10
Bab I Pendahuluan I.Latar Belakang Tatanan struktur Indonesia Timur saat ini dipengaruhi oleh interaksi tiga lempeng besar, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik-Caroline. Geologi Papua merupakan contoh ideal penggambaran elemen-elemen tektonik besar yang serentak aktif pada suatu wilayah. Interaksi ketiga lempeng tersebut membentuk suatu zona subduksi dan zona deformasi tumbukan aktif. Tumbukan ini aktif sejak Miosen Akhir dan menghasilkan suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua saat ini. Secara umum, struktur tektonik Papua dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu daerah Kepala Burung dan Badan Burung. Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah relatif utara-selatan dan suatu ciri depresi berbentuk mirip segitiga. Cekungan Waipoga , di utara Papua (Indonesia), termasuk dalam komplek deformasi antara kraton Benua Indo- Australia, Lempeng India, dan Lempeng Samudera Pasifik- Caroline. Ketebalan sedimen Pliosen sampai Pleistosen mencapai 6.500-7.000 m di laut dan 8.000 m di darat. Cekungan Waipoga merupakan cekungan baru (frontier), sehingga aktifitas eksplorasi pada daerah ini sangat terbatas. Data yang tersedia sangat terbatas, pada awalnya data seismik yang tersedia hanya pada daerah daratan saja, sedangkan data seismik daerah lepas pantai cekungan ini baru tersedia di tahun 2007. Sumur- 2 sumur eksplorasi di daerah teluk sangat terbatas, hanya berada di daerah timurlaut daerah penelitian. Informasi yang didapatkan dari data sumur tidak dapat menunjukkan stratigrafi rinci. Kedalaman sumur-sumur ini hanya mencapai kurang lebih 4.000 m, sehingga hanya sedimen- sedimen muda saja yang dapat dikenali.

Waipoga Basins

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cekungan

Citation preview

Page 1: Waipoga Basins

Bab I Pendahuluan

I.Latar Belakang

Tatanan struktur Indonesia Timur saat ini dipengaruhi oleh interaksi tiga lempeng besar, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik-Caroline. Geologi Papua merupakan contoh ideal penggambaran elemen-elemen tektonik besar yang serentak aktif pada suatu wilayah. Interaksi ketiga lempeng tersebut membentuk suatu zona subduksi dan zona deformasi tumbukan aktif. Tumbukan ini aktif sejak Miosen Akhir dan menghasilkan suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua saat ini. Secara umum, struktur tektonik Papua dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu daerah Kepala Burung dan Badan Burung. Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah relatif utara-selatan dan suatu ciri depresi berbentuk mirip segitiga.

Cekungan Waipoga , di utara Papua (Indonesia), termasuk dalam komplek deformasi antara kraton Benua Indo-Australia, Lempeng India, dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline. Ketebalan sedimen Pliosen sampai Pleistosen mencapai 6.500-7.000 m di laut dan 8.000 m di darat. Cekungan Waipoga merupakan cekungan baru (frontier), sehingga aktifitas eksplorasi pada daerah ini sangat terbatas. Data yang tersedia sangat terbatas, pada awalnya data seismik yang tersedia hanya pada daerah daratan saja, sedangkan data seismik daerah lepas pantai cekungan ini baru tersedia di tahun 2007. Sumur- 2 sumur eksplorasi di daerah teluk sangat terbatas, hanya berada di daerah timurlaut daerah penelitian. Informasi yang didapatkan dari data sumur tidak dapat menunjukkan stratigrafi rinci. Kedalaman sumur-sumur ini hanya mencapai kurang lebih 4.000 m, sehingga hanya sedimen-sedimen muda saja yang dapat dikenali.

Page 2: Waipoga Basins

Gambar I. Lokasi dan fisiografi daerah penelitian (kotak biru)

Page 3: Waipoga Basins

BAB II FISIOGRAFIS TEKTONIK

Bagian Badan Burung secara umum dapat dibagi menjadi bagian utara dan selatan (Hobson dkk., 1997) . Batuan dasar bagian utara dilandasi oleh batuan dasar kristalin kerak samudera sedangkan bagian selatan tersusun dari lapisan passive margin yang melandasi batuan dasar kerak benua Indo-Australia. Ciri geomorfologi dan fisiografi daerah badan burung juga dapat dibedakan pembagian utara- selatan (Sapiie, 2000; McAdoo dan Haebig, 1999) . Daerah utara badan burung ini dapat dikelompokan sebagai daerah terrane akresi yang pada awalnya berada di bagian depan busur kepulauan magmatik dan saat ini tersuturakan diatas lempeng Benua Indo-Australia.

Pertamina (1992) menyebutkan empat cekungan terpisah yaitu cekungan Waipoga,Warapen,Biak,Jayapura atau irian timur laut. Sedangkan McAdoo dan Haebig (1999) mendefinisikan cekungan cekungan ini menjadi satu cekungan irian utara.

