25
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1 VALUASI LINGKUNGAN A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Di dalam konsep ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan sumber daya alam dan lingkungan (economic value of ecosystem services) dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan terhadap human welfare. Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan fungsi sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual assessment terhadap dirinya sendiri. Berbeda dari konsep ekonomi, dari sisi ekologi misalnya, nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat produksi berbagai spesies ikan tertentu, ataupun fungsi ekologis lainnya. Demikian juga dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa saja sebagai pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan dalam memahami pentingnya suatu ekosistem. Oleh karenanya diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut adalah

Valuasi Lingkungan.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

    VALUASI LINGKUNGAN

    A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

    Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih

    dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber

    daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan

    langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau

    nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Di dalam konsep

    ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan

    dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan

    sumber daya alam dan lingkungan (economic value of ecosystem services)

    dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan

    terhadap human welfare.

    Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan

    jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda

    jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai

    akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai

    ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan fungsi

    sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan

    manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual

    assessment terhadap dirinya sendiri.

    Berbeda dari konsep ekonomi, dari sisi ekologi misalnya, nilai dari

    hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat

    produksi berbagai spesies ikan tertentu, ataupun fungsi ekologis lainnya.

    Demikian juga dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa saja sebagai

    pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan mengenai konsepsi

    nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan dalam memahami pentingnya suatu

    ekosistem. Oleh karenanya diperlukan suatu persepsi yang sama untuk

    penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan

    bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut adalah

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 2

    dengan memberikan price tag (harga) terhadap barang dan jasa yang

    dihasilkan dari sumberdaya dan lingkungan. Dengan demikian kita

    menggunakan apa yang disebut sebagai nilai ekonomi dari sumberdaya alam.

    Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran

    jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk

    memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut

    sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang

    dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan

    menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistim bisa di

    terjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari

    barang dan jasa. Sebagai contoh jika ekosistim pantai mengalami kerusakan

    akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur

    dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali

    ke aslinya atau mendekati aslinya.

    Memang benar diakui bahwa ada pula kelemahan dalam pengukuran

    keinginan membayar ini. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang

    dihasilkan dari sumberdaya alam dapat diukur nilainya karena

    diperdagangkan, sebagian lagi seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan,

    keaslian alam tidak diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui

    nilainya karena masyarakat tidak membayarnya secara langsung. Selain itu,

    karena masyarakat tidak familiar dengan cara pembayaran jasa seperti itu,

    keinginan membayar mereka juga sulit diketahui. Walaupun demikian, dalam

    pengukuran nilai sumberdaya alam tidak selalu bahwa nilai tersebut harus

    diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Yang diperlukan disini

    adalah pengukuran seberapa besar keinginan kemampuan membayar

    (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari

    sumberdaya. Sebaliknya bisa pula kita ukur dari sisi lain yakni seberapa besar

    masyarakat harus diberikan kompensasi untuk menerima pengorbanan atas

    hilangnya barang dan jasa dari sumberdaya dan lingkungan.

    Penggunaan secara legal maupun administratif paradigma ekonomi

    yang berfokus pada nilai pasar sebagai standard kompensasi pemerintah atas

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 3

    private property. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya 2 kesalahan dari

    paradigma pasar yang terjadi, yaitu kesalahan dalam asumsi market yang

    bersifat perfectly competitive dan perfectly mobile agents (masyarakat yang

    dapat dengan mudah berpindah).

    Tendensi menggunakan nilai dengan harga pasar tampaknya sudah

    sangat meluas tidak hanya dikalangan masyarakat tetapi juga dikalangan para

    ahli ekonomi. Hal ini tidak mengherankan karena memang menggunakan

    harga pasar adalah instrumen yang termudah dan menarik untuk menghitung

    nilai. Jika seseorang ingin menilai sesuatu, apakah itu untuk kepentingan

    legal, administrasi atau lainnya, tentu saja akan menjadi sederhana, jika nilai

    adalah sesuatu yang objektif dan robust, sesuatu yang tidak hipotetikal atau

    spekulatif, sesuatu yang tidak memerlukan banyak asumsi dan sesuatu yang

    tidak memerlukan teknik prosedur pengukuran yang kompleks, yang dapat

    menjadi sumber dari ketidakpastian.

    Sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) patut mendapatkan

    perhatian dan pemberian label value yang tepat dan dengan dua alasan :

    pertama adalah SDAL menyediakan manfaat tidak langsung dalam batasan

    yang luas, kedua aktivitas manusia telah menyumbangkan, dan masih

    menyumbangkan laju hilangnya biodiversity yang akan mengancam stabilitas

    dan keberlanjutan dari ekosistem sebagaimana juga penyediaan barang dan

    jasa yang dihasilkannya bagi kesejahteraan manusia itu sendiri. Hal ini yang

    menyebabkan semakin banyaknya studi mengenai rusak, hilang atau

    berkurangnya baik kualitas maupun kuantitas sumber daya alam dan

    lingkungan dan kaitannya dengan besaran kerugian secara moneter atas hal

    tersebut. Values/Nilai sumberdaya alam pada setiap pemanfaatan akan sangat

    tergantung pada kondisi dan distribusi dari property right dan tingkat

    kesejahteraan/ income masyarakatnya.

