Upload
mamen-geoll
View
70
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
UJIAN
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Penguji :
dr. Iman Santoso, Sp.KJ
dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ
Penyusun :
Vivi Agus Setya Ning Rum
2009.04.0.0086
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014
UJIAN
ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HANG TUAH – RSAL DR. RAMELAN
SURABAYA
Nama : Vivi Agus Setya Ning Rum
NIM : 2009.04.0.0086
Penguji : dr. Iman Santoso, Sp. KJ
dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Sudi Hartono
No. Rekam Medis : 479646
Umur : 42 Tahun
TTL : Medan, 6 Mei 1973
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan/Pangkat : TNI-AL / Letda Mar
Nrp : 19841/p
Kesatuan : Yonhowitzer-1 mar
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Alamat : Perumahan Mentari Bumi Sejahtera Jl. Kelapa
Gading III E.19 Kalipecabean Candi Sidoarjo
Alamat orang tua isri : Desa Wates negoro,Dusun Dateng RT.01 Mojokerto
Tanggal MRS : 23 Juli 2015
1
Autoanamnesis
Autoanamnesis I dengan penderita, Tn. Sudi Hartono dilakukan pada hari Senin, 3
Agustus 2015, pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun VI RSAL,
Surabaya.
Autoanamnesis II dengan penderita, Tn. Sudi Hartono dilakukan pada hari Rabu, 5
Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun 6 RSAL,
Surabaya.
Heteroanamnesis
Heteroanamnesa dengan Ny. Elive Twi Etik (Istri penderita) dilakukan pada hari
Jumat tanggal 7 Agustus 2015 pukul 16.30 WIB, di rumah mertua di Desa Wates
Negoro, Dusun Dateng, RT.01 Mojokerto.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
II.1Keluhan Utama :
Penderita dibawa ke UGD RSAL Dr.Ramelan, Surabaya oleh komandan dan
rekan kerjanya karena penderita marah-marah saat ditanya komandan karena
tidak masuk kerja.
II.2Keluhan Tambahan :
Penderita tidak masuk kerja selama 3 minggu tanpa alasan serta saat di tanya
alasan oleh komandan penderita menggebrak meja dan berteriak
II.3Gejala Prodormal
Penderita sering begadang karena sulit tidur
Penderita jarang makan, mandi
Penderita lebih suka berdiam diri di kamar
II.4Peristiwa Terkait Keluhan Utama
Penderita merupakan anak kedua dari enam bersaudara
Penderita dididik dengan keras oleh orang tuanya sejak kecil
Penderita kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya
Penderita sudah sejak usia 11 tahun bekerja untuk membantu perekonomian
keluarga
2
Penderita merupakan tulang punggung keluarganya karena kakak penderita
sakit stres
Penderita merupakan seorang ayah yang pendiam
Penderita merupakan pribadi yang pendiam, tertutup dan memendam masalah
Penderita sudah tidak masuk kerja selama 3 minggu belakangan ini
Penderita sering marah-marah kepada komandan di tempat kerja
II.5Riwayat Penyakit Sekarang :
Autoanamnesis I dengan penderita, Tn. Sudihartono dilakukan pada hari
Senin, 3 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa
Paviliun 6 RSAL Surabaya.
Pemeriksa menghampiri penderita yang sedang tidur di kamar. Pada saat itu
penderita menggunakan kaos pendek longgar berwarna putih, celana setinggi lutut
yang ditutupi oleh selimut RSAL berwarna putih bergaris biru. Wajah penderita
tampak sesuai usia, rambut pendek 1 cm dan tidak tampak acak-acakan. Raut wajah
tampak tidak bersemangat. Kemudian pemeriksa mengetuk pintu kamar dan
mendekati penderita dengan membawa tensimeter lalu membangunkan penderita
dengan berkata permisi bapak saya tensi dulu ya, lalu pasien memberikan tangan
kanannya. Sambil mengukur tekanan darah penderita, pemeriksa menanyakan nama
penderita, penderita pun menjawab dengan cukup baik dan menatap mata pemeriksa.
Pemeriksa menanyakan apa ada keluhan pada hari ini, kemudian penderita
menjawab tidak ada dan penderita terdiam lagi. Pemeriksa bertanya lagi, tadi sudah
mandi, belum jawabnya, pemeriksa bertanya kenapa, malas jawabnya. Pemeriksa
tetap berusaha mengajak ngobrol penderita dengan menanyakan apa tadi sudah
makan, dan penderita menjawab sudah tapi sedikit. Lalu penderita menutup badan
dan wajahnya dengan selimut, dan pemeriksa pun berpamitan keluar dari kamar
sambil berkata bahwa penderita beristirahat dengan mengucapkan selamat tidur.
Pemeriksa pun keluar kamar dengan menutup pintu.
Autoanamnesis II dengan pasien, Tn. Sudihartono dilakukan pada hari
Rabu, 5 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun 6
RSAL Surabaya.
3
Penderita sedang duduk sendirian didepan kamar sambil merokok dengan
memakai kaos pendek berwarna abu-abu, celana pendek setinggi lutut,
menggunakan sandal japit, wajah penderita tampak sesuai dengan umurnya, rambut
pendek 1 cm dan tidak tampak acak-acakan, berat dan tinggi badan penderita tampak
normal. Penderita tampak sehat, tidak didapatkan cacat fisik bawaan pada penderita.
Raut wajah tampak tidak bersemangat.
Pemeriksa menghampiri dan menyapa penderita. Penderita pun merespon
dengan baik dan menatap kedua mata pemeriksa. Pemeriksa bertanya penderita anak
ke berapa, dan penderita menjelaskan bahwa penderita merupakan anak kedua dari
enam bersaudara. Selama ini penderita menjadi tulang punggung keluarga dimana
penderita menghidupi adik-adik dan kedua orang tuanya. Pemeriksa bertanya
mengapa penderita yang menjadi tumpuan keluarga padahal mempunyai kakak laki-
laki, penderita pun menjelaskan bahwa kakak laki-lakinya dulu pernah sakit jiwa
akibat masalah ekonomi yang membelit keluarganya serta penyakit yang menimpa
ayahnya namun penderita tidak ingat tahun kejadiannya. Akhirnya penderita yang
membantu perekonomian keluarga dengan membantu ibu berjualan dan bekerja di
bengkel motor sampai lulus SMA. Kemudian pemeriksa menanyakan perjalanan
hidup penderita seusai SMA, dan penderita bercerita setelah lulus penderita ingin
kuliah di Universitas Semarang jurusan MIPA melalui UMPTN tetapi tidak lulus,
mau mencoba jalur umum tidak mempunyai cukup uang. Akhirnya penderita ikut
pendaftaran Bintara dan lolos. Penderita mulai bekerja sejak tahun 1991 sebagai
bintara, kemudian penderita mengikuti tes Secapa dan akhirnya lolos sebagai
Perwira.
