114
i UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKTOR-FAKTOR RISIKO ERGONOMI DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA OPERATOR CUTTING BAR DI UNIT PRODUKSI PT IRON WIRE WORKS INDONESIA TAHUN 2018 SKRIPSI NURHAMIDA JUSMAN 201531197 FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT JAKARTA 2018

UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

i

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR RISIKO ERGONOMI DENGAN KELUHAN

SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA

OPERATOR CUTTING BAR DI UNIT PRODUKSI PT IRON WIRE

WORKS INDONESIA TAHUN 2018

SKRIPSI

NURHAMIDA JUSMAN

201531197

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

2018

Page 2: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

ii

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR RISIKO ERGONOMI DENGAN KELUHAN

SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA

OPERATOR CUTTING BAR DI UNIT PRODUKSI PT IRON WIRE

WORKS INDONESIA TAHUN 2018

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

NURHAMIDA JUSMAN

201531197

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

2018

Page 3: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

iii

ABSTRAK

Nama :Nurhamida Jusman

NIM : 201531197

Program Studi: Kesehatan Masyarakat

Judul : Faktor-Faktor Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Subjektif

Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Operator Cutting Bar Di

Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia Tahun 2018

MSDs menjadi sangat penting karena merupakan penyebab terbesar hilangnya hari

kerja akibat cedera dihampir setiap jenis industry. Tujuan dari penelitian ini

menganalisis hubungan faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator cutting bar di unit produksi PT

Iron Wire Works Indonesia tahun 2018. Penelitian menggunakan desain penelitian

cross sectional dengan mengkaji masalah atau keadaan pada saat dilakukan

pengamatan pada 26 operator dengan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa 12 responden 46.2% berisiko mengalami keluhan MSDs. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Usia (p=0.665) ,

Masa kerja (p= 0.51), IMT (p=0.483), aktifitas fisik (p=1.000), dan gerakan

berulang (p=0.483) dengan keluhan MSDs. Untuk mengurangi risiko keluhan

MSDs, maka disarankan Melakukan stretching pada waktu jam istirahat untuk

merelaksasikan otot kembali.

Kata Kunci: Faktor risiko ergonomi, keluhan MSDs, cutting bar

xiii + 115 halaman, 11 daftar tabel. 4 gambar, 7 lampiran

Pustaka: 49 (1999-2018)

Page 4: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

iv

ABSTRACT

Name : Nurhamida Jusman

Reg Num : 201531197

Study Program: Public Health

Title : Ergonomic risk factors with Musculoskeletal Disorder (MSDs)

subjective complaint to Cutting Bar Operator at PT Iron Wire

Works Indonesia Production Unit in 2018

MSDs becomes very important because it is the biggest cause of the loss of working

days due to injury in most every type of industry. Main purpose of this research is

to analyze relations between Ergonomic risk factors with Musculoskeletal Disorder

(MSDs) subjective complaint to Cutting Bar Operator at PT Iron Wire Works

Indonesia Production Unit in 2018. This research using cross sectional research

design with examine the problem or situation when this research observed to 26

operators with using total sample technique. Result of this research explain that 12

respondents get 46.2% of having MSDs complaint. This research shows that no

relation between ages (p=0,665), work time (p=0,51), IMT (p=0,483), physical

activity (p=1.000), and physical repetition (p=0,483) with MSDs complaint. To

reduce risk of MSDs complaint, I recommend to do stretching move in break time

for relaxing the muscle.

Keywords : Ergonomic risk factors, MSDs complaints, cutting bar

xiii + 115 pages, 11 table lists, 4 picture, 7 attachments

Bibliography: 40 (1999-2018)

Page 5: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini, diajukan oleh:

Nama : Nurhamida Jusman

NIM : 201531197

Program studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi :

FAKTOR-FAKTOR RISIKO ERGONOMI DENGAN KELUHAN

SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA

OPERATOR CUTTING BAR DI UNIT PRODUKSI PT IRON WIRE

WORKS INDONESIA TAHUN 2018

Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Juli 2018

Disetujui oleh

Pembimbing

Decy Situngkir, SKM, MKKK

Page 6: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama : NURHAMIDA JUSMAN

Tempat/Tanggal Lahir : Soppeng, 30 Januari 1994

Alamat : Jln. Cavaleri No 50. Malibu Village (15443)

Paramount Gading Serpong, Kabupaten Tangerang

Nomor Hp : 082333122294

Data Pendidikan

2000 – 2006 SDN Negeri 210, Sanrangeng,Kab Soppeng Makassar

2006 – 2009 SMP Negeri 1, Kaimana Papua Barat

2009 – 2012 SMA Dwiwarna Boarding School Bogor

2012 – 2015 Universitas Indonesia, Jurusan Perumahsakitan

2015 – 2018 Universitas Esa Unggul, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Page 7: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat limpahan kasih, karunia dan segala rahmat-nya yang selalu menyertai setiap

langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal

disorders (MSDs) pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works

Indonesia tahun 2018.

Laporan penulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan proses pendidikan pada program S1 Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan di Universitas Esa unggul (FIKES UEU).

Penulis menyadari bahwa penyusunan skipsi ini tak lepas dari dukungan dan

keterlibatan peran dari berbagai pihak. Dengan ini, maka penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :

1) Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA selaku Rektor UEU yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menimba ilmu di

kampus ini.

2) Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan UEU

3) Putri Handayani, SKM, MKKK. Selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4) Decy Situngkir, SKM, MKKK. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5) Kepada Ibu dan Ayah, serta Adik Tercinta, karena do’a dan dukungan serta

bantuan baik moril dan materil kepada penulis sehingga penulis tetap

semangat menjalankan skripsi ini.

6) Sahabat Quince: Aba , Dela, Iyud, Sasa yang selalu ada buat menyemangati

Page 8: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

viii

7) Teman-teman seperjuangan angkatan K3 Kelas Eksekutif UEU 2015,

terutama: Mega, Hani, Septa, dan Cindy serta bagi semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangannya dan jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan

kritik, saran, dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, 13 juli 2018

Penulis

Nurhamida Jusman

Page 9: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

ABSTRAK.................................................................................................iii

PENYATAAN PERSETUJUAN................................................................v

RIWAYAT HIDUP.....................................................................................vi

KATA PENGANTAR...............................................................................vii

DAFTAR ISI.............................................................................................viii

DAFTAR TABEL.......................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 7

1.5 Manfaat penelitian ..................................................................... 8

1.5.1 Manfaat bagi pembaca dan Civitas Academica ..................... 8

1.5.2 Manfaat bagi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) .......... 8

1.6 Ruang lingkup .......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10

2.1 Ergonomi ....................................................................................... 10

2.1.1 Pengertian Ergonomi ............................................................. 10

2.1.2 Ruang Lingkup dan Tujuan Ergonomi ................................... 11

2.1.3 Pinsip Ergonomi .................................................................... 13

2.2 Sistem Muskuloskeletal Manusia ................................................... 14

2.2.1 Sistem Kerangka Manusia .................................................. 15

2.2.2 Sistem Otot Manusia .......................................................... 15

2.2.3 Jaringan Penghubung ......................................................... 16

2.2.4 Sendi .................................................................................. 17

2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)................................................ 17

2.3.1 Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs) ....................... 18

2.3.2 Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs) ......................... 18

2.3.3 Jenis-jenis Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................... 20

2.1.4 Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal ............................. 21

1. Faktor Risiko Pekerjaan .......................................................... 21

a.Jenis Pekerjaan ................................................................... 22

b. Postur Tubuh ..................................................................... 22

c. Durasi................................................................................ 22

d. Gerakan berulang .............................................................. 23

2. Faktor Individu ....................................................................... 25

Page 10: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

x

a. Usia ................................................................................... 25

b. Jenis kelamin .................................................................... 26

c. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................... 26

d. Masa kerja......................................................................... 28

e. Aktivitas fisik .................................................................... 28

2.5 Nordic Body Map ........................................................................... 33

2.6 Kerangka Teori .............................................................................. 35

2.7 Penelitian Terkait .......................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 39

3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 40

3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 40

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42

3.4 Jenis Penelitan ............................................................................... 43

3.5 Populasi dan Sampel ...................................................................... 43

3.6 Instrumen Penelitian: ..................................................................... 44

A. Data Primer ............................................................................... 45

B. Data Sekunder ........................................................................... 46

3.7 Analisis Data ................................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN..............................................................47

4.1 Analisis Univariat.............................................................................47

4.1.1 Gambaran distribusi frekuensi keluhan MSDs........................47

4.1.2 Gambaran distribusi frekuensi usia.........................................48

4.1.3 Gambaran distribusi frekuensi masa kerja..............................48

4.1.4 Gambaran distribusi frekuensi IMT........................................48

4.1.5 Gambaran distribusi frekuensi aktifitas fisik..........................49

4.1.6 Gambaran distribusi frekuensi gerakan berulang...................49

4.2 Analisis Bivariat..............................................................................51

4.2.1 Gambaran hubungan usia dengan MSDs................................52

4.2.2 Gambaran hubungan masa kerja dengan MSDs.....................52

4.2.3 Gambaran hubungan IMT dengan MSDs...............................53

4.2.4 Gambaran hubungan aktifitas fisik dengan MSDs.................54

4.2.5 Gambaran hubungan gerakan berulang dengan MSDs..........55

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................56

5.1 Analisis Univariat............................................................................56

5.1.1 Gambaran keluhan MSDs.......................................................56

5.1.2 Gambaran usia........................................................................56

5.1.3 Gambaran masa kerja.............................................................56

5.1.4 Gambaran IMT.......................................................................57

5.1.5 Gambaran aktifitas fisik.........................................................58

5.1.6 Gambaran gerakan berulang...................................................59

5.2 Analisis Bivariat..............................................................................59

5.2.1 hubungan usia dengan MSDs.................................................59

5.2.2 hubungan masa kerja dengan MSDs.......................................60

5.2.3 hubungan IMT dengan MSDs................................................60

5.2.4 hubungan aktifitas fisik dengan MSDs...................................60

5.2.5 hubungan gerakan berulang dengan MSDs............................61

Page 11: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

xi

5.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................63

6.1 Kesimpulan......................................................................................63

6.2 Saran................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA............................................................................66

LAMPIRAN

Page 12: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Sistem Muskuloskeletal (Bridger, 2003)...................................13

Tabel 2.2 Nilai MET (metabolic energy turnover)................................................29

Tabel 2.3 Tingkat Resiko Berdasarkan Skor Akhir...............................................32

Tabel 2.4 Keterangan Nordic Body Map..............................................................33

Tabel 2.5 Penelitian Terkait..................................................................................35

Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Pekerja di PT.Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018...................................................................................47

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Masa Kerja di PT.Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018..................................................................................48

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Pekerja di PT.Iron Wire

Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018.......................................................48

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Pekerja di PT.Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018 .................................................................49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gerakan Berulang Pekerja di PT.Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018..................................................................49

Tabel 4.1.6 Gambaran Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Pekerja di PT.Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018...............................................50

Tabel 4.7 Hasil Uji Bivariat Usia dengan Keluhan MSDs pada pekerja di PT.Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018...............................................51

Tabel 4.8 Hasil Uji Bivariat Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada pekerja di

PT.Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018.................................52

Tabel 4.9 Hasil Uji Bivariat IMT dengan Keluhan MSDs pada pekerja di PT.Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018...............................................53

Tabel 4.10 Hasil Uji Bivariat Aktifitas Fisik dengan Keluhan MSDs pada pekerja

di PT.Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018 .............................54

Tabel 4.11 Hasil Uji Bivariat Gerakan Berulang dengan Keluhan MSDs pada

pekerja di PT.Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018.................55

Page 13: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Rangka Tubuh Manusia......................................................14

Gambar 2.2 Struktur Otot Rangka........................................................................14

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Teori.....................................................................34

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep.................................................................38

Page 14: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industrialisasi menuntut dukungan penggunaan teknologi maju dan

canggih, yang disatu pihak akan memberi kemudahan dalam proses

produksi dan meningkatkan produktivitas. Di lain pihak cenderung

meningkatkan risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul sehubungan

dengan pekerjaan. Selain itu, di tempat kerja terdapat banyak potensi

bahaya, yaitu bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang

berdampak pada kesehatan pekerja (Santoso, 2004).

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek dan

karakteristik manusia (kemampuan, kelebihan, keterbatasan, dan lain-lain)

yang relevan dalam konteks kerja, serta memanfaatkan informasi yang

diperoleh dalam upaya merancang produk, mesin, alat, lingkungan, serta

sistem kerja yang terbaik. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah

tercapainya sistem kerja yang produktif dan kualitas kerja terbaik, disertai

dengan kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan

kesehatan dan keselamatan kerja. Perbaikan kerja, dalam konteks

ergonomi, antara lain dapat dilakukan dengan cara memperbaiki proses

interaksi yang terjadi, merancang pekerjaan sehingga cocok dengan

karakteristik manusia penggunanya, memperbaiki lingkungan fisik kerja,

serta merancang lingkungan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

psikologis dan sosiologis manusia (Iridiastadi dan Yassierli, 2014).

Setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak

dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya

tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi

menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja.

Dengan demikian, penerapan ergonomi di segala bidang kegiatan adalah

suatu keharusan. Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan di

mana saja, baik di lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial

maupun di lingkungan tempat kerja. Ergonomi dapat diterapkan kapan saja

Page 15: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

2

dalam putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja,

istirahat maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan

sehat, aman dan nyaman. Setiap komponen masyarakat baik masyarakat

pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam

upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan produktivitas

kerja yang setinggi-tingginya. Untuk dapat menerapkan ergonomi secara

benar dan tepat, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi

secara detail. Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni, agar apa

yang akan diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan

manfaat yang besar kepadanya (Tarwaka dkk., 2004).

Masalah ergonomi di dunia industri sangat signifikan dampaknya,

hal tersebut dikarenakan walaupun sudah banyak industri yang

menggunakan mesin dalan proses kerjanya, namun dalam pelaksanaannya

masih memerlukan tenaga manusia untuk penanganan secara manual.

Namun, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik. Keterbatasan

fisik tersebut perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun rencana kerja,

karena jika pekerjaan tertentu membutuhkan tenaga melebihi kapasitas

fisik manusia, hal inilah yang menimbulkan faktor risiko terjadinya

gangguan musculoskeletal. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kondisi

sosial ekonomi perusahaan karena kehilangan hari kerja yang diakibatkan

oleh gangguan musculoskeletal. Akibatnya, produktivitas menurun dan

menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan karena harus membayar

kompensasi (Iridiastadi dan Yassierli, 2014).

MSDs (Musculoskeletal Disorders) biasanya diawali dengan

keluhan rasa nyeri. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan

sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan

keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga

kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal (Tarwaka dkk., 2004).

Page 16: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

3

Berdasarkan Arthritis Research UK (2017), di UK sekitar 57%

angka kesakitan dan cidera berkaitan dengan gangguan muskuloskeletal.

Lebih dari 30 juta hari kerja hilang karena kondisi muskuloskeletal, setiap

tahunnya. Kondisi muskuloskeletal dapat disebabkan atau diperburuk oleh

pekerjaan. Dari 1.3 juta orang, rentang umur (16-64 tahun) memiliki

penyakit yang menurut mereka terkait pekerjaan hasilnya menunjukkan

41% semua kasus penyakit terkait pekerjaan di Inggris pada 2015 hingga

2016 disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal terkait kerja, 37% stress,

kecemasan dan depresi, 22% disebabkan oleh faktor lainnya (Arthritis

Research UK, 2017).

Di Indonesia, data statistik yang berkaitan dengan MSDs masih

belum tersedia secara memadai. Kondisi industri Indonesia lebih dominan

pekerjaan fisik dan masih lemahnya pengawasan K3. Berikut hasil

penelitian yang telah dilakukan terkait studi prevalensi keluhan MSDs

terhadap pekerja di beberapa industri. Hasilnya adalah sebagian besar

pekerja berusia 19-27 tahun (46,43%), masa kerja 1-5 tahun (46,43%),

tidak olahraga teratur (68,57%), bukan perokok (78,57%) terdapat

hubungan yang kuat antara keluhan pernapasan dengan usia c= koefisien

kontingensi (c= 0,535), masa kerja (c= 0,509), keluhan musculoskeletal

dengan duduk statik (c= 0,544), berdiri statik (c= 0,559) dan postur tubuh

(c= 0,559) berdasarkan temuan, dapat disimpulkan bahwa pekerja sepatu

berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal dan pernapasan (Frizka dan

Martiana, 2005).

Seluruh responden (100%) pada pekerja pabrik proses finishing di

Departemen PPC PT SCTI Ciracas Jakarta Timur mengalami keluhan

gejala MSDs di hampir semua bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling

banyak dikeluhkan adalah punggung, lengan atas, lengan bawah, pinggang

dan kaki. Jenis keluhannya seperti pegal-pegal dan nyeri otot. Hasilnya

adalah tingkat risiko ergonomi tertinggi pada proses pengepakan. Bagian

tubuh yang memiliki risiko MSDs (Kurniawati, 2009).

Dari hasil kuesioner dan nordic body map diketahui keluhan MSDs

yang paling banyak dirasakan perajin pada pinggang bagian bawah dan

Page 17: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

4

pinggang bagian atas (92,9%). Keluhan yang dirasakan berupa pegal-pegal,

sakit/nyeri, kaku, kejang/keram dan kesemutan. Selain risiko ergonomi, di

dapatkan juga faktor lain yang memperberat keluhan MSDs yaitu

karakteristik individu yang terdiri dari umur, jenis kelamin, masa kerja, jam

kerja per hari, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok dan aktifitas

fisik. Sebagian besar aktivitas kerja memiliki tingkat risiko ergonomi tinggi

sehingga diperlukan segera tindakan perbaikan desain tempat kerja

(Paramitha, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian kepada operator unit produksi PT GMF

AeroAsia menyatakan perusahaan ini yang bergerak di bidang perawatan

pesawat terbang. Hasil dari penelitian ini adalah pekerja yang memiliki

tingkat risiko ergonomi rendah maupun sangat tinggi, kebanyakan yang

memiliki tingkat keluhan MSDs yang rendah. Keluhan tertinggi MSDs

terdapat pada punggung sebesar 96,4% (Anggaraeni, 2005).

PT Iron Wire Work Indonesia (IWWI) adalah perusahaan terkemuka

Jepang pertama dan terbesar yang membuat berbagai macam jenis kawat

baja di Indonesia. Sejak dimulai produksi komersialnya di tahun 1972, PT

IWWI telah secara konsisten memperluas dan mengembangkan produknya

serta meningkatkan kapasitas produksinya. Saat ini PT IWWI beroperasi

dalam kapasitas produksi 50.000 MT/ tahun, semua proses produksi

mengikuti standar industri Jepang (JIS), lembaga kawat baja Amerika

(AISI) dan lainnya yang sejenis.

