Tugas Kliping Belum Edit Belum Di Ulas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ad

Citation preview

TUGAS KLIPPING ILMU LINGKUNGAN

HALAMAN JUDULOlehTAMIRORI ABTODI111.130.088 KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNOLOGI MINERALUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANYOGYAKARTA2015

LEGO Berbahan Plastik Akan DipunahkanKOMPAS.com- Di masa depan, LEGO yang berbahan plastik akan dipunahkan. Adalah produsen LEGO sendiri yang berinisiatif untuk melakukannya. Mereka berencana mengganti bahan LEGO dengan material yang lebih ramah lingkungan.

DiberitakanScience Alert, Kamis 925/6/2015), LEGO kini menginvestasikan sekitar 150 juta dollar AS untuk mendirikan LEGO Sustainable Materials Centre di Billund, Denmark. Mereka merekrut lebih dari 100 ilmuwan untuk menemukan material ramah lingkungan pengganti plastik.

"Misi kami adalah untuk menginspirasi dan membangun masa depan yang lebih baik," kata Kjeld Kirk Kristansen, pemilik grup LEGO. "Investasi yang diumumkan adalah janji untuk melanjutkan ambisi meninggalkan dampak positif di planet yang akan diwariskan pada generasi mendatang."

Sejumlah kriteria material ramah lingkungan telah digagas. Antara lain komposisi, sumber yang ramah lingkungan, dan kemampuan didegradasi. "Ketika kami mencari material baru, semua faktor itu diperhitungkan," kata Jorgen Vig Knudstorp, Presiden dan CEO LEGO.

Sustainable Material Centre direncanakan selesai dibangun akhir tahun ini dan mulai kegiatan riset tahun 2016. LEGO sendiri menargetkan sudah bisa menggunakan bahan yang ramah lingkungan pada tahun 2030.

LEGO saat ini terbuat dari material plastik acrylonitrile butadiene styrene (ABS). LEGO telah beberapa tahun punya inisiatif ramah lingkungan. Tahun 2013, LEGO bekerjasama dengan WWF dan memutuskan untuk tidak menjual produknya di pom bensin Shell tahun lalu karena perusahaan itu dianggap tak ramah lingkungan.

Styrofoam Ramah Lingkungan dari Sekam PadiSURABAYA, KOMPAS.com Styrofoam temuan Arif Rahmatullah kini semakin dikenal publik. Di tengah protes terhadap penggunaanstyrofoamplastik yang dinilai mengancam keseimbangan lingkungan, Arif berhasil menemukanstyrofoamyang lebih ramah lingkungan.Biasanya,styrofoamyang dijadikan isolator panas itu terbuat dari bahan plastik sintesis atau karbon-intens yang sulit untuk diurai di bumi ataunon-biodegredable. Namun,styrofoamrancangan Arif bersama timnya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, ini bersifat mudah diurai di bumi ataubiodegredablekarena terbuat dari bahan organik yaitu sekam padi.Styrofoamsekam padi ini memiliki nilai konduktivitas yang hampir sama denganstyrofoam(plastik). Dengan kata lain, sekam padi dapat dijadikan isolator panas seperti halnyastyrofoam,'' ujarnya, Selasa (14/8/2012), seperti dilansir darilaman resmi ITS.Secara singkat, Arif menjelaskan proses pembuatanstyrofoamdari sekam padi. Pertama-tama, sekam padi dicampur dengan dedak padi dan kedelai, lalu direndam beberapa hari. Kemudian, rendaman itu dikukus dan didinginkan. Untuk proses akhir, rendaman dibubuhi ragi tempe, dan dicetak dengan cetakan yang sudah dibuatnya sendiri menyerupai bentuk wadah.Karya mahasiswa jurusan Teknik Kimia agkatan 2009 itu pun dapat diterima publik, bahkan diakui di dunia internasional. Karena karyanya, Arif menjadi salah satu dari 12 besar finalis kompetisi internasional Bayer Young Enviromental Envoy (BYEE) 2012, dan akan berjuang di Leverkusen, Jerman, bersama timnya, Muhammad Fahmi, Angga Pradikta, Muhammad Maktum Muharja, dan Dita Ahmeta.Arif meyakini, penemuannya nanti mampu memberikan alternatif penggunaanstyrofoamdi pasaran. Selain memiliki fungsi yang sama dengan yang berbahan dasar plastik, karyanya juga dianggap bisa menyelamatkan lingkungan karena memanfaatkan limbah pertanian lokal.Selain kandungannya, Arif memilih bahan dasar sekam padi karena melimpahnya bahan tersebut di Indonesia. Di Pulau Jawa saja, Arif mencatat, produksi sekam padi rata-rata mencapai angka 7 juta ton per tahun.Styrofoamyang biasa digunakan dalam pengepakan dan pengiriman makanan siap saji selama ini terbuat dari bahan yang sukar terurai di bumi sehingga penumpukan limbahnya bisa menyebabkan pencemaran lingkungan, menghambat laju penyuburan tanah dan menimbulkan polusi berkepanjangan. Butuh sekitar 500 tahun lebih untuk mengurai limbahstyrofoamplastik.