Pemeriksa bertanya penderita mempunyai berapa anak, penderita mengatakan
bahwa penderita mempunyai 2 anak, anak pertama perempuan bernama Elsha
berusia 12 tahun yang sedang berada di Pondok Pesantren Mojosari, penderita
menjelaskan ini merupakan keinginan anaknya sendiri, walaupun biayanya mahal
tapi penderita sanggup mencari hutangan untuk membiayai anaknya karena
penderita yakin itu semua untuk bekal di akhirat. Lalu anak kedua laki-laki bernama
Muhammad Aulia berusia 5 tahun yang bersekolah di TK Pondok Pesantren Darul
Ulum dekat rumahnya.
Pemeriksa bertanya apakah penderita pernah memiliki masalah di kantor,
penderita pun berkata tidak pernah membuat masalah hanya memukul komandan
kompinya. Pemeriksa pun bertanya apa alasannya, dan penderita pun menjelaskan
4
bahwa saat itu penderita hanya menanyakan tentang alasan anggota penderita yang
belum naik pangkat lalu komandannya marah kemudian penderita tidak terima dan
memukuli komandannya.
Pemeriksa bertanya dalam sehari penderita menghabiskan berapa batang
rokok, penderita menjawab dalam sehari bisa habis 4 pack rokok terutama saat
banyak masalah, kalau minum kopi bisa sampai 10 gelas per hari. Penderita
mengaku setiap hari hanya merokok dan minum kopi saja. Pemeriksa bertanya
tentang kebiasaan penderita, lalu penderita menjawab biasanya sehari mandi hanya 1
kali saja karena malas, kalau makan saat di rumah sakit makan 3 kali sehari tapi jika
di rumah penderita tidak pernah makan. Kemudian penderita berkata bahwa
penderita malas untuk beribadah shalat, dan shalat hanya saat ada masalah saja.
Penderita mengaku hanya mendapat pelajaran agama pada kelas 1 SD sampai kelas
3 SD saja dari orang tua dan saat di tempat mengaji. Saat menginjak kelas 4 SD
penderita sepulang sekolah langsung bekerja di bengkel dan malamnya membantu
ibu di warung sehingga penderita tidak sempat belajar mengaji. Pemeriksa bertanya
tentang hobi penderita, penderita berkata hobinya adalah melukis, bahkan penderita
pernah melukiskan wajah istrinya dikertas pada saat di kamar.
Kemudian penderita berdiri dan sibuk memetik lidah buaya yang ada di taman
paviliun, pemeriksa mendekati penderita dan bertanya apa gunanya lidah buaya
untuk penderita, penderita menjelaskan lidah buaya itu akan di pakai untuk keramas
karena penderita menganggap shampoo alami. Pemeriksa bertanya lagi berarti
selama ini penderita tidak pernah memakai shampoo, penderita menjawab selama ini
menggunakan bahan alami yang ada di rumah.
Pemeriksa bertanya mengapa penderita kemaren sempat marah-marah
sebelum di bawa ke RSAL, penderita menjawab tidak tahu dan tidak ingat, penderita
hanya tahu kalau marah-marah sampai tangan di borgol dan di tali dari keterangan
istri dan adik lichting nya. Kemudian pemeriksa bertanya apakah selama ini ada
masalah di keluarga, penderita pun membenarkan kalau mempunyai masalah dengan
istrinya, penderita juga menceritakan kalau tidak ingat istrinya itu perempuan pasti
sudah dipukulinya. Penderita jengkel dengan istrinya karena istrinya tidak
membolehkan penderita memberikan uang kepada ibu penderita yang sakit kanker
rahim dan ayah penderita yang lumpuh, serta penderita merasa istrinya tidak pernah
perhatian dengan suami karena saat bertemu tidak pernah mengajak bicara. Padahal
saya menghabiskan dana puluhan juta untuk membiayai pengobatan kakaknya
5
sampai meninggal tetapi saya hutang sedikit dimarahi, ujarnya. Selain itu, penderita
sering tidak sepaham sama istri, kalau ke anak kasar, suka memukul dan mencubit di
depan penderita. Penderita tidak suka anaknya di pukuli karena penderita trauma
semasa kecil sering di pukuli ayahnya. Penderita menyadari bahwa pekerjaan istri
berat. Selama istri sakit (setelah istri kecelakaan), penderita yang mengambil alih
pekerjaan istrinya seperti mencuci baju, bersih-bersih rumah bahkan memasak.
Pemeriksa berusaha mengungkap dan memastikan apakah penderita hanya marah
karena istri mukul anak-anak saja, penderita membenarkan. Dan penderita
menuturkan bahwa sebenarnya masalah yang sedang dihadapi sekarang ini berkaitan
dengan hutang. Penderita berkata, “Padahal saya statusnya minjem ke mertua sampai
sertifikat rumah saya kasih. Padahal waktu kakak istri saya sakit sampai meninggal
saya bantu sampai puluhan juta. Sekarang saya pinjam tidak diberi”. Hal ini
dikatakan berulang-ulang oleh penderita selama pemeriksa melakukan wawancara.
Kemudian pemeriksa bertanya untuk apa meminjam uang, penderita menjawab
untuk dikirim ke Medan karena ibu penderita sekarang sakit kanker rahim. Penderita
berkata, “Daridulu sifatnya seperti itu maunya keluarga nya saja yang dibantu
sementara kalau keluarga saya minta bantuan istri dan ibu mertua saya marah.”