Proses produksi PT IWWI yang berkesinambungan dijamin oleh

berbagai pemasok wire rod Indonesia, Jepang dan berbagai negara di

kawasan Eropa, Asia, Australia dan Afrika Selatan. Dengan didukung oleh

3 pemegang saham yang mempunyai reputasi, kelompok pemasok bahan

baku, PT IWWI berkeyakinan menjadi pabrik kawat baja terkemuka di

Indonesia. PT Iron Wire Work Indonesia (IWWI) mempunyai visi dan misi

perusahaan untuk menjadi perusahaan wire drawing Nomor 1 yang

menyumbang kemajuan industri mobil, motor dan elektronik di Asia

Page 18: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

5

Tenggara, serta berperan dalam memelihara kelestarian lingkungan (Profil

PT IWWI, 2018).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di unit

produksi di dapatkan bahwa PT IWWI menggunakan mesin dalam proses

kerjanya. Terdapat 7 shop yang menghasilkan jenis produk yang berbeda di

setiap shopnya. Dari survei yang sudah dilakukan, terdapat 4 proses tahapan

yang harus dilalui yakni pickling and coating proses: proses pembersihan

besi dengan HCL, drawing: proses pengecilan diameter besi, heat

treatment: proses pemanasan besi, dan cutting: pemotongan besi dari 4

meter jadi 2cm.

Cutting bar merupakan proses untuk memotong besi. Unit ini berada

di shop G dan memiliki 26 operator. Target harian operator unit tersebut

adalah 3.500pcs/ hari setiap operator. Dalam cutting bar terdapat 4 proses

yaitu: Cutting stamping : proses pemotongan dari coil to bar menggunakan

dies; Cutting saw : proses pemotongan dari bar to bar menggunakan pisau

potong; Grinding : proses menghilangkan burry (sisi yang tajam) pada hasil

pemotongan; dan Checking : proses pemisahan wire layak dan tidak layak.

Proses – proses dalam menghasilkan target tersebut, membuat operator

melakukan gerakan yang repetitif, sehingga hal tersebut dapat

mengakibatkan keluhan musculoskeletal disorders.

Selain itu dari hasil studi pendahuluan menggunakan kuesioner

Nordic Body Map yang melibatkan 6 responden, ditemukan 6 (100%)

responden yang mengalami keluhan MSDs. Dari hal tersebut, peneliti ingin

mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko ergonomi dengan

keluhan subjektif musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator cutting

bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Arthritis Research UK (2017), di UK sekitar 57%

angka kesakitan dan cidera berkaitan dengan gangguan muskuloskeletal.

Lebih dari 30 juta hari kerja hilang karena kondisi muskuloskeletal, setiap

Page 19: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

6

tahunnya. Kondisi muskuloskeletal dapat disebabkan atau diperburuk oleh

pekerjaan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan menggunakan kuesioner

Nordic Body Map yang melibatkan 6 responden, ditemukan 6 (100%)

responden yang mengalami keluhan MSDs Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada hubungan faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator cutting bar

di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

2. Bagaimana gambaran keluhan subjektif musculoskeletal disorders pada

operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia

tahun 2018?

3. Bagaimana gambaran usia pada operator cutting bar di unit produksi PT

Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

4. Bagaimana gambaran masa kerja pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

5. Bagaimana gambaran indeks massa tubuh pada operator cutting bar di

unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

6. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

7. Bagaimana gambaran gerakan berulang pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

8. Apakah ada hubungan antara usia dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi PT

Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

9. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi PT

Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

Page 20: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

7

10. Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

11. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi PT

Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

12. Apakah ada hubungan antara gerakan berulang dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator cutting

bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran tingkat keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

2. Mengidentifikasi gambaran usia pada operator cutting bar di

unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

3. Mengidentifikasi gambaran masa kerja pada operator cutting bar

di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

4. Mengidentifikasi gambaran indeks massa tubuh pada operator

cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018.

5. Mengidentifikasi gambaran aktivitas fisik pada operator cutting

bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

6. Mengidentifikasi gambaran gerakan berulang pada operator

cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018.

Page 21: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

8

7. Menganalisis hubungan antara usia dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit

produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

8. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di

unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

9. Menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh dengan

keluhan subjektif musculoskeletal disorders pada operator

cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018.

10. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di

unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

11. Menganalisis hubungan antara gerakan berulang dengan

keluhan subjektif musculoskeletal disorders pada operator

cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat bagi pembaca dan Civitas Academica

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai hubungan faktor-faktor risiko

ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders

(MSDs) pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire

Works Indonesia tahun 2018.

1.5.2 Manfaat bagi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan informasi dan bahan masukan bagi PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) dalam melakukan pengendalian kejadian

Musculoskeletal Disorders pada pekerja PT Iron Wire Work

Indonesia (IWWI) Tahun 2018.

Page 22: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

9

1.6 Ruang lingkup

Penelitian bertujuan untuk mengetahui mengenai hubungan faktor-

faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders

(MSDs) pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works

Indonesia tahun 2018. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan februari

sampai dengan bulan mei 2018 yang berlokasi di Jln. Daan Mogot km. 18

batu ceper, Tangerang Indonesia. Penelitian menggunakan desain

penelitian cross sectional dengan mengkaji masalah atau keadaan pada saat

dilakukan pengamatan pada 26 operator dengan tehnik total sampling.

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan

subjektif musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator cutting bar di

unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

Page 23: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

2.1.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi dalam bahasa Yunani, dari kata ergos dan nomos yang

memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua kata tersebut secara

pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni suatu aturan yang

ditaati dalam lingkungan pekerjaan (Kusnawa, 2014). Menurut Bridger

(2003), ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara

manusia dengan mesin dan faktor lain yang memengaruhinya. Menurut

Manuaba (2004), ergonomi adalah ilmu seni, dan penerapan teknologi

untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang

digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan

dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas

hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.

International Ergonomics Association (IEA), mendefinisikan

ergonomi merupakan studi anatomis, fisiologi, dan psikologi dari aspek

manusia dalam bekerja di lingkungannya. Konteks ini berkaitan dengan

efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dari orang-orang di

tempat kerja, di rumah, dan sejumlah permainan. Hal itu secara umum

memerlukan studi dari sistem dan fakta kebutuhan manusia, mesin-mesin

dan lingkungan yang saling berhubungan dengan tujuan mengenai

penyesuaiannya (IEA, 2000).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pusat

dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi ada berdasarkan

kesadaran dan keterbatasan kemampuan dan kapabilitas manusia, sehingga

dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi

dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja dan

pekerjaan dengan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.

Page 24: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

11

2.1.2 Ruang Lingkup dan Tujuan Ergonomi

Aktivitas kerja dalam jabatan, dituntut sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan yang dimiliki para pegawai. Oleh karena itu, para perancang

sistem pelayanan melakukan berbagai analisis terkait dengan jenis tugas,

gerakan tubuh yang diperlukan dan batas kemampuan menerima beban

(Kusnawa, 2014).

Ditinjau dari kepentingan ilmiah yang dapat memberikan kontribusi

pada praksis industri, melalui penelitian mencakup hal-hal berikut ini

(Kusnawa, 2014).

1. Penelitian interface

Perangkat antara (interface) yang mengidentifikasi, menganalisis dan

mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta

mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda, lambang, dan

angka-angka, peta dan variabel (waktu, jarak) serta konstanta lainnya.

2. Kekuatan Fisik Pekerja

Penelitian tentang aktivitas pelayanan sistem fisik kerja, melalui

pengukuran dan menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima, dan

peralatan yang digunakan dalam objek pekerjaan. Data-data yang diperoleh,

dijadikan bahan perancangan kerja sesuai dengan rata-rata kemampuan fisik

para pekerja.

3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja

Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja, dimensi

ukuran kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan faktor-faktor yang

memengaruhi karakteristik aktivitas kerja.

4. Lingkungan Kerja

Penelitian mengenai kondisi lingkungan tempat kerja, seperti

pengaturan pencahayaan, pengaturan ventilasi udara, dan faktor yang

memengaruhi fisik pekerja, seperti kebisingan, getaran, dan temperatur.

Ergonomi berkembang dari berbagai bidang ilmu yang berbeda antara lain

ilmu anatomi dan kedokteran, fisiologi dan psikologi serta ilmu fisika dan

teknik. Masing- masing disiplin ilmu sangat berperan dalam membentuk

ilmu ergonomi yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan terhadap

Page 25: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

12

pekerja. Ilmu anatomi dan faal memberikan pengetahuan tentang struktur

tubuh manusia, kemampuan dan keterbatasan tubuh manusia, dimensi tubuh

dan kekuatan tubuh dalam mengangkat dan menerima tekanan fisik.

Psikologi faal memberikan analisis terhadap fungsi otak dan sistem

persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental

untuk memahami cara mengambil sikap, mempelajari serta mengendalikan

proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik menyediakan informasi

mengenai sistem desain dan lingkungan dimana pekerja melakukan

pekerjaannya (Kusnawa, 2014).

Menurut Adapted from OCAW local 1-5 Ergonomics Awarness

Workbook “Job Design with the Worker in Mind”, kontrol ergonomi dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, hal ini untuk mengidentifikasi

pencegahan dan pengendalian faktor risiko ergonomi. Ketiga perdekatan

tersebut adalah sebagai berikut: (Tarwaka, 2004).

1. Engineering control, adalah salah satu metode untuk mengendalikan

faktor-faktor risiko ergonomi secara efektif dan permanen. Konsep

tersebut, termasuk memodifikasi, merancang kembali atau mengubah:

a. Work station and work areas (tempat dan wilayah kerja)

b. Materials/objects/containers design and handling (beban, benda

kerja, rancangan, dan pengangkatan kontainer)

c. Hand tools used (menggunakan perkakas tangan)

d. Equipment (peralatan)

Engineering control, merupakan inti ergonomi, mengubah tempat

pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan. Rancangan ini, perlu

mengakomodasi pertimbangan karakteristik para pekerja.

2. Administrative control, berhubungna dengan bagaimana pekerjaan

terorganisasi secara sistematis. Beberapa hal yang termasuk pada bagian

ini mencakup hal-hal berikut ini.

a. Proper maintenance and house keeping (pemeliharaan dan

kerumahtanggaan)

b. Job rotation and enlargement (rotasi dan perluasan pekerjaan)

c. Work scheduling (penjandwalan pekerjaan)

Page 26: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

13

d. Sufficient breaks (istirahat yang cukup)

e. Work practice (praktik kerja)

f. Training (pelatihan)

3. Personal protective equipment (PPE) atau yang dikenal dengan Alat

Pelindung Diri (APD). Setiap pekerja harus menggunakan alat

perlindungan diri sebagai pelindung saat melakukan pekerjaan, yang

dirancang sesuai dengan kebutuhan jenis pekerjaan. APD tidak

menghilangkan risiko kerja, melainkan mengurangi risiko melalui

penghambat.

Secara umum tujuan dari penerapan ilmu ergonomi adalah:

(Tarwaka, 2004)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja

meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat

guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu

usia produktif maupun setelah tidak produktif

2. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu

aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap

sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan

kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004).

Berdasarkan penjabaran di atas dari berbagai sumber, maka

dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dari ergonomi berfokus pada

perancangan tugas, peralatan, area kerja, dan sistem kerja yang

disesuaikan dengan kapasitas pekerja (mempertimbangkan

keterbatasan fisik pekerja) yang bertujuan untuk menciptakan

efisiensi serta kenyamanan dalam bekerja dan mencegah dari

kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.

Page 27: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

14

Interaksi antara ketiga komponen di atas harus mempertimbangkan

manusia sebagai pusat dalam ergonomi, sehingga harus memperhatikan

keterbatasan manusia. Keterbatasan tersebut dipengaruhi oleh aspek-aspek

pada diri manusia itu sendiri yang meliputi aspek fisik seperti; ukuran dan

bentuk tubuh, kebugaran dan kekuatan, postur, indera, tekanan dan

tegangan otot, rangka dan saraf dan aspek psikologis seperti; kemampuan

mental, kepribadian, pengetahuan dan pengalaman (Bridger, 2003).

2.2 Sistem Muskuloskeletal Manusia

2.2.1 Sistem Kerangka Manusia

Susunan sistem rangka manusia terdiri dari 206 tulang yang saling

berhubungan.Tulang-tulang ini terdiri dari 8 tulang kepala/tengkorak, 14

buah tulang wajah, 6 buah tulang telinga dalam, 1 tulang lidah, 25 tulang

dada, 26 tulang belakang dan gelang panggul, 64 tulang anggota gerak atas

dan 62 tulang anggota gerak bawah. Keseluruhan tulang ini dihubungkan

dengan ligament dan jaringan ikat lainnya (Setiadi, 2007).

Tabel 2.1: Fungsi Sistem Muskuloskeletal (Bridger, 2003)

Sistem Skeletal Sistem Muskular

1. Penyokong

2. Pelindung (misalnya, tulang

tengkorak yang melindungi otak dan tulang rusuk yang melindungi

jantung dan paru- paru)

3. Pergerakan (otot-otot melekat pada

tulang sehingga terjadi kontraksi otot, dan terjadi pergerakan)

4. Homopoiesis (jenis tulang tertentu

dapat memproduksi sel darah merah melaui bagian sum-sumnya)

1. Menghasilkan pergerakan tubuh atau

bagian-bagian tubuh

2. Menjaga postur tubuh

3. Memproduksi panas (sel-sel pada otot

memproduksi panas sebagai hasil

sampingan dan merupakan

mekanisme yang penting untuk menjaga kestabilan temperatur tubuh.

Page 28: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

15

Gambar 2.1. Sistem Rangka Tubuh Manusia

Sumber:http://danceguadagno.wikispaces.com/The+Skeletal+System.

2.2.2 Sistem Otot Manusia

Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang dari 10 sampai

dengan 400 mm dan berdiameter 0,01 sampai dengan 0,1 mm. Fiber terdiri

dari myofibril yang tersusun atas sel-sel filamen dari molekul myosin yang

saling overlap (tumpang tindih) dengan filamen dari molekul aktin

(Nurmianto, 2004).

Otot rangka adalah otot yang terhubung dengan tulang dan

persendian sehingga memungkinkan fungsi tulang sebagai pengungkit saat

otot berkontraksi. Otot rangka adalah jaringan terbesar dalam tubuh dengan

massa 40% dari beban badan, di mana pergerakannya dapat memungkinkan

dilakukannya aktivitas fisik (Bridger, 2003).

Gambar 2.2 Struktur Otot Rangka

Sumber:http://sistem-muskuloskeletal.html

Page 29: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

16

Otot mempunyai kemampuan kontraksi dan relaksasi. Otot sebagai

penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain

yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk

mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat

asalnya. Ada juga jenis otot lain yang disebut sebagai fiksator yang

berfungsi sebagai pemberi keseimbangan pada saat adanya suatu gerakan,

dan sinergis yang berfungsi untuk mengontrol sambungan-sambungan

(sendi) sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan secara efisien.

Sebagai contoh, otot triceps dalam keadaan antagonis relatif terhadap otot

biceps selama dalam gerakan fleksi oleh siku pada saat tangan mengangkat

beban (Nurmianto, 2004).

2.2.3 Jaringan Penghubung

Jaringan-jaringan penghubung yang terpenting pada sistem

kerangka-otot adalah ligamen, tendon, dan fasciae. Jaringan ini terdiri dari

kolagen dan serabut elastis. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara

otot dan tulang terdiri dari sekelompok serabut kolagen yang letaknya

paralel dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok

jaringan serabut dalam suatu area dimana adanya gaya gesek. Bagian

dalam dari jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan.

Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk

stabilitas sendi yang tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel.

Sedangkan jaringan fasciae berfungsi sebagai pengumpul dan pemisah otot

yang terdiri dari sebagian besar serabut elastis (Nurmianto, 2004).

2.2.4 Sendi

Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang mampu

digerakkan. Hubungan antara dua tulang atau lebih disebut persendian atau

artikulasi (Sherwood, 2006). Gerak yang muncul akibat adanya persendian

sebagai berikut :

Page 30: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

17

a. Fleksi dan Ekstensi

Fleksi merupakan gerak membengkokkan atau menekuk,

sedangkan ekstensi merupakan gerak meluruskan.

b. Abduksi dan Adduksi

Abduksi merupakan gerak menjauhi tubuh, sedangkan

Adduksi merupakan gerak mendekati tubuh.

c. Elevasi dan Depresi

Elevasi merupakan gerak mengangkat, sedangkan depresi

merupakan gerak menurunkan.

d. Supinasi dan Pronasi

Supinasi merupakan gerak menengadahkan tangan, sedangkan

pronasi merupakan gerakan menelungkupkan tangan.

e. Inversi dan Eversi

Inversi merupakan gerak memiringkan telapak kaki ke arah

dalam tubuh, sedangkan eversi merupakan gerak memiringkan

telapak kaki ke arah luar.

2.2.5 Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Istilah Musculoskeletal Disorders (MSDs) biasa digunakan oleh

pakar ergonomi untuk gangguan yang diakibatkan oleh karakteristik

pakerjaan yang buruk, sedangkan Cummulative Trauma Disorders (CTD)

merupakan istilah yang digunakan kalangan medis bila gangguan jaringan

otot (musculoskeletal disorders) telah menjadi penyakit. Terdapat

perbedaan istilah MSDs pada beberapa negara. Di Amerika MSDs lebih

dikenal dengan Cummulative Trauma Disorders (CTD). Di Inggris dan

Australia disebut dengan Repetitive Strain Injury (RSI). Di Jepang dan

Skandinavia lebih dikenal dengan Occupational Cervicobrachial

Disorders (OCD). Dan baru-baru ini di Australia dikenal sebagai

Occupational Overuse Syndrome (OOS).

Page 31: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

18

A. Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah gangguan pada otot,

syaraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, dan tulang belakang.

Gangguan tersebut secara umum terjadi secara berangsur atau berkembang

secara kronis bukan merupakan hasil kejadian spontan. Meskipun demikian

kejadian spontan seperti terpeleset dan terjatuh biasanya merupakan

penyebab terjadinya masalah muskuloskeletal, contohnya low back pain

(NIOSH, 1997).

B. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Gejala MSDs biasanya disertai dengan keluhan subjektif. Berikut ini

beberapa gejala umum yang menandai terjadinya MSDs : (Peter, 2000)

1. Rasa sakit pada sendi

2. Rasa sakit pada tangan, bahu, lengan bawah, lutut, kaki dan lain-lain

3. Rasa sakit, ngilu dan kebas pada tangan dan kaki

4. Jari tangan atau kaki memucat

5. Punggung atau leher sakit

6. Terjadi pembengkakan atau radang

7. Terjadi kekakuan

8. Rasa panas atau seperti terbakar

9. Rasa lemas atau kehilangan koordinasi tangan

10. Rasa sakit yang membuat terjaga di tengah malam

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua

(Tarwaka, 2004), yaitu:

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, namun keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent). Yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot masih terus berlanjut.