Plastik Ramah Lingkungan dari Bulu AyamKOMPAS.com- Plastik membuat masalah karena bahannya yang sangat sulit diuraikan oleh alam. Selain itu, plastik juga bermasalah sebab dua jenis paling banyak digunakan saat ini, thermoplastik dan thermosetting, bahan bakunya sama-sama diperoleh dari minyak dan gas alam yang bukan sumber terbarukan.Berupaya menyelesaikan masalah dengan sumber daya yang ada, Yiqi Yang, ahli biomaterial dan biofiber dari Institute of Agriculture & Natural Resources University of Nebraska-Lincoln, AS, mengembangkan plastik berbahan baku bulu ayam. Bulu ayam dinilai berpotensi untuk dikembangkan menjadi plastik sebab memiliki keratin, sejenis protein yang juga terdapat pada rambut manusia.Selain itu, bulu ayam potensial karena tingginya konsumsi ayam dunia, sampah bulu ayam pun jadi masalah. Setiap tahunnya, milyaran kilogram bulu ayam (di Amerika Serikat saja) terbuang menjadi sampah tak berguna.Sifat bulu ayam mengungguli bahan lain seperti pati tumbuhan. Yiqi Yang memroses bulu ayam dengan methyl acrylate, bahan kimia yang ditemukan pada produk pewarna kuku. Bahan kimia itu akan membantu polimerisasi, berperan dalam proses pembentukan film plastik yang disebut "feather-g-poly (methyl acrylate)".Setelah diproses, terbukti bahwa plastik yang dihasilkan bulu ayam tak kalah berkualitas dibanding plastik yang ada selama ini. Plastik ini juga plastik bulu ayam pertama yang anti air dan lebih kuat dibandingkan plastik dari pati tumbuhan.Yang memaparkan hasil penelitiannya 28 Maret 2011 lalu dalam National Meeting & Exposition of the American Chemical Society ke 24 yang diselenggarakan di Anaheim, California selama sepekan. Dalam ajang tersebut, Yang mengungkapkan bahwa salah satu tujuan penelitiannya adalah meciptakan plastik dari bahan yang bisa diuraikan. Menggunakan sampah dari pertanian dan peternakan adalah salah satu fokusnya."Menggunakan sampah sebagai sumber bahan baku alternatif adalah salah satu pendekatan terbaik unruk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dan bertanggung jawab pada lingkungan," ujar Yang.

Industri Taiwan Pamerkan Baju dari Limbah KopiSURABAYA, KOMPAS.com Kampanye ramah lingkungan terus digencarkan sejumlah negara Asia sebagai upaya meminimalisasi dampak pemanasan global.

Di Surabaya, sebuah industri asal Taiwan memamerkan puluhan jenis produk ramah lingkungan, di antaranya baju yang terbuat dari bahan limbah kopi, dan selimut yang terbuat dari limbah bahan botol.

Selain menjadi selimut, limbah botol juga didaur ulang menjadi celemek, tas, boks makanan, serta peralatan makan bayi.

Di gerai paviliun yang dibuka di auditorium Grand City Surabaya itu juga dipamerkan produk sampo dengan bahan alami. Botol samponya terbuat dari ekstrak jagung sehingga mudah diurai oleh tanah.

