118
i i UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI APRILIA INTAN CAHYANI NIM. 1112102000068 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

i

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK

KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica)

DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL)

SKRIPSI

APRILIA INTAN CAHYANI

NIM. 1112102000068

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK

KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica)

DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

APRILIA INTAN CAHYANI

NIM. 1112102000068

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

iv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

v

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Aprilia Intan Cahyani

NIM : 1112102000068

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Kulit Batang Kayu

Jawa (Lannea coromandelica) dengan Metode DPPH (2,2-

Difenil-1-Pikrilhidrazil)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang kayu

jawa (Lannea coromandelica) dengan metode DPPH. Ekstrak kulit batang kayu jawa

diekstraksi secara maserasi langsung dengan etanol 70% sehingga diperoleh ekstrak

etanol (E1) kulit batang kayu jawa dan dilanjutkan dengan pemisahan secara partisi

sehingga diperoleh ekstrak fraksi n-heksan (NH), fraksi etil asetat (EA), dan fraksi

etanol (E2). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang kayu jawa dilakukan

dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan vitamin C dan rutin sebagai

kontrol positif. Hasil uji aktivitas antioksidan yang dilakukan menunjukkan nilai AAI

(Antioxidant Activity Index) ekstrak etanol total (E1), fraksi n-heksan (NH), fraksi etil

asetat (EA), fraksi etanol (E2), vitamin C dan rutin berturut-turut 7.633 (sangat kuat),

4.097 (sangat kuat), 4.914 (sangat kuat), 6.183 (sangat kuat), 11.061 (sangat kuat) dan

6.585 (sangat kuat).

Kata kunci : AAI, antioksidan, DPPH, Lannea coromandelica

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Aprilia Intan Cahyani

Departement : Pharmacy

Title : Antioxidant Activity Test of Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) bark Extract Using the DPPH (2,2-Diphenyl-

1-Picrylhidrazil) Method

This study aimed to find out antioxidant activity bark extract of kayu jawa (Lannea

coromandelica). Bark extract of kayu jawa (Lannea coromandelica) extracted by

maceration with ethanol 70% to obtain the total leave extract (E1) of kayu jawa and

continued with the separation partition thus obtained n-hexane fraction extract (NH),

ethyl acetat fraction (EA) and the ethanol fraction (E2). Antioxcidant activity test was

tested by DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhidrazil) method with vitamin c and rutin as a

positive control. The result of antioxcidant activity showed that AAI (Antioxidant

Activity Index) value of total ethanol extract (E1), n-hexane fraction (NH), ethyl acetat

fraction (EA), ethanol fraction (E2), vitamin C and rutin were 7.633 (very strong),

4.097 (very strong), 4.914 (very strong), 6.183 (very strong), 11.06 (very strong) dan

6.585 (very strong).

Keywords : AAI, antioxidant activity, DPPH, Lannea coromandelica

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa

dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil”. Shalawat serta salam semoga

senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis skripsi ini dilakukan

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.

Maka, mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt dan Puteri Amelia, M.Farm., Apt., selaku

pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu, masukan,

dukungan, dan semangat kepada penulis.

2. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Supandi, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan berjalan.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ir. Puji Wiranto M.T., dan Ibu Anik Prabandari

yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun

materil, serta doa yang selalu menyertai setiap langkah penulis.

6. Kakak laki-laki Ardy Wiranto Putro yang selalu memberikan dukungan dan doa

7. Seluruh keluarga besar Sutomo dan Setyo yang tidak bisa disebutkan satu

persatu atas dukungannya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Galih Audha Rahman, Dwi Putri,

Tharlis Dian Syah, Irham Pratama Putra, Gunawan Listyo, Adia Algazia,

Muhammad Beny yang telah memberikan motivasi selama penelitian.

10. Sahabat Cera Alba (Dian, Endang, Moethia, Zakiyah, Azmi, Icha, Laila, Risha,

Icak, Nunud, Afina dan Putri) yang telah menjadi sahabat sejak awal

perkuliahan hingga membantu dalam selesainya penelitian ini.

11. Sahabat GGS (Sandi, Priskilla, Wahyu, Riri, Ilham, Anggita, Raditya, Rafi)

yang telah memberikan motivasi dari jauh hingga penelitian selesai.

12. Sahabat ISMAFARSI periode 2014-2016 atas persaudaraan dan kebersamaan

yang telah memberikan motivasi dari jauh hingga penelitian ini selesai.

13. Teman-teman Cabe Farmasi 2012 AC atas persaudaraan dan kebersamaan yang

telah banyak membantu dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan skripsi

ini maupun selama di bangku perkuliahan.

14. Seluruh pengurus DEMA Fakultas periode 2014-2015 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu atas pengalaman dan kerjasama selama masih dalam

kepengurusan yang berperan penting dalam penyusunan skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah

skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua bantuan

dan dukungan yang diberikan. Saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Jakarta, Maret 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Aprilia Intan Cahyani

NIM : 1112102000068

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-Pikrilhidrazil)

Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakara untuk

kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 3 Maret 2017

Yang menyatakan,

Aprilia Intan Cahyani

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

ABSTRACT .............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1. Tanaman Kayu Jawa ........................................................................................ 5

2.1.1. Taksonomi Kayu Jawa ........................................................................... 5

2.1.2. Morfologi Kayu Jawa ............................................................................. 6

2.1.3. Kandungan Senyawa Kayu Jawa ........................................................... 6

2.1.4. Khasiat Tanaman Kayu Jawa … ......................................................... … 6

2.2. Ekstrak dan Ekstraksi ...................................................................................... 7

2.2.1.Pengertian Ekstrak …………………………………………. ................. 7

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2. Proses Pembuatan Ekstrak ……………………………… ................ … 7

2.2.3. Pengertian Ekstraksi …………………………………… ...................... .. 8

2.2.4. Metode Ekstraksi …………………………………………. ................. 9

2.2.5. Standarisasi Ekstrak ………………………………………. ................ 11

2.2.5.1. Parameter Spesifik Ekstrak (DepKes RI, 2000)…..... ...................... 11

2.2.5.2. Parameter Non Spesifik Ekstrak (DepKes RI, 2000)…. ................... 11

2.3. Antioksidan…….. .............................................................................................. 14

2.3.1.Sumber-sumber Antioksidan ................................................................... 15

2.3.1.1. Antioksidan Alami ……………………………………. .................. 15

2.3.1.2. Antioksidan Sintetik ......................................................................... 17

2.3.2. Metode Uji Antioksidan ...................................................................... 18

2.3.3. Mekanisme Kerja Antioksidan dengan Metode DPPH ….. ................. 20

2.4. Spektrofotometer UV-VIS ............................................................................... 22

2.5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ..................................................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 27

3.2. Alat ……….. .............................................................................................. .. 27

3.3. Bahan ………. ................................................................................................. 27

3.4. Prosedur Kerja ………………………………………………………………... 28

3.4.1. Penyiapan Sampel ........................................................................................... 28

3.4.2. Pembuatan Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ... 28

3.4.3. Pemisahan secara Partisi Ekstrak Etanol 70% Kulit Kayu Jawa

(Lannea coromandelica) ........................................................................... 29

3.4.4. Penapisan Fitokimia .................................................................................. 31

3.4.5. Parameter Karakterisasi Ekstrak ............................................................... 31

3.4.6. Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif Menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .............................................................. 32

3.4.7. Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitaif dengan

Spektrofotometer UV-VIS ........................................................................ 32

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.7.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM ................................................ 32

3.4.7.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH ........................ 32

3.4.7.3. Pembuatan Larutan Blanko ............................................................. 33

3.4.7.4. Pembuatan Larutan Pembanding .................................................... 33

3.4.7.5. Pembuatan Larutan Ekstrak Tanaman Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) .................................. 33

3.4.7.6. Penentuan Persen Inhibisi ............................................................... 34

3.4.7.7. Penentuan Nilai IC50(Inhibitory Concentration) ….. .................... 34

3.4.7.8 Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Acitivity Index) ……………….34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36

4.1 Determinasi Tanaman ....................................................................................... 36

4.2 Penyiapan Sampel ............................................................................................. 36

4.3 Ekstraksi ……. ................................................................................................. . 37

4.4 Penapisan Fitokomia Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu Jawa ....... 38

4.5 Pemisahan secara Partisi Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu

Jawa………………. .......................................................................................... 41

4.6 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatitf ..................................................... 42

4.7 Hasil Pengujian Parameter Karakteristik Ekstrak ............................................. 43

4.8 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif .................................................... 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..………………………………………… 50

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………. 50

5.2 Saran …………………………………………………………………………. 50

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 51

LAMPIRAN .............................................................................................................. 58

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Lannea coromandelica .......................................................... 5

Gambar 2.2 Struktur Kimia Senyawa DPPH Radikal dan non Radikal ................... 20

Gambar 2.3 Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas ........................... 21

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Kulit Batang Kayu Jawa .............................................. 38

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang

Kayu Jawa ............................................................................................. 38

Tabel 4.3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi n-heksan (NH) Kulit Batang

Kayu Jawa ............................................................................................. 39

Tabel 4.4 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil asetat (EA) Kulit Batang

Kayu Jawa ............................................................................................. 39

Tabel 4.5 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi Etanol (E2) Kulit Batang

Kayu Jawa ............................................................................................. 40

Tabel 4.6 Hasil Partisi Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu Jawa ........ 41

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Identitas Ekstrak, Organoleptik, Kadar Air dan Abu . 42

Tabel 4.8 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit

Batang Kayu Jawa ................................................................................ 46

Tabel 4.9 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fraksi n-heksan (NH)

Kulit Batang Kayu Jawa ....................................................................... 46

Tabel 4.10 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat (EA) Kulit

Batang Kayu Jawa ................................................................................ 46

Tabel 4.11 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fraksi Etanol (E2) Kulit

Batang Kayu Jawa ................................................................................ 47

Tabel 4.12 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C .......................................... 47

Tabel 4.13 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Rutin .................................................. 47

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian........................................................................ 58

Lampiran 2. Hasil Determinasi Kulit Batang Kayu Jawa..................................... 59

Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang

Kayu Jawa ........................................................................................ 60

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa ............... 68

Lampiran 5. Sertifikat DPPH ................................................................................ 69

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Abu Total Ekstrak ............................................. 70

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Air Ekstrak ........................................................ 70

Lampiran 8. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Fraksi n-heksan, Fraksi Etil

Asetat, Fraksi Etanol dan Rutin ....................................................... 71

Lampiran 9. Panjang Gelombang DPPH .............................................................. 72

Lampiran 10. Data Absorbansi Ekstrak Etanol (E1) Kulit Batang Kayu Jawa ...... 73

Lampiran 11. Data Absorbansi Fraksi n--heksan (NH) Kulit Batang

Kayu Jawa ........................................................................................ 74

Lampiran 12. Data Absorbansi Fraksi Etil Asetat (EA) Kulit Batang

Kayu Jawa ........................................................................................ 75

Lampiran 13. Data Absorbansi Fraksi Etanol (E2) Kulit Batang Kayu Jawa ........ 76

Lampiran 14. Data Absorbansi Pembanding Vitamin C ........................................ 77

Lampiran 15. Data Absorbansi Pembanding Rutin ................................................ 78

Lampiran 16. Perhitungan dalam Uji Antioksidan ................................................. 79

Lampiran 17. Perhitungan Persen Inhibisi.............................................................. 87

Lampiran 18. Perhitungan IC50 ............................................................................... 93

Lampiran 19. Perhitungan Nilai AAI ..................................................................... 95

Lampiran 20. Data Absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan .................................. 96

Lampiran 21. Kurva Hubungan Konsentrasi dan Persen Inhibisi …………….....100

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya akan berbagai keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk

dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat. Di dunia terdapat 119 senyawa aktif

yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dimana 77 % dari 90 spesies tumbuhan

ditemukan sebagai hasil penelitian tumbuhan yang didasarkan pemakaiannya secara

tradisional (ethnomedical) (Fajriah, et al.,2007).

Saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh berbagai

lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang maupun negara maju sebagai obat

tradisional. Sekitar 80% penduduk negara berkembang masih mengandalkan

pengobatan tradisional dan 85% pengobatan tradisional dalam praktiknya

menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana, 2008).

Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan obat, lebih dari 20.000 jenis

tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini. Sekitar 1.000 jenis tanaman telah terdata

dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan secara

tradisional. Penggunaan tanaman sebagai bahan obat tradisional memerlukan

penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan digunakan sebagai sumber senyawa

penuntun untuk sintesis senyawa obat baru (Akbar, 2010).

Adanya kesadaran masyarakat terhadap mutu dan nilai kesehatan telah

menyebabkan kembali bergulirnya trend yang disebut dengan gerakan kembali ke alam

atau back to nature. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas dari semakin banyaknya

penelitian mengenai obat tradisional, banyaknya produk obat-obat tradisional yang

beredar di masyarakat, dan beberapa rumah sakit yang mengembangkan sistem

pengobatan yang terpadu antara pengobatan barat dengan pengobatan timur (salah

satunya adalah pengobatan tradisional) (Shadia, et al., 2007).

Penggunaan obat dari bahan alam sudah menjadi bagian dari budaya etnis Bugis

yang telah digunakan secara turun-temurun. Tumbuhan banyak digunakan sebagai obat

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun ramuan untuk berbagai macam penyakit

(Asni & Dewi, 2010). Salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan

tradisional yaitu kayu jawa (Lannea coromandelica). Kayu jawa atau dalam

masyarakat Bugis dikenal dengan sebutan aju jawa adalah salah satu tanaman obat

tradisional yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh untuk mengobati luka dalam maupun

luka luar. Selain itu, masyarakat sering menggunakan tanaman ini untuk mengobati

bintitan. Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan

penggunaannya, misalnya untuk pengobatan muntah darah masyarakat meminum

rebusan kulit batang tanaman ini. Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka,

masyarakat biasanya langsung menggunakan kulit batang ini dengan menempelkannya

ke bagian luka (Rahayu, 2006).

Berdasarkan studi fitokimia, kulit batang tanaman kayu jawa telah dilaporkan

mengandung senyawa golongan karbohidrat, steroid, glikosida jantung, terpenoid,

tanin, dan flavonoid (Manik. et al,.2013). Ektsrak metanol kulit batang kayu jawa

memiliki aktivitas antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib, et

al,.2013). Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa digunakan

untuk pengobatan ulcer, pengobatan luka, hipotensi, dan antimikroba di India. Selain

itu, fraksi n-heksana, diklorometana, dan etil asetat kulit batang dan daun tumbuhan

kayu jawa memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba, dan trombolitik (Manik. et

al,.2013). Kayu jawa yang berasal dari Sulawesi telah dilaporkan memiliki aktivitas

antioksidan dan uji toksisitas yang telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya terkait

uji aktivitas antioksidan dan uji toksisitas ekstrak etanol 70% yang membuktikan

bahwa tanaman kayu jawa positif memiliki kandungan senyawa antioksidan dan

antitoksik. (Erwin, 2014).