Pemeriksa bertanya apakah hutang hanya terbatas dengan mertua saja, penderita
mengangguk dan bercerita awalnya hutang diluar lalu dibayar dengan uang mertua,
jadi yang diluar lunas tinggal hutang di mertua. Setelah adanya masalah hutang ini,
penderita baru menyadari bahwa sudah 2 minggu tidak masuk kerja. Kemudian
pemeriksa bertanya apakah penderita tidak ingat kalau tidak bekerja, penderita
menjawab tidak tahu dan tiba-tiba dijemput paksa lalu diborgol. Pemeriksa bertanya
apa yang dilakukan selama penderita tidak bekerja , penderita menjawab selama
dirumah hanya bermain dengan anak terkecil di rumah, dan malam kadang keluar di
tempat sepi seperti gua di daerah Pacet. Pemeriksa bertanya apakah waktu di goa apa
ada yang nyuruh atau nemenin, pasien menjawab tidak ada, penderita hanya
menenangkan diri duduk dan merokok. Pemeriksa kembali bertanya apakah keluarga
tidak ada yang bertanya selama tidak bekerja, penderita menjawab bahwa sudah
lama tidak dihiraukan oleh istrinya karena masalah hutang. Tiba-tiba penderita
memegang kepalanya sambil melihat ke bawah, pemeriksa menanyakan apakah
penderita pusing, penderita membenarkan kalau pusing lalu penderita bercerita
bahwa penderita sampai sekarang masih jengkel dengan ayahnya karena semasa
kecil penderita sering di marahi, dipukul bahkan di ikat di pohon seharian, dan
6
hanya ibu penderita saja yang perhatian dengan memberi makan secara sembunyi-
sembunyi. Semua kesalahan meskipun salah adik atau kakak tetap pelampiasannya
ke penderita, sampai pernah diikat di tiang pohon bambu akibat mengajak adik-
adiknya berenang disungai. Kemudian pemeriksa menanyakan apakah ayahnya
sampai sekarang masih sering marah-marah, penderita berkata tidak namun
penderita masih mengingat hal itu dan penderita berkata jika sampai hal itu terjadi
ayahnya akan di bunuh.
Pemeriksa bertanya apakah selama ini penderita tidak pernah bercerita
masalah dengan orang lain, penderita menjawab tidak pernah hanya di simpan
sendiri karena menurut penderita lebih baik diam daripada disalahkan. Penderita
mengaku sebenarnya ingin punya teman curhat tetapi penderita takut hal itu akan
membebani orang lain karena orang lain pun pasti mempunyai masalah sehingga
selama ini jika ada masalah dipendam sendiri. Penderita berkata selama ini juga
sering mengamuk sampai membanting tv dan memukul kulkas lalu pergi keluar
rumah , pemeriksa bertanya mengapa tv yg dibanting apakah ada yang menyuruh
untuk membanting, penderita menjawab tidak tahu rasanya tiba-tiba saja dimana hal
ini terjadi saat penderita marah. Saat penderita mendengarkan pengajian mama
Dedeh di TV, penderita merasa ingin pensiun dini dan ingin masuk pesantren karena
jika mengejar dunia tidak akan ketemu apa yang kita cari, ujarnya.
Pemeriksa bertanya sejak kapan penderita minum-minuman keras, lalu
penderita menjawab penderita pertama kali minum pada saat selesai dilantik jadi
sersan dua, awalnya hanya coba-coba lalu ikut-ikutan teman, dan diajak senior saat
diacara nikahan. Pemeriksa bertanya apakah kalau stress penderita juga meminum
minuman keras, penderita menjawab kalau stress pasti ngopi terus ngerokok, kalau
ngerokok banyak kadang 2 pack surya 16 jadi totalnya 32 batang per hari. Lalu
penderita bercerita bahwa marinir itu banyak peminum, kalau narkoba hanya ada 1
atau 2 orang saja.
Saat pemeriksa berhenti bicara tiba-tiba penderita bercerita pernah menjadi
bintara operasional di Karangpilang, dan sering pusing karena mengurus mulai dari
penerimaan siswa, memikirkan macam latihan, pendanaan, dan administrasi logistik.
Jadi penderita bekerja didepan komputer selama 7 hari 7 malam tanpa tidur, makan
dan minum pun di depan komputer, minum kopi sampai segelas besar ukuran gelas
susu soda sambil merokok. Penderita mengaku bahwa penderita jarang tidur sampai
sekarang dan penderita merasa bisa tidur nyenyak di RSAL karena diberi obat.
7
Penderita saat ini merasa kepalanya berat , berdiri terasa piur-piur kayak enervon
dikasi air terus blukutuk. Penderita mengatakan tidak boleh minum kopi di rumah
sakit sampai mengeluh sakit kepala, namun kalau minum kopi pusing ini
menghilang. Pemeriksa bertanya lagi kalau saat tidak tidur dimalam hari apa yang
dilakukan penderita, penderita menjawab hanya duduk dan rokokan saja kalau mata
sudah terasa berat baru tidur, kadang mandi malam-malam. Kalau waktu tidur ada
suara dikit langsung terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Kalau siang ngantuk tidur
paling hanya 2 jam.
Pemeriksa bertanya apakah penderita sudah minum obat, penderita menjawab
sudah dan menjelaskan obatnya berwarna putih dan biru. Pemeriksa bertanya
apakah dulu pernah masuk rumah sakit, penderita menjawab dulu pernah dirawat di
Paviliun 6 tahun 2010. Pemeriksa bertanya apakah selama ini penderita minum obat
secara teratur, penderita menjawab semenjak obat habis tidak pernah minum obat
lagi dan tidak pernah kontrol karena penderita merasa tidak sakit.
Heteroanamnesa I dengan Ny. Elive Twi Etik (Istri penderita) dilakukan
pada hari Jumat tanggal 7 Agustus 2015 pukul 16.30 WIB, di Rumah mertua
penderita di Desa Wates negoreo, Desa Dateng RT.01 Mojokerto.
Pada heteroanamnesa, pemeriksa menanyakan tentang riwayat penyakit
penderita kepada istri penderita. Istri penderita cukup terbuka dan langsung bercerita
panjang dan lebar kepada pemeriksa.