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 4

    B. Konsep Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

    Valuasi ekonomi terhadap manfaat dan dampak yang ditimbulkan

    dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan bagi

    pengambilan kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas. Dalam valuasi

    ekonomi sumberber daya alam dan lingkungan, manfaat dan dampak faktor

    yang perlu diperhatikan adalah determinasi manfaat dan dampak fisik dan

    valuasinya dalam aspek moneter. Penilaian manfaat dan dampak secara

    moneter harus berdasarkan pada penilaian yang tepat akan manfaat dan

    dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak yang ditimbulkan

    mengakibatkan perubahan produktivitas maupun perubahan kualitas

    lingkungan. Para ahli ekonomi telah mengembangkan metode valuasi untuk

    mengukur nilai dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama

    untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Penilaian ini dapat

    dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan.

    Nilai barang dan jasa lingkungan dapat dikategorikan menjadi (i)

    nilai yang digunakan (use value) dan (ii) nilai yang tidak digunakan/nilai

    yang terkandung di dalamnya/nilai intrinsik (non-use value). Option value

    didasarkan pada penilaian berapa besar kesediaan seseorang individu untuk

    membayar WTP (willingness to pay) dan atau berapa besar seseorang

    bersedia menerima ganti rugi WTA (willingness to accept) dari suatu pilihan

    melindungi lingkungan. Nilai intrinsik tidak diperoleh dari komoditi tersebut,

    tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan

    komoditas lain, misalnya komoditi yang terkait dengan alam dan lingkungan.

    Nilai yang diminta (bequest value) didasarkan pada pemahaman individu

    akan manfaat suatu sumberdaya di masa depan. Sedangkan nilai eksistensi

    (existence value) didasarkan pada pemahaman akan keberadaan/eksistensi

    sumberdaya tersebut.

    Sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem, yaitu

    lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk hidup

    dengan faktor-faktor alam. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam

    pada hakekatnya melakukan perubahan-perubahan di dalam ekosistem,

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 5

    sehingga perencanaan penggunaan sumberdaya alam dalam rangka proses

    pembangunan tidak dapat ditinjau secara terpisah, melainkan senantiasa

    dilakukan dalam hubungannya dengan ekosistem yang mendukungnya.

    Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat

    dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan

    manfaat lain, misalnya manfaat keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya

    manfaat dari sumberdaya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai.

    Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas

    untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai

    tinggi apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu

    yang memiliki gen tersebut. Dalam pandangan ecological economics, nilai

    (value) tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu tetapi juga

    terkait dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi.

    Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai

    kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam

    dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-

    pasar (non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat

    ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk

    mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

    sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi

    ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan

    penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal

    ini disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara

    konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi

    ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran

    masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan

    lingkungan.

    Menurut panduan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan

    (KNLH, 2007) adalah pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau

    seluruh potensi sumberdaya alam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.

    Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud adalah

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 6

    nilai ekonomi total (total net value), nilai pemulihan kerusakan/pencemaran

    serta pencegahan pencemaran/kerusakan.

    Bermacam-macam teknik yang dapat digunakan untuk

    mengkuantifikasi konsep nilai. Namun konsep dasar dalam penilaian

    ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan untuk membayar

    dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya.

    Menurut Suparmoko dan Maria (2000), nilai sumberdaya alam

    dibedakan atas nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) dan nilai

    tanpa penggunaan secara intrinsik melekat dalam aset sumberdaya alam

    (intrinsic value). Selanjutnya berdasarkan atas penggunaannya, nilai ekonomi

    suatu sumberdaya dapat dikelompokkan ke dalam nilai atas dasar penggunaan

    (use values) dan nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai intrinsik (non

    use values). Nilai penggunaan ada yang bersifat langsung (direct use values)

    dan nilai penggunaan tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan

    (option values). Sementara itu nilai penggunaan tidak langsung (non use

    values) dapat dibedakan atas nilai keberadaan (existence values) dan nilai

    warisan (bequest values). Nilai ekonomi total atau total economic value

    (TEV) diperoleh dari penjumlahan nilai atas dasar penggunaan dan nilai atas

    dasar penggunaan tidak.

    C. Manfaat Valuasi Ekonomi Lingkungan

    Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan

    lingkungan sangat penting dalam kebijakan pembangunan. Menurunnya

    kualitas sumberdaya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi,

    sebab kemampuan sumberdaya alam tersebut menyediakan barang dan jasa

    juga semakin berkurang, utamanya pada beberapa kasus sumberdaya alam

    yang tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible).

    Valuasi ekonomi diperlukan dalam memutuskan pilihan kebijakan

    pembangunan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dan lingkungan.

    Oleh karena itu, kuantifikasi manfaat (benefit) dan kerugian (cost) harus

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 7

    dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan

    memperhatikan aspek keadilan (fairness).