Banyak proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh manusia dapat

menghasilkan radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif lainnya. Radikal bebas

tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada biomolekul (misalnya lipid,

protein, DNA) dan akhirnya menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker,

aterosklerosis, diabetes, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya pada manusia

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Ivanišová, et al., 2013). Selain dari dalam tubuh, sumber radikal bebas dapat berasal

dari luar tubuh meliputi asap rokok, polusi, radiasi, sinar ultraviolet, obat-obatan,

pestisida, dan ozon (Langseth, 1995). Salah satu senyawa yang dapat menghambat

terjadinya kerusakan oksidatif tersebut adalah antioksidan.

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat laju oksidasi molekul

lain atau menetralisir radikal bebas (Fajriah dkk, 2007). Tubuh kita memerlukan suatu

antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas

mengingat begitu banyaknya radikal bebas yang berasal dari luar tubuh yaitu berupa

makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, pewarna, asam lemak tidak

jenuh, pestisida, polusi, debu dan radikal ultraviolet. Emisi kendaraan bermotor dan

industri, asap rokok serta pelepasan senyawa kimia ke alam merupakan penyumbang

radikal bebas yang cukup besar (Zuhra, et al., 2008; Parwata, et al., 2010). Sedangkan

tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidan eksogen (Sunarni,et al., 2007).

Tanaman kayu jawa mengandung berbagai molekul penghambat radikal bebas,

seperti senyawa fenolik (asam fenolik, flavonoid, kuinon, kumarin, lignan, stilbenes,

tanin), senyawa nitrogen (alkaloid, amina, betalain), vitamin, terpenoid (termasuk

karotenoid), dan beberapa metabolit endogen lainnya yang kaya akan aktivitas

antioksidan (Ivanišová, et al., 2013). Senyawa metabolit ini umumnya bersifat polar

sehingga dalam penelitian ini digunakan pelarut polar yaitu etanol 70%. Pelarut polar

ini diharapkan dapat menyari lebih banyak senyawa yang berpotensi sebagai

antioksidan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi karena dengan

perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat

perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada

didalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan

sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Kemudian dilakukan

proses partisi untuk memisahkan senyawa yang dapat terikat menurut tingkat

kepolarannya sehingga dapat terpisahkan dan dapat mempermudah untuk melakukan

identifikasi senyawa yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan kayu jawa.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode uji dalam penelitian ini adalah uji antioksidan yaitu metode

menggunakan peredaman radikal bebas 1,1-dipenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Metode

ini digunakan karena memerlukan sampel sedikit, sederhana, cepat, mudah dan peka

untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Akbar,et al.,

2005).

Penggunaan empiris secara luas untuk pengobatan dalam masyarakat Bugis

menggunakan kulit batang tanaman kayu jawa serta belum adanya publikasi ilmiah

tentang uji aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit batang kayu jawa untuk tanaman ini

di Indonesia, yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang uji aktivitas

antioksidan fraksi etanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-Heksan dari kulit batang kayu

jawa dengan metode DPPH perlu dilakukan serta dipublikasikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi etanol kulit batang

kayu jawa memiliki aktivitas antioksidan?

2. Berapakah nilai inhibitory concentration (IC50) dan nilai antioxidant activity

index (AAI) dari masing-masing ekstrak herba kulit batang kayu jawa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas antioksidan

ekstrak kulit batang kayu jawa terhadap fraksi n-heksan, etil asetat, dan etanol dengan

metode DPPH. Penelitian ini bersifat eksperimen yang diharapkan kulit batang kayu

jawa memiliki aktivitas yang sama dengan vitamin C yaitu sebagai antioksidan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan yang

terkandung didalam ekstrak kulit batang kayu jawa sebagai antioksidan.

2. Memberi manfaat pada aplikatif yaitu dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah

penggunaan kulit batang kayu jawa sebagai obat dalam upaya peningkatan

kesehatan dan pemanfaatannya di bidang industri farmasi.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

2.1.1 Taksonomi Tanaman Kayu Jawa

Secara taksonomi, tanaman kayu jawa digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Phylum : Mannoliophyta

Class : Magnoliatae

Order : Sapindales

Family : Anacardiaceae

Genus : Lannea

Species : Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.

(sumber: http://indiabiodiversity.org/species/show/230190)

Gambar 2.1 Tanaman Lannea coromandelica

(Erwin Prawirodiharjo, 2014)

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Morfologi Tanaman Kayu Jawa

Kayu jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

hingga mencapai 25 m (umumnya 10-20 m). Akar pada kayu jawa berbentuk akar

tunggang. Pada permukaan batangnya berwarna abu-abu sampai coklat tua, kasar, ada

pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur. Batang bagian dalam berserat berwarna

merah atau merah muda gelap, dan memiliki eksudat yang bergetah (Sasidharan, 2004).

Bentuk daun pada kayu jawa berbetuk lanset, bagian atas berwarna hijau tua dan bagian

bawah berwarna hijau muda. Susunan daun majemuk menyirip ganjil dengan jumlah

anak daun 5-13 helai. Bunga berkelamin tunggal berwarna hijau kekuningan. Buah

berbiji dengan panjang 12 mm, bulat telur, kemerahan, dan agak keras, tetapi bunga

dan buah jarang ditemukan. (Asni & Dewi, 2010). Kayu jawa memiliki sinonim Odina

wodier yang tersebar di Himalaya (Swat-Bhutan), Assam, Burma, Indo-China, Ceylon,

Pulau Andaman, China, dan Malaysia (Avinash, 2004).

2.1.3 Kandungan Senyawa Tanaman Kayu Jawa

Kulit batang kayu jawa mengandung β-sitosterol, physcion, dan physcion

anthranol B (Wahid, 2009). Tofazzal Islam, et al., (2009) telah mengisolasi

dihydroflavonols, (2R,3S)-(+)-3′,5-dihydroxy-4′,7-dimethoxydihydroflavonol dan

(2R,3R)-(+)-4′,5,7-trimethoxy dihydroflavonol dari kulit batang Lannea

coromandelica. (Md. Tofazzal Islam, et al., 2009).

2.1.4 Khasiat Tanaman Kayu Jawa

Tanaman kayu jawa merupakan tanaman pekarangan yang dapat dimanfaatkan

daun dan kulit batangnya dengan cara ditumbuk atau direbus untuk mengobati luka

luar, luka dalam, dan perawatan setelah persalinan (Rahayu, et al., 2006). Kulit batang

dapat digunakan sebagai astringen, mengobati sakit perut, lepra, ulcer, disentri, dan

sariawan. Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos,

Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

impotensi. Kulit batang kayu jawa dapat menyembuhkan glossitis dengan cara

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikunyah selama 2-3 hari. Perebusan daun juga dianjurkan untuk antiedem dan nyeri

lokal (Wahid, 2009).

2.2 Ekstrak dan Ekstraksi

2.2.1 Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

(Depkes RI, 2000).

2.2.2 Proses Pembuatan Ekstrak

a. Pembuatan serbuk simplisia

Proses awal pembuatan ekstrak yaitu tahapan pembuatan serbuk simplisia

kering. Dari simplisia kering dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai

derajat kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk simplisia, maka proses ekstraksi

semakin efisien dan efektif, akan tetapi semakin rumit tahapan filtrasi (Depkes, 2000).

b. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal

untuk senyawa kandungan aktif sehingga senyawa tersebut dapat terpisahkan dari

bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian

besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan

pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung.

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas,

kemudahan bekerja, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan (Depkes,2000).

Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang akan

diekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa yang akan diekstraksi, kemudahan

dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya, toksisitas pelarut, dan potensial

bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari. et al., 2011).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Separasi dan pemurnian

Tujuan dari separasi dan pemurnian adalah menghilangkan atau memisahkan

senyawa yang tidak dikehendaki mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan

yang dikehendaki, sehingga ekstrak yang diperoleh yang lebih murni. (Depkes,2000).

d. Pemekatan

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlaut) serta

penguapan pelarut sampai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental

(Depkes,2000).

e. Pengeringan ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari ekstrak sehingga menghasilkan

serbuk, masa kering-rapuh tergantung proses dan peralatan yang digunakan. Ada

berbagai proses pengeringan ekstrak, yaitu pengeringan dengan cara evaporasi,

sublimasi, konveksi, kontak, radiasi dan dielektrik (Depkes,2000).

f. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia

awal (Depkes,2000).

2.2.3 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur yang

telah ditetapkan. Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material

padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai

dengan pelarutnya (Tiwari, et al., 2011).

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI,

2000). Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan

senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam

golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Senyawa aktif yang

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi

yang tepat. (DepKes RI, 2000).

2.2.4 Metode Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode yang dilakukan untuk

mendapatkan ekstrak yang diinginkan. Metode ekstraksi dibagi menjadi dua cara yaitu

cara dingin dan cara panas (Ditjen POM, 2000).

2.2.4.1 Ekstraksi Cara Dingin

Ekstraksi cara dingin dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar

(Ditjen POM, 2000). Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi yaitu pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yaitu cara pengerjaannya

lama, membutuhkan pelarut yang cukup banyak dan penyarian kurang sempurna.

Dalam maserasi ekstrak cair, serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak

dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk waktu tertentu dengan

pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini cocok

digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari, et al., 2011).

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan suatu proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.

Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap perendaman, tahap

perkolasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Untuk menentukan akhir dari perkolasi

dapat dilakukan pemeriksaan zat secara kualitatif pada perkolat akhir. Untuk ekstrak

cair dan mengekstrak bahan aktif dalam tincture dapat digunakan metode perkolasi

(Tiwari. et al., 2011).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.4.2 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi cara panas dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Refluks

Refluks merupakan suatu ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, dalam waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

2. Sokletasi

Sokletasi merupakan suatu ekstraksi dengan mengunakan pelarut yang selalu

baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000)

3. Infusa

Infusa merupakan suatu ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC

selama 15 menit dimana bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,

temperatur yang digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen

POM, 2000).

4. Digesti

Digesti merupakan suatu proses maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi

dari temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC

(Ditjen POM, 2000). Digesti merupakan maserasi dengan pengadukan kontinyu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25oC-30oC). Digesti

merupakan jenis ekstraksi maserasi dimana suhu sedang digunakan selama proses

ekstraksi (Tiwari. et al., 2011).

5. Dekok

Dekok merupakan proses infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000). Dekok merupakan ekstraksi dengan pelarut

air pada temperatur 90oC selama 30 menit. Metode ini digunakan untuk ekstraksi

konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap panas (Tiwari. et

al., 2011).

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.5 Standarisasi Ekstrak

Uji standarisasi ekstrak dilakukan untuk menjamin keseragaman senyawa aktif,

keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk

standardisasi ekstrak (Depkes,1985). Standarisasi ekstrak terdiri dari parameter standar

spesifik dan parameter standar non spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait

terhadap faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik

terkait langsung terhadap senyawa yang ada di dalam tanaman (Depkes RI, 2000).

2.2.5.1 Parameter Spesifik Ekstrak

Penentuan suatu parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif

dan aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap

aktivitas farmakologis tertentu. Parameter spesifik ekstrak meliputi :

a. Identitas

Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak, nama latin

tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas. Tujuannya untuk

memberikan identitas obyektif dan spesifik dari senyawa identitas.

b. Organoleptik

Parameter organoleptik ekstrak menggunakan panca indera yang

mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental dan cair), warna, bau (aromatik, tidak

bau), dan rasa.

c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu.

Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah

larutan yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal

tertentu dapat diukur senyawa yang terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana,

diklorometan, dan metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah

senyawa kandungan.

2.2.5.2 Parameter Non Spesifik Ekstrak

Penentuan parameter non spesifik ekstrak yaitu penentuan aspek kimia,

mikrobiologi dan fisika yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak (Saidufin, Rahayu & Teruna, 2011). Parameter non spesifik ekstrak menurut

buku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (Depkes RI, 2000),

meliputi:

a. Kadar Abu

Parameter kadar abu merupakan suatu bahan yang dipanaskan pada temperatur

dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal

unsur mineral dan anorganik. Tujuannya untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya

ekstrak.

b. Kadar air

Parameter kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan

daya tahan suatu produk, dengan aktivitas mikoorganisme selama penyimpanan dan

berpengaruh terhadap masa simpan. Produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil

dalam penyimpanan jangka panjang daripada produk yang memiliki kadar air tinggi

dan rentan terhadap aktivitas mikroba (Pardede, et al., 2013). Kadar air ditentukan

dengan pengukuran kandungan air yang berada didalam produk.

c. Sisa pelarut

Parameter sisa pelarut merupakan suatu penentuan kandungan sisa pelarut

tertentu yang mungkin terdapat dalam ekstrak. Tujuannya memberikan jaminan bahwa

selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh

ada. Pengujian sisa pelarut berguna dalam penyimpanan ekstrak dan kelayakan ekstrak

untuk formulasi.

d. Cemaran mikroba

Parameter cemaran mikroba merupakan suatu penentuan adanya mikroba yang

patogen secara analisis mikrobiologis. Tujuannya memberikan jaminan bahwa ekstrak

tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen

melebihi batas yang telah ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan

berbahaya bagi kesehatan.

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Cemaran aflaktoksin

Aflaktoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur.

Cemaran aflaktoksin sangat berbahaya karena dapat menyebabkan toksigenik

(menimbulkan keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik (penghambatan pada

pertumbuhan janin) dan karsinogenik (menimbulkan kanker pada jaringan). Jika pada

media pertumbuhan menghasilkan koloni berwarna hijau kekuningan cerah

menandakan bahwa ekstrak terserbut positif tercemar aflaktoksin.

f. Bobot jenis

Parameter bobot jenis adalah massa per volume yang diukur pada suhu kamar

tertentu (250C) yang menggunakan alat khusus piknometer atau alat lainnya.

Tujuannya adalah memberikan batasan tentang besarnya massa per volume yang

merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih

dapat dituang, bobot jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.

g. Cemaran logam berat

Parameter cemaran logam berat merupakan penentuan kandungan logam berat

dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) dan tidak melebihi batas yang telah

ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan.

Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak, antara lain (Depkes RI, 2000) :

1. Faktor biologi

a. Identifikasi jenis (spesies). Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati

dapat dikonfirmasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis

(spesies).

b. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan

c. Periode pemanenan hasil tumbuhan. Faktor ini menentukan kapan senyawa

kandungan mencapai kadar optimal dari proses biosintesisnya.

d. Penyimpanan tumbuhan. Merupakan faktor eksternal yang dapat diatur

karena dapat berpengaruh pada stabilitas bahan serta adanya kontaminasi.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Lokasi tumbuhan asal. Lokasi termasuk faktor eksternal yaitu lingkungan

(tanah dan atmosfer) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca,

temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik).

