Tugas Pak Helmi

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS FARMAKOLOGI IDosen pembimbing: Prof. Dr. Helmi Arifin, Apt

OLEHHILYATUL AULIA1111012025

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS ANDALAS2013

TUGAS 2Khitanan Massal

A. Perbedaan analgetik dengan anestetikAnalgetik : Merupakan zat penghilang rasa sakit yang mana bekerja pada reseptor prostaglandin Diberikan setelah tasa sakit itu terasaAnastesi : Merupakan pencegah rasa sakit yang mana bekerja pada reseptor syaraf Diberikan sebelum rasa sakit terasa sebagai pencegah rasa sakitB. Pembagian anestesi lokal dan anestesi umumAnestesi localObat anestesi regional/lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal. Anertesi lokal idealnya adalah yang tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, mula kerja singkat, masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan, dan efeknya reversible. LidokainLidokain (lignikaon,xylocain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara topikal dan suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan ekstensif dibandingkan prokain. BupivakainBupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula kerja lambat dan masa kerja panjang.

Anastesi UmumAnestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan realksasi otot.ANASTESI INTRAVENA Natrium Tiopental (tiopental,pentotal)Tiopental berupa bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%. Indikasi pemberian tiopental adalah induksi anestesi umum, operasi/tindakan yang singkat(reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, dan kuretase), sedasi pada analgesi regional, dan untuk mengatasi kejang-kejang eklampsia atau epilepsi. Kontra indikasinya adalah status asmatikus, syok, anemia, disfungsi hepar, asma bronkial, miastenia gravis dan riwayat alergi terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas. Sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan, depresi kardiovaskuler, cenderung menyebabkan spasme laring, relaksasi otot perut kurang dan bukan analgetik. KetaminKetamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma. Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan)Droperidol adalah turunan buturofenon dan merupakan antagonis reseptor dopamin. Obat ini digunakan sebagai premedikasi (antiemetik yang baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur intubasi, bronkoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan pemberian diphenhidramin. Diprivan (diisopropil fenol, propofol)Propofol adalah campuran 1% obat dalm air dan emulsi berisi 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA.

ANASTESI INHALASI Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari pada udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan 50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20%;80%, untuk induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%. HalotanHalotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enek, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atai 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan nafas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah. Kerugiannya adalah sangat poten, relatif terjadi over dosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasika dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal,menimbulkan hipotensi, aritmia, dll Etil KloridaMerupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak dianjurkan digunakn sebagai anestesi umum. Sebagai anestesi lokal etil klorida digunakan dengan cara disemprotkan pada kulit sampai beku. Eter (Dietil Eter)Merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau kkhas, mengiritasi saluran napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestesi yang sangat kuat sehingga pasien dapat memasuki tiap tingkat anestesi. Keuntungan penggunaan eter adalah mudah didapat dan murah, tidak perlu digunakan bersama-sama dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dal alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiannya adalah mudah terbakar/meledak, bau tidak enak, mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari berat badan dan kondisi pasien, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Enfluran (ethran)Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Oabt ini jarang menimbulkan mualdan muntah serta masa pemulihannya cepat. Isofluran (forane)Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak mudah terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. SevofluranObat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk induksi inhalasi, induksinya enak dan cepat terutama pada anak.

C. Pemberian vasokontriktor pada anastesiVasokonstriktor adalah obat yang dapat mengkontraksikan pembuluh darah dan mengontrol perfusi jaringan. Vasokonstriktor ditambahkan pada anestesi lokal untuk melawan efek vasodilatasi anestesi lokal karena:- Dapat menurunkan perfusi (aliran darah) dari tempat administrasi karena mengkonstriksi pembuluh darah.- Absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskuler melambat sehingga kadar dalam plasma juga rendah.- Meminimalkan resiko toksisitas anestesi lokal karena kadar dalam plasma lebih rendah.- Meningkatkan durasi aksi anestesi local- Menurunkan perdarahan pada tempat injeksi sehingga berguna saat prosedur pembedahan untuk mengantisipasi perdarahan.Contoh vasokonstriktorEpinefrin digunakan luas sebagai penambah anestesi local sejak tahun 1897. Meskipun epinefrin merupakan vasokonstriktor yang paling sering digunakan di kedokteran dan kedokteran gigi, epinefrin bukan merupakan obat yang ideal. Epinefrin diabsorpsi dari tempat injeksi. Kenaikan kadar epinefrin dalam plasma tergantung pada dosis secara linier dan bertahan beberapa menit hingga beberapa jam.Vasokonstriktor lain yang digunakan di kedokteran dan kedokteran gigi lainnya antara lain norepinefrin, fenilefrin, levonordefrin dan oktapresin. Norepinefrin, dengan aksi 2 lemah menghasilkan vasokonstriksi peripheral yang hebat dengan kenaikan tekanan darah yang dramatis. Norepinefrin yang digunakan sebagai vasopresor di kedokteran gigi tidak dianjurkan

D. Stadium Anastesi Umum Stadium anagesi, penekanan fungsi korteks otak menimbulkan efek analgesi, pelan2 berkurangnya kesadaran. Stadium eksitasi, karena hambatan sentra yang lebih tinggi mengakibatkan peningkatan aktivitas otak tengah, yg berakibat hiperrefleksi (muntah), peningkatan sekresi kelenjar, peningkatan tonus otot. Hilangnya kesadaran. Stadium toleransi, sentra ssp yang lebih dalam (batang otak, sumsum tulang belakang) dilumpuhkan. Rangsangan refleks dan sekresi kelenjar masih ada, tonus otot rangka menurun (efek muskel relaksan), pernafasan spontan dipertahankan. Operasi dilaksanakan pada stadium ini. Stadium aspiksi, dengan hambatan sentra vegetativ yang esensial pada medula oblongata mengakibatkan penghentian pernafasan denyut jantung.

