26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah korban Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan. Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di turunkan bila kita memahami cara- cara penanggulangan Kegawat Daruratan. Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera dan bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan cacat permanent. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat ( PPGD ) Upaya untuk mengatasi keadaan gawat darurat agar pasien tidak meninggal, memburuk keadaannya atau mencegah / mengurangi kecacatan. Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi dimana mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang mendesak yang terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat kesehatan, kita harus menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami pasien dan menyadari perasaan sungkan atau tidak nyaman yang 1

Tugas Pak Badar

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah

korban Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung

menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan.

Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di

turunkan bila kita memahami cara- cara penanggulangan Kegawat Daruratan.

Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan

segera dan bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya

atau menimbulkan cacat permanent. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

( PPGD ) Upaya untuk mengatasi keadaan gawat darurat agar pasien tidak

meninggal, memburuk keadaannya atau mencegah / mengurangi kecacatan.

Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi

dimana mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang

mendesak yang terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat

kesehatan, kita harus menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami

pasien dan menyadari perasaan sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan

pasien dalam memebicarakan fungsi serta gejala ureginetal. Pasien mungkin

“lupa” atau menyangkal gejala tersebut karena rasa cemas atau sungkan.

Penyakit renal harus dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit renal terjadi

ketika ginjal terkena. Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala

yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup

informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.

Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah

korban Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung

menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan.

Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di

turunkan bila kita memahami cara- cara penanggulangan Kegawat Daruratan.

1

Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan

segera dan bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya

atau menimbulkan cacat permanent. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

( PPGD ) Upaya untuk mengatasi keadaan gawat darurat agar pasien tidak

meninggal, memburuk keadaannya atau mencegah / mengurangi kecacatan.

Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi

dimana mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang

mendesak yang terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat

kesehatan, kita harus menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami

pasien dan menyadari perasaan sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan pasien

dalam memebicarakan fungsi serta gejala ureginetal. Pasien mungkin “lupa” atau

menyangkal gejala tersebut karena rasa cemas atau sungkan. Penyakit renal harus

dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit renal terjadi ketika ginjal terkena.

Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan

tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang

berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat menerapkan usaha mempertahankan kehidupan

pasien dalam keadaan gawat darurat

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mahasiswa menguasai cara meminta bantuan pertolongan

- Mahasiswa menguasai teknik bantuan hidup dasar

- Mahasiswa menguasai teknik evakuasi dan tranportasi

- Mahasiswa dapat memperioritaskan klien sesuai dengan tingkat

kegawatdaruratan

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. TRIAGE

1.1 Pengertian Triage

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan

suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan

serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau

menggolongkan suatu pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir, yaitu proses

khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk

menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim

digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan

berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya

manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang

yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahuannya (Pusponegoro, 2010)

1.2 Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam

nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau

derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan, serta dapat

menangani korban atau pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan

sumber daya yang ada. Memberikan penanganan terbaik pada korban dalam

jumlah yang banyak untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan

maupun resiko cedera bertambah parah.

3

1.3 Macam-Macam Triage

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

1. Gawat darurat (P1)

Keadaan yang mengancam nyawa atau adanya gangguan ABC dan

perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,

trauma mayor dengan perdarahan hebat.

2. Gawat tidak darurat (P2)

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan

darurat. Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter

spesialis, misalkan : pasien kanker tahap lajut, fraktur, sickle cell dan

lainnya.

3. Darurat tidak gawat (P3)

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan

darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung

diberikan terapi definitive. Untuk tindak lajut dapat ke poliklinik, misalnya

laserasi, fraktur minor atau tertutup, sistitis, otitis media dan lainnya.

4. Tidak gawat tidak darurat (P4)

Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan

gawat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis, misalnya penyakit

kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

1.4 Prinsip Triage di RS dan Lapangan

Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien

berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti

jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu,

nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam,

deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang

diberikan kepada pasien diruang gawata darurat. Perawat memberikan

prioritas pertana untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi

terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri

4

dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama.

Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan

pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau

membutuhkan banyak sumber daya medis (Bagus, 2007).

Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak

sedikit dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan

harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia

maupun sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah

korban untuk memberikan prioritas pertolongan.

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:

1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban

2. Menilai kebutuhan medis

3. Menilai kemungkinan bertahan hidup

4. Menilai bantuan yang memungkinkan

5. Memprioritaskan penanganan definitive

6. Tag Warna

Prinsip dalam penatalaksanakan triase :

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu

Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang

mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di

departemen kegawatdaruratan.

2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

Intinya, ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam

proses interview.

3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan

bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.

