6
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan Kadar Air Pada Madu Bangka Dan Madu Kemasan Yang Dipasarkan Di Kota Palembang Diastase Enzyme Activity, Reducing Sugar And Water Content In Bangka Honey And Honey Packaging Which Is Marketed In Palembang City Evahelda 1*) , Filli Pratama 2 , Nura Malahayati 3 ,dan Budi Santoso 3 1 Mahasiswa, 2 Promotor dan 3 Co Promotor Program Doktor Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Sriwjaya, Jl. Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang 30139.Telp: (0711) 354222, Fax (0711) 317202 *) Corresponding author: [email protected] ABSTRACT Honey has functional properties because it serves as a food ingredient or a natural beverage that has an important role in human life. Honey can be used as an additive in food industry, medicine and beauty. In the food industry, honey is used as a sweetener. In the pharmaceutical industry to use honey because honey contains antioxidants and antimicrobial. In the cosmetics industry utilized honey because it contains antioxidants that are useful to slow aging. Physical and chemical quality characteristics of honey vary depending on the internal and external factors. Internal factors including the type of interest. External factors such as season, soil conditions or geographical location as well as processing and storage. Diastase enzyme, reducing sugar and water content is the most important parameter to determine the quality of honey. This study aims to look at the quality of honey based test diastase enzyme activity, reducing sugar content and water content in honey and honey packaging Bangka marketed in Palembang. The results showed that the honey purchased in Bangka meet the quality requirements of honey according to SNI 01-3545-2004 of diastase enzyme activity assay that is positive. Honey purchased in supermarkets in Palembang meet the quality requirements of the test water level that is equal to 15.23%. Key words: bangka quality honey, honey packaging ABSTRAK Madu memiliki sifat fungsional karena berfungsi sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Madu dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada industri pangan, obat-obatan dan kecantikan. Pada industri pangan, madu biasa digunakan sebagai pemanis. Pada industri obat-obatan madu digunakan karena madu mengandung antioksidan dan antimikrobia. Pada industri kosmetik madu dimanfaatkan karena mengandung antioksidan yang berguna untuk memperlambat penuaan. Karakteristik mutu fisik dan kimia maduberbeda-beda tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya jenis bunga. Faktor eksternal seperti musim, kondisi tanah atau letak geografis serta proses pengolahan dan penyimpanan. Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter penting untuk mengetahui kualitas madu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mutu madu berdasarkan uji aktivitas enzim diastase, kadar gula pereduksi dan kadar air pada madu Bangka dan madu kemasan yang dipasarkan di Palembang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu yang dibeli di Bangka memenuhi syarat mutu madu menurut

Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

  • Upload
    lekhanh

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan Kadar Air

Pada Madu Bangka Dan Madu Kemasan Yang

Dipasarkan Di Kota Palembang

Diastase Enzyme Activity, Reducing Sugar And Water Content In Bangka

Honey And Honey Packaging Which Is Marketed

In Palembang City

Evahelda

1*), Filli Pratama

2, Nura Malahayati

3,dan Budi Santoso

3

1 Mahasiswa,

2 Promotor dan

3 Co Promotor Program Doktor Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian

Pascasarjana Universitas Sriwjaya, Jl. Padang Selasa No.524, Bukit Besar

Palembang 30139.Telp: (0711) 354222, Fax (0711) 317202 *)

Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Honey has functional properties because it serves as a food ingredient or a natural

beverage that has an important role in human life. Honey can be used as an additive in food

industry, medicine and beauty. In the food industry, honey is used as a sweetener. In the

pharmaceutical industry to use honey because honey contains antioxidants and

antimicrobial. In the cosmetics industry utilized honey because it contains antioxidants that

are useful to slow aging. Physical and chemical quality characteristics of honey vary

depending on the internal and external factors. Internal factors including the type of

interest. External factors such as season, soil conditions or geographical location as well as

processing and storage. Diastase enzyme, reducing sugar and water content is the most

important parameter to determine the quality of honey. This study aims to look at the

quality of honey based test diastase enzyme activity, reducing sugar content and water

content in honey and honey packaging Bangka marketed in Palembang. The results

showed that the honey purchased in Bangka meet the quality requirements of honey

according to SNI 01-3545-2004 of diastase enzyme activity assay that is positive. Honey

purchased in supermarkets in Palembang meet the quality requirements of the test water

level that is equal to 15.23%.