"Di bagian bawah botol sampo ada tempat khusus untuk bibit tanaman akasia, yang akan tumbuh otomatis selama enam bulan jika dibuang di tanah," kata Director Economic Division of Taipe Economic and Trade Office Mr YC Tsai Selasa (20/5/2014).

Ada 53 jenis produk ramah lingkungan yang dipamerkan di Green Product Paviliun yang digelar sampai 24 Mei mendatang itu. Sebanyak 13 jenis produk di antaranya adalah milik merek pemenang penghargaan tingkat Asia dan internasional.

Selanjutnya, produk-produk tersebut akan dipamerkan ke sejumlah kota besar Asia seperti, Shanghai-Tiongkok, Bangkok-Thailand, dan Ho Chi Minh City-Vietnam. Kata dia, pameran produk tersebut adalah upaya memberi motivasi kepada negara-negara termasuk Indonesia untuk mengurangi, mendaur ulang, dan memanfaatkan produk ramah lingkungan.

"Ini untuk mengantisipasi dampak pemanasan global, dan fenomena perubahan iklim yang dirasakan seluruh negara di dunia," tambahnya.

Selain produk rumahan, dipamerkan juga bahan bangunan yang ramah lingkungan seperti lantai ubin, mesin pemroses cepat limbah makanan menjadi pupuk organik, serta produk-produk kecantikan.

Ibu Rumah Tangga Produksi Sabun Cuci Ramah Lingkungan

BANYUWANGI, KOMPAS.com- Istianah (59) memasukkan cairan warna hijau ke dalam botol yang menumpuk di dalam rumahnya. Ia ditemani oleh tiga tetangganya yang juga ibu rumah tangga untuk memproduksi sabun cuci piring dengan merek Golden Light.

Sehari-hari Istianah adalah ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Jenderal Sudirman, Gang Garuda, Lingkungan Welaran Timur, Kelurahan Penganjuran, Kabupaten Banyuwangi.

Istianah dan ketiga tetangganya sejak Desember 2013 lalu memproduksi sabun cuci piring secara "rumahan". Satu hari, mereka berempat bisa memproduksi sekitar 720 botol dengan masing-masing botol berisi 275 mililiter.

"Walaupun sudah buat sabun cair kayakgini, saya tetap jualan gorengan setiap pagi.Abissubuh, saya buat gorengan habis sekitar 2,5 kilogram tepung. Terus saya titipkan ke warung-warung sekitar rumah saja. Saya harus bekerja selama masih kuat, karena suami saya kena stroke. Mau menggantungkan ke anakyaenggak enak," kata Istianah saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/4/2014).

"Saya biasanya mencampur bahan-bahannya malam hari terus diaduk menggunakan pengaduk dari kayu selama 30 menit dan tidak boleh berhenti. Setelah selesai biasanyapackingdilakukan pagi hari. Jadi adonanya itu dibiarkan semalam dulu biar buih-nya hilang. Kalau langsung di masukkan botol, nanti hasilnya tidak bagus. Ada endapannya," jelasnya.

Istianah mengaku tidak hapal nama-nama bahan-bahan yang digunakan, tapi dia mengistilahkan dengan nama-nama bahan kue.

"Saya ganti saja pake istilah garam, sp, tepung, gula. Saya sudah hapal urutan bahan-bahan yang dimasukkan sama takaran-takarannya. Termasuk harus menggunakan air mineral enggak bolehpakeair kran. Awalnya sih pake catatan, tapi lama-lama hapal juga. Saya anggap aja lagi buat adonan kue," katanya.

PelatihanIstianah mengaku mendapatkan ilmu membuat sabun cuci piring tersebut setelah mengikuti sebuah pelatihan.

"Saat itu saya berpikir kenapa ibu-ibu sini enggak bikin sendiri? Akhirnya saya dan beberapa ibu-ibu difasilitasi oleh pelatih, diberi bahan, alat dan juga dibantu pemasaran. Karena kamikanbingung mau dipasarkan di mana. Setelah diobrolkan akhirnyayabuat sabun cuci piring mereknya Golden Light," kata Istianah.