Page 32: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

19

C. Jenis-jenis Musculoskeletal Disorders (MSDs) (Peter, 2000)

Ada beberapa jenis MSDs yaitu:

1) Carpal Tunnel Syndrome (CTS), yaitu tekanan pada saraf tengah

yang terletak di pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan

tulang. Penekanan tersebut disebabkan oleh pembengkakan atau

iritasi dari tendon dan penyelubung tendon. Gejalanya seperti rasa

sakit pada pergelangan tangan, perasaan tidak nyaman pada jari-

jari, dan mati rasa/kebas. CTS dapat menyebabkan seseorang

kesulitan menggenggam.

2) Tendinitis, yaitu peradangan hebat atau iritasi pada tendon,

biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.

Keadaan tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus

menerus digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak biasa

(penggunaan berlebih atau postur janggal) seperti tekanan yang

kuat pada tangan, membengkokkan pergelangan tangan selama

bekerja, atau menggerakkan pergelangan tangan secara berulang.

Jika ketegangan otot tangan ini terus berlangsung akan

menyebabkan tendinitis.

3) Bursitis, merupakan iritasi atau peradangan pada bursa. Bursa

merupakan kantung berisi cairan yang berada di sekitar sendi,

fungsinya untuk mengurangi gesekan pada tulang. Gejala utama

adalah rasa nyeri di sekitar bursa. Bursitis juga dapat menyebabkan

hilangnya gerakan pada sendi yang terkena. Bursitis biasanya

terjadi pada lutut, bahu, siku, tumit, pinggul dan ibu jari.

4) Tension Neck Syndrome, adalah ketegangan pada otot leher yang

disebabkan oleh postur leher fleksi ke arah belakang dalam jangka

waktu yang lama sehingga timbul gejala kekakuan pada otot leher,

kejang otot, dan rasa sakit yang menyebar ke bagian leher.

5) Trigger finger, adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-

jari akibat tekanan yang berulang pada jari-jari yang menekan

tendon secara terus menerus hingga ke jari-jari.

Page 33: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

20

6) Tennis elbow, terjadi ketika ada masalah pada tendon yang

menempel pada bagian luar siku. Gejala umum adalah rasa nyeri di

bagian luar siku, nyeri ketika mengangkat benda, nyeri yang

menjalar ke lengan bawah. Rasa nyeri pada tennis elbow biasanya

bertahap, tetapi dapat juga datang secara tiba-tiba.

7) Low Back Pain, merupakan cidera pada punggung karena otot-otot

tulang belakang mengalami peregangan jika postur tubuh

membungkuk. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan pada area

bagian bawah dari punggung dan tulang belakang.

2.3 Faktor-Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal

2.3.1. Faktor Risiko Pekerjaan

1. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan seperti repetitive bending dan lifting

memiliki kejadian musculoskeletal disorders yang cukup tinggi, misalnya

pada pekerja konstruksi dan perawat. Jenis pekerjaan yang juga

mengharuskan pekerjanya melakukan pekerjaan dalam posisi berdiri atau

duduk dengan jangka waktu yang lama tanpa istirahat akan menempatkan

pekerja dalam risiko musculoskeletal disorders yang lebih besar daripada

pekerja yang tidak melakukan pekerjaan (Peter, 2000).

Menurut Suhardjo (1999), klasifikasi pekerjaan dibagi menjadi 4

yaitu :

1. Pekerjaan ringan (laki-laki : pekerja kantor, pekerjaan professional

(dokter, pengacara, akuntan, guru, arsitek, dsb.), pelayan took,

penganggur, dsb.) (Wanita : pegawai, pegawai kantor, pekerjaan rumah

tangga, guru, pekerjaan professional, dsb.)

2. Pekerjaan sedang (laki-laki : pekerja industri ringan, siswa/mahasiswa,

pekerja bangunan, pekerja perkebunan, angkatan bersenjata yang tidak

aktif di lapangan (pasukan), nelayan, dsb.

(Wanita : pekerja industrI ringan, pekerjaan dirumah tangga, mahasiswa,

buruh-buruh di took -toko, dsb.

Page 34: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

21

3. Pekerjaan berat (laki-laki : buruh tani, kuli, buruh kehutanan, pasukan

tentara di lapangan, pekerja tambang, buruh pabrik baja, dsb.

(wanita : buruh tani, penari, olahragawati)

4. Pekerja sangat berat (Laki-laki : penarik gerobak, penarik becak.

(wanita : pekerja konstruksi bangunan)

2. Postur Tubuh

Merupakan posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas

pekerjaan yang terkait dengan desain tempat kerja dan task. Postur janggal

adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi

normal ketika melakukan pekerjaan (WHO, 2009).

Menurut Paramitha (2014), keluhan paling banyak dirasakan perajin

pada bagian tubuh dapat disebabkan oleh postur janggal dari punggung yang

dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali/

menit menyebabkan tingginya skor untuk postur punggung.

3. Durasi

Durasi kerja merupakan lama waktu yang dihabiskan oleh pekerja

untuk bekerja dengan postur janggal, membawa atau mendorong beban,

atau melakukan pekerjaan berulang tanpa istirahat. Durasi kerja dihitung

dari total waktu dalam satu hari dimana pekerja terpajan dengan faktor

risiko ergonomi. Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi

yang lama dapat meningkatkan potensi timbulnya kelelahan. Semakin lama

durasi pekerja terpajan dengan faktor risiko ergonomi, maka waktu yang

diperlukan untuk pemulihan juga akan semakin lama. Semakin besar

pajanan durasi maka tingkat risikonya juga semakin besar (Peter, 2000).

4. Gerakan Berulang

a. Pengertian Gerakan Berulang

Adalah melakukan suatu jenis pekerjaan yang sama secara berulang-

ulang dalam waktu tertentu. Hal ini sangat berisiko menyebabkan kelelahan

otot. Sepanjang otot mengalami kontraksi, otot tersebut harus selalu

menerima pasokan oksigen dan nergi. Jika gerakan berulang otot terlalu

cepat akan mempercepat kelelahan otot (WHO, 2009).

Page 35: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

22

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus

menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan secara terus

menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan relaksasi. Faktor pekerjaan seperti pekerjaan tidak

alamiah, aktivitas berulang dan peregangan otot yang berlebihan merupakan

penyebab utaa terjadinya MSDs (Peter, 2000).

Risiko fisiologi utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering

dan berulang-ulang adalah keletihan dan kelelehan otot. Sepanjang otot

mengalami kontraksi, otot tersebut harus menerima pasokan tetap oksigen

dan bahan gizi dari aliran darah. Jika gerakan berulang-ulang dari otot

menjadi terlalu cepat untuk membiarkan oksigen yang memadai mencapai

jaringan atau membiarkan uptake kalsium, terjadilah kelelahan otot (Bird,

et al., 2005).

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan (Tarwaka, 2011). Setiap

gerakan berulang pada lengan/pergelangan tangan disarankan dengan

frekuensi 10 gerakan/menit, jika lebih dari itu maka termasuk dalam tingkat

resiko pengulangan tinggi. Hal tersebut menjadi referensi untuk semua

pekerjaan berulang pada lengan/pergelangan tangan, yang memberikan

kondisi optimal atau tidak signifikan untuk semua faktor risiko lainnya

(tekanan, postur, faktor tambahan, kurangnya waktu pemulihan) (Delleman

dkk, 2004).

b. Macam Gerakan Berulang

Gerakan berulang tangan dapat berupa gerakan sebagai berikut:

1) Menjangkau

Menjangkau (Reach) merupakan gerakan untuk memindahkan

tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu (Tarwaka, 2011).

2) Mengangkut (Move)

Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan

dengan maksud utama untuk membawa suatu obyek dari satu lokasi ke

lokasi tujuan tertentu (Tarwaka, 2011).

Page 36: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

23

3) Memutar (Turn)

Memutar adalah merupakan gerakan memutar tangan

sepanjang sumbu tangan atau lengan bawah. Gerakan ini dibagi

berdasarkan kondisi tangan waktu memutar, yaitu, Reach-turn adalah

jika tangan dalam keadaan kosong. Move-turn adalah tangan terdapat

objek (Tarwaka, 2011).

4) Memegang (Grasp)

Memegang adalah gerakan yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk menguasai sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari

atau dengan tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar

berikutnya (Tarwaka, 2011).

5) Melepas (Release)

Melepas adalah gerakan untuk membebaskan kontrol atas suatu

obyek oleh jari atau tangan (Tarwaka, 2011).

6) Mengarahkan (Position)

Mengarahkan adalah sebuah elemen gerakan yang

dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau

memasangkan suatu obyek dengan obyek lainnya (Tarwaka, 2011).

a. Hal-hal yang mempengaruhi gerakan berulang

Gerakan berulang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

(Boediono dkk., 2005) :

1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses pekerjaan

berulang.

2) Besarnya atau seringnya penggunaan otot.

3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.

Apabila dalam pekerjaan tersebut tidak banyak dilakukan

gerakan, maka waktu yang diperlukan dalam melakukan gerakan yang

sama akan menjadi lebih pendek, sehingga pekerja akan lebih sering

melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang (Boediono dkk.,

2005).

Page 37: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

24

b. Pengukuran Gerakan

Pengukuran gerakan berulang dapat dilakukan dengan pengamatan

secara langsung yaitu pengukuran dengan menggunakan stopwatch untuk

melihat frekuensi gerakan berulang yang dilakukan pekerja dalam satuan

waktu (Dellemen dkk., 2004).

2.3.2 Faktor Risiko Individu

1. Usia

Pekerja dengan usia lebih dari 30 atau 40 tahun memiliki risiko

musculoskeletal disorders yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja

dengan usia yang lebih muda degenerasi pada tulang dan keadaan tersebut

mulai terjadi pada umur 30 tahun. Pada umur 30 tahun terjadi degenerasi

berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,

dan pengurangan cairan (Bridger, 2003).

Menurut Paramitha (2014) karakteristik individu dari hasil

penelitian diketahui sebagian besar responden berusia < 30 tahun (57,1%).

Namun tingkat keluhan MSDs berat mayoritas dirasakan pada kelompok

usia ≥ 30 tahun (Paramitha, 2014).

Proporsi responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa pekerja

yang berisiko (>35 tahun) sebanyak 36 orang (70,6%), sedangkan pekerja

yang tidak berisiko (≤35 tahun) sebanyak 15 orang (29,4%) (Syaifa, 2017).

Menurut hasil penelitan mengenai hubungan antara usia dengan

keluhan MSDs pada pekerja bagian polising PT Surya Toto Indonesia Tbk,

tahun 2011 diketahui bahwa rata-rata usia pada pekerja yang mengalami

keluuhan MSDs adalah 31,39 tahun dengan standar deviasi sebesar 7.561,

sedangkan rata-rata usia pada pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs

adalah 26,84 tahun dengan standa deviasi sebesar 7.776 (Handayani, 2011).

2. Jenis Kelamin

Beberapa studi menunjukkan pekerja laki-laki memiliki risiko yang

lebih tinggi terkena musculoskeletal disorders. Kekuatan otot wanita hanya

60% dari kekuatan otot laki-laki (Peter, 2000).

Page 38: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

25

Proporsi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa

pekerja perempuan sebanyak 18 orang (35,3 %), sedangkan pekerja laki-

laki sebanyak 33 orang (64,7 %) (Syaifa, 2017).

Studi dynamometri menyatakan bahwa, wanita mengalami

peningkatan tegangan otot yang tiba-tiba beberapa hari sebelum haid

dimulai dan berlanjut dengan tingkat ketegangan otot yang rendah selama

haid. Selain itu, kebiasan-kebiasaan khas wanita dapat meningkatkan risiko

terjadinya LBP serta mengenakan sepatu hak tinggi atau menjingjing

barang-barang belanjaan secara tidak seimbang. Artinya beban bagian

kanan atau kiri lebih berat dari bagian satunya (Syafitri, 2010).

3. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator status gizi

seseorang. Penentuan nilai indeks massa tubuh dapat diperoleh dengan

beberapa metode. Salah satu metode penentuan indeks massa tubuh

seseorang adalah dengan rumus berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Menurut WHO (2005), indeks

masa tubuh dibagi ke dalam empat kategori yaitu kurus (<18,5), normal

(18,5 – 25), overweight (25 – 30), dan obesitas (>30).

Menurut Supariasa (2002), Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body

Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Kaitan IMT dengan MSDs adalah

semakin gemuk seseorang maka bertambah besar risikonya untuk

mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat

badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah.

Proporsi responden berdasarkan IMT menunjukkan bahwa pekerja

dengan IMT tidak normal sebanyak 22 orang (43,1%), sedangkan pekerja

dengan IMT normal sebanyak 29 orang (56,9%) (Syaifa, 2017).

Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa antara indeks massa

tubuh berhubungan dengan musculoskeletal disorders. Semakin gemuk

Page 39: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

26

seseorang (semakin tinggi nilai indeks massa tubuhnya) maka semakin

besar risikonya untuk mengalami musculoskeletal disorders. Sebuah

penelitian oleh Karuniasih (2009) menyatakan bahwa 90,4% dari 52

responden yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders memiliki

indeks masa tubuh di atas 25 (overweight) (WHO, 2005).

Menurut Paramitha (2014), sebagian besar resonden memiliki

indeks massa tubuh normal (64,3%) dimana terdiri dari underweight atau

kurus 7,1%, normal 64,3%, overweight 28,6%. Tingkat keluhan MSDs

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), keluhan MSDs berat paling

banyak diarasakan dengan IMT overweight (Paramitha, 2014).

Menurut Supiana (2014), berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang termasuk kriteria kurus sebanyak 1 responden

(2,5%), normal sebanyak 29 responden (72,5%), gemuk sebanyak 6

responden (15%), dan Obesitas sebanyak 4 responden (10%). Tingkat

keluhan MSDs berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), keluhan MSDs

berat paling banyak diarasakan dengan IMT Obesitas (Supiana, 2014).

Kategori standar IMT versi WHO (2005), yaitu: Untuk mengetahui

nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

1. < 18,5 = Underweight/kurus

2. 18,5-24,9 = Normal

3. 25,0-29,9 = Overweight/gemuk

4. ≥ 30,0 = Obesitas

4. Masa Kerja

Prevalensi terjadinya MSDs meningkat seiring dengan jumlah

waktu atau lama bekerja di tempat yang sama. Lama waktu bekerja ini erat

kaitan dengan pengetahun dan adaptasi mereka terdahap bahaya dan risiko

Page 40: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

27

ditempat kerja, sehingga pekerja yang tidak berpengalaman akan memiliki

probabilitas lebih tinggi mengalami cidera MSDs. Masa kerja sangat

berpengaruh terhadap keluhan otot dan berkaitan dengan pekerjaan yang

menggunakan kekuatan yang tinggi ( Evelina, 2012).

Menurut Paramitha (2014), sebagian besar responden telah bekerja

di Duta Alam ≥ 3 tahun (64,3%) sedangkan yang < 3 tahun sebanyak 35,7%.

Tingkat keluhan MSDs berdasarkan masa kerja, keluhan MSDs sedang dan

berat paling banyak dirasakan oleh perajin dengan masa kerja ≥ 3 tahun.

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berhubungan dengan aktivitas keseharian yang

dilakukan oleh seseorang. Umumnya, musculoskeletal disorders terjadi

pada mereka yang melakukan aktivitas dengan tenaga yang besar dan waktu

istirahat yang tidak cukup. Keluhan otot akan meningkat seiring

bertambahnya aktivitas fisik (Bridger, 2003).

Menurut Paramitha (2014), sebagian besar responden tidak memiliki

kebiasaan olahraga (78,6%). Tingkat keluhan MSDs berdasarkan aktivitas

fisik, keluhan MSDs sedang, berat paling banyak dirasakan perajin yang

tidak memiliki kebiasaan olahraga.

a. Pengertian aktivitas fisik

Menurut Almatsier (2002), Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah

setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas

fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara

keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik, berikut ini

beberapa faktor tersebut: (Almatsier, 2002)

1. Umur

Page 41: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

28

2. Jenis kelamin

3. Pola makan

4. Penyakit/ kelainan pada tubuh

c. Perilaku Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan

serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik berat

adalah kegiatan yang secara terus menerus melakukan kegiatan fisik

minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat

dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat,

menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam

seminggu dan total waktu beraktivitas > 1500 MET minute. MET minute

aktivitas fisik berat adalah lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas

dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 8 kalori. Akktivitas fisik sedang

apabila melakukan aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal

lima hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu

minggu. Selain dari dua kondisi tersebut termasuk dalam aktivitas fisik

ringan (WHO GPAQ, 2012).

Dari sejumlah aktivitas fisik yang sering dilakukan setiap harinya

untuk menilai intensitas aktivitas fisik yang dilakukan yaitu menggunakan:

Tabel 2.1 Nilai MET (metabolic energy turnover):

Aktivitas Nilai MET

Konstruksi umum di luar gedung 5,5

Tukang kayu 3,5

Membawa barang berat 8,0

Duduk, pekerjaan kantor yang ringan, pertemuan, perakitan/perbaikan ringan

1,5

Berdiri, ringan (penjaga toko, penata rambut, dll) 2,5

Berdiri, sedang (pedagang, mengangkat barang

ringan, dll)

3,5

Mengemudikan mobil 2,0

Mengemudikan sepeda motor 2,5

Bersepeda, pulang-pergi tempat kerja (< 16

km/jam)

4,0

Bersepeda (16-22 km/jam) 6,5

Bersepeda (>22 km/jam) 10,0

Berjalan perlahan (3,2 km/jam) 2,0

Page 42: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

29

Untuk menilai intensitas aktivitas fisik, GPAQ mengkelompokkan menjadi

3 intensitas tingkatan menurut nilai MET’S (menit), yaitu:

a) Intensitas ringan: < 3 METs

b) Intensitas sedang: 3-6 METs

c) Intensitas berat: > 6 METs

Perhitungan untuk menentukan total aktivitas fisik

Contoh perhitungan total aktivitas fisik misalnya, seseorang melakukan

aktivitas fisik sebanyak 30 menit selama 5 hari:

Level METs METs x Durasi x Frekuensi

Berjalan 4.0 x 30 x 5 = 600 MET –menit/minggu

Sedang 4.0 x 30 x 5 = 600 MET-menit/minggu

Berat 8.0 x 30 x 5 = 1200 MET-menit/minggu

TOTAL = 2400 MET-menit/minggu

Kemudian total aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan kategori dibawah

ini:

1. Ringan

Merupakan level terendah dalam aktivitas fisik. Seseorang yang

termasuk ke dalam kategori ini adalah apabila tidak melakukan aktivitas

fisik apapun atau tidak memenuhi kriteria aktivitas fisik sedang dan

berat.