Key words: bangka quality honey, honey packaging

ABSTRAK

Madu memiliki sifat fungsional karena berfungsi sebagai salah satu bahan makanan

atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Madu

dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada industri pangan, obat-obatan dan

kecantikan. Pada industri pangan, madu biasa digunakan sebagai pemanis. Pada industri

obat-obatan madu digunakan karena madu mengandung antioksidan dan antimikrobia.

Pada industri kosmetik madu dimanfaatkan karena mengandung antioksidan yang berguna

untuk memperlambat penuaan. Karakteristik mutu fisik dan kimia maduberbeda-beda

tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya jenis bunga.

Faktor eksternal seperti musim, kondisi tanah atau letak geografis serta proses pengolahan

dan penyimpanan. Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter

penting untuk mengetahui kualitas madu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mutu

madu berdasarkan uji aktivitas enzim diastase, kadar gula pereduksi dan kadar air pada

madu Bangka dan madu kemasan yang dipasarkan di Palembang.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa madu yang dibeli di Bangka memenuhi syarat mutu madu menurut

Page 2: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

SNI 01-3545-2004 dari uji aktivitas enzim diastase yang bernilai positif.Madu yang dibeli

di supermarket yang ada di Palembang memenuhi syarat mutu dari uji kadar air yaitu

sebesar 15,23%.

Kata kunci : mutu madubangka,madu kemasan

PENDAHULUAN

Definisi madu menurut adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-2004,

adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah

madu dari sari bunga tanaman (flora nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra flora

nektar) atau eksresi serangga. Menurut Codex Alimentarius (2001), madu adalah zat manis

yang dihasilkan oleh lebah madu, yang berasal dari nektar bunga atau dari sekresi tanaman

yang dikumpulkan oleh lebah. Madu ini dapat mengalami perubahan bentuk dan

mengandung senyawa tertentu yang berasal dari tubuh lebah, kemudian disimpan pada

sarang madu hingga mengalami proses pematangan.

Beberapa daerah penghasil madu hutan yang terkenal di Indonesia diantaranya pulau

Sumbawa, Provinsi Riau (Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo), Provinsi

Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara(Hadisoesilo et al.

2011). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga merupakan salah satu daerah

penghasilmadu hutandi Indonesia. Hampir disetiap daerah di Bangka Belitung

menghasilkan madu hutan. Madu didaerah ini memiliki dua jenis rasa, yaitu madu manis

dan madu pahit.Di Bangka, madu manis bisa dihasilkan dari nektar yang berasal dari

bunga pohon pohon karet, cempedak, mengkekang, mensirak, rempudung, pules,

mentepong, leting dan lainnya.sedangkan madu pahit umumnya berasal dari pohon

pelawan. Madu memiliki sifat fungsional karena berfungsi sebagai salah satu bahan makanan atau

minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Madu dapat

digunakan sebagai bahan tambahan pada industri pangan, obat-obatan dan kecantikan.

Pada industri pangan, madu biasa digunakan sebagai pemanis. Pada industri obat-obatan

madu digunakan karena madu mengandung antioksidan dan antimikrobia.Madu juga dapat

digunakan secara rutin untuk membalut luka, luka bakar dan borok di kulit untuk

mengurangi sakit dan bau dengan cepat (Mulu et.al, 2004). Pada industri kosmetik madu

dimanfaatkan karena mengandung antioksidan yang berguna untuk memperlambat

penuaan (Gheldof dan Engeseth, 2002).madu dapat pula digunakan untuk menghaluskan

kulit, serta pertumbuhan rambut (Purbaya, 2002 dan Murtidjo, 1991 dalam Ratnayani,

2008).

Karakteristik mutu fisik dan kimia madu berbeda-beda tergantung pada faktor internal

dan eksternal. Faktor internal diantaranya jenis bunga (Gheldof dan Engeseth, 2002).

Faktor eksternal seperti musim, kondisi tanah atau letak geografis serta proses pengolahan

dan penyimpanan(White, 1975; Sihombing, 1997; Winarno, 1982).