Sementara itu, Eli (52) mengaku mendapat upah Rp 35 ribu untuk membuat sabun tersebut. "Lumayan bisa buat tambahan belanja. Nanti hasilnya diputar lagi buat beli bahan, botol sama yang lainnya," kata Eli.

Awalnya, produk yang dihasilkan olehnya ditawarkan kepada tetangga-tetangga sekitar, tapi sempat dikeluhkan karena baunya kurang wangi. Selain itu, busa yang dihasilkan juga sedikit.

"Akhirnya kami menjelaskan bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang ramah lingkungan. Harganya satu botol Rp 5.000," tambahnya.

Kembangkan industri rumahanHari Triandoko, Kepala Produksi Indonesia Multi Corporate dalam kesempatan terpisah sempat memberikan pelatihan pembuatan sabun cuci piring kepada ibu rumah tangga untuk mendorong penguatan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi rakyat.

"Selain itu juga untuk untuk penciptaan lapangan pekerjaan di setiap kampung terutama ibu rumah tangga," kata Hari.

Dia menyambut baik saat ibu-ibu tersebut berniat untuk memproduksi sendiri. "Modal awalnya sekitar 6 jutaan hasil iuran kami yang kemudian dibelikan bahan. Awalnya satu botol dijual Rp 6.500, tapi setelah kami membeli bahan utama secara grosir dan tentunya lebih murah harganya diturunkan Rp 5.000 per botol," kata Hari.

Hari mengaku agak susah menjelaskan nama-nama bahan kepada ibu-ibu karena menggunakan nama kimia.

"Akhirnya kami persilahkan saja mengganti nama sesuai dengan pemahaman mereka. Beberapa bahan yang digunakan ramah lingkungan seperti Sodium Lauryl Sulfate, Sodium sulfat, Sukrosa atau gula pasir yang berfungsi sebagai pengawet alami dan menggunakan perwarna makanan," kata dia,

"Jadi semuanya bersahabat dengan alam. Hanya saja kami tidak bisa meninggalkan parfum yang masih mengandung toksin. Tapi penggunaan parfum tidak kurang dari 5 persen jadi kurang wangi dibandingkan sabun yang lain," ungkapnya.

Menurut Hari, beberapa konsumen masih meragukan produk mereka yang kurang wangi, sehingga ia sering memberikan penjelasan jika aroma yang kuat dihasilkan dari penggunaan cairan kimia pengikat aroma yang berlebihan.

"Jadi bukan dihasilkan dari ekstrak pengharum yang sesungguhnya. Jika aroma kuat yang menempel diperalatan yang kita cuci artinya ada bahan yang tertinggal. Efek simpelnya ya dapat merusak cita rasa makanan," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, saat ini mereka sedang mengembangkan produk lainnya seperti sabun cuci tangan, sabun colek, dan juga pengharum ruangan dalam bentuk gel.

"Kami tetap tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya semacam Alkyl Benzene Sulfonate, Etilen Diamen Tetra Asetat yang berfungsi sebagai bahan pengawet, Glyserin sintetis, serta borax. Jadi produk ini hanya bertahan maksimal empat bulan, tapi biasanya sebelum empat bulan sudah habis," tambahnya.

Bukan hanya sekadar produk yang bersahabat dengan alam. Doni, yang mengurusi bagian pemasaran produk ini, menjelaskan, penjualan produk pun tidak boleh didominasi oleh satu pihak.

"Satu agen hanya boleh menjual di dua wilayah RT sedangkan stokist itu hanya boleh untuk di wilayah satu kelurahan. Seperti niat awalnya untuk penguatan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi kerakyatan," kata Doni.