    Melihat manfaat valuasi ekonomi yang begitu penting dalam

    memutuskan pilihan kebijakan, maka yang perlu diketahui adalah hasil dari

    studi valuasi ekonomi sumberdaya alam umumnya tidak bersifat definitf dan

    tidak dapat ditransfer pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Artinya, hasil

    valuasi ekonomi sumberdaya lahan umumnya bersifat spesifik lokasi, karena

    umumnya didasarkan pada persepsi kelompok tertentu pada suatu tempat dan

    waktu tertentu, dan tidak valid secara universal. Oleh karena itu, sebelum

    melakukan valuasi ekonomi perlu diketahui tujuan dari kegiatan valuasi

    ekonomi tersebut dan kepada siapa hasilnya akan diperuntukkan. Jika tujuan

    valuasi ekonomi adalah untuk meyakinkan pengguna lahan (misalnya petani)

    akan pentingnya melaksanakan teknik konservasi tanah dan air pada lahan

    yang dimanfaatkan, maka valuasi ekonomi sebaiknya difokuskan pada

    konsekuensi langsung pada penggunaan lahan. Misalnya keuntungan

    ekonomi dan dampaknya pada erosi, runoff, penurunan kesuburan tanah.

    Sebaliknya jika valuasi ekonomi ditujukan untuk stakeholders yang lebih luas

    (misalnya pemerintah), maka valuasi ekonomi sumberdaya lahan harus

    dilakukan secara konprehensif dengan melibatkan variabel penelitian yang

    lebih besar, sehingga analisis datanya menjadi kompleks.

    D. Pendekatan Valuasi Ekonomi Lingkungan

    Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan

    perhitungan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Satuan moneter

    sebagai patokan pengukuran untuk semua hal merupakan ukuran kepuasan

    untuk suatu tindakan pengambilan keputusan. Tidak adanya pasar untuk

    produk lingkungan tertentu tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang atau

    jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat harus menggunakan satuan moneter. Tidak adanya

    pasar untuk produk tersebut membuat proses valuasi ekonomi menjadi sulit

    sehingga harus menggunakan berbagai teknik valuasi. Teknik dan cara yang

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 8

    beragam memerlukan pendekatan yang jelas agar tidak terjadi perhitungan

    ganda (double counting).

    Alasan pertama berkaitan dengan masalah kelangkaan sumberdaya

    alam. Masalah kelangkaan suatu sumberdaya alam atau jenis species tertentu

    akibat pembangunan akan memperoleh nilai moneter yang rendah. Alasan

    kedua dapat diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan

    seseorang untuk membayar bagi kepentingan perbaikan lingkungan.

    Perhitungan ini secara langsung menggambarkan fakta tentang preferensi

    lingkungan dari seseorang atau masyarakat. Demikian pula pada seseorang

    atau masyarakat yang merasa kehilangan manfaat lingkungan, yaitu

    keinginan untuk menerima kompensasi kerugian yang dialami. Selanjutnya

    alasan ketiga berkaitan dengan aspek decision making dalam pemanfaatan

    SDA dan lingkungan, dimana satuan moneter dapat digunakan sebagai salah

    satu indikator pengambilan keputusan.

    Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan secara

    umum dikelompokkan atas dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi

    permintaan (demand approach) dan pendekatan tidak menggunakan fungsi

    permintaan (non-demand approach). Pendekatan fungsi permintaan

    menggunakan empat metode, yaitu metode dampak produksi, metode respon

    dosis, metode pengeluaran preventif dan metode biaya pengganti. Sedangkan

    pendekatan selain fungsi permintaan juga menggunakan empat metode, yaitu

    metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode biaya properti

    dan metode biaya pengobatan.

    Adapun secara umum pengelompokkan atas dua pendekatan yaitu :

    1. Pendekatan fungsi permintaan, menggunakan metode sebagai berikut:

    a. Metode dampak produksi. Metode ini menghitung manfaat konservasi

    lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu

    kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran

    kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah

    untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani

    yang merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi.

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 9

    b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan

    kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap

    kegiatan ekonomi atau kepuasan konsumen, misalnya tingkat

    pencemaran air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air,

    menurunkan manfaat kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia

    dan sebagainya. Penurunan tingkat produksi dapat dihitung

    menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan

    (shadow price).

    c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas

    lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya

    yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari

    dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya

    pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau

    dataran tinggi.

    d. Metode biaya pengganti. Valuasi ekonomi dengan metode ini

    berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena

    penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya

    pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap

    pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka

    penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya

    pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan

    bakau dilaksanakan.

