48
UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Penguji : dr. Iman Santoso, Sp.KJ dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ Penyusun : Vivi Agus Setya Ning Rum 2009.04.0.0086 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2014

UJIAN JIWA VIVI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJIAN JIWA VIVI.docx

UJIAN

ILMU KEDOKTERAN JIWA

Penguji :

dr. Iman Santoso, Sp.KJ

dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ

Penyusun :

Vivi Agus Setya Ning Rum

2009.04.0.0086

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2014

Page 2: UJIAN JIWA VIVI.docx

UJIAN

ILMU KEDOKTERAN JIWA

UNIVERSITAS HANG TUAH – RSAL DR. RAMELAN

SURABAYA

Nama : Vivi Agus Setya Ning Rum

NIM : 2009.04.0.0086

Penguji : dr. Iman Santoso, Sp. KJ

dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Sudi Hartono

No. Rekam Medis : 479646

Umur : 42 Tahun

TTL : Medan, 6 Mei 1973

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan/Pangkat : TNI-AL / Letda Mar

Nrp : 19841/p

Kesatuan : Yonhowitzer-1 mar

Agama : Islam

Status : Sudah Menikah

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Bahasa : Indonesia

Alamat : Perumahan Mentari Bumi Sejahtera Jl. Kelapa

Gading III E.19 Kalipecabean Candi Sidoarjo

Alamat orang tua isri : Desa Wates negoro,Dusun Dateng RT.01 Mojokerto

Tanggal MRS : 23 Juli 2015

1

Page 3: UJIAN JIWA VIVI.docx

Autoanamnesis

Autoanamnesis I dengan penderita, Tn. Sudi Hartono dilakukan pada hari Senin, 3

Agustus 2015, pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun VI RSAL,

Surabaya.

Autoanamnesis II dengan penderita, Tn. Sudi Hartono dilakukan pada hari Rabu, 5

Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun 6 RSAL,

Surabaya.

Heteroanamnesis

Heteroanamnesa dengan Ny. Elive Twi Etik (Istri penderita) dilakukan pada hari

Jumat tanggal 7 Agustus 2015 pukul 16.30 WIB, di rumah mertua di Desa Wates

Negoro, Dusun Dateng, RT.01 Mojokerto.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

II.1Keluhan Utama :

Penderita dibawa ke UGD RSAL Dr.Ramelan, Surabaya oleh komandan dan

rekan kerjanya karena penderita marah-marah saat ditanya komandan karena

tidak masuk kerja.

II.2Keluhan Tambahan :

Penderita tidak masuk kerja selama 3 minggu tanpa alasan serta saat di tanya

alasan oleh komandan penderita menggebrak meja dan berteriak

II.3Gejala Prodormal

Penderita sering begadang karena sulit tidur

Penderita jarang makan, mandi

Penderita lebih suka berdiam diri di kamar

II.4Peristiwa Terkait Keluhan Utama

Penderita merupakan anak kedua dari enam bersaudara

Penderita dididik dengan keras oleh orang tuanya sejak kecil

Penderita kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya

Penderita sudah sejak usia 11 tahun bekerja untuk membantu perekonomian

keluarga

2

Page 4: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita merupakan tulang punggung keluarganya karena kakak penderita

sakit stres

Penderita merupakan seorang ayah yang pendiam

Penderita merupakan pribadi yang pendiam, tertutup dan memendam masalah

Penderita sudah tidak masuk kerja selama 3 minggu belakangan ini

Penderita sering marah-marah kepada komandan di tempat kerja

II.5Riwayat Penyakit Sekarang :

Autoanamnesis I dengan penderita, Tn. Sudihartono dilakukan pada hari

Senin, 3 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa

Paviliun 6 RSAL Surabaya.

Pemeriksa menghampiri penderita yang sedang tidur di kamar. Pada saat itu

penderita menggunakan kaos pendek longgar berwarna putih, celana setinggi lutut

yang ditutupi oleh selimut RSAL berwarna putih bergaris biru. Wajah penderita

tampak sesuai usia, rambut pendek 1 cm dan tidak tampak acak-acakan. Raut wajah

tampak tidak bersemangat. Kemudian pemeriksa mengetuk pintu kamar dan

mendekati penderita dengan membawa tensimeter lalu membangunkan penderita

dengan berkata permisi bapak saya tensi dulu ya, lalu pasien memberikan tangan

kanannya. Sambil mengukur tekanan darah penderita, pemeriksa menanyakan nama

penderita, penderita pun menjawab dengan cukup baik dan menatap mata pemeriksa.

Pemeriksa menanyakan apa ada keluhan pada hari ini, kemudian penderita

menjawab tidak ada dan penderita terdiam lagi. Pemeriksa bertanya lagi, tadi sudah

mandi, belum jawabnya, pemeriksa bertanya kenapa, malas jawabnya. Pemeriksa

tetap berusaha mengajak ngobrol penderita dengan menanyakan apa tadi sudah

makan, dan penderita menjawab sudah tapi sedikit. Lalu penderita menutup badan

dan wajahnya dengan selimut, dan pemeriksa pun berpamitan keluar dari kamar

sambil berkata bahwa penderita beristirahat dengan mengucapkan selamat tidur.

Pemeriksa pun keluar kamar dengan menutup pintu.

Autoanamnesis II dengan pasien, Tn. Sudihartono dilakukan pada hari

Rabu, 5 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Keswa Paviliun 6

RSAL Surabaya.

3

Page 5: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita sedang duduk sendirian didepan kamar sambil merokok dengan

memakai kaos pendek berwarna abu-abu, celana pendek setinggi lutut,

menggunakan sandal japit, wajah penderita tampak sesuai dengan umurnya, rambut

pendek 1 cm dan tidak tampak acak-acakan, berat dan tinggi badan penderita tampak

normal. Penderita tampak sehat, tidak didapatkan cacat fisik bawaan pada penderita.

Raut wajah tampak tidak bersemangat.

