Upload
bimo16
View
638
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
AbstraksiPencahayaan (atau penerangan) harus senantiasa dilihat dari sisi kualitas dan kuantitasnya. Maka pencahayaan buatan bukanlah sekedar menyediakan lampu dan terangnya, tetapi lebih-lebih untuk membuat suasana. Efek yang diberikan oleh lampu dapat melampaui apa yang kita harapkan. Dia tidak hanya memberikan terang untuk bekerja, tetapi juga membantu membentuk suasana kerja menjadi nyaman menyenangkan. (Satwiko 2004:61)
Citation preview
KUALITAS PENCAHAYAN PADA
LAP DIGITAL ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Oleh:
Heru Sutrisna, 11806
Lukas Bimo Pramono, 11831
Ir. Prasasto Satwiko, MBSc, PhD
Tata Cahaya Semester Sisipan TA 2004/2005
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2005
KUALITAS PENCAHAYAN PADA
LAP DIGITAL ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Abstraksi
Pencahayaan (atau penerangan) harus senantiasa dilihat dari sisi kualitas dan
kuantitasnya. Maka pencahayaan buatan bukanlah sekedar menyediakan lampu dan
terangnya, tetapi lebih-lebih untuk membuat suasana.
Efek yang diberikan oleh lampu dapat melampaui apa yang kita harapkan. Dia
tidak hanya memberikan terang untuk bekerja, tetapi juga membantu membentuk
suasana kerja menjadi nyaman menyenangkan. (Satwiko 2004:61)
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang masalah
Kulitas iluminasi (penerangan) dalam suatu rungan sangat berpengaruh
pada jenis kegiatan yang dilaksanakan di dalam rungan tersebut. Semakin
membutuhkan ketelitina iluminasi yang dibutuhkan tentu akan semakin
besar, begitupula sebaliknya semakin sedikit tingkat ketelitiannya maka
semakin sedikit pula iluminasi yang dibutuhkan. Jadi kebutuhan iluminasi
antara satu ruangan dengan ruangan lain akan berbeda-beda tergantung
jenis kegiatan yang terjadi pada ruangan tersebut.
Berdasrkan pemaparan di atas maka penulis mencoba menganalisis
kadar iluminasi pada Ruangan Lap Digital Arsitektur Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaiman kulitas iluminasi dalam ruangan Lap Digital Arsitektur
Universitas Atma Jaya Yogyakarta?
BAB II
METODE DAN PROSEDUR EKSPERIMEN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan cara simulasi, dengan
mengunakan softwear Lightscape
B. Objek Penelitian
Objek dalam penilitina ini adalah kulitas iluminasi (penerangan) pada Lap
Digital Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta
C. Jalan Eksperimen
1. Persiapan
a. Penentuan objek penelitian (Lap Digital Arsitektur Universitas Atma
Jaya Yogyakarta).
b. Mencari denah dan mencatat kondisi fisik dari Lap Digital Arsitektur.
c. Membuat kembali model lap digital arsitektur dengan mengunakan
softwear Archicad 8.1.
2. Pengolahan Data
a. Hasil dari pembuatan model lap digital arsitektur mengunakan softwear
archicad 8.1 disimpan dalam file berformat 3D Studio (*.3ds).
b. File tersebut kemudian diimport ke dalam softwear Lightscape 3.2, untuk di
perdetail dalam hal pencahayaanya. Dalam softwear ini kita melakukan
pemasangan lampu yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
c. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian kita jalankan (run). Maka akan
dihasilakan gambaran simulasi keadan dan kualitas pencahayan (dalam hal
ini iluminasi dan luminansi) dari ruangan yang diinginkan.
BAB III
PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN
Pencahayan yang diteliti disini adalah pencahayan buatan yang dimanfaatkan
oleh Lap Digital Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta dalam keadaan sehari-
hari. Parameter air yang diteliti meliput iIluminasi dan luminansi. Hasil pengolahan
simulasi ruangan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
A.Berdasarkan Jenis Lampu
gambar 1. simulasi ruang Lap Digital Arsitektur
Lap Digital Arsitektur mengunakan lampu jenis fluorescent, dimana
lampu jenis ini menghasilkan cahaya dari reaksi fosfor yang menyerap
gelombang pendek cahaya unggu-ultra yang dihasilkan akhibat lecutan listrik.
Lampu yang digunakan dalam lap ini berjumlah 6 luminer yang disusun tiga-tiga
secara sejajar, dengan masing-masing luminer terdiri dari dua buah lampu.
gambar 2. sekema peletakan lampu
Pemilihan lampu jenis fluorescent ini mungkin didasarkan dari kelebihan
lampu jenis flurescent ini, yaitu :
1. Memiliki efikasi (lumen per watt) tinggi.
2. Awet, kurang lebih 20.000 jam (untuk penyalaan berdurasi 3 jam
setiap pengunaan). Makin sering dihidup-matikan umur makin
pendek.
3. bentuknya yang memanjang efektif untuk menerangi area yang luas
dengan cahaya baur.
4. menimbulakan sedikit bayangan
5. Secara psikologis akan membawa nuansa sejuk, karena cahaya yang
dihasilkan berwarna putih-dingin.
gambar 3. Lampu fluorescent
Namun lampu ini juga memiliki kekurangan, antara lain:
1. Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan cahaya.
2. Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama untuk warna kulit.
3. Balas akan mengeluarkan cukup banyak panas yang membebani
mesin pengkondisi udara (air conditioner).
4. Semakin banyak jumlah lampu dalam satu luminer, efisiensinya
semakin rendah.
Maka atas dasar alasan-alasan diatas pengunaan lampu florescent pada lap
digital arsitektur dirasa tepat, karena menghindarkan dari pemantulan pada layar
monitor komputer.
B. Berdasarkan Pengkondisian Ruangan
Ruangan lap digital arsitektur yang tertutup dan dengan pemilihan pengunaan
cat dinding putih yang sangat kontras dengan warna korden dan lantainya (lihat
gambar 4.) yang menimbulkan kesan suram dan cenderung membuat pemakai rungan
tersebut merasa tertekan dan takut. Untuk itu sebaiknya lap digital dikondisikan
dengan kadan yang tidak terlalu formal, monoton dan membosankan, hal ini dapat
dicapai dengan penatan visual yang menarik (pemberian tekstur atau
aksen),pemakaian pencahayan yang beragam, permainan cahaya, dan pengunaan
warna-warna yang berkesan dinamis namun lembut.
gambar 4. gambaran keadaan Lap Digital Arsitektur
C. Berdasarkan Simulasi Softwear
Pada simulasi kali ini kami melakukan dua simulsi yaitu: simulasi tingkat
iluminasi dan simulasi tingkat luminansi dari ruangan Lap Digital Arsitektur Universitas
Atmajaya Yogyakarta. Simulasi ini mengunakan softwear Lightscape 3.2 yang khusus
dibuat untuk simulasi pencahayan.
B.1. Simulasi Iluminasi
gambar 5. hasil simulasi kadar iluminasi
kebutuhan iluminasi pada ruangan lap digital arsitektur dapat kita golongkan
pada kerja visual golongan empat (lihat tabel 1), yaitu kurang-lebih 600 lux. Dalam
simulasi (lihat gambar 5.) tampak bahwa lampu flourescent dapat menghasilkan
iluminasi yang diharapkan, kurang-lebih 600 lux. Dengan tingkat iluminasi yang sesuai
dengan jenis kebutuhan kerja visualnya maka kenyaman visual akan sangat terasa,
dan membuat pemakainya dapat memakasimalakan penghilatanya dalam pekerjaan
yang dilakukan di ruangan tersebut.
B.2 Simulasi Luminan
gamabar 6. hasil simulasi kadar luminan
Berdasarkan atas hasil simulasi luminen (lihat gambar 6.) tampak bahwa kadar
luminen dalam ruangan lap digital dapat dikatakan rendah (0 – 49 cd/m2). Hal ini tentu
sangat menguntungkan bagi pemakai ruangan ini karena pantulan cahaya lampu tidak
menambah kesilauan dari penerangan bidang vertikal, dalam halini cahaya monitor
komputer. Apalagi lap digital arsitektur mengunakan layar monitor komputer jenis CTR
(Cathode Ray Tube), yang memiliki intensitas cahaya yang cukup terang dan
menyilaukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan atas pembahasan di bab sebelumya maka dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya kualitas pencahayan pada Lab Digital Arsitektur Universitas Atma
Jaya Yogyakarta tergolong sudah cukup baik, karena sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan (iluminasi 600 lux dan luminasi yang tidak terlalu menyilaukan).
Dengan kata lain rungan tersebut sudah cukup nyaman, dari segi visual, bagi penguna
lab digital tersebut. Namun hal ini tidak didukung oleh pengkondisi ruangannya, yang
justru menimbulkan kesan monoton dan membosankan. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi tingkat kenyaman visual dari penguna rungan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek penerangan di Lab Digital Universitas
Atma Jaya Yogyakarta yang cukup belum terasa nyaman karena tidak didukung
dengan pengkondisian ruangan.
B. Saran
1. Kepada pengelola Lap Digital Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta di
mohon untuk melakukan peninjauan lagi terhadap lab digital arsitektur,
terutama pada kenyamanan visualnya.
2. Kepada peneliti lain, diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang sudah ada,
khususnya dalam peningkatan kenyaman Lap Digital Arsitektur Universitas
Atmajaya Yogyakarta dalam hal pencahyaanya.
DAFTAR PUSTAKA
Satwiko, Prasasto. Fisika bangunan 1,
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
Satwiko, Prasasto. Fisika bangunan 2,
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
http://www.thornlight.com.au/, Agustus 2005
tabel 1. kebutuhan iluminasi
Gol. Jenis Kerja VisualIluminas
i (lux)
Ideks
kesilauan
1. Penglihatan biasa 100 28
2. Kerja kasar dengan detail besar 200 25-28
3. Kerja kasar dengan detail wajar 400 25
4.Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar,
menjahit)600 19-22
5.Kerja keras, lama, detail kecil (perakitan barang halus,
menjahit dengan tangan)900 16-22
6.Kerja keras, lama, detail sangat kecil (pemotongan batu mulia,
tisik halus, mengukur benda-benda sangat kecil)
1.300-
2.00013-16
7.Kerja luar biasa keras dengan detail sangat kecil (arloji dan
pembuatan instrumen)
2.000-
3.00010