E. Premedikasi Anastesi umumPemberian obat premedikasi bertujuan: Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi) Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah pasca anestesi Mengurangi stress fisiologis (takikardia, nafas cepat, dll) Mengurangi keasaman lambungMacam macam pemberian obat premedikasi Analgetik Morfin Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular. Diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi, dan agar anestesi berjalan dengan tenag dan dalam. Petidin Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB) intravena. Diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernafasan serta merangsang otot polos. Barbiturat Pentobarbital dan Sekobarbital Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah fenobarbital dengan efek depresan yang lemah terhadap pernafasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah. Antikolinergik Atropin Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.FARMAKOLOGI OBAT OBAT ANASTESI1. Kokain Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit. Nama dagang : fentanyl durogesic Farmakodinamik: Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon coca. Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila digunakan secara lokal. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat. Efek anestetik lokal: Efek lokal kokain yang terpenting yaitu kemampuannya untuk memblokade konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang oftalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. Kokain sering menyebabkan keracunan akut. Diperkirakan besarnya dosis fatal adalah 1,2 gram. Sekarang ini, kokain dalam bentuk larutan kokain hidroklorida digunakan terutama sebagai anestetik topikal, dapat diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis. Kontraindikasi :depresi pernafasan, cedera kepala, alkoholisme akut, serangan asma akut, hamil, menyusui Indikasi: suplemen analgesik pada anatesi regional atau general Dosis: 100mcg IM 30-60 sebelum operasi, 50-100mcg paska operaso Bentuk sediaan yang beredar: injeksi dengan bentuk sediaan cair steril dalamampul 2. Prokain (novokain) Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5% Blok saraf: 1-2% Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menit nama dagang: novokain. Indikasi : Sebagai anestetik lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja pendek maka penggunaannya sekarang hanya terbatas pada anestesi infiltrasi dan kadang- kadang untuk anestesi blok saraf. Di dalam tubuh prokain akan dihidrolisis menjadi PABA yang dapat menghambat kerja sulfonamik.

3. Lidokain Konsentrasi efektif minimal 0,25%. Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan. Nama dagang : lignokain, xylokain, lidones Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetik lokal golongan amida. Indikasi Larutan Lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi, sedangkan larutan 1-2% untuk anestesia blok dan topikal. Anestetik ini lebih efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa epinefrin (1:50000 sampai 1:200000). Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parastesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung. Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir.

4. Bupivakain 5. Pethidin Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain tetapi lama kerja sampai 8 jam. Struktur bupivakain mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin adalah butil piperidin. Indikasi : Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih populer digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain. Nama dagang : markain Dosis : Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebra. Tanpa epinefrin, dosis maksimum untuk anestesia infiltrasi adalah 2mg/kgBB. Bentuk sediaan : injeksi

TUGAS 3Rasa Cemas Tinggi Sebelum UN

A. Pengertian Ansietas, sedative dan hipnotik AnsietasAnsietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik (Ashadi, 2008). HipnotikHipnotik (hypnotic) adalah sebuah obat yang menghasilkan efek yang menyebabkan perubahan dalam kesadaran atau mirip dengan keadaan tidur.

SedativeSedatif adalah obat-obatan yang menciptakan ketenangan dan pengurangan rasa sakit dan / ataukecemasan; digunakan bersama dengananestesi lokaluntuk prosedur minor, sepertiendoskopiatau perawatan gigi, atau sebelumanestesi umum.

B. Penggolongan Ansiolitik, hipnotik dan sedative obat ansiolitik Golongan Barbiturat Golongan Benzodiazepin Obat hipnotik Ethanol (alcohol) Barbiturate Fenobarbital Benzodiazepam methaqualon.

Obat sedative Fenotiazin Butyrophenones Benzodiazepin Agonis alpha-2-adrenergik Barbiturat Derivatif chloralFARMAKOLOGI OBAT1. Diazepam Indikasi: pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alcohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot. Kontraindikasi : depresi pernapasan, gangguan hepar berat, miastenia gravis, insufiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, glaucoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trisemester pertama kehamilan, bayi premature; tidak boleh digunakan sendirian pada depresi atau ansieatas dengan depresi. Interaksi: kadar plasma sebagian benzodiazepine dinaikkan oleh fluvoksamin Efek samping: mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salvias, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido, retensi urin Sediaan yang bereda dan nama dagang: Tablet, Lovium (Pharos), Mentalium (Soho), Trankinon(Combiphar), Validex (Dexa Medica), Valisanbe (Sanbe) Cairan injeksi, Parafalium ( Prafa), Stesolid (Dumex Alpharma Indonesia), Valium (Roche Indonesia)2. Lorazepam Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama. Indikasi: pengguanaan jangka pendek pada ansietas atau insomnia, status epileptikus, prabedah Kontraindikasi: sama dengan diazepam; kerja jangka pendek Sediaan yang beredar dan nama dagang: Ativan (Sunthi Sepuri) Tablet 0,5, 1, 2 mg. Merlopam (Mersifarma) Tablet 0,5 mg. Renaquil (Pratapa Nirmala) Tablet o,5 mg3. Alprazolam Alprazolam memiliki efek mengurangi kecemasan pada pasien dengan kecemasan atau serangan panik. Alprazolam merupakan alternatif untuk premedikasi pengganti midazolam. Indikasi: ansietas (penggunaan jangka pendek) Kontraindikasi: sama dengan diazepam Sediaan yang beredar dan nama dagang: Xanax(Upjhon Indonesia) tablet 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg, 2 mg4. Meprobamat Indikasi: pengguanan jangka pendek pada ansietas, trankuiliser dan terapi suportif pada penyakit psikosomatik Kontraindikasi: insufisiensi pulmoner akut, depresi pernafasan, porfiria, menyusui Peringatan: penyakit pernafasan. Kelemahan otot, epilepsy, riwayat penyalahgunaan obat, kelaina pribadi yang jelas, hamil, usia lanjut dan debil Interaksi: kadar plasma sebagian benzodiazepine dinaikkan oleh fluvoksamin Efek samping: lihat diazepam; akan tetapi insidensinya lebih besar; mengantuk merupakan efek samping yang paling bayak terjadi Sediaan yang beredar: AB Merixid (Tunggal) tablet, Deparon (Medifarma) tablet, Medicar (Prafa) tablet5. Barbiturat Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensifsebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki antikonvulsi yang masih banyak digunakan. Indikasi: insomnia yang sulit diobati dan berat pada pasien yang pernah mendapat barbiturate Kontraindikasi: insomnia yang disebabkan oleh nyeri, porfiria, hamil, menyusui, hindari pada anak, dewasa muda, usia lanjut, pasien debil, dan juga pasien dengan riwayat penyalahgunaan obat. Interaksi: alcohol,meningkatakan efek sedative ; antiaritmia, metabolism Efek samping: hangover dengan mengantuk, pusing, ataksia, depresi pernafasan, reaksi hipersensitifitas, nyeri kepala, terutama pada usia lanjut