2. Faktor kimia

a. Faktor eksternal, yaitu metode eksternal, perbandingan ukuran alat

ekstraksi, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan,

kandungan logam berat dan pestisida.

b. Faktor internal, yaitu jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif

senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.

2.3 Antioksidan

Dalam pengertian kimia, antioksidan merupakan senyawa-senyawa pemberi

elektron, sedangkan dalam pengertian biologis antioksidan merupakan molekul atau

senyawa yang dapat meredam aktivitas radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel

(Syahrizal, 2008). Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi 3

kelompok, yaitu :

a. Antioksidan primer

Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara

mencegah terbentuknya radikal bebas baru dan mengubah radikal bebas menjadi

molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah butil hidroksi toluen (BHT), tersier

butyl hidro Quinon (TBHQ), propil galat, tokoferol alami maupun sintetik dan alkil

galat.

b. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder merupakan suatu senyawa yang dapat mencegah kerja

prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi logam-

logam seperti : Fe, Pb, Cu, dan Mn. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal

bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar. Contohnya vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh

dari buah-buahan.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Antioksan tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan

yang rusak karena serangan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier yaitu jenis enzim

misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.

Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker

(Kumalaningsih, 2008).

2.3.1 Sumber-sumber Antioksidan

Berdasarkan sumber antioksidan dibagi menjadi dua kelompok yaitu

antioksidan sintetik dan antioksdian alami (Isnindar, Wahyuono, & Setyowati, 2011).

2.3.1.1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami merupakan jenis antioksidan yang berasal dari tumbuhan

dan hewan (Purwaningsih, 2012, pp 41). Antioksidan alami umumnya memiliki gugus

hidroksi dalam struktur molekulnya. Antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan

adalah senyawa fenolik berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,

tokoferol, dan asam organik polifungsional (Isnindar, Wahyuono, & Setyowati, 2011).

Di seluruh bagian tumbuhan baik pada kayu, biji, daun, akar, bunga maupun serbuk

sari terdapat senyawa fenolik. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan belakangan

ini banyak diteliti, karena flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau

mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Zuhra, Tarigan, &

Sihotang, 2008). Senyawa kimia yang tergolong antioksidan dan dapat ditemukan

secara alami diantaranya adalah asam ellagik, proantosianidin, polifenol, karotenoid,

astaxanthin, tokoferol, dan glutation.

a. Asam ellagik

Asam ellagik memiliki sifat antimutagenik dan banyak ditemukan dalam

raspberry merah, strawberry, blueberry, delima, dan kenari.

b. Proantosianidin

Proantosianidin termasuk keluarga flavonoid dan merupakan senyawa yang

memberikan warna merah dan biru pada buah. Proantosianidin telah terbukti

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermanfaat dan memperkuat kapiler, memperbaiki penglihatan dalam gelap,

mendukung integritas dinding pembuluh darah dan mencegah pembekuan darah.

Proantosianidin dapat ditemukan pada kismis, biji anggur, kulit buah anggur, teh hitam,

teh hijau, kulit kayu manis dan kakao.

c. Polifenol

Mikronutrien ini mewakili kelompok besar antioksidan yang termasuk

flavonoid dan antosianidin, menurut sebuah penelitian di American Journal of Clinical

Nutrition, senyawa ini telah terbukti mencegah kondisi degeneratif, termasuk kanker

dan penyakit kardiovaskuler dan neurodegenerative, polifenol dapat ditemukan pada

apel, bawang, brokoli, strawberry, kakao, teh dan sayuran hijau.

d. Karotenoid

Karotenoid merupakan mikronutrien yang larut dalam lemak, dikenal dengan

sebutan beta-karoten (yang dapat dikonversi menjadi vitamin A dalam tubuh),

karotenoid dapat ditemukan pada spirulina, wortel, jeruk, melon labu, lobak dan tomat.

e. Astaxanthin

Astaxanthin tergolong beta-karoten. Menurut para ahli, astaxanthin 1000 kali

lebih kuat sebagai antioksidan daripada vitamin E. Udang, ikan salmon, dan kerang

merupakan sumber potensial astaxanthin. Tetapi kandungan astaxanthin terbanyak ada

pada sejenis mikroalga, yaitu Haematococos phivalis (Rohmatussolihat, 2009).

f. Tokoferol (Vitamin E)

Vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya mencegah lipid

peroksidasi dari asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan membantu oksidasi

vitamin A serta mempertahankan kesuburan (Rohmatussolihat, 2009). Sebuah studi

dalam Journal of National Cancer Institute menemukan bahwa risiko kanker prostat

turun secara signifikan dengan tingkat tinggi tokoferol. Vitamin E dapat ditemukan

pada kacang-kacangan, minyak sayur, minyak gandum dan sayuran hijau.

g. Glutation

Glutation merupakan molekul yang sangat kecil dan merupakan antioksidan

yang paling penting karena berada didalam sel, molekul ini mampu menetralisir radikal

bebas, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu hati mengeluarkan racun

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam tubuh, glutation sering disebut “master antioksidan” karena berfungsi sebagai

regulator dan regenerator dari kekebalan sel dan agen detoksifikasi yang paling

berharga dalam tubuh manusia, rendahnya tingkat glutation dalam tubuh erat kaitannya

dengan disfungsi hati, penyakit jantung, penuaan dini, disfungsi kekebalan tubuh dan

kematian. Glutation dapat ditemukan pada susu kambing, alpukat, asparagus, peterseli

dan brokoli (Mikail & Anna, 2011).

2.3.1.2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik yang diizinkan dan umum digunakan untuk makanan

yaitu butylated hydroxy anisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), dan profil

galat. Pada saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena beberapa

antioksidan terbukti bersifat karsinogenik dan beracun terhadap hewan percobaan

(Zuhra, Tarigan & Sihotang, 2008). Telah dilaporkan bahwa penggunaan antioksidan

sintetik seperti butylated hydroxytoluen (BHT) dan butylated hydroxy anisole (BHA)

dapat memperburuk kesehatan manusia yaitu gangguan fungsi hati, paru, mukosa usus

dan keracunan. Pada dosis tertentu antioksidan sintetik dapat menimbulkan keracunan.

Menurut rekomendasi Food dan Drug Administration, dosis antioksidan sintetik yang

diizinkan dalam pangan adalah 0,01%-0,1% (Panagan, 2011).

2.3.2 Metode Uji Antioksidan

a. Metode peredaman radikal 2,2-difenil-1-pikril hidrazil (DPPH)

Packer (1999) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat

diukur dari kemampuannya menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang biasa

digunakan sebagai model dalam mengukur daya penangkapan radikal bebas yaiu

DPPH yang merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila digunakan

sebagai pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. Jika disimpan

dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik akan stabil selama

bertahun-tahun (Amelia, 2011).

Metode DPPH merupakan metode paling sering digunakan untuk penyaringan

aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat. Metode peredaman radikal bebas

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DPPH didasarkan pada reduksi dari radikal bebas DPPH yang berwarna oleh

penghambat radikal bebas (Shivaprasad., 2005) Prosedur ini melibatkan pengukuran

penurunan serapan DPPH pada panjang gelombang maksimalnya, yang sebanding

terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen

DPPH. Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi efektif, IC50 atau (inhibitory

concentration). (Amelia, 2011)

b. Metode reducing power

Shivaprasad, Mohan, Kharya, Shiradkar, & Lakshman (2005) menyatakan

bahwa metode ini berprinsip pada kenaikan serapan dari campuran reaksi. Peningkatan

pada serapan menunjukkan peningkatan pada aktivitas antioksidan. Dalam metode ini

antioksidan membentuk kompleks berwarna dengan kalium ferrisianida, asam

trikloroasetat, dan besi (III) klorida yang diukur pada panjang gelombang 700 nm.

Peningkatan pada serapan campuran reaksi menunjukkan kekuatan mereduksi dari

sampel (Amelia, 2011)

c. Metode uji kapasitas serapan radikal oksigen (ORAC)

Prosedur analisis ini mengukur kemampuan antioksidan dan makanan, vitamin,

suplemen nutrisi atau bahan kimia lainnya terhadap radikal bebas. Uji ini dilakukan

dengan menggunakan trolox (Vanalog vitamin E) sebagai standar untuk menentukkan

trolox ekuivalen (TE). Nilai ORAC kemudian dihitung dari TE dan ditunjukkan

sebagai satuan atau nilai ORAC. Semakin tinggi nilai ORAC, semakin besar kekuatan

antioksidannya (Amelia, 2011).

d. Metode tiosianat

Aktivitas antioksidan sampel dengan metode tiosianat ditunjukkan dengan

kekuatan sampel dalam menghambat peroksidasi asam linoleat. Jumlah peroksida yang

terbentuk diukur secara tidak langsung dengan pembentukkan kompleks ferri tiosianat

yang berwarna merah (Amelia, 2011)

e. Uji dien konjugasi

Shivaprasad, Mohan, Kharya, Shiradar, & Lakshman (2005) menyatakan

bahwa metode ini memungkinkan perhitungan yang dinamis terhadap dien

terkonjugasi sebagai hasil dari oksidasi awal PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids)

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan mengukur serapan UV pada 234 nm. Prinsip dari uji ini adalah bahwa selama

oksidasi asam linoleat, ikatan rangkap diubah menjadi ikatan rangkap terkonjugasi

yang mana dikarakterisasi oleh serapan UV kuat pada 234 nm. Aktivitas diekspresikan

dengan konsentrasi penghambatan (inhibitory concentration), IC50 (Amelia, 2011)

f. Aktivitas penghambatan radikal superoksida

Shivaprasad, Mohan, Kharya, Shiradar, & Lakshman (2005) menyatakan

bahwa aktivitas penghambatan radikal superoksida secara in vitro diukur oleh reduksi

riboflavin/cahaya/nitro blue tetrazolium (NBT). Reduksi NBT adalah metode yang

paling dikenal. Metode ini didasarkan pada pembangkitkan radikal superoksida oleh

antioksidasi dari riboflavin dengan adanya cahaya. Radikal superoksida mereduksi

NBT menjadi formazan yang berwarna biru yang dapat diukur pada 560 nm. Kapasitas

ekstrak untuk menghambat warna hingga 50% diukur dalam EC50. Radikal superoksida

dapat juga dideteksi dengan oksidasi hidroksilamin menghasilkan itrit yang kemudian

diukur dengan reaksi kolorimetri (Amelia, 2011).

g. Aktivitas penghambatan radikal hidroksil

Kapasitas penghambatan radikal hidroksil dari ekstrak dihubungkan secara

langsung terhadap aktivitas antioksidannya. Metode ini melibatkan pembangkitkan in

vitro dari radikal hidroksil menggunakan sistem Fe3+/askorbat/EDTA/H2O2

berdasarkan reaksi Fenton. Penghambatan dari radikal hidroksil dengan adanya

antioksidan diukur (Amelia, 2011).

2.3.3 Mekanisme Kerja Antioksidan dengan Metode DPPH

Metode DPPH merupakan metode uji aktivitas antioksidan yang sederhana,

mudah, cepat dan peka, serta hanya menggunakan sedikit sampel. DPPH adalah

senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-ciri

padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut etanol atau metanol 394,3

g/mol, rumus molekul C18H12N5O6 (Prakash, 2001).

Senyawa 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) merupakan radikal bebas yang

stabil pada suhu kamar, berbentuk kristal berwarna ungu dan sering digunakan untuk

mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Simanjuntak, Parwati, Lenny, Tamat, & Murwani, 2004; Desmiaty, RR, 2008)

Radikal bebas DPPH akan ditangkap oleh senyawa antioksidan oleh radikal bebas

untuk mendapatkan pasangan elektron dan mengubahnya menjadi difenil pikril

hidrazin (DPPH). Dapat mengurangi radikal bebas yang bersifat toksik karena radikal

ini mempunyai kereaktifan rendah (Simanjuntak, Parwati, Lenny, Tamat, & Murwani,

2004; Cholisoh & Utami, 2009).

DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul

diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer

elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas

dari DPPH (Simanjuntak, Parwati, Lenny, Tamat, & Murwani, 2004; Cholisoh &

Utami, 2009). Struktur molekul senyawa radikal bebas DPPH sebelum dan sesudah

berikatan dengan elektron dari senyawa lain dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

DPPH (radikal) DPPH (non radikal)

Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa DPPH radikal dan non radikal

[Sumber : Molyneux, 2004]

Adapun reaksi peredaman DPPH dengan senyawa antiradikal bebas dapat

dilihat contoh sebagai berikut :

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3 Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas

[sumber : Mailandari, 2012]

Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan memberikan

warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 515

nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya berpasangan. Pengurangan

intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan jumlah elektron DPPH yang

menangkap atom hidrogen. Sehingga pengurangan intensitas warna mengindikasikan

peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas (Prakash, 2001).

Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan persen (%) aktivitas.

Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Molyneux, 2003).

%Inhibisi =absorbansi blanko − absorbansi sampel

absorbansi blanko x 100%

Absorbansi blanko yang digunakan dalam prosedur ini yaitu absorbansi DPPH

dengan metanol pro analisa. Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat

diskolorisasi (absorbansi semakin kecil) maka semakin tinggi nilai aktivitas

penangkapan radikal bebas (Molyneux, 2003).

Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC50 (Inhibition

Concentration) dimana IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi

ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai

IC50 menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidan. IC50 merupakan bilangan yang

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menunjukkan konsentrasi sampel (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi

sebesar 50%. Semakin besar nilai IC50 menunjukkan semakin rendah aktivitas

antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat

jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika

bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200 ppm (Blois, 1958).

2.4 Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur spektrum serapan

kandungan tumbuhan dalam larutan yang sangat encer dengan pembanding blangko

pelarut. Senyawa tanpa warna diukur pada panjang gelombang 200-400 nm, senyawa

berwarna pada panjang gelombang 400-800 nm. Prinsip kerja spektrofotometer UV-

Vis yaitu interaksi sinar ultraviolet atau tampak dengan molekul sampel. Energi cahaya

akan mengeksitasi elektron terluar molekul ke orbital lebih tinggi (Harborne, 1987).

