Upload
vanminh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
VIDEO DOKUMENTER TENTANG KESENIAN TARI TOPENG LENGGER DESA
WISATA GIYANTI KABUPATEN WONOSOBO
Naskah Publikasi
Disusun oleh
Puguh Febri Prabowo
08.12.3036
Kepada
JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
2012
VIDEO DOCUMENTARY ABOUT THA ART OF DANCE MASKS LENGGER RURAL
TOURISM DISTRICT GIYANTI WONOSOBO
VIDEO DOKUMENTER TENTANG KESENIAN TARI TOPENG LENGGER DESA WISATA GIYANTI KABUPATEN WONOSOBO
Puguh Febri Prabowo
Jurusan Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta
ABSTRACT
With the presence of computer technology as well as the growing multimedia provides exceptional benefits to the development of the media information. This technology can be utilized in various fields, among them is to keep and preserve traditional arts.
Traditional art talk, won't be off with the name and content of moral ethics in it and also how to keep traditional art continues to be the preserved. Now the local government and the traditional arts artists very difficulty to keep sustainability as well as introducing the arts especially traditional mask dance arts Lengger tourism village of Giyanti to society, because they tend to prefer the modern entertainment and forget about the traditional art that should have kept preserved. One cause is still the lack of promotional media or film/video documentary that delves into the sides of interest from arts Lengger mask dance. With his video documentary of this, I hope to assist local governments and traditional artists in popularizing art mask dance Lengger tourism village of Giyanti especially to young people should feel proud of the area has a traditional art that has been around since then and can be used as well as media campaigns for increasing the number of tourists visiting the tourist villages of Giyanti. Software used to create this Documentary Video, among other things: Adobe Premiere, Adobe Audition. Keywords : Media Promotion, The Dance Masks, Lengger, Rural Tourism District Giyanti, Video Documenter.
.
1. Pendahuluan
Video Dokumenter merupakan salah satu penemuan untuk mengatasi kegelisahan
orang atas hilangnya pengalaman visual. Karena peristiwa berlalu dengan sangat cepat
maka orang sering membuat ikon atau tiruan dari kenangan tersebut.
Kenyataannya selalu ada kesenjangan antara visual yang dibuat kamera dengan
kondisi nyata. Kesenjangan ini menjadi sangat komplek dikarenakan ada gambar, suara,
warna, dan faktor lain yang tergambarkan yang tidak sesuai aslinya, sehingga semakin
jauh dari realita. Citra visual yang dilihat dapat ditangkap atau diolah sebagai dokumen
arsip yang disimpan menjadi data agar pada suatu masa dapat digunakan untuk
mengenang obyek tersebut. Narasumber-narasumber yang berperan langsung sebagai
tokoh dan menyampaikan hal-hal yang dia ketahui ataupun hal-hal yang dia alami.
Salah satu yang penulis angkat kali ini adalah Kesenian Tari Topeng Lengger di
Desa Wisata Giyanti Kabupaten Wonosobo. Tarian Topeng Lengger termasuk tarian
tradisional yang hampir satu abad diperkenalkan di Jawa Tengah.
Pembuatan Video dokumenter Kesenian Tari Topeng Lengger merupakan salah
satu pendukung promosi yang dapat diperhitungkan, karena wujudnya berupa audio dan
visual. Data yang dianalisis berupa data primer dan data sekunder mengenai Kesenian
Tari Topeng Lengger. Analisis ini data ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
membuat video dokumenter.
Diharapkan dengan adanya data-data yang disiapkan dan penelitian dengan model
procedural yang bersifat deskriptif, dapat menunjang tercapainya pembuatan video
dokumenter ini. Dengan demikian informasi yang ada dapat tersampaikan dengan tepat
melalui video dokumenter Kesenian Tari Topeng Lengger Desa Wisata Giyanti.
2. Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Melihat dari sejumlah judul dan tema yang hampir sama pada beberapa karya
skripsi khususnya Program Studi Sistem Informasi, penulis berusaha memberikan
informasi tentang perbedaan dan persamaan yang ada. Dengan salah satu contoh film
dokumenter yang berjudul The Lazarus Effect yang di buat oleh RED (Komunitas yang
membantu penderita aids di Afrika melalui organisasi The Global Fund).
2.2 Pengertian Multimedia
Multimedia adalah media dan konten dimana merupakan kombinasi dari berbagai
bentuk elemen. Multimedia mencakup beberapa unsur elemen yaitu unsur teks, suara,
gambar, animasi, dan video. Multimedia biasa ditampilkan atau diakses dengan
perangkat pengolahan informasi, seperti komputer dan perangkat elektronik, tetapi juga
dapat menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan secara langsung.
2.3 Pengertian Video Dokumenter
Video dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan
rekaman kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya
berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan.
2.3.1 Unsur Visual
1. Observasionalisme reaktif : pembuatan film dokumenter dengan bahan
yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan.
2. Observasionalisme proaktif : pembuatan film dokumenter dengan memilih
materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya
oleh pengarah kamera atau sutradara.
3. Mode ilustratif : pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha
menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator
(yang direkam suaranya sebagai voice over).
4. Mode asosiatif : pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha
menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara.
2.3.2 Unsur Verbal
1. Overhead exchange : rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih
yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung.
2. Kesaksian : rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang
diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang
berhubungan dengan subyek dokumenter.
3. Eksposisi : penggunaan suara atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen-argumennya.
2.4 Peralatan Yang Digunakan Dalam pembuatan sebuah video atau film tentunya haruslah di dukung dengan
beberapa peralatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tema yang akan
dibuat. Berikut ini adalah beberapa alat yang biasa dipergunakan dalam pembuatan film
antara lain :
2.4.1 Tas Peralatan 2.4.2 Audio Mixers 2.4.3 Kabel Koneksi 2.4.4 Kartu Capture Grafis 2.4.5 Media CD 2.4.6 Perangkat Pengganda CD, DVD, Blue-Ray Disc 2.4.7 Hardisk 2.4.8 Komputer 2.4.9 Kamera Foto Dan Video
2.4.10 Headphone 2.4.11 Lensa Kamera
2.4.12 Lampu 2.4.13 Mikropon 2.4.14 Monitor 2.4.15 Perangkat Lunak Editing 2.4.16 Musik SFX Libraries 2.4.17 Speaker 2.4.18 Media Penyimpanan Data Removable 2.4.19 Tripod 2.4.20 Video Mixer
2.5 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Video dokumentasi, merupakan salah satu dari berbagai jenis video yang dibuat
oleh suatu rumah produksi maupun kalangan komunitas untuk kepentingan seluruh
khalayak sebagai alat penyebaran informasi, alat berbagi pengetahuan, alat bantu
pendidikan, serta alat pengungkap segala persoalan dan permasalahan yang ada di
masyarakat.Berikut adalah beberapa komponen sumber daya manusia yang ada dalam
sebuah pembuatan film maupun video.