Aktivitas Nilai MET

Berjalan sedang (4,8 km/jam) 3,5

Berjalan cepat (6,4 km/jam) 4,0

Bola basket, umum 6,0

Bola basket, pertandingan 8,0

Sepak bola, umum 7,0

Sepak bola, pertandingan 10,0

Squash 10,0

Tenis meja 4,0

Berlari (8-10km/jam) 8,0-10,5

Berlari (11-13km/jam) 11,5-14,0

Berlari (14-16km/jam) 14,5-17,0

Berenang, umum 4,0

Berjalan (MET x menit x hari) + Sedang (MET x menit x hari) + Berat (MET x menit x hari)

Page 43: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

30

2. Sedang

Dikatakan termasuk dalam aktivitas fisik sedang jika memenuhi

kriteria berikut:

a) Melakukan aktivitas fisik berat minimal 20 menit selama 3 hari atau

lebih, atau

b) Melakukan aktivitas fisik sedang selama minimal 5 hari dan atau

berjalan minimal 30 menit setiap hari, atau

c) Kombinasi berjalan, aktivitas fisik dengan intensitas sedang atau

berat selama 5 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas fisik

dengan minimal 600 MET-menit/minggu

3. Berat

Dikatakan termasuk dalam aktivitas fisik berat jika melakukan

a).Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs-min/minggu

b) Kombinasi berjalan, aktivitas fisik berat selama 7 hari atau lebih

yang menghasilkan total aktivitas fisik minimal sebanyak 3000 MET-

menit/minggu (WHO, 2012)

2.5 Nordic Body Map

Metode untuk mengetahui keluhan MSDs salah satunya adalah

dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Nordic Body

Map adalah peta tubuh untuk mengetahui bagian otot yang mangalami

keluhan dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan pekerja. Nordic

Body Map membagi tubuh menjadi 27 bagian tubuh, mulai dari leher hingga

kaki yang memperkirakan tingkat keluhan MSDs yang dialami pekerja.

Nordic Body Map tidak dapat dijadikan diagnosa klinik karena bersifat

subjektif yaitu berdasarkan persepsi responden, bukan berdasarkan

diagnosa medis (Tarwaka dkk., 2004).

Proporsi responden berdasarkan kejadian MSDs dengan metode

Nordic body map diperoleh sebanyak 17 responden (33,3 %) mengalami

keluhan MSDs rendah, sebanyak 33 responden (64,7 %) mengalami keluhan

MSDs sedang dan sebanyak 1 responden (2,0 %) mengalami keluhan MSDs

Page 44: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

31

Gambar 2.9 Nordic Body Map

Sumber: Tarwaka (2004)

Tabel 2.16 Keterangan Nordic Body Map

tinggi, dan diketahui mayoritas pekerja mengalami keluhan pada bagian

telapak kaki kanan yaitu sebanyak 29 orang (8,38 %), telapak kaki kiri dan

betis kanan sebesar (7,80 %), sementara itu titik keluhan paling sedikit

dirasakan pekerja pada bagian punggung atas yaitu sebesar (0,57 %)

(Syaifa, 2017).

Tabel 2.2 Tingkat Resiko Berdasarkan Skor Akhir

Keterangan

Skoring

Keterangan Tingkat Resiko Berdasarkan Skor

Akhir

Skor 0 = Tidak sakit 0 - 20 = Rendah (belum dilakukan perbaikan)

Skor 1 = Agak sakit 21 - 41 = Sedang (mungkin diperlukan perbaikan)

Skor 2 = Sakit 42 - 62 = Tinggi (diperlukan tindakan segera)

Skor 3 = Sangat sakit 63 - 84 = Sangat Tinggi (diperlukan tindakan

sesegera mungkin)

Keterangan:

Skor 0-20 = Rendah

Skor 21-41 = Sedang

Skor 42-62 = Tinggi

Skor 63-84= Sangat tinggi

Sumber: Tarwaka, (2014)

Page 45: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

32

Tabel 2.4 Keterangan Nordic Body Map

No Bagian Tubuh No Bagian Tubuh

0 Leher bagian atas 14 Pergelangan tangan kiri

1 Leher bagian bawah/pundak 15 Pergelangan tangan kanan

2 Bahu kiri 16 Telapak tangan kiri

3 Bahu kanan 17 Telapak tangan kanan

4 Lengan kiri atas 18 Paha kiri

5 Punggung 19 Paha kanan

6 Lengan kanan atas 20 Lutut kiri

7 Pinggang 21 Lutut kanan

8 Pinggul 22 Betis kiri

9 Bokong 23 Betis kanan

10 Siku kiri 24 Pergelangan kaki kiri

11 Siku kanan 25 Pergelangan kaki kanan

12 Lengan bawah kiri 26 Telapak kaki kiri

13 Lengan bawah kanan 27 Telapak kaki kanan

Sumber: Tarwaka (2004)

Page 46: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

33

Gambar 2.10: Bagan Kerangka Teori

Keluhan

Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Faktor Risiko Pekerjaan

1. Jenis Pekerjaan

2. Postur Tubuh

3. Durasi

4. Gerakan Berulang

Faktor Risiko Individu

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Indeks Massa Tubuh

4. Masa Kerja

5. Aktivitas Fisik

2.6 Kerangka Teori

Terdapat bayak faktor yang dapat menyebabkan adanya keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat diuraikan dalam kerangkan teori

berikut dan digunakan sebagai arahan dalam melakuan penilitian.

Sumber: Peter Vi (2000), WHO(2009), Bridger, 2003), European Agency for Safety and Health at

Work (2013 )

Page 47: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

34

2.7 Penelitian Terkait

Tabel 2.5 Penelitian Terkait

No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Konsep Hasil

1 Indri

Astuti (2013)

Analisis Risiko

Ergonomi dan Faktor yang Berhubungan

dengan Keluhan

Subjektif

Musculoskeletal

Disorders pada

Pekerja Forklift di PT

X Tahun 2013

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran pekerjaan forklift, faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan

musculoskeletal disorders pada pekerja

forklift di PT X tahun 2013 dan melihat

gambaran risiko pekerjaan.

Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif

menggunakan desain

studi potong lintang

dengan kuesioner dan

tools REBA.

Hasil penelitian menyatakan bahwa masa kerja mempengaruhi

keluhan subjektif musculoskeletal disorders dan tingkat risiko ergonomi pekerja forklift termasuk ringan hingga sedang.

Sarannya, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian

postur kerja pekerja forklift, pengaturan durasi kerja, sosialisasi

terkait musculoskeletal disorders, gejala, faktor risiko,

tindakan pencegahan, dan penanganan.

2 Anggit

Paramith

a (2014)

Analisis Faktor

Risiko Ergonomi Dan

Keluhan

Musculoskeletal

Disorders (MSDs) Pada Perajin Ukiran

Batu Di Duta Alam

Sektor Informal,

Jakarta Selatan Tahun

2014

Aktivitas pekerjaan perajin ukiran batu

dalam proses produksinya memiliki bahaya

ergonomi yang dapat berisiko terjadinya

Musculoskeletal Disorders (MSDs) terkait

dengan postur janggal dalam durasi lama, gerakan berulang dan rutin dilakukan setiap

hari. Penelitian dilakukan pada proses kerja

perajin ukiran batu di Duta Alam, Jakarta

Selatan tahun 2014 bertujuan untuk menilai

tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode Rapid Entire Body Assessment

(REBA) dan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) menggunakan Nordic

Body Map.

Hasil penelitian

didapatkan tingkat

risiko ergonomi pada

pekerjaan perajin yaitu

risiko sedang sebanyak 6 aktivitas kerja dan

tingkat risiko tinggi

sebanyak 8 aktivitas

kerja dari 14 aktivitas

pekerjaan yang ada

Dari hasil kuesioner dan nordic body map diketahui keluhan

MSDs yang paling banyak dirasakan perajin pada pinggang

bagian bawah dan pinggang bagian atas (92,9%). Keluhan yang

dirasakan berupa pegal-pegal, sakit/nyeri, kaku, kejang/keram

dan kesemutan. Selain risiko ergonomi, di dapatkan juga faktor lain yang memperberat keluhan MSDs yaitu karakteristik

individu yang terdiri dari umur, jenis kelamin, masa kerja, jam

kerja per hari, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok

dan aktifitas fisik. Sebagian besar aktivitas kerja memiliki

tingkat risiko ergonomi tinggi sehingga diperlukan segera

tindakan perbaikan desain tempat kerja. Disarankan juga

adanya pengaturan waktu kerja dan istirahat yang efisien bagi

perajin.

Page 48: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

35

No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Konsep Hasil

3 Ita

Kurniawa

ti (2009)

Tinjauan Faktor

Risiko Ergonomi dan

Keluhan Subjektif

Terhadap Terjadinya

Gangguan

Muskuloskeletal Pada

Pekerja Pabrik Proses

Inspeksi Kain,

Pembungkusan dan

Pengepakan di

Departemen PPC PT Southern Cross

Textile Industry

Ciracas Jakarta Timur

Tahun 2009

Penelitian ini menggunakan desain studi

cross sectional.

Sampel dalam

penelitian berjumlah 21

orang (10 orang

inspeksi kain, 6 orang

pembungkusan, dan 5

orang pengepakan).

Penilaian tingkat risiko

ergonomi digunakan

metode REBA,

sedangkan gambaran

keluhan MSDs digunakan kuesioner

nordic body map.

Hasilnya adalah tingkat risiko ergonomi tertinggi pada proses

pengepakan. Bagian tubuh yang memiliki risiko MSDs terbesar

adalah punggung pada proses pengepakan, lengan atas kiri

pada proses pemeriksaan kain, serta lengan atas dan punggung

pada proses pembungkusan. Seluruh responden (100%)

mengalami keluhan gejala MSDs di hampir semua bagian

tubuh. Bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah

punggung, lengan atas, lengan bawah, pinggang dan kaki.

Untuk meminimalkan risiko MSDs, pekerja harus

memperbaiki metode kerja, peralatan dan desain tempat kerja.

No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Konsep Hasil

4 Karuniasi

h (2009)

Tinjauan Faktor

Risiko dan Keluhan

Subjektif Terhadap

Timbulnya

Muskuloskeletal

Disorders Pada

Pengemudi Travel X-

Trans Tujuan Jakarta-

Bandung Tahun 2009

Penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran faktor risiko dan keluhan

subjektif terhadap timbulnya MSDs pada

pengemudi, serta menilai gambaran tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan

metode REBA.

Penelitian ini bersifat

kuantitatif

observasional dan

menggunakan desain

penelitian cross

sectional.

52 responden

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 90,4% responden, yaitu

45 dari 52 responden, pernah mengalami keluhan MSDs.

Berdasarkan faktor risiko MSDs yang diteliti, didapat bahwa

keluhan MSDs banyak dirasakan oleh kelompok responden

dengan umur 30-50 tahun, masa kerja 1-2 tahun, pengalaman

mengemudi 5-10 tahun, tinggi badan 160-170 cm, IMT >25,

tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memiliki kebiasaan

olah raga, durasi mengemudi >8 jam, pola kerja 2:1 dan 2:2,

dan melakukan aktivitas manual handling dengan beban 1-5 kg. Keluhan MSDs yang banyak dirasakan responden adalah

rasa pegal pada bagian punggung bawah dan leher. Hasil

tertinggi penilaian REBA yang didapat pada aktivitas

mengemudi adalah 4, yang artinya berisiko sedang, yaitu pada

aktivitas memutar kemudi dan pada postur dominan

mengemudi. Untuk mengurangi keluhan MSDs akibat

mengemudi, pengemudi hendaknya memperhatikan postur

dalam mengemudi dan melakukan peregangan otot setelah

mengemudi

Page 49: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

36

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 3.1: Bagan Kerangka Konsep

1. Variabel independent dalam penelitian ini adalah usia, masa kerja, IMT,

aktivitas fisik, gerakan berulang.

2. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah keluhan musculoskeletal

disorders.

Faktor Risiko Individu:

1. Usia 2. Masa Kerja 3. Indeks Massa Tubuh 4. Aktivitas Fisik

Keluhan

Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Faktor Risiko Pekerjaan

1. Gerakan berulang

Page 50: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

37

37

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1.Keluhan MSDs

Keluhan yang berhubungan dengan MSDs berupa rasa sakit atau nyeri, kesemutan,

kramp, panas, bengkak mati rasa, pegal-pegal,

dan bagian tubuh yang terkena dampak

Wawancara Kuesioner Nordic

Body Map

1. Tidak Berisiko jika skor 0-20

2. Berisiko

jika skor 21-84 (Tarwaka,2014)

Ordinal

2.Usia Usia terakhir responden terhitung sejak tanggal

kelahiran hingga penelitian berlangsung dalam

hitungan tahun.

Wawancara Kuesioner 1. ≥ 30 tahun

2. < 30 tahun

(Bridger, 2003)

Ordinal

3.Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya Operator bekerja. Wawancara Kuesioner

1. ≥ 3 tahun

2. < 3 tahun

(Bridger, 2003)

Ordinal

4.Indeks Masa

Tubuh(IMT)

Berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan

kuadrat dalam meter.

Pengukuran Timbangan

(Berat

Badan),

Meteran (Tinggi

Badan)

1. Tidak Gemuk

jika <18,50-24,99

2. Gemuk,

jika 25,0- ≥ 30,0 (WHO, 2005)

Ordinal

Page 51: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

38

38

Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

5.Aktivitas Fisik

Pekerjaan yang di lakukan pada saat jam kerja,

waktu luang dan olahraga

Wawancara Lembar Global

Physical

Activity Quistionnai

re (GPAQ)

1. Aktivitas berat: >1500MET-menit/

minggu

2. Aktivitas ringan: <600 MET-menit/ minggu

(WHO, 2010)

Ordinal

6.Gerakan

berulang

Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan sedikit variasi gerakan.

Pengukuran stopwatch 1. Tidak berisiko, jika

frekuensi <10

gerakan/menit.

2. Berisiko jika frekuensi ≥ 10

gerakan/menit.

Ordinal

Page 52: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

47

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan subjektif musculoskeletal

disorders pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire

Works Indonesia tahun 2018.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi

PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

3. Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi

PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

4. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi

PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

5. Ada hubungan antara gerakan berulang dengan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders pada operator cutting bar di unit produksi

PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufacture besi (wire

drawing) yang beralamat di Jalan Daan Mogot Km.18, Batu Ceper,

Tangerang 15122, Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Februari-Mei 2018.

3.5 Jenis Penelitan

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi

observasional untuk memberikan analisis mengenai penelitian yang

dilakukan dengan mengamati kondisi-kondisi yang terjadi melalui

observasi langsung. Observasi ini menggunakan desain penelitian cross

sectional untuk melihat faktor risiko suatu pajanan di tempat tertentu

pada waktu tertentu. Peneliti menggunakan metode observasi ini karena

lebih mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan jangka waktu yang lama,

dan dapat memberikan analisis faktor risiko suatu pajanan yang ada

Page 53: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

48

ditempat kerja.

3.6 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,

2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua operator cutting bar

di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia Tahun 2018 yang

berjumlah 26 operator.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi

yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini yaitu operator

cutting bar di unit produksi yang berjumlah 26 orang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi dan jumlah populasi kurang dari 100

(Sugiyono,2007).

3.7 Instrumen Penelitian

1. Keluhan MSDs

Instrumen yang digunakan pada keluhan Musculoskeletal

Disorders adalah menggunakan Kuesioner Nordic Body Map.

Metode ini untuk menilai tingkat keluhan operator yang mudah

dilakukan, praktis, cocok untuk individu, kelompok kecil ataupun

massal dan dapat memberikan informasi secara terinci serta biayanya

murah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan Kuesioner Nordic

Body Map yang berisi 27 pertanyaan dengan 5 pertanyaan

karakteristik individu seperti nama, usia, lama kerja, berat badan dan

tinggi badan. Berupa data keluhan MSDs responden dalam katagorik

(0 = tidak brisiko, 1 =berisiko).

2. Usia

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui usia operator

Page 54: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

49

adalah dengan mengisi kuesioner nordic body map. Berupa data

umur responden dalam katagorik (0 = <30 tahun, 1 = ≥30 tahun).

3. Masa Kerja

Instrumen masa kerja metode kuesioner, metode ini dilakukan

dengan cara pengisian angket kuesioner yang dibagikan pada seluruh

responden. Berupa data masa kerja responden dalam katagorik (0 =

<3 tahun, 1 = ≥3tahun).

4. Indeks Massa Tubuh

Instrumen indeks massa tubuh menggunakan metode

pengukuran, metode ini dilakukan dengan cara mengukur dengan

timbangan (Berat Badan) responden, Meteran (Tinggi Badan)

responden. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan

rumus berikut: IMT responden berupa berat badan (kg) dibagi

kuadrat tinggi badan dalam meter (m). Berupa data indeks massa

tubuh responden dalam katagorik (0 = tidak gemuk, 1=gemuk).

5. Aktifitas Fisik

Instrumen aktifitas fisik menggunakan metode global physical

activity questionnaire (GPAQ), metode ini untuk menilai aktivitas

fisik yang mudah dilakukan, praktis, cocok untuk individu, kelompok

kecil ataupun massal dan dapat memberikan informasi secara terinci

serta biayanya murah adalah metode self-report (metode laporan

individual). GPAQ merupakan salah satu alat untuk menilai

intensitas aktivitas fisik dengan menggunakan kuesioner yang

dikembangkan oleh WHO. Pada penelitian ini, penulis menggunakan

GPAQ versi 2 yang berisi 16 pertanyaan dengan 3 ranah atau domain

yang terdiri dari kegiatan di tempat kerja, transportasi dan kegiatan

rekreasi. Kegiatan di tempat kerja adalah aktivitas fisik yang

berhubungan dengan pekerjaan; menanyakan tentang aktivitas fisik

pada hari-hari kerja, meliputi pekerjaan yang dibayar atau tidak

dibayar, pekerjaan rumah tangga dan lain-lain. Kegiatan transportasi

Page 55: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

50

adalah aktivitas fisik yang berhubungan dengan perjalanan;

menanyakan tentang macam transportasi yang digunakan untuk pergi

dan kembali dari tempat kerja, pasar, tempat ibadah dan lainnya.

Sedangkan kegiatan rekreasi adalah aktivitas fisik di luar pekerjaan

seperti olah raga, hobi dan lainnya (WHO, 2010). Berupa data

aktifitas fisik responden dalam katagorik(0 = Aktivitas ringan, 1 =

Aktivitas berat).

6. Gerakan berulang

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui gerakan berulang

operator adalah dengan pengukuran menggunakan stopwatch.

Berupa data gerakan berulang dalam katagorik (0 = tidak berisiko, 1

= berisiko).

3.8 Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data hasil pengamatan atau data yang

diolah oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

melalui observasi langsung oleh peneliti pada objek penelitian dan

data hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti. Observasi yang

dilakukan untuk mengetahui gambaran musculoskeletal disorders

(MSDs).