    2. Pendekatan selain fungsi permintaan menggunakan metode sebagai

    berikut:

    a. Metode valuasi kontingensi. Metode ini menentukan preferensi

    konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan

    mengemukakan kesanggupan untuk membayar WTP (willingnes to

    pay) yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan

    melakukan survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan

    manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA

    (willingnes to accept) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 10

    petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan

    lahan sawahnya. Metode valuasi kontingensi dengan metode survei

    WTP dan WTA telah banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan

    Mungatana, 1994; Rolfe et al, 2000; Othman, 2002)

    b. Metode biaya perjalanan. Metode ini mengestimasi kurva permintaan

    barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah

    semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan

    fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk

    rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya

    perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan

    masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan

    lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi

    kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan

    lingkungan, termasuk eksternalitas lahan pertanian.

    c. Metode nilai properti. Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa

    lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbdaan ini

    disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Selisih harga

    merupakan harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al. (2006)

    menyebut metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga

    kualitas lingkungan berdasarkan kesanggupan seseorang untuk

    membayar WTP (willingnes to pay) lahan atau komoditas lingkungan

    tersebut.

    d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan

    biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas lingkungan yang

    menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung secara langsung dan

    tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk pengeluaran biaya

    perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak

    langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang

    menderita sakit.

    Secara umum terdapat dua pendekatan teknik valuasi ekonomi, yaitu

    pendekatan langsung (direct) dan pendekatan tidak langsung (indirect).

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 11

    Pendekatan langsung yaitu menurunkan preferensi secara langsung dengan

    cara survei dan teknik-teknik percobaan (experimental tecniques).

    Masyarakat ditanya secara langsung tentang kekuatan preferensi mereka.

    Tabel 2.1

    Beberapa Metode Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

    Perilaku

    Masyarakat

    Pendekatan Pasar

    Pasar Konvensional Pasar Pengganti

    Berdasarkan

    Perilaku Aktual

    Perubahan produktivitas

    Kehilangan pendapatan

    Pengeluaran preventif

    Travel cost method

    Perbedaan upah (risk estimation)

    Nilai lahan & properti

    Metode perilaku pengeluaran

    Berdasarkan

    Perilaku Potensial

    Biaya pengganti

    Proyek bayangan Contingent Valuation

    Sebaliknya pendekatan tidak langsung, yaitu teknik-teknik yang

    menurunkan preferensi dari fakta atau informasi berdasarkan pasar yang

    diamati. Metode penilaian terhadap penggunaan sumberdaya lahan telah

    dipraktekkan pada berbagai negara. Metode tersebut dapat dikelompokkan

    menjadi tiga macam pendekatan:

    1. Pendekatan nilai pasar, menggunakan tiga macam metoda, yaitu:

    a. Metode perubahan produktivitas berangkat dari pemikiran bahwa

    pemanfaatan sumberdaya mempengaruhi produksi dan produktivitas.

    Perubahan produksi yang dihasilkan tentu akan mengubah perilaku

    pemanfaatannya, sehingga akan mengubah nilai dari sumberdaya

    tersebut. Menurut Grigalunas dan Congan (1995), pendekatan

    produktivitas sangat berguna apabila produk finalnya memiliki harga

    pasar dan informasi tentang aliran barang dan jasa cukup tersedia.

    b. Metode kehilangan pendapatan. Pendapatan yang hilang dapat

    diartikan sebagai biaya tidak langsung akibat berkurangnya mutu

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 12

    lingkungan, seperti memburuknya kesehatan, pemandangan yang

    hilang, berkurangnya kesuburan tanaman. Untuk menilai hal tersebut

    digunakan pendekatan kesediaan membayar (willingnes to pay) untuk

    mencapai kondisi yang lebih baik. metode yang secara langsung

    didasarkan pada pendekatan nilai pasar.

    c. Metode pengeluaran preventif adalah biaya yang diperlukan untuk

    mencegah terjadinya dampak lingkungan yang merugikan. Kerusakan

    lingkungan dinilai berdasarkan atas prinsip biaya dan manfaat,

    sehingga dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi suatu lingkungan adalah

    sekurang-kurangnya sama dengan biaya yang diperlukan untuk

    mencegah kerusakan lingkungan.

    2. Pendekatan nilai pasar barang pengganti, terdiri atas empat metode, yaitu:

    a. Metode harga properti, estimasi nilai ekonomi udara bersih dengan

    menghubungkan antara harga rumah dengan kualitas udara.

    b. Metode perbedaan upah (risk estimation); upah/gaji merupakan faktor

    determinan dari resiko kecelakaan.

    c. Travel Cost Metod; survei secara detail terhadap perjalanan kemudian

    dihitung jumlah biaya perjalanannya.

    d. Metode perilaku pengeluaran; survei pengeluaran rumahtangga

    terhadap masalah lingkungan.

    3. Pendekatan Contingent Valuation (CV), metode valuasi berdasarkan

    preferensi adalah untuk mengukur seberapa besar nilai suatu barang

    berdasarkan estimasi seseorang. CV juga merupakan suatu pendekatan

    untuk mengetahui seberapa nilai yang diberikan seseorang untuk

    memperoleh suatu barang (willingnes to pay) dan seberapa besar nilai

    yang diinginkan untuk melepas suatu barang (willingnes to accept).

    Pendekatan CV dilakukan untuk mengukur preferensi masyarakat dengan

    melakukan wawancara (Barton, 1994).