Pada kondisi ini, elektron tidak stabil dan dapat melepas energi untuk kembali

ke tingkat dasar, dengan disertai emisi cahaya. Besarnya penyerapan cahaya sebanding

dengan molekul, sesuai dengan hukum “Lambert-Beer” :

Keterangan: (Day & Underwood, 1980)

A = serapan

ɛ = absortivitas molar

B = tebal tempat komponen

C = konsentrasi komponen

Berdasarkan panjang gelombang sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis

terbagi menjadi 2, yaitu lampu deuterium dan tungstent. Lampu deuterium

menghasilkan sinar 160-500 nm. Lampu tungstent digunakan di daerah sinar tampak

350-3500 nm. Sumber radiasi dikatakan ideal jika memancarkan sperktrum radiasi

yang kontinyu, intensitasnya tinggi dan stabil pada semua panjang gelombang.

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik,

molekul yang mengandung elektron-π terkonyugasi dan atau atom yang mengandung

elektron -n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi

elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.

A= ɛ B C

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit

yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Gugus fungsi

yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut kromofor

dan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini

transisi terjadi dari π→π*, yang menyerap pada λ max kecil dari 200 nm (tidak

terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan -C≡C-. Kromofor ini merupakan tipe transisi

dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang

mempunyai sistem konjugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan

tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang

yang lebih besar. Gugus fungsi seperti –OH, -NH2, dan –Cl yang mempunyai elektron-

elektron valensi bukan ikatan disebut auksokrom yang tidak menyerap radiasi pada

panjang gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah

ultraviolet jauh. Bila auksokrom terikat pada suatu kromofor, maka pita serapan

kromofor bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang (efek batokrom) dengan

intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokrom adalah suatu pergeseran pita serapan ke

panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif

dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke pelarut polar

(Dachriyanus, 2004).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang

diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang

menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau panjang

gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan (allowed

transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama,

sehingga spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektrum dapat

digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif.

Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan

banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektrum absorpsi juga

digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis

sebagai berikut :

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang digunakan untuk analisis kuantitatif yaitu panjang

gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang

serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi

dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing–masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur,

kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan

konsentrasi. Jika kurva kalibrasi berupa garis lurus maka hukum Lambert-Beer

terpenuhi.

3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai

0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut

kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.5 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode pilihan

kromatografi secara fisikokimia (Gandjar & Rohman, 2007). KLT merupakan bentuk

kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase

diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium atau plat plastik. (Gritter, et al., 1991).

KLT dapat digunakan untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau

preparatif dan untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai

dalam kromatografi kolom (Gritter, et al., 1991).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk analitik dan preparatif.

KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah

kecil misalnya, menentukan jumlah suatu komponen dalam campuran dan menentukan

pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif. Sedangkan KLT preparatif

digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan

digunakan untuk analisa berikutnya (Townshend, 1995).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) memiliki banyak keuntungan, misalnya

peralatan yang diperlukan sedikit, sederhana, waktu analisis cepat, murah dan daya

pisah cukup baik (Sudjadi, 1983). Kelebihan khas KLT yaitu keserbagunaan, kecepatan

dan kepekaan (Harbone, 1987). KLT merupakan teknik yang benar-benar

menguntungkan karena tingkat sensifitas yang sangat besar dan konsekuensinya

jumlah sampel lebih sedikit (Brain & Turner, 1975).

Pada semua prosedur kromatografi, kondisi optimum untuk suatu pemisahan

merupakan hasil kecocokan antara fase diam dan fase gerak dalam KLT (Sudjadi,

1983).

Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian

lempeng yang sudah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan deteksi bercak.

Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai retardation factor (Rf).

Nilai Rf dapat diperoleh dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut

dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak (Gandjar & Rohman, 2007).

Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi dikarenakan KLT merupakan

teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan yaitu pelarut organik yang memiliki

tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan

penjerap (Gritter, et al., 1991). Adsorben umumnya digunakan dalam KLT meliputi

partikel silika gel ukuran 12 μm, alumina, silika gel dengan ikatan kimia, selulosa,

polimer penukar ion, mineral oksida silika gel, poliamida dan fase kiral (Gocan, 2002).

Penggunaan silika gel banyak digunakan sebagai absorben dan fase stasioner

yang dominan untuk KLT. Sebagian besar analisis KLT dilakukan dengan

menggunakan fase normal lapisan silika gel. Fase diam ini digunakan sebagai fase

polar maupun nonpolar. Sedangkan untuk fase polar, silika gel yang dibebaskan dari

air, sifatnya sedikit asam. Perlu ditambahkan gips (kalsium sulfat) pada silika gel perlu

untuk memperkuat pelapisannya. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis digunakan

kaca dengan ukuran 20x20cm, 10x20cm, atau 5x10 cm. Pendukung yang lain berupa

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lembaran alumunium atau plastik seperti ukuran diatas yang umumnya dibuat oleh

pabrik.

Silika gel terkadang ditambahkan senyawa fluorosensi, agar bila disinari dengan

sinar UV dapat berfluorosensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan silika gel GF254

yang berarti silika gel dengan fluorosen yang berfluorosen pada 254 nm. Silika gel

untuk non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya

lemak, parafin, minyak sillicon rubber gum, atau lilin dengan fase gerak yang

digunakan yaitu air yang bersifat sebagai eluen. Fase diam ini dapat memisahkan

banyak senyawa namun elusinya sangat lambat dan keterulangannya kurang bagus

(Sumarno, 2001).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I dan Laboratorium Kimia

Obat Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilakukan sejak November

2015 hingga Agustus 2016

3.2 Alat

Alat serta instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan

analitik (AND GH-202), blender (Philips), kertas label, penggaris, pensil, aluminium

foil, plastik, kertas saring, kapas, labu Erlenmeyer (Pyrex), beaker glass (Pyrex), gelas

ukur (Pyrex), corong (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), spatula, batang pengaduk, pipet

tetes, botol kaca, botol timbang, pipa kapiler, vial, plat KLT, chamber, mikro pipet

(Biorad), alat semprot, spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-2910), vacuum rotary

evaporator (EYELA N-1000) dan alat gelas lainnya.

3.3 Bahan

3.3.1 Biologi

Bahan atau sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang

tanaman kayu jawa yang telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Pusat

Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Cibinong, Bogor.

Kayu jawa yang menjadi sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di Watampone,

kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang diambil saat pagi hari. Bagian kulit batang

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagian luar dan dalam. Tanaman yang

digunakan sebanyak 2.063 gram kulit batang kayu jawa segar.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2 Kimia

Bahan serta reagen kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin

C (PT. Indofarma), Rutin (3, 3’, 4’, 5, 7- penta hydroxyl flavon—rutinoside) (Merck),

etanol 70%, metanol pro analisa (Merck), aquades, n-heksan, etil asetat, DPPH (2,2-

diphenyl-1-picrylhydrazyl) (Sigma-Aldrich), asam klorida, pereaksi Dragendorf,

pereaksi Mayer, NaOH, kloroform, asam sulfat pekat, dan ferri klorida.

3.4 Prosedur Kerja

Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit batang kayu jawa dilakukan melalui

beberapa tahapan penelitian yang meliputi :

3.4.1 Penyiapan Sampel

Sampel kulit batang tanaman kayu jawa diperoleh dari daerah Watampone,

Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Pada November 2015 kulit batang kayu jawa

dikumpulkan. Sebanyak 2.063 gram kulit batang segar disortasi basah, selanjutnya

dilakukan pengupasan kulit bagian luar dan bilas dengan air bersih mengalir. Sampel

kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan. Selanjutnya,

sampel yang telah kering disortasi kering dan dihaluskan hingga diperoleh serbuk

simplisia kering sebanyak 953 gram yang siap untuk dilanjutkan pada tahap

selanjutnya.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa

Simplisia kulit batang kayu jawa diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%

menggunakan metode maserasi. Serbuk simplisia kering kulit batang kayu jawa yang

didapat sebanyak 953 gram dimasukkan ke dalam botol kaca gelap dan dimaserasi

dengan etanol 70% dan didiamkan ± 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan.

Prosedur diulangi hingga warna dari filtrat yang didapat mendekati jernih. Filtrat yang

diperoleh dipekatkan dengan vacum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

Selanjutnya ekstrak kental etanol yang diperoleh, dihitung rendemennya.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rendemen ekstrak =bobot total ekstrak (g)

bobot serbuk simplisia total (g) x100%

3.4.3 Pemisahan secara Partisi Ekstrak Etanol 70 % Kulit Batang Kayu Jawa

Sebanyak 20 gram ekstrak etanol total (E1) kulit batang kayu jawa dilarutkan

dengan etanol 70% kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Pelarut n-heksan

dimasukkan ke dalam corong pisah untuk dilakukan proses pemisahan secara partisi.

Corong pisah tersebut kemudian dikocok agar tercampur dan didiamkan hingga

memisah menjadi dua fraksi, yaitu fraksi etanol dan fraksi n-Heksan. Fraksi n-Heksan

dikeluarkan dari corong pisah sedangkan fraksi etanol dipartisi kembali dengan pelarut

n-Heksan.

Fraksi etanol selanjutnya dipartisi kembali menggunakan pelarut etil asetat lalu

dikocok dengan kuat hingga tercampur dan didiamkan hingga memisah menjadi dua

fraksi, yaitu fraksi etanol dan fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat dikeluarkan dari corong

pisah sedangkan fraksi etanol dipartisi kembali dengan etil asetat. Partisi dengan

pelarut etil asetat dilakukan berulang kali hingga fraksi etil asetat mendekati warna

bening. Fraksi etanol ditambahkan pelarut etanol 70% dan dikocok kuat dan

dikeluarkan dari corong.

Partisi didapatkan tiga fraksi yaitu n-Heksan (NH), fraksi etil asetat (EA) dan

fraksi etanol (E2). Ketiga fraksi ini masing-masing diuapkan dengan vacuum rotary

evaporator sampai didapatkan ekstrak kental fraksi n-Heksan, fraksi etil asetat dan

fraksi etanol. Masing-masing ekstrak kental yang diperoleh diuji aktivitas antioksidan

menggunakan metode DPPH.

3.4.4 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

terkandung di dalam ekstrak etanol 70% kulit batang kayu jawa. Metabolit sekunder

yang diuji secara kualitatif ini antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida,

triterpenoid, fenol, dan tanin.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Uji Alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

disaring. Tes Mayer dengan menambahkan filtrat dengan reagen Mayer (potassium

mercuric iodide). Terjadinya endapan berwarna kuning mengindikasikan adanya

senyawa alkaloid (Tiwari, et al., 2011). Tes Dragendorff dapat dilakukan untuk

mengetahui keberadaan alkaloid. Filtrat yang diperoleh ditambahkan reagen

dragendorf (larutan kalium bismuth iodida). Adanya endapan berwarna merah

mengindikasikan adanya senyawa alkaloid (Tiwari, et al., 2011).

2. Uji Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan

ditambahkan 3 tetes larutan NaOH. Adanya perubahan intensitas warna kuning

menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat mengindikasikan adanya

senyawa flavonoid (Tiwari, et al., 2011).

3. Uji Saponin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 20 mL aquades, kemudian larutan

dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya busa setinggi 1 cm

mengindikasikan adanya senyawa saponin (Tiwari, et al., 2011).

4. Uji Glikosida

Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya senyawa

glikosida (Tiwari, et al., 2011).

5. Uji Triterpenoid

Tes Salkowski dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa

triterpen. Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan disaring.

Kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan dikocok. Terbentuknya

warna kuning emas mengindikasikan adanya senyawa triterpen.

6. Uji Fenol

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan

ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuknya warna hitam kebiruan

mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari, et al., 2011).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Uji Tanin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70%, dididihkan

dalam 10 mL aquades dalam tabung reaksi kemudian disaring. Ditambahkan 3 tetes

larutan ferri klorida 0,1% dan diamati terbentuknya warna hijau kecoklatan atau biru

kehitaman menunjukkan adanya tanin (Ayoola, et al., 2008).

3.4.5 Parameter Karakteristik Ekstrak

1. Identitas

Ekstrak dideskripsikan dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama

latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan

(Depkes RI, 2000).

a. Organoleptik

Ekstrak dideskripsikan menggunakan panca indera untuk mengetahui

bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI, 2000).

b. Kadar Abu Total

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama (W1) dimasukkan ke dalam

krus yang telah ditara dan didipijarkan. Setelah itu ekstrak dipijar dengan

menggunakan tanur bersuhu 600°C. Dinginkan dalam desikator dan

ditimbang berat abu. Hitung kadar abu dalam persen terhadap berat sampel

awal. (Depkes RI, 2000)

%kadar abu =berat abu

berat ekstrak x 100%

c. Kadar Air

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam cawan penguap

yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditara sampai bobot tetap. Dipanaskan

dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang. Sebelum dan

setiap pemanasan dibiarkan dalam desikator hingga suhu kamar. Lanjutkan

pemanasan dan penimbangan sehingga bobot tetap. (Depkes RI, 2000)

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.6 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif Menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Ekstrak kulit batang kayu jawa yaitu ekstrak fraksi n-Heksan (NH), ekstrak

fraksi etil setat (EA), ekstrak fraksi etanol (E2) dan pembanding (rutin) masing-masing

ditimbang 50 mg dilarutkan dengan etanol 50 mL (1000 ppm). Silika gel pada lempeng

alumunium digunakan sebagai fase diam. Chamber yang berisi eluen dijenuhkan

(Ghasal dan Mandal, 2012).

Pada plat KLT diberi tanda batas atas dan batas bawah. Pada batas bawah

diberikan jarak antar sampel 1 cm. Sampel ditotolkan pada plat KLT (Kromatografi

Lapis Tipis) menggunakan pipa kapiler. Proses elusi dilakukan dengan cara plat KLT

dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen dan telah dijenuhkan. Eluen dibiarkan

terelusi hingga mencapai batas plat yang telah ditandai sebelumnya. Setelah selesai,

plat KLT dikeluarkan dari chamber, plat KLT kemudian dikeringkan dan disemprotkan

dengan larutan DPPH 0,1 mM (Ghasal dan Mandal,2012). Bercak pada plat KLT yang

memiliki aktivitas antioksidan berubah menjadi warna kuning terang dengan latar

belakang ungu (Kuntorini & Astuti, 2010).

3.4.7 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif dengan Spektrofotometer

UV-Vis

3.4.7.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Serbuk DPPH (BM 394,32) 0.0019 g dilarutkan dengan 15 ml metanol pro

analisa kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, volumenya dicukupkan

dengan metanol pro analisa sampai tanda batas (DPPH 0,1 M). (Killedar, et al., 2013)

3.4.7.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan dengan larutan metanol pro analisa 2 mL dan di vortex hingga

homogen lalu dituang ke dalam kuvet sebanyak 3 ml dan diukur pada panjang

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gelombang 400-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Musfiroh &

Syarif, 2009).

