 1 amp jk kejang

inj. Omeprazole 1 amp/12 jam/iv

Rencana CT Scan Kepala Hasil CT Scan Dalam Batas normal

Follow up 26/Agustus/2015

S : pasien sadar, kejang (+) 1 kali diawali nyeri kepala

O : TD: 110/90 suhu: 36,7 C

GCS : E4V5M6

Mata : pupil isokor 3mm/3mm , RCL/RCTL +/+

Mulut : Trismus (-)

Leher : Kaku kuduk (+)

Rangsang meningeal : Brudzinski 1 -, laseque > 135, Kernig >70

Babinski -/-

A : Kejang susp. Epilepsi dengan Aura

P : IVFD RL 20 tpm + Drips Neurosanbe 1amp/24 jam

Pemasangan NGT Alirkan

Inj. Diazepam 1 amp jk kejang

inj. Omeprazole 1 amp/12 jam/iv

Rencana EEG

Follow up 26/Agustus/2015

S : pasien sadar, kejang (+) 1 kali diawali nyeri kepala

O : TD: 110/90 suhu: 36,7 C

GCS : E4V5M6

Mata : pupil isokor 3mm/3mm , RCL/RCTL +/+

Mulut : Trismus (-)

Leher : Kaku kuduk (+)

Rangsang meningeal : Brudzinski 1 -, laseque > 135, Kernig >70

Babinski -/-

A : Kejang susp. Epilepsi dengan Aura

P : IVFD RL 20 tpm + Drips Neurosanbe 1amp/24 jam

Pemasangan NGT Alirkan

Inj. Diazepam 1 amp jk kejang

inj. Omeprazole 1 amp/12 jam/iv

Rencana EEG

Pembahasan

Pengertian

Epilepsi adalah :

Suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang (≥ 2 bangkitan, > 1 occasion)

Akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermitten disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron

Manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik)

Berlangsung secara mendadak dan sementara

Dengan atau tanpa perubahan kesadaran

Bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked)

Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia

Bukan merupakan penyakit menular atau penyakit jiwa

Bukan pula sebagai akibat kutukan/ guna-guna Dapat diobati sehingga penyandang epilepsi

dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik

Jenis-jenis Bangkitan

Bangkitan parsial Cetusan yang tidak sinkron pada beberapa bagian sel saraf

Bangkitan umum Cetusan mengenai kedua hemisfer secara bersamaan

Gambaran Klinis

Bangkitan parsial sederhana

Tidak terjadi gangguan kesadaran Bangkitan dapat berupa gerakan motorik,

sensorik, otonom, atau psikis Bangkitan tergantung pada lokasi bangkitan di

dalam otak. Bangkitan dapat berupa gerakan motorik yang

dimulai dari tangan, kaki atau muka yang kemudian menyebar pada sisi yang sama

Bangkitan parsial kompleks

Terdapat gangguan kesadaran Dapat diawali dengan aura Sering diikuti oleh gerakan yang tidak

bertujuan seperti mengunyah, menelan, dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas

Terdapat periode bingung setelah kejang berhenti

Bangkitan parsial umum sekunder

Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks yang dalam waktu singkat menjadi bangkitan umum

Bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat kelojotan keempat anggota gerak

Bangkitan umum lena (absence)

Gangguan kesadaran secara mendadak , berlangsung beberapa detik

Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa reaksi

Mata memandang jauh ke depan Mungkin terdapat automatisme Pemulihan kesadaran segera tanpa perasaan bingung Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula

Bangkitan mioklonik

Gerakan mioklonus berupa gerakan seperti menyentak, yang tiba-tiba, sangat singkat, Tidak semua gerakan mioklonus adalah kejang

Dapat berlangsung single atau berturutan Benda yang dipegang di tangan dapat terlempar

Bangkitan umum klonik

Gerakan yang bersifatberulang-ulang, ritmis Pola yang bergantian antara gerakan –istirahat

(jerk-relax, jerk-relax,...)

