Upload
ricky-p-ramadhan
View
918
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 MAJALENGKA
STUDI EKSPERIMEN DENGAN (POLA TRUE EXPERIMENTAL DESIGN)
PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
Ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Geografi dengan dosen Pengampu Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.,
Disusun oleh
Ricky P. Ramadhan
(1005495)
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah proses transfer ilmu pengetahuan secara terus menerus dan
dilakukan berkesinambungan. Terdapat materi-materi yang diajarkan, kurikulum
pembelajaran, bahan ajar, sumber ajar dan media. Proses tersebut dilakukan secara teratur dan
berulang-ulang agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan.
Namun pada kenyataannya banyak pembelajaran yang tidak sampai pada tujuan
pembelajaran atau dalam arti siswa tidak dapat memahami materi pembelajaran. Hal ini
merupakan masalah pendidikan yang mendasar. Sering kali ditemukan dan perlu ditemukan
solusinya agar proses pembelajaran ini tidak terganggu atau tidak tersampaikan.
Maka dari itu dikembangkanlah banyak metode pembelajaran demi menjawab
permasalahan pembelajaran yang tidak dimengerti siswa. Saat ini sudah banyak metode
pembelajaran yang ditemukan dan dikembangkan. Diantaranya ceramah, tanya jawab,
diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, belajar kelompok, peer teaching, karyawisata dan
lainnya.
Metode yang dikembangkan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, karena satu
metode tidak dapat diterapkan pada semua siswa. Tetap saja terdapat ketidakcocokan pada
siswa-siswa tertentu. Mari kita lihat kerucut pengalaman Edgar Dale untuk membantu kita
memahami metode apa yang paling baik, mudah diingat dan lama untuk dilupakan.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Pada banyak kasus, pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar hanya
memindahkan (transfer) pengetahuan kepada siswa saja dan siswa tidak dilibatkan dalam
proses belajar mengajar tersebut, sehingga pengajar masih lebih mendominasi kelas yang
berimplikasi kegiatan belajar mengajar lebih berfokus pada pada mengajar daripada
belajar. Disamping itu juga, sumber pembelajaran masih mengandalkan buku
(Budimansyah, 2003), padahal kehidupan sosial dapat menjadi suatu pembelajaran yang
tidak kalah penting (Sudjana, 2003).
Dari pembahasan diatas tentunya memiliki banyak kaitan terhadap siswa yang
menjadikan mereka bersifat tidak seperti yang diharapkan para pengajar, karena
pengalaman belajar yang diterapkan oleh para pengajar dalam proses belajar mengajar
hanya memberikan informasi mengenai prinsip dan teori saja, siswa pun tidak diberikan
kesempatan untuk menemukan prinsip dan teori sendiri, tetapi siswa hanya mencatat
informasi dari guru. Sehingga proses pembelajaran dalam hal pembelajaran Geografi
menjadi terasa membosankan dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran Geografi
menyebabkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Geografi menjadi berkurang.
Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menjadikan pembelajaran geografi
menjadi lebih menarik, baik dalam merencanakan dan melakukan inovasi dalam
pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai. Salah satu pendekatan yang sesuai adalah pendekatan
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Pendekatan kontekstual
merupakan konsep belajar yang lebih berpihak dan melibatkan siswa serta menggunakan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya. Landasan filosofi pendekatan
kontekstual salah satunya adalah kontruktivisme, yaitu filisofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengkonstruksikan atau membangun
pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami
dalam kehidupannya (Masnur 2007:41).
(Paul S 1996:29) Mengataan bahwa :
Tiap orang harus mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang dianjurkan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendekatan kontekstual siswa lebih
dilibatkan dalam proses pembelajarn sehingga dapat membangun pola pengetahuan siswa
itu sendiri dengan diciptakannya suasana belajar yang natural. Selain itu dalam pendekatan
kontekstual siswa didorong untuk membuat keterkaitan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang menghubungkan antara
pengalaman hidup siswa dengan informasi yang didapat siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, sehingga pembelajaran dan hasilnya akan terasa lebih
bermakna bagi siswa (Depdiknas, 2002).