3.4.7.3 Pembuatan Larutan Blanko

Sebanyak 2 mL larutan DPPH 0,1mM dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan metanol pro analisa 2 mL dan divortex hingga homogen,

diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004) kemudian diukur

panjang gelombang yang optimal.

3.4.7.4 Pembuatan Larutan Pembanding

a. Pembuatan larutan induk konsentrasi 100 ppm

Vitamin C dan rutin digunakan sebagai pembanding kemudian ditimbang

sebanyak 5 mg dan dilarutkan dengan metanol pro analisa lalu dimasukkan ke dalam

labu ukur 50 mL, volume dicukupkan hingga tanda batas. (Karinda, Fatimawali, dan

Citraningtyas, 2013)

b. Pembuatan larutan uji seri konsentrasi 2,4,6,8,10 dan 12 ppm

Larutan induk vitamin C dan rutin sebagai pembanding dibuat seri konsentrasi

2,4,6,8,10 dan 12 ppm. Dari larutan induk 100 ppm dipipet 500 µL, 1000 µL, 1500 µL,

2000 µL, 2500 µL, dan 3000 µL dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, lalu

dicukupkan volume hingga tanda batas dengan metanol pro analisa.

c. Pengukuran serapan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Sebanyak 2 mL larutan uji pembanding (vitamin c dan rutin) dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dan

di vortex hingga homogen, di inkubasi selama 30 menit dalam ruangan gelap

(Molyneux, 2004) kemudian diukur serapan pada panjang gelombang yang optimal.

3.4.7.5 Pembuatan Larutan Ekstrak Tanaman Kulit Batang Kayu Jawa

a. Pembuatan larutan induk konsentrasi 100 ppm

Ekstrak kulit batang kayu jawa [ekstrak fase n-heksan (NH), ekstrak fase etil

asetat (EA), ekstrak fase etanol (E1) dan ekstrak etanol (E2)], ditimbang masing-

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

masing 5 mg, dilarutkan dengan metanol pro analisa lalu dimasukkan ke dalam labu

ukur 50 mL, lalu dicukupkan volume hingga tanda batas dengan metanol pro analisa.

b. Pembuatan larutan uji seri konsentrasi (ppm)

Larutan induk ekstrak etanol total (E1), fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan

fraksi etanol (E2) kulit batang kayu jawa dibuat seri konsentrasi 2,4,6,8,10 dan 12 ppm.

Dari larutan induk 100 ppm dipipet 500 µL, 1000 µL, 1500 µL, 2000 µL, 2500 µL, dan

3000 µL dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml lalu dicukupkan volume hingga tanda

batas dengan metanol pro analisa.

c. Pengukuran serapan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Sebanyak 2 mL larutan uji ekstrak kulit batang kayu jawa dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan larutan DPPH 0,1mM sebanyak 2 mL dan di vortex hingga

homogen, di inkubasi selama 30 menit dalam ruangan gelap (Molyneux, 2004)

kemudian diukur serapan pada panjang gelombang yang optimal.

3.4.7.6 Penentuan Persen Inhibisi

Aktivitas penangkal radikal diekspresikan sebagai persen inhibisi yang dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Ghosal & Mandal, 2012)

% inhibisi radikal DPPH =Absorban kontrol − Absorban bahan uji

Absorban kontrol x 100%

3.4.7.7 Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration)

Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya masing-masing pada sumbu x dan y

pada persamaan regresi linear. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai

IC50 dari masing-masing sampel dinyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan

diperoleh sebagai IC50 (Nurjanah, Izzati & Abdullah, 2011).

3.4.7.8 Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Acitivity Index)

Nilai AAI ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji

(ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI <0,5 menandakan

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aktivitas antioksidan lemah, nilai AAI 0.5-1 menandakan aktivitas antioksidan sedang,

nilai AAI 1-2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI>2 menandakan

aktivitas antioksidan sangat kuat (Faustino, et al.,2010)

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Tanaman kulit batang kayu jawa terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk

mengetahui identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di

Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang

digunakan merupakan Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. dari famili Anacardiacea

(Lampiran 2).

4.2 Penyiapan Sampel

Pada penelitian ini, bagian tanaman yang digunakan yaitu kulit batang dari

tanaman kayu jawa yang tumbuh di Watampone, kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam sebagai tanaman pagar. Kulit

batang yang digunakan adalah kulit batang kayu jawa yang memiliki panjang 5 sampai

6 cm. Tebal kulit batang umumnya berukuran 3 sampai 5 mm. Sampel kulit batang

mulai dikumpulkan pada bulan November 2015.

Sebanyak 2.063 gram kulit batang segar kayu jawa disortasi basah untuk

memisahkan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak diperlukan

dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang. Kulit batang

kemudian dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba

karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan simplisia.

Kulit batang yang telah dicuci dan dirajang untuk memperbesar luas permukaan

sampel sehingga pelarut lebih mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan

senyawa kimia yang terkandung dalam sampel lebih maksimal. Setelah proses

perajangan, dilakukan proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan.

Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan

penguraian atau perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang.

Pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung. Hal

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ini ditujukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada kandungan

kimia kulit batang akibat pemanasan. Selanjutnya, kulit batang yang telah kering

disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih ada kemudian

dihaluskan menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 953

gram.

4.3 Ekstraksi

Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan cara metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol 70% digunakan karena lebih mudah

ditemukan, ramah lingkungan, harga murah dan tingkat kepolarannya lebih tinggi

sehingga memudahkan untuk menarik senyawa yang bersifat polar. Digunakan metode

maserasi karena proses pengerjaannya mudah dan peralatan yang cukup sederhana.

Prinsip maserasi yaitu pelarut yang digunakan dalam proses maserasi akan masuk ke

dalam sel tanaman melewati dinding sel, isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan didalam dan di luar sel melalui proses difusi hingga terjadi

keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan di luar sel (Ansel, 1989).

Maserasi merupakan metode ekstraksi dingin yang banyak digunakan dan

paling sederhana diantara metode yang lain, yaitu hanya dengan merendam sampel

dalam pelarut yang sesuai. Sampel dibuat dalam serbuk dengan tujuan memperluas

bidang sentuh antara etanol dan serbuk simplisia, maka penyarian dapat lebih efektif.

Pada saat maserasi, konsentrasi lingkungan luar sel lebih tinggi daripada konsentrasi

dalam sel, sehingga isi sel termasuk zat aktifnya akan keluar dan terlarut dalam pelarut

(Anonim, 1993 dalam Yulianty, 2011). Pada maserasi ini menggunakan simplisia

kering kulit batang kayu jawa sebanyak 953 gram.

Total pelarut etanol 70% yang digunakan sebanyak 9 L yang telah dilakukan

destilasi pelarut terlebih dahulu. Menurut Tiwari, et al. (2011), etanol lebih efisien

dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan tersari lebih banyak. Selain itu,

flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan etanol 70% pada proses ekstraksi.

Filtrat hasil maserasi disaring menggunakan kapas dan kertas saring kemudian

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 45-50oC hingga diperoleh

ekstrak kental sebanyak 120 gram dengan rendemen 12.59%.

Tabel 4.1 Hasil ekstraksi etanol total kulit batang kayu jawa

Bobot

Simplisia

kulit batang

kayu jawa

Bobot

Ekstrak

Rendemen Karakteristik Ekstrak

Bentuk Warna Bau

953 gram 120 gram 12.5% Kental Coklat Khas

4.4 Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu Jawa

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit

sekunder yang tersari di dalam etanol kulit batang kayu jawa sehingga dapat diketahui

metabolit sekunder yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Hasil penapisan

fitokimia yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol total (E1) kulit batang kayu

jawa

Pengujian Ekstrak Hasil Ekstrak

Etanol 70%

Keterangan

Alkaloid - - Tidak terbentuk endapan

merah (Dreagendorf)

- Tidak terbentuk endapan

kuning (Mayer)

Flavonoid + Perubahan warna menjadi

tidak berwarna

Saponin + Terbentuk busa setinggi 1 cm

yang stabil

Glikosida + Terbentuk larutan berwarna

kuning

Triterpenoid - Tidak terbentuk warna

kuning emas

Fenol + Terbentuk warna biru

kehitaman

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tannin + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tabel 4.3. Hasil penapisan fitokimia ekstrak fraksi n-heksan (NH) kulit batang

kayu jawa

Pengujian Ekstrak Hasil Ekstrak

Etanol 70%

Keterangan

Alkaloid - - Tidak terbentuk endapan

merah (Dreagendorf)

- Tidak terbentuk endapan

kuning (Mayer)

Flavonoid - Tidak ada perubahan warna

menjadi tidak berwarna

Saponin - Tidak terbentuk busa

Glikosida - Tidak terbentuk larutan

berwarna kuning

Triterpenoid - Tidak terbentuk warna

kuning emas

Fenol + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tannin + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tabel 4.4. Hasil penapisan fitokimia ekstrak fraksi etil asetat (EA) kulit batang

kayu jawa

Pengujian Ekstrak Hasil Ekstrak

Etanol 70%

Keterangan

Alkaloid - - Tidak terbentuk endapan

merah (Dreagendorf)

- Tidak terbentuk endapan

kuning (Mayer)

Flavonoid + Perubahan warna menjadi

tidak berwarna

Saponin + Terbentuk busa setinggi 1 cm

yang stabil

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glikosida - Tidak terbentuk larutan

berwarna kuning

Triterpenoid - Tidak terbentuk warna

kuning emas

Fenol + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tannin + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tabel 4.5. Hasil penapisan fitokimia ekstrak fraksi etanol (E2) kulit batang

kayu jawa

Pengujian Ekstrak Hasil Ekstrak

Etanol 70%

Keterangan

Alkaloid - - Tidak terbentuk endapan

merah (Dreagendorf)

- Tidak terbentuk endapan

kuning (Mayer)

Flavonoid + Perubahan warna menjadi

tidak berwarna

Saponin + Terbentuk busa setinggi 1 cm

yang stabil

Glikosida + Terbentuk larutan berwarna

kuning

Triterpenoid - Tidak terbentuk warna

kuning emas

Fenol + Terbentuk warna biru

kehitaman

Tannin + Terbentuk warna biru

kehitaman

Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etranol total (E1) kulit

batang kayu jawa menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder

diantaranya flavonoid, saponin, glikosida, fenol dan tannin. Pada ekstrak fraksi n-

heksan (NH) kulit batang kayu jawa menunujukkan adanya kandungan senyawa

metabolit sekunder diantaranya fenol dan tannin. Pada ekstrak fraksi etil asetat (EA)

kulit batang kayu jawa menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diantaranya flavonoid, saponin, fenol dan tannin. Pada ekstrak fraksi etanol (E2) kulit

batang kayu jawa menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder

diantaranya flavonoid, saponin, glikosida, fenol dan tannin. Umumnya metabolit

sekunder bersifat semipolar sehingga tersari didalam pelarut yang digunakan yaitu

etanol 70%. (Lampiran 3).

4.5 Pemisahan secara Partisi Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu

Jawa

Tabel 4.6 Hasil partisi ekstrak etanol total (E1) kulit batang kayu jawa

Bobot

Ekstrak

Etanol

Total

(E1)

Jenis

Ekstrak

Bobot

Ekstrak

(gram)

Rendemen

Ekstrak

(%)

Karakteristik

Ekstrak

Warna Bau Bentuk

20 gram

n-Heksan 3,51 17,56 Coklat

kemerahan

Khas Kental dan

berminyak

Etil

Asetat

3,24 16,21 Coklat

kemerahan

Khas Kental

Etanol 3,81 19,06 Coklat

kehitaman

Khas Kental

Sebanyak 20 gram ekstrak etanol total (E1) yang diperoleh dipisahkan secara

partisi menggunakan corong pisah. Proses pemisahan secara partisi ekstrak etanol (E1)

menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat. Metode partisi dimaksudkan untuk

memisahkan campuran komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak dengan

menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur. Komponen kimia yang ada pada

ekstrak tumbuhan akan larut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kepolaran yang

dimiliki oleh senyawa tersebut (Hostettmann, 2007).

Hal yang perlu diperhatikan pada metode partisi ini yaitu pada saat pemilihan

pelarutnya. Dimana pelarut yang dipilih merupakan campuran dua pelarut yang tidak

saling bercampur (Hostettmann, 2007). Pelarut yang digunakan dalam proses partisi

ini yaitu etanol sebagai pelarut polar, etil asetat sebagai pelarut semipolar dan n-heksan

sebagai pelarut nonpolar.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.6 Hasil Pengujian Parameter Karakteristik Ekstrak

Pengujian parameter karakteristik ekstrak meliputi identitas ekstrak,

organoleptik ekstrak, kadar air dan kadar abu. Data hasil pengujian parameter

karakteristik ekstrak kulit batang kayu jawa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Identitas Eksrak, Organoleptik Ekstrak, Kadar air

dan Kadar abu Kulit Batang Kayu Jawa Etanol Total

Parameter Hasil

Identitas :

Nama Ekstrak

Nama Latin

Bagian tanaman

Ekstrak kulit batang kayu jawa

Lannea coromandelica

kulit batang

Organoleptik :

Warna

Bau

Bentuk

Coklat kehitaman

Khas

Ekstrak kental

Kadar air 5,8 %

Kadar abu total 14,517 %

Pengujian karakteristik ekstrak meliputi uji organoleptik, kadar abu dan kadar

air. Pemeriksaan organoleptik ekstrak meliputi bentuk, warna dan bau. Penentuan

organoleptik ini termasuk salah satu parameter spesifik yang ditentukan dengan

menggunakan panca indera dan bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan

bersifat subjektif. Berdasarkan pengujian organoleptik terhadap ekstrak kulit batang

kayu jawa diperoleh ekstrak dengan warna coklat kehitaman, bau yang khas serta

bentuk ekstrak yang kental. Tujuan dilakukan uji kadar abu ini bertujuan untuk

memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal. Pada pengujian

kadar abu, ekstrak dipanaskan sehingga senyawa organik dan turunannya terdekstruksi

dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan anorganik saja. (Arifin, Anggraini,

Handayani, & Rasyid, 2006, pp.91). Kadar abu ektrak kulit batang kayu jawa sebesar

14,517% (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu ekstrak cukup tinggi.

Tingginya kadar abu ini dikarenakan tingginya kandungan mineral internal didalam

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kulit batang kayu jawa sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral

eksternal).

Penentuan kadar air merupakan pengujian untuk mengetahui banyaknya air

yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu

karakteristik yang sangat penting pada ekstrak, karena air dapat mempengaruhi

penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam ekstrak

menentukan daya awet bahan dan kesegaran bahan ekstrak tersebut, kadar air yang

tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,

sehingga akan terjadi perubahan pada ekstrak (Winarno, 1997). Pada pengujian kadar

air diperoleh hasil sebesar 5,8 % (lampiran 7). Kadar air dikatakan cukup beresiko jika

lebih dari 10%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air ekstrak kulit batang kayu jawa

tidak beresiko karena tidak melampaui batas 10%, dikatakan beresiko karena dapat

mempengaruhi bentuk sediaan dan stabilitas ekstrak (Saifudin, Rahayu dan Teruna,

2011).