Bangkitan umum tonik

Kontraksi otot yang kaku pada tubuh atau anggota gerak

Umumnya berlangsung sekitar 30 detik Mata mendelik ke atas atau ke satu sisi Selama terjadinya bangkitan, wajah dapat

terlihat distorsi oleh karena adanya kontraksi otot, dan nafas terganggu

Dapat diikuti dengan kebingungan setelah kejang

Bangkitan umum tonik klonik

Dapat didahului dengan jeritan, sentakan Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik)

selama 10- 30 detik, diikuti gerakan kejang kelojotan pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa atau mengompol

Selesai bangkitan pasien menjadi lemas dan tampak bingung

Pasien sering tidur setelah bangkitan

Bangkitan atonik

Tiba-tiba hilangnya tonus postural Head drop Dapat jatuh drop attack Berlangsung sangat singkat

Etiologi epilepsi

1.Idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik. Kelainan genetika ini tidak selalu berarti diturunkan

2.Kriptogenik : Dicurigai terdapat faktor penyebab namun tidak dapat ditemukan

3.Simptomatik : disebabkan oleh kelainan pada otak, kelainan kongenital, tumor otak, gangguan peredaran darah otak, kelainan akibat proses penuaan

Diagnosis epilepsi ditegakkan atas :

Adanya gejala dan tanda klinis dalam bentuk bangkitan epilepsi berulang (minimum 2 kali)

Ditunjang gambaran gelombang epilepsi pada EEG

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) Sebaiknya dilakukan pada saat bangun, tidur, dengan

stimulasi fotik, hiperventilasi, stimulasi tertentu sesuai pencetus bangkitan.

Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging) Semua kasus yang diduga ada kelainan struktural Adanya perubahan bentuk bangkitan Terdapat kelainan pada pemeriksaan saraf Bangkitan pertama di atas usia 25 tahun

Neuroimaging

Computerized tomography (CT) Magnetic resonance imaging (MRI) Lesi

Struktural

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah , meliputi hematologi lengkap, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, fungsi ginjal, dan lainnya atas indikasi

Pemeriksaan cairan serebrospinal, bila dicurigai infeksi otak

TERAPI

Tujuan terapi : Tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien Menghentikan bangkitan Mengurangi frekuensi bangkitan Mencegah timbulnya efek samping obat Menurunkan angka kesakitan dan kematian

Pada keadaan tertentu atau bila pengobatan medikamentosa tak berhasil , perlu dipertimbangan tindakan bedah Epilepsi fungsional Penderita mengalami kondisi refrakter Penderita dengan lesi yang mungkin baik bila dilakukan

pembedahan

Beberapa macam Obat Epilepsi: Phenobarbital

Carbamazepine

Phenytoin

Sodium Valproate

Clobazam

Clonazepam

Lamotrigine

Topiramate

Levetiracetam

Oxcarbazepine

Acetazolamide

Penghentian OAE

Syarat umum untuk menghentikan OAE :

1.Bebas dari bangkitan selama minimal 2 tahun

2.Gambaran EEG normal

3.Harus dilakukan secara bertahap yang diatur oleh dokter

PROGNOSIS Faktor yang mempengaruhi remisi antara lain : lamanya bangkitan,

etiologi, tipe bangkitan, umur awal terjadinya bangkitan, kepatuhan penderita

Penderita epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas bangkitan minimal 2 tahun

60-70% dapat terkontrol dengan obat epilepsi first line 10% terkontrol dengan golongan obat baru Bila lebih dari 5 tahun sesudah bangkitan terakhir, obat dihentikan dan

penderita tidak mengalami bangkitan lagi, maka dikatakan telah mengalami remisi

Sekitar 30% penderita tidak akan mengalami remisi Sesudah terjadinya remisi masih terdapat kemungkinan terjadinya

bangkitan ulang atau relaps di kemudian hari.

Status Epileptikus

Suatu keadaan di mana penderita mengalami bangkitan yang berkepanjangan atau mengalami bangkitan berturut-turut tanpa diselingi oleh pulihnya kesadaran

segera dibawa ke rumah sakit

TERIMA KASIH