Jonhson (2007:67) menyatakan bahwa :
Pendekatan pembelajaran konstekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, social, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pekerjaan yang diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama, (5) berfikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, (8) menggunakan penilaian autentik.
Selain itu siswa dapat mengetahui pentingnya dan keterkaitannya materi dengan
pengalaman yang siswa tersebut jalani.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang menggunakan penerapan pendekatan
kontekstual di kelas..?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang menggunakan penerapan pendekatan
kontekstual di kelas..?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan penerapan
pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional..?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dengan menggunakan metode
pendekatan kontekstual
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat pemahaman konsep siswa dengan
penerapan pendekatan konvensional di lihat dari hasil belajar
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dengan hasil belajar dengan pendekatan
konvensional
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat memberikan informasi kepada penulis mengenai penerapan pendekatan apa
yang cocok sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
2. Dapat memberikan informasi kepada guru mengenai penerapan pendekatan
kontekstual sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
3. Dapat memberikan informasi kepada sekolah dalam memberikan kontribusinya dalam
upaya peningkatan mutu sekolah melalui penerapan pendekatan kontekstual.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penelitian ini dibuat Definisi Operasional untuk membatasi ruang lingkup dan konteks
pembahasan agar tidak terdapat makna ganda dalam pembahasan bab-bab tertentu atau istilah
tertentu.
1. Hakikat Belajar
Hakikat Belajar menurut Slameto dalam buku Djamarah, Syaiful Bahri, tentang
Psikologi Belajar (1999) merupakan “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya
2. Hasil Belajar
“Hasil belajar merupakan keberhasilan yang dicapai dalam belajar serta diperoleh
perubahan tingkah laku yang mengarah ke perubahan yang lebih baik dari hasil belajar
tersebut”.( Syah, 2006:173).
Menurut Anas Sudijona (2012 : 11) mengatakan bahwa
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menemukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya. Misalnya, dengan menggunakan metode-metode pengajaran tertentu, hasil-hasil belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan daya serap terhadap materi yang telah diberikan kepada para siswa
tersebut. karena itu penggunaan metode-metode mengajar tadi akan terus dipertahankan. Sebaliknya, apabila hasil-hasil belajar siswa tidak menggembirakan, maka pendidik (dalam hal ini guru, dosen, dan lain-lain) akan berusaha melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyempurnaan sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Metode Pembelajaran Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Eksperimen
Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam
pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan
terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-
perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan
dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat
diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi
atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan
sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih
kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap
tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila
dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian
eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang
berbeda.
Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh
perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi
belajar matematika pada siswa SMU atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan
di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi
atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh
treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan
dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah dapat
menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang
baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu
tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan
gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi
ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya
dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding (control group), sedang grup yang
satu lagi sebagai grup yang dibandingkan (experimental group).
B. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu:
a. Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat
(rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (rambang).
b. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimental.
c. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan
variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak
menjadi tujuan penelitian.
d. Disamping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan
pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan
subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
e. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan
pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
f. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan penggeneralisasian
pada kondisi yang sama. (6) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali
variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen
Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut, yaitu:
a. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
c. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan
hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
d. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
1) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan
terjadinya kontaminasi proses eksperimen;
2) menentukan cara mengontrol;
3) memilih rancangan penelitian yang tepat;
4) menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih
sejumlah subjek penelitian;
5) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
6) membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan
agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang
diperlukan;
7) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.
e. Melaksanakan eksperimen.f. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.g. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah
ditentukan.h. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang
relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
i. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).
C. Rancangan Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan (treatment) tertentu kepada subyek, diikuti dengan pengukuran terhadap akibat
perlakuan tersebut untuk menentukan hubungan kausal (sebab akibat) antara dua fenomena,
yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian eksperimen paling sedikit ada satu variabel bebas yang dimanipulasi,
yang disebut dengan istilah variabel eksperimen (experimental variabel). Gay 1981
mengatakan bahwa metode eksperimen merupakan pendekatan yang paling valid dalam
memecahkan masalah penelitian. Melalui eksperimen akan bias menguji hipotesis yang
berkaitan dengan hubungan sebab akibat.