Pemeriksa menghampiri dan menyapa penderita. Penderita pun merespon

dengan baik dan menatap kedua mata pemeriksa. Pemeriksa bertanya penderita anak

ke berapa, dan penderita menjelaskan bahwa penderita merupakan anak kedua dari

enam bersaudara. Selama ini penderita menjadi tulang punggung keluarga dimana

penderita menghidupi adik-adik dan kedua orang tuanya. Pemeriksa bertanya

mengapa penderita yang menjadi tumpuan keluarga padahal mempunyai kakak laki-

laki, penderita pun menjelaskan bahwa kakak laki-lakinya dulu pernah sakit jiwa

akibat masalah ekonomi yang membelit keluarganya serta penyakit yang menimpa

ayahnya namun penderita tidak ingat tahun kejadiannya. Akhirnya penderita yang

membantu perekonomian keluarga dengan membantu ibu berjualan dan bekerja di

bengkel motor sampai lulus SMA. Kemudian pemeriksa menanyakan perjalanan

hidup penderita seusai SMA, dan penderita bercerita setelah lulus penderita ingin

kuliah di Universitas Semarang jurusan MIPA melalui UMPTN tetapi tidak lulus,

mau mencoba jalur umum tidak mempunyai cukup uang. Akhirnya penderita ikut

pendaftaran Bintara dan lolos. Penderita mulai bekerja sejak tahun 1991 sebagai

bintara, kemudian penderita mengikuti tes Secapa dan akhirnya lolos sebagai

Perwira.

Pemeriksa bertanya penderita mempunyai berapa anak, penderita mengatakan

bahwa penderita mempunyai 2 anak, anak pertama perempuan bernama Elsha

berusia 12 tahun yang sedang berada di Pondok Pesantren Mojosari, penderita

menjelaskan ini merupakan keinginan anaknya sendiri, walaupun biayanya mahal

tapi penderita sanggup mencari hutangan untuk membiayai anaknya karena

penderita yakin itu semua untuk bekal di akhirat. Lalu anak kedua laki-laki bernama

Muhammad Aulia berusia 5 tahun yang bersekolah di TK Pondok Pesantren Darul

Ulum dekat rumahnya.

Pemeriksa bertanya apakah penderita pernah memiliki masalah di kantor,

penderita pun berkata tidak pernah membuat masalah hanya memukul komandan

kompinya. Pemeriksa pun bertanya apa alasannya, dan penderita pun menjelaskan

4

Page 6: UJIAN JIWA VIVI.docx

bahwa saat itu penderita hanya menanyakan tentang alasan anggota penderita yang

belum naik pangkat lalu komandannya marah kemudian penderita tidak terima dan

memukuli komandannya.

Pemeriksa bertanya dalam sehari penderita menghabiskan berapa batang

rokok, penderita menjawab dalam sehari bisa habis 4 pack rokok terutama saat

banyak masalah, kalau minum kopi bisa sampai 10 gelas per hari. Penderita

mengaku setiap hari hanya merokok dan minum kopi saja. Pemeriksa bertanya

tentang kebiasaan penderita, lalu penderita menjawab biasanya sehari mandi hanya 1

kali saja karena malas, kalau makan saat di rumah sakit makan 3 kali sehari tapi jika

di rumah penderita tidak pernah makan. Kemudian penderita berkata bahwa

penderita malas untuk beribadah shalat, dan shalat hanya saat ada masalah saja.

Penderita mengaku hanya mendapat pelajaran agama pada kelas 1 SD sampai kelas

3 SD saja dari orang tua dan saat di tempat mengaji. Saat menginjak kelas 4 SD

penderita sepulang sekolah langsung bekerja di bengkel dan malamnya membantu

ibu di warung sehingga penderita tidak sempat belajar mengaji. Pemeriksa bertanya

tentang hobi penderita, penderita berkata hobinya adalah melukis, bahkan penderita

pernah melukiskan wajah istrinya dikertas pada saat di kamar.

Kemudian penderita berdiri dan sibuk memetik lidah buaya yang ada di taman

paviliun, pemeriksa mendekati penderita dan bertanya apa gunanya lidah buaya

untuk penderita, penderita menjelaskan lidah buaya itu akan di pakai untuk keramas

karena penderita menganggap shampoo alami. Pemeriksa bertanya lagi berarti

selama ini penderita tidak pernah memakai shampoo, penderita menjawab selama ini

menggunakan bahan alami yang ada di rumah.

Pemeriksa bertanya mengapa penderita kemaren sempat marah-marah

sebelum di bawa ke RSAL, penderita menjawab tidak tahu dan tidak ingat, penderita

hanya tahu kalau marah-marah sampai tangan di borgol dan di tali dari keterangan

istri dan adik lichting nya. Kemudian pemeriksa bertanya apakah selama ini ada

masalah di keluarga, penderita pun membenarkan kalau mempunyai masalah dengan

istrinya, penderita juga menceritakan kalau tidak ingat istrinya itu perempuan pasti

sudah dipukulinya. Penderita jengkel dengan istrinya karena istrinya tidak

membolehkan penderita memberikan uang kepada ibu penderita yang sakit kanker

rahim dan ayah penderita yang lumpuh, serta penderita merasa istrinya tidak pernah

perhatian dengan suami karena saat bertemu tidak pernah mengajak bicara. Padahal

saya menghabiskan dana puluhan juta untuk membiayai pengobatan kakaknya

5

Page 7: UJIAN JIWA VIVI.docx

sampai meninggal tetapi saya hutang sedikit dimarahi, ujarnya. Selain itu, penderita

sering tidak sepaham sama istri, kalau ke anak kasar, suka memukul dan mencubit di

depan penderita. Penderita tidak suka anaknya di pukuli karena penderita trauma

semasa kecil sering di pukuli ayahnya. Penderita menyadari bahwa pekerjaan istri

berat. Selama istri sakit (setelah istri kecelakaan), penderita yang mengambil alih

pekerjaan istrinya seperti mencuci baju, bersih-bersih rumah bahkan memasak.

Pemeriksa berusaha mengungkap dan memastikan apakah penderita hanya marah

karena istri mukul anak-anak saja, penderita membenarkan. Dan penderita

menuturkan bahwa sebenarnya masalah yang sedang dihadapi sekarang ini berkaitan

dengan hutang. Penderita berkata, “Padahal saya statusnya minjem ke mertua sampai

sertifikat rumah saya kasih. Padahal waktu kakak istri saya sakit sampai meninggal

saya bantu sampai puluhan juta. Sekarang saya pinjam tidak diberi”. Hal ini

dikatakan berulang-ulang oleh penderita selama pemeriksa melakukan wawancara.

Kemudian pemeriksa bertanya untuk apa meminjam uang, penderita menjawab

untuk dikirim ke Medan karena ibu penderita sekarang sakit kanker rahim. Penderita

berkata, “Daridulu sifatnya seperti itu maunya keluarga nya saja yang dibantu

sementara kalau keluarga saya minta bantuan istri dan ibu mertua saya marah.”