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 13

    CONTINGENT VALUATION METHOD

    (METODE VALUASI KONTINGENSI)

    A. Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Method, CVM)

    CVM (Contingent Valuation Method) merupakan metode penilaian

    lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian ini umumnya

    mengukur WTP atau WTA seseorang yang berkeinginan membayar atau

    menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan. Penilaian atas lingkungan

    dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni eksistensi, pilihan, dan nilai

    perkiraan. Nilai eksistensi merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan

    membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifik atau keindahan

    sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam

    tersebut. Nilai perkiraan merupakan nilai di mana masyarakat ikut serta dalam

    memelihara lingkungan. CVM (Contingent Valuation Method) akan

    menanyakan berapa keinginan masyarakat untuk membayar dalam

    keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan merupakan

    nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk mencegah

    kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka tidak pasti

    apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut lagi atau tidak.

    B. Tahap-Tahap Studi CVM (Contingent Valuation Method)

    Secara umum implementasi CVM dapat dipandang menjadi enam

    tahap pekerjaan, yaitu :

    1. Tahap Satu : Pembangunan Pasar Hipotetik

    Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa

    masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan

    dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa

    lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana

    mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus

    diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 14

    memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan

    masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula

    dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat

    untuk membayar.

    2. Tahap Dua : Penentuan Besarnya Penawaran

    Begitu kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan

    dengan wawancara secara langsung (tatap muka) dengan responden,

    melalui telepon, atau melalui e-mail. Wawancara melalui telepon

    sebaiknya merupakan alternatif terakhir karena penyampaian informasi

    benda lingkungan melalui telepon dinilai agak sulit, terutama karena

    keterbatasan waktu. Survai melalui surat sering digunakan, tetapi

    seringkali mengalami bias dari jawaban yang diterima. Wawancara dengan

    menggunakan petugas yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang

    memadai, tetapi perlu juga diwaspasdai bias yang mungkin terdapat pada

    petugas yang melaksanakan wawancara. Didalam kuisioner, setiap

    individu ditanya mengenai nilai uang yang bersedia dibayarkan (nilai

    WTP). Untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai melalui cara-cara

    sebagai berikut :

    a. Bidding game : Nilai tawaran mulai dari nilai terkecil diberikan

    kepada responden hingga mencapai nilai WTP (willingnes to pay)

    maksimum yang bersedia dibayarkan responden;

    b. Closed-ended referendum : Sebuah nilai tawaran tunggal diberikan

    kepada responden, baik untuk responden yang setuju ataupun yang

    tidak setuju dengan nilai tersebut (jawaban ya atau tidak);

    c. Payment Card (kartu pembayaran) : Suatu kisaran nilai disajikan

    pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran

    responden terhadap jasa publik yang diberikan;

    d. Open-ended question (pertanyaan terbuka). Setiap responden ditanya

    maksimum WTP (willingnes to pay) yang bersedia dibayarkan dengan

    tidak adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun dengan cara ini

    responden sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 15

    yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki pengalaman mengenai

    nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.

    3. Tahap Tiga : Pendugaan Besarnya Nilai WTP

    Setelah nilai tawaran WTP (willingnes to pay) didapatkan maka segera

    rata-rata nilai WTP dihitung. Ukuran pemusatan yang digunakan adalah

    nilai tengah dan/atau median. Nilai median tidak dipengaruhi oleh nilai

    tawaran ekstrim, namun hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan

    nilai tengah. Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan

    nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Variabel bebas

    yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendidikan

    (PD), Jumlah Anggota Keluarga (AK), tingkat pendapatan keluarga (Y),

    Pengeluaran rata-rata keluarga (PE), dan beberapa variabel yang mengukur

    kualitas air (Q).

    4. Tahap Empat : Perkiraan Rataan dan Nilai Tengah WTP

    Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah

    perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari

    WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata,

    maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh

    karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi

    oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu

    lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

    5. Tahap Lima : Penjumlahan Data

    Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran

    dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam

    penjumlahan data ditentukan oleh :

    a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk

    mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara

    signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki

    batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru

    tersebut.

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 16

    b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh

    dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N,

    meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat

    pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke

    dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi , dapat diturunkan

    dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva

    penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.

    c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat.

    Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap

    kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang,

    masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi

    saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana

    adanya implikasi discounting.

    6. Tahap Enam : Evaluasi Penggunaan CVM

    Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah

    berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki protest bid yang terlalu

    tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar

    hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap

    barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik

    yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan.

    Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan

    menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan

    permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana

    gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang

    dihasilkan pada studi yang lain.

    C. Kelebihan CVM (Contingent Valuation Method)

    Salah satu kelebihan CVM (Contingent Valuation Method) atas

    teknik valuasi yang lain adalah kapasitas CVM (Contingent Valuation

    Method) yang dapat menduga nilai bukan manfaat (non-use value).

    Responden juga dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 17

    pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara.