Rancangan yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-
eksperimental, eksperimen murni, factorial eksperimen dan eksperimen quasi.
1. Rancangan Pre-EksperimentalRancangan penelitian pra eksperimen adalah rancangan penelitian eksperimen yang
hanya mempergunakan kelompok eksperimen saja, tanpa kelompok control (pembanding)
sampel subyek dipilih seadanya tanpa mempergunakan randomisasi.
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan
informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada
rancangan pra-eksperimental, yaitu:
Ada beberapa rancangan yang termasuk rancangan pra eksperimen, antara lain sebagai
berikut:
a) Studi kasus bentuk tunggal (One shot case study)
Dalam rancangan ini, suatu kelompok dikenai perlakuan tertentu, setelah itu lalu
dilakukan pengukuran terhadap variabel terikat. Rancangan ini bias digambarkan sebagai
berikut:
X = Pemberian perlakuan
O = Pemberian post test
Jenis rancangan ini, cenderung lemah karena tidak dibandingkan dengan hasil
pengukuran subyek kelompok control/pembanding, atau hasil pengukuran sebelum diberikan
perlakuan.
b) Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
Dalam rancangan ini terdapat satu kelompok subyek. Pertama-tama dilakukan
pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan
pengukuran untuk kedua kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan sebagi berikut:
O1 =
Pemberian Pretest
X =
Pemberian perlakuan
X2 = Pemberian Post test
Rancangan penelitian ini cenderung lebih baik dari rancangan one shot case study,
karena pengukuran dilakukan dua kali, yaitu sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah
diberi perlakuan (post test). Perbedaan nilai diantara kedua pengukuran tersebut,
diinterpretasikan sebagai perubahan akibat pemberian perlakuan.
c) Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design).
Dalam rancangan ini sekelompok subyek diambil dari suatu populasi tertentu
dikelompokkan secara acak minimal menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai perlakuan tertentu dalam jangka waktu
tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama. Perbedaan yang ada
dianggap sebagai akibat dari pemberian perlakuan. Rancangan ini secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :
X = Pemberian perlakuan
O1 = Pemberian post test
X2 = Pemberian Post test
O1 X O2
X O1
O2
Model rancangan ini juga bisa melibatkan tiga kelompok. Bila melibatkan tiga
kelompok dapat digambarkan sebagai berikut :
atau
Rancangan penelitian tersebut, hampir sama dengan one shot case study, akan tetapi
kelompok eksperimentnya lebih dari satu, masing-masing dengan perlakuan (treatment) yang
berbeda. Dengan demikian, cendenrung akan lebih baik. Dengan adanya beberapa kelompok
eksperimen, dapat dipergunakan untuk membandingkan hasil pengukuran, sehingga dalam
batas tertentu akan dapat menunjukkan pengaruh treatment terhadap variabel terikat.
2. Rancangan Eksperimen Murni (true experiment)
Rancangan penelitian eksperimen murni atau eksperimen sungguhan (true experiment)
merupakan rancangan penelitian eksperimen yang paling sempurna. Rancangan penelitian ini
memenuhi semua atau sebagian besar persyaratan penelitian eksperimen. Baik dalam
penggunaan subyek kelompok kontrol maupun randomisasi. Ada beberapa model rancangan
penelitian eksperimen murni atau sungguhan, antara lain sebagai berikut:
a) Postest only control group design
Dalam rancangan ini, beberapa kelompok diberikan perlakuan ditambah satu
kelompok kontrol. Subyek eksperimen hanya diukur setelah diberikan perlakuan melalui Post
test. Rancangan penelitian ini, bisa digambarkan sebagai berikut:
R X O1
R - O2
R = Subyek kelompok ditarik secara random
X = Pemberian perlakuan
O1 O2 = Pemberian posttest
X1 O1
X2 O2
O3
X1 O1
X2 O2
X3 O3
Interpretasi hasil rancangan penelitian ini cukup kuat, karena dipakainya kelompok
kontrol. Selisih hasil pengukuran antara kedua kelompok dianggap sebagai akibat pemberian
perlakuan (treatment).