Beragam mutu madu yang beredar dipasaran memang umum terjadi, disebabkan

karena faktor internal dan eksternalnya. Beberapa parameter yang bisa dijadikan penentu

kualitas madu berdasarkan SNI 01-3545-2004, diantaranya adalah enzim diastase, gula

pereduksi dan kadar air. Enzim diastase merupakan enzim yang ditambahakan lebah pada

saat pematangan madu,sehingga keberadaan enzim diastase dapat dijadikan indikator untuk

melihat kemurnian madu. Aktivitas enzim tersebut akan berkurang akibat dari

penyimpanan dan pemanasan madu (Achmadi, 1991).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan

dalam persen (%). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-2004, kadar air

madu adalah 22%. Kadar air dalam madu dapat menentukan keawetan madu. Kadar air

madu yang rendah menyebabkan mikroba pembusuk tidak dapat hidup di dalamnya,

Page 3: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

ditambah lagi madu juga mengandung zat antimikroba. Madu yang kadar airnya tinggi

(lebih dari 25%) mudah mengalami fermentasi(Krell, 1996). Kandungan gula pereduksi

(dihitung sebagai glukosa) pada madu yang disyaratkan yaitu minimal 60%. Glukosa

merupakan bahan yang akanmempengaruhi kecepatan kristalisasi pada madu. Kristalisasi

madu juga dipengaruhi oleh perbandingan kandungan glukosa dan air.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu madu berdasarkan uji aktivitas enzim

diastase, kadar gula pereduksi dan kadar air pada madu Bangka dan madu kemasan yang

dipasarkan di Palembang.

BAHAN DAN METODE

Sampel yang digunakan adalahMadu manis Bangka yang dibeli di toko madu di Desa

Namang Kabupaten Bangka Tengah (A). Madu manis Bangka yang dibeli disalah satu

toko yang menjual makanan khas di jalan dempo Palembang (B). Madu flora madu hutan

tropis yang dibeli di supermarket Palembang (C)

Bahan-bahan yang digunakan adalah: larutan amilum 0,5% dan 1%, larutan iod 0,0007

N, reagen luff schoorl, larutan KI 20 %, larutan H2SO4 4N dan 2N, larutan Na2S2O3 0,1 N,

larutan KIO3 0,1 N, larutan (NH4)2 HPO4 10%

Alat-alat yang digunakan adalah: Penangas air, Cawan almunium, Oven listrik,

timbangan analitik, cawan Alumunium, eksikator, tang penjepit, erlenmeyer, batu didih,

pipet dan peralatan titrasi.

Metode pengolahan data yang digunakan berdasarakan hasil data yang

dianalisisdilaboratorium ditabulasikan dan dijelaskan secara deskriptif.Analisis kualitatif

enzim diastase menurut SNI 01-3545-1994, Analisis kadar air menggunakan SNI 01-3545-

1994, analisa gula pereduksi metode luff schoorl.

HASIL

Hasil yang diperoleh pada penelitian dilihat pada Tabel berikut:

SNI 01-3545-2004 Sampel

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan A B C

1 Enzim Diastase,

min

DN 3 Positif Negatif Negatif

2 Gula Pereduksi

(dihitung sebagai

glukosa), min

(%) b/b 65 45.93 19.80 60.88

3 Air, mak (%) b/b 22 25.23 31.88 15.23

PEMBAHASAN

Enzim Diastase

Pada penelitian ini, enzim diastase yang diukur hanya secara kualitatif, yang ditandai

dengan nilai positif dan negatif. Apabila di dalam sampel madu ditemukan adanya enzim

diastase maka diberikan nilai positif, dan begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa penelitian kualitatif enzim diastase

pada sampel madu yang positif hanya terdapat padasampel A.Ditandai dengan terjadnyai

perubahan warna dari biru menjadi kuning, yang menandakan bahwa substrat amilum

dirombak oleh enzim yang ada dalam madu. Madu dengan jenis sampel A yang dibeli

Page 4: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

langsung dari toko madu di desa Namang Kabupaten Bangka Tengah, sesuai dengan syarat

mutu madu SNI 01-3545-2004.