Pemeriksa bertanya apakah hutang hanya terbatas dengan mertua saja, penderita

mengangguk dan bercerita awalnya hutang diluar lalu dibayar dengan uang mertua,

jadi yang diluar lunas tinggal hutang di mertua. Setelah adanya masalah hutang ini,

penderita baru menyadari bahwa sudah 2 minggu tidak masuk kerja. Kemudian

pemeriksa bertanya apakah penderita tidak ingat kalau tidak bekerja, penderita

menjawab tidak tahu dan tiba-tiba dijemput paksa lalu diborgol. Pemeriksa bertanya

apa yang dilakukan selama penderita tidak bekerja , penderita menjawab selama

dirumah hanya bermain dengan anak terkecil di rumah, dan malam kadang keluar di

tempat sepi seperti gua di daerah Pacet. Pemeriksa bertanya apakah waktu di goa apa

ada yang nyuruh atau nemenin, pasien menjawab tidak ada, penderita hanya

menenangkan diri duduk dan merokok. Pemeriksa kembali bertanya apakah keluarga

tidak ada yang bertanya selama tidak bekerja, penderita menjawab bahwa sudah

lama tidak dihiraukan oleh istrinya karena masalah hutang. Tiba-tiba penderita

memegang kepalanya sambil melihat ke bawah, pemeriksa menanyakan apakah

penderita pusing, penderita membenarkan kalau pusing lalu penderita bercerita

bahwa penderita sampai sekarang masih jengkel dengan ayahnya karena semasa

kecil penderita sering di marahi, dipukul bahkan di ikat di pohon seharian, dan

6

Page 8: UJIAN JIWA VIVI.docx

hanya ibu penderita saja yang perhatian dengan memberi makan secara sembunyi-

sembunyi. Semua kesalahan meskipun salah adik atau kakak tetap pelampiasannya

ke penderita, sampai pernah diikat di tiang pohon bambu akibat mengajak adik-

adiknya berenang disungai. Kemudian pemeriksa menanyakan apakah ayahnya

sampai sekarang masih sering marah-marah, penderita berkata tidak namun

penderita masih mengingat hal itu dan penderita berkata jika sampai hal itu terjadi

ayahnya akan di bunuh.

Pemeriksa bertanya apakah selama ini penderita tidak pernah bercerita

masalah dengan orang lain, penderita menjawab tidak pernah hanya di simpan

sendiri karena menurut penderita lebih baik diam daripada disalahkan. Penderita

mengaku sebenarnya ingin punya teman curhat tetapi penderita takut hal itu akan

membebani orang lain karena orang lain pun pasti mempunyai masalah sehingga

selama ini jika ada masalah dipendam sendiri. Penderita berkata selama ini juga

sering mengamuk sampai membanting tv dan memukul kulkas lalu pergi keluar

rumah , pemeriksa bertanya mengapa tv yg dibanting apakah ada yang menyuruh

untuk membanting, penderita menjawab tidak tahu rasanya tiba-tiba saja dimana hal

ini terjadi saat penderita marah. Saat penderita mendengarkan pengajian mama

Dedeh di TV, penderita merasa ingin pensiun dini dan ingin masuk pesantren karena

jika mengejar dunia tidak akan ketemu apa yang kita cari, ujarnya.

Pemeriksa bertanya sejak kapan penderita minum-minuman keras, lalu

penderita menjawab penderita pertama kali minum pada saat selesai dilantik jadi

sersan dua, awalnya hanya coba-coba lalu ikut-ikutan teman, dan diajak senior saat

diacara nikahan. Pemeriksa bertanya apakah kalau stress penderita juga meminum

minuman keras, penderita menjawab kalau stress pasti ngopi terus ngerokok, kalau

ngerokok banyak kadang 2 pack surya 16 jadi totalnya 32 batang per hari. Lalu

penderita bercerita bahwa marinir itu banyak peminum, kalau narkoba hanya ada 1

atau 2 orang saja.

Saat pemeriksa berhenti bicara tiba-tiba penderita bercerita pernah menjadi

bintara operasional di Karangpilang, dan sering pusing karena mengurus mulai dari

penerimaan siswa, memikirkan macam latihan, pendanaan, dan administrasi logistik.

Jadi penderita bekerja didepan komputer selama 7 hari 7 malam tanpa tidur, makan

dan minum pun di depan komputer, minum kopi sampai segelas besar ukuran gelas

susu soda sambil merokok. Penderita mengaku bahwa penderita jarang tidur sampai

sekarang dan penderita merasa bisa tidur nyenyak di RSAL karena diberi obat.

7

Page 9: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita saat ini merasa kepalanya berat , berdiri terasa piur-piur kayak enervon

dikasi air terus blukutuk. Penderita mengatakan tidak boleh minum kopi di rumah

sakit sampai mengeluh sakit kepala, namun kalau minum kopi pusing ini

menghilang. Pemeriksa bertanya lagi kalau saat tidak tidur dimalam hari apa yang

dilakukan penderita, penderita menjawab hanya duduk dan rokokan saja kalau mata

sudah terasa berat baru tidur, kadang mandi malam-malam. Kalau waktu tidur ada

suara dikit langsung terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Kalau siang ngantuk tidur

paling hanya 2 jam.

Pemeriksa bertanya apakah penderita sudah minum obat, penderita menjawab

sudah dan menjelaskan obatnya berwarna putih dan biru. Pemeriksa bertanya

apakah dulu pernah masuk rumah sakit, penderita menjawab dulu pernah dirawat di

Paviliun 6 tahun 2010. Pemeriksa bertanya apakah selama ini penderita minum obat

secara teratur, penderita menjawab semenjak obat habis tidak pernah minum obat

lagi dan tidak pernah kontrol karena penderita merasa tidak sakit.

Heteroanamnesa I dengan Ny. Elive Twi Etik (Istri penderita) dilakukan

pada hari Jumat tanggal 7 Agustus 2015 pukul 16.30 WIB, di Rumah mertua

penderita di Desa Wates negoreo, Desa Dateng RT.01 Mojokerto.

Pada heteroanamnesa, pemeriksa menanyakan tentang riwayat penyakit

penderita kepada istri penderita. Istri penderita cukup terbuka dan langsung bercerita

panjang dan lebar kepada pemeriksa.

Pemeriksa bertanya suami marah-marah sejak kapan, istri penderita menjawab

suami marah-marah ini sejak terjerat hutang dan hutang nya untuk keluarganya di

Medan. Istri penderita bercerita bahwa istri tidak mengetahui jika suami mempunyai

hutang pada bank dan renteiner dan tidak mengetahui untuk keperluan apa karena

suami tidak pernah bercerita apapun kepada istrinya. Semenjak itu suami jarang

masuk dinas di kantor, lalu dicari dan didatangi ke rumah oleh pihak kantor. Saat itu

istri tidak ada dirumah. Menurut cerita orang kantor, saat suami ditanya tentang

alasan kenapa selama ini tidak masuk kantor, suami memberontak memukul lemari

lalu dibawa ke kantor bertemu komandan dan saat ditanya oleh komandan, suami

teriak-teriak melawan akhirnya dimasukkan di RSAL.