    Hal ini memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non

    pengguna secara terpisah. Hal-hal yang harus diperhatikan agar studi CVM

    (Contingent Valuation Method) dapat berjalan dengan baik :

    1. Pasar hipotetis yang dibangun harus kredibel dan realistis.

    2. Jenis pembayaran atau ukuran kesejahteraan yang digunakan jangan

    sampai menimbulkan kontroversi dan harus bersifat netral.

    3. Responden harus diberikan informasi yang memadai perihal sumberdaya

    yang ditanyakan.

    4. Idealnya, responden sudah familiar dengan sumberdaya (benda

    lingkungan) yang ditanyakan serta memiliki pengalaman mengenai nilai

    perdagangan benda lingkungan tersebut.

    5. Jika memungkinkan, ukuran WTP (willingnes to pay) seharusnya

    dikemukakan karena responden sering mengalami kesulitan untuk

    menduga nilai uang suatu sumberdaya.

    6. Sampel (responden) seharusnya memiliki ukuran cukup besar agar

    memiliki tingkat kepercayaan yang memadai.

    7. Sebaiknya diketahui dengan pasti, apakah sampel terpilih memiliki

    karakteristik yang sama dengan seluruh anggota populasi, sehingga dapat

    diputuskan apakah perlu atau tidak melakukan penyesuaian-penyesuaian

    yang diperlukan.

    D. Kelemahan CVM (Contingent Valuation Method)

    Kelemahan yang harus diantisipasi dalam studi CVM (Contingent

    Valuation Method )adalah adanya bias. Studi CVM (Contingent Valuation

    Method ) dikatakan mengalami bias jika nilai WTP (willingnes to pay) yang

    dihasilkan dalam studi CVM (Contingent Valuation Method ) lebih rendah

    atau lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias ini dapat terjadi oleh beberapa

    sebab, yaitu bias strategi (strategic bias), bias rancangan (design bias), bias

    mental account (mental account bias), dan kesalahan pasar hipotetis

    (hypothetical market error).

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 18

    a. Bias Strategi

    Bias strategi terjadi karena latar belakang benda lingkungan yang bersifat

    non - excludability dalam pemanfaatannya , sehingga hal ini akan

    mendorong terciptanya responden yang bertindak sebagai free rider.

    Ada kemungkinan seorang responden mengatakan suatu nilai WTP yang

    relatif kecil untuk mendukung upaya peningkatan kualitas lingkungan

    (kesejahteraan) karena merasa bahwa dia dapat menggantungkan kegiatan

    peningkatan kualitas lingkungan tersebut kepada responden yang bersedia

    membayar dengan harga tinggi.

    Alternatif untuk mengurangi bias strategi adalah melalui penjelasan bahwa

    semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata, atau penekanan sifat

    hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk

    memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell and Carson (1989) dalam

    Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk

    meminimalkan bias strategi, yaitu :

    Menghilangkan seluruh pencilan (outlier)

    Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat

    dijamin

    Menyembunyikan nilai tawaran responden lain

    Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.

    b. Bias Rancangan (Design Bias)

    Rancangan studi CVM (Contingent Valuation Method) mencakup cara

    informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan

    jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal

    dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah :

    a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan

    dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya jenis tawaran

    yang diberikan dalam bentuk tiket masuk tempat rekreasi akan

    menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk

    trust fund. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 19

    jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau

    karena kebijakan tiket masuk merupakan kebijakan fiskal yang kurang

    populer di masyarakat.

    b) Bias Titik Awal (Starting Point Bias). Pada bidding games titik awal

    yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran

    (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketergesa-

    gesaan responden ketika mengisi kuisioner atau karena titik awal yang

    mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera

    responden (disukai responden karena responden tidak memiliki

    pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang

    dipermasalahkan).

    c) Sifat informasi yang disampaikan (nature of information provided).

    Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi

    benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan

    bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis

    maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survai.

    Informasi yang memperbaiki pengetahuan responden mengenai

    karakteristik benda lingkungan yang dinilai dapat dipandang sebagai

    penyampaian informasi sebuah keputusan konsumsi. Sedangkan

    informasi yang dapat merubah preferensi responden dapat dipandang

    menciptakan sebuah bias.

    c. Bias Mental Account (Bias yang Berhubungan dengan Kondisi

    Kejiawaan Responden)

    Isu ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang

    individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan

    waktunya dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode

    waktu tertentu. Contoh terjadinya bias mental account dapat diilustrasikan

    sebagai berikut: katakanlah budget total yang dimiliki seorang individu

    untuk pelestarian spesies hewan sepenuhnya dibelanjakan pada pelestarian

    harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Namun individu tersebut

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 20

    peduli juga pada pelestarian spesies hewan lain dan menyatakan bersedia

    pula mengeluarkan uangnya untuk kegiatan pelestarian spesies hewan lain

    tersebut, padahal seluruh anggaran untuk lingkungan yang dimilikinya

    sudah dihabiskan untuk pelestarian harimau sumatera. Pada kondisi ini

    telah terjadi bias mental account dan nilai WTP (willingnes to pay) yang

    dinyatakan individu lebih tinggi dari nilai sesungguhnya.

    d. Kesalahan Pasar Hipotetis (Hypothetical Market Error)

    Kesalahan pasar hipotetis terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada

    responden didalam pasar hipotetis membuat tanggapan responden berbeda

    dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP (willingnes to

    pay) yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. Dalam

    hal ini kesalahan pasar hipotetis akan mengarahkan kepada terjadinya

    suatu pernyataan nilai WTP yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai

    sesungguhnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena studi CVM

    (Contingent Valuation Method) tidak berhadapan dengan perdagangan

    aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetis yang

    didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku.