Pemeriksa bertanya suami marah-marah sejak kapan, istri penderita menjawab
suami marah-marah ini sejak terjerat hutang dan hutang nya untuk keluarganya di
Medan. Istri penderita bercerita bahwa istri tidak mengetahui jika suami mempunyai
hutang pada bank dan renteiner dan tidak mengetahui untuk keperluan apa karena
suami tidak pernah bercerita apapun kepada istrinya. Semenjak itu suami jarang
masuk dinas di kantor, lalu dicari dan didatangi ke rumah oleh pihak kantor. Saat itu
istri tidak ada dirumah. Menurut cerita orang kantor, saat suami ditanya tentang
alasan kenapa selama ini tidak masuk kantor, suami memberontak memukul lemari
lalu dibawa ke kantor bertemu komandan dan saat ditanya oleh komandan, suami
teriak-teriak melawan akhirnya dimasukkan di RSAL.
Kemudian pemeriksa mencoba mengungkap kembali dengan bertanya sejak
kapan istri penderita mengetahui perubahan perilaku suami sebelum masuk rumah
sakit, istri penderita pun menjawab sejak ada masalah hutang. Istri penderita
8
mengaku 3 bulan ini suaminya jika diajak mengobrol hanya diam saja dan sering
menatap jendela kamar dengan pandangan kosong. Semenjak terjerat hutang di bank
dan renteiner pada tahun 2013, istri penderita tidak pernah diberi nafkah dan sebagai
kewajiban seorang istri semua dikerjakan sendiri, suami tidak pernah membantu
pekerjaan rumah tangga dan tidak bisa memberikan solusi mengenai masalah yang
sedang dihadapi, akhirnya istri penderita menggugat cerai saat satu minggu sebelum
suami membolos kerja. Dan istri penderita merasa mungkin semua ini menjadi
beban yang berat untuk suaminya sehingga tidak mau bekerja.
Pemeriksa bertanya apa saja yang dilakukan suami selama tidak masuk kerja,
istri penderita menjelaskan bahwa istri tidak mengetahui apa saja yang dilakukan
suaminya karena istri juga bekerja dari pagi sampai sore. Hanya disaat pulang istri
melihat suami sedang berbaring dikamar tidur, bermain dengan anaknya yang kecil
dan kadang bilang pergi kerumah candi lalu pulang di malam hari. Istri penderita
mengatakan pernah menanyakan pada tetangganya yang di Candi apakah benar
suaminya kesana, tetangganya pun berkata memang suami sering kerumah Candi
sendirian dan kalau sudah masuk rumah tidak keluar lagi dan saat mulai larut baru
keluar dari rumah. Pemeriksa bertanya kembali apakah istri penderita pernah melihat
suaminya ngomong-ngomong sendiri, atau tiba-tiba ketakutan, istri penderita
menjelaskan bahwa hal itu tidak pernah dilakukan suaminya. Istri penderita
mengaku tidak pernah berkomunikasi selama 3 bulan terakhir ini karena tertekan
menanggung beban masalah ekonomi keluarganya dan suaminya tidak pernah
memberikan sedikitpun uangnya untuk keluarganya.
Kemudian pemeriksa menanyakan tentang bagaimana siklus tidur suami
sebelum masuk rumah sakit, istri menjelaskan bahwa setiap malam suami jarang
tidur, suami sering merokok dan minum kopi sampai larut malam dan sering tampak
gelisah saat berbaring dengan sering merubah posisinya. Istri penderita mengaku
tidak begitu memperhatikan suami baru bisa tidur jam berapa karena istri selalu
tertidur lebih awal dari pada suaminya. Kemudian pemeriksa bertanya tentang
kebiasaan penderita sebelum masuk rumah sakit, istri penderita pun bercerita bahwa
suami sehari makan dua kali dan hanya sedikit, menurut istri penderita sebelum sakit
pun penderita juga memang jarang makan nasi. Selama ini hanya minum kopi,
kadang softdrink dan makan snack, ujarnya. Biasanya minum kopi dirumah bisa
sampai 5 gelas dalam sehari, belum kalau suami minum kopi di warung. Kalau
merokok biasanya 1 kotak untuk 2 hari namun pernah 1 kotak bisa habis dalam
9
sehari dan yang biasa dibeli rokok surya 16. Suami memang dari awal menikah
jarang mandi, bahkan temannya pernah bilang suaminya kuat tidak mandi selama 2
hari selama dilapangan, ujarnya. Dan istrinya mengatakan suaminya pernah minum
minuman keras sebelum menikah namun mulai menikah sampai sekarang tidak
pernah. Istri penderita mengaku bahwa suami tidak pernah sholat.
Menurut istrinya hubungan suami dengan tetangga, saat dicandi baik dan aktif
ikut karang taruna, namun selama di rumah mertua suami tidak pernah
berkomunikasi dengan tetangganya. Bahkan saat ada tahlilan dirumah orang tua istri,
suami tidak pernah mau menghadirinya. Biasanya pulang kerja suami hanya
merokok dan minum kopi diteras lalu masuk kamar. Kadang keluar dengan anak-
anaknya.
Istri penderita bercerita bahwa dulu suami pernah masuk tahun 2010 dengan
gejala yang sama yaitu tidak masuk kerja tanpa ijin. Saat itu suami tertekan akibat
mengetahui ayahnya terlibat penggelapan uang KUD di kampungnya. Lalu keluarga
suami minta uang terus, dan suami tidak mempunyai cukup uang, bahkan untuk
biaya sekolah anak-anak berasal dari istri. Hal ini sudah berlangsung lama sebelum
menikah karena suami menjadi tulang punggung keluarga, namun setelah menikah
selama tahun pertama keluarganya memang tidak minta uang mungkin karena
sungkan tapi tahun kedua dan seterusnya datang minta uang. Informasi dari orang
kantor tiap bulan suami juga sering transfer ke adik-adiknya dan ayahnya. Selain itu
sering main togel online kalau beli sampai 3 juta.
Dalam satu tahun ini perekonomian semakin sulit karena istri penderita
mengalami kecelakaan, sehingga tidak bisa bekerja dan tidak ada masukan , padahal
kebutuhan bertambah seperti biaya pengobatan setelah kecelakaan dan biaya sekolah
anak-anak yang besar, dan harus mencicil hutang suami sebesar 180 juta di bank
yang harus dibayar dalam 10 tahun ke depan. Lalu istri penderita meminta hak untuk
dinafkahi namun suami sedang memiliki masalah dan tidak bisa menyelesaikan
masalahnya, dan istri mengancam meminta cerai karena sudah tidak tahan lagi. Istri
penderita berkata suaminya jarang pulang mungkin karena takut istrinya meminta
uang. Istri mengaku ingin cerai bukan karena ada orang ketiga tapi istri sudah tidak
kuat, semenjak itu suami lebih banyak diam, hanya tidur di kamar dan tidak dinas
sampai dibuatkan surat peringatan.