Hal ini bisa disebabkan karena sampel A merupakan madu yang baru dipanen atau

belum lama disimpan.Enzim diastase merupakan enzim yang ditambahakan lebah pada

saat pematangan madu.Enzim ini hanya terdapat pada madu yang baru dipanen atau madu

murni tanpa pengolahan.Aktivitas enzim diastase dapat digunakan sebagai indikator untuk

mendeteksi perlakuan panas pada madu. Enzim merupakan protein, dan hanya aktif pada

keadaan tertentu. Enzim akan cepat rusak apabila kondisi terlalu asam, terlalu basa, terkena

panas atau logam berat (Achmadi, 1991).Pemanasan pada suhu di atas 40ºC menyebabkan

aktivitas enzim diastase menurun bahkan pada suhu tinggi menyebabkan enzim tersebut

menjadi tidak aktif.

Menurut Lineback dan Inlett(1982), secara keseluruhan madu mempunyai macam-

macam enzim yaitu amilase,glukooksidase, katalase, invertase, diastase, peroksidase,

fosfatase dan enzim-enzimproteolitik. Semua enzim ini berasal dari nektar, serbuksari dan

sekresi saliva lebah (White, 1992), akan tetapi dengan semakin lama penyimpanan dapat

menyebabakan enzim tersebut menjadi tidak aktif.

Gula Pereduksi

Pada penelitian ini kadar gula pereduksiyang dihitung adalah kadar glukosa.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada sampel yang memenuhi syarat

mutu madu SNI 01-3545-2004. Menurut SNI syarat mutu gula pereduksi minimal adalah

65%. Pada sampel A kadar gula pereksi adalah 45.93%, sampel B adalah 19.80% dan

sampel C adalah 60.88%.

Rendahnya kadar gula pereduksi dapat juga disebabkan oleh adanya dekomposisi

gula pereduksi karena terjadinya peningkatan HMF (Hidroksimetilfurfural). Menurut

Achmadi (1991), menyatakan bahwa HMF merupakan hasil dekomposisi glukosa, fruktosa

dan monosakarida lain yang memiliki enam atom C yang dalam suasana asam dan

pembentukannya dapat dipercepat dengan bantuan panas. Selain itu juga rendahnya kadar

glukosa bisa disebabkan karena telah terjadinya proses fermentasipada madu. Proses

fermentasi dapatdilakukan oleh khamir dari genus Zygosaccharomyces yang tahan

terhadap konsentrasi gula tinggi,sehingga dapat hidup dalam madu. Selama fermentasi, sel

khamir akan mendegradasi gula dalam madu (khususnya glukosa dan fruktosa) menjadi

alkohol (etanol). Apabila alkohol bereaksi dengan oksigen, alkohol tersebut akan

membentuk asam asetat yang mempengaruhi kadar keasaman, rasa dan aroma madu

(Kuntadi, 2002).

Penurunan kadar gula pereduksi menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula

berantai panjang (oligosakarida dan polisakarida) yang disebabkan oleh aktivitas enzim

dan proses pembalikan dalam suasana asam (Crane, 1979).

Ditambahkan lagi oleh Achmadi (1991), semakin lama penyimpanan dan tingginya

suhu penyimpanan akan menurunkan aktivitas enzim sehingga gula pereduksi yang

dihasilkan juga akan semakin menurun.

Kadar Air

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar airsampel C memenuhi syarat mutu

madu SNI 01-3545-2004yaitu kadar air maksimaladalah 22%, sedangkan sampel C kadar

airnya 15,23%.

Sampel C adalah madu yang sudah dikemas, disegel, bermerek dan sudah ada waktu

kadaluarsa dari perusahaan penjual madu dan dijual di mini market (Alfamart) di kota

palembang.Madu yang dikemas sebelumnya sudah diatur kadar airnya untuk menjaga

mutu madu selama penyimpanan. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan madu mudah

Page 5: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

mengalami kerusakan. Kerusakan bisa disebabkan karena terjadinya fermentasi yang

disebabkan oleh mikroorganisme yang pada madu selama penyimpanan, yang dipicu oleh

tingginya kadar air. Madu yang memiliki kadar air lebih dari 20% akan mudah mengalami

fermentasi, karena kadar tinggi dapat memicu perkembangbiakan sel khamir. Sebaliknya

madu dengan kadar air kurang dari 17% aman terhadap fermentasi, karena pertumbuhan

sel khamirnya dapat dihambat (Achmadi, 1991).