Produsen Didorong Gunakan Plastik Mudah TeruraiJAKARTA, KOMPAS.com- Tingginya persentase sampah anorganik termasuk plastik, yang diperkirakan mencapai lebih dari 15.000 ton per hari, membuat pemerintah terus mendorong produsen untuk menggunakan plastik yang mudah terurai secara alami."Perbandingan persentase sampah organik dan anorganik tidak terlalu tinggi. Di tahun 2015 sepertinya kecenderungan sampah plastik meningkat, karena itu kita dorong agar perusahaan menggunakan plastik ramah lingkungan," kata Asisten Deputi Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) R Sudirman di sela-sela dialog Penanganan Sampah Plastik di Jakarta, Rabu (10/6/2015).Tanggung jawab penanggulangan dampak penggunaan plastik terhadap pengelolaan sampah oleh produsen tertuang dalam Pasal 15 Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Tanggung Jawab Produsen (Extended Producer Responsibility/EPR).Karena itu, ia mengatakan kementeriannya tentu akan mempertanyakan peran pengusaha, termasuk peritel, dalam mengurangi sampah plastik anorganik yang sulit terurai secara alami."Peta jalan produsen untuk pengurangan penggunaan sampah plastik anorganik ini nanti diminta. Upaya apa yang sudah mereka lakukan harus ada, misalnya plastiknya dibuat lebih tipis," ujar dia.Menurut dia, tidak mudah membuat produsen mau beralih menggunakanbiodegradable plasticatau plastik yang mudah terurai secara alami. Berbagai faktor, di antaranya, persoalan teknologi dan harga, menjadi kendala produsen beralih ke plastik ramah lingkungan.Ke depan, KLHK akan memperkuat kampanye kepada masyarakat agar lebih memilih kemasan yang ramah lingkungan. Kesadaran konsumen untuk hanya menggunakan kemasan ramah lingkungan pada akhirnya juga akan membuat produsen memilih untuk semakin ramah lingkungan.Kepala Pusat Pengkajian Industri Hijau Kementerian Perindustrian Lilih Handayaningrum mengatakan, penggunaanbiodegradeble plasticperlu pertimbangan dan kesiapan industri dalam negeri, selain juga perlu ada pengembangan teknologi untuk mempertipis plastik.Masalah mengurangi plastik anorganik ini, menurut dia, memang menjadi tantangan besar sehingga perlu ada upaya bersama dari pemerintah, peneliti termasuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), produsen, hingga konsumen.Pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang penggunaan bahan baku plastik yang mudah terurai oleh proses alam memang dilakukan bertahap selama 10 tahun. Jangka waktu tersebut cukup masuk akal mengingat proses yang sama di Amerika Serikat (AS) pun butuh waktu hingga 25 tahun."Teknologinya butuh investasi cukup besar, dan ini jadi tantangan," ujar dia.

Kampanye Kemasan Ramah Lingkungan

JAKARTA, KOMPAS.com Hingga saat ini sebanyak 40retailerdi Jakarta telah menggunakan kantong plastik dan kemasan plastik ramah lingkungan. Kampanye penggunaan kemasan plastik yang mudah terurai di alam tersebut telah digalakkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 2010."Dalam tahun 2011 ini ditargetkan penambahan 40retailerlagi yang mau menggunakan kemasan plastik ramah lingkungan," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna, Rabu (18/5/2011) di Jakarta.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan setiap produsen mencantumkan label yang berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan produknya serta berkewajiban mengelola kemasan dan atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.Penyelenggaran kampanye ini berhubungan dengan volume penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan dan tidak mudah hancur masih sangat tinggi. Plastik tak ramah lingkungan membutuhkan waktu 1.000 hingga 5.000 tahun untuk terurai di dalam tanah. Sementara plastik ramah lingkungan hanya membutuhkan waktu dua tahun.Bersama Indonesia Solid Waste Association (Inswa), Pemprov DKI Jakarta tidak hanya melakukan kampanye publik terus-menerus, tetapi juga memberi penghargaan kepada perusahaan ritel ataupun produsen yang telah menggunakan plastik ramah lingkungan. Penghargaan tersebut diberikan setiap perayaan hari ulang tahun (HUT) DKI Jakarta yang jatuh pada tanggal 22 Juni."Juni tahun ini, saat perayaan HUT DKI Jakarta, akan ada pemberian penghargaan kepadaretailer, seperti supermarket, minimarket, dan hipermarket, yang sudah memakai plastik ramah lingkungan," kata Eko.Pendiri Greeneration Indonesia (ID) Junerosano mengemukakan, perang terhadap kantong plastik yang tidak ramah lingkungan cukup berat, terutama di sektor rumah tangga. Berdasarkan data penelitiannya, setiap orang membuang 700 kantong plastik per tahun. Atau, dalam sehari minimal satu hingga lima kantong plastik yang dikonsumsi.Saat ini, banyakretaileryang telah menggunakan plastikbiodegradableatau tas daur ulang keluaran Greeneration Indonesia. "Itu sebabnya Greeneration tanpa kenal lelah melakukan kampanye kepada publik agar mau melupakan kantong plastik. Saat ini kami terus melakukan Kampanye Diet Kantong Plastik," kata Junerosano.