TUGAS 4Sang Lagendaris Muhammed Ali

A. Pengertian Parkinson dan gejala gejalanyaGangguan neurologik gerakan otot dengan tanda-tanda bradikinesia, kekakuan otot, tremor, gangguan keseimbangan postur. Gejala begitu ringan sehingga pasien tidak merasa terganggu Gejala ringan dan mulai sedikit mengganggu; tremor ringan Gejala bertambah berat, pasien sangat terganggu Pasien tidak mampu lagi berdiri tegak, kepala, leher, dan bahu jatuh ke depan Memburuknya gejala terjadi terutama sewaktu kadar levodopa menurun

B. Penggolongan obat Parkinson Dopaminergik Sentral Prekusor DA Agonis DA Antikolinergik Sentral Triheksifenidil, Senyawa Kongeneriknya Dan Benztropin Anti Histamin Derivat Fenotiazin Dopamino Antikolinergik Amantadin Anti Depresan Trisiklik Penghambat MAO

FARMAKOLOGI OBAT

Dopaminergik SentralPrekusor Dopamin (DA) LevodopaFarmakokinetik Konsentrasi obat dalam plasma (dosis oral) mencapai kadar puncak antara 1 2 jam waktu paruhnya antara 1 dan 3 jam Dalam 8 jam setelah pemberian dosis oral, sekitar 2/3 dosis dijumpai dalam urin sebagai metabolit: asam homovanilat, HVA hanya sekitar 1 - 3 % dari levodopa yang diberikan dapat masuk ke otak tanpa mengalami perubahan; sisanya dimetabolisasi di luar otak levodopa terutama dibiotransformasi dopamin DOPAC (3,4-dihiroksi fenil asetat) oleh enzim MAO dan Aldehid Dehidrogenase (ALDH) asam homovalinat (HVA) dengan bantuan CathecolO methyltransferas (COMT). Biotransformasi dalam bentuk metabolit lain hanya sedikit jumlahnya

Farmakodinamik Mekanisme kerja obat levodopa pada penderita parkinson berdasarkan replesi kekurangan dopamin di striatum Terdapat beberapa jenis reseptor dopamin; Reseptor D1 dan reseptor D2. Reseptor D1 di badan sel dan di terminal prasinaps neuron striatum intrinsik; Reseptor D2 di badan sel neuron striatum dan terminal prasinaps akson nigrostriatal yang dopaminergik. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa kerja levodopa diperantarakan oleh reseptor D2. Kapasitas neuroleptik menimbulkan sindrom Parkinson juga dianggap berdasarkan blockade reseptor D2

Obat obat yang bekerja langsung pada resptor dopamine

Golongan ergotBromokriptinFarmakodinamik Kenyataan ini didukung oleh fakta : Efek terapi bromokriptin tidak tergantung dari enzim dekarboksilase pada penyakit Parkinson terdapat definiensi enzim tersebut di ganglia basal dan respon terapi levodopa biasanya kurang memuaskan pada keadaan penyakit yang berat. Bertambah beratnya penyakit akan meningkatkan sensitivitas reseptor dopaminergik (supersensitivitas denervasi ) Bromokriptin menyebabkan kadar HVA dalam CSS menurun, yang memberikan kadar bahwa obat ini menghambat dalam pembebasan DA dan ujung saraf di otaknya

Efek samping Efek samping bromokriptin memperhatikan variasi indivu yang nyata . titrasi dosis yang teliti perlu untuk menentukan dosis yang tepat. Mual, muntah, dan hipotensi otostatik merupakan efek samping awal. Fenomena dosis awal kolaps kardiovaskuler dapat terjadi. Perhatian khusus harus diberikan pada mereka yang minum anti hipertensi. Gangguan psikis berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran lebih sering di temukan dibandingkan dengan pada pemberian levodopa.Efek samping yang jarang terjadi Eritromelagia , kemerahan, nyeri, panas dan edema di tungkai bawah. Umumnya terjadi bila dosis per hari lebih dari 50 mg Hipotensi simtomatik dan levido retikularis kulit yang lebih sering terjadi dibandingkan, Diskinesia lebih jarang terjadi. Semua efeks samping berkurang dan bersifat reversible dengan pengurangan atau penurunan dosis.

Golongan ergotPergolidPergolid yakni turunan ergot lainnya, secara langsung merangsang reseptor D1 dan D2 . Obat ini juga sudah banyak digunakan oleh Parkinsonisme, dan penelitian kompratif menyimpulkan bahwa pergolid lebih aktif daripada bromokriptin dalam meredakan gejala dan tanda penyakit ini, meningkat on-time di antara respons Fluktuatif, dan mungkin diturunkannya dosis levodopa. Karena penggunaan pergolid baru-baru ini telah dikaitkan dengan kelainan katup jantung klinis atau subklinis pada sekitar sepertiga pasien, salah satu agen nonergot terbaru dianjurkan etika agonis dopamine diperlakukan.ANTIKOLINERGIKAntikolinergik adalah obat alternative levodopa dalam pengobatan parkinsonisme. Mekanisme kerja obat ini adalah mengurangi aktifitas kolinergik yang berlebihan di ganglian basal. Termasuk dalam kelompok ini adalah triheksifenidil, biperiden, prosiklidin, benztropin, dan antihistamin dengan efek antikolinegik difenhidramin dan etopropazin.Antihistamin Beberapa antihistamin dimanfaatkan efek antikolinergiknya untuk terapi penyakit Parkinson Difenhidramin Fenindamin Orfenadrin klorfenoksaminDiphenhydramine memblok reseptor mukarinik acetilkolin dalam otak. Difenhidramin 50 mg, 3-4 kali sehari diberikan bersama levodopa untuk mengatasi efek ansietas dan insomnia akibat levodopa.Antidepresi trisiklikFarmakodinamik: imipramin bekerja dengan cara menghambat pengambilan kembali neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf.Farmakokinetik: kadar plasma puncak terjadi pada 0,5 -1 jam setelah pemberian oral. Dengan waktu paruh 16 jam.Dosis obat: dosis standar 100 200 mg/sehari atau 10 25 mg/ empat kali pakai.Efek samping: meliputi mulut kering, hidung kering, pandangan kabur, sembelit , mengantuk, dan sindroma diskontinuasi.Penghambat monoamin oksidase (MAO)Interaksi Obat: tidak boleh digunakan pada orang yang mendapat meperidin, antidepresan trisiklik, atau penghambat ambilan ulang serotonin karena adanya resiko interaksi toksik akut dari jenis sindrom serotonin.