2.5.1 Eksekutif Produser Dan Produser 2.5.2 Sutradara 2.5.3 Unit Manager 2.5.4 Manager Lokasi 2.5.5 Talent Koordinator 2.5.6 Pencatat Adegan 2.5.7 Storyboard Artist 2.5.8 DOP (Director Of Photograpy) 2.5.9 Claper Loader 2.5.10 Penata Artistik 2.5.11 Penata Rias 2.5.12 Penata Busana 2.5.13 Editor
2.6 Jenis Shoot Dan Gerakan Kamera
Dalam sebuah produksi ada berbagai macam teknik dalam shoot dan gerakan
kamera, antara lain :
2.6.1 Jenis Shoot
Teknik atau jenis shoot dalam pembuatan video maupun film ada
bermacam-macam antara lain sebagai berikut :
2.6.1.1 Close Up 2.6.1.2 Ekstreme Close Up 2.6.1.3 Medium Shoot 2.6.1.4 Long Shoot 2.6.1.5 Very Long Shoot 2.6.1.6 Two Shoot Dan Group Shoot
2.6.1.7 Cut Dan Cut Away 2.6.1.8 Point Of View 2.6.1.9 Interior Dan Eksterior
2.6.2 Jenis Gerakan Kamera
Pada umumnya gerakan kamera yang sering digunakan terdiri dari
empat gerakan, yaitu :
2.6.2.1 PAN (Panning)
Jenis-jenis Panning antara lain :
2.6.2.1.1 Following Pan
2.6.2.1.2 Survening Pan
2.6.2.1.3 Kecepatan Panning 2.6.2.1.4 Whipe Pan
2.6.2.2 Crabbing
2.6.2.3 Tracking / Dollying
2.6.2.4 Tilting 2.7 Sistem Televisi Global
Dalam dunia broadcasting terdapat beberapa standar yang berlaku pada setiap
negara dan ini juga berlaku dan berpengaruh terhadap proses pembuatan video
dokumenter. Semakin besar frame rate, semakin halus gerakan yang ditampilkan, sistem
tersebut antara lain :
2.7.1 Sistem NTSC
2.7.2 Sistem PAL
2.7.3 Sistem SECAM ( Sequential Color o'memoeire ) 2.7.4 Sistem HDTV
2.8 Software Dalam Pembuatan Video Dokumenter
Aplikasi yang digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini adalah adobe
premier. Software ini merupakan software video editing yang memiliki kemudahan serta
fasilitas tool yang dapat digunakan oleh professional maupun pemula. Kemampuan
membuat beberapa efek film, musik dan kemampuan import file berupa AVI, MP3, MPEG
dan lainnya merupakan nilai lebih dari software ini.
3. ANALISIS DAN PERANCANGAN VIDEO
3.1 Tinjauan Umum Wonosobo terkenal dengan kota penghasil buah langka Carica dan memiliki
makanan khas yaitu mie ongklok, tempe kemul, opak singkong, keripik jamur dan lain
sebagainya, Wonosobo juga mempunyai dataran tinggi yang terkenal yaitu dataran tinggi
Dieng Kabupaten Wonosobo terletak di Provinsi Jawa Tengah, Selain memiliki berbagai
makanan khas daerah dan keunikan lainnya, wonosobo juga mempunyai
keanekaragaman budaya yang sampai saat ini masih dijaga kelestariannya yang
tersebar di berbagai kecamatan salah satunya adalah Desa Giyanti.
Berdasarkan nama tariannya orang sudah bisa menerka bahwa tarian ini
menggunakan topeng. Tapi siapa yang menyangka bila penarinya yang berpakaian
tradisional wanita ini ternyata pria. Ternyata keberadaan pria dalam tari ini memiliki
filosofi dan tujuan tertentu. Tarian Topeng Lengger termasuk tarian tradisional yang
hampir satu abad diperkenalkan di Jawa Tengah. Awalnya tarian ini dirintis di Dusun
Giyanti oleh tokoh kesenian tradisional dari Desa Kecis, Kecamatan Selomerto yaitu
Bapak Gondhowinangun pada tahun 1910.
Gambar Peta Kab. Wonosobo
Selanjutnya sekitar tahun 60-an tarian ini dikembangkan lagi oleh Alm. Ki Hadi
Soewarno. Pengembangan ini yang membuat tari Topeng Lengger terlihat lebih atraktif
dibanding gaya tari Solo atau Yogya yang halus, bahkan cenderung tampak seperti gaya
tari Jawa Timur karena konon versi ceritanya berasal dari Kerajaan Kediri. Menurut tokoh
dan seniman Desa Giyanti, Lengger berasal dari Bahasa Jawa "elinga ngger" yang
berarti, "ingatlah nak". Tari ini untuk memberi pesan agar setiap orang harus selalu ingat
kepada Sang Pencipta dan berbuat baik kepada sesama.