Daur Ulang Sampah Plastik di Lhokseumawe Dilirik Perusahaan DuniaLHOKSEUMAWE, KOMPAS.com- Upaya daur ulang sampah plastik yang dilakukan Palapa Plastic Recycle Foundation, sebuah lembaga yang dibentuk masyarakat Lhokseumawe untuk mengatasi persoalan sampah plastik, kini mulai dilirik perusahaan pendaur ulang sampah plastik terbesar di dunia. Lembaga ini ditawari kesempatan mengekspor sampah plastik yang telah diolah.Menurut Chairman Palapa Plastik Recycle Foundation (PPRF) Baharudin Sanian, yayasannya menampung berbagai sampah plastik yang dikumpulkan pemulung. Berbeda dengan agen barang bekas, yayasan ini menurut Baharudin , memberdayakan pemulung dengan cara membantu mereka mengetahui nilai ekonomis sampah plastik. Jika sebelumnya pemulung menyerahkan sampah plastik berbagai jenis dalam bentuk aslinya, yayasan membantu pemulung memisahkan berbagai jenis sampah plastik tersebut sesuai unsur kimianya masing-masing."Dengan cara membagi semua jenis sampah plastik menurut unsur kimianya masing-masing, secara langsung membuat harga jual sampah plastik tersebut meningkat. Dulu ketika pemulung menyerahkan sampah plastik dalam bentuk utuh dan berca mpur baur, dihargai oleh agen pengumpul hanya Rp 1000 perkilogram. Tetapi ketika sampah plastik tersebut mulai dibagi dan dikelompokan sesuai unsur kimianya, harganya meningkat berkali lipat," ujar Baharudin.Dia mencontohkan, satu botol minuman bisa terdiri dari dua jenis sampah plastik yang berbeda, botol dan tutupnya. Ketika keduanya dipisahkan dan digabungkan dengan jenis yang sama, maka harga sampah plastik tersebut bisa lebih mahal dibanding saat pemulung menjual botol dan tutupnya tak terpisah. "Kami butuh waktu sampai dua tahun membuat pemulung tahu membedakan jenis-jenis sampah plastik," ujar Baharudin.PPRF kini memiliki sebuah tempat penampungan dan pabrik pengolahan sampah plastik. Pabrik ini berfungsi menggiling sampah-sampah plastik yang telah dipisahkan ke dalam berbagai jenis, menjadi serpihan kecil atau plastic chips. "Kalau dijual dalam bentuk plastic chips ini, harganya lebih mahal lagi, " kata Baharudin.PPRF menurut Baharudin sempat dibantu lembaga donor yang datang ke Lhokseumawe pascatsunami. Dari lembaga donor inilah, PPRF mendapatkan konsultasi bisnis dan dihubungkan dengan salah satu perusahaan pengolah sampah plastik terbesar di dunia yang berbasis di Hong Kong, Fukutomi.Perwakilan Fukutomi telah datang ke Lhokseumawe dan tertarik dengan apa yang kami lakukan. Mereka meminta kami mengekspor sebesar dua kontainer sampah plastik yang telah digiling tersebut, ujar Baharudin sembari mengatakan, dalam sebulan PPRF bisa menjual 150 ton sampah plastik yang telah diolah ke pabrik pengolahan.Namun upaya Baharudin dan PPRF mengatasi persoalan sampah plastik ini tak sepenuhnya didukung Pemerintah Kota Lhokseumawe. Mereka malah membebani PPRF agar membantu Pemkot menyediakan tempat sampah untuk berbagai jenis sampah berbeda."Padahal kami minta Pemkot agar mau mendidik masyarakat, membuang sampah dengan memilah jenisnya. Ini untuk membantu pemulung memungut sampah-sampah plastik, " ujar Public Outreach PPRF Surya Aslim. Surya mengatakan, upaya PPRF sebenarnya secara langsung telah membantu mengatasi persoalan sampah plastik di Lhokseumawe.