Pemeriksa bertanya mengapa semua kebutuhan keluarga di tanggung oleh
suaminya, istri penderita bercerita karena suaminya satu-satunya yang jadi pegawai
10
dan dianggap mapan sehingga semua bergantung ke suami, istri pernah membaca
sms dari ayahnya “jangan lupa ini nomer rekening aji ponakannya dan rekening
iwan adiknya “ namun saat ditanya kebenarannya suami tidak jujur kepada istri
penderita. Jika istri meminta cerai suami teriak-teriak dan mengancam akan
membunuh anak-anaknya dan bunuh diri, maka dari itu istri penderita bertahan.
Kalau masalah kantor tidak ada. Istri berkata bahwa suami mempunyai watak yang
keras, suka marah-marah, dan ingin menang sendiri. Istri penderita menerangkan
bahwa dahulu suami pernah memukul istrinya lalu istri pun mengancam akan
menggugat cerai jika hal ini terulang kembali. Semenjak itu jika marah, suami hanya
memukul barang-barang disekitar. Biasanya suami marah jika ditanya tentang hal
yang berkaitan dengan hutang, lalu istri diminta keluar dari kamar dan jika ditanya
ulang maka suami menggebrak barang yang ada disekitar. Istri menerangkan bahwa
keluarganya tinggal di Candi Sidoarjo hanya 2 tahun saja. Setelah itu tinggal di
rumah orang tua dari istri karena pada saat itu istri mengandung anak kedua
sehingga istri merasa kerepotan jika mengurus rumah sendiri, mengawasi anaknya
saat ditinggal bekerja.
Kemudian pemeriksa menanyakan tentang hubungan suami dengan anak-
anaknya dan mertuanya. Istri penderita pun bercerita bahwa hubungan dengan
mertuanya baik, kalau hubungan dengan anaknya jika dengan anak yang pertama
tidak begitu dekat karena mengetahui sifat ayahnya yang keras, kalau anak kedua
mulai menjauhi ayahnya karena ayahnya sering marah jika diminta membelikan
sesuatu namun suami lebih dekat dengan anak keduanya daripada anak pertama
dimana suami sering mengajak anaknya berenang bersama dan membelikan es krim
saat pulang kerja.
Pemeriksa menanyakan bagaimana hubungan istri dengan keluarga suami, istri
berkata bahwa hubungan dengan mertuanya tidak berjalan dengan baik. Istri
penderita sampai saat ini hanya bertemu satu kali dengan mertuanya yaitu pada saat
setelah menikah. Menurut istri keluarga suami memang keras, mungkin hal ini yang
membentuk karakter suami menjadi keras seperti ini. Dan suami pernah bercerita
kepada istrinya, sejak kecil suami bekerja keras untuk membantu menghidupi
keluarganya.
.
II.6Riwayat Penyakit Dahulu
11
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik :
Penderita pertama kali kontrol di poli jiwa RSAL pada tanggal 2 Juni 2014.
Untuk riwayat MRS disangkal penderita
B. Riwayat Gangguan Medik
- Hipertensi : (+), terkontrol
- Diabetes Melitus : Disangkal
- Asma : Disangkal
- Vertigo : Disangkal
- Migrain : Disangkal
- Gastritis : Disangkal
- Riwayat MRS : Disangkal
- Penyalahgunaan zat/obat : Disangkal
- Tic facialis : (+), terkontrol
Pasien 3 tahun SMRS mengalami Tic facialis di mata kanan, dan rajin
kontrol ke poli saraf
II.7Riwayat Penyakit Keluarga
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Tidak ada anggota keluarga lain baik dari pihak penderita yang
memiliki riwayat gangguan jiwa
B. Riwayat Gangguan Medik
- Hipertensi : Disangkal
- Diabetes Melitus : Disangkal
- Asma : Disangkal
- Penyakit jantung : Disangkal
- Alergi : Disangkal
- Vertigo : Disangkal
- Gastritis : Disangkal
II.8Riwayat Hidup
12
A. Prenatal dan Perinatal
Kelahiran Penderita diharapkan dan direncanakan
Persalinan normal dan tidak ada cacat congenital
Penderita dan semua saudaranya mendapatkan asupan ASI eksklusif dari
ibunya
Ibu Penderita tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang maupun alcohol
B. Masa Kanak Awal (usia 0 - 3 tahun)
Penderita dirawat oleh ayah dan ibunya dan tak pernah dirawat oleh orang
lain
Hubungan dengan ayah, ibu dan saudaranya baik
Tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada Penderita
Tidak terdapat kenakalan yang berarti pada Penderita
C. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)
Tidak terdapat gangguan belajar dan membaca
Tidak terdapat gangguan menulis
D. Masa Kanak Akhir (7-11 tahun) dan Masa Pra Remaja
Penderita bersekolah di SD tetapi lupa namanya
Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya serta
guru-gurunya, tetapi tidak punya teman dekat tetapi tidak punya teman
dekat
Penderita tidak pernah tinggal kelas
Penderita adalah anak yang disiplin
Penderita tidak menangis saat pertama kali ditinggal oleh ibunya di
sekolah
E. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)
Penderita bersekolah di SMP Embong Wungu
Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman dan guru-
guruya, tetapi tidak punya teman dekat.
Penderita tidak pernah terlibat masalah kenakalan di sekolah
Penderita mengaku bersifat pendiam tetapi bila ada masalah menceritakan
masalahnya pada orang tuanya
Penderita tidak pernah tinggal kelas
Penderita tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang
F. Masa Remaja Akhir (15-18 tahun)
13
Penderita bersekolah di SMAN tetapi lupa namanya dan tidak sampai
lulus karena ada peristiwa G30SPKI
Penderita sudah menikah pada usia 17 tahun dan mulai bekerja untuk
membantu perekonomian keluarga
Penderita tidak pernah menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang
G. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
- SD (lupa) : 6 tahun
- SMP Embong Wungu : 3 tahun
- SMA (lupa) : tidak sampai lulus akibat G30SPKI
2. Riwayat Pekerjaan
Penderita pernah bekerja sebagai sekretaris bagian keuangan di
sebuah toko hanya beberapa tahun saja setelah itu berhenti. Dan setelah
itu tidak bekerja tetapi mengikuti kegiatan ibu-ibu Bhayangkari.