Menurut kisahnya, tari ini berawal ketika Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya,
Dewi Sekartaji, mengadakan sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun
yang bisa menemukan sang putri. Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang
putri dan jika wanita maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak
ksatria ini akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun
yang menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi,
Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri
kabur karena sang raja menjodohkannya.
Gambar Penari Tari Topeng Lengger
Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya
menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain.
Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita
dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari ini
mendapat sambutan yang meriah.Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari kata
ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar).
Hingga di suatu desa, tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi
Sekartaji dari persembunyiannya. Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga
telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang
disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi
sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.
Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada
raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam
pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil
menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji
menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger.
Gambar 3.4 Berbagai Varian Topeng
Lengger yang pada jaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger
(penari yang mengundang keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-
kerajaan Islam mulai berdiri. Adalah Sunan Kali Jaga yang merupakan tokoh wali yang
sangat cinta terhadap seni yang membawakan Tari Lengger sebagai Syiar Islam.
Tari Lengger yang dalam perkembangannya sempat berkonotasi negatif karena
mulai dikemas untuk memancing syahwat dan penontonnya pun biasa menikmati tarian
ini sambil mabuk. "Melihat kondisi ini Sunan Kalijaga menyamar sebagai Ronggeng yang
memakai topeng dan menari Lengger, namun ketika penonton sudah terbuai, maka
Sunan Kalijaga melepas topengnya. "Dengan cara ini Sunan Kalijaga mengajarkan budi
pekerti, dan Tari Lengger yang tadinya negatif menjadi sarana dakwah sehingga Lengger
sampai saat ini dikenal dengan sebutan "elinga ngger" sebuah tarian yang mengajarkan
untuk ingat kepada Tuhan.
Tari Topeng Lengger terus bertahan sampai saat ini, tarian ini biasa ditarikan oleh
dua orang, yang pria memakai topeng dan yang wanita memakan pakaian tradisional
kebesaran layaknya putri Jawa pada masa lampau. Penari menarikan ini sekitar 10 menit
dengan diiringi dengan alunan musik gambang, saron, kendang, gong, dan sebagainya.
Gambar Salah Satu Pementasan Mengagumkan Tari Topeng Lengger
Saat ini Tari Lengger biasa dipentaskan setiap ada acara hajatan, hari besar,
syukuran, dan pesta rakyat lainnya.Bahkan untuk lebih diminati masyarakat, Tari Lengger
juga bisa menyajikan atraksi yang berbau magis seperti kuda lumping tergantung
keinginan pemesan.
3.2 Analisis Perencanaan Konsep
Maksud dan tujuan adalah menyimpulkan suatu permasalahan dan mencari solusi
guna memperlancar proses produksi itu sendiri. Beberapa masalah yang mungkin
dihadapi nantinya adalah sebagai berikut:
3.2.1 Riset
Ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum proses penulisan dan
pembuatan video documenter. Beberapa persiapan tersebut antara lain:
3.2.1.1 Observasi
3.2.1.2 Survey Lapangan
3.2.1.3 Wawancara
3.3 Analisis SWOT (Streght, Weak, Oportunity, Treat)
Metode dalam menganalisa masalah yang ada dalam skripsi ini menggunakan
analisis SWOT, dimana titik letak kelebihan dan kekurangannya dapat secara nyata
dijelaskan dengan kondisi sebenarnya.
3.4 Analisis Sistem
Beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan tentunya ada pada alat dan jumlah
personil yang dibutuhkan. Sedangkan untuk personil yang dibutuhkan terbatas pada
jumlah yang ada. Penulis mencoba menangkap beberapa posisi tanggung jawab dari
seorang cameramen, sutradara, editing, produser dan lainnya. Untuk kekurangannya,
penulis dibantu kru yang lain.