Mahasiswa Surabaya Garap Daur Ulang Sampah

SURABAYA, KOMPAS.com- Mahasiwa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya didorong untuk terus melakukan daur ulang sampah non organik. Salah satu kelompok yang hadir padaYough Enviromernt Dayyang digelar HarianKompasdan Tupperware di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Jumat (17/5/2013) adalah Komunitas Nol Sampah Surabaya.Aktivis Nol Sampah Surabaya yang dimotori Wawan Some bersama kelompoknya terus melakukan edukasi kepada pengunjung dengan menciptakan berbagai kerajinan tangan dari sampah seperti botol kemasan plastik. "Cara ini untuk mengurangi penggunaan botol plastik, apalagi berdasarkan teori semakin sejahtera warga kota penggunaan kemasan makin tinggi. Perilaku ini harus distop, karena sampah non organik terutama botol meningkat," kata Wawan.Apalagi konsumsi air kemasan meningkat secara nasional mencapai 19 miliar liter pada 2012 dan pada 2011 hanya 17 miliar liter, dan membutuhkan plastik 700.000 ton. "Ini baru botol kemasan air mineral, belum botol minuman kemasan lain, dan belum jelas berapa persen yang bisa didaur ulang," ujar Wawan.Saat ini botol kemasan plastik yang bisa didaur ulang dibawah 10 persen. Artinya, selebihnya botol kemasan plastik masuk ke tempat pembuangan akhir sampah, ke laut atau mencemari sungai bahkan lahan kosong.

Memecahkan Rekor Muri dengan Daur Ulang Sampah

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Ajang car free day yang dilaksanakan di Jalan Margo Utomo, Yogyakarta, Minggu (8/3/2015), tak hanya dipenuhi dengan warga yang ingin berolahraga. Ribuan orang mulai dari anak usia sekolah dasar hingga orang tua memenuhi jalan untuk memecahkan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) untuk membuat benda kreatif dari bahan dasar sampah.Kegiatan ini sebenarnya sebagai tindak lanjut peringatan Bulan Peduli Sampah yang dicanangkan oleh Gubernur DIY, dan kami implementasikan dengan kegiatan memecahkan rekor Muri dalam pembuatan produk daur ulang sampah bersamaan dengan kegiatan car free day, ujar Irfan Susilo selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.Bulan Februari dicanangkan sebagai Bulan Peduli Sampah sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 658/0981 yang mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk mempraktikkan kebersihan lingkungan dan juga melaksanakan edukasi untuk membangun kesadaran masyarakat akan kebersihan.KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWIPemecahan rekor Muri Kerajinan Daur Ulang Sampah Plastik di Yogyakarta, Minggu (8/3/2015).Setelah beberapa kabupaten di DIY memperingati Bulan Sampah pada Februari lalu dengan berbagai kegiatan, Kota Yogyakarta melakukan peringatan dengan melibatkan 2.000 orang untuk memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Kota Probolinggo pada tahun 2013 lalu.Tidak hanya anak sekolah atau komunitas peduli sampah yang dilibatkan, kami juga mengundang hotel-hotel untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berlangsung dalam satu jam ini. Semoga kegiatan ini jadi sarana untuk membangun kesadaran masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan, kata Irfan.Acara hari ini menjadi catatan Muri sebagai kegiatan pembuatan barang daur ulang sampah dengan peserta terbanyak. Dari peserta sekitar 2.000 orang yang diusulkan oleh panitia, dalam realisasinya acara ini diikuti oleh 2.206 peserta yang berhasil menumbangkan rekor sebelumnya di Probolinggo, ujar Sri Widayati selaku Manajer Muri.KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWISebanyak 2.206 warga Yogyakarta berpartisipasi dalam memecahkan Rekor Muri membuat kerajinan daur ulang sampah plastik, Minggu (8/3/2015).Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan fashion show yang menampilkan desain pakaian dengan bahan baku sampah. Desain dan keragaman warna dari pakaian yang dikenakan beberapa model mampu menarik perhatian warga untuk berfoto bersama.Wiwik Pungki, selaku desainer pakaian berbahan baku sampah mengemukakan bahwa dia ingin mengenalkan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan sampah menjadi produk yang bisa digunakan dengan nyaman atau untuk dipamerkan.Kali ini saya memanfaatkan bungkus mi instan, kepingan compact disc, pelepah daun pisang kering, tutup botol air mineral, dan juga bungkus bawang merah untuk dijadikan beberapa karya pakaian. Saya harap masyarakat bisa mulai memanfaatkan sampah di sekitarnya untuk dibuat karya seni, kata Wiwik.