4.7 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif

Pengujian kualitatif antioksidan ekstrak kulit batang kayu jawa dilakukan

dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Prinsip KLT yaitu adsorbsi dan partisi

dimana adsorbsi merupakan penyerapan pada permukaan, sedangkan partisi adalah

penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah ke dalam

pelarut yang digunakan. Eluen yang digunakan sangat mempengaruhi pergerakan

senyawa-senyawa pada lempeng (Soebagio, 2002). Uji antioksidan secara kualitatif

dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit

batang kayu jawa. Pengujian kualitatif dilakukan dengan metode menaikkan spot

sampel yang telah ditotolkan pada plat KLT.

Sampel [fraksi n-Heksan (NH), fraksi etil asetat (EA), fraksi etanol (ET) dan

rutin (R)] ditotolkan pada plat KLT berukuran 6x5 cm dengan jarak 1 cm, terlebih

dahulu dilakukan elusi dengan beberapa kombinasi eluen. Kombinasi eluen yang cukup

baik untuk mengelusi fraksi ekstrak n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi etanol (E2) dan

rutin yaitu dengan n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 1 : 9. Kemudian

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disemprotkan DPPH dan didiamkan. Berdasarkan hasil uji antioksidan secara

kualitatif, adanya perubahan warna DPPH yang disemprotkan pada bercak plat KLT

dari ungu menjadi putih kekuningan menandakan bahwa fraksi ekstrak kulit batang

kayu jawa memiliki aktivitas antioksidan.

Selain itu pengujian kualitatif menggunakan metode lain yaitu dengan

menotolkan sampel diatas lempeng. Lempeng dibagi menjadi 4 bagian kemudian

sampel ditotolkan menggunakan pipa kapiler dan diberi identitas (R= rutin, NH= n-

heksan, EA= etil asetat, ET= fraksi etanol). Setelah ditotolkan, disemprotkan larutan

DPPH. Spot yang menunjukkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning

menandakan adanya aktivitas antioksidan.(Kuntorini & Astuti, 2010).

4.8 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH. Pemilihan penggunaan metode ini karena merupakan

metode yang sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel

untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Molyneux, 2004).

Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif menggunakan

metode DPPH adalah adanya perubahan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding

dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut. Radikal bebas DPPH yang memiliki

elektron yang tidak berpasangan akan memberikan warna ungu. Warna akan berubah

menjadi kuning saat elektronnya berpasangan. Perubahan intensitas warna ungu ini

terjadi karena adanya peredaman radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya

molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul senyawa sampel

sehingga terbentuk senyawa difenil pikril hidrazin dan menyebabkan terjadinya

perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning. Perubahan warna ini

mengakibatkan perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH

menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas

peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai inhibitory concentration (IC50).

(Molyneux, 2004).

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat

meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas

peredaman radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004). Nilai IC50 diperoleh dari

persamaan regresi linier sedangkan nilai antioxidant activity index (AAI) ditentukan

dengan membandingkan antara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm)

dengan nilai IC50 yang diperoleh dari masing-masing ekstrak. Nilai AAI perlu

diketahui untuk menggolongkan sifat antioksidan ekstrak. Jika nilai AAI<0.5

antioksidan bersifat lemah, 0.5<AAI<1 antioksidan bersifat sedang, 1<AAI<2

antioksidan bersifat kuat, dan AAI>2 antioksidan bersifat kuat (Vasic et al, 2012).

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif ekstrak fraksi n-heksan (NH), fraksi

etil asetat (EA), ekstrak fraksi etanol (E2) beserta kontrol Vitamin C (sintetis) dan Rutin

(alam) dilakukan dengan berbagai seri konsentrasi menggunakan metode DPPH yang

selanjutnya absorbansinya diukur dengan spektrofotometri UV-Vis.

Pengukuran absorbansi ekstrak dengan DPPH menggunakan spektrofotometer

UV-Vis sebelumnya dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum DPPH.

Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada pada panjang

gelombang 515 nm (Lampiran 8). Panjang gelombang maksimum DPPH ini

memberikan serapan paling maksimal dari larutan uji dan memberikan kepekaan paling

besar. Selanjutnya, besarnya aktivitas antioksidan dari ekstrak dan kontrol positif yang

digunakan diukur pada panjang gelombang maksimum.

Pembanding yang digunakan sebagai kontrol positif adalah vitamin C dan rutin

dimana masing-masing mewakili antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Vitamin

C dan rutin digunakan sebagai pembanding karena berfungsi sebagai antioksidan

sekunder yaitu menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai.

Vitamin C termasuk golongan antioksidan sekunder yang mampu menangkal berbagai

radikal bebas ekstraselular. Hal itu dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksi

bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan jika mempunyai gugus

polihidroksi akan meningkatkan aktivitas antioksidan (Isnindar, Wahyuono, &

etyowati, 2011). Hasil uji aktivitas antioksidan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.8. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit

Batang Kayu Jawa

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.390 30.7

5.18

7.63

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.330 41.4

6 0.261 53.6

8 0.180 68.0

10 0.096 82.8

12 0.034 93.9

Blanko DPPH 0.564 0.0 - -

Tabel 4.9. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fraksi n-heksan (NH) Kulit

Batang Kayu Jawa

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.493 9.5

9.66

4.09

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.459 15.6

6 0.396 27.2

8 0.316 41.9

10 0.260 52.2

12 0.199 97.7

Blanko DPPH 0.545 0.0 - -

Tabel 4.10. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat (EA) Kulit

Batang Kayu Jawa

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.481 14.4

8.05

4.91

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.411 26.5

6 0.332 40.7

8 0.279 50.0

10 0.211 62.2

12 0.176 70.2

Blanko DPPH 0.560 0.0 - -

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.11. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fraksi Etanol (E2) Kulit

Batang Kayu Jawa

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.475 20.7

6.40

6.18

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.407 30.5

6 0.329 43.9

8 0.241 58.8

10 0.123 78.9

12 0.036 93.7

Blanko DPPH 0.587 0.0 - -

Tabel 4.12. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.310 43.5

3.41

11.061

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.266 51.5

6 0.201 63.4

8 0.145 73.6

10 0.098 82.1

12 0.041 92.4

Blanko DPPH 0.550 0.0 - -

Tabel 4.13. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Rutin

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50

(ppm) AAI

2 0.455 19.1

6.01

6.58

(AAI> 2.0

atau sangat

kuat)

4 0.378 32.8

6 0.276 50.6

8 0.186 66.9

10 0.092 83.6

12 0.046 91.8

Blanko DPPH 0.563 0.0 - -

Uji antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Pengujian secara kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui

absorbansi DPPH yang tersisa setelah ditambahkan ekstrak. Penurunan nilai absorbansi

DPPH pada panjang gelombang 515 nm menunjukkan bahwa senyawa tersebut

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki aktivitas antioksidan. Penurunan absorbansi DPPH diukur terhadap kontrol

yaitu absorbansi DPPH dalam metanol pro analisa tanpa penambahan sampel.

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning menandakan terjadinya penurunan

absorbansi DPPH. Besarnya absorbansi DPPH berbanding terbalik dengan konsentrasi

ekstrak yang ditambahkan.

Nilai absorbansi yang didapat maka dapat dihitung nilai persentase

penghambatan radikal DPPH (% inhibisi). Selanjutnya diperoleh kurva regresi linier

dan persamaannya dengan konsentrasi sebagai sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu

y. Nilai IC50 dapat dihitung dari persamaan regresi linier yang sebelumnya telah

diperoleh dengan mengganti y dengan 50 pada persamaan tersebut. Nilai IC50

merupakan suatu bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (ppm) yang

mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50

menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidan (Zuhra, Tarigan & sihotang, 2008).

Setelah didapat nilai IC50 dapat dihitung nilai AAI dari masing-masing sampel uji. Nilai

AAI dapat ditentukan dengan membandingkan antara konsentrasi DPPH yang

digunakan (ppm) dengan nilai IC50 yang diperoleh dari masing-masing sampel uji.

Hasil uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif dari masing-masing ekstrak

menunjukkan bahwa ekstrak etanol (E1) memiliki nilai AAI 7.63, ekstrak fraksi etanol

(E2) memiliki nilai AAI 6.18, ekstrak fraksi etil asetat (EA) memiliki nilai 4.91, ekstrak

fraksi n-heksan (NH) memiliki nilai 4.09 dimana nilai tersebut termasuk didalam range

AAI> 2.0 sehingga dikatakan sangat kuat. Rutin dan vitamin C sebagai pembanding

memiliki antioksidan yang sangat kuat karena masing-masing memiliki nilai AAI> 2

yaitu 6.58 dan 11.06. Berdasarkan data yang didapat, nilai AAI yang tertinggi yaitu

fraksi etanol karena sebagian besar berada pada pelarut polar. Salah satunya dari

golongan flavonoid yang terbuki dari hasil uji kualitatif.

Perbedaan nilai IC50 dan AAI antara senyawa pembanding, baik rutin maupun

vitamin C dengan ekstrak kulit batang kayu jawa dapat diakibatkan oleh kemampuan

masing-masing senyawa dalam memberikan elektron kepada DPPH, semakin banyak

elektron yang diberikan kepada DPPH akan mengakibatkan penurunan nilai absorbansi

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang berarti meningkatnya persen inhibisi dan menurunnya nilai IC50 (Syukur, Alam,

Mufidah, Rahim, & Tayeb, 2011)

Ekstrak etanol kulit batang kayu jawa (E1) yaitu ekstrak yang diperoleh dari

hasil maserasi langsung dengan pelarut etanol memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak fraksi n-heksan (NH), fraksi etil asetat (EA), dan fraksi

etanol (E2) yaitu ekstrak yang diperoleh dari partisi bertingkat karena adanya fungsi

sinergis antara senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol (E1).

Senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang kayu jawa merupakan

akumulasi dari senyawa polar, semi polar dan non polar. Ketika ekstrak dipartisi secara

bertingkat, maka fungsi sinergis antara senyawa-senyawanya akan berkurang karena

komponen-komponen yang terdapat pada ekstrak telah dipisahkan, yaitu komponen

kimia yang bersifat non-polar akan tersari dalam pelarut n-heksan, komponen kimia

yang bersifat semi polar akan tersari dalam pelarut etil asetat, dan komponen kimia

yang bersifat polar dapat tersari dalam pelarut etanol.

Aktivitas antoksidan dari ekstrak etanol (E1) yang tergolong kuat berhubungan

dengan kandungan metabolit sekunder yang dikandungnya. Flavonoid merupakan

antioksidan eksogen yang mengandung gugus fenolik dan telah dibuktikan bermanfaat

dalam mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid

sebagai antioksidan secara langsung maupun secara tidak langsung. Flavonoid sebagai

antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat

menstabilkan radikal bebas yang reaktif dan bertindak sebagai scavenger/penangkal

radikal bebas secara langsung (Arora, et al., 1998). Flavonoid sebagai antioksidan

secara tidak langsung bekerja di dalam tubuh dengan meningkatkan ekspresi gen

antioksidan endogen melalui beberapa mekanisme seperti peningkatan ekspresi gen

antioksidan melalui aktivitas nuclear factor eryhtrid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga

terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen

seperti SOD (superoxide dismutase) (Sumardika, Jawi, 2012)

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

ekstrak fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica) yang diuji menggunakan metode DPPH memiliki aktivitas

sangat kuat sebagai antioksidan. Nilai ekstrak etanol total memiliki aktivitas

antioksidan tertinggi dengan nilai AAI yang diperoleh sebesar 7.63. Penelitian ini

membuktikan bahwa kulit batang kayu jawa memiliki aktivitas yang sama dengan

vitamin C yaitu sebagai antioksidan.

5.2 Saran

Disarankan supaya penelitian ini dilanjutkan untuk mengisolasi senyawa

bioaktif dari fraksi yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan paling kuat.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H.R. 2010. Isolasi dan Identifikasi Folongan Flavonoid Daun Dandang Gendis

(Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor

Amelia, P. 2011. Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa kimia

dari daun Garcinia benthami Pierre. Tesis Universitas Indonesia.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : UI

Press

Arifin, H., Anggraini, N., Handayani, D., Rasyid, R., 2006, Standarisasi Ekstrak Etanol

Daun Eugenia cumini Merr.,J. Sains Tek. Far., 11

Arora, A, M.G. Nair, and G.M Strasburg. 1998. Structure-Activity Relationships for

Antioxidant Activities of A Series of Flavonoids In A Liposomal System. Free

Radic. Biol. & Med. 24(9):1355-1363.

Asni, A & Dewi, Y. 2010. Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis BugisUntuk

Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan IdentifikasiFarmakognostiknya.

Prosiding Seminar Nasional “Eight Star PerformancePharmacist”. Yogyakarta.

Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica: The Researcher’s Tree Journal of

Pharmacy Research 2011 ,4(3),577-579.

Blois, MS. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stabel free radical,

Nature 181: 1199-1200.

Brain, K, R. Turner, T, B. 1975. The Practical Evaluation of Phytopharmaceutical.

Wrights Sciencetechnia. Bristol.

Cholisoh, Z., & Utami, W. 2008. Aktivitas penangkap radikal ekstrak etanol 70% biji

Jengkol (Archidendron jiringa). Pharmacon. 9(1): 33-40.

Dachriyanus. 2004.Analisis Struktur Senyawa Organik Secara

Spektrofotometri.Padang. CV. Trianda Anugrah Pratama

Daintith, John. 1994. A Concise Dictionary of Chemistry Oxford. OxfordUniversity

Press.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta.

Erwin, prawirodiharjo. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Etanol

70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica).

Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah. Jakarta.

Fajriah Sofa, dkk. 2007. Isolasi Senyawa ANtioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun

Benalu Dendrophthoe Pentandra L. Miq yang Tumbuh Pada Inang Lobi-lobi.

Jurnal Kimia Indonesia, Vol 2 (1), 2007, h 17-20.

Faustino, Helio, Nuno Gil, Cecilia Baptista and Ana Paula Duarte. 2010. Antioxidant

Activity of Lignin Phenolic Compounds extracted from Kraft and Sulphite Black

Liquors. Molecules ISSN 1420-3049, 9308-9322.

Gana, A.K. 2008. Effects of organic and ionorganic fertilizers on surgance production.

African Jurnal of General Agriculture. Vol. 4, No. 1, March 31, 2008.

Gandjar &Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Gritter Roy J., James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.Penerbit

ITB. Bandung.