3.5 Identifikasi Masalah
Inti permasalahan yang ada pada kesenian tari topeng lengger Giyanti adalah:
1. Belum adanya media promosi untuk khalayak luas bahwa Kesenian Tari
Topeng Lengger Giyanti sangatlah menarik.
2. Tari Topeng Lengger Giyanti adalah kesenian adat yang perlu dilestarikan
dan di jaga oleh masyarakat maupun pemerintah setempat.
3. Meluruskan pendapat masyarakat bahwa Tari Topeng Lengger Giyanti
bukanlah pertunjukkan untuk memancing syahwat penonton.
3.6 Perencanaan Biaya Pembuatan
Tidak ada dalam sebuah sistem maupun proyek yang gratis, bahkan tidak ada
yang gratis dalam usaha bisnis entertainment. Maka, proses pembuatan video
dokumenter ini pastilah membutuhkan biaya, estimasi biaya tersebut antara lain:
1. Sewa kamera handycam Rp. 300.000
2. Kaset mini DV (@ Rp. 40.000 x 2 buah) Rp. 80.000
3. Bahan bakar kendaraan (@ Rp. 5.000 x 2 liter) Rp. 10.000
4. Makan pagi (@ Rp. 10.000 x 3 orang) Rp. 30.000
5. Makan siang (@ Rp. 10.000 x 3 orang) Rp. 30.000
6. Pembuatan izin dan lain-lain Rp. 25.000
7. DVD Finishing Editing (@ Rp. 5.000 x 4 keping) Rp. 20.000
3.7 Pra-Produksi
Sebelum membuat sebuah Video, langkah yang perlu ditentukan yaitu tujuan
pembuatan video itu sendiri. Hanya hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran dan
pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Selanjutnya
mengembangkan naskah kedalam program video siap pakai melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
3.7.1 Persiapan Awal
Tahap I - Menyiapkan seluruh skenario yang akan dituangkan dalam video tersebut. Skenario ini dibuat berdasarkan dari realita yang ada dalam kesenian tari topeng lengger tersebut. - Cerita bermula dari Tugu Selamat Datang Kota Wonosobo, karena penulis ingin menegaskan bahwa pembuatan video ini berada
di Kab. Wonosobo.
- Perjalanan berikutnya akan disuguhi suasana kota di Kab. Wonosobo seperti Taman kota dan Alun-alun. - Esok paginya perjalanan menuju Desa Wisata Giyanti, disana kita akan disuguhkan persiapan para muda mudi yang akan melaksanakan tarian lengger di salah satu rumah warga. - Selanjutnya para sesepuh desa menyiapkan sesajen dan meminta ijin di makam leluhur. - Berikutnya para warga mempersiapkan jajanan dan bersiap
untuk pawai menuju tempat pementasan. - Selanjutnya penampilan acara puncak dari para penari di sanggar pentas Desa Giyanti, menyajikan beberapa jenis tarian seperti tari Gambyong lengger,Kuda kepang dan Tari Topeng Lengger.
Tahap II - Melakukan observasi dari seluruh titik objek yang akan dilakukan pengambilan gambar. - Dimulai dari Tugu selamat datang Kab. Wonosobo diteruskan perjalanan menuju Taman kota Wonosobo dan menikmati suasana Kota Wonosobo. - Observasi di Desa Wisata Giyanti meliputi pengambilan foto di beberapa sudut, salah satunya di sanggar pentas desa Giyanti karena acara pementasan tari lengger di adakan di tempat tersebut.
Tahap III - Mengajukan perijinan ijin penelitian kepada pengurus Desa Wisata Giyanti dan Pemimpin Kesenian Tari Topeng Lengger Giyanti.
3.7.1.1 Persiapan Jadwal Pembuatan Video
Mengingat waktu dan pelaksanaan yang sangat sempit sekali,
maka perlu dibuatlah sebuah agenda jadwal pembuatan
dimana tersusun sebagai berikut: Minggu I dan II bulan Desember 2011.
Senin-Kamis : 08.00 - 13.00
Bekerja dan mempersiapkan konsep dan ide skripsi.