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah ada dan

literatur-literatur lainnya yang mendukung seperti data dari

perusahaan PT IWWI, buku terkait penelitian, jurnal-jurnal, dan e-

book.

3.9 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan

analisa deskriptif untuk melihat variabel yang akan di analisa secara

Page 56: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

51

univariat yaitu keluhan gejala musculoskeletal disorders (MSDs).

Dalam menganalisis data dengan kuesioner nordic body map. Untuk

analisis kuesioner dilakukan secara manual dan juga menggunakan

bantuan komputer sistem microsoft excel dan diolah menggunakan

Aplikasi SPSS. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif

dengan memaparkan hasil kuesioner NBM.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel independen yaitu usia, masa kerja, IMT, aktivitas fisik, dan

gerakan berulang dengan variabel dependen yaitu keluhan MSDs.

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Exact Fisher.

Uji exact fisher digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis

komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk

nominal. Untuk mempermudahkan perhitungan Dalam pengujian

hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu disusun ke dalam tabel

kontingensi 2 x 2 (Sugiyono,2006).

Aturan yang beraku pada chi square adalah bila pada 2x2

dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah fisher exact test. Fisher exact tes ini lebih akurat

daripada uji chi-kuadrat untuk data-data berjumlah sedikit. Walaupun

uji ini biasanya digunakan pada tabel sebanyak 2 x 2,namun kita

dapat melakukan Uji exact fisher dengan jumlah tabel yang lebih

besar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang

bermakna antara variabel independen dan variabel dependen, apabila

nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan),

artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependenya. Sedangkan bila nilai p > 0,05 maka hasil perhitungan

statistik tidak bermakna berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependennya (Hastono, 2016)

Page 57: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

statistik deskripsi dari masing-masing variabel. Variabel tersebut adalah

keluhan MSDs, usia, masa kerja, IMT, aktifitas fisik dan gerakan berulang

pada responden di PT.Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018,

sebagai berikut:

4.1.1 Gambaran Keluhan MSDs Pada Operator Cutting Bar di Unit Produksi

PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan

keluhan MSDs. Pada variabel keluhan MSDs dibagi menjadi 2 kategori

yaitu: kategori berisiko jika skor sedang, tinggi, sangat tinggi (21-84) dan

kategori tidak berisiko jika skor rendah (0-20) yang dialami oleh responden

di PT IWWI. Berikut adalah gambaran kejadian keluhan MSDs pada

responden cuting bar unit produksi di PT IWWI tahun 2018:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Responden di PT Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Keluhan MSDs Frekuensi Presentase (%)

Berisiko 12 46.2

Tidak berisiko 14 53.8

Total 26 100

Berdasarkan tabel 4.1 dari 26 responden dapat dilihat bahwa proporsi

keluhan MSDs pada operator cutting bar di unit produksi yang tertinggi

yaitu sebesar 14 pekerja (53.8) tidak berisiko keluhan MSDs sedangkan

yang terendah yaitu 12 pekerja (46.2%) berisiko mengalami keluhan MSDs.

Page 58: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

53

4.1.2 Gambaran Usia Pada Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan usia.

Pada variabel usia dibagi menjadi 2 kategori yaitu: kategori ≥30 tahun dan

kategori <30 tahun. Berikut adalah gambaran umum usia pada responden

cuting bar unit produksi di PT IWWI tahun 2018

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada Responden di PT Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Usia Frekuensi Presentase%

≥30 tahun 7 26.9

< 30 tahun 19 73.1

Total 26 100

Berdasarkan tabel 4.2 dari 26 responden dapat dilihat bahwa

proporsi usia pada operator cutting bar di unit produksi yang tertinggi

yaitu pekerja dengan usia kurang dari 30 tahun sebesar 19 pekerja

(73.1%), sedangkan yang terendah yaitu pekerja dengan usia sama

dengan lebih dari 30 tahun sebesar 7 pekerja (26.9%).

4.1.3 Gambaran Masa Kerja Pada Operator Cutting Bar di Unit

Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan

masa kerja. Pada variabel masa kerja dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

masa kerja dalam kategori ≥3 tahun dan kategori <3 tahun. Berikut

adalah gambaran masa kerja pada responden cuting bar unit produksi di

PT IWWI tahun 2018:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden di

PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Masa Kerja Frekuensi Presentase (%)

≥3 tahun 16 61.5

< 3 tahun 10 38.5

Total 26 100

Page 59: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

54

Berdasarkan tabel 4.3 dari 26 responden dapat dilihat bahwa

proporsi masa kerja pada operator cutting bar di unit produksi yang tertinggi

yaitu pekerja yang memiliki masa kerja ≥3 tahun sebesar 16 pekerja (61.5%)

sedangkan pekerja yang bekerja <3 tahun yaitu sebanyak 10 pekerja

(38.5%).

4.1.4 Gambaran Indeks Massa Tubuh Pada Operator Cutting Bar di

Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan

IMT. Pada variabel IMT dibagi menjadi 2 kategori yaitu: kategori gemuk

jika (25,0 - ≥ 30,0) dan kategori tidak gemuk jika (<18,50-24,99). Berikut

adalah gambaran IMT pada responden cuting bar unit produksi di PT

IWWI tahun 2018:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh

Responden di PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Indeks Massa Tubuh Frekuensi Presentase (%)

Gemuk 2 7.7

Tidak gemuk 24 92.3

Total 26 100

Berdasarkan tabel 4.4 dari 26 responden dapat dilihat bahwa proporsi

IMT pada operator cutting bar di unit produksi yang tertinggi yaitu pekerja

yang memiliki indeks massa tubuh tidak gemuk sebesar 24 pekerja (92.3%)

sedangkan pekerja dengan indeks massa tubuh gemuk sebesar 2 pekerja

(7.7%).

4.1.5 Gambaran Aktifitas Fisik Pada Operator Cutting Bar di Unit

Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan

aktifitas fisik. Pada variabel aktifitas fisik dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

aktifitas berat jika >1500MET-menit/ minggu dan kategori aktifitas ringan

jika <600 MET-menit/ minggu. Berikut adalah gambaran aktifitas fisik pada

responden cuting bar unit produksi di PT IWWI tahun 2018:

Page 60: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden di

PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.5 dari 26 responden dapat dilihat bahwa

proporsi aktivitas fisik pada operator cutting bar di unit produksi yang

tertinggi yaitu pekerja yang memiliki aktivitas fisik berat sebesar 22

pekerja (84.6%), sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik

ringan sebesar 4 pekerja (15.4%).

4.1.6 Gambaran Gerakan Berulang Pada Operator Cutting Bar di Unit

Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Penelitian ini menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan

gerakan berulang. Pada variabel gerakan berulang dibagi menjadi 2

kategori yaitu: kategori berisiko jika frekuensi ≥ 10 gerakan/menit dan

kategori tidak berisiko, jika frekuensi <10 gerakan/menit. Berikut adalah

gambaran gerakan berulang pada responden cuting bar unit produksi di

PT IWWI tahun 2018:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gerakan Berulang Responden di PT Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Gerakan Berulang Frekuensi Presentase (%)

Berisiko 24 92.3

Tidak Berisiko 2 7.7

Total 26 100

Berdasarkan tabel 4.6 dari 26 responden dapat dilihat bahwa proporsi

gerakan berulang pada operator cutting bar di unit produksi yang

tertinggi yaitu pekerja yang melakukn gerakan berulang berisiko ≥ 10

gerakan/menit sebesar 24 pekerja (92.3%), sedangkan responden yang

melakukn gerakan berulang tidak berisiko <10 gerakan/menit sebesar 2

pekerja (7.7%).

Aktifitas Fisik Frekuensi Presentase (%)

Aktifitas Berat 22 84.6

Aktifitas Ringan 4 15.4

Total 26 100

Page 61: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

56

4.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi hubungan

antara variabel independen yaitu usia, masa kerja, IMT, masa kerja, aktifitas

fisik, dan gerakan berulang dengan variabel dependen yaitu dengan Keluhan

MSDs Pada Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut:

4.2.1 Hubungan Antara Usia dengan Keluhan MSDs Pada Operator

Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI)

Tahun 2018

Berikut adalah analisis hubungan usia dengan keluhan MSDs pada operator

cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018 diperoleh

bahwa:

Tabel 4.7 Hubungan Antara Usia dengan Keluhan MSDs Pada Operator

Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI)

Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden dengan

kategori usia ≥30 tahun memiliki proporsi berisiko mengalami keluhan

MSDs yaitu sebanyak 4 pekerja (57.1%), sedangkan kategori usia <30 tahun

memiliki proporsi tertinggi tidak berisiko keluhan MSDs sebanyak 11

pekerja (57.9%).

Pada penelitian ini menggunakan uji fisher exact test karena hasil

tabel 2x2 ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-

value (0.665) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara usia

dengan keluhan MSDs. Nilai odds ratio (OR) 1.833 dengan nilai 95% CI

Keluhan MSDs Total

p-value OR (95% CI) Berisiko Tidak Berisiko

n % n % n %

Usia

≥30 thn 4 57.1 3 42.9 7 100

0.665 1.833(0.318-

10.573) <30 thn 8 42.1 11 57.9 19 100

Page 62: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

57

0.318-10.573 menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia <30 tahun

berpeluang 1.833 kali berisiko menderita keluhan MSDs dibandingkan

responden yang memiliki usia ≥30 tahun.

4.2.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs Pada

Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berikut adalah analisis hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs

pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia

tahun 2018 diperoleh bahwa:

Tabel 4.8 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs Pada

Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden dengan

kategori masa kerja ≥3 tahun memiliki proporsi tertinggi berisiko

mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 10 pekerja (62.5%), sedangkan

kategori masa kerja <3 tahun memiliki proporsi terendah tidak berisiko

keluhan MSDs sebanyak 8 pekerja (80%)

Pada penelitian ini menggunakan uji fisher exact test karena hasil

tabel 2x2 ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-

value (0.51) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara masa

kerja dengan keluhan MSDs. Nilai odds ratio (OR) 6.667 dengan nilai 95%

CI 1.047-42.431 menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja

≥3 tahun berpeluang 6.667 kali berisiko menderita MSDs dibandingkan

responden yang memiliki masa kerja <3 tahun.

Keluhan MSDs Total

p-value OR (95% CI) Berisiko Tidak Berisiko

n % n % n %

Masa

Kerja

≥3 thn 10 62.5 6 37.5 16 100

0.51 6.667(1.047-

42.431) <3 thn 2 20 8 80 10 100

Page 63: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

58

4.2.3 Hubungan Antara IMT dengan Keluhan MSDs Pada Operator

Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI)

Tahun 2018

Berikut adalah analisis hubungan IMT dengan keluhan MSDs pada

operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018 diperoleh bahwa:

Tabel 4.9 Hubungan Antara IMT dengan Keluhan MSDs Pada

Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden dengan

kategori IMT gemuk memiliki proporsi terendah tidak berisiko mengalami

keluhan MSDs yaitu sebanyak 2 pekerja (100%), sedangkan kategori IMT

kurus memiliki proporsi sama antara berisiko dan tidak berisiko keluhan

MSDs sebanyak 12 pekerja (50%)

Pada penelitian ini menggunakan uji fisher exact test karena hasil

tabel 2x2 ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-

value (0.483) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara IMT

dengan keluhan MSDs.

Keluhan MSDs Total

p-value OR (95% CI) Berisiko Tidak Berisiko

n % n % n %

IMT

Gemuk 0 0 2 100 2 100

0.483 - Kurus 12 50 12 50 24 100

Page 64: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

59

4.2.4 Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Keluhan MSDs Pada

Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Berikut adalah analisis hubungan aktifitas fisik dengan keluhan MSDs pada

operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun 2018

diperoleh bahwa:

Tabel 4.10 Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Keluhan MSDs

Pada Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden dengan

kategori aktifitas fisik berat memiliki proporsi tertinggi tidak berisiko

mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 12 pekerja (54.5%), sedangkan

kategori aktifitas fisik ringan memiliki proporsi sama antara tidak berisiko dan

berisiko keluhan MSDs sebanyak 2 pekerja (50%).

Pada penelitian ini menggunakan uji fisher exact test karena hasil tabel

2x2 ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(1.000) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara aktifitas fisik

dengan keluhan MSDs. Nilai odds ratio (OR) 0.833 dengan nilai 95% CI 0.099-

7.027 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktifitas berat berpeluang

0.833 kali berisiko menderita MSDs dibandingkan responden yang memiliki

aktifitas fisik ringan.

Keluhan MSDs Total

p-value OR (95% CI) Berisiko Tidak Berisiko

n % n % n %

Aktifitas

Fisik

Berat 10 45.5 12 54.5 22 100 1.000

0.833(0.099-

7.027) Ringan 2 50 2 50 4 100

Page 65: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

60

4.2.5 Hubungan Antara Gerakan Berulang dengan Keluhan MSDs Pada

Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Berikut adalah analisis hubungan gerakan berulang dengan keluhan MSDs

pada operator cutting bar di unit produksi PT Iron Wire Works Indonesia tahun

2018 diperoleh bahwa:

Tabel 4.11 Hubungan Antara Gerakan Berulang dengan Keluhan MSDs

Pada Operator Cutting Bar di Unit Produksi PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden dengan

kategori gerakan berulang berisiko memiliki proporsi tertinggi sama antara tidak

berisiko dan berisiko mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 12 pekerja

(50%), sedangkan kategori gerakan berulang tidak berisiko memiliki proporsi

terendah tidak berisiko keluhan MSDs sebanyak 2 pekerja (100%).

Pada penelitian ini menggunakan uji fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value (0.483)

> 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara gerakan berulang

dengan keluhan MSDs.

Keluhan MSDs Total

p-value OR (95% CI) Berisiko Tidak Berisiko

n % n % n %

Gerakan

Berulang

Berisiko 12 50 12 50 24 100

0.483 - Tidak

Berisiko

0 0 2 100 2 100

Page 66: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

61

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu menjadi

perbaikan pada penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Penilaian faktor risiko MSDs hanya mengukur faktor risiko usia, masa kerja

IMT, Aktifitas fisik, gerakan berulang tidak menilai yang lainnya seperti

fakor psikososial, organisasi dan lingkungan.

2. Kuesioner yang digunakan sangat bergantung pada subjektivitas responden,

sehingga rawan terhadap bias. Bias informasi atau recall terjadi ketika

responden yang ditanyakan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan

kebiasaan pribadinya, durasi saat berapa lama melakukannya, sehingga

ketepatan jawaban sangat bergantung dengan daya ingat responden untuk

menjawab yang sebenarnya.

3. Jumlah responden dari operator unit cutting bar yang hanya 26, sebaiknya

jumlah jumlah responden lebih banyak lagi.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran keluhan MSDs pada Responden di PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian keluhan MSDs menunjukkan bahwa

sebanyak 14 responden (53.8%) yang tidak berisiko keluhan MSDs dari

total responden yang berjumlah 26 responden. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Maijunidah (2010), bahwa sebagian responden

mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 65 responden (92.9%) dan

berdasarkan pengukuran faktor responden sebagian besar responden

mengalami risiko responden tinggi (47.1%) dan sangat tinggi (34.3%).

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah gangguan pada otot,

syaraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, dan tulang belakang.

Gangguan tersebut secara umum terjadi secara berangsur atau

berkembang secara kronis bukan merupakan hasil kejadian spontan.

Page 67: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

62

Meskipun demikian kejadian spontan seperti terpeleset dan terjatuh

biasanya merupakan penyebab terjadinya masalah muskuloskeletal,

contohnya low back pain (NIOSH, 1997).

Menurut ACGIH (2010), Musculoskeletal Disorders merupakan

sebuah permasalahan kesehatan kerja yang dapat dicegah dengan

program kesehatan ergonomi dan keselamatan. Definisinya mengacu

pada gangguan kronis pada otot, tendon, dan syaraf yang disebabkan oleh

antara lain gerakan berulang, pergerakan yang cepat, beban yang tinggi,

kontak stres, postur yang ekstrim, getaran, dan suhu yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel keluhan MSDs penulis

menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang berisi 27 pertanyaan.

Sebagian besar responden menjawab keluhan paling banyak bagian

tubuh bawah yaitu kaki: kedua telapak kaki, kedua pergelangan kaki,

kedua betis hal ini disebabkan oleh cara kerja operator cutting bar

berdiri selama proses kerjanya. Posisi tubuh saat bekerja sangat

ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing- masing posisi

kerja memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tubuh. Sikap kerja

duduk memerlukan energi yang lebih sedikit dari pada sikap berdiri

sehingga beban pada otot statis dapat dikurangi (Nurmianto,2004).

Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja siaga baik fisik dan

mental, sehingga aktivitas yang dilakukan menjadi lebih cepat, lebih

teliti. akan tetapi pada sikap kerja berdiri khususnya yang menggunakan

alat, dapat mengakibatkan cepat lelah karena energi yang dikeluarkan

pada saat berdiri lebih besar 10-15% bila dibandingkan dengan sikap

kerja duduk (Tarwaka, 2010).

Sehingga disarankan untuk operator berisiko keluhan MSDs secara

administrasi bagi PT IWWI sebaiknya melakukan pengaturan jam kerja

dan jam istirahat untuk pekerja. Operator sebaiknya istirahat dan

melakukan peregangan (stretching) selama 5 menit setelah bekerja

selama 1-2 jam untuk memberikan waktu pemulihan pada bagian tubuh

yang digunakan.

Page 68: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

63

5.2.2 Gambaran Usia pada Responden di PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

usia <30 tahun dengan proporsi tertinggi yaitu sebanyak 19 responden

(73.1%) dari total responden yang berjumlah 26 responden. Hal ini

sejalan dengan penelitian Paramitha (2014) karakteristik individu dari

hasil penelitian diketahui sebagian besar responden berusia < 30 tahun

(57,1%) (Paramitha, 2014).

Usia yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan usia pekerja

bagian produksi yang terhitung sejak pekerja itu lahir hingga penelitian

dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun. Responden dengan

usia lebih dari 30 atau 40 tahun memiliki risiko musculoskeletal

disorders yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan usia

yang lebih muda degenerasi pada tulang dan keadaan tersebut mulai

terjadi pada umur 30 tahun. Pada umur 30 tahun terjadi degenerasi berupa

kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan

pengurangan cairan (Bridger, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel usia penulis

menggunakan cara pengisian angket kuesioner yang berisi checklist.

Sebagian besar responden menjawab usia <30 tahun, menurut supervisor

cutting bar hal ini disebabkan oleh para operator cutting bar baru lulusan

D3 dan SMA/SMK menupakan usia produktif.