    Terjadinya bias pasar hipotetis bergantung pada :

    1) Bagaimana pertanyaan. disampaikan ketika melaksanakan survai;

    2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetis akan terjadi

    3) Bagaimana format WTP (willingnes to pay) yang digunakan.

    E. Unsur-Unsur Yang Penting Dalam Kuesioner CV (Contingent Valuation)

    Instrumen survei CV (contingent valuation) mempunyai tiga bagian

    dasar, yakni :

    1. Deskripsi hipotetis kondisi barang atau jasa yang ditawarkan disajikan

    kepada responden. Deskripsi ini menyajikan informasi yang cukup kepada

    responden agar mempertimbangkan secara hati-hati barang atau jasa yang

    ditawarkan atau diusulkan. Dalam wawancara perorangan, gambar dan

    diagram sering dipakai untuk menyampaikan informasi kepada responden.

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 21

    Pada umumnya, deskripsi barang atau jasa yang dinilai sebaiknya

    mencakup informasi sebagai berikut :

    a. Kapan jasa itu tersedia ?

    b. Berapakah yang akan dibayar responden?

    c. Berapakah jumlah yang akan membayar?

    d. Lembaga-lembaga apa saja yang bertanggung jawab dalam memberikan

    jasa yang ditawarkan ?

    e. Kualitas dan keandalan barang dan jasa yang ditawarkan.

    f. Pendesain survei memberikan responden dengan informasi yang cukup

    untuk membuat keputusan yang layak dan tidak membebani responden

    dengan informasi berlebih yang akan membuat mereka bosan,

    terganggu dan bingung.

    2. Responden ditanyakan satu atau lebih pertanyaan, yang berupa pertanyaan-

    pertanyaan berapa banyak seorang individu akan membayar jasa itu

    (WTP), atau seberapa jauh ia akan menerima kompensasi untuk

    menanggung kerugian (WTA). Dalam studi contingent behaviour,

    responden ditanyakan bagaimana mereka merubah perilaku mereka akibat

    respon terhadap perubahan hipotetis dalam barang dan jasa. Respon-

    respon mereka kemudian digunakan dalam model ekonometrik untuk

    menduga keinginan mereka dalam membayar perubahan yang

    digambarkan. Responden juga ditanyakan apakah mereka akan

    memberikan poll (suara) terhadap proposal yang dapat menyediakan

    barang publik pada harga yang ditentukan.

    3. Instrumen survei CV biasanya mencakup serangkaian pertanyaan tentang

    karakteristik sosial ekonomi dan demografi responden serta keluarganya.

    Data-data ini diperoleh untuk mengkaitkan jawaban responden dengan

    pertanyaan-pertanyaan valuasi terhadap karakteristik lain dari responden.

    Informasi-informasi dikumpulkan berdasarkan pengetahuan responden,

    sikap (attitudes), dan praktek-praktek yang berhubungan dengan barang

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 22

    atau jasa yang serupa atau berkaitan dengan apa yang ditawarkan dalam

    skenario pasar hipotetis. Rangkaian bagian-bagian dalam kuesioner

    tergantung pada lingkungan sosial dan budaya tertentu.

    F. Pengaruh Valuasi Ekonomi Dengan Contingent Valuation Method (CVM)

    Dalam meminimalisir Dampak Lingkungan

    Pendekatan valuasi ekonomi lingkungan dengan Contingent

    Valuation Method (CVM) adalah pendekatan yg tepat untuk memperkirakan

    kebersediaan membayar disebut metode Contingent Valuation didasarkan

    pada ide sederhana bahwa jika kita ingin mengetahui berapa nilai yang

    bersedia dikeluarkan oleh orang untuk mencapai kondisi lingkungan tertentu,

    kita dapat menanyakannya kepada mereka. Metode ini disebut contingent

    valuation karena metode ini mencoba mendorong orang untuk mengungkapkan

    apa yangakan mereka lakukan jika ditempatkan pada kondisi

    contingent tertentu.

    Kini telah berkembang berbagai cara valuasi ekonomi dampak

    lingkungan ditemukan dalam literatur ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

    Dalam hal ini terdapat jenis pendekatan penilaian ekonomis :

    1. Impact analysis : nilai ekonomi dilihat dari dampak akibat adanya aktivitas

    tertentu.

    2. Partial analysis : dengan menetapkan 2 atau lebih alternatif pilihan

    pemanfaatan ekosistem.