4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dari kondisi

5

Tanggung jawab utama seorang perawata triase adalah mengkaji secara

akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien

tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic

dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu

pengobatan.

5. Tercapainya kepuasan pasien

1) Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada diatas saat

menetapkan hasil secara serempak dengan pasien.

2) Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan

yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada

seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.

3) Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga

atau temannya.

“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The

Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care

Provider”

Pengambilan keputusan dalam proses triage dilakukan berdasarkan :

1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit

2. Dapat mati dalam hitungan jam

3. Trauma ringan

4. Sudah meninggal

(Making the Righ Decision A Triage Curriculum, 1995)

6

1.5 Prioritas Triage

Prioritas : penentuan mana yang harus didahulukan mengenai

penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang

timbul

Tingkat prioritas :

1. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk

sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan

tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.

Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan

nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension

pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,

combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.

2. Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau

fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.

Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah

tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma

thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

3. Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan

biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.

Contoh luka superficial, luka-luka ringan.

4. Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka

sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,

trauma kepala kritis.

1.6 Keuntungan Triage

Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada

pasien

7

2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan

lanjutan 

3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses

penanggulangan/pengobatan gawat darurat

1.7 Triage Scoring

1. Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya

2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,0

dan selanjutnya

3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan

pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.

4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban

1.8 Penggolongan dalam Triage

Dalam triage ada 5 golongan

1. Golongan I (Label Hijau)

Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan

tindakan bedah.

2. Golongan II (Label Kuning)

Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.

3. Golongan III (Label Merah)

Penderita keadaan luka berat / syok.

4. Golongan IV (Label Putih)

Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong

5. Golongan V (Label Hitam)

Penderita meninggal dunia

8

2. Konsep Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

(Spgdt)

2.1 Pengertian SPGDT

Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang

mengalami kegawatan dengan melibatkan semua unsur.

2.2 Tujuan

Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu

bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya

mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian

rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :

1. Penanggulangan ditempat kejadian.

2. Transportasi ke sarana kesehatan yang lebih memadai.

3. Penyediaan sarana komunikasi.

4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.

5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).

6. Upaya pembiayaan penderita

2.3 Komponen

SPGDT memiliki beberapa komponen dan fase, Komponen SPGDT antara

lain :

1. Fase Deteksi

Pada fase ini dapat dideteksi:

9

- Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas

- Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai

- Jaraknya orang memakai safety belt

- Daerah bekerja di pabrik yang berbahaya

- Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat

- Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan

kondisi tanah

- Daerah rawan terjadi gempa

2. Fase Supresi

Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan

atau diamana dapat terjadi bencana/korban masal maka kita dapat

melakukan supresi :

- Perbaikan kontruksi jalan(engineering)

- Pengetatan peraturan lalu lintas

- Perbaikan kualitas helm

- Pengetatan peraturan keselamatan kerja

- peningkatan patroli keamanan

- membuat “disaster mapping

- dll

3. Fase Pra RS

Pada fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat

tergantung pada beberapa komponen :

1) Komunikasi

Dalam komunikasi, hubungan yang sangat diperlukan adalah:

-Pusat komunikasi ambulan gawat darurat

-Pusat emergency

-Pusat komunikasi ke rumah sakit

10

-Pusat komunikasi polisi

-Pusat komunikasi pemadam kebakaran

Untuk komunikasi pager, radio, telpon, telpon genggam

Tugas pusat komunikasi adalah :

- Menerima permintaan penolong

- Mengirim ambulan terdekat

- Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat

- Monitor kesiapan RS terutama unit gawat darurat dan ICU

Pada dasarnya komunikasi disektor kesehatan terdiri dari :

a. Komunikasi kesehatan

Sistem komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan

kesehatan di bidang administrative.

b. Komunikasi medis

Sistem komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan

kesehatan di bidang teknis medis

- Tujuan : Untuk mempermudah dan mempercepatmenyampain

dan penerimaan informasi data menanggulangi penderita gawat

darurat

- Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita

gawat darurat adalah :