Gocan, s. 2002. Stationary Phases for Thin-Layer Chromatography. Journal of

Chromatographic Science, Vol 40.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modera Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan : Kosasih p, Soediro iwang, Bandung ITB

Hostettmann, K, Marisron A. and Hostetmann, M., 1997. Preparative

Chromatography Techniques, Application in Natural Product Isolation, Berlin:

Springer.

Isnindar, Wahyuono, S., & Setyowati, E. P. 2011. Isolasi dan identifikasi senyawa

antioksidan daun kesemek (Diospyros kaki Thunb.) dengan metode DPPH (2,2-

difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional. 16(3), 157-164. (23

Febuari 2016, 11:23)

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ivanišová,et al. 2013. Antioxidant Activity of Selected Plant Products. Journal

ofMicrobiology, Biotechnology, and Food Sciences

Karinda, Monalisa, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas. 2013. Perbandingan

HasilPenetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan

Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah

Farmasi. Vol. 2 No. 01. Issn 2302 – 2493.

Killedar, Suresh, Harinath More, Gourav Shah, Suryakant Gaikwad. 2013.

Phytochemical Screening and In-Vutro Antioxidant Activity of Memecylon

umbellatum Root Extracts. World Jurnal of Pharmacy and Pharrmaceutical

Sciencces. Volume 2, Issue 6, 5988-5996. ISSN 2278-4357

Kumalaningsih, S. 2008. Antioksidan, sumber dan manfaatnya (online). (25 Agustus

2016, 20.45)

Kuntorini,E. M. & Astuti, M. D. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan EkstrakEtanol

Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine americanaMerr.). JurnalSains dan Terapan

Kimia.

Langseth Lilian. 1995. Oxidants, Antioxidants, and Diseaseprevention

Mailandari, Mely. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garcinia kydia Roxb.

Dengan Metode DPPH dan Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi yang Aktif.

Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi

Ekstensi Farmasi Universitas Indonesia.

Manik, M.A. Wahid, S.M.A. Islam, A. Pal, K.T. Ahmed. 2013. A ComparativeStudy

of the Antioxidant, Antimicrobial and Thrombolytic Activity of theBark and

Leaves of lannea coromandelica (Anacardiaceae). InternationalJournal of

Pharmaceutical Sciences and Research. Vol. 4(7): 2609-2614.E-ISSN: 0975-

8232; P-ISSN: 2320-5148.

Mikail, B. & Anna, L. K. 2011. 7 Antioksidan Super : Manajemen Modern dan

Kesehatan Masyarakat.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mufsiroh, E. & Syarief, S.H (2012). Uji aktivitas peredaman radikal bebas nanopartikel

emas dengan berbagai konsentrasi sebagai material antiaging dalam kosmetik

UNESA Journal of Chemistry. Vol. 1. No.2.

Molyneux, P. 2004. The Use of the Stabel Free Radical Diphenylpicryl

Hydrazyl(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.

SongklanakarinJournalScience and Technology.

Packer, L.M., Hiramatsu, T. and Yoshikawa. 1999. Antioxidant Food Supplement in

Human Health, Academic Press

Panagan, a.t 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Wortel (Daucus carotta L.)

Terhadap Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Goreng

Curah. Jurnal Penelitian sains.

Pardede, A., Devi R., Agus MHP. 2013. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Kulit

Kemiri (Alleurites mollucanaWild). Media Sains, Vol. 5, No. 1 : 66-71. ISSN

2085-3548.

Parwata, I. M. O. A., Ratnayani, K., & Listya, A. (2010). Aktivitas antiradical bebas

serta kadar beta karoten pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu

Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia, ISSN : 1907-9850. 4(1): 54-

62. (Online). 30 April 2016, 19:45).

Prakash, A. 2011. Antioxidant activity. Medallion Laboratories: AnalyticalProgress

Vol 19 (2).

Pratiwi, Dewi P, Harapini M (2006). Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal bebas

diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak methanol Knema laurina.

Majalah Farmasi Indonesia. 17(1), 32-36.

Purwaningsih, S. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komposisi Kimia Keong Matah

Merah (Cerithidea obtuse). Ilmu Kelautan. ISSN 0853-7291. Vol. 17(1) 39-48.

Rahayu, Sunarti , S. Diah, P. Suhardjono. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obatsecara

Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara.

Jurnal Biodiversitas Vol. 7 (3).

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rajib Majumber, Md. Safkath Ibne Jami, Md. Efte Kharul Alam and Md. Badrul Alam

Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn. Bark Extract American-

Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) : 128-134, 2013.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. BioTrends.

Vol.4. No.1.

Saifudin, Rahayu, & Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha

Ilmu:Yogyakarta.

Sasidharan, N. (2004). Biodiversity documentation for Kerala Part 6. Flowering Plants.

Kerala Forest Research Institute, Peechi, Kerala

Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik; Stereokimia, Karbohidrat, Lemak.

DanProtein. Penerbit Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Scherer R, Godoy HT.2009. Antioxidant activity index (AAI) by the 2,2-diphenyl-

1-picrylhydrazyl method. Food Chemistry:112(3): 654-658.

Shadia, El-Aziz, Omer, & Sabra. 2007. Chemical Composition of Ocimum americanum

Essential Oil and Its Biological Effects Againts Agrotis ipssilon, (Lepidoptera

: Noctuidae). Resech journal of Agriculture and Biological Sciences, 3 (6).

Shivaprasad, H. N., S. Mohan, M. D. Kharya, M. R. Shiradkar, & K. Lakshman., 2005.

In-vitro models for antioxidant activity evaluation: A review. 5 Desember

2009.http://www.pharmainfo.net/reviews/vitro-modelsantioxidant-activity-

evaluation-review.

Simanjuntak, P., Parwati, T., Lenny, L. E., Tamat, S. R, Murwani, R. 2004. Isolasi dan

identifikasi antioksidan dari ekstrak Benalu Teh (Scurrula oortiana (Korth)

Danser). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. ISSN : 1693-1831. 5(1):19 19-

24.

Soebagio., 2002, Kimia analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA,

Makassar

Sudjadi. (1983). Penentuan struktur senyawa organik. Fakultas Farmasi UGM.

Bandung : Ghalia Indonesia.

Sumarno, 2001, Kromatografi Teori Dasar, Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sunarni, T., Pramono, S. & Asmah, R. (2007). Flavonoid antioksidan penangkap

radikal dari dain Kepel (Stelechocarpus burahol (BL) Hook f. & Th.). Majalah

Farmasi Indonesia. 18 (3): 111-116. (Online). (27 April 2015, 17:30)

Sumardika, Jawi. 2012. Water Extract of Sweet Potato Leaf Improved Lipid Profile and

Blood SOD Content of Rats with high Cholesterol Diet. Medicina vol 43:2.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah :

Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB

Syahrizal, D. 2008. Pengaruh proteksi vitamin C terhadap enzim transaminase dan

gambaran histopatologis hati mencit yang dipapar plumbun. Tesis Universitas

Sumatera Utara.

Syukur, R., Alam, G., Mufidah, Rahim, A., Tayeb, R. 2011. Aktivitas antiradical bebas

beberapa ekstrak tanaman familia fabaceae. JST Kesehatan. ISSN :1411-4674.

Vol.1. No.1 : 61-67

Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur Harleem. 2011.Phytochemical

Screening and Extraction: A Review. InternationalePharmaceutica Sciencia

vol.1 :issue 1.

Tofazzal, I. Toshiaki, S. Mitsuyoshi, T. Satoshi. 2002. Zoosporicidal Activity

ofPolyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Barkagainst

Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides. Journal ofAgricultural

and Food Chemistry.

Vasic, S. M., Stefanovic, O. D., Licina, B. Z., Radojevic, I. D., & Comic, L. R.2012.

Biological Activities of Extracts from Cultivated Granadillapassifloraalata.

EXCLI Journal. ISSN: 1611-2156.

Wahid Arif. In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant

Lanneacoromandelica(Family: Anacardiaceae). Thesis to Department

ofPharmacy, East West University. Bangladesh.

Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yulianti. 2011. Skrinning dan Analisis KLT-Bioautografi Senyawa Antimikroba

Beberapa Ekstrak Spons Asal Perairan Laut Pulau Barrang Lompo, Sulawesi

Selatan. Majalah Obat Tradisional, 16 (02), 88-94.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Zuhra, C.F., Tarigan, J. & Sihotang,H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid

dari Daun Katuk (Sauropus androgumus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera.

ISSN :1907-5537.3(1) :7-10.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

58

58

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Sortasi basah, pencucian, pengeringan dalam suhu ruangan, sortasi kering,

perajangan dan penghalusan

Maserasi dengan pelarut etanol 70% kemudian disaring, filtrat yang diperoleh

diuapkan dengan vacum rotary evaporator

Partisi dengan etanol :n-Heksan

Kulit Batang Kayu Jawa

(Lannea coromandelica)

Determinasi di Lembaga Ilmu dan

Penelitian Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor

SerbukKulit Batang Kayu Jawa

(Lannea coromandelica)

Ekstraksi

Ekstrak etanol total (E1)

kulit kayu jawa (Lannea coromandelica)

Skrinning

fitokimia

Fraksi

n-Heksan

Fraksi etanol

Fraksi etil asetat

Fraksi etanol

Evaporasi

Evaporasi

Ekstrak kental

fraksi n-Heksan

(NH)

Pengujian aktivitas antioksidan

dengan metode DPPH

Ekstrak kental fraksi

etil asetat (EA)

Ekstrak kental fraksi

etanol (E2)

Analisis Data

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Kulit Batang Kayu Jawa

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Penapisan Fitokimia

3.1 Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu Jawa

No. Golongan

Senyawa

Gambar Keterangan

(Hasil Uji)

1 Alkaloid

(Dragendorf) (Mayer)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

2 Flavonoid

Hasil (+)

Flavonoid

Perubahan

intensitas warna

menjadi tidak

berwarna

3 Saponin

Hasil (+)

Saponin

Terbentuk busa

setinggi 1 cm

yang stabil

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Glikosida

Hasil (+)

glikosida

Terbentuk

larutan berwarna

kuning

5 Triterpenoid

Hasil (-)

Terbentuk warna

kuning emas

6 Fenol

Hasil (+) fenol

Terbentuk biru

kehitaman

7 Tanin

(Sebelum) (Setelah)

Penambahan larutan FeCl3 0,1%

Hasil (+) tannin

Terbentuk biru

kehitaman

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi n-heksan (NH) Kulit Batang Kayu Jawa

No. Golongan

Senyawa

Gambar Keterangan

(Hasil Uji)

1 Alkaloid

(dragendorff)

(mayer)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

2 Flavonoid

Hasil (-)

Flavonoid

Tidak ada

perubahan

intensitas warna

menjadi tidak

berwarna

3 Saponin

Hasil (-) Saponin

Tidak terbentuk

busa

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Glikosida

Hasil (-)

glikosida

Tidak terbentuk

larutan berwarna

kuning

5 Triterpenoid

Hasil (-)

Terbentuk warna

kuning emas

6 Fenol

Hasil (+) fenol

Terbentuk biru

kehitaman

7 Tanin

(Sebelum) (Setelah)

Penambahan larutan FeCl3 0,1%

Hasil (+) tannin

Terbentuk biru

kehitaman

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi Etil Asetat (EA) Kulit Batang Kayu Jawa

No. Golongan

Senyawa

Gambar Keterangan

(Hasil Uji)

1 Alkaloid

(dragendorff)

(mayer)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

Hasil (-)

Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

2 Flavonoid

Hasil (+)

Flavonoid

Perubahan

intensitas warna

menjadi tidak

berwarna

3 Saponin

Hasil (+)

Saponin

Terbentuk busa

setinggi 0.5 cm

yang stabil

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Glikosida

Hasil (-)

glikosida

Tidak terbentuk

larutan berwarna

kuning

5 Triterpenoid

Hasil (-)

Terbentuk warna

kuning emas

6 Fenol

Hasil (+) fenol

Terbentuk biru

kehitaman

7 Tanin

(Sebelum) (Setelah)

Penambahan larutan FeCl3 0,1%

Hasil (+) tannin

Terbentuk biru

kehitaman

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi Etanol (E2) Kulit Batang Kayu Jawa

No. Golongan Senyawa Gambar Keterangan

(Hasil Uji)

1 Alkaloid

(Dragendorf) (Mayer)

Hasil (-) Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

Hasil (-) Alkaloid

Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

2 Flavonoid

Hasil (+)

Flavonoid

Perubahan

intensitas warna

menjadi tidak

berwarna

3 Saponin

Hasil (+) Saponin

Terbentuk busa

setinggi 1 cm

yang stabil

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Glikosida

Hasil (+)

glikosida

Terbentuk larutan

berwarna kuning

5 Triterpenoid

Hasil (-)

Terbentuk warna

kuning emas

6 Fenol

Hasil (+) fenol

Terbentuk biru

kehitaman

7 Tanin

Hasil (+) tannin

Terbentuk biru

kehitaman

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa

1. Perhitungan rendemen ekstrak etanol total (E1)

Rendemen ekstrak etanol total (E1) = 120 𝑔𝑟𝑎𝑚

953 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥100%

= 12,59 %

2. Perhitungan rendemen ekstrak hasil partisi

Rendemen ekstrak fraksi n–heksan (NH) = 3,5123 𝑔𝑟𝑎𝑚

20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥100% = 17,5615 %

Rendemen ekstrak fraksi etil asetat (EA) = 3,2439 𝑔𝑟𝑎𝑚

20𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥100% = 16,2195 %

Rendemen ekstrak fraksi etanol (E2) = 3,8127 𝑔𝑟𝑎𝑚

20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥100% = 19,0635%

Rendemen Ekstrak =Bobot total ekstrak

Bobot serbuk simplisia total x 100%

Rendemen Ekstrak =Bobot fraksi

Bobot ekstrak etanol total (E1) x 100%

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Sertifikat DPPH

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Abu total Ekstrak

% kadar abu = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑥 100 %

% kadar abu =25,913 𝑔𝑟𝑎𝑚−25,618

2,032 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100 %

% kadar abu = 14,5177%

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Air Ekstrak

% kadar air = 𝑊1−𝑊2

𝑊1−𝑊0 𝑥 100 %

% kadar abu =24.539 − 24,481

24,539 − 23,539 𝑥 100 %

% kadar abu = 5,8%

Ket : W0 = berat cawan kosong (gram)

W1 = berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

W2 = berat cawan + ekstrak setelah dipanaskan

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

71

Lampiran 8. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Fraksi n-heksan, Fraksi Etil Asetat,

Fraksi Etanol dan Rutin

Sinar Biasa

Sebelum disemprot DPPH

Sinar biasa

Sesudah disemprot DPPH

Sinar Biasa

Sebelum disemprot DPPH

Sinar biasa

Sesudah disemprot DPPH

Keterangan :

NH= Fraksi n-heksan ET = Fraksi Etanol (E2)

EA = fraksi Etil Asetat R = Rutin

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Panjang gelombang DPPH

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

73

Lampiran 10. Data Absorbansi Ekstrak Etanol Total (E1) Kulit Batang Kayu Jawa

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Data Absorbansi Ekstrak n-Heksan (NH) Kulit Batang Kayu Jawa

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran `12. Data Absorbansi Ekstrak Etil Asetat (EA) Kulit Batang Kayu Jawa

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Data Absorbansi Ekstrak Fraksi Etanol (E2) Kulit Batang Kayu Jawa

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Data Absorbansi Vitamin C

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Data Absorbansi Rutin

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

79

Lampiran 16. Perhitungan dalam Uji Antioksidan

1. Pembuatan larutan DPPH (0,1mM)

Banyaknya DPPH yang ditimbang :

0.1 mM =𝑚𝑔

𝑀𝑟 x

1000

𝑣

0.1 mM = 𝑥

394 x

1000

50𝑚𝑙

X = 1.98 mg

Jadi, ditimbang 1.98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol pro analisa serta

dicukupkan volume hingga tanda batas

2. Pembuatan larutan induk ekstrak etanol (E1), ekstrak fraksi n-heksan (NH),

ekstrak fraksi etil asetat, dan ekstrak fraksi etanol (E2)

Konsentras 1 ppm setara dengan 1 µg/ml, sehingga untuk membuat konsentrasi 100

ppm dapat dilakukan dengan menimbang 5 mg ekstrak dan dicukupkan dengan

metanol pro analisa hingga volume 50 ml.