3. Riwayat Pernikahan
Penderita menikah dengan bapak Abdul Manam di Surabaya (tahun
1965), dan telah dikaruniai empat orang anak. Penderita melahiran anak
pertama pada tahun 1968, ke-2 tahun 1973, ke-3 tahun 1975 dan ke-4
pada tahun 1978. Sekitar 10 tahun yang lalu, sudah hidup hanya dengan
suami saja karena anak-anaknya sudah berkeluarga semua.
4. Riwayat Agama
Penderita beragama Islam. Pendidikan agama didapatkan dari orang
tua dan sekolah sejak kecil. Penderita rajin untuk sholat 5 waktu.
5. Riwayat Militer
Penderita tidak pernah mendapatkan pendidikan militer dan tidak
memiliki keinginan untuk masuk pendidikan militer
6. Aktivitas Sosial
Hubungan Penderita dengan orang tuanya baik. Dan dengan suami dan
anak-anaknya cukup harmonis. Hubungan dengan tetangga baik, suami
14
penderita merupakan tokoh masyarakat di kampungnya dan mengaku
tidak pernah ada masalah dengan tetangga-tetangganya. Sampai ketika
penderita mulai sakit, sehingga hubungan dengan tetangga menjadi lebih
renggang karena merasa curiga kepada tetangganya.
7. Situasi Kehidupan Sekarang
Penderita sekarang tinggal berdua dengan suaminya, bapak Abdul
Manam di Jl. Kedondong Kidul I/17k, Surabaya. Keadaan ekonomi
Penderita baik. Sumber keuangan dari ke-4 anak penderita dan gaji
pensiunan suami.
8. Riwayat Hukum
Penderita tidak pernah terlibat pelanggaran hukum dan melakukan
tindak kriminal
Penderita tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obat
terlarang
9. Riwayat Psikoseksual
Penderita mendapatkan pendidikan mendapatkan pendidikan norma-
norma yang berlaku dari orang tua dan lingkungannya, dan penderita
dapat menerimanya dengan baik. Penderita selalu mematuhi peraturan
yang ada
10. Riwayat Keluarga
Penderita merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara, tetapi
sekarang sudah meninggal semua. Secara keseluruhan, hubungan
Penderita dengan keluarga cukup harmonis dan tidak ada permasalahan
yang berarti.
SILSILAH KELUARGA
15
Ayah Ibu
Sejak kecil Penderita dirawat oleh kedua orang tuanya:
Suami Penderita
Nama : Abdul Manam
Usia : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Purnawirawan polisi
Penderita
Nama : Muntamah
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penderita memiliki empat anak
1. Anak Pertama
Nama : Yusuf Rudi Wijaya
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Kontraktor
2. Anak kedua
Nama : Susiawati
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : wiraswasta
3. Anak ketiga
Nama : Nanik Widiawati
Usia : 39 tahun
16
1 3 42
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
4. Anak keempat
Nama : Lilin Ernawati
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Dokter gigi
11. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Penderita ingin menjalani sisa hidupnya hubungan keluarga yang
harmonis antara suami dan anak-anaknya.
III. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita berusia 66 tahun. Wajah Penderita sesuai usia. Penderita
menggunakan jilbab. Berkulit sawo matang. Penderita mengenakan daster
berwarna hitam.. Tidak terdapat cacat bawaan.
2. Kontak
Kontak mata terhadap pemeriksa (+), mata Penderita memandang ke arah
mata pemeriksa
Kontak verbal (+) , Penderita dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar. Namun terkadang penderita tidak menjawab pertanyaan
pemeriksa
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar. Namun terkadang penderita tidak menjawab pertanyaan
pemeriksa.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
17
Penderita kooperatif dan mau menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
baik. Dan terkadang penderita juga memberikan nasehat kepada pemeriksa
dan pelajaran mengenai norma-norma di masyarakat.
b. Mood dan Afek
Mood : Menurun
Afek : Menurun
Keserasian : Ekspresi afek cukup serasi dengan isi pembicaraan
c. Pembicaraan
Kuantitas : cukup, jawaban sesuai dengan pertanyaan pemeriksa
Kualitas : lancar, artikulasi jelas, namun terlihat ragu-ragu
d. Persepsi
Halusinasi Optik : (+)
Halusinasi Dengar : (+)
Ilusi : (-)
e. Pikiran
Bentuk : Non Realistik
Arus : Koheren
Isi : PTM (+), Waham curiga (+), Waham Kejaran (+)
f. Sensorium dan Kognisi
i. Tingkat Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)
ii. Orientasi
Waktu : Orientasi waktu baik. Penderita dapat menyebutkan hari,
tanggal, bulan dan tahun saat diperiksa.
Tempat : Orientasi tempat baik. Penderita dapat menyebutkan alamat
tempat tinggalnya.
Orang : Orientasi orang baik. Penderita dapat mengenali suaminya
yang serumah dengannya. Juga dapat menyebutkan nama-nama anaknya
dengan benar.
iii. Daya Ingat
18
Daya Ingat Jangka Panjang : Menurun, Penderita kurang dapat
mengingat kejadian masa kecilnya
Daya Ingat Jangka Sedang : Menurun, Penderita kurang ingat dia
pernah bekerja dimana, kurang ingat akan tanggal pernikahan dan
tanggal kelahiran anak-anaknya
Daya Ingat Jangka Pendek : Dalam batas normal, Penderita ingat
kegiatan hari ini
iv. Konsentrasi dan Perhatian
Baik, Penderita mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatiannya
selama pembicaraan.
v. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, Penderita tidak dapat menulis dan membaca dengan lancar
vi. Kemampuan Visuospasial
Baik, Penderita dapat menjelaskan keadaan rumah dengan baik dan dapat
menggambarkan denah rumah. Tetapi penderita kurang dapat memberi tahu
jalan ke arah rumahnya dengan benar.
vii. Berpikir Abstrak
Baik.
viii. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Baik
g. Pengendalian Impuls
Selama wawancara Penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik. Jawaban
yang diberikan penderita sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan dirinya dan orang lain.