Menurut Tarwaka (2004), mengatakan bahwa pada umur 25-30

tahun, kekuatan fisik seseorang mencapai pada titik optimal dan setelah

titik optimalnya terlampaui maka akan terjadi penurunan kapasitas

fisiologis hingga 1% per tahun sehingga tubuh lebih rentan terhadap

penyakit infeksi dan penyakit degenaratif, pendapatnya yang lain adalah

pada usia 25-64 tahun, responden mulai mengalami keluhan pada otot.

Keluhan pertama biasanya dialami saat berusia 35 tahun dan tingkat

keluhan akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia.

Page 69: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

64

Sehingga saran untuk responden yang berusia ≥30 tahun agar tidak

mengalami keluhan MSDs dengan rajin berolah raga, makan makanan

yang sehat, menghindari stres serta tidur yang cukup.

5.2.3 Gambaran Masa Kerja pada Responden di PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

masa kerja ≥ 3 tahun lebih banyak dengan proprosi tertinggi yaitu

sebanyak 16 responden (61.5%) dari total responden yang berjumlah 26

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Paramitha (2014), sebagian

besar responden telah bekerja di Duta Alam ≥ 3 tahun (64,3%) sedangkan

yang < 3 tahun sebanyak 35,7% (Paramitha, 2014).

Prevalensi terjadinya MSDs meningkat seiring dengan jumlah

waktu atau lama bekerja di tempat yang sama. Lama waktu bekerja ini

erat kaitan dengan pengetahun dan adaptasi mereka terdahap bahaya dan

risiko ditempat kerja, sehingga responden yang tidak berpengalaman

akan memiliki probabilitas lebih tinggi mengalami cidera MSDs. Masa

kerja sangat berpengaruh terhadap keluhan otot dan berkaitan dengan

responden yang menggunakan kekuatan yang tinggi ( Evelina, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel masa kerja penulis

menggunakan cara pengisian angket kuesioner yang berisi checklist.

Sebagian besar responden menjawab usia <30 tahun, menurut supervisor

cutting bar hal ini disebabkan oleh para operator cutting bar baru lulusan

D3 dan SMA/SMK yang merupakan usia produktif.

Dari masa kerja tersebut operator yang lebih lama masa kerjanya

memiliki risiko ergonomi lebih besar, karena operator dengan masa

kerja lebih lama akan lebih sering dan lebih lama melakukan aktivitas

yang berkaitan dengan pekerjaannya yang dilakukan. Masa kerja

merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang operator

untuk meningkatkan risiko terjadinya MSDs, terutama untuk jenis

pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. Masa kerja

mempunyai hubungan yang kuat dengan kekuatan otot (Tarwaka, 2004).

Page 70: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

65

Sehingga saran untuk responden yang masa kerjanya ≥ 3 tahun

seperti diketahui makin tua usia seseorang organnya makin turun juga

fungsinya bagian tubuh dalam bekerja maka, sebaiknya pekerja menjaga

kekuatan otot dengan rajin berolah raga bisa dengan melakukan latihan

kardiovaskular selama 30 sampai 60 menit 5 kali dalam seminggu.

Latihan kardio diperlukan untuk membakar lemak agar kekuatan otot

semakin meningkat.

5.2.4 Gambaran IMT pada Responden di PT Iron Wire Works Indonesia

(IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

IMT tidak gemuk memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 24

responden (92.3%) dari total responden yang berjumlah 26 responden.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Proporsi responden berdasarkan

IMT menunjukkan bahwa responden dengan IMT tidak normal sebanyak

22 orang (43,1%), sedangkan responden dengan IMT normal sebanyak

29 orang (56,9%) (Syaifa, 2017).

Indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator status gizi

seseorang. Penentuan nilai indeks massa tubuh dapat diperoleh dengan

beberapa metode. Salah satu metode penentuan indeks massa tubuh

seseorang adalah dengan rumus berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks masa tubuh dibagi ke

dalam empat kategori yaitu kurus (<18,5), normal (18,5 – 25),

overweight (25 – 30), dan obesitas (>30) (WHO (2005).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian, responden yang termasuk

kriteria kurus sebanyak 1 responden (2,5%), normal sebanyak 29

responden (72,5%), gemuk sebanyak 6 responden (15%), dan Obesitas

sebanyak 4 responden (10%) (Supiana, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel IMT penulis

menemukan responden dengan skor IMT tertinggi yaitu 29.4 termasuk

overweight dan IMT terendah dengan skor 16.5 termasuk kurus, menurut

supervisor cutting bar hal ini disebabkan oleh para operator cutting bar

Page 71: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

66

makanan yang dimakan mengandung lebih banyak kalori dari pada yang

dapat digunakan oleh tubuh. Sehingga kelebihan energi ini disimpan oleh

tubuh dalam bentuk lemak. Sebaliknya jika kalori yang terpakai lebih

banyak daripada yang diperoleh dari makanan, maka cadangan kalori

yang berada dalam bentuk lemak tersebut akan digunakan oleh tubuh

sebagai sumber energi.

Menurut Paramitha (2014), sebagian besar responden memiliki

indeks massa tubuh normal (64,3%) dimana terdiri dari underweight atau

kurus 7,1%, normal 64,3%, overweight 28,6. Indeks massa tubuh

merupakan salah satu indikator status gizi seseorang. Penentuan nilai

indeks massa tubuh dapat diperoleh dengan beberapa metode. Salah satu

metode penentuan indeks massa tubuh seseorang adalah dengan rumus

berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter).

Sehingga saran untuk responden yang IMT kategori gemuk perlu

semakin meningkatkan pemantauan status gizi masing-masing operator

cutting bar agar operator dengan status gizi kurang terjaring secara dini

dan mendapat penanganan segera dengan melihat indikator IMT.

5.2.5 Gambaran Aktivitas Fisik pada Responden di PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

aktivitas fisik berat memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak sebanyak

22 responden (84.6%) dari total responden yang berjumlah 26 responden.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Paramitha (2014), sebagian besar

responden tidak memiliki kebiasaan olahraga (78,6%). Tingkat keluhan

MSDs berdasarkan aktivitas fisik, keluhan MSDs sedang, berat paling

banyak dirasakan perajin yang tidak memiliki kebiasaan olahraga

(Paramitha, 2014).

Aktivitas fisik berhubungan dengan aktivitas keseharian yang

dilakukan oleh seseorang. Umumnya, musculoskeletal disorders terjadi

pada mereka yang melakukan aktivitas dengan tenaga yang besar dan

Page 72: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

67

waktu istirahat yang tidak cukup. Keluhan otot akan meningkat seiring

bertambahnya aktivitas fisik (Bridger, 2003).

Bedasarkan hasil kuesioner aktivitas fisik pada responden di PT.

Iron Wire Works Indonesia didapatkan bahwa responden dengan

aktivitas fisik berat lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

melakukan aktivitas fisik ringan. Secara keseluruhan dari 26 jawaban

responden terhadap 16 pertanyaan kuesioner aktivitas fisik terlihat bahwa

1) responden melakukan aktivitas fisik saat bekerja yaitu respondenan

seperti berdiri mengoperasikan mesin, berjalan perlahan, pengoperasian

alat bantu produksi dan mengendarai motor atau mobil untuk transportasi

menuju kantor. 2) Melakukan aktivitas fisik pada waktu luang seperti

menonton tv, duduk santai, tidak melakukan kegiatan lebih dari 10 menit.

Beratnya aktivitas fisik pada responden terjadi karena sebagian besar

responden mengoperasikan mesin dan mengangkat besi sedangkan pada

saat waktu luang responden menyampaikan sudah kelelahan yang

mengakibatkan waktu luang digunakan untuk tidur atau beristirahat.

Terdapat 4 responden (15.4%) yang memiliki aktifitas ringan dan 22

orang responden (84.6%) dengan aktivitas fisik berat memiliki kebiasaan

olahraga rutin seperti bermain sepak bola, jogging dan bersepeda di

setiap minggunya dan waktu tidur yang cukup.

5.2.6 Gambaran Gerakan Berulang pada Responden di PT Iron Wire Works

Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

gerakan berulang berisiko memiliki proporsi tertinggi yaitu sebanyak 24

responden (92.3%) dari total responden yang berjumlah 26 responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian Baihaqi (2015) bahwa responden yang

melakukan gerakan berulang (57.15%), mengalami keluhan

musculoskeletal disorders (51.8%).

Gerakan berulang adalah melakukan suatu jenis respondenan yang

sama secara berulang- ulang dalam waktu tertentu. Hal ini sangat

berisiko menyebabkan kelelahan otot. Sepanjang otot mengalami

Page 73: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

68

kontraksi, otot tersebut harus selalu menerima pasokan oksigen dan

nergi. Jika gerakan berulang otot terlalu cepat akan mempercepat

kelelahan otot (WHO, 2009).

Aktivitas berulang adalah gerakan yang dilakukan secara terus

menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan secara terus

menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan relaksasi. Faktor responden seperti responden

tidak alamiah, aktivitas berulang dan peregangan otot yang berlebihan

merupakan penyebab utama terjadinya MSDs (Peter, 2000).

Bedasarkan hasil lembar pengamatan gerakan berulang di PT Iron

Wire Works Indonesia terlihat kondisi jumlah responden dengan gerakan

berulang berisiko sebesar 24 responden karena melakukan frekuensi ≥ 10

gerakan/menit. Hal ini di karenakan perusahaan memiliki target harian

sebesar 3.500pcs/ hari setiap operator. Proses – proses dalam

menghasilkan target tersebut, membuat operator melakukan gerakan

yang repetitif, hal tersebut dapat mengakibatkan keluhan

musculoskeletal.

Sehingga saran untuk responden yang aktivitas berulang yakni

istirahat dengan menghentikan semua aktivitas yang dicurigai memicu

terjadinya keluhan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan

berkelanjutan dan mengurangi peradangan.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Antara Usia dengan keluhan MSDs pada responden di

PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(0.665) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara usia

dengan keluhan MSDs. Nilai odds ratio (OR) 1.833 dengan nilai 95% CI

0.318-10.573 menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia <30

tahun berpeluang 1.833 kali berisiko menderita keluhan MSDs

dibandingkan responden yang memiliki usia ≥30 tahun

Page 74: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

69

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi operator dengan

usia <30 tahun memiliki proporsi tinggi untuk tidak berisiko mengalami

keluhan MSDs yaitu sebanyak 11 responden (57.9%) dibandingkan

dengan operator dengan responden yang berusia ≥30 tahun ada sebanyak

4 responden (57.1%) berisiko mengalami keluhan MSDs.

Hal ini selajan dengan penelitian Maijunidah (2010) bahwa

responden yang berusia ≥35 tahun sebagian besar mengalami keluhan

MSDs sebanyak 40 (97.6%) sedangkan yang berusia <35 tahun sebagian

besar juga mengalami keluhan MSDs sebanyak 25 (86.2%). Diketahui

usia responden tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan

MSDs. Dan sejalan dengan penelitian Paramitha (2014). Bahwa

karakteristik idnividu dari hasil penelitian diketahui sebagian besar

responden berusia >30 tahun (57.1 %), namun tingkat keuhan MSDs

berat mayoritas pada kelompok usia ≥ 30 tahun (Paramitha, 2014)

Berdasarkan hasil diatas maka dapat digambarkan bahwa usia tidak

memiliki hubungan dengan keluhan MSDs dan dianggap bukan faktor

yang penting dalam menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskeletal

Disorders pada operator cutting bar PT IWWI. Hal ini tidak sejalan teori

pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja,

yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35

tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,

kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya

keluhan otot meningkat. Usia mempunyai hubungan yang sangat kuat

dengan keluhan otot terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan ada

beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab

utama terjadinya keluhan otot (Tarwaka ,2015).

Menurut hasil penelitan mengenai hubungan antara usia dengan

keluhan MSDs pada responden bagian polising PT Surya Toto Indonesia

Tbk, tahun 2011 diketahui bahwa rata-rata usia pada responden yang

mengalami keluuhan MSDs adalah 31,39 tahun dengan standar deviasi

sebesar 7.561, sedangkan rata-rata usia pada responden yang tidak

Page 75: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

70

mengalami keluhan MSDs adalah 26,84 tahun dengan standa deviasi

sebesar 7.776 (Handayani, 2011).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyastuti (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada buruh angkat sayur menjelaskan

bahwa faktor usia turut menjadi pemicu meningkatnya keluhan

musculoskeletal disorders pada responden buruh angkut sayur. Pada

responden yang memiliki tingkat usia tua cenderung memiliki risiko

terjadinya keluhan musculoskeletal yang lebih besar dari pada responden

yang memiliki tingkat usia muda. Adapun derajat hubungan antara usia

dengan keluhan musculoskeletal dilakukan widyastuti atas dasar

pengukuran rasa nyeri pada musculoskeletal dengan menggunakan NBM

(Nordic Body Map).

Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel usia penulis

menggunakan cara pengisian angket kuesioner yang berisi checklist.

Sebagian besar responden menjawab usia <30 tahun, menurut supervisor

cutting bar hal ini disebabkan oleh para operator cutting bar baru lulusan

D3 dan SMA/SMK merupakan usia produktif.

Sehingga saran untuk responden yang berusia ≥30 tahun agar tidak

mengalami keluhan MSDs dengan rajin berolah raga, makan makanan

yang sehat, menghindari stres serta tidur yang cukup.

5.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada

responden di PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(0.483) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara masa

kerja dengan keluhan MSDs.

Masa kerja merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang

menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. Masa kerja mempunyai

hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Semakin lama masa kerja

Page 76: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

71

seseorang berarti semakin lama orang tersebut terpapar sumber bahaya

di tempat kerja, maka seseorang akan menjadi semakin rentan terhadap

gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya

(Tarwaka, 2004)

Kreitner dan Kinicki (2004), menyatakan bahwa, masa kerja yang

lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah

dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah

beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang

pegawai akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Menurut Haeny

(2009), pekerja dengan lama kerja lebih dari 3 tahun mempunyai faktor

resiko lebih tinggi untuk terjadinya kelelahan dan keluhan otot

dibandingkan masa kerja kurang dari atau sama dengan 3 tahun.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi operator dengan

masa kerja lama atau lebih dari sama dengan 3 tahun memiliki proporsi

tinggi untuk mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 10 responden

(62.5%) dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja baru atau

kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 8 responden (80%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Maijunidah (2010), bahwa MSDs

65 orang dan responden yang tidak mengeluh MSDs sebanyak 5 orang.

Berdasarkan hasil uji di dapatkan tidak ada hubungan yang signifikan

dengan keluhan MSDs dengan masa kerja pada responden assembling.

Semakin lama seseorang bekerja atau semakin lama seseorang

terpajan risiko MSDs, maka semakin besar pula risiko untuk mengalami

MSDs. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi

seorang responden untuk meningkatkan risiko terjadinya

musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis respondenan yang

menggunakan kekuatan kerja yang tinggi (Handayani, 2011)

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono

(2009), yang mengemukakan bahwa tekanan melalui fisik (beban kerja)

pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot,

gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan.

Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti

Page 77: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

72

terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang

terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan

seperti ini yang berlarut-larut mengakibatkan memburuknya kesehatan,

yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diberikan penjelasan

bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan

MSDs dan dianggap bukan faktor yang penting dalam terjadinya keluhan

MSDs. Hal ini tidak sejalan dengan Zulfiqor (2010) yang menyatakan

bahwa penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi, jadi

semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor

risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs.

Hal serupa juga ditemukan oleh Hendra (2009), dimana masa kerja

memiliki hubungan dengan keluhan MSDs dengan tingkat risiko 2.755

kali lebih besar pada pemanen dengan masa kerja lebih dari 4 tahun.

Masa kerja memiliki hubungan dengan keluhan otot, terutama pada

responden yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. Semakin lama

pemanen melakkukan respondenan yang menggunakan otot, semakin

tinggi pula risiko untuk timbulnya keluhan MSDs.

Berdasarkan hasil wawancara pada pekerja dapat diketahui bahwa

sebagian besar pekerja memiliki masa kerja yang cukup lama yakni lebih

dari 3 tahun. Pekerja juga cenderung melakukan pekerjaan yang sama

dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan untuk suatu proses kerja

diperlukan keahlian dalam mengoprasikan mesin produksi dari seorang

pekerja sehingga tidak memungkinkan pekerjaan tersebut dilakukan oleh

pekerja yang belum terbiasa melakukannya.

Sehingga disarankan kepada perusahaan untuk terus memperhatikan

pekerja yang dengan masa kerja lebih dari 3 tahun yang mengalami

keluhan MSDs agar dilakukan evaluasi terhadap kinerja operator dengan

memonitor perbaikan sistem kerja dan beban kerja yang dapat

mengakibatkan musculoskeletal disorders. Perusahaan sebaiknya

melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap mesin produksi secara

Page 78: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

73

teratur, karena bahaya MSDs akan semakin buruk akibat kurangnya

perawatan dan pemeliharaan mesin produksi dikarenakan operator

melakukan gerakan tambahan jika mesin rusak.

5.3.3 Hubungan IMT dengan keluhan MSDs pada responden di PT Iron

Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(0.483) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara IMT

dengan keluhan MSDs.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi operator dengan

IMT kurus memiliki proporsi tinggi untuk berisiko mengalami keluhan

MSDs yaitu sebanyak 12 responden (50%) dibandingkan dengan pekerja

dengan IMT gemuk, ada 2 responden (100%) yang tidak berisiko

mengalami keluhan MSDs.

Menurut Supariasa (2002), Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body

Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Kaitan IMT dengan MSDs adalah

semakin gemuk seseorang maka bertambah besar risikonya untuk

mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat

badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah (Supariasa, 2002).

Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa antara indeks massa

tubuh berhubungan dengan musculoskeletal disorders. Semakin gemuk

seseorang (semakin tinggi nilai indeks massa tubuhnya) maka semakin

besar risikonya untuk mengalami musculoskeletal disorders. Sebuah

penelitian oleh Karuniasih (2009) menyatakan bahwa 90,4% dari 52

responden yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders memiliki

indeks masa tubuh di atas 25 (overweight) (WHO, 2005).

Hal ini tidak sejalan dengan Tarwaka (2015), yang menyatakan

bahwa walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan,

Page 79: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

74

dan masa tubuh merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan

sistem musculoskeletal, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran

tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka

didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban

tambahan lainnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Karuniasih (2009) yang menyatakan bahwa 100% kelompok responden

dengan kategori IMT kurus dan sebagian besar kelompok responden

dengan kategori IMT gemuk merasakan keluhan MSDs (Karuniasih,

2009).

Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa antara indeks massa

tubuh berhubungan dengan musculoskeletal disorders. Semakin gemuk

seseorang (semakin tinggi nilai indeks massa tubuhnya) maka semakin

besar risikonya untuk mengalami musculoskeletal disorders. Sehingga

saran untuk responden yang IMT kategori gemuk berisiko MSDs perlu

semakin meningkatkan pemantauan status gizi masing-masing operator

cutting bar agar operator dengan status gizi kurang terjaring secara dini

dan mendapat penanganan segera dengan melihat indikator IMT. Selain

itu perusahaan bisa melaksanakan program training dan penyuluhan yang

di tujukan pada operator tentang bagaimana bekerja secara ergonomi.