TUGAS 5Hilangnya Keceriaan Hesti

1. Pengertian Depresi dan gejaladepresiadalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapanyang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas. individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Berikut ini beberapa gejala dari depresi : Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong Perasaan putus asa dan pesimis. Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga. Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati. Penurunan energi dan mudah kelelahan. Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan. Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan. Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis. Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri Gelisah dan mudah tersinggung Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap pengobatan, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronisPada umumnyagejala depresiantara lain murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan

2. Penggolongan obat antidepresanAntidepresan.Cara kerja nya dengan memberikan efek pada sistem monoamin, serotonin dan norepinefrin. Namun tidak semua antidepresan mempunyai efek kepada ketiga sistem otak tersebut.Beberapa contoh obat antidepresan :

Golongan Trisiklik. Paling terkenal adalah AMITRYPTILINE 25 mg, obat antidepresan yang murah meriah ini (harganya setablet cuma 200-600 perak) tersedia dalam bentuk generik. Masih dipakai terutama untuk pasien di puskesmas, punya efek antinyeri yang baik sehingga sering menjadi obat racikan untuk para dokter saraf. Sayangnya menimbulkan efek ngantuk yang luar biasa walaupun anjuran 3 kali sehari namun biasanya hanya bisa dimakan saat malam hari saja. Efek ke Jantung yang kurang baik menyebabkan pemakaian obat ini terbatas untuk dewasa muda dan hampir tidak pernah diberikan pada lanjut usia yang menderita kelainan jantung. Golongan Tertrasiklik. Sejenis dengan golongan diatas, merk tekenal adalah LUDIOMIL dengan merk generik Maproptiline (tidak tersedia). Golongan Monoamine. Dikenal dengan merk dagang AURORIX isinya generik MOCLOBLEMIDE. Obat yang termasuk sudah tua dan jarang dipakai lagi karena efek samping keracunan serotonin yang membahayakan. Obat inilah yang di beberapa obat flu tidak boleh diberikan. Jadi kalau ada pasien bertanya apakah kalau makan obat antidepresan boleh makan obat flu, jawabnya boleh saja asal jangan makan obat ini. Golongan Serotonin. Merupakan golongan terbaru yang paling direkomendasikan saat ini karena toleransi yang baik dan efek samping yang minimal. Beberapa jenis dan merk dagang yang terkenal adalah : Fluoxetine (Kalxetin, Prozac, Antiprestin, Lodep) Sertraline (Serlof, Zoloft, Antipres) Escitalopram (Cipralex) Paroxetine (Seroxat) > sudah jarang digunakan di Indonesia Efek samping paling sering adalah Mual dan gangguan perut namun biasanya dengan dosis awal yang kecil dan naik perlahan hal ini bisa dinetralisir. Golongan Serotonin-Norepinefrin.Merupakan golongan paling baru, merknya yang terkenal adalah Cymbalta dan Effexor. Sudah sedang tidak tersedia di Indonesia untuk beberapa saat. Efek samping mirip dengan serotonin namun terkadang tekanan darah tinggi suka ditemukan pasca pemakaian. Golongan BENZODIAZEPINE. Dikenal masyarakat sebagai obat penenang, rupanya macam2 dan paling terkenal adalah XANAX yang isinya Alprazolam.

Golongan lain Alprazolam (xanax, calmlet, zypraz dkk) ditujukan untuk pasien gangguan panik dan tidak yang lain. namun krn efek ketergantungan fisiologis dan psikologisnya yg tinggi, sejak beberapa tahun ini sdah tidak disarankan diberikan jika kondisi pasien tidak perlu sekali dan masih bisa ditangani oleh obat golongan lain seperti clobazam (frisium). Lagipula terapi lini pertama untuk pasien panik adalah Antidepresan. Clobazam (Frisium)Obat ini tidak dikenal di USA. Lebih banyak diresepkan di Jepang dan Eropa. Cukup aman namun efeknya tidak secanggih alprazolam. Efek ngantuknya minimal dan waktu kerjanya cukup panjang. Biasa diberikan hanya pada awal terapi. Estazolam (Esilgan)Dikenal sebagai obat tidur, biasa diresepkan dalam bentuk sediaan 1 mg dan 2 mg Tidak boleh digunakan berbarengan dengan obat anticemas lain. Efek sedasi tinggi sehingga digolongkan ke dalam hipnotik sedatif. Untuk gangguan tidur memang yahud tapi lebih baik pake golongan yang lebih ringan dulu. Hang over sering dialami oleh pemakai obat ini, keracunan akibat pemakaian yang banyak menyebabkan efek sedasi yang berkepanjangan bahkan jika sudah dibilas lambung dan sudah digunakan obat keluar kencing. Lorazepam (ATIVAN)Aman untuk orang tua, dikarenakan karena metabolit atau sisa metabolismenya di dalam darah tidak aktif lagi, wktu kerja pendek sehingga aman untuk orang tua dan pasien2 yang mengalami gangguan ginjal. Dosisnya beragam dari 0,5 mg 1mg sampai 2 mg. Diazepam (Valium, valisanbe)Obat anticemas klasik, paling murah dan banyak gunanya dari anak kecil (bayi) digunakan sebagai obat yang dimasukkan ke dubur dalam bentuk supositoria (stesolid) untuk kejang demam sampai racikan untuk pasien dengan nyeri. Efeknya selain sedatif juga pelemas otot. Waktu kerjanya panjang sehingga sering hang overTidak disarankan digunakan pada lansia.