b) Pretest posttest control group design
Rancangan pretest posttest control group design ini mengandung beberapa kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan ditambah satu kelompok kontrol. Subyek diukur sebelum
dan sesudah diberi perlakuan. Rancangan ini bisa digambarkan sebagai berikut:
R
= Subyek
kelompok ditarik
secara random
X = Pemberian perlakuan
O1 O2 = Pemberian pretest
O3 O4 = Pemberian posttest
Rancangan pretest Post test control group design ini hamper sama dengan rancangan
pstest only control group design. Perbedaannya, pada rancangan ini dilakukan pengukuran
awal, yaitu pretest. Dengan demikian, rancangan ini dianggap lebih sempurna, karena
memperhitungkan besarnya perubahan efek variabel bebas terhadap variabel terikat sebelum
dan sesudah perlakuan.
c) Solomon four design group
Rancangan Solomon four design group ini adalah kombinasi dari rancangan posttest
only control group design dan pretest-postest control group design. Rancangan ini bisa
digambarkan sebagi berikut :
R O1 X O2
R O3 - O4
R O1 X O2R O3 - O4R - X O5R - - O6
R = Subyek kelompok ditarik secara randomX = Pemberian perlakuanO1 O3 = Pemberian pretest O2 O4 O5 O6 = Pemberian posttestRancangan Solomon four group design ini mengatasi kelemahan external validity
rancangan pretest-postest control group design. Apabila pretest mungkin mempengaruhi
sehingga subyek merespon secara berbeda dengan subyek yang tidak mengalami pretest
terhadap perlakuan maka external validity terganggu, akhirnya tidak bisa membuat
generalisasi terhadap populasi. Rancangan ini mengatasi kelemahan tersebut. Dengan
menempatkan subyek-subyek kedalam empat kelompok secara random memungkinkan untuk
membuat asusmsi bahwa skor pretest yang dicapai kelompok 3 dan 4 akan sama dengan skor
pretest yang dicapai oleh kelompok 1 dan 2.
3. Rancangan Factorial
Rancangan factorial design melibatkan dua atau lebih variabel bebas (independent
variable) yang disebut sebagai faktor (factors) dalam rancangan tunggal (a single design).
Sel-sel design ditetapkan berdasarkan tingkat variabel bebas yang diambil dalam kombinasi.
Gambaran rancangan factorial ini adalah sebagai berikut:
Variabel A
Variabel B
A1 = Variabel bebas 1, kelompok 1
A2 = Variabel bebas 1, kelompok 2
A3 = Variabel bebas 2, kelompok 1
A4 = Variabel bebas 2, kelompok 2
Rancangan tersebut merupakan contoh rancangan factorial 2x2, yang merupakan
rancangan paling sederhana. Rancangan tersebut bisa diperluas 3 x 3, 3 x 3, atau 2 x 2 x 2,
dan sejenisnya. Rancangan factorial ini dapat dikatakan sangat bagus. Dengan rancangan
factorial ini memungkinkan peneliti dapat menentukan pengaruh dari masing-masing variabel
A1 A2
B1
B2
bebas (independent variable) maupun interaksi keduanya terhadap variabel terikat (dependent
variable). Dengan demikian akan bisa ditelaah dengan lebih terperinci.
4. Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) adalah rancangan
penelitian eksperimen yang belum memenuhi persyaratan rancangan penelitian eksperimen
sesungguhnya (true experiment). Hal ini banyak dialami pada penelitian bidang-bidang
sosial. Karena keterbatasan yang ada, tidak bisa memberikan kontrol perlakuan sepenuhnya
atau tidak bisa mengadakan pemilihan subyek secara random. Misalnya, dalam penelitian
penerapan metode mengajar tertentu terhadap siswa, tidak memungkinkan mencampur siswa
untuk mengambil sampel secara random. Untuk itu, terpaksa menggunakan kelompok siswa
yang ada.