5.3.4 Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan keluhan MSDs pada

responden di PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(1.000) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara aktifitas

fisik dengan keluhan MSDs. Nilai odds ratio (OR) 0.833 dengan nilai

95% CI 0.099-7.027 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

aktifitas berat berpeluang 0.833 kali berisiko menderita MSDs

dibandingkan responden yang memiliki aktifitas fisik ringan.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi operator dengan

Aktifitas fisik berat memiliki proporsi sebesar 10 responden (45.5%)

Page 80: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

75

untuk berisiko mengalami MSDs dibandingkan dengan Aktifitas fisik

ringan sebesar 2 responden (50%) berisiko MSDs .

Hal ini sejalan dengan penelitian Wenur, Kawatu, dan Josephus

(2013) bahwa responden yang mengalami keluhan musculoskeletal

rendah 66.6%, keluhan musculoskeletal sedang 25.49% keluhan

musculoskeletal tinggi 7.84% dan keluhan musculoskeletal sangat tinggi

0%. Hasil analisis data menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara aktifitas fisik dengan keluhan musculokeletal.

Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional

seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan

aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas

dapat bervariasi antara beberapa detik (untuk pekerjaan yang

memerlukan kekuatan) sampai beberapa jam (untuk pekerjaan yang

memerlukan ketahanan). Komponen kemampuan kerja fisik dan

kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan

otot dan ketahanan kardiovaskuler (Tarwaka, 2004).

Kategori beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan oksigen melalui

penaksiran kebutuhan kalori belum dapat menggambarkan beban

sebenarnya yang diterima oleh seorang pekerja. Hal tersebut disebabkan

karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori.

Selain berat ringannya pekerjaan itu sendiri, juga dipengaruhi oleh

lingkungan tempat bekerja, cara dan sikap kerja serta stasiun kerja yang

digunakan selama kerja. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan

penilaian beban kerja yang dapat menggambarkan secara keseluruhan

beban yang diterima seorang pekerja. Pada umumnya, keluhan otot lebih

jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya

mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam

kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan

tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat

keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh

(Tarwaka, 2004).

Page 81: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

76

Terdapat beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai aktivitas

fisik diantaranya menurut (Almatsier, 2003) aktivitas fisik ialah gerakan

fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas

fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang

memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada

(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk

penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global ( WHO, 2010). Jadi, kesimpulan dari pengertian

aktivitas fisik ialah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energy.

Berdasarkan hasil observasi mennggunakan kuesioner aktifitas fisik

yang berisi 16 pertanyaan dengan 3 ranah atau domain yang terdiri dari

kegiatan di tempat kerja, transportasi dan kegiatan rekreasi. Kegiatan di

tempat kerja adalah aktivitas fisik yang berhubungan dengan pekerjaan;

menanyakan tentang aktivitas fisik pada hari-hari kerja, meliputi

pekerjaan yang dibayar atau tidak dibayar, pekerjaan rumah tangga dan

lain-lain. Kegiatan transportasi adalah aktivitas fisik yang berhubungan

dengan perjalanan; menanyakan tentang macam transportasi yang

digunakan untuk pergi dan kembali dari tempat kerja, pasar, tempat

ibadah dan lainnya. Sedangkan kegiatan rekreasi adalah aktivitas fisik di

luar pekerjaan seperti olah raga, hobi dan lainnya.

Hasil menunjukkan bahwa pekerja dengan aktivitas berat:

>1500MET-menit/ minggu lebih cenderung berisiko mengalami keluhan

MSDs. Rata-rata pekerja menjawab pertanyaan kuesioner nomer 1

Apakah pekerjaan anda melibatkan aktivitas fisik intensitas berat yang

menyebabkan anda bernapas lebih berat dan denyut jantung lebih cepat

(seperti: membawa atau mengangkat barang berat lebih dari 20 kg tanpa

alat bantu, pemasangan sparepart, pembersihan mesin, memindahkan

barang tanpa alat bantu dll) selama paling tidak 10 menit ? yakni 13

pekerja. Namun pada pertanyaan kuesioner nomer 4 Apakah pekerjaan

anda melibatkan aktivitas fisik intensitas sedang yang menyebabkan anda

bernapas sedikit lebih berat dan denyut jantung sedikit lebih cepat

Page 82: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

77

berjalan (seperti: membawa barang yang ringan, pekerjaan

membersihkan sambil berdiri, dll) selama paling tidak 10 menit ?

kebanyakan menjawab lebih dari 15 menit. Pada pertanyaan kuesioner

nomer 5 Dalam seminggu berapa hari anda melakukan aktivitas fisik

intensitas sedang dalam pekerjaan anda ? kebanyakan menjawab 5 hari.

Hal ini yang menyebabkan nilai aktifitas fisik menjadi berat setelah

dihitung.

Sehingga disarankan kepada pekerja melakukan peregangan

sebelum dan sesudah bekerja. Peregangan ini dapat membantu otot

dengan mudah untuk beradaptasi menghindari stress otot. Melakukan

peregangan minimal 10 menit setelah dua jam bekerja untuk memberikan

kesempatan anggota tubuh berada dalam posisi rileks.

5.3.5 Hubungan Antara Gerakan Berulang dengan keluhan MSDs pada

responden di PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test karena hasil tabel 2x2

ada nilai expected kurang dari 5. Hasil uji statistik dengan nilai p-value

(0.483) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara gerakan

berulang dengan keluhan MSDs.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi operator

melakukan gerakan berulang berisiko memiliki proporsi tinggi untuk

berisiko mengalami keluhan MSDs sama yang tidak berisiko mengalami

keluhan MSDs sebanyak 12 responden (50%) dibandingkan dengan

operator melakukan gerakan berulang tidak berisiko ada sebanyak 2

responden (100%) yang mengalami keluhan MSDs tinggi. Hal ini sejalan

dengan penelitian Baihaqi (2015) bahwa responden yang melakukan

gerakan berulang (57.15%), mengalami keluhan musculoskeletal

disorders (51.8%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara gerakan

berulang dengan MSDs.

Risiko fisiologi utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering

dan berulang-ulang adalah keletihan dan kelelehan otot. Sepanjang otot

mengalami kontraksi, otot tersebut harus menerima pasokan tetap

Page 83: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

78

oksigen dan bahan gizi dari aliran darah. Jika gerakan berulang-ulang

dari otot menjadi terlalu cepat untuk membiarkan oksigen yang memadai

mencapai jaringan atau membiarkan uptake kalsium, terjadilah kelelahan

otot (Bird, et al., 2005).

Beradasarkan hasil observasi selain gerakan berulang terlihat

bahwa terdapat perilaku buruk pekerja yang tidak selalu menggunakan alat

pelindung seperti sarung tangan dan helm ketika bekerja di unit cutting

bar. Pekerja tersebut beralasan bahwa APD yang diberikan oleh

perusahaan membuat gerah dan kadang menimbulkan sakit kepala serta

rasa gatal di tangan. Walaupun APD yang digunakan tersebut tidak

nyaman, seharusnya pekerja tetap menggunakannya untuk mengurangi

risiko keluhan MSDs yang diterima pekerja dan mencegah kecelakaan

kerja.

Sehingga disarankan kepada perusahaan yaitu dengan memberikan

pelatihan terkait penggunaan alat pelindung telinga (APD) agar pekerja

menyadari bahwa pentingnya APD bagi kesehatan mereka, sehingga

dampak buruk mengenai keluhan MSDs dan penyakit lainnya dapat

dicegah. APD di area kerja unit produksi jika memungkinkan

diperusahaan dapat pula memberlakukan system reward dan punishment

terhadap pekerja atas penggunaan APD sehingga para pekerja selalu

menggunakan APD ketika bekerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan gerakan berulang pada responden yang gerakan melebihi

frekuensi 10x/menit yakni dengan Melakukan stretching pada waktu jam

istirahat untuk merelaksasikan otot kembali . Serta bisa dengan

mengupayakan program peningkatan promosi safety behavior dengan cara

memperbaiki metode kerja di tempat kerja.

Page 84: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

79

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden di PT. Iron

Wire Works Indonesia Tahun 2018 terkait faktor-faktor risiko ergonomi

dengan keluhan subjektif Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada operator

cutting bar di unit produksi di PT. Iron Wire Works Indonesia Tahun 2018

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Responden yang bersiko keluhan MSDs sebesar 46.2%, responden tidak

berisiko keluhan MSDs sebesar 53.8%.

2. Responden yang memiliki usia ≥30 tahun sebesar 26.9%, responden usia

< 30 tahun sebesar 73.1%,

3. Responden yang memiliki masa kerja ≥3 tahun sebesar 61.5%, responden

yang memiliki masa kerja <3 tahun sebesar 38.5%.

4. Responden yang memiliki IMT gemuk 7.7%, responden yang memiliki

IMT tidak gemuk 92.3%.

5. Responden yang memiliki aktifitas fisik berat sebesar 84.6%, responden

yang memiliki aktifitas fisik ringan sebesar 15.4%.

6. Responden yang memiliki gerakan berulang yang berisiko sebesar 92.3%

, responden yang memiliki gerakan berulang yang tidak berisiko sebesar

7.7%.

7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs

dengan nila p value 0.665. Responden dengan usia <30 tahun berpeluang

1,833 kali berisiko menderita keluhan MSDs dibandingkan responden yang

memiliki usia ≥30 tahun

8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan

MSDs dengan nila p value 0.51 Responden dengan masa kerja ≥3 tahun

berpeluang 6.667 kali berisiko menderita MSDs dibandingkan responden

yang memiliki masa kerja <3 tahun.

Page 85: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

80

9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan keluhan MSDs

dengan nila p value 0.483.

10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Aktifitas fisik dengan keluhan

MSDs dengan nila p value 1.000 . Responden yang memiliki aktifitas berat

berpeluang 0.833 kali berisiko menderita MSDs dibandingkan responden

yang memiliki aktifitas fisik ringan.

11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara gerakan berulang dengan

keluhan MSDs dengan nila p value 0.483 .

6.2 Saran

6.2.1 Bagi PT Iron Wire Works Indonesia

1. Perlu adanya komitment dari top manajemen untuk meningkatkan

keselamatan dan kesehatan kerja pada operator yang berkaitan dengan

risiko ergonomi

2. Perusahaan harus mempunyai data tentang penyakit pada semua

responden, serta dilakukan medical check up yang spesifik terhadap

bahaya ergonomic sebagai personal control serta tindakan

pencegahan.

3. Melakukan evaluasi terhadap kinerja operator dengan memonitor

perbaikan sistem kerja dan beban kerja yang dapat mengakibatkan

musculoskeletal disorders.

4. Melaksanakan program training dan penyuluhan yang di tujukan pada

operator tentang bagaimana bekerja secara ergonomi.

5. Melakukan stretching pada waktu jam istirahat untuk merelaksasikan

otot kembali.

6. Mengadakan general safety talk pada operator tentang penyakit akibat

kerja dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya

7. Mengupayakan program peningkatan promosi safety behavior dengan

cara memperbaiki metode kerja di tempat kerja

Page 86: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

81

6.2.2 Bagi Peneliti Lain

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel

perusahaan yang lebih banyak dan menambahkan variabel-variabel

seperti fakor psikososial, organisasi dan lingkungan.Pengukuran lebih

lanjut tidak hanya dengan kuesioner NBM namun menggunakan REBA

dalam pengujiannya agar dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih

akurat.

Page 87: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

82

DAFTAR PUSTAKA

Arthritis Research United Kingdom. 2017. State of Musculoskeletal

Health 2017, Arthritis & other musculoskeletal conditions in

numbers or further information. UK : Copeman House.

Anggaraeni, Daily Lintang. 2005. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

Terhadap Terjadinya Keluhan Msds Pada Operator Unit

Produksi Tcw Di PT GMF Aeroasia. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Press

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed

Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Bird, E, Jr, Frenk and L. Germain. 2005. Kepemimpinan pengadilan dan

kerugian praktis, edisi ketiga. Terjemahan oleh W. Abdullah.

Jakarta: PT Devengraha.

Bridger. 2003. Introduction To Ergonomics, Third Edition 3rd

Edition. Kindle Edition: Technology & Engineering.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi

Orang Dewasa. www.depkes.go.id

Departemen Kesehatan RI. 2013. Kementrian kesehatan perkuat upaya

kesehatan responden perempuan. www.depkes.go.id

Delleman dkk., 2004. Working posture and movement; tools for evaluation

and engineering. Boca Raton: CRC Press. P 514-535.

European Agency for Safety and Health at Work, 2013. New Risks and

Trends in The Safety And Health Of Women At Work, Safety and

Health at Work is Everyone’s Concern. It’s Good for You It’s

Good for Business. Publications Office of the European Union,

Luxembourg. Di Akses 18 November 2017

Evelina, Nuri. 2012. Analisis tigkat risiko ergonomi dan keluhan subjektif

musculoskeletal disorders (MSDs) Pada pengrajin septu di

bengkel sepatu tata kampung ciomas, bogor tahun 2012. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Frizka, Margaretta Dan Martiana,Tri. 2005. Hubungan Antara

Karakteristik Individu Unit Kerja Dan Faktor Risiko Ergonomi

Dan Keluhan Kesehatan Industri Kecil Sepatu Kota Mojokerto.

Hastono, Sutanto Priyo. 2016. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan.

Depok: PT Rajagrafindo Persada

Hignett and McAamney. 2000. REBA Employee Assessment Worksheet

Based on Technical. Rapid Entire Body Assessment (REBA),

Applied Ergonomics 201-205.

Handayani, W. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Responden di Bagian

Polishing PT Surya Toto Indonesia Tbk Tangerang. Jakarta:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keehatan UIN Syarif

Hidayatullah. http://repository.uinjkt.ac.id. Diakses 20 juni 2018.

Hendra dan Suwandi R. 2009. Risiko Ergonomi dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Responden Pemanen

Page 88: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

83

Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX :

Semarang(http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/publikasi/D11

.pdf. )Diakses pada 1 juli 2018.

IEA (International Ergonomics Association) dan ILO (International

Labour Organization). 2000. Petunjuk praktis ergonomik,

petunjuk yang mudah diterapkan dalam meningkatkan

keselamatan dan kondisi kerja.

Iridiastadi, Hardianti Dan Yassierli. (2014). Ergonomi Suatu Pengantar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan faktor risiko ergonomi dan keluhan

subjektif terhadap terjadinya muskuloskeletal pada responden

pabrik proses finishing di departemen ppc pt southern cross

industry ciracas Jakarta timur. Depok: Universitas Indonesia

Press.

Kusnawa, Wowo Sunaryo. 2014. Ergonomi Dan Kesehatan Keselamatan

Kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maijunidah E. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs

pada responden assemnling pt x bogor tahun 2010. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Manuaba. 2004. Ergonomi Dalam Industri. Bandung: Universitas

Udayana.

NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). 1997.

Muskuloskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical

Review of Epidemiologic Evidence for Work Related

Muskuloskeletal Disorders. USA : CRC Press

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:

Guna Widya.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi

Kedua. Surabaya: Tim Guna Widya.

Paramitha, Anggit. 2014. Analisis Faktor Risoko Ergonomi Dan Keluhan

Musculoskeletal Disordes (MSDs) Pada Perakin Ukiran Batu di

Duta Alam Sektor Informal, Jakarta Selatan. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Peter,Vi.2000.MusculoskeletalDisorders.http://www.csao.org/uploadfiles

/magazine/vol.11no3/musculo.html. Diakses 9 November 2017.

Syafitri, Junia Tri. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan low

back pain (LBP) pada karyawan bagian corporate customer care

center (C4) PT Telekomonikasi TBk Tahun 2010. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Pres.

Sherwood, Lauralee. 2006. Human Physiology : from cell to system. Edisi

kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Santoso, Genpur. 2004. Ergonomi, manusia, peralatan, dan lingkungan.

Jakarta: prestasi pustaka

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Supiana. 2014. Penilaian Faktor Risisko Ergonomi Pada Responden

Pengguna Komputer terhadap terjadinya keluhan MSDs di Pusat

Page 89: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

84

Pelatihan dan Pendidikan BPS Tahun 2014. Jakarta: Universitas

Indonesia Press

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Suhardjo. R. 1999. Berbagai cara pendidikan gizi. Bumi Aksara.PAU

Pangan dan Gizi.

Syaifa, Hikmah. 2017. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders

(Msds) Pada Responden Bagian Packing Di Spinning-Dyeing Di

Pt Indonesia Synthetics Textile Mills Tahun 2017. Jakarta:

Universitas Esa Unggul Press.

Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi.Jakarta :Buku Kedokteran

EC

Tarwaka, 2004. “Job Design with the Worker in Mind”, Adapted from

OCAW local 1-5 Ergonomics Awarness Workbook”

Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan, Kerja dan

Produktifitas. Surakarta: Unisba Press

Tarwaka. 2011. Ergonomi indistri: dasar – dasar pengetahuan ergonomi

dan aplikasi di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press Surakarta.

Tarwaka. 2014. Ergonomi indistri: dasar – dasar ergonomi dan

implementasi di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press

Surakarta.

Tarwaka . 2015. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi

dan Aplikasi di Tempat Kerja. Edisi II Cetakan ke-2. Surakarta :

Harapan Press Solo .

WHO (World Health Organization). 2005. BMI Classification.

http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.

Diakses 2 Januari 2018.

WHO (World Health Organization). 2009. Protecting Workers Health

Series No. 5 Preventing Musculoskeletal Disorders in The

Workplace. www.who.int/entity/occupational health/pdf/

Diakses 2 Januari 2018.

WHO (World Health Organization). 2012. Global Physical Activity

Surveillance

Widyastuti., 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan keluhan

Musculoskeletalpada Buruh Angkut Sayur di Jalan Pedamaran

Pasar Johar 2009. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.

Semarang.

Wenur Sj, Kawatu Pat, Josephus J. 2013. Hubungan Aktifitas Fisik

Dengan Keluhan Musculoskeletal Pada Responden Bengkel Di

Cv. Kombos Kota Manado Tahun 2013. Manado: universitas sam

ratulangi.

Yuranda, Arfa. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengankeluhan

Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pemanen Kelapa Sawit

Di PT Semadam Kabupaten Aceh Tamiang.