    3. Total valuation : untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah

    ekosistem tertentu kepada masyarakat.

    Nilai Ekonomi adalah penjumlahan WTP dari banyak individuWTP

    ini merefleksikan preferensi individu. Seperti dalam hal barang pasar swasta,

    fitur umum dari semua metode penilaian ekonomi barang dan jasalingkungan

    adalah bahwa mereka yang didirikan pada aksioma-aksioma teoridan prinsip-

    prinsip ekonomi kesejahteraan. Ini langkah-langkah perubahankesejahteraan

    yang tercermin dalam rakyat kesediaan membayar (WTP) ataukesediaan

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 23

    untuk menerima (WTA) kompensasi untuk perubahan tingkatpenggunaan

    barang tertentu atau jasa.

    Langkah Kegiatan Valuasi Ekonomi dampak lingkungan :

    1. Pemilihan pendekatan nilai ekonomi yang sesuai dengan tujuan studi.

    2. Mendefinisikan areal dari kegiatan amdal yang akan dianalisis, batas-batas

    khusus dari ekosistem dengan areal sekitarnya.

    3. Mengidentifikasi segenap komponen, fungsi dan atribut dari ruang lingkup

    kegiatan amdal serta menyusunnya dalam tingkatanberdasarkan derajat

    kepentingannya.

    4. Menyusun klasifikasi segenap fungsi dan manfaat kegiatan amdal kedalam

    berbagai tipe penggunaan ekosistem yang akan dimanfaatkan(use value and

    non-use value)

    5. Mengidentifikasi informasi dan data yang diperlukan sekaligus metode

    pengumpulannya.

    6. Menganalisis segenap informasi dan data yang sudah dikumpulkan dalam

    rangka kuantifikasi nilai ekonomi kegiatan amdal.

    7. Mengimplementasikan metode penilaian yang tepat yaitu

    denganmenggunakan metode Cost Benefit Analysis.

    G. Contoh Penerapan Contingent Valuation Method

    1. Masyarakat hilir menyadari bahwa terjadinya banjir yang secara rutin

    melanda wilayah mereka sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan

    di wilayah hulu. Untuk itu masyarakat ditanya tentang respon mereka

    terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan di wilayah hulu.

    Pertanyaan Penawaran WTP:

    Apakah setuju bahwa lahan pertanian khususnya sawah mempunyai

    fungsi lingkungan dalam pengendalian banjir dan erosi.

    Apakah responden bersedia membayar untuk memperbaiki kualitas

    lingkungan hulu

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 24

    Jika ya, kemukakan nilai pilihan WTP (mulai dari terendah), lalu

    lakukan penawaran (bidding).

    Tingkatkan penawaran sekitar 10% atau lebih. Misalnya dari nilai awal

    Rp 5.000 menjadi Rp 5.500. jika masih bersedia membayar, tingkatkan

    lagi nilainya menjadi Rp 6.000 dan seterusnya.

    Jika responden sudah menyatakan tidak bersedia lagi membayar, maka

    nilai penawaran tertinggilah merupakan nilai WTP dari responden

    tersebut.

    Pada prinsipnya pendekatan WTA (Willingness to accept) sama dengan

    WTP, tetapi respondennya adalah masyarakat yang menyediakan atau

    menghasilkan jasa lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui seberapa

    besar petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan

    mempertahankan lahan pertaniannya.

    2.Apakah responden bersedia menerima bantuan pembayaran untuk tetap

    mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya. Misalnya biaya

    pembuatan teras bangku. Biaya pembuatan teras bangku di lokasi

    penelitian adalah Rp 3,5 5,5 juta/ha. Tingkat penawaran mulai dari 50%

    nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu diturunkan atau dinaikkan sesuai

    dengan respon awal petani. Misalnya biaya pembuatan teras menurut

    petani Rp 1.000.000 (luas lahan 0,25 ha), terdiri dari biaya TK

    Rp 600.000, biaya bahan Rp 250.000 dan peralatan Rp 150.000

    Pertanyaan Penawaran WTA:

    Biaya Tenaga Kerja Rp 300.000

    Jika responnya bersedia menerima, maka turunkan sekitar 10% atau

    lebih menjadi Rp 275.00, lalu Rp 250.000, lalu Rp 225.000, dst sampai

    responden menyatakan tidak bersedia menerima jumlah tersebut.

    Jika responnya tidak bersedia menerima, maka naikkan sekitar 10%

    atau lebih menjadi Rp 325.000, lalu Rp 350.000, lalu Rp 375.000, atau

    Rp 400.000 dst, sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai

    tersebut.

  • Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 25

    Bahan Rp 100.000; jika responnya masih bersedia, turunkan sekitar

    10% seperti cara di atas sampai responden menyatakan tidak bersedia

    menerima nilai tersebut. Namun jika responden tidak bersedia

    menerima, naikkan nilai tersebut sekitar 10% sampai responden

    menyatakan bersedia menerima nilai bantuan tersebut.

    Peralatan Rp 50.000 (caranya sama dengan di atas).