Dengan demikian, penelitian ini menjadi penelitian eksperimen semu (quasi
experiment). Semua penelitian eksperimen yang tidak dilakukan randomisasi dalah
merupakan penelitian eksperimen semu.
Banyak sekali macam dari rancangan penelitian semu. Beberapa contoh dari
rancangan penelitian semu adalah sebagai berikut:
a) Interrupted time series design
Pada rancangan
ini, penelitian dilakukan melalui beberapa kali pengukuran variabel terikat dengan selang
waktu yang konsisten, kemudian memberikan perlakuan (treatment). Setelah itu dilanjutkan
dengan melakukan pengukuran beberapa kali secara konsisten. Bila dibuat garis
kecenderungan hasil pengukuran, perbedaan tinggi dan arah garis diinterpretasikan sebagai
akibat pemberian perlakuan (treatment).
b) Equivalent time samples design
O1 O2 O3 O4 O5 X O6 O7 O8 O9 O10
X O1 - O2 X - O3 X O4
Pada rancangan equivalent time samples design ini, keseluruhan waktu eksperimen
dibagi menjadi sejumlah potongan waktu yang sama panjang. Dalam setiap urutan waktu
ganjil diberikan perlakuan(treatment) dan diikuti dengan pengukuran. Dalam setiap urutan
waktu genap perlakuan dihentikan, diikuti dengan pengukuran.
Hasil dari pengukuran ganjil dikurangi hasil dari pengukuran genap dibandingkan
dengan hasil pengukuran genap dikurangi hasil pengukuran ganjil. Perbedaan atau selisih
kedua pengukuran tersebut diinterpretasikan sebagai pemberian perlakuan.
c) Non equivalent control group design
Rancangan non equivalent control group
design ini hampir sama dengan rancangan eksperiment murni/sungguhan. Perbedaanya,
hanya terletak pada tidak dilakukannya randomisasi dalam rancangan pengukuran ini.
d) Counterbalanced design
Rancangan counterbalanced design ini sama dengan rancangan non equivalent control
group design, namun eksperimen dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap ganjil,
kelompok pertama dipakai sebagai kelompok eksperimen, dan kelompok ke dua sebagai
kelompok kontrol (pembanding). Dan sebaliknya pada tahap genap, kelompok pertama
dijadikan sebagai kelompok kontrol (pembanding) dan kelompok ke dua sebagai kelompok
eksperimen.
A. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pola Eksperimen True Experimental Design
Desain eksperimental yang sebenarnya melaksanakankelompok kontrol maupun
cara mengukur perubahan yang munculdalam kedua kelompok. Dalam arti ini, kita
berusaha mengontrolsemua variabel yang mencampuri, atau paling tidak memerhatikan
O1 X O2O3 X O4
X O1 - O2 X O3 - O4- O5 X O6 - O7 X O8
pengaruhnya, sementara berusaha menentukan jika perlakuanlahyang benar-benar
menyebabkan perubahan. Eksperimen ini dianggapdapat secara tepat mengukur
hubungan sebab-akibat.
Bentuk pola eksperimen True Experimental Design memiliki dua bentuk,
diantaranya yaitu
a) Posttest only (Control Design)
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang
tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan
(treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh
treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistic t-test misalnya. Kalau terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
b) Pretest – Posttest (Control Goup Design)
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok
eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) –
(O4 – O3).
R O1 x O2
R O1 x O2
R O1 X O2
R O3 X O4
Sumber : Maryam Mogana (Desain Eksperimen. Emir, 2011)
Keterangan :
X : Perlakuan
O1 : Pretest
O2 : Posttest
R : Randomisasi
c) Subjek Eksperimen
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Majalengka kelas XI IPS
yang dibagi menjadi empat kelas yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, dan XI IPS 4.
Keempat kelas terdistribusi ke dalam kelas-kelas yang setara secara akademik. karena
dalam pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas tersebut disebar secara merata antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini berarti tidak terdapat
kelas unggulan maupun non unggulan.
2. Variabel Penelitiana. Variabel Eksperimen
Menurut Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich
persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri
dan keduanya saling berinteraksi.