5 𝑚𝑔

50 𝑚𝑙 =

5000 µg

50 𝑚𝑙 = 100

µ𝑔

𝑚𝑙 = 100 ppm

3. Pembuatan larutan induk vitamin C

Konsentrasi 1 ppm setara dengan 1µg/ml sehingga untuk membuat konsentrasi 100

ppm dapat dilakukan dengan menimbang 5 mg vitamin c dan dicukupkan dengan

metanol pro analisa hingga volume 50 ml.

5 𝑚𝑔

50 𝑚𝑙 =

5000 µg

50 𝑚𝑙 = 100

µ𝑔

𝑚𝑙 = 100 ppm

4. Pembuatan larutan induk rutin

Konsentrasi 1 ppm setara dengan 1µg/ml sehingga untuk membuat konsentrasi 100

ppm dapat dilakukan dengan menimbang 5 mg rutin dan dicukupkan dengan metanol

pro analisa hingga volume 50 ml.

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 𝑚𝑔

50 𝑚𝑙 =

5000 µg

50 𝑚𝑙 = 100

µ𝑔

𝑚𝑙 = 100 ppm

5. Perhitungan larutan uji

a. Ekstrak etanol total kulit batang kayu jawa (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji ekstrak etanol total kulit batang kayu jawa dari larutan

induk 100 ppm menggunakan labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

b. Ekstrak fraksi n-heksan kulit batang kayu jawa (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji ekstrak frasksi kulit batang kayu jawa dari larutan induk 100

ppm menggunakan labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

c. Ekstrak fraksi etil asetat kulit batang kayu jawa (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji ekstrak fraksi etil asetat kulit batang kayu jawa dari larutan

induk 100 ppm menggunakan labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

d. Ekstrak fraksi etanol kulit batang kayu jawa (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji ekstrak fraksi etanol kulit batang kayu jawa dari larutan induk

100 ppm menggunakan labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

6. Perhitungan larutan kontrol positif vitamin C (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji pembanding vitamin c dari larutan induk 100 ppm

menggunakan labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

7. Perhitungan larutan kontrol positif Rutin (2,4,6,8,10 dan 12 ppm)

Pembuatan larutan uji pembanding rutin dari larutan induk 100 ppm menggunakan

labu ukur 25 ml

Konsentrasi 2 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 2 ppm x 25 ml

V1 = 0.5 ml atau 500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsentrasi 4 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 4 ppm x 25 ml

V1 = 1 ml atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 6 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 6 ppm x 25 ml

V1 = 1.5 ml atau 1.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 8 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 8 ppm x 25 ml

V1 = 2 ml atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 10 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 10 ppm x 25 ml

V1 = 2.5 ml atau 2.500 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Konsentrasi 12 ppm

N1 x V1 = N2 x V2

100 ppm x V1 = 12 ppm x 25 ml

V1 = 3 ml atau 3.000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk 100 ppm)

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Perhitungan Persen Inhibisi

1. Perhitungan % Inhibisi ekstrak etanol total (E1)

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.4753

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 30.744 %

b. Konsentrasi 4 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.4076

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 30.562 %

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.3293

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 43.901 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.2413

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 58.892 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.1233

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 78.994 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.587−0.0366

0.587 𝑥 100%

% inhibisi = 93.764 %

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Perhitungan % Inhibisi ekstrak fraksi n-heksan (nH)

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.493

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 9.541 %

b. Konsentrasi 4 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.4596

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 15.669 %

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.3966

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 27.229 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.3166

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 41.908 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.2603

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 52.238 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.545−0.1993

0.545 𝑥 100%

% inhibisi = 63.431 %

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Perhitungan % Inhibisi ekstrak fraksi etil asetat (EA)

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.4813

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 14.444 %

b. Konsentrasi 4 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.4116

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 26.5 %

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.332

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 40.714 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.2796

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 50.071 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.2113

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 62.267 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.560−0.4813

0.560 𝑥 100%

% inhibisi = 70.25 %

4. Perhitungan % Inhibisi ekstrak fraksi etanol (E2)

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% inhibisi = 0.564−0.3906

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 30.744 %

b. Konsentrasi 4 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.564−0.3303

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 41.436 %

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.564−0.2616

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 53.617 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.564−0.1803

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 68.031 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.564−0.0966

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 82.872 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.564−0.0343

0.564 𝑥 100%

% inhibisi = 93.918 %

5. Perhitungan % Inhibisi pembanding vitamin c

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.3106

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 43.527 %

b. Konsentrasi 4 ppm

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.2666

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 51.527 %

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.2013

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 63.4 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.145

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 73.636 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.098

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 82.181 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.550−0.0413

0.550 𝑥 100%

% inhibisi = 92.490 %

6. Perhitungan % Inhibisi ekstrak rutin

a. Konsentrasi 2 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.4553

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 19.129 %

b. Konsentrasi 4 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.3783

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 32.806 %

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Konsentrasi 6 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.2766

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 50.692 %

d. Konsentrasi 8 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.1863

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 66.909 %

e. Konsentrasi 10 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.092

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 83.658 %

f. Konsentrasi 12 ppm

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

% inhibisi = 0.563−0.4553

0.563 𝑥 100%

% inhibisi = 91.829 %

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Perhitungan IC50

1. Perhitungan IC50 ekstrak etanol total (E1)

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari ekstrak etanol (E1) dibuat

persamaan regresi linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010

hingga diperoleh persamaan y = 6.4942x + 16.311. Dari persamaan inilah dihitung

nilai IC50

Y = 6.4942x + 16.311

50 = 6.4942x + 16.311

X = 50−16.311

6.4942

X = 5.18 ppm

2. Perhitungan IC50 ekstrak fraksi n-heksan(NH)

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari fraksi n-heksan(NH) dibuat

persamaan regresi linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010

hingga diperoleh persamaan y = 5.6262x - 4.3805. Dari persamaan inilah dihitung

nilai IC50

Y = 5.6262x - 4.3805

50 = 5.6262x - 4.3805

X = 50−4.3805

5.6262

X = 9.66 ppm

3. Perhitungan IC50 ekstrak fraksi etil asetat (EA)

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari fraksi etil asetat (EA) dibuat

persamaan regresi linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010

hingga diperoleh persamaan y = 5.6527x + 4.4722. Dari persamaan inilah dihitung

nilai IC50

Y = 5.6527x + 4.4722

50 = 5.6527x + 4.4722

X = 50−4.4722

5.6527 = 8.05 ppm

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Perhitungan IC50 ekstrak fraksi etanol (E2)

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari fraksi etanol (E2) dibuat persamaan

regresi linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010 hingga

diperoleh persamaan y = 7.5065x + 1.9295. Dari persamaan inilah dihitung nilai IC50

Y = 7.5065x + 1.9295

50 = 7.5065x + 1.9295

X = 50−1.9295

7.5065

X = 6.40 ppm

5. Perhitungan IC50 pembanding vitamin C

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari vitamin C dibuat persamaan regresi

linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010 hingga diperoleh

persamaan y = 4.9574x + 33.092. Dari persamaan inilah dihitung nilai IC50

Y = 4.9574x + 33.092

50 = 4.9574x - 33.092

X = 50−33.092

4.9574

X = 3.41 ppm

6. Perhitungan IC50 pembanding rutin

Sebelumnya konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari rutin dibuat persamaan regresi

linier menggunakan aplikasi pengolah data Microsoft excel 2010 hingga diperoleh

persamaan y = 7.6039x + 4.277. Dari persamaan inilah dihitung nilai IC50

Y = 7.6039x + 4.277

50 = 7.6039x + 4.277

X = 50−4.277

7.6039 = 6.01 ppm

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

1. Perhitungan nilai AAI dari ekstrak etanol (E1)

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 5.18 ppm

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

5.18

AAI = 7.63

Jadi nilai AAI dari ekstrak etanol adalah 7.63 dan tergolong sangat kuat

2. Perhitungan nilai AAI dari ekstrak fraksi n-heksan (NH)

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 9.66 ppm

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

9.66

AAI = 4.09

Jadi nilai AAI dari ekstrak fraksi n-heksan adalah 4.09 dan tergolong sangat kuat

3. Perhitungan nilai AAI dari ekstrak fraksi etil asetat (EA)

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 8.05 ppm

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

8.05

AAI = 4.91

Jadi nilai AAI dari ekstrak fraksi etil asetat adalah 4.91 dan tergolong sangat kuat

4. Perhitungan nilai AAI dari ekstrak fraksi etanol (E2)

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 6.40 ppm

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

6.40

AAI = 6.18

Jadi nilai AAI dari ekstrak fraksi etanol adalah 6.18 dan tergolong sangat kuat

5. Perhitungan nilai AAI dari pembanding vitamin C

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 3.41 ppm

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

3.41

AAI = 11.061

Jadi nilai AAI dari vitamin C adalah 11.061 dan tergolong sangat kuat

6. Perhitungan nilai AAI dari pembanding rutin

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1.98 mg/50 ml = 39.6 ppm serta nilai IC50

ekstrak etanol (E1) yang diperoleh sebesar 6.01 ppm

AAI = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑃𝑃𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 IC50

AAI = 39.6

6.01

AAI = 6.58

Jadi nilai AAI dari rutin adalah 6.58 dan tergolong sangat kuat

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Data Absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan

Data absorbansi antioksidan ekstrak etanol total (E1)

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.390 0.390 0.392 0.390 30.7

4 0.330 0.331 0.33 0.330 41.4

6 0.262 0.259 0.261 0.261 53.6

8 0.181 0.180 0.179 0.180 68.0

10 0.096 0.097 0.097 0.096 82.8

12 0.034 0.034 0.035 0.034 93.9

Data absorbansi antioksidan ekstrak fraski n-heksan (NH)

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.493 0.491 0.495 0.493 9.5

4 0.460 0.459 0.459 0.459 15.6

6 0.396 0.395 0.396 0.396 27.2

8 0.316 0.317 0.317 0.316 41.9

10 0.260 0.260 0.262 0.260 52.2

12 0.200 0.199 0.199 0.199 63.4

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data absorbansi antioksidan ekstrak fraksi etil asetat (EA)

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.481 0.482 0.481 0.481 14.4

4 0.411 0.412 0.412 0.411 26.5

6 0.332 0.334 0.33 0.332 40.7

8 0.279 0.280 0.280 0.279 50.0

10 0.211 0.212 0.211 0.211 62.2

12 0.175 0.177 0.178 0.176 70.2

Data absorbansi antioksidan ekstrak fraksi etanol (E2)

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.476 0.475 0.474 0.475 20.7

4 0.407 0.406 0.407 0.407 30.5

6 0.329 0.329 0.328 0.329 43.9

8 0.240 0.241 0.241 0.241 58.8

10 0.123 0.123 0.123 0.123 78.9

12 0.030 0.040 0.040 0.036 93.7

Data absorbansi antioksidan pembanding vitamin c

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.310 0.310 0.320 0.310 43.5

4 0.266 0.267 0.267 0.266 51.5

6 0.201 0.201 0.202 0.201 63.4

8 0.144 0.146 0.145 0.145 73.6

10 0.098 0.097 0.099 0.098 82.1

12 0.014 0.014 0.015 0.041 92.4

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data absorbansi antioksidan pembanding rutin

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada Pengulangan ke - Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

1 2 3

2 0.455 0.455 0.456 0.455 19.1

4 0.378 0.377 0.377 0.378 32.8

6 0.277 0.276 0.277 0.276 50.6

8 0.186 0.186 0.187 0.186 66.9

10 0.092 0.091 0.093 0.092 83.6

12 0.043 0.046 0.049 0.046 91.8

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi

1. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak etanol total (E1) kulit batang

kayu jawa

2. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak fraksi n-heksan (NH) kulit

batang kayu jawa

y = 5.6262x - 4.3805R² = 0.9912

0

10

20

30

40

50

60

70

0 2 4 6 8 10 12 14

% In

hib

isi

konsentrasi sampel

Ekstrak Fraksi n-Heksan

y = 6.4942x + 16.311R² = 0.9972

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12 14

% in

hib

isi

konsentrasi sampel

Ekstrak Etanol Total

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak fraksi etil asetat(EA) kulit

batang kayu jawa

4. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak fraksi etanol (E2) kulit batang

kayu jawa

y = 5.6527x + 4.4722R² = 0.994

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 2 4 6 8 10 12 14

% In

hib

isi

konsentrasi sampel

Ekstrak Fraksi Etil Asetat

y = 7.5065x + 1.9295R² = 0.9894

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 2 4 6 8 10 12 14

% In

hib

isi

konsentrasi sampel

Ekstrak Fraksi Etanol

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35894/1/Aprilia... · DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) SKRIPSI

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi vitamin C

6. Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi rutin

y = 4.9574x + 33.092R² = 0.9979

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12 14

% In

hib

isi

konsentrasi sampel

Vitamin C

y = 7.6039x + 4.277R² = 0.9921

0

20

40

60

80

100

120

0 2 4 6 8 10 12 14

% In

hib

isi

konsentrasi sampel

Rutin