Kemudian pemeriksa mencoba mengungkap kembali dengan bertanya sejak

kapan istri penderita mengetahui perubahan perilaku suami sebelum masuk rumah

sakit, istri penderita pun menjawab sejak ada masalah hutang. Istri penderita

8

Page 10: UJIAN JIWA VIVI.docx

mengaku 3 bulan ini suaminya jika diajak mengobrol hanya diam saja dan sering

menatap jendela kamar dengan pandangan kosong. Semenjak terjerat hutang di bank

dan renteiner pada tahun 2013, istri penderita tidak pernah diberi nafkah dan sebagai

kewajiban seorang istri semua dikerjakan sendiri, suami tidak pernah membantu

pekerjaan rumah tangga dan tidak bisa memberikan solusi mengenai masalah yang

sedang dihadapi, akhirnya istri penderita menggugat cerai saat satu minggu sebelum

suami membolos kerja. Dan istri penderita merasa mungkin semua ini menjadi

beban yang berat untuk suaminya sehingga tidak mau bekerja.

Pemeriksa bertanya apa saja yang dilakukan suami selama tidak masuk kerja,

istri penderita menjelaskan bahwa istri tidak mengetahui apa saja yang dilakukan

suaminya karena istri juga bekerja dari pagi sampai sore. Hanya disaat pulang istri

melihat suami sedang berbaring dikamar tidur, bermain dengan anaknya yang kecil

dan kadang bilang pergi kerumah candi lalu pulang di malam hari. Istri penderita

mengatakan pernah menanyakan pada tetangganya yang di Candi apakah benar

suaminya kesana, tetangganya pun berkata memang suami sering kerumah Candi

sendirian dan kalau sudah masuk rumah tidak keluar lagi dan saat mulai larut baru

keluar dari rumah. Pemeriksa bertanya kembali apakah istri penderita pernah melihat

suaminya ngomong-ngomong sendiri, atau tiba-tiba ketakutan, istri penderita

menjelaskan bahwa hal itu tidak pernah dilakukan suaminya. Istri penderita

mengaku tidak pernah berkomunikasi selama 3 bulan terakhir ini karena tertekan

menanggung beban masalah ekonomi keluarganya dan suaminya tidak pernah

memberikan sedikitpun uangnya untuk keluarganya.

Kemudian pemeriksa menanyakan tentang bagaimana siklus tidur suami

sebelum masuk rumah sakit, istri menjelaskan bahwa setiap malam suami jarang

tidur, suami sering merokok dan minum kopi sampai larut malam dan sering tampak

gelisah saat berbaring dengan sering merubah posisinya. Istri penderita mengaku

tidak begitu memperhatikan suami baru bisa tidur jam berapa karena istri selalu

tertidur lebih awal dari pada suaminya. Kemudian pemeriksa bertanya tentang

kebiasaan penderita sebelum masuk rumah sakit, istri penderita pun bercerita bahwa

suami sehari makan dua kali dan hanya sedikit, menurut istri penderita sebelum sakit

pun penderita juga memang jarang makan nasi. Selama ini hanya minum kopi,

kadang softdrink dan makan snack, ujarnya. Biasanya minum kopi dirumah bisa

sampai 5 gelas dalam sehari, belum kalau suami minum kopi di warung. Kalau

merokok biasanya 1 kotak untuk 2 hari namun pernah 1 kotak bisa habis dalam

9

Page 11: UJIAN JIWA VIVI.docx

sehari dan yang biasa dibeli rokok surya 16. Suami memang dari awal menikah

jarang mandi, bahkan temannya pernah bilang suaminya kuat tidak mandi selama 2

hari selama dilapangan, ujarnya. Dan istrinya mengatakan suaminya pernah minum

minuman keras sebelum menikah namun mulai menikah sampai sekarang tidak

pernah. Istri penderita mengaku bahwa suami tidak pernah sholat.

Menurut istrinya hubungan suami dengan tetangga, saat dicandi baik dan aktif

ikut karang taruna, namun selama di rumah mertua suami tidak pernah

berkomunikasi dengan tetangganya. Bahkan saat ada tahlilan dirumah orang tua istri,

suami tidak pernah mau menghadirinya. Biasanya pulang kerja suami hanya

merokok dan minum kopi diteras lalu masuk kamar. Kadang keluar dengan anak-

anaknya.

Istri penderita bercerita bahwa dulu suami pernah masuk tahun 2010 dengan

gejala yang sama yaitu tidak masuk kerja tanpa ijin. Saat itu suami tertekan akibat

mengetahui ayahnya terlibat penggelapan uang KUD di kampungnya. Lalu keluarga

suami minta uang terus, dan suami tidak mempunyai cukup uang, bahkan untuk

biaya sekolah anak-anak berasal dari istri. Hal ini sudah berlangsung lama sebelum

menikah karena suami menjadi tulang punggung keluarga, namun setelah menikah

selama tahun pertama keluarganya memang tidak minta uang mungkin karena

sungkan tapi tahun kedua dan seterusnya datang minta uang. Informasi dari orang

kantor tiap bulan suami juga sering transfer ke adik-adiknya dan ayahnya. Selain itu

sering main togel online kalau beli sampai 3 juta.

Dalam satu tahun ini perekonomian semakin sulit karena istri penderita

mengalami kecelakaan, sehingga tidak bisa bekerja dan tidak ada masukan , padahal

kebutuhan bertambah seperti biaya pengobatan setelah kecelakaan dan biaya sekolah

anak-anak yang besar, dan harus mencicil hutang suami sebesar 180 juta di bank

yang harus dibayar dalam 10 tahun ke depan. Lalu istri penderita meminta hak untuk

dinafkahi namun suami sedang memiliki masalah dan tidak bisa menyelesaikan

masalahnya, dan istri mengancam meminta cerai karena sudah tidak tahan lagi. Istri

penderita berkata suaminya jarang pulang mungkin karena takut istrinya meminta

uang. Istri mengaku ingin cerai bukan karena ada orang ketiga tapi istri sudah tidak

kuat, semenjak itu suami lebih banyak diam, hanya tidur di kamar dan tidak dinas

sampai dibuatkan surat peringatan.