ULASANTopik pertama membahas tentang penggantian bahan utama pembuatan lego dari plastik, hal ini di karenakan bahwa plastik tidak ramah lingkungan dan pihak produsen lego sendiri telah mengumumkan hal tersebut dan mereka telah merekrut 100 karyawan ilmuan untuk mencari bahan yang lebih ramah lingkungan di banding bahan plastik.

Topik kedua membahas tentang bahan dari pembuatan Styrofoam yang ramah lingkuangan berasal dari sekam padi, yang semula bahan dari pembuatan Styrofoam berasal dari bahan yang susah di urai yaitu plastik sintetis sekarang di gantikan dengan bahan sekam padi dengan campuran bahan organic lainnnya yang mudah di urai oleh alam, Styrofoam ini di temukan oleh Arif Rahmattulah dari ITS.

Topik ketiga membahas plastic yang berbahan dari bulu ayam yang tidak kalah kuat dari plastic biasa dan plastic ini lebih ramah lingkungan karena mudah di urai, hal ini di karenakan tingkat limbah dari bulu ayam dunia sangat tinggi karena tingkat konsumen ayam dunia besar dan mengakibatkan limbah bulu ayam sangat tinggi, dan kemudian salah seorang penemu menemukan pengolahan limbah bulu ayam tersebut untuk bahan pembuatan dari plastic yang ramah lingkungan.

Topik keempat yaitu limbah kopi di jadikan bahan pembuatan dasar baju di Taiwan, hal ini di lakukan oleh produsen baju asal Taiwan mengembangkan bahwa limbah kopi sangat bagus untuk pembuatan baju karena mudah pengolahannya

Topik kelima membahas sabun cuci ramah lingkungan hal ini di buat karena sabun sabun cuci umumnya merupakan sabun yang tidak ramah lingkungan karena bahan bahan yang di gunakan bahan kimia yang berbahaya untuk lingkungan, serang ibu rumah tangga membuat sabun cuci ini berbahankan seperti bahan pembuat kue seperti garam tepung, dll. Yang mudah terurai oleh alam.

Topik keenam yaitu produsen di haruskan menggunakan plastic yang ramah lingkunganHal ini di anjurkan agar plastic yang terbuang akibat pemakain dari konsumen mudah di urai oleh alam karena plastic yang tidak ramah lingkungan akan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Topik ketujuh yaitu kampanye kemasan yang ramah lingkungan karena selama ini kemasan kemasan yang beredar yaitu kemasan yang tidak ramah lingkungan seperti kemasan kemasan kaleng yang susah di urai, hal ini membuat alam susah untuk mengurai bahan bahan tersebut sehingga pemerintah mengannjurkan bahan dari kemasan tersebut ramah lingkungan.

Topik kedelapan yaitu daur ulang limbah plastic yang membuat perusahaan luar negeri tertarik akan hal tersebut karena sampah atau limbah plastic susah terurai karena itu di butuhkan pengolahan daur ulang limbah plastic secara besar besaran karena hal ini dilakukan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Topik kesembilan yaitu pendaur ulangan sampah sampah hal ini di lakukan oleh mahasiswa yang aktif di kalangan lingkungan yang menciptakan bermacam macam hasil daur ulang sampah yang bagus dan unik sehingga menarik konsumen untuk membeli produk tersebut

Topik kesepuluh yaitu membahas pemecahan rekor muri tentang pengolahan sampah yang dilakukan di jogja yang dilakukan oleh ribuan warga jogja untuk memecahkan rekor muri tersebut dilakukan dengan membuat kerajinan dari sampah.

Sumber kompas.comi