Pada sampel A dan B kadar airnya diatas syarat mutu SNI yaitu berturut turut adalah

25,23% dan 31,88%.Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi penyimpanan/tempat

penjualan madu yang terbuka (disuhu ruang) terutama sampel B yang dijual ditoko

Palembang. Ini dilakukan karena menurut pengawai toko yang mengatakan bahwa, apabila

kondisi dirigen (plastik kemasan) madu ditutup maka kemasannya akan membengkak atau

menggelembung karena madu tersebut menghasilkan gas. Setelah akan dibeli maka madu

tersebut ditutup.

Kondisi penyimpanan sampel A, yaitu tetap disuhu ruang, tetapi dengan kondisi botol

yang tertutup dan botolnya terbuat dari kaca atau menggunakan botol bekas sirup.

Air yang terkandung dalam sisiran madu berasal dari nektar yang telahdimatangkan

oleh lebah. Konsentrasinya tergantung dari beberapa faktor yangmempengaruhi proses

pematangan madu antara lain kondisi cuaca, kadar air awalnektar serta kekuatan koloni

(White, 1992).

Gojmerac (1983), menyatakan bahwa madu bersifat higroskopisatau menyerap air.

Madu matang yang sudah dikeluarkan dari selnya akan segeramenyerap air dari udara

sekelilingnya sampai mencapai keseimbangan. Hal inidikarenakan madu merupakan

larutan sangat jenuh dan tidak stabil.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwamadu yang dibeli di Bangkamemenuhi

syaratmutumadumenurutSNI 01-3545-2004 dari uji aktivitas enzim diastase sedangkan

sampel madu yang dibeli di supermarket di Palembang memenuhisyarat dari uji kadar

airnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk Lebah Madu dan Pelatihan Staf Laboratorium

Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3545-2004.Madu. Jakarta.

Codex Alimentarius. 2001. Draf Revised Standard for Honey. Alinorm 01/25 19-26.

Crane, E. 1979. Honey A ComprehensiveSurvey. The International Bee Research

Association. ChalfontSt Peter. Buckinghamshire. England.

Gheldof, N., Xiao-Hong and Engeseth, N.J. 2002. Identification and Quantification of

Antioxidant Componens of Honey from Various Floral Sources. Journal Agricultural

and Food Chemistry. 50:5870-5877.

Gojmerac, W. L. 1983. Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. The AVI Publishing

Co.. Westport, Connecticut.

Hadisoesilo, S., Kahono, S dan Suwandi. 2011. Potensi Lebah Madu Hutan Apis

dorsata Di Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo,

Riau dan KabupatenSumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pontianak.

Kuntadi. 2002. Madu Komposisi Sifat dan Khasiatnya. Sylva Tropika Informasi Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Populer No. 07 Edisi November 2002. Jakarta.

Page 6: Uji Aktivitas Enzim Diastase, Kadar Gula Pereduksi Dan ... Evahelda REV.pdf · Enzim diastase, gula pereduksi dan kadar air adalah sebagian parameter ... katalase, invertase, diastase,

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

ISBN: 979-587-580-9

Lineback, D. F. and G. E. Inlett. 1982. Food Carbohydrate. The AVI Publishing Co., Westport,

Connecticut.

Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. In vitro Assesment of The Antimicrobial

Potential of Honey on Common Human Pathogens.Ethiop. J. Health Dev. 2004:18 (2).

Ratnayani, K., N.M.A. D. Adhi S., dan I G.A.M.A.S. Gitadewi, 2008. Penentuan Kadar

Glukosa dan Fruktosa Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2 (2) : 77-86.

Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Madu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

White, J.W. 1975.Composition of Honey, in Crane E. (Ed), Honey: A Comprehensive

Survvey, Heinemann, London. P:180-194.

White, J.W. 1992. Quality Evaluation of Honey: Role of HMF and Diastase Assays in

Honey Quality Evaluation. American Bee Journal. 132(11/12): 737-742, 792-794.

Winarno, F.G. 1982. Madu Teknologi khasiat dan Analisa. Pusat Pengembang Teknologi

Pangan. Bogor.