Pemeriksa bertanya mengapa semua kebutuhan keluarga di tanggung oleh

suaminya, istri penderita bercerita karena suaminya satu-satunya yang jadi pegawai

10

Page 12: UJIAN JIWA VIVI.docx

dan dianggap mapan sehingga semua bergantung ke suami, istri pernah membaca

sms dari ayahnya “jangan lupa ini nomer rekening aji ponakannya dan rekening

iwan adiknya “ namun saat ditanya kebenarannya suami tidak jujur kepada istri

penderita. Jika istri meminta cerai suami teriak-teriak dan mengancam akan

membunuh anak-anaknya dan bunuh diri, maka dari itu istri penderita bertahan.

Kalau masalah kantor tidak ada. Istri berkata bahwa suami mempunyai watak yang

keras, suka marah-marah, dan ingin menang sendiri. Istri penderita menerangkan

bahwa dahulu suami pernah memukul istrinya lalu istri pun mengancam akan

menggugat cerai jika hal ini terulang kembali. Semenjak itu jika marah, suami hanya

memukul barang-barang disekitar. Biasanya suami marah jika ditanya tentang hal

yang berkaitan dengan hutang, lalu istri diminta keluar dari kamar dan jika ditanya

ulang maka suami menggebrak barang yang ada disekitar. Istri menerangkan bahwa

keluarganya tinggal di Candi Sidoarjo hanya 2 tahun saja. Setelah itu tinggal di

rumah orang tua dari istri karena pada saat itu istri mengandung anak kedua

sehingga istri merasa kerepotan jika mengurus rumah sendiri, mengawasi anaknya

saat ditinggal bekerja.

Kemudian pemeriksa menanyakan tentang hubungan suami dengan anak-

anaknya dan mertuanya. Istri penderita pun bercerita bahwa hubungan dengan

mertuanya baik, kalau hubungan dengan anaknya jika dengan anak yang pertama

tidak begitu dekat karena mengetahui sifat ayahnya yang keras, kalau anak kedua

mulai menjauhi ayahnya karena ayahnya sering marah jika diminta membelikan

sesuatu namun suami lebih dekat dengan anak keduanya daripada anak pertama

dimana suami sering mengajak anaknya berenang bersama dan membelikan es krim

saat pulang kerja.

Pemeriksa menanyakan bagaimana hubungan istri dengan keluarga suami, istri

berkata bahwa hubungan dengan mertuanya tidak berjalan dengan baik. Istri

penderita sampai saat ini hanya bertemu satu kali dengan mertuanya yaitu pada saat

setelah menikah. Menurut istri keluarga suami memang keras, mungkin hal ini yang

membentuk karakter suami menjadi keras seperti ini. Dan suami pernah bercerita

kepada istrinya, sejak kecil suami bekerja keras untuk membantu menghidupi

keluarganya.

.

II.6Riwayat Penyakit Dahulu

11

Page 13: UJIAN JIWA VIVI.docx

A. Riwayat Gangguan Psikiatrik :

Penderita pertama kali kontrol di poli jiwa RSAL pada tanggal 2 Juni 2014.

Untuk riwayat MRS disangkal penderita

B. Riwayat Gangguan Medik

- Hipertensi : (+), terkontrol

- Diabetes Melitus : Disangkal

- Asma : Disangkal

- Vertigo : Disangkal

- Migrain : Disangkal

- Gastritis : Disangkal

- Riwayat MRS : Disangkal

- Penyalahgunaan zat/obat : Disangkal

- Tic facialis : (+), terkontrol

Pasien 3 tahun SMRS mengalami Tic facialis di mata kanan, dan rajin

kontrol ke poli saraf

II.7Riwayat Penyakit Keluarga

A. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Tidak ada anggota keluarga lain baik dari pihak penderita yang

memiliki riwayat gangguan jiwa

B. Riwayat Gangguan Medik

- Hipertensi : Disangkal

- Diabetes Melitus : Disangkal

- Asma : Disangkal

- Penyakit jantung : Disangkal

- Alergi : Disangkal

- Vertigo : Disangkal

- Gastritis : Disangkal

II.8Riwayat Hidup

12

Page 14: UJIAN JIWA VIVI.docx

A. Prenatal dan Perinatal

Kelahiran Penderita diharapkan dan direncanakan

Persalinan normal dan tidak ada cacat congenital

Penderita dan semua saudaranya mendapatkan asupan ASI eksklusif dari

ibunya

Ibu Penderita tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang maupun alcohol

B. Masa Kanak Awal (usia 0 - 3 tahun)

Penderita dirawat oleh ayah dan ibunya dan tak pernah dirawat oleh orang

lain

Hubungan dengan ayah, ibu dan saudaranya baik

Tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada Penderita

Tidak terdapat kenakalan yang berarti pada Penderita

C. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)

Tidak terdapat gangguan belajar dan membaca

Tidak terdapat gangguan menulis

D. Masa Kanak Akhir (7-11 tahun) dan Masa Pra Remaja

Penderita bersekolah di SD tetapi lupa namanya

Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya serta

guru-gurunya, tetapi tidak punya teman dekat tetapi tidak punya teman

dekat

Penderita tidak pernah tinggal kelas

Penderita adalah anak yang disiplin

Penderita tidak menangis saat pertama kali ditinggal oleh ibunya di

sekolah

E. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)

Penderita bersekolah di SMP Embong Wungu

Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman dan guru-

guruya, tetapi tidak punya teman dekat.

Penderita tidak pernah terlibat masalah kenakalan di sekolah

Penderita mengaku bersifat pendiam tetapi bila ada masalah menceritakan

masalahnya pada orang tuanya

Penderita tidak pernah tinggal kelas

Penderita tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang

F. Masa Remaja Akhir (15-18 tahun)

13

Page 15: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita bersekolah di SMAN tetapi lupa namanya dan tidak sampai

lulus karena ada peristiwa G30SPKI

Penderita sudah menikah pada usia 17 tahun dan mulai bekerja untuk

membantu perekonomian keluarga

Penderita tidak pernah menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang

G. Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

- SD (lupa) : 6 tahun

- SMP Embong Wungu : 3 tahun

- SMA (lupa) : tidak sampai lulus akibat G30SPKI

2. Riwayat Pekerjaan

Penderita pernah bekerja sebagai sekretaris bagian keuangan di

sebuah toko hanya beberapa tahun saja setelah itu berhenti. Dan setelah

itu tidak bekerja tetapi mengikuti kegiatan ibu-ibu Bhayangkari.

3. Riwayat Pernikahan

Penderita menikah dengan bapak Abdul Manam di Surabaya (tahun

1965), dan telah dikaruniai empat orang anak. Penderita melahiran anak

pertama pada tahun 1968, ke-2 tahun 1973, ke-3 tahun 1975 dan ke-4

pada tahun 1978. Sekitar 10 tahun yang lalu, sudah hidup hanya dengan

suami saja karena anak-anaknya sudah berkeluarga semua.