TUGAS 6Pingsan Berbusa Melawan Arus

A. Pengertian EpilepsiEpilepsi adalah Gangguan SSP yang ditandai dengan terjadinya bangkitan (seizure, fit attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan terjadi berulang (kambuhan) Suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda-beda, yang mempunyai kesamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan dan tidak normal yang menyebabkan gerakan- gerakan atau presepsi yang abnormal yang berlangsung singkat tetapi cenderung untuk berulang.B. Gejala epilepsi:Terjadi bangkitan dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Disertai dengan kejang hiperaktivitas otonomik, gangguan sensoris atau psikis dan selalu disertai gambar letupan EEG (abnormal dan eksesif)3. Klasifikasi epilepsi Serangan parsial (fokal, local), kesadaran tidak berubah, brasal dari daerah tertentu dalam otak.Kejang parsial sederhana. Ditandai dengan kesadaran tetap baik dan dapat berupa : (a) motorik fokal yang menjalar atau tanpa menjalar (tipe Jackson), (b) gerakan versify dengan kepala dan leher menengokm ke salah satu sisi (c) dapat pula sebagai gejala sensorik berupa halusinasi dan kadang berupa kelumpuhan extremitas (paralysis todd).Kejang parsial kompleks. Didapat adanya gangguan kesadran dan gejala psikis atau ganggguan fungsi luhur. Serangan umum (generalisata), sejak awal seluiruh otak terlibat secara bersamaan.Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal). Dimulai dengan kehilangan kesadaran disusul dengan gejala motorik secara bilateral, dapat berupa ekstensi tonik beberapa menit disusul gerakan klonik yang sinkron dari otot-otot tersebut. Segera sesudah kejang berhnti pasien tertidur.Kejang mioklonik. Ditandai oleh kontraksi otot-otot tubuh secara cepat, sinkron, dan bilateral atau kadang hanya mengenai kelompok otot tertentuKejang lena (petit mal). Ditandai kehilangan kesadaran yang berlangsung sangat singkat. Beberapa episode dapat disertai dengan mata yang menatap kosong atau gerakan mioklonik dari kelompok otot mata atau wajah, otomatisme, kehilangan tonus otot. Kejang berlangsung beberapa detik sampai setengah menit.Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot (Harsono, 2007; Price dan Wilson, 2006; Mardjono dan Sidharta, 2008)

C. Pengggolongan obat antiepilepsiPada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi dan penyearan kejang, Ada 2 mekanisme kerja obat antiepilepsi yakni: Peningkatan inhibisi (GABA-ergik) Penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konsuksi ion Na+, Ca2+, K+ dan Cl- atau aktivitas neurotransmitor, meliputi :(a) Inhibisi kanal Na+ pada membran sel aksonContoh : fenitoin dan karbamazepin , fenobarbital dan asam valproat(b) Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamusContoh : Etosuksimid, adam valproat Peningkatan inhibisi GABA(a) Langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl-, Contoh : benzodiazepin(b) Menghambat degradasi GABA, yaitu dengan mempengaruhi re-uptake dan metabolisme GABAContoh : tiagabin, asam valproat(c) Penurunan eksitasi glutamat, yakni :(d) Blok reseptor NMDA, yakni lamotrigin(e) Blok reseptor AMPA, misal fenobarbitalFARMAKOLOGI OBAT ANTIEPILEPSI1. Karbamazepin Mekanisme aksi : Menurunkan respon post sinaptik, hambat konduktansi Na, sehingga hambat depolarisasi berulang pada fokus epilepsi. Indikasi :Digunakan sebagai pilihan pertama pada terapi kejang parsial dan tonik-klonik. Efek samping : Pemberian kronik menyebabkan koma, depresi pernafasan, pusing, vertigo dan pandangan kabur. Perpotensi penyebab toksisitas hati Interaksi obatKarbamazepin menurunkan kadar asam valproat, fenobarbital dan fenitoin. Fenobarbital dan fenitoin dapat meningkatkan metabolisme karbamazepin dan biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisi, Konversi primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat Dosis: pada anak dengan usia kurang dari 6 tahun 10-20 mg/kg 3 kali sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200 mg 2 kali sehari dan dosis pemeliharaan 400-800 mg. Sedangkan pada anak usia lebih dari 12 tahun dan dewasa 400 mg 2 kali sehari..

2. Fenitoin Mekanisme kerja: Menstabilkan membran sel saraf terhadap depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion-ion Na ke dalam neuron pada saat istirahat (depolarisasi) -Menekan dan mengurangi influks ion kalsium selama depolari-sasi dan menekan perangsangan saraf yang berulang-ulang-Mengurangi perambatan impuls-impuls abnormal di dalam otak Indikasi:Merupakan obat pilihan pertama untuk kejang umum, kejang tonik-klonik, dan pencegahan kejang pada pasien trauma kepala/bedah saraf. Efek samping : Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan feniton adalah depresi pada SSP, sehingga mengakibatkan lemah, kelelahan, gangguan penglihatan (penglihatan berganda), disfungsi korteks dan mengantuk. Hiperplasia gingivitis, Gambaran wajah mjd kasar, Kebingungan, halusinansi, mengantuk, ataksia, Teratogenik fetal hydantoin syndrome. Interaksi obat: Interaksi obat :Inhibisi metabolisme oleh kloramfenikol, simetidin, sulfonamid, isoniazid, dll. Induksi metabolisme terhadap antiepilepsi lain, atnikoagulan, kontrasepsi oral, dll. Dosis: awal penggunaan fenitoin 5 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 20 mg/kg/hari tiap 6 jam. Untuk pemberian oral, dosis awal untuk dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan antara 300-400 mg maksimum 600 mg sehari- Anak di atas 6 tahun, dosis awal sama dengan dewasa, sedangkan untuk dosis awal 1/3 dosis dewasa, dosis pemeliharaan ialah 4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300 mg

3. Fenobarbital Mekanisme aksi : membatasi penyebaran kejang dg meningkatkan ambang serangan epilepsi, potensiasi GABA. Membatasi penyebaran lepasan kejang dalam otak. Meningkatkan ambang rangsang epilepsy. Kerja epilepsi mungkin melibatkan potensiasi efek inhibisi neuron-neuron yang diperantarai GABA Indikasi: Efektif utk serangan parsial sederhana, grand mal, kejang demam. Merupakan obat pilihan utama untuk mengobati epilepsi berulang pada anak-anak, termasuk kejang demam. Mengobati serangan tonik-klonik kambuhan. Mengobati serangan parsial sederhana, kurang efektif untuk serangan kompleks Efek samping: sedasi, ataksia, agitasi, rebound Innteraksi obat: Kombinasi dengan asam valproat akan menyebabkan kadar fenobarbital meningkat 40% Dosis: dewasa: 2 x sehari 120-250 mg sehari. Dosis anak : 30-100 mg sehari. Untuk kejang demam yang berulang pada anak dapat diberikan dosis muat 6-8 mg/KgBB dan ditambah dengan dosis pemeliharaan 3-4 mg/kgBB Asam valproat Mekanisme aksi : memperkuat kerja GABA, sehingga mengaktivasi dekarboksilasi glutamat & inhibisi GABA-T. Indikasi: Merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang absens, kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik. Efektif utk mioklonik, alternatif utk grand mal & petit mal Efek samping: Efek samping berupa mual, muntah, sedasi, ataksia dan tremor Interaksi obat: Penggunaan fenitoin dan valproat secara bersamaan dapat meningkatkan kadar fenobarbital dan dapat memperparah efek sedasi yang dihasilkan. Obat yang dapat menginduksi enzim dapat meningkatkan metabolisme valproat. Hampir 1/3 pasien mengalami efek samping obat walaupun hanya kurang dari 5% saja yang menghentikan penggunaan obat terkait efek samping tersebut. Dosis: Terapi dimulai dengan dosis 3 x sehari 200 mg/hari, jika perlu dosis dinaikkan menjadi 3 X 400 mg/hari. Dosis lazim, berkisar 08-1.4 g. Dosis anak yang disarankan berkisar 20-30 mg/kgBB sehari

