23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan minyak bumi bertambah seiring perkembangan zaman sehingga untuk memenuhinya diperlukan eksplorasi untuk pencarian minyak bumi. Untuk itu diperlukan berbagai disiplin ilmu pengetahuan antara lain ahli geologi untuk melakukan penelitian geologi di permukaan. Dalam perkembangannya diperlukan data log untuk menentukan lingkungan pengendapan serta penelitian untuk menentukan kandungan fosil yang terkandung dalam sampel- sampel yang ada sehingga dapat mengelompokkan strata berdasarkan kandungan fosilnya (biostratigrafi). Berdasarkan data log dan biostratigrafi tersebut dapat ditentukan lingkungan pengendapan dan umur serta dilakukan pengkajian terhadap data-data lainnya yang ada sehingga

tugas proposal geokimia hidrokarbon

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geokimia hidrokarbon

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPemenuhan kebutuhan hidup manusia akan minyak bumi bertambah seiring perkembangan zaman sehingga untuk memenuhinya diperlukan eksplorasi untuk pencarian minyak bumi. Untuk itu diperlukan berbagai disiplin ilmu pengetahuan antara lain ahli geologi untuk melakukan penelitian geologi di permukaan.Dalam perkembangannya diperlukan data log untuk menentukan lingkungan pengendapan serta penelitian untuk menentukan kandungan fosil yang terkandung dalam sampel-sampel yang ada sehingga dapat mengelompokkan strata berdasarkan kandungan fosilnya (biostratigrafi).Berdasarkan data log dan biostratigrafi tersebut dapat ditentukan lingkungan pengendapan dan umur serta dilakukan pengkajian terhadap data-data lainnya yang ada sehingga dapat dilakukan interpretasi geologi guna mengetahui Petroleum System di daerah tersebut.

1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis log yang berguna untuk menentukan lingkungan pengendapan serta kandungan fosil terutama foraminifera dari data tabel distribusi foraminifera benthonik dan planktonik yang kemudian digunakan untuk memilih datum-datum yang dapat digunakan sebagai biomarker, dengan tujuan untuk mengkorelasi beberapa sumur sehingga dapat diketahui umur dari lapisan bawah permukaan. Sedangkan tujuannya adalah dapat menampilkan hasil korelasi antar sumur berdasarkan umur dan lingkungan pengendapan.

1.3 Judul PenelitianJudul penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN SECARA VERTIKAL MENGGUNAKAN DATA LOG DAN FORAMINIFERA.

1.4 Data dan Bahasan MasalahKajian yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat lokal dan terbatas pada Formasi X yang merupakan bagian dari lapangan pengembangan minyak bumi.Penelitian hanya difokuskan pada analisa log (gamma ray) dari data sumur berupa data wireline log dan data distribusi foraminifera (penentuan umur) sebagai data sekunder.

1.5 Jadwal PenelitianJadwal penelitian ini akan dilakukan selama 2 (dua) bulan, dengan harapan Maret 2015-Mei 2015.

1.6 Perkiraan Tempat Pengambilan DataData yang akan dipergunakan adalah milik BATM (Badan Afiliasi Teknologi Mineral) Universitas Trisakti Jakarta.