4. Riwayat Agama

Penderita beragama Islam. Pendidikan agama didapatkan dari orang

tua dan sekolah sejak kecil. Penderita rajin untuk sholat 5 waktu.

5. Riwayat Militer

Penderita tidak pernah mendapatkan pendidikan militer dan tidak

memiliki keinginan untuk masuk pendidikan militer

6. Aktivitas Sosial

Hubungan Penderita dengan orang tuanya baik. Dan dengan suami dan

anak-anaknya cukup harmonis. Hubungan dengan tetangga baik, suami

14

Page 16: UJIAN JIWA VIVI.docx

penderita merupakan tokoh masyarakat di kampungnya dan mengaku

tidak pernah ada masalah dengan tetangga-tetangganya. Sampai ketika

penderita mulai sakit, sehingga hubungan dengan tetangga menjadi lebih

renggang karena merasa curiga kepada tetangganya.

7. Situasi Kehidupan Sekarang

Penderita sekarang tinggal berdua dengan suaminya, bapak Abdul

Manam di Jl. Kedondong Kidul I/17k, Surabaya. Keadaan ekonomi

Penderita baik. Sumber keuangan dari ke-4 anak penderita dan gaji

pensiunan suami.

8. Riwayat Hukum

Penderita tidak pernah terlibat pelanggaran hukum dan melakukan

tindak kriminal

Penderita tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obat

terlarang

9. Riwayat Psikoseksual

Penderita mendapatkan pendidikan mendapatkan pendidikan norma-

norma yang berlaku dari orang tua dan lingkungannya, dan penderita

dapat menerimanya dengan baik. Penderita selalu mematuhi peraturan

yang ada

10. Riwayat Keluarga

Penderita merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara, tetapi

sekarang sudah meninggal semua. Secara keseluruhan, hubungan

Penderita dengan keluarga cukup harmonis dan tidak ada permasalahan

yang berarti.

SILSILAH KELUARGA

15

Ayah Ibu

Page 17: UJIAN JIWA VIVI.docx

Sejak kecil Penderita dirawat oleh kedua orang tuanya:

Suami Penderita

Nama : Abdul Manam

Usia : 73 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Purnawirawan polisi

Penderita

Nama : Muntamah

Usia : 66 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penderita memiliki empat anak

1. Anak Pertama

Nama : Yusuf Rudi Wijaya

Usia : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Sudah menikah

Pekerjaan : Kontraktor

2. Anak kedua

Nama : Susiawati

Usia : 41 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Pekerjaan : wiraswasta

3. Anak ketiga

Nama : Nanik Widiawati

Usia : 39 tahun

16

1 3 42

Page 18: UJIAN JIWA VIVI.docx

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

4. Anak keempat

Nama : Lilin Ernawati

Usia : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Sudah menikah

Pekerjaan : Dokter gigi

11. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai

Penderita ingin menjalani sisa hidupnya hubungan keluarga yang

harmonis antara suami dan anak-anaknya.

III. STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang wanita berusia 66 tahun. Wajah Penderita sesuai usia. Penderita

menggunakan jilbab. Berkulit sawo matang. Penderita mengenakan daster

berwarna hitam.. Tidak terdapat cacat bawaan.

2. Kontak

Kontak mata terhadap pemeriksa (+), mata Penderita memandang ke arah

mata pemeriksa

Kontak verbal (+) , Penderita dapat menjawab pertanyaan pemeriksa

dengan lancar. Namun terkadang penderita tidak menjawab pertanyaan

pemeriksa

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik

Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa

dengan lancar. Namun terkadang penderita tidak menjawab pertanyaan

pemeriksa.

4. Sikap Terhadap Pemeriksa

17

Page 19: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita kooperatif dan mau menjawab pertanyaan pemeriksa dengan

baik. Dan terkadang penderita juga memberikan nasehat kepada pemeriksa

dan pelajaran mengenai norma-norma di masyarakat.

b. Mood dan Afek

Mood : Menurun

Afek : Menurun

Keserasian : Ekspresi afek cukup serasi dengan isi pembicaraan

c. Pembicaraan

Kuantitas : cukup, jawaban sesuai dengan pertanyaan pemeriksa

Kualitas : lancar, artikulasi jelas, namun terlihat ragu-ragu

d. Persepsi

Halusinasi Optik : (+)

Halusinasi Dengar : (+)

Ilusi : (-)

e. Pikiran

Bentuk : Non Realistik

Arus : Koheren

Isi : PTM (+), Waham curiga (+), Waham Kejaran (+)

f. Sensorium dan Kognisi

i. Tingkat Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)

ii. Orientasi

Waktu : Orientasi waktu baik. Penderita dapat menyebutkan hari,

tanggal, bulan dan tahun saat diperiksa.

Tempat : Orientasi tempat baik. Penderita dapat menyebutkan alamat

tempat tinggalnya.

Orang : Orientasi orang baik. Penderita dapat mengenali suaminya

yang serumah dengannya. Juga dapat menyebutkan nama-nama anaknya

dengan benar.

iii. Daya Ingat

18

Page 20: UJIAN JIWA VIVI.docx

Daya Ingat Jangka Panjang : Menurun, Penderita kurang dapat

mengingat kejadian masa kecilnya

Daya Ingat Jangka Sedang : Menurun, Penderita kurang ingat dia

pernah bekerja dimana, kurang ingat akan tanggal pernikahan dan

tanggal kelahiran anak-anaknya

Daya Ingat Jangka Pendek : Dalam batas normal, Penderita ingat

kegiatan hari ini

iv. Konsentrasi dan Perhatian

Baik, Penderita mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatiannya

selama pembicaraan.

v. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik, Penderita tidak dapat menulis dan membaca dengan lancar

vi. Kemampuan Visuospasial

Baik, Penderita dapat menjelaskan keadaan rumah dengan baik dan dapat

menggambarkan denah rumah. Tetapi penderita kurang dapat memberi tahu

jalan ke arah rumahnya dengan benar.

vii. Berpikir Abstrak

Baik.

viii. Intelegensi dan Kemampuan Informasi

Baik

g. Pengendalian Impuls

Selama wawancara Penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik. Jawaban

yang diberikan penderita sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Penderita tidak

menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan dirinya dan orang lain.

h. Daya Nilai dan Tilikan

Daya nilai realitas : terganggu

Daya nilai sosial : terganggu

Tilikan : Derajat 4 (Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan

namun tidak memahami penyebab sakitnya).