Page 90: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

85

Zulfiqor, M T., 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Page 91: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

86

LAMPIRAN

KUESIONER

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO ERGONOMI DENGAN

KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

PADA OPERATOR CUTTING BAR DI UNIT PRODUKSI PT IRON WIRE

WORKS INDONESIA TAHUN 2018

Selamat pagi/ siang/ sore

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Esa

Unggul angkatan 2015 yang sedang menyusun skripsi mengenai

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dalam rangka

mengumpulkan informasi tersebut, saya meminta kesediaan Anda untuk

mengisi kuisioner ini. Anda diminta untuk membaca dan mengisi

pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur sesuai kondisi Anda

sebenarnya. Semua jawaban Anda akan sangat membantu penelitian

saya. Semua data yang anda isikan akan dirahasiakan dan hanya

digunakan dalam penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama Anda saya

ucapkan terimakasih.

Peneliti

Nurhamida Jusman A.Md.Prs

Page 92: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

87

Sumber: Tarwaka,2014

Kuesioner NBM

( NORDIC BODY MAP )

Jawablah dengan memberi tanda ( ) pada kolom disamping pertanyaan yang sesuai dengan

kondisi/perasaan saudara

Nama :

Usia : <30 thn ≥ 30 thn

Masa Kerja : <3 thn ≥ 3 thn

Berat :

Tinggi :

Sistem Muskuluskeletal Skoring

NBM

Sistem Muskuluskeletal Skoring

0 1 2 3 0 1 2 3

0 Leher atas

1 Tengkuk

2 Bahu kiri 3 Bahu kanan

4 Lengan atas kiri 5 Punggung

6 Lengan atas kanan 7 Pinggang

8 Pinggul 9 Pantat

10 Siku kiri 11 Siku kanan

12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan

14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan

16 Tangan kiri 17 Tangan kanan

18 Paha kiri 19 Paha kanan

20 Lutut kiri 21 Lutut kanan

22 Betis kiri 23 Betis kanan

24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan

26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan

TOTAL SKOR KIRI TOTAL SKOR KANAN

TOTAL SKORING (SKOR KANAN + SKOR KIRI)

Keterangan Skoring Keterangan Tingkat Resiko Berdasarkan Skor Akhir

Skor 0 = Tidak sakit 0 - 20 = Rendah (belum dilakukan perbaikan)

Skor 1 = Agak sakit 21 - 41 = Sedang (mungkin diperlukan perbaikan)

Skor 2 = Sakit 42 - 62 = Tinggi (diperlukan tindakan segera)

Skor 3 = Sangat sakit 63 - 84 = Sangat Tinggi (diperlukan tindakan sesegera mungkin)

Page 93: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

88

II. KUESIONER AKTIFITAS FISIK

A. AKTIVITAS SAAT BEKERJA

1. Apakah respondenan anda melibatkan aktivitas fisik intensitas berat yang menyebabkan

anda bernapas lebih berat dan denyut jantung lebih cepat (seperti: membawa atau

mengangkat barang berat lebih dari 20 kg tanpa alat bantu, pemasangan sparepart,

pembersihan mesin, memindahkan barang tanpa alat bantu dll) selama paling tidak 10 menit

?

a) Ya , Jam: menit: ____________

b) Tidak Jika jawaban anda tidak, loncat ke pertanyaan no. 4.

2. Dalam seminggu, berapa hari anda lakukan aktivitas fisik intensitas berat dalam

respondenan anda ?

Jumlah hari ________________________

3. Berapa banyak waktu anda habiskan melakukan aktivitas intensitasi berat di respondenan

dalam seharinya ?

Jam : menit ___________ : ___________

4. Apakah respondenan anda melibatkan aktivitas fisik intensitas sedang yang menyebabkan

anda bernapas sedikit lebih berat dan denyut jantung sedikit lebih cepat berjalan (seperti:

membawa barang yang ringan, respondenan membersihkan sambil berdiri, dll) selama

paling tidak 10 menit ?

a) Ya , Jam: menit: ____________

b) Tidak Jika jawaban anda tidak loncat, ke pertanyaan no. 7.

5. Dalam seminggu berapa hari anda melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dalam

respondenan anda ?

Jumlah hari _________________________

6. Berapa banyak waktu anda habiskan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang

direspondenan dalam seharinya?

Jam : menit ____________ : ___________

B. BEPERGIAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAIN

Pertanyaan-pertanyaan berikut mengecualikan aktivitas fisik saat bekerja yang telah

disebutkan. Sekarang saya akan menanyakan mengenai kebiasaan anda bepergian dari satu

tempat ke tempat lain. Contohnya bepergian ke tempat kerja, berbelanja, berekreasi,dll.

7. Apakah anda berjalan/bersepeda/bersepeda motor/mengendarai mobil (pilih salah satu)

selama paling tidak 10 menit terus-menerus dalam bepergian?

a) Ya , Jam: menit: ____________

b) Tidak Jika jawaban anda tidak, loncat ke pertanyaan no. 10.

8. Dalam seminggu berapa hari anda berjalan/bersepeda/bersepeda motor/mengendarai mobil

selama paling tidak 10 menit terus-menerus dalam bepergian ?

Jumlah hari _________________________

9. Berapa banyak waktu yang anda habiskan berpergian dengan berjalan/bersepeda motor/

mengendarai mobil dalam seharinya?

Jam : menit ___________ : ____________

Page 94: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

89

D. AKTIVITAS REKREASI Pertanyaan-pertanyaan berikut mengecualikan aktivitas saat bekerja dan bepergian yang

telah disebutkan. Sekarang saya akan menanyakan mengenai aktivitas olah raga, respondenan

di luar tempat kerja dan hobi.

10. Apakah anda melakukan aktivitas olah raga, respondenan di luar tempat kerja atau hobi

dengan intensitas berat yang menyebabkan anda bernapas lebih berat dan denyut jantung

lebih cepat (seperti: berlari, sepak bola, bulu tangkis, respondenan tukang, berkebun,

respondenan rumah tangga yang berat, dll) selama paling tidak 10 menit terus-menerus ?

a) Ya , Jam: menit: ____________

b) Tidak Jika jawaban anda tidak, loncat ke pertanyaan no. 13.

11. Dalam seminggu berapa hari melakukan aktivitas olah raga, respondenan di luar tempat

kerja atau hobi dengan intensitas berat ?

Jumlah hari _________________________

12. Berapa banyak waktu anda habiskan melakukan aktivitas olah raga, respondenan di luar

tempat kerja atau hobi dengan intensitas berat dalam seharinya ?

Jam : menit __________ : ___________

13. Apakah anda melakukan aktivitas olah raga, respondenan di luar tempat kerja atau hobi

dengan intensitas sedang yang menyebabkan anda bernapas sedikit lebih berat dan denyut

jantung sedikit lebih cepat (seperti: berjalan agak cepat, bermain bola voli, sepeda santai,

respondenan rumah tangga dll) selama paling tidak 10 menit terus-menerus ?

a) Ya , Jam: menit: ____________

b) Tidak Jika jawaban anda tidak, loncat ke pertanyaan no.16

14. Dalam seminggu berapa hari melakukan aktivitas olahraga, respondenan di luar tempat

kerja atau hobi dengan intensitas sedang ?

Jumlah hari_________________________

15. Berapa banyak waktu anda habiskan melakukan aktivitas olahraga, latihan fisik atau

rekreasi dengan intensitas sedang dalam sehari ?

Jam : menit ____________ : _____________

KEBIASAAN TIDAK AKTIF

Pertanyaan berikut adalah mengenai kebiasaan duduk atau berbaring saat bekerja, dirumah,

berpergian dan berosialisasi, tetapi tidak termasuk waktu dihabiskan untuk tidue.

16. Berapa banyak waktu biasanya Anda habiskan untuk duduk atau berbaring dalam

seharinya ?

Jam : menit __________ : ____________

Page 95: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

90

III. Pengamatan untuk mengukur dan menilai gerakan berulang

Lembar pengamatan adalah mengenai gerakan berulang saat operator bekerja di cutting bar unit

produksi dengan mengunakan stopwatch.

No Tahapan

Responden

an

Definisi Jumlah

gerakan/menit

<10

gerakan/menit

≥ 10

gerakan/menit

1. Cutting Stamping

proses pemotongan

dari coil to

bar

menggunakan dies.

2 Cutting saw proses

pemotongan dari bar to

bar

menggunak

an pisau potong.

3 Grinding proses

menghilangkan

burry(sisi

yang tajam)

pada hasil pemotongan

4 Checking proses

pemisahan wire good

dan not

good

Page 96: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

91

1. Analisis Univariat

Variabel view

Nama Usia Masa Kerja

IMT Aktifitas

Kerja

Gerakan

Berulang

Keluhan

MSDs

Erlangga 0 0 0 1 1 0

Rudianto 1 1 1 1 1 0

Iqbal Ra 0 0 0 1 1 0

T Fajar 0 0 0 1 1 0

Slamet P 0 1 0 0 1 0

M Samin 1 1 0 1 1 1

Hendra S 0 1 0 0 1 0

M Latip 1 1 0 1 1 1

Pebri Mi 0 0 1 1 1 0

Joko Ang 0 0 0 1 1 0

Gunduso 1 1 0 1 1 0

Jolim 1 1 0 1 1 1

Hendra 1 1 0 1 1 0

Andi P 0 0 0 1 0 0

Ridzo O 0 1 0 0 1 1

Joyo San 0 1 0 1 0 0

Tri Sety 0 0 0 1 1 0

Andri Sa 0 0 0 1 1 0

Haikal 0 0 0 1 1 1

Rajis N 0 1 0 0 1 1

Subur 0 1 0 1 1 1

Halim 0 1 0 1 1 1

Jaya S 0 0 0 1 1 1

Sapwan D 0 1 0 1 1 1

Heriadi 1 1 0 1 1 1

Bagas S 0 1 0 1 1 1

Page 97: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

92

a. Usia

b. Masa Kerja

c. IMT

usia responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid < 30 tahun 19 73,1 73,1 73,1

≥30 tahun 7 26,9 26,9 100,0

Total 26 100,0 100,0

masa kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 3 tahun 10 38,5 38,5 38,5

≥3 tahun 16 61,5 61,5 100,0

Total 26 100,0 100,0

imt 4 var

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurus 6 23,1 23,1 23,1

normal 18 69,2 69,2 92,3

gemuk 2 7,7 7,7 100,0

Total 26 100,0 100,0

Page 98: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

93

d. Aktifitas Fisik

IMT 2 VAR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak gemuk 24 92,3 92,3 92,3

gemuk 2 7,7 7,7 100,0

Total 26 100,0 100,0

aktifitas 3 var

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Aktifitas Sedang 4 15,4 15,4 15,4

Aktifitas Berat 22 84,6 84,6 100,0

Total 26 100,0 100,0

Page 99: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

94

e. Gerakan Berulang

f. Keluhan MSDs

AKTIFITAS FISIK 2 VAR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Aktifitas ringan 4 15,4 15,4 15,4

Aktifitas berat 22 84,6 84,6 100,0

Total 26 100,0 100,0

gerakan berulang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Beresiko 2 7,7 7,7 7,7

Beresiko 24 92,3 92,3 100,0

Total 26 100,0 100,0

keluhan 4 var

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 14 53,8 53,8 53,8

sedang 8 30,8 30,8 84,6

tinggi 3 11,5 11,5 96,2

Page 100: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

95

2. Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent

usia responden * Keluhan

MSDSs 2 Var

26 100,0% 0 0,0% 26 100,0%

masa kerja * Keluhan MSDSs 2 Var

26 100,0% 0 0,0% 26 100,0%

IMT 2 VAR * Keluhan

MSDSs 2 Var

26 100,0% 0 0,0% 26 100,0%

sangat tinggi 1 3,8 3,8 100,0

Total 26 100,0 100,0

Keluhan MSDs 2 VAR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak

Berisiko

14 53,8 53,8 53,8

Berisiko 12 46,2 46,2 100,0

Total 26 100,0 100,0

Page 101: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

96

AKTIFITAS FISIK 2

VAR * Keluhan MSDSs 2

Var

26 100,0% 0 0,0% 26 100,0%

gerakan berulang *

Keluhan MSDSs 2 Var

26 100,0% 0 0,0% 26 100,0%

a. Usia

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total Tidak

Berisiko Berisiko

usia responden < 30 tahun Count 11 8 19

Expected Count 10,2 8,8 19,0

% within usia responden 57,9% 42,1% 100,0%

≥30 tahun Count 3 4 7

Expected Count 3,8 3,2 7,0

% within usia responden 42,9% 57,1% 100,0%

Total Count 14 12 26

Expected Count 14,0 12,0 26,0

% within usia responden 53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,465a 1 ,495

Continuity Correctionb ,057 1 ,811

Likelihood Ratio ,465 1 ,495

Fisher's Exact Test ,665 ,404

N of Valid Cases 26

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,23.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for usia responden (< 30 tahun /

≥30 tahun)

1,833 ,318 10,573

For cohort Keluhan MSDs

2 VAR = Tidak Berisiko

1,351 ,529 3,449

For cohort Keluhan MSDs 2 VAR = Berisiko

,737 ,321 1,691

N of Valid Cases 26

Page 102: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

97

b. Masa Kerja

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total Tidak

Berisiko Berisiko

masa kerja < 3 tahun Count 8 2 10

Expected Count 5,4 4,6 10,0

% within masa kerja 80,0% 20,0% 100,0%

≥3 tahun Count 6 10 16

Expected Count 8,6 7,4 16,0

% within masa kerja 37,5% 62,5% 100,0%

Total Count 14 12 26

Expected Count 14,0 12,0 26,0

% within masa kerja 53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4,473a 1 ,034

Continuity Correctionb 2,926 1 ,087

Likelihood Ratio 4,712 1 ,030

Fisher's Exact Test ,051 ,042

N of Valid Cases 26

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,62. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for masa kerja

(< 3 tahun / ≥3 tahun)

6,667 1,047 42,431

For cohort Keluhan MSDs

2 VAR = Tidak Berisiko

2,133 1,055 4,315

For cohort Keluhan MSDs

2 VAR = Berisiko

,320 ,088 1,170

N of Valid Cases 26

Page 103: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

98

c. IMT

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total Tidak

Berisiko Berisiko

IMT 2

VAR

tidak gemuk Count 12 12 24

Expected Count 12,9 11,1 24,0

% within IMT 2

VAR

50,0% 50,0% 100,0%

gemuk Count 2 0 2

Expected Count 1,1 ,9 2,0

% within IMT 2

VAR

100,0% 0,0% 100,0%

Total Count 14 12 26

Expected Count 14,0 12,0 26,0

% within IMT 2 VAR

53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,857a 1 ,173

Continuity Correctionb ,390 1 ,532

Likelihood Ratio 2,619 1 ,106

Fisher's Exact Test ,483 ,280

Linear-by-Linear Association

1,786 1 ,181

N of Valid Cases 26

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,92.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 104: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

99

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Keluhan

MSDs 2 VAR = Tidak Berisiko

,500 ,335 ,746

N of Valid Cases 26

IMT 4 Variabel (Kurus, Normal, Gemuk, Obesitas)

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total

Tidak

Berisiko Berisiko

imt 4 var Kurus Count 4 2 6

% within imt 4 var

66,7% 33,3% 100,0%

normal Count 9 9 18

% within imt 4

var

50,0% 50,0% 100,0%

gemuk Count 1 1 2

% within imt 4 var

50,0% 50,0% 100,0%

Total Count 14 12 26

% within imt 4

var

53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square ,516a 2 ,773

Likelihood Ratio ,526 2 ,769

Linear-by-Linear

Association

,375 1 ,540

N of Valid Cases 26

Page 105: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

100

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,92.

Risk Estimate Value

Odds Ratio for imt 4 var

(Kurus / normal)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

d. Aktifitas fisik

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total Tidak

Berisiko Berisiko

AKTIFITAS FISIK 2

VAR

Aktifitas ringan Count 2 2 4

Expected Count 2,2 1,8 4,0

% within AKTIFITAS

FISIK 2 VAR

50,0% 50,0% 100,0%

Aktifitas berat Count 12 10 22

Expected Count 11,8 10,2 22,0

% within AKTIFITAS

FISIK 2 VAR

54,5% 45,5% 100,0%

Total Count 14 12 26

Expected Count 14,0 12,0 26,0

% within AKTIFITAS FISIK 2 VAR

53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,028a 1 ,867

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,028 1 ,867

Fisher's Exact Test 1,000 ,641

Linear-by-Linear Association

,027 1 ,869

N of Valid Cases 26

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,85.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

AKTIFITAS FISIK 2

VAR (Aktifitas ringan /

Aktifitas berat)

,833 ,099 7,027

Page 106: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

101

For cohort Keluhan

MSDs 2 VAR = Tidak

Berisiko

,917 ,320 2,624

For cohort Keluhan

MSDs 2 VAR = Berisiko

1,100 ,373 3,244

N of Valid Cases 26

e. Gerakan berulang

Crosstab

Keluhan MSDs 2

VAR

Total Tidak

Berisiko Berisiko

gerakan berulang Tidak Beresiko Count 2 0 2

Expected Count 1,1 ,9 2,0

% within gerakan

berulang

100,0% 0,0% 100,0%

Beresiko Count 12 12 24

Expected Count 12,9 11,1 24,0

% within gerakan

berulang

50,0% 50,0% 100,0%

Total Count 14 12 26

Expected Count 14,0 12,0 26,0

% within gerakan berulang

53,8% 46,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,857a 1 ,173

Continuity Correctionb ,390 1 ,532

Likelihood Ratio 2,619 1 ,106

Fisher's Exact Test ,483 ,280

Linear-by-Linear Association

1,786 1 ,181

N of Valid Cases 26

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,92.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 107: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

102

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Keluhan

MSDs 2 VAR = Tidak Berisiko

2,000 1,341 2,984

N of Valid Cases 26

Page 108: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

103

Page 109: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

104

Page 110: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

105

Page 111: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

106

Page 112: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

107

Page 113: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

108

FOTO PENELITIAN MSDS PT . IRON WIRE WORKS INDONESIA

(IWWI) 2018

Proses produksi : cutting bar

1. Cutting stamping : proses pemotongan dari coil to bar menggunakan dies. Oleh operator

2. Cutting stamping : proses pemotongan dari coil to bar menggunakan dies. Oleh operator

3. Cutting stamping : proses pemotongan dari coil to bar menggunakan dies. Oleh operator

4. Cutting saw : proses pemotongan dari bar to bar menggunakan pisau potong. Oleh operator

. 5.Cutting saw : proses pemotongan dari bar to bar menggunakan pisau potong. Oleh operator

6. cutting saw : proses pemotongan dari bar to bar menggunakan pisau potong. Oleh operator

Page 114: UNIVERSITAS ESA UNGGUL - tokopresentasi.com fileii universitas esa unggul faktor-faktor risiko ergonomi dengan keluhan subjektif musculoskeletal disorders (msds) pada operator cutting

109

7. Grinding : proses menghilangkan burry(sisi yang tajam) pada hasil pemotongan Oleh operator

8.Checking : proses pemisahan wire oke dan not good Oleh operator

9.Checking : proses pemisahan wire oke dan not good Oleh operator

10. pengisian kuesioner

11. pengamatan gerakan berulang