Sabtu-Minggu : 08.00 – 15.00
Observasi, survey dan wawancara.Observasi, survey objek dan mengambil
beberapa sampel foto untuk digunakan sebagai storyboard. Melakukan wawancara serta
pembuatan surat ijin penelitian di instansi yang bersangkutan. Pada proses pelaksanaan
dan survey, penulis ditemani oleh satu orang asisten yang bertugas membantu
membawa barang kebutuhan dan perangkat yang digunakan pada hari tersebut.
Minggu III Tanggal 22-23 Desember 2011
Shooting gambar, jadwal pada pengambilan gambar, pengambilan gambar dibuat
secara acak karena tidak menutup kemungkinan karena kondisi tertentu, hal ini dilakukan
karena telah terencana dalam storyboard sehingga dapat dilakukan pengambilan gambar
secara acak.
Tanggal 22 Desember 2011:
09.00-10.00 : Pengambilan gambar Tugu Selamat Datang
Kab.Wonosobo.
11.00-13.00 : Pengambilan gambar Taman Kota Wonosobo
dan suasana kota .
14.00-14.30 : Perjalanan dari rumah menuju desa Giyanti.
14.30-15.00 : Pengambilan gambar sekitar desa Giyanti.
15.00-17.00 : Tim bertamu dan berbincang-bincang dengan
pengurus kesenian Tari Topeng Lengger Desa
Wisata Giyanti.
17.00-17.30 : Pulang kerumah dan mempersiapkan diri
untuk acara esok hari.
Tanggal 23 Desember 2011
06.30-06.45 : Tim menuju Desa Wisata Giyanti.
06.45-07.30 : Pengambilan gambar disalah satu rumah
warga tempat para penari mempersiapkan diri.
07.30-08.00 : Pengambilan gambar di makam leluhur desa,
para sesepuh meminta ijin dan memohon doa.
08.15-09.00 : Pengambilan gambar pawai warga dan jajanan /
makanan yang disajikan warga.
09.00-11.30 : Pengambilan gambar kesenian tari lengger
yang ditampilkan oleh para penari hingga
selesainya acara tersebut.
12.00-selesai: Sholat jumat bersama.
13.00-13.30 : Perjalanan pulang ke rumah.
Proses pengambilan gambar video ini memakan waktu 1 hari, dikarenakan waktu
pelaksanaan pementasan tari topeng lengger Giyanti. Sehingga tidak memungkinkan lagi
untuk menunda shooting dan objek lainnya.
3.7.1.2 Jadwal Pengambilan Gambar
Sebuah shooting video atau film memiliki jadwal untuk shooting supaya dalam
proses produksi dapat diperkirakan waktu dimulai dan waktu selesai.
No Lokasi Tgl Adegan Sub Lokasi Pemain Waktu Ket 1. Wonosobo 23-12-
2011 1 Tugu selamat
datang Kab. Wonosobo
Tidak 09.00 OK
2 Alun-alun Wonosobo
Tidak 11.00 OK
3 Desa Giyanti Warga yang beraktivitas
13.00 OK
2. Desa Wisata Giyanti
24-12-2011
4 Salah satu rumah warga
Para penari mempersiapkan diri
06.30 OK
5 Makam leluhur Desa
Para sesepuh berdoa dan meminta ijin
07.30 OK
6 Jalan utama Pawai warga 08.00 OK
Desa Giyanti 7 Panggung
pentas desa Giyanti
Para penari menarikan tari topeng lengger
09.00 OK
3.7.2 Pra-Produksi
Berikut adalah struktur yang harus ada dalam pembuatan film atau video:
3.7.2.1 Ide
3.7.2.2 Tema 3.7.2.3 Diagram Scene
Tabel 3.7 Diagram Scene Kesenian Tari Topeng Lengger Karya : Puguh Febri Prabowo
Judul Babak I Judul Babak II Judul Babak III
Wonosobo Suasana Kota Tari Topeng Lengger
3.7.2.4 Logline
3.7.2.5 Anggaran
3.7.2.6 Storyboard
3.7.3 Produksi
Produksi merupakan tahap lanjutan dari pra produksi, dimana
rancangan-rancangan yang sudah dibuat pada saat pra produksi akan
dilaksanakan pada tahap ini. 3.8 Pasca Produksi
Tahap pasca produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap produksi, adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
1. Capturing
Kesenian Tari Topeng
Keindahan Kab. Wonosob
Suasana kota Wonosobo
Sesepuh meminta ijin di makam leluhut
Wawancara dengan pemimpin lengger
Adegan penari Lengger
Pentas Tari Topeng Lengger
Tugu selamat datang
Kesenian Daerah
Keindahan kota
Penari Kesurupan
Pentas Tari Lengger
2. Editing
3. Rendering
4. Mastering
4. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Tahap Produksi
Pada tahap ini membahas bagian-bagian produksi seperti tata setting, tata suara,
tata cahaya, dan yang paling utama dari tahapan ini adalah pengambilan gambar atau
proses shooting dilapangan.