4. Primidon Mekanisme aksi : Didalam tubuh primidon dirubah menjadi metabolit aktif yaitu fenobarbital danfeniletilmalonamid (PEMA). PEMA dapat meningkatkan aktifitas fenobarbital. indikasiUntuk terapi kejang parsial dan kejang tonik-klonik. Efek samping yang sering terjadi antara lain adalah pusing, mengantuk, kehilangan keseimbangan, perubahan perilaku, kemerahan dikulit, dan impotensi. Interaksi obat: Primidon sering dikombinasi dengan karbamazepin dan fenitoin shg dosis lebih kecil Dosis primidon 100-125 mg 3 kali sehari5. Etosuksimid Mekanisme aksi : menghambat pada kanal Ca2+ tipe T. Talamus berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang diperantarai oleh ion Ca2+ tipe T pada kejang absens, sehingga penghambatan pada kanal tersebut akan mengurangi sentakan pada kejang absens. Indikasi :Etosuksimid digunakan pada terapi kejang absens. ESO : mual dan muntah, efek samping penggunaan etosuksimid yang lain adalah ketidakseimbangan tubuh, mengantuk, gangguan pencernaan, goyah (tidak dapat berdiri tegak), pusing dan cegukan Dosis etosuksimid pada anak usia 3-6 tahun 250 mg/hari untuk dosis awal dan 20 mg/kg/hari untuk dosis pemeliharaan. Sedangkan dosis pada anak dengan usia lebih dari 6 tahun dan dewasa 500 mg/hari.