Dari penjelasan beberapa ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan
pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek
pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai
proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam
pencapaian hasil belajar siswa.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
a) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan
yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi
dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi Neuro-
muscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena
lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian
dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal
ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil
belajar :
a) Keterampilan dan kebiasaan
b) Pengetahuan dan pengertian
c) Sikap dan cita-cita.
Sedangkan yang di maksud dengan indikator adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Pada dasarnya, pengungkapan hasil belajar
meliputi segenap aspek psikologis, dimana aspek tersebut berangsur berubah seiring
dengan pengalaman dan proses belajar yang dijalani siswa. Akan tetapi tidak dapat
semudah itu, karena terkadang untuk ranah afektif sangat sulit dilihat hasil belajarnya.
Hal ini disebabkan karena hasil belajar itu ada yang bersifat tidak bisa diraba. Maka
dari itu, yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari belajar yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan hasil dari belajar tersebut, baik dari aspek cipta (kognitif), aspek rasa
(afektif), aspek karsa (psikomotorik).
b. Variabel Non Eksperimen
Variabel non eksperimen dalam penelitian ini adalah kedisiplinan. Kedisiplinan
secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar. Menurut
Arikunto (1990:137) dalam Arif Muttaqin, penelitian mengenai berdisiplin dibagi
menjadi tiga macam indikator, yaitu:
a) Perilaku kedisiplinan di dalam kelas
b) Perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah
c) perilaku kedsiplinan di rumah.
Tu’u (2004:91) dalam Nurdinkhan menjelaskan bahwa disiplin sekolah terdiri
dari indikator yang menunjukan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai
kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah yang meliputi : dapat mengatur
waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di
kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam
penelitian eksperimen ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi empat
macam, yaitu:
a) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah
b) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah
c) Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran
d) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah
2. Instrumen Penelitian
Instumen penelitian yang digunakan adalah test. Tes tersebut digunakan untuk
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes objektif dengan 4 option. Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, perlu
dilakukan uji coba untuk memperoleh Validitas, Realibilitas, Daya beda, dan Tingkat
kesukaran. Uji coba soal-soal tes dilakukan pada kelas XI IPS yang dibagi menjadi
empat kelas yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, dan XI IPS 4 di SMAN 1
Majalengka tahun ajaran 2013/2014.
1) Validitas Soal
Suatu tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Menurut Suharsimi dalam Rakhmat (1998:160) validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang
kurang valid berarti memilili validitas rendah. Dalam penelitian ini untuk mengetahui
validitas instrumen dengan menggunakanrumus korelasi Product Moment Pearson
sebagai berikut:
Keterangan :
x : X- X
y : Y – Y
X : skor rata-rata dari X
2) Realibilitas Tes
Suharsimi dalam Rakhmat (1998:170-171) menerangkan reliabilitas adalah
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data
karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut
cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya. Dalam penelitian
ini untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-Brown sebagai
berikut:
Keterangan
r11 : reliabilitas instrumen.
r1/21/2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumem.
a. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis statistik
parametik yaitu suatu metode yang dibutuhkan asumsi tentang distribusi populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi Dan Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning/CTL) dan Penerapannya. Malang: Universitas Negeri Malang
Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Modul Fakultas Teknik
UNY
Yusuf, S. (1993). Dasar-Dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Adira
Prasetyo, Eko. (2013). Prosedur PTK. http://ekopeteka.blogspot.com/2013/01/prosedur-ptk.html
Diakses pada tanggal 20 Juni 2013
Emzir, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindi Persada
Pradaningtyas, Diah. 2011. Macam-macam Desain Riset Eksperimen.
http://diahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/macam-macam-desain-riset-eksperimen/
Diakses pada tanggal 20 Juni 2013
Sulipan, 2012. PENELITIAN EKSPERIMEN. http://sekolah.8k.com Diakses pada tanggal 20 Juni
2013
Mogana, Maryam. 2012. Macam Desain Eksperimen. http://www.scribd.com/doc/91900936/Macam-
Desain-Eksperimen Diakses pada tanggal 19 Juni 2013