4.1.1 Pembahasan Tahap Produksi Video Dokumenter Tari Topeng
Lengger Tahap produksi pengambilan gambar (shooting video) dilakukan,
idealnya hingga tuntas. Kebutuhan shooting video sebelumnya telah dirumuskan
pada tahap Pra Produksi, idealnya dalam bentuk storyboard yang mencakup
banyak informasi termasuk sudut pengambilan gambar (angle).
1. Tahap Pengambilan Gambar / Shooting
1. Kamera Angle & Teknik Shooting.
High Angle yang merekam dari sudut atas objek sehingga
terlihat terekpose dari bagian atas.
Gambar 4.1 Contoh gambar High Angle
Low Angle pengambilan gambar yang diambil dengan cara
memposisikan kamera lebih rendah / di bawah dari obyek
tersebut, banyak digunakan dalam pengambilan gambar di
dalam pementasan atau para penari.
Gambar 4.2 Contoh Gambar Low Angle
Eye level yang berfokus pada pengambilan gambar terhadap
suatu objek dengan ketinggian yang sama dari kamera itu
sendiri, ini banyak diterapkan dalam shooting pementasan Tari
Topeng Lengger.
Gambar 4.3 Contoh Gambar Eye Level
2. Susunan Pengambilan Gambar
3. Pergerakan kamera dan Type of Shot
Panning, pergerakan kamera secara horizontal baik ke kiri
maupun kanan, di gunakan dalam pengambilan gambar di obyek
wisata telaga menjer.
Gambar 4.4 Pergerakan kamera Panning
Tilting, gerakan kamera secara vertical baik ke atas maupun ke
bawah digunakan dalam pengambilan gambar pada tugu
Adipura Kencana di Taman kota.
Gambar 4.5 Pergerakan kamera Tilting
Zoom, dengan menekan tombol atau mengatur panjang fokus
lensa kita dapat beralih dari mengambil foto dari jarak dekat
menjadi jarak jauh, digunakan dalam pengambilan gambar
meminta ijin di makam leluhur.
Extreme Long Shot, Extreme Long Shot digunakan untuk
mengambil gambar yang sangat jauh, panjang, luas, dan
berdimensi lebar. banyak digunakan dalam pengambilan gambar
di telaga menjer dan gunung sindoro. Contoh gambar pada
gambar 4.4
Medium Long Shot merupakan shot pertama yang melakukan
cutting pada tubuh subjek dalam frame, digunakan dalam
pengambilan gambar para penari lengger. Contoh gambar pada
gambar 4.6
Long Shot, Jika mengambil objek manusia, Long Shot adalah
gambar seutuhnya, mulai dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
Digunakan dalam pengambilan gambar saat pementasan tari .