TUGAS 7Pak Tua Kurus Lusuh Tak Terurus

A. PENGERTIAN SKIZOFRENIASkizofrenia adalah suatu sindrom heterogen kronis dari pikiran yang kacau dan aneh, delusi, halusinasi, efek pengaruh yang tidak pantas, dan terganggunya fungsi psikososial.Skizofrenia dapat timbul dalam banyak variasi. Pada salah satu tipe tersering, seseorang merasa mendengar suara-suara dan memiliki waham kebesaran, rasa takut yang hebat, atau jenis perasaan lain yang tidak nyata. B. PENYEBAB SCHCIZOPRENIA Adapun Patofisiologi dari skizofrenia antara lain :1. Peningkatan ukuran ventrikular, penurunan ukuran otak, dan asimetri otak telah dilaporkan. Penurunan ukuran hipokampus mungkin berhubungan dengan penurunan uji neuropsikologi dan respon yang lebih buruk terhadap antipsikotik generasi pertama (FGAs).2. Hipotesa dopaminergik ; Psikosis dapat berasal dari hiper- atau hipoaktivitas dari proses dopaminergik pada daerah otak tertentu.3. Disfungsi glutamatergik ; Saluran glutamatergic berinteraksi dengan saluran dopaminergik. Kekurangan aktivitas glutamatergic menghasilkan gejala-gejala mirip dengan hiperaktif dopaminergik dan mungkin yang terlihat pada skizofrenia.4. Abnormalitas Serotonin (5-HT) ; pasien skizofrenia dengan scan otak yang abnormal memiliki konsentrasi 5-HT darah yang lebih tinggi.5. Kelainan primer dapat terjadi dalam satu neurotransmitter dengan perubahan sekunder dalam neurotransmitter lainnya.6. Penelitian molekuler yang melibatkan perubahan halus dalam protein-G, metabolism protein, dan proses subselullar lainnya mungkin mengidentifikasi gangguan biologis dalam skizofrenia. Etiologi(a) Terdapat beberapa alasan untuk mempercaya ibahwa skizofrenia disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut :(b) Hambatan terhadap sinyal sinyal saraf di berbagai area pada lobus prefrontalis korteks serebri atau kegagalan fungsi pengolahan sinyal karena banyak sinaps yang tereksitasi secara normal oleh neurotransmitter glutamat, kehilangan responnya terhadap neurotransmitter ini.(c) Perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang menyekresi dopamin di pusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis.(d) Abnormalitas fungsi di bagian bagian penting pada sistem pengatur perilaku limbik yang terpusat di sekitar hipokampus. Gejala-Gejala Skizofrenia:(a) Karena skizofrenia adalah penyakit yang kompleks, maka digunakanlah teknik untuk memeriksa secara medis sehingga penderita dapat dipelajari dengan cara yang objektif. Salah satu pendekatan untuk menyederhanakan gejala-gejala skizofrenia adalah para peneliti membaginya menjadi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif dapat didefinisikan sebagai fungsi yang berlebih atau terdistorsi dari fungsi normal, sedangkan gejala negatif dapat didefinisikan sebagai fungsi yang kurang atau hilang bila dibandingkan dengan fungsi normal.(b) Gejala positif meliputi waham, halusinasi, kekacauan wicara dan kekacauan perilaku seperti mendengar sesuatu yang tidak didengar oleh orang lain dan memakai pakaian yang tidak cocok dengan suasana.(c) Gejala negatif terdiri dari: Perasaan yang datar (ekspresi emosi yang terbatas). Alogia (keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam hal kelancaran dan produktivitas). atasan perilaku dalam menentukan tujuan). Anhedonia (berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang menyenangkan yang semula biasa dilakukan oleh penderita). Gangguan perhatian (berkurangnya konsentrasi terhadap sesuatu hal). Kesulitan dalam berpikir secara abstrak dan memiliki pikiran yang khas (stereotipik). Kurangnya spontanitas. Perawatan diri dan fungsi sosial yang menurun.C. PENGGOLONGAN OBAT SCHIZOPRENIAPenggolongan Obat neuroleptika Obat-obat neuroleptika juga disebut obat antiskizofren, obat antipsikotik atau transquilizer mayor) terutama digunakan untuk mengobati skizofrenia tetapi juga efektif untuk psikotik lainnya seperti keadaan maniak dan delirium. Obat neuroleptika bukan untuk pengobatan kuratif tidak menghilangkan gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering memungkinkan pasien psikotik berfungsi dalam lingkungnya yang suportif. Antipsikotika, juga disebut neuroleptika atau major tranquillizers, adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum, seperti berpikir dan kelakuan normal. Obat-obat ini dapat meredakan emosi dan agresi, dan dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa, seperti impian dan pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan perilaku yang tidak normal. Oleh karena itu, antipsikotika terutama digunakan pada psikosis, penyakit jiwa hebat tanpa keinsafan sakit pada pasien, misalnya penyakit schizofrenia ("gila") dan psikosis mania-depresif.Penggolongan Antipsikotika Antipsikotika biasanya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat typis atau klasik dan obat atypis. A. Antipsikotika klasik, terutama efektif mengatasi simtom positif; pada umumnya dibagi lagi dalam sejurnlah kelompok kimiawi sebagai berikut:a. Derivat fenotiazin: klorpromazin, levomepromazin, dan triflupromazin (Siquil)-thioridazin dan periciazin- perfenazin dan flufenazin-perazin (Taxilan), trifluoperazin, proklorperazin (Stemetil), dan thietilperazin (Torecan). b. Derivat thioxanthen: klorprotixen (Truxal) dan zuklopentixol (Cisordinol). c. Derivat butirofenon: haloperidol, bromperidol, pipamperon, dan droperidol. d. Derivat butilpiperidin: pimozida, fluspirilen, dan penfluridol. B. Antipsikotika atypis. Obat-obat atypis ini sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin, dan quetiapin (Seroquel) bekerja efektif melawan simtom-simtom negatif, yang praktis kebal terhadap obat-obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan, khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda. Sertindol (Serdolect) setelah dipasarkan hanya satu tahun lebih, akhir 1998 ditarik dari peredaran di Eropa, karena beberapa kali dilaporkan terjadinya aritmia dan kematian mendadak (Pharma Selecta 1988; 14: 144). Obat atypis lainnya yang kini sedang diselidiki secara klinis adalah oliperidon dan ziprasidon. FARMAKOLOGI OBATFENOTIAZIN- Klorpromazin- Flufetazin- Proklorperazin- Prometazin- TioridazinBENZISOKSAZOL: RisperidonDIBENZODIAZEPIM: KlozapinBUTIROFENON: HaloperidolTIOXANTIN: Tiotiksen1. Klorpromazin Largactil Antipsikotikum tertua ini (1951) diturunkan dari prometazin dan memiliki rantai-sisi alifatis. Khasiat anti-psikotisnya lemah sedangkan daya antihistamin dan alfa adrenergnya lebih kuat. Obat ini memperkuat efek analgetika, sehingga membuat pasien lebih tak-acuh pada rasa nyeri. Selain pada keadaan psikose dan sebagai obat tambahan pada analgetika, klorpromazin juga digunakan untuk mengobati sedu yang tak henti-henti (singultus, hiccup). Resorpsinya di usus baik, tetapi BA-nya hanya ca 30% akibat FPE besar. PP-nya tinggi, sekitar 95%, t 1/2nya 16-37 jam. Zat ini mudah melintasi barrier darah -CCS kadarnya dalam cairan otak lebih tinggi daripada dalam darah. Ekskresinya lewat kemih sebagai metabolitnya. Indikasi : Mengendalikan mania, terapi shcizofrenia, mengendalikan mual dan muntah, menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten akut, Terapi tambahan pada tetanus. Dosis dan cara pemberian Anak >= 6 bulan : Sizoprenia/psikosis : Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam; Anak yang lebih tua mungkin membutuhkan 200 mg/hari atau lebih besar; im, iv: 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam, < 5 tahun (22,7 kg): maksimum 75 mg/hari. Dewasa : Shcizoprenia/psikosis; Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan. Orang tua : gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia : awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dst Bila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg. Kontra indikasi : Sindrom Reye Efek samping: Kardiovaskuler : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval QT tidak spesifik. SSP : mengantuk, distonia, akathisia, pseudoparkinsonism, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, kejang. Kulit : fotosensitivitas, dermatitis, pigmentasi (abu-abu-biru). Metabolik & endokrin : laktasi, amenore, ginekomastia, pembesaran payudara, hiperglisemia, hipoglisemia, test kehamilan positif palsu. Saluran cerna : mual, konstipasi xerostomia. Agenitourinari : retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi. Hematologi : agranulositosis, eosinofilia, leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik, purpura trombositopenia. Hati : jaundice. Mata : penglihatan kabur, perubahan kornea dan lentikuler, keratopati epitel, retinopati pigmen. Interaksi obat: Efek klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya. Klorpromazin memperkuat efek penekan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif. Klorpromazin dapat meningkatkan efek amfetamin, betabloker tertentu, dekstrometorfan, fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat CYP2D6 lainnya. Klorpromazin dapat meningkatkan efek /toksiksitas antikolinergik, antihipertensi,litium, trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapt mengubah respons dan meningkatkan toksisitas. Kombinasi dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi. Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obat-obat yang memperpanjang interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapt meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Klorpromasin mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein, hirokodon, oksikodon dan tramadol. Klorpromasin mungkin dapat menghambat efek antiparkinson levodopa dan mungkin dapat menghambat efek pressor epinefrin. Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dandan emesis.