Untuk mempermudah masyarakat dalam meminta

pertolongan kesarana kesehatan

Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang

diberikan ditempat kejadian selama perjalanan kesarana

kesehatan yang lebih memadai

Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat

darurat dan puskesmas ke RS atau antar RS

Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana

11

Jenis komunikasi

Teknologi komunikasi di Indonesia telah berkembang pesat dan

semakin modern, namun demikian sarana komunikasi medis belum

sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan dalam penanggulangan

penderita gawat darurat dapat berupa :

a. Komunikasi tradisional

- Kentongan

- Beduk

- Terompet

- Kurir/ mulut ke mulut

b. Komunikasi modern

- Telpon, telepon genggam

- Radio komunikasi

- Telegram

- Facsimile

- Computer

- Telkometri

Sarana Komunikasi

Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah :

a. Sentral komunikasi

Fungsi pusat komunikasi

- Mengkoordinir penanggulangan penderita dawat darurat mulai dari

tempat kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai RS yaitu

dengan

a) Menerima dan menganalisa permintaan pertolongan

b) Mengatur ambulance terdekat dari kejadian

c) Menghubungi ke RS terdekat

d) Mengatur atau memonitor rujukan penderita gawat darurat

12

- Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penanggulangan medis

korban bencana

- Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain

- Dapat di ambil alih oleh perawat keamanan

Syarat syarat sentral komunikasi

a. Harus mempunyai nomer telepon khusus sebaiknya 3 digit

b. Mudah dihubungi dan memberikan pelayanan 24 jam

c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis perawatan yang terampil

dan berpengalaman

Syarat alat sentral komunikasi

- Telepon

- Radio komunikasi

- Teleks

- Computer bila perlu

- Tenaga yang terampil dan komunikatif

- Konsekuen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis

Jaringan komunikasi

Agar rahasia medis setip penderita tetap terjamin, maka tenaga

untuk keperluan komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau para

medis perawatan yang telah di didik dalam bidang penanggulangan

penderita gawat darurat bidang komunikasi.

2) Pendidikan

1. Pada orang awam

Kemampuan yang harus di miliki oleh orang awam adalah :

- Mengetahui cara minta tolong misalnya menghunbungi 118

- Mengetahui cara resusitasi jantung paru

- Mengetahui cara menghentikan perdarahan

- Mengetahui cara memasang pembalut atau bidal

- Mengetahui cara transportasi yang baik

13

2. Pada perawat

Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat

dengan gangguan :

- System pernafasan

- System sirkulasi

- System vaskuler

- System saraf

- System pencernaan

- System perkemihan

- System integument dan toksilogi

- System endokrin

- System muskuluskletal

- System pengindraan

- Pada anak

3) Transportasi

1. Syarat transfortasi penderita

a. Penderita gawat darurat siap di transportasi bila :

- Gangguan pernafasan sudah ditanggulangi

- Perdarahan harus dihentikan

- Luka harus ditutup

b. Selama transportasi harus dimonitor

- Kesadaran

- Pernapasan

- Tekanan darah dan denyut nadi

- Daerah perlukaan

c. Syarat kesadaran

d. Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi, oksigen alat hisap,

obat-obatan dan infuse, balut dan bidal, tandu, EKG, transmitter,

incubator (untuk bayi) dan alat alat persalinan

e. Syarat personal

14

- Dua orang perawat yang mengemudi

- Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat

f. Klasifikasi ambulan sesui fungsinya sebagai berikut :

- Ambulans transportasi

- Ambulans gawat darurat

- Ambulans RS lapangan

- Ambulans pelayanan medic bergerak

- Kereta jenazah

g. Alat pelindung diri

4. Fase rumah sakit

a. Puskesmas

Puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan :

- Resusitasi

- Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan

minor

- Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang dignostik seperti

pemeriksaan leokosit, Hb dan gula darah

- Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga

perawat dalam satu shift

b. UGD/ IGD

Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD tergantung pada :

1. Keadaan penderita waktu tiba di IGD

2. Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa

3. Kualitas dan kuantitas alat alat atau obat obatan

c. Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi

- Alat alat periksa pengobatan mata

- Slip lamp

- THT set

- Traction kit

15

- Gips

- Obstetric genekologi set

- Laboratorium urine

- Bone set

- Pembedahan minor set

- Thoracotomy set

- Benang atau jarum segala ukuran

d. Kemampuan dan keterampilan

5. Fase rehabilitasi

Semua penderita yang cidera akibat kecelakaan maupun bencana

harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga mereka

sapat kembali berfungsi didalam kehidupan masyarakat.

6. Penanggulangan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan baik oleh factor alam atau factor non alam maupun factor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

1. Evaluasi

- Memonitor penanggulangan penderita

- Mengevaluasi terus menerus

Kebutuhan untuk pengembangan

Dampak pada morbidilitas dan mortalitas : Yaitu melakukan

quality management program

16

2. Dana

Seperti juga dengan pelayanan rumah sakit dimana dana didapat dari :

-Pemerintah

-Swasta

-Modal asing

Maka dalam penanggulangan gawat darurat sehari hari maupun

bencana di dapat dana dari :

-Jasa raharja

-Pegawai negeri

-Pegawai swasta

-Orang mampu

-Askes

-Astek

-Asosiasi komersial

-Subsidi PEMDA

17

18