BAB IITEORI DASAR

3.1 Fasies dan Lingkungan PengendapanFasies sedimen adalah suatu tubuh batuan yang didasarkan atas kumpulan-kumpulan partikel penyusunnya seperti litologi, struktur fisik, dan biologinya menjadikan batuan itu berbeda dengan di atas dan di bawahnya juga dengan batuan yang berhubungan secara lateral didekatnya(Walker,1992).Fasies, umumnya dikelompokkan ke dalam asosiasi fasies,dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetik, sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan pengendapan(Walker dan James, 1992).Dari ketiga parameter tersebut termasuk di dalamnya hewan, tumbuh-tumbuhan, geologi, geomorfologi, iklim, cuaca, dan jika berada dibawah permukaan air yaitu kedalaman, temperatur, kegaraman, dan system arus airnya.3.1.1 Log Mekanik untuk Analisis FasiesAnalisis fasies berdasarkan data dari log dilakukan dengan mengidentifikasi polanya. Hal tersebut dapat dilakukan, karena pola log dapat mencerminkan peralihan ukuran butir dari batuan. Analisis fasies diperlukan untuk penentuan lingkungan pengendapan, karena lingkungan tempat terendapkannya sedimen memegang peran penting dalam menetukan kecenderungan bentuk, ketebalan, perluasan area reservoir, baik dalam tubuh batupasir maupun batuankarbonat. Selain interpretasi lingkungan pengendapan dapat digupolanakan untuk mengontrol pola, sebaran, dan distribusi reservoir (Cant, 1992)Dari data log sumur dapat dikenali beberapa bentuk dasar yang berkaitan, atau bahkan merupakan karakteristik dari suatu fasies dan lingkungan pengendapannya. Bentuk-bentuk pola log tersebut adalah : Pola Log BlockyBentuk pola log blocky merupakan bentuk log yang mempresentasikan homogenitas reservoir dengan sifatnya yang ideal. Bentuk tersebut diasosiasikan dengan endapan sedimen braided channel, eustarine, sub-marine channel fill, anastomosed channel dan eolian dune. Pola Log SerratedBentuk pola log serrated merupakan bentuk log yang mempresentasikan heterogenitas reservoar. Bentuk npola log serrated diasosiasikan dengan endapan sedimen alluvial plain, flood plain, tidal sand, shelf, atau back barrier. Pola Log BellPola log bell merupakan bentuk log dengan gradasi butir menghalus keatas. Pada kisaran ukuran butir yang sama, dapat terlihat bentuk pola seperti ini apabila semakin ke arah atas dijumpai kandungan lempung yang memiliki tingkat radioaktif tinggi. Bentuk pola seperti tersebut diasosiasikan sebagai hasil endapan point bar, tidal deposit, transgressive shelf sand, submarine channel, atau turbidit. Pola Log FunnelBentuk pola log funnel merupakan bentuk pola log yang berkebalikan dengan bentuk pola log bell, di mana bentuk tersebut diasosiasikan sebagai 3.2 Biostratigrafi3.2.1PengertianPembagian biostratigrafi dimaksud untuk mengolongkan lapisan-lapisan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan kandungan dan penyebaran fosil. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasar kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda terhadap tubuh batuan sekitarnya.3.2.2Sifat Satuan BiostratigrafiSatuan biostratigrafi adalah suatu stratum atau kelompok strata yang dapat dipersatukan oleh kandungan fosil-fosilnya atau sifat-sifat paleontologi lainnya, sehingga dapat dibedakan dari strata sekelilingnya. Suatu satuan biostratigrafi secara sederhana dapat dibedakan atas: Ada tidaknya kandungan fosil Adanya kumpulan fosil (assemblage) atau adanya fosil-fosil dari jenis tertentu Atas kumpulan taxon yang mencirikan suatu selang stratigrafi tertentu Kisaran hidup dari suatu taxon fosil, atau banyak taxon fosil Jumlah melimpahnya (abundance) fosil specimen Kenampkan morfologi suatu fosil Cara hidup atau habitat suatu kelompok fosil3.2.3 Istilah-istilah dalam biostratigrafia. Biocoenose dan ThanatocoenoseBiocoenose adalah kumpulan organisme yang hidup, tumbu, dan berkembang biak pada suatu tempat atau lingkungan yang sama. Sedangkan thanatocoeneose adalah organisme yang mati yang dapat berasal dari satu atau beberapa biotope dan setelah mati terangkut ke dalam suatu lingkungan pengendapan dan di situ sisa-sisa organisme tersebut secara keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan.b. Displaced Fossils- Fosil Rombakan ( reworked fossils) yaitu fosil-fosil pada suatu batuan yang terkikis, terangkat, dan terendapkan kembali dalam suatu endapan batuan yang lebih muda.- Introduced atau Infiltrated Fossils yaitu pada beberapa kondisi suatu batuan yang memiliki fosil-fosil yang berumur lebih muda daripada satuan batuannya.

3.2.4 Tingkat dan Jenis Satuan BiostratigrafiZona ialah satuan dasar biostratigrafi. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson fosil atau lebih. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai kecil ialah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona dan Zonula. Berdasarkan ciri satuan paleontologi yang dijadikan sendi satuan biostratigrafi,dibedakan : Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, Zona Selang, Zona Rombakan dan Zona Padat.1. Zona Kumpulan: (gambar 3.4) Zona Kumpulan ialah satu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan yang terdiri oleh kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan sesuatu jenis fosil. Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba dapat dipakai sebagai penciri waktu. Batas dan kelanjutan Zona Kumpulan ditentukan oleh batas-batas terdapat kebersamaannya (kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang wajar. Nama Zona Kumpulan harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri utama kumpulannya.

Gambar 3.4 Zona Kumpulan

2. Zona Kisaran: (gambar 3.5) Zona Kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada. Kegunaan Zona Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan sebagai dasar untuk penempatan batuan-batuan dalam skala waktu geologi. Batas dan kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan mendatar takson (takson-takson) yang mencirikannya. Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis fosil atau lebih yang menjadi ciri utama zona.