2. Flufenasin Indikasi :Mengendalikan gangguan psikotik dan shcizofrenia. Dosis Anak : Oral : 0,04 mg/kg/hari. Dewasa : psikosis : Oral : 0,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam, beberapa pasien mungkin membutuhkan peningkatan dosis sampai 40 mg/hari.; i.m.: 2,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam (dosis parenteral 1/3-1/2 dosis oral); im. Dekanoat : 12,5 mg setiap 2 minggu. 12,5 mg dekanoat setiap 3 minggu = 10 mg HCl/hari. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap flufenazin atau komponen formulasi lainnya. Mungkin terjadi reaktivitas silang antara fenotiazin. Depresi SSP berat, koma, kerusakan otak subkortikal, diskrasia darah, penyakit hati. Efek samping KV : takikardia, tekanan darah berfluktuasi, hiper/hipotensi, aritmia, udem. SSP : parkinsonisme, akathisia, distonia, diskinesia tardif, pusing, hiper refleksia, sakit kepala, udem serebral, mengantuk, lelah, gelisah, mimpi aneh, perubahan EEG, depresi, kejang, perubahan pengaturan pusat temperatur tubuh. Kulit : dermatitis, eksim, eritema, fotosensitifitas, rash, seborea, pigmentasi, urtikaria. Metabolik & endokrin : perubahan siklus menstruasi, nyeri payudara, amenorea, galaktoria, ginekomastia, perubahan libido, peningkatan prolaktin, Saluran cerna : berat badan bertambah, kehilangan selera makan, salivasi, xerostomia, konstipasi, ileus paralitik, udem laring. Genitourinari : gangguan ejakulasi, impotensi, poliuria, paralisis kandung urin, enurisis, Darah : agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, nontrombositopenik purpura, eosinofilia, pansitopenia. Hati : cholestatic jaundice, hepatotoksik. Otot-saraf : tangan gemetar, sindroma lupus eritamatosus, spasme muka sebelah. Mata : retinopati pigmen, perubahan kornea dan lensa, penglihatan kabur, glaukoma, Pernafasan : kongesti hidung, asma. Interaksi obat: Inhibit CYP2D6 : chlorpromazin, delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol meningkatkan efek flufenasin. Flufenasin memperkuat efek penekanan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif. Flufenasin dapat meningkatkan efek/toksisitas antikolinergik, antihipertensif, litium, trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapt mengubah respons dan meningkatkan toksisitas. Kombinasi flufenasin dengan epinefrin akan dapt menimbulkan hipotensi. Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obat-obat yang memperpanjang interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi denagn metoklopramid akan dapt meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Fenotiasin akan menghambat aktivitas guanetidin, levodopa dan brokriptin. Barbiturat, merokok akan dapat meningkatkan metabolisme flufenasin di hati. flufenasin dan antipsikotik potensi rendah lainnya dapat menghambat efek presor epinefrin. Mekanisme aksi: Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis

3. Haloperidol Indikasi: Penanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku yang berat pada anak. Dosis dan cara pemberian: Anak-anak 3-12 tahun Oral : Awal : 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis; peningkatan 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari maksimum 0,15 mg/kg/hari. Dosis lazim pemeliharaan : Agitasi/hiperkinesia : 0,01-0,003 mg/kg/hari, sehari satu kali.; Gangguan nonpsikosis : 0,05-0,075 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis; Gangguan psikosis : 0,05-15 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Anak-anak 6-12 tahun: Gangguan psikosis/sedasi : i.im. sebagai laktat: 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam ditingkatkan sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari; ubah ke terapi oral sesegera mungkin. Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma. Efek samping KV : takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%). SSP : gelisah, cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang. Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash, hiperpigmentasi, alopesia Metabolik & endokrin : amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara, gangguan keteraturan menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia; Saluran cerna : berat : mual muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, xerostomia. Saluran genito-urinari : retensi urin, priapisme; Hematologi : cholestatic jaundice, obstructive jaundice; Mata : penglihatan kabur, Pernafasan : spasme laring dan bronkus; Lain-lain : diaforesis dan heat stroke. Interaksi obat: Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti jamur azol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, nefazodon, paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepin tertentu, kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin, inhibitor HMG0CoA reductase tertentu, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium, trazodon dan antidepresan trisiklik. Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat menyebabkan mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat meningkatkan resiko ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Mekanisme aksi: Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

4. Risperidon Indikasi : Terapi shcizofrenia, mania akut, mania yang berkaitan dengan gangguan bipolar I Dosis: Anak dan remaja : Autis : awal 0,25 mg pada waktu tidur titrasi sampai 1 mg/hari (0,1 mg/kg/hari). Sizofrenia : awal : 0, 5 mg sehari 1-2 kali, bila dibutuhkan dinaikkan bertahap sampai 2-6 mg/hari. Gangguan mania bipolar: awal: 0,5 mg, naikkan sampai 0,5-3 mg/hari; Autism : awal o,25 mg pada saat tidur, naikkan sampai 1 mg/hari. Dewasa : Shcizofrenia : dosis awal ; 0,5- 1 mg sehari 2 kali, naikkan perlahan sampai kisaran optimal 3-6 mg/hari. Mania bipolar : awal : 2-3 mg, dosis tunggal, bila perlu sesuaikan dengan dosis 1 mg/hari, kisaran dosis : 1-6 mg/hari. Orang tua : awal : 0,25-1 mg dibagi dalam 2 dosis. Penyesuaian dosis pada gagal ginjal dan hati : oral : awal 0,25-0,5 mg sehari 2 kali. Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap risperidon atau komponen-komponen lain sediaan. Efek samping: Frekuensi>10% : SSP : insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, gejala ekstra piramidal, pusing(injeksi); Saluran cerna : berat badan naik; Pernapasan : rinitis(injeksi). Frekuensi 1-10% : KV : hipotensi, terutama ortostatik, takikardia, SSP : sedasi, pusing, gelisah, reaksi distoni, pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan suhu tubuh, nervous, lelah, somnolen, halusinasi. Dermatologi : fotosensitivitas, rash, kulit kering, seborea, akne. Endokrin-metabolisme : amenore, galaktorea, ginekomastia, disfungsi seks. Saluran cerna : konstipasi, xerostomia, dispepsia, muntah, nyeri abdominal, mual, anoreksia, diare, perubahan berat badan. Interaksi obat: Efek risperidon dapat ditingkatkan oleh korpromazin, delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya. Risperidon meningkatkan efek hipotensif antihipertensi. Klozapin menurunkan bersihan risperidon. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Efek levodopa dapat diantagonis oleh risperidon, Karbamasepin menurunkan konsentrasi serum risperidon. Mekanisme aksi : Klozapin menurunkan bersihan risperidon. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Efek levodopa dapat diantagonis oleh risperidon, Karbamasepin menurunkan konsentrasi serum risperidon.

5. hioridazin: Melleril Resorpsinya di usus baik dan lengkap, tetapi BA-nya hanya 65% akibat FPE besar. PP-nya di atas 95%, t1/2-nya 10-24 jam. Ekskresinya berupa metabolit lewat tinja (50%) dan kemih (30%). Indikasi : Obat ini digunakan pula pada neurose hebat dengan depresi, rasa takut, dan ketegangan, serta depresi dengan kegelisahan. Kerja anti-adrenergisnya lebih kuat, juga efek antihistamin, antikolinergis, dan antiserotoninnya. Efek samping yang terpenting adalah gejala antikolinergis kuat dan hipotensi ortostatis, GEP dan hepatitis yang jarang terjadi. Dosis: oral 2-4 dd 25-75 mg (garam-HCD maksimum 800 mg sehari, sebagai tranquillizer 2-3 dd 15-30 mg.