i. Kemauan

19

Page 21: UJIAN JIWA VIVI.docx

a. Aspek perawatan diri : baik

b. Aspek sosial : Menurun

(sejak penderita sakit jarang bersosialisasi dengan tetangga atau orang-orang

sekitar karena merasa curiga).

c. Aspek pekerjaan : baik

(Penderita masih mengerjakan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah,

dan mencuci pakaian).

j. Derajat Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat dipercaya

tetapi ada beberapa hal penderita menolak untuk bercerita. Keseluruhan informasi

juga telah mendapatkan konfirmasi dari suami Penderita.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Interna

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Vital Sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/min

Suhu : 37,2°C

RR : 20 x/min

d. A/I/C/D : -/-/-/-

e. Kepala dan Leher : pembesaran KGB : (-)

Pembesaran Thyroid : (-)

f. Thoraks : Cor : S1 S2 Tunggal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo : Vesikular, Gerak nafas simetris, ronki -/-

Wheezing -/-

g. Abdomen : inspeksi : datar simetris

Palpasi : nyeri tekan (-)

Hepar, lien, ginjal tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus dalam batas normal

h. Ekstrimitas : akral hangat pada keempat ekstrimitas

20

Page 22: UJIAN JIWA VIVI.docx

+ +

` + +

Oedem pada keempat ekstrimitas

2. Status Neurologis

a. Kesadaran : GCS 4-5-6

b. Meningeal Sign : (-)

c. Mata : Gerakan normal, pupil isokor

Reflek cahaya : +/+

Reflek kornea : +/+

Tic facialis pada mata kanan

d. Motorik : Normotonus, turgor baik, koordinasi baik

e. Sensorik : Dalam batas normal

f. Reflek fisiologis : Dalam batas normal

g. Reflek patologis : (-)

V. IKHTISIAR PENEMUAN POSITIF DAN BERMAKNA

1. Riwayat Psikiatri : Penderita pertama kali datang ke poli jiwa RSAL pada

tanggal 2 juni 2014. Penderita tidak pernah dirawat di rumah sakit

2. Status Mental

Penampilan : Wajah sesuai usia. Penampilan tampak rapi. Tidak ada cacat

fisik bawaan.

Kesadaran : Meningkat

Afek / Emosi : Menurun

Proses Berpikir : Bentuk : non Realistik

Arus : koheren

Isi : PTM (+), Waham curiga (+), Waham Kejaran

(+)

Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)

Persepsi : Halusinasi Optik : (+)

Halusinasi Dengar : (+)

21

Page 23: UJIAN JIWA VIVI.docx

Kemauan : Aspek Perawatan Diri : baik

Aspek Sosial : menurun

Aspek Pekerjaan : baik

Psikomotor: Meningkat (tik facialis)

Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat

dipercaya tetapi ada beberapa hal penderita menolak untuk bercerita.

Keseluruhan informasi juga telah mendapatkan konfirmasi dari suami

Penderita.

Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa

dengan lancar.

Daya ingat jangka panjang, sedang menurun sedangkan ingatan jangka

pendek baik

3. Faktor Penyebab

RTTGJ : Penderita merupakan anak ke 6 dari 10 bersaudara

Keturunan: Disangkal

Premorbid: Skizoid

VI. DIAGNOSIS

1. Formulasi Diagnostik

Pada Penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis

yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu

gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) dan atau terganggunya

fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, perilaku, pekerjaan).

Dengan demikian dapat disampaikan bahwa Penderita mengalami suatu

“Gangguan Jiwa”.

Pada Penderita ini ditemukan adanya gangguan pada

penghayatan akan realitas (sense of reality) dan kemampuan menilai

realitasnya juga terganggu (reality testing ability). Dimana pada awalnya

Penderita mengalami halusinasi auditorik dan merasa dikejar orang, yang

secara realitas tidak ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

Penderita mengalami gangguan jiwa Psikosa.

Pada Penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun

penyakit organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi

jaringan otak sebelum gejala terjadi. Pada Penderita juga tidak

22

Page 24: UJIAN JIWA VIVI.docx

ditemukan riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif. Dengan demikian,

Penderita dapat digolongkan mengalami Gangguan Psikosa

Fungsional.

Menurut PPDGJ III, Penderita termasuk dalam Skizofrenia F20

dengan pedoman diagnostik gejala-gejala yang sering muncul pada

Penderita ini yaitu:

a. “Delusion of influesnce” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar

b. Adanya halusinasi auditorik yaitu suara halusinasi yang

berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku penderita dan

mengancam akan mencelakai anak-anaknya dan halusinasi optik

yang berupa bayangan hitam.

c. Adanya gangguan proses berpikir, yaitu pada bentuk pikiran (non

realistik) dan isi pikiran (waham kejaran, waham curiga, PTM)

d. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,

atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus menerus.

e. Gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih.

f. Terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), yaitu bermanifestasi sebagai hilangnya minat

bekerja, sering berdiam diri di rumah, dan penarikan diri secara

sosial.

Menurut PPDGJ III, Axis I Penderita termasuk Skizofrenia lainnya

(Late Onset) F20.8 dengan pedoman diagnostik gejala-gejala yang muncul

pada Penderita ini:

a. Munculnya gejala pertama kali pada usia > 45 tahun, tanpa ada

riwayat sebelumnya.

b. Gejala yang timbul sama dengan skizofrenia pada yang early onset

23

Page 25: UJIAN JIWA VIVI.docx

Penderita adalah orang yang pendiam, tidak mudah bergaul jarang

bercerita tentang isi hati. Hal tersebut merupakan gambaran kepribadian

Skizoid. Sehingga diagnosa pada Axis II, Penderita memiliki Gambaran

Kepribadian Skizoid.

Pada Axis III ditemukan adanya penyakit Hipertensi.

Pada Axis IV ditemukan stressor psikososial yang jelas, yaitu

- Masalah Keluarga yaitu Penderita tinggal berjauhan dengan anak-

anaknya.

- Masalah Pekerjaan Suami penderita yang bekerja sebagai polisi di

bagian “Buser” .

Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan

menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) :

GAF Scale Current : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).

GAF Scale HLPY : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

GAF Scale KRS : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

2. Formulasi Psikodinamik

Penderita adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara.

Penderita dididik dengan keras oleh orang tuanya. Penderita merupakan

orang yang pendiam dan jarang menceritakan isi hatinya. Penderita sejak

kecil susah bergaul namun masih mau untuk bersosialisasi. Penderita

adalah orang yang sangat sayang dan bangga terhadap anak-anaknya.

Gejala mulai timbul sejak tinggal berpisah dengan anak-anaknya.

Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada Penderita berdasarkan

intervensi 3 variabel penting yaitu:

1. Stress yang diterima diinterprestasikan berat oleh Penderita

2. Sumber daya penyesuaian individu yang kurang dalam hal daya

tahan Penderita terhadap stress

3. Diathesis-stress = kerentanan = “bakat” Penderita

Ketiga hal tersebut dapat menimbulkan berbagai klinis gangguan jiwa.

Berdasarkan teori Dr. Hans Selye, apabila dilihat dari fase

terjadinya stress pada Penderita, maka akan didapatkan perkembangan

yang signifikan dan sesuai, yang dimulai dari :

24

Page 26: UJIAN JIWA VIVI.docx

1. Alarm reaction yaitu terjadinya pembangkitan emosi dan

ketegangan pada diri Penderita.

2. Pertahanan

o Menimbulkan pola-pola neurotik seperti afek cemas, mood amarah,

aspek pekerjaan serta sosial menurun

o Terjadi perubahan perilaku menjadi cepat marah dan apabila sudah

marah akan mudah mengamuk

3. Hasil adaptasi Penderita : Maladaptasi

Penyesuaian diri yang gagal dan tidak sesuai, serta berlebihan.

Apabila terus menerus dapat mengakibatkan kepayahan dan

disintegrasi pribadi.

4. Kepayahan (Distress)

o Terjadi gangguan jiwa psikosa

o Terjadi disintegrasi kepribadian

3. Diagnosis Multiaksial

Axis I : F.20.8 Skizofrenia Lainnya (Late onset)

Axis II : Gambaran Kepribadian Skizoid

Axis III : Hipertensi

Axis IV : Masalah Keluarga dan pekerjaan

Axis V : GAF Scale Current : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).

GAF Scale HLPY : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

GAF Scale KRS : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

VII. PROGNOSIS

1. Kepribadian premorbid : skizoid Jelek

2. Onset usia : lanjut usia Baik

3. Onset pengobatan : terlambat Jelek

4. Onset timbulnya : kronis Jelek

5. Jenis skizofrenia : skizofrenia Paranoid Baik

6. Faktor pencetus : ringan Jelek

25

Page 27: UJIAN JIWA VIVI.docx

7. Faktor keturunan : Disangkal Baik

Ad Vitam : Baik

Ad Functionam : Baik

Ad Sanactionam : Tanpa obat dapat kambuh

VIII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologis

Faktor Genetik : Disangkal

Faktor Penyakit Lainnya : Hipertensi

B. Psikologis

Afek/emosi : dangkal

Proses berpikir : Bentuk : non realistik

Arus : Koheren

Isi : PTM (+), Waham kejar (+), Waham

curiga (+)

Kemauan : Aspek Perawatan Diri : Baik

Aspek Sosial : menurun

Aspek Pekerjaan : Baik

Psikomotor : meningkat (tik facialis)

Kepribadian : Skizoid

Daya nilai dan tilikan : terganggu (derajat 4)

C. Aspek Sosial-Budaya

Faktor Pencetus : Tinggal terpisah dengan anak-anaknya

Faktor Keluarga : (+)

IX. MANAJEMEN TERAPI

1. Somatoterapi

Trifluoperazi (Stelazin 2 x 5mg)

o Nama dagang : Stelazine, Trifluoperaz

o Derivat dari : Phenothiazine rantai piperazine

o Dosis yang dianjurkan : 10-15 mg/hari

26

Page 28: UJIAN JIWA VIVI.docx

o Dosis maksimal : 60mg/hari

o Sediaan : Tab. Oral 1-5 mg

o Bentuk sediaan : Tablet dan injeksi

o Mekanisme kerja:

Trifluoperazin adalah obat antipsikosa generasi satu (tipikal).

Mekanisme kerjanya adalah dengan memblokade reseptor D1 dan D2

pada daerah mesolimbik dan mesokorteks sehingga memperbaiki

gejala dari skizofrenia seperti halusinasi, waham, gerakan serta

pembicaraan yang tidak terarah atau tidak jelas.

o Efek sedasi : (+)

o Gangguan sistem saraf otonom : (+)

o Sindrom Ekstrapiramidal : (+++) => sering menimbulkan EPS

(distonia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)

o Efek antikolinergik : Mulut kering, penglihatan kabur

o Kontraindikasi:

Penderita sensitif dengan phenothiazine

Penurunan kesadaran hebat karena CNS depresan

Waspada pada penderita dengan penyakit jantung, insufisiensi

hati dan ginjal

Alasan pemilihan obat :

Trifluoperazin merupakan antipsikosis generasi pertama (tipikal), yang

salah satu indikasi terapinya untuk gejala positif skizofrenia. Pada

penderita ini gejala positifnya lebih menonjol yaitu adanya waham,

halusinasi dan tidak bisa tidur.

2. Psikoterapi

a. Psikoterapi Suportif

Memotivasi Penderita untuk meminum obat secara teratur

Menyarankan Penderita untuk rutin kontrol ke Poli Jiwa

Menganjurkan penderita untuk menjadi orang yang lebih terbuka.

27

Page 29: UJIAN JIWA VIVI.docx

Menganjurkan penderita mengisi waktu luang dengan berbagai

kegiatan

Melakukan konseling untuk berupaya meringankan gejala

Penderita dan menyelesaikan masalah Penderita

b. Psikoterapi Reedukatif

Memberikan pembelajaran agar Penderita tidak terlalu sering

berdiam diri di rumah dan kembali bersosialisasi

3. Sosioterapi

Dengan memanipulasi lingkungan, untuk mendukung kesembuhan

Penderita, yaitu dengan cara:

Memberikan edukasi tentang keadaan Penderita dan

menyarankan keluarga untuk ikut membantu mengawasi

Penderita agar dapat meminum obat dengan teratur

Menyarankan agar keluarga Penderita lebih memberikan

perhatian dan motivasi terhadap Penderita

X. MONITORING DAN USUL

- Monitoring

o Perkembangan Penderita pada masa pengobatan

o Status Psikiatri Penderita

o Keteraturan minum obat

o Efek samping obat

III. LAMPIRAN

1. Foto bersama suami penderita dan penderita saat home visite ke rumah

Penderita

28

Page 30: UJIAN JIWA VIVI.docx

2. Denah rumah Penderita dengan suaminya

29

RUANG KELUARGA

KAMAR MANDI

RUANG MAKAN

DAPUR

KAMAR SUAMI PENDERITA

RUANG SHOLAT

KAMAR TAMU

RUANG TAMU

TERAS

RUANG TAMU

KAMAR PENDERITA

Page 31: UJIAN JIWA VIVI.docx

3. Peta rumah penderita

30