h. Daya Nilai dan Tilikan
Daya nilai realitas : terganggu
Daya nilai sosial : terganggu
Tilikan : Derajat 4 (Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab sakitnya).
i. Kemauan
19
a. Aspek perawatan diri : baik
b. Aspek sosial : Menurun
(sejak penderita sakit jarang bersosialisasi dengan tetangga atau orang-orang
sekitar karena merasa curiga).
c. Aspek pekerjaan : baik
(Penderita masih mengerjakan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah,
dan mencuci pakaian).
j. Derajat Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat dipercaya
tetapi ada beberapa hal penderita menolak untuk bercerita. Keseluruhan informasi
juga telah mendapatkan konfirmasi dari suami Penderita.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. Status Interna
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Vital Sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/min
Suhu : 37,2°C
RR : 20 x/min
d. A/I/C/D : -/-/-/-
e. Kepala dan Leher : pembesaran KGB : (-)
Pembesaran Thyroid : (-)
f. Thoraks : Cor : S1 S2 Tunggal, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : Vesikular, Gerak nafas simetris, ronki -/-
Wheezing -/-
g. Abdomen : inspeksi : datar simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar, lien, ginjal tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
h. Ekstrimitas : akral hangat pada keempat ekstrimitas
20
+ +
` + +
Oedem pada keempat ekstrimitas
2. Status Neurologis
a. Kesadaran : GCS 4-5-6
b. Meningeal Sign : (-)
c. Mata : Gerakan normal, pupil isokor
Reflek cahaya : +/+
Reflek kornea : +/+
Tic facialis pada mata kanan
d. Motorik : Normotonus, turgor baik, koordinasi baik
e. Sensorik : Dalam batas normal
f. Reflek fisiologis : Dalam batas normal
g. Reflek patologis : (-)
V. IKHTISIAR PENEMUAN POSITIF DAN BERMAKNA
1. Riwayat Psikiatri : Penderita pertama kali datang ke poli jiwa RSAL pada
tanggal 2 juni 2014. Penderita tidak pernah dirawat di rumah sakit
2. Status Mental
Penampilan : Wajah sesuai usia. Penampilan tampak rapi. Tidak ada cacat
fisik bawaan.
Kesadaran : Meningkat
Afek / Emosi : Menurun
Proses Berpikir : Bentuk : non Realistik
Arus : koheren
Isi : PTM (+), Waham curiga (+), Waham Kejaran
(+)
Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)
Persepsi : Halusinasi Optik : (+)
Halusinasi Dengar : (+)
21
Kemauan : Aspek Perawatan Diri : baik
Aspek Sosial : menurun
Aspek Pekerjaan : baik
Psikomotor: Meningkat (tik facialis)
Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat
dipercaya tetapi ada beberapa hal penderita menolak untuk bercerita.
Keseluruhan informasi juga telah mendapatkan konfirmasi dari suami
Penderita.
Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar.
Daya ingat jangka panjang, sedang menurun sedangkan ingatan jangka
pendek baik
3. Faktor Penyebab
RTTGJ : Penderita merupakan anak ke 6 dari 10 bersaudara
Keturunan: Disangkal
Premorbid: Skizoid
VI. DIAGNOSIS
1. Formulasi Diagnostik
Pada Penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis
yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu
gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) dan atau terganggunya
fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, perilaku, pekerjaan).
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa Penderita mengalami suatu
“Gangguan Jiwa”.
Pada Penderita ini ditemukan adanya gangguan pada
penghayatan akan realitas (sense of reality) dan kemampuan menilai
realitasnya juga terganggu (reality testing ability). Dimana pada awalnya
Penderita mengalami halusinasi auditorik dan merasa dikejar orang, yang
secara realitas tidak ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Penderita mengalami gangguan jiwa Psikosa.
Pada Penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun
penyakit organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi
jaringan otak sebelum gejala terjadi. Pada Penderita juga tidak
22
ditemukan riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif. Dengan demikian,
Penderita dapat digolongkan mengalami Gangguan Psikosa
Fungsional.
Menurut PPDGJ III, Penderita termasuk dalam Skizofrenia F20
dengan pedoman diagnostik gejala-gejala yang sering muncul pada
Penderita ini yaitu:
a. “Delusion of influesnce” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
b. Adanya halusinasi auditorik yaitu suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku penderita dan
mengancam akan mencelakai anak-anaknya dan halusinasi optik
yang berupa bayangan hitam.
c. Adanya gangguan proses berpikir, yaitu pada bentuk pikiran (non
realistik) dan isi pikiran (waham kejaran, waham curiga, PTM)
d. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
e. Gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.
f. Terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), yaitu bermanifestasi sebagai hilangnya minat
bekerja, sering berdiam diri di rumah, dan penarikan diri secara
sosial.
Menurut PPDGJ III, Axis I Penderita termasuk Skizofrenia lainnya
(Late Onset) F20.8 dengan pedoman diagnostik gejala-gejala yang muncul
pada Penderita ini:
a. Munculnya gejala pertama kali pada usia > 45 tahun, tanpa ada
riwayat sebelumnya.
b. Gejala yang timbul sama dengan skizofrenia pada yang early onset
23
Penderita adalah orang yang pendiam, tidak mudah bergaul jarang
bercerita tentang isi hati. Hal tersebut merupakan gambaran kepribadian
Skizoid. Sehingga diagnosa pada Axis II, Penderita memiliki Gambaran
Kepribadian Skizoid.
Pada Axis III ditemukan adanya penyakit Hipertensi.
Pada Axis IV ditemukan stressor psikososial yang jelas, yaitu
- Masalah Keluarga yaitu Penderita tinggal berjauhan dengan anak-
anaknya.
- Masalah Pekerjaan Suami penderita yang bekerja sebagai polisi di
bagian “Buser” .
Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan
menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) :
GAF Scale Current : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).
GAF Scale HLPY : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
GAF Scale KRS : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
2. Formulasi Psikodinamik
Penderita adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara.
Penderita dididik dengan keras oleh orang tuanya. Penderita merupakan
orang yang pendiam dan jarang menceritakan isi hatinya. Penderita sejak
kecil susah bergaul namun masih mau untuk bersosialisasi. Penderita
adalah orang yang sangat sayang dan bangga terhadap anak-anaknya.
Gejala mulai timbul sejak tinggal berpisah dengan anak-anaknya.
Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada Penderita berdasarkan
intervensi 3 variabel penting yaitu:
1. Stress yang diterima diinterprestasikan berat oleh Penderita
2. Sumber daya penyesuaian individu yang kurang dalam hal daya
tahan Penderita terhadap stress
3. Diathesis-stress = kerentanan = “bakat” Penderita
Ketiga hal tersebut dapat menimbulkan berbagai klinis gangguan jiwa.
Berdasarkan teori Dr. Hans Selye, apabila dilihat dari fase
terjadinya stress pada Penderita, maka akan didapatkan perkembangan
yang signifikan dan sesuai, yang dimulai dari :
24
1. Alarm reaction yaitu terjadinya pembangkitan emosi dan
ketegangan pada diri Penderita.
2. Pertahanan
o Menimbulkan pola-pola neurotik seperti afek cemas, mood amarah,
aspek pekerjaan serta sosial menurun
o Terjadi perubahan perilaku menjadi cepat marah dan apabila sudah
marah akan mudah mengamuk
3. Hasil adaptasi Penderita : Maladaptasi
Penyesuaian diri yang gagal dan tidak sesuai, serta berlebihan.
Apabila terus menerus dapat mengakibatkan kepayahan dan
disintegrasi pribadi.
4. Kepayahan (Distress)
o Terjadi gangguan jiwa psikosa
o Terjadi disintegrasi kepribadian
3. Diagnosis Multiaksial
Axis I : F.20.8 Skizofrenia Lainnya (Late onset)
Axis II : Gambaran Kepribadian Skizoid
Axis III : Hipertensi
Axis IV : Masalah Keluarga dan pekerjaan
Axis V : GAF Scale Current : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).
GAF Scale HLPY : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
GAF Scale KRS : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
VII. PROGNOSIS
1. Kepribadian premorbid : skizoid Jelek
2. Onset usia : lanjut usia Baik
3. Onset pengobatan : terlambat Jelek
4. Onset timbulnya : kronis Jelek
5. Jenis skizofrenia : skizofrenia Paranoid Baik
6. Faktor pencetus : ringan Jelek
25
7. Faktor keturunan : Disangkal Baik
Ad Vitam : Baik
Ad Functionam : Baik
Ad Sanactionam : Tanpa obat dapat kambuh
VIII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologis
Faktor Genetik : Disangkal
Faktor Penyakit Lainnya : Hipertensi
B. Psikologis
Afek/emosi : dangkal
Proses berpikir : Bentuk : non realistik
Arus : Koheren
Isi : PTM (+), Waham kejar (+), Waham
curiga (+)
Kemauan : Aspek Perawatan Diri : Baik
Aspek Sosial : menurun
Aspek Pekerjaan : Baik
Psikomotor : meningkat (tik facialis)
Kepribadian : Skizoid
Daya nilai dan tilikan : terganggu (derajat 4)
C. Aspek Sosial-Budaya
Faktor Pencetus : Tinggal terpisah dengan anak-anaknya
Faktor Keluarga : (+)
IX. MANAJEMEN TERAPI
1. Somatoterapi
Trifluoperazi (Stelazin 2 x 5mg)
o Nama dagang : Stelazine, Trifluoperaz
o Derivat dari : Phenothiazine rantai piperazine
o Dosis yang dianjurkan : 10-15 mg/hari
26
o Dosis maksimal : 60mg/hari
o Sediaan : Tab. Oral 1-5 mg
o Bentuk sediaan : Tablet dan injeksi
o Mekanisme kerja:
Trifluoperazin adalah obat antipsikosa generasi satu (tipikal).
Mekanisme kerjanya adalah dengan memblokade reseptor D1 dan D2
pada daerah mesolimbik dan mesokorteks sehingga memperbaiki
gejala dari skizofrenia seperti halusinasi, waham, gerakan serta
pembicaraan yang tidak terarah atau tidak jelas.
o Efek sedasi : (+)
o Gangguan sistem saraf otonom : (+)
o Sindrom Ekstrapiramidal : (+++) => sering menimbulkan EPS
(distonia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)
o Efek antikolinergik : Mulut kering, penglihatan kabur
o Kontraindikasi:
Penderita sensitif dengan phenothiazine
Penurunan kesadaran hebat karena CNS depresan
Waspada pada penderita dengan penyakit jantung, insufisiensi
hati dan ginjal
Alasan pemilihan obat :
Trifluoperazin merupakan antipsikosis generasi pertama (tipikal), yang
salah satu indikasi terapinya untuk gejala positif skizofrenia. Pada
penderita ini gejala positifnya lebih menonjol yaitu adanya waham,
halusinasi dan tidak bisa tidur.
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi Suportif
Memotivasi Penderita untuk meminum obat secara teratur
Menyarankan Penderita untuk rutin kontrol ke Poli Jiwa
Menganjurkan penderita untuk menjadi orang yang lebih terbuka.
27
Menganjurkan penderita mengisi waktu luang dengan berbagai
kegiatan
Melakukan konseling untuk berupaya meringankan gejala
Penderita dan menyelesaikan masalah Penderita
b. Psikoterapi Reedukatif
Memberikan pembelajaran agar Penderita tidak terlalu sering
berdiam diri di rumah dan kembali bersosialisasi
3. Sosioterapi
Dengan memanipulasi lingkungan, untuk mendukung kesembuhan
Penderita, yaitu dengan cara:
Memberikan edukasi tentang keadaan Penderita dan
menyarankan keluarga untuk ikut membantu mengawasi
Penderita agar dapat meminum obat dengan teratur
Menyarankan agar keluarga Penderita lebih memberikan
perhatian dan motivasi terhadap Penderita
X. MONITORING DAN USUL
- Monitoring
o Perkembangan Penderita pada masa pengobatan
o Status Psikiatri Penderita
o Keteraturan minum obat
o Efek samping obat
III. LAMPIRAN
1. Foto bersama suami penderita dan penderita saat home visite ke rumah
Penderita
28
2. Denah rumah Penderita dengan suaminya
29
RUANG KELUARGA
KAMAR MANDI
RUANG MAKAN
DAPUR
KAMAR SUAMI PENDERITA
RUANG SHOLAT
KAMAR TAMU
RUANG TAMU
TERAS
RUANG TAMU
KAMAR PENDERITA
3. Peta rumah penderita
30