4. Lighting/Pencahayaan
Shooting/pengambilan gambar dari pusat kota hingga Desa
wisata giyanti menggunakan pencahayaan dari alam (nature),
yang termasuk di dalamnya cahaya matahari, bulan dan cahaya
yang berasal dari api atau yang disebut juga Available Light.
Sehingga tidak perlu lagi menggunakan cahaya tambahan.
Gambar 4.6 Menggunakan Pencahayaan Dari Alam
Shooting/pengambilan gambar di dalam tempat pementasan tari
lengger selain menggunakan cahaya matahari juga
menggunakan cahaya buatan dari lampu. Hal ini dikarenakan
didalam tempat pementasan tari cahaya agak sedikit gelap.
Sehingga membutuhkan cahaya tambahan berupa lampu,
sumber cahaya dari lampu ini cukup membantu dalam
menaikkan intensitas cahaya di dalam ruangan.
Gambar 4.7 Menggunakan Pencahayaan Dari Lampu
4.3 Kekurangan dan Kelebihan
Video dokumenter ini masih memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Kelebihan
Informasi dalam bentuk video dokumenter ini memberikan informasi yang
lebih menarik karena dilengkapi dengan gambar, gerak, suara, teks dan
animasi.
Proses penyampaian informasi tentang pesan positif yang terdapat di
video dokumenter melalui gambar gerak dan suara narasi cukup jelas
serta suara musik yang enak untuk dinikmati.
2. Kekurangan
Beberapa tampilan gambar video sedikit mengalami kerusakan karena
ada gangguan pada kamera handycamp, kamera sempat terjatuh
sebelum perekaman dan tidak ada kamera cadangan.
Beberapa tampilan video sedikit kurang pencahayaan serta kurangnya
tampilan animasi karena faktor penggunaan alat produksi se-efisien
mungkin dan masih dalam tahap pembelajaran.
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam penulisan skripsi, yaitu pembuatan Video
dokumenter ini memerlukan tahapan produksi antara lain:
Pra Produksi: Penentuan ide, riset yang jelas untuk membuat video dokumenter,
dengan melakukan 1. Observasi, 2. Survey Lapangan, 3. Wawancara, 4. Kualitas
akhir.
Video dokumenter didukung oleh teknik pengambilan gambar dan perangkat
yang digunakan, Mempersiapkan kru dan peralatan, Persiapan narasi yang
benar, Pembuatan Storyboard.
Tahap pengambilan gambar yang diterapkan di video dokumenter ini :
1. Kamera angel dan teknik shooting : High Angel, Low Angel, Eye Level.
2. Susunan Gambar secara acak dan nantinya akan dikelompokkan dan
kemudian di sesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.
3. Pergerakan kamera dalam pembuatan video ini adalah : Panning
shot, Tilting shot, Zoom, Extreme long shot, Medium long shot,
Long shot.
4. Pencahayaan dalam video dokumenter ini memakai pencahayaan
alam (natural) dan pencahayaan dalam ruangan atau rumah
memakai pencahayaan rekaan atau buatan.
5. Pasca produksi, meliputi : Capturing, Editing, Rendering,
Mastering.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Fatah dan Agus Purwanto.,Digital Multimedia (Edisi pertama, Yogyakarta, ANDI, 2008).
Effendy Heru, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, (Panduan Pustaka, Yogyakarta, 2002).
Suyanto, M., Multimedia (Edisi kedua, yogyakarta, ANDI, 2005).
Suyanto, M., Analisis & Desain Aplikasi Multimedia Untuk Pemasaran, (Edisi pertama, yogyakarta, ANDI, 2004).
Wawancara Dwi Pranyoto, Pengurus Kesenian Tari Lengger Giyanti, Wonosobo, 2012.
http://www.kawanusa.com/apaitufilmdokumenter.html
http://www.jevuska.com/2010/05/26/film-the-lazarus-effect-film-dokumenter-hiv-aids.html
http://www.komsos.com/menjenguk-stasi-giyanti.html
http://www.ngobrolaja.com/mengenal-lengger.html