Gambar 3.5 Zona Kisaran3. Zona Puncak: (gambar 3.6) Zona Puncak ialah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan maksimum suatu takson tertentu. Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai petunjuk lingkungan pengendapan purba, iklim purba. Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat objektif.Gambar 3.6 Zona Puncak4. Zona Selang: (gambar 3.7) Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson penciri. Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan awal atau akhir dari takson-takson penciri. Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas dan bawah Zona tersebut.

Gambar 3.7 Zona Selang5. Zona Rombakan: Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya fosil rombakan, berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan di atas dan di bawahnya.6. Zona Padat: Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak daripada tubuh batuan di atas dan di bawahnya.

3.3 ForaminiferaForaminifera merupakan mikrofosil yang paling penting dalam kajian mikropaleontologi karena jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang hidup secara akuatik, mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat yang ditembusi oleh banyak lubang halus ( Harsono & Rubiyanto, 1999 ). Dalam analisa foraminifera, bagian yang sangat diperhatikan adalah kenampakan morfologi cangkangnya. Morfologi dan struktur cangkang dapat membantu dalam pengidentifikasian genus serta spesies foraminifera itu sendiri. a. Foraminifera PlanktonikDalam analisa foraminifera planktonik morfologi cangkangnya sangat bervariasi. Selain cangkang, aperture juga merupakan bagian penting dalam identifikasi foraminifera, berikut jenis-jenis cangkang dan aperture secara umum

Gambar 3.8 Morfologi Cangkang & aperture Foraminifera ( Loeblich and Tappan 1994 )

b. Foraminifera Bentonik BesarMenurut Pringgoprawiro & Kapid (2000) terdapat beberapa golongan yang berbeda dalam identifikasi morfologi foraminifera besar yaitu Golongan Orbitoidae Terdiri atas1. Kamar Embrionik2. Kamar Nepionik3. Kamar Post Nepionik: a) rhombic b) hexagonal c) spatulate d) arcuate e) ogival (gambar 3.9)4. Kamar Lateral

Gambar 3.9 Bentuk Kamar Post-nepionik Golongan Camerinidae1. Sub-famili Camerininae (Nummulites, Pellatispira, Operculina, Operculinoides, Assilina) : Bentuk cangkang terdiri pada umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral, dan bilateral simetris.2. Sub-famili Heterostegininae (Heterostegina, Spriroclypeus, Cycloclupeus) : Bentuk cangkang umumnya lenticular, discoidal, planispiral, dinding licin, kadang-kadang granulated, beberapa genus tertentu tidak mempunyai kamar lateral. Golongan Discocyclinoidae (Discocyclina) : Cangkang discoidae atau lenticular. Pada bentuk megalosge, kamar embronik biasanya biloculer, sedang pada bentuk mikrosfer, kamar embrionik terputar secara planispiral. Golongan ini juga mempunyai septa sekunder yang membatasi kamar lateral. Golongan Miogypsinidae (Myogipsina, Myogipsinoides) : Bentuk cangkang pipih, segitiga atau asimetris, kamar embrionik bilocular terletak di pinggir (eksentris) atau di puncak (apical), terdiri atas protoconch dan deutroconch yang hamper sama besar. Kamar embrionik seluruhnya dikeliling oleh kamar nepionik. Kamar median berbentuk rhombik atau hegonal memanjang.

Dalam buku Summaries of Lectures in Larger Foraminifera oleh P. Baumann, 1971 terdapat beberapa jenis foraminifera besar yang penting untuk daerah di Indonesia, yaitua. Family MiogypsinidaeCangkang trigonal oval, bagian ekuator dapat memiliki / tidak memiliki kamar lateral, ukuran kamar embrionik selalu bertambah selama proses evolusi, spesies lebih muda jumlah kamar ekuator akan semakin banyak, umur TeTf, lingkungan pengendapan shallow tropical dan subtropical water (0-35 m)b. Famili Nummulitidae (golongan camerininae)-Genus OperculinaCangkang flattened, smooth, dan memiliki ornamen, involute dan evolute, hanya putaran terakhir yang terlihat dari exterior, umumnya memiliki 3-4 putaran, putaran bertambah secara cepat, umur Ta-resen, lingkungan laut dengan kedalaman bervariasi.-Genus Heterostegina (Subfamili Cycloclypeinae)Merupakan evolusi dari genus Operculina dengan septa sekunder, tidak ada kamar lateral, evolute dan involute, umur Tb-resen, lingkungan tropical water dan subtropical water, kedalaman bervariasi tetapi umumnya dapat ditemui pada kedalaman laut