Zona Sesar Waipoga merupakan sesar mendatar yang membentuk pinggiran tenggara pantai teluk cendrawasih. Jurus sesar berarah timurlaut baratdaya dan sejajar dengan Offset Gauttier. Offset pada pegunungan Gautier kemungkinan disebabkan oleh sesar mendatar mengiri berarah timurlaut baratdaya dicirkan oleh depresi dalam dan sempit yang terbentuk diantara pulau Papua dan Teluk cenderawasih. Palung ini diasumsikan sebagai deposenter cekungan irian utara(McAdoo dan Haebig, 1999). Pemboran sumur disayap bagian barat palung menunjukan kehadiran sedimen pliosen setebal 3.000 m (Dow dan Hariono, 1982)

Page 4: Waipoga Basins

BAB III ANALISIS SEDIMENTOLOGI STRATIGRAFICEKUNGAN WAIPOGA

Page 5: Waipoga Basins

BAB IV FORMASI

FORMASI JAYAPURA : Batugamping terumbu dengan sisipan konglomerat aneka bahan, kalkarenit, kalsirudit dan kasilutit. Bertopografi kars. Terlipat lemah dengan kemiringan 5’-15’, struktur silang siur dan lapisan sejajar tebal +- 75m konglomerat biasanya berada di bagian bawah, berkomponen terutama batulempung dan batugamping hablur. Fosil umumnya koral dan gangang umur plistosen

FORMASI KUKUNDURI: Konglomerat, pasir dan lempung atau lempung pasiran, tidak mampat , mengandung sisa tumbuhan tebal 50-100m tak dijumpai fosil umurnya mungkin plistosen

FORMASI UNK : Greywacke, batu lanau ,batu lempung, konglomerat dan sisipan lignit berlapis, lunak, agak kompak : mengandung kiuarsa, mika,feldspar, kepingan batuan, karbonat dan gampingan berstruktur lapisan silang siur, sejajar dan liang bekas binatang. Tebal mencapai 1500m. Fosil foram kecil dan moluska . Umur Pliosen akhir – plitosen) . Diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai dalam

FORMASI AURIMI : Napal kalkarenit batu pasir, batulanau dan batulempung. Setempat bersisipan batu gamping napalan berlapis tipis tebal berstruktur nendatan, lapisan halus bergelombang sejajar konvulut dan silang siur. Kompak, getas, terlipat tersesarkan dan tergerus . Tebal 300 – 1200m banyak foram kecil, cangkang moluska dan ganggang. Umur Miosen akhir – Pliosen . diendapkan di lingkungan laut dangkal

FORMASI MAKATS : Perselingan greywacke, batulanau, batulempung, serpih dan napal. Sisipan konglomerat dan batugamping. Berlapis baik, padat dan keras. Konglomerat berkomponen utama batuan beku mafic, kalsilutit dan batu gamping malihan. Terlipat kuat dan tersesarkan. Berupa sedimen tipe flyach dengan lapisan bersusun , lapisan halus sejajar dan konvulut. Tebal lebih dari 2000m . Fosil foram kecil dan Foram besar. Umurny Miosen tengah sampai bagian bawah Miosen akhir . lingkungan pengendapan neritik

FORMASI DARANTE : Kalkarenit, batugamping koral dan sisipan batuan gunung api. Tidak berlapis. Setempat berstruktur terumbu kepingan rijang dan gejala penghabluran ulang. Batuan gunungapi berupa lava amigdaloid dengan vesikular terisi zeolit, breksi serta sisipan batupasir tufaan setempat konglomerat dengan komponen batuan ultramafic dan semen gampingan. Tebal mencapai 850m . Fosil

Page 6: Waipoga Basins

koral ganggang. Foram besar dan kecil. Umurnya Oligosen akhir sampai awal miosen tengah. Diendapkan pada lingkungan litoral- neritik

FORMASI AUWEWA : Lava, breksi, tuf kristal gampingan dan sisipan grewacke kastilutit , kalkarenit serta batugamping koral. Lava bersisimam basal piroksen dab basal olivin piroksen sampai andesite sebagian berupa split berstruktur bantal dab amigdaloid. Fossil koral dan foram besar dalam batu gamping. Umurnya EOSEN sampai Miosen awal. Diendapkan pada laut dangkal.

Page 7: Waipoga Basins

BAB V PROSPEK CEKUNGAN

Cekungan Waipoga merupakan cekungan baru (frontier), sehingga aktifitas eksplorasi pada daerah ini sangat terbatas. Dan masih belum dilakukan kegiatan eksplorasi , akan tetapi daerah ini dianggap berpotensi memiliki sumberdaya minyak bumi.

Page 8: Waipoga Basins

BAB VI SUMBER DATA

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/672/jbptitbpp-gdl-aileronces-33582-2-2009ts-1.pdf

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/672/jbptitbpp-gdl-aileronces-33582-4-2009ts-a.pdf

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/672/jbptitbpp-gdl-aileronces-33582-6-2009ts-a.pdf